BAB III SENSOR, PENGKONDISIAN SINYAL DAN...

39
66 BAB III SENSOR, PENGKONDISIAN SINYAL DAN AKUISISI DATA III.1 Strain Gage III.1.1 Strain, Stress dan Poisson’s Ratio Ketika sebuah material menerima gaya tarik (tensile force) P, material akan mengalami tekanan (stress) sebagai reaksi dari gaya yang diberikan kepadanya. Sebanding dengan tegangan, potongan melintang dari material akan berkontraksi dan bertambah panjang sebesar L dari panjang material mula-mula L. Gambar III. 1 Batang yang Mengalami Tarik dan Tekan [12] Rasio dari pertambahan panjang dengan panjang mula-mula disebut tensile strain dan dirumuskan sebagai berikut: L L Δ = ε (III.1) ε : Strain L : Panjang mula-mula Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

Transcript of BAB III SENSOR, PENGKONDISIAN SINYAL DAN...

  • 66

    BAB III

    SENSOR, PENGKONDISIAN SINYAL DAN AKUISISI DATA

    III.1 Strain Gage

    III.1.1 Strain, Stress dan Poisson’s Ratio

    Ketika sebuah material menerima gaya tarik (tensile force) P, material akan

    mengalami tekanan (stress) sebagai reaksi dari gaya yang diberikan kepadanya.

    Sebanding dengan tegangan, potongan melintang dari material akan berkontraksi dan

    bertambah panjang sebesar ∆L dari panjang material mula-mula L.

    Gambar III. 1 Batang yang Mengalami Tarik dan Tekan [12]

    Rasio dari pertambahan panjang dengan panjang mula-mula disebut tensile

    strain dan dirumuskan sebagai berikut:

    LLΔ

    =ε (III.1)

    ε : Strain

    L : Panjang mula-mula

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 67

    ∆L : Pertambahan panjang

    Perhatikan gambar bagian bawah dari Gambar III.1. Apabila material

    menerima gaya tekan (compressive force), maka material akan mengalami

    compressive strain yang dirumuskan sebagai berikut:

    LLΔ−

    =ε (III.2)

    Sebagai contoh, apabila sebuah gaya tarik membuat material dengan panjang

    100mm bertambah panjang sebesar 0,01mm, strain yang terjadi pada material

    tersebut adalah:

    6101000001,0100

    01,0 −×===Δ=LLε (III.3)

    Strain adalah bilangan absolut dan dituliskan dengan nilai numeriknya beserta

    ×10-6 strain, µ ε atau µm/m.

    Hubungan dari stress dan strain yang diinisiasikan pada sebuah material yang

    menerima gaya dirumuskan oleh hukum Hooke sebagai berikut:

    εσ E= (III.4)

    σ : Stress

    E : Elastic modulus

    ε : Strain

    Stress diperoleh dengan mengkalikan strain dengan elastic modulus material.

    Ketika material mengalami gaya tarik maka material akan memanjang pada arah axial

    dan juga akan berkontraksi pada arah transversal. Perpanjangan pada arah axial

    dinamakan longitudinal strain dan kontraksi pada arah transversal dinamakan

    transverse strain. Nilai absolut dari perbandingan antara longitudinal strain dan

    transverse strain dinamakan Poisson’s ratio, yang dirumuskan sebagai berikut:

    1

    2

    εε

    =v (III.5)

    v : Poisson’s ratio

    ε1 : Longitudinal strain LLΔ atau

    LLΔ

    − (Gambar III.1)

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 68

    ε2 : Transverse strain DDΔ atau

    DDΔ

    − (Gambar III.1)

    Poisson’s ratio berbeda-beda tergantung pada material. Berikut adalah

    properti-properti mekanik dari material yang sering digunakan pada aplikasi industri,

    termasuk Poisson’s ratio.

    Tabel III. 1 Mechanical Properties of Industrial Materials [12]

    III.1.2 Prinsip Kerja Strain Gage

    Setiap material memiliki hambatan tersendiri. Sebuah gaya tarik (gaya tekan)

    akan menambah (mengurangi) hambatan dengan menambah panjang (mengkontraksi)

    material. Misalkan hambatan mula-mula adalah R dan strain kemudian terjadi

    perubahan hambatan sebesar ∆R, sehingga persamaan menjadi :

    ε⋅=Δ=Δ KsLLKs

    RR (III.6)

    Dimana, Ks adalah gage factor, sebuah koefisien yang mengekspresikan sensitivitas

    dari strain gage. Pada umumnya strain gage menggunakan copper-nickel atau nickel-

    chrome alloy sebagai elemen resistif, dan gage factor yang dihasilkan dari alloy ini

    adalah sekitar 2. Walaupun strain gage mampu mendeteksi besarnya strain yang

    terjadi pada elemen dan mengkonversi mekanisme strain ini menjadi perubahan

    hambatan listrik, tetapi karena strain merupakan fenomena infinitesimal yang tak

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 69

    nampak, jadi perubahan hambatan yang terjadi sangat kecil. Agar hambatan listrik

    yang kecil ini mampu untuk dihitung, maka diperlukan suatu amplifier dengan

    menggunakan sirkuit elektris yang disebut dengan jembatan Wheatstone.

    III.1.3 Jenis-Jenis Strain Gage

    Terdapat bermacam-macam jenis strain gage. Dari jenis elemen resistifnya,

    strain gage di bagi atas [15] :

    1. Foil Strain Gage (Cu-Ni alloy, Ni-Cr aIIoy)

    2. Wire Strain Gage (Cu-Ni alloy, Ni-Cr alloy)

    3. Semikonduktor Strain Gage (monocrystal silicon)

    Material dari carrier matrix mempengaruhi karakteristik dari starin gage, sama

    halnya dengan material dari elemen resistifnya. Umumnya carrier matrix

    menggunakan polymide atau material organik lainnya. Strain gage yang beroperasi

    untuk temperatur yang tinggi umumnya menggunakan material jenis keramik, dan

    untuk strain gage yang ditempelkan pada benda hasil las, carrier matrix-nya

    menggunakan logam seperti inconel 600. Berdasarkan carrier-matrix materialnya,

    strain gage terdiri atas bermacam-macam jenis, misalnya strain gage yang

    menggunakan kertas sebagai carrier matrixnya, fenol, epoxy, polymide, dan lain-lain.

    Berdasarkan konfigurasinya strain gage terdiri atas konfigurasi monoaksial,

    konfigurasi biaksial, konfigurasi triaksial, dan konfigurasi khusus untuk keperluan

    khusus.

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 70

    Gambar III. 2Jenis-Jenis Strain Gage Berdasarkan Konfigurasinya[15]

    Secara garis besarnya klasifikasi strain gage sebagai berikut :

    Tabel III. 2 Tabel Klasifikasi Strain Gage Material Elemen Resistif Foil strain gage (Cu-Ni alloy, Ni-Cr aIIoy, etc.)

    Wire strain gage (Cu-Ni alloy, Ni-Cr alloy, etc.)

    Semiconductor strain gage (monocrystal silicon, etc.)

    Material Carrier Matrix Paper

    Phenol/epoxy

    Polyimide

    Panjang Gage 0.14-120mm

    Monoaxis

    Bentuk Multiaksis (seperti gage rosette)

    Gage yang memiliki alur khusus

    Hambatan Gage 60 - 1000ohm atau lebih (semiconductor gage, lebih dari 10Kohm)

    III.1.4 Struktur Foil pada Strain gage

    Sebuah foil strain gage memiliki metal foil photo-etched dengan pola berliku-

    liku pada sebuah insulator elektrik yang terbuat dari resin yang tipis dan di bagian

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 71

    pangkalnya juga terdapat gage leads, deskripsi strain gage dapat terlihat pada gambar

    di bawah.

    Gambar III. 3 Struktur Pembentuk Strain gage [12]

    Strain gage direkatkan pada objek yang akan diukur dengan menggunakan

    bahan adesif tertentu. Strain yang terjadi pada bagian objek yang akan diukur ini

    ditransfer menuju elemen peraba melalui dasar gage (gage base). Untuk memperoleh

    pengukuran yang akurat, strain gage dan bahan adesifnya harus cocok dengan

    material yang diukur dan kondisi operasi termasuk suhu.

    III.1.5 Prinsip Pengukuran Strain

    Strain menginisiasikan perubahan hambatan dengan sangat kecil. Oleh karena

    itu, untuk pengukuran strain sebuah jembatan Wheatsone digunakan untuk

    mengkonversi perubahan hambatan menjadi perubahan tegangan. Misal pada gambar

    3, hambatan (Ω) adalah R1, R2, R3, dan R4 dan tegangan jembatan (V) adalah Eexc.

    Maka, tegangan keluaran e0 (V) dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 72

    ( )( ) excERRRRRRRR

    e ⋅++

    −=

    4321

    42310 (III.7)

    Misalkan hambatan R1 adalah strain gage dan berubah besarannya sebanyak ∆R

    akibat strain. Maka, tegangan keluaran adalah,

    ( )( )( ) excERRRRR

    RRRRRe ⋅

    ++Δ+−Δ+

    =4321

    42310

    Apabila, R1 = R2 = R3 = R4 = R,

    ( ) excERRRRRRRe ⋅

    Δ+−Δ−

    =22

    22

    0

    Sejak R dianggap jauh lebih besar dari nilai ∆R,

    excs EKERRe ⋅⋅⋅=⋅Δ⋅= ε

    41

    41

    0 (III.8)

    Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh keluaran hambatan yang

    proporsional dengan perubahan hambatan, sebagai contoh akibat perubahan strain.

    Keluaran tegangan yang sangat kecil ini diamplifikasi untuk pembacaan analog atau

    pun indikasi digital dari strain.

    Gambar III. 4 Aplikasi Jembatan Wheatstone pada Strain gage [12]

    III.1.6 Sistem Pengkabelan Strain gage

    Sebuah jembatan Wheatstone dari stain gage memiliki konfigurasi 1, 2 atau 4

    gage tergantung dari kebutuhan pengukuran. Pengkabelan yang umum digunakan

    ditunjukkan pada Gambar III.5, III.6 dan III.7.

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 73

    III.1.6.1 Sistem 1-gage Pada sistem 1-gage, sebuah strain gage dihubungkan pada sebuah sisi dari

    jembatan Wheatstone dan sebuah resistor diletakkan pada setiap 3 sisi jembatan yang

    lain. Sistem ini dapat dengan mudah dikonfigurasi, dan sistem ini adalah yang paling

    umum digunakan pada pengukuran stress atau strain. Sistem 1-gage dengan 2-kabel

    ditunjukkan pada Gambar III.5 (a) menerima banyak pengaruh dari leads. Oleh

    karena itu, apabila diperlukan antisipasi perubahan temperatur yang cukup besar dan

    leadwire yang cukup panjang, sistem 1-gage dengan 3-kabel seperti yang ditunjukkan

    Gambar III.5 (b) harus digunakan.

    (a) (b)

    Gambar III. 5Konfigurasi Sistem 1-gage [12]

    III.1.6.2 Sistem 2-gage Dengan sistem 2-gage, 2 buah strain gage dihubungkan pada jembatan

    dengan konfigurasi satu pada setiap dua sisi atau kedua strain gage pada satu sisi saja.

    Sebuah resistor tetap dihubungkan pada setiap 2 atau 3 sisi yang lain. Perhatikan

    Gambar III.6 (a) dan Gambar III.6 (b)di bawah ini. Terdapat dua metode, yaitu

    metode active-dummy, dimana sebuah strain gage digunakan untuk mengkompensasi

    perubahan temperatur dan metode active-active dimana kedua strain gage berfungsi

    sebagai strain gage aktif. Sistem 2-gage digunakan untuk mengeliminasi komponen

    strain. Tergantung pada kebutuhan pengukuran, 2 buah strain gage dihubungkan ke

    jembatan dengan cara yang berbeda-beda.

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 74

    (a) (b)

    Gambar III. 6 Konfigurasi Sistem 2-gage [12]

    III.1.6.3 Sistem 4-gage Perhatikan Gambar III.7, pada sistem 4-gage, terdapar 4 buah strain gage

    yang dihubungkan pada setiap keempat sisi jembatan. Rangkaian ini akan

    menghasilkan keluaran yang besar dari tranduser strain-gage dan memperbaikan

    kompensasi temperatur demikian pula dapat mengeliminasi komponen strain

    dibandingkan strain target.

    Gambar III. 7 Konfigurasi Sistem 4-gage [12]

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 75

    III.1.7 Tegangan Keluaran dari Berbagai Konfigurasi Jembatan Wheatstone

    III.1.7.1 Tegangan Keluaran pada Sistem 1-gage Seperti yang diilustrasikan gambar di bawah, sebuah strain gage dilekatkan

    pada permukaan atas dari batang yang memiliki penampang kotak. Apabila beban W

    diberikan pada ujung batang, daerah perekatan strain gage memiliki besar tegangan

    permukaan σ:

    E⋅= 0εσ

    Strain ε0 diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

    206Ebh

    WL=ε (III.9)

    Dimana, b : Lebar dari batang

    h : Tebal dari batang

    L : Jarak dari titik beban ke bagian tengah strain gage

    Gambar III. 8 Pengukuran Bending dengan Konfigurasi Sistem 1-gage [12]

    III.1.7.1 Tegangan Keluaran pada Sistem 2-gage Terdapat dua metode konfigurasi pada sistem 2-gage ini, dimana setiap

    metode memiliki kegunaan masing-masing. Metode pertama adalah pemasangan

    seperti pada Gambar III.6 (a). Keluaran tegangan yang terjadi pada rangkaian ini

    adalah [12]:

    excERR

    RR

    e ⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛ Δ−

    Δ=

    2

    2

    1

    1

    41 atau, ( ) excEKe 214

    1 εε −= (III.10)

    Sementara itu, metode kedua adalah untuk kasus pemasangan sesuai dengan Gambar

    III.5 (b), keluaran tegangan yang terjadi adalah [12]:

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 76

    excERR

    RR

    e ⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛ Δ+

    Δ=

    2

    2

    1

    1

    41 atau, ( ) excEKe 214

    1 εε += (III.11)

    Berdasarkan rumusan di atas dapat dikatakan bahwa, strain yang dihasilkan

    oleh strain gage kedua akan

    mengurangi/menambah strain yang

    dihasilkan oleh strain gage pertama, bila

    pemasangan kedua strain gage berada

    pada sisi yang bersebelahan/berlawanan.

    Sistem 2-gage umum digunakan

    pada kasus sebagai berikut. Untuk

    mengetahui secara terpisah dari

    parameter regangan akibat bending atau

    tensile yang dihasilkan batang yang

    terkena gaya, dua buah strain gage

    diletakkan pada posisi yang sama

    masing-masing pada setiap sisi atas dan

    bawah, seperti yang terlihat pada

    gambar. Kedua strain gage ini terhubung

    pada jembatan Wheatstone dengan dua

    konfigurasi yang berbeda, yakni

    bersebelahan atau berlawanan sisi, setiap

    konfigurasi dapat mengukur regangan

    akibat bending atau tensile secara

    terpisah. Prinsip kerjanya adalah sebagai

    berikut, strain gage 1 akan merasakan

    regangan tarik (positif) dan strain gage 2

    akan merasakan regangan tekan (negatif). Nilai absolut dari kedua regangan adalah

    serupa, yang berbeda hanya polaritasnya saja, hal ini karena kedua strain gage

    memiliki jarak yang sama terhadap ujung terkenanya gaya.

    Gambar III. 9 Aplikasi sistem konfigurasi 2-gage pada batang

    [12]

    Gambar III. 10 Sistem 2-gage konfigurasi 1 [12]

    Gambar III. 10

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 77

    Untuk mengukur bending stress saja hal yang dilakukan adalah melakukan

    offset dari regangan tarik dengan cara mengkonfigurasi strain gage 2 pada sisi yang

    bersebelahan dengan strain gage 1 pada jembatan Wheatstone (gambar). Maka

    tegangan keluaran yang terjadi adalah [12]:

    ( ) excEKe 2141 εε −= (III.12)

    Apabila batang mengalami tarikan (tensile stress), kedua strain gage akan

    merasakan regangan tarik yang sama-sama bernilai positif, sehingga dari persamaan

    akan menghasilkan keluaran 0 (ε1- ε2). Sementara itu, bending stress akan

    mengakibatkan strain gage 1 bernilai positif dan strain gage 2 bernilai negatif, dari

    persamaan ( ) excEKe 2141 εε −= , maka nilai strain gage 2 akan menambah nilai strain

    gage 1, sehingga diperoleh keluaran tegangan dengan nilai dua kali lipat. Oleh karena

    itu, rangkaian seperti Gambar III.10 hanya dapat mengukur bending stress saja.

    Apabila strain gage 2 dihubungkan pada sisi yang berlawanan dengan strain gage 1,

    tegangan keluaran dari jembatan Wheatstone adalah:

    ( ) excEKe 2141 εε += (III.13)

    Persamaan ini berlawanan dengan persamaan sebelumnya, tegangan keluaran

    jembatan Wheatstone akan nol bila mengalami bending strain dan akan mengeluarkan

    keluaran dua kali lipat bila mengalami tensile strain. Maka dari itu, konfigurasi

    jembatan seperti pada Gambar III.11 dapat menghilangkan pengaruh bending strain,

    akan tetapi tetap mampu mengukur tensile strain.

    Gambar III. 11 Pengukuran Bending Stress dengan Sistem 1-gage [12]

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 78

    III.1.7.2 Tegangan Keluaran pada Sistem 4-gage Sistem 4-gage memiliki 4 buah strain gage yang dirangkai pada setiap sisi

    dari jembatan. Meskipun system ini jarang digunakan dalam pengukuran regangan,

    akan tetapi system ini sering digunakan dalam tranduser strain gage. Ketika keempat

    strain gage mengalami perubahan hambatan menjadi masing-masing R1 + ∆R1, R2 +

    ∆R2, R3 + ∆R3, dan R4 + ∆R4, maka tegangan keluaran dari jembatan adalah [12]:

    excERR

    RR

    RR

    RR

    e ⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛ Δ−

    Δ+

    Δ−

    Δ=

    4

    4

    3

    3

    2

    2

    1

    1

    41 (III.14)

    Gambar III. 12 Sistem 4-gage [12]

    Apabila strain gage pada keempat sisi memiliki spesifikasi yang serupa,

    termasuk gage factor, K, dan menerima strain masing-masing ε1, ε2, ε3, dan ε4, maka

    persamaan (III.14) menjadi:

    ( ) excEKe 432141 εεεε −+−⋅= (III.15)

    III.1.8 Strain pada Batang Strain εo pada batang diperoleh dengan menggunakan persamaan

    ZEM

    o =ε (III.16)

    Dimana, M: Bending moment Z: Section modulus E: Young’s modulus

    Tabel III. 3 Section Modulus Berbagai Penampang [12]

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 79

    III.1.9 Kompensasi Temperatur oleh Strain Gage

    Misalkan objek yang akan diukur dan elemen hambatan dari strain gage

    memiliki koefisien ekspansi linier βs dan βg. Maka, strain gage yang dilekatkan pada

    permukaan dari objek akan mengalami strain yang diinduksikan oleh perubahan

    tempertur sebesar εT per 1°C dan dapat dirumuskan oleh persamaan berikut ini [12]:

    ( )gss

    T Kββαε −+= (III.17)

    Dimana,

    α : Koefisien perubahan hambatan oleh temperatur dari elemen hambatan

    Ks: Gage faktor dari strain gage

    Gambar III. 13Pengaruh Ekspansi Linier Temperatur Material Terhadap Strain

    Gage [12]

    Kompensasi temperatur strain gage dirancang sedemikian rupa sehingga εT

    pada persamaan di atas dapat bernilai mendekati nol dengan cara mengendalikan

    koefisien perubahan hambatan oleh temperatur dari elemen hambatan strain gage (α)

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 80

    yang sesuai dengan dengan koefisien ekspansi linear dari objek ukur. Parameter α

    dari elemen hambatan dapat dikontrol dengan proses perlakuan panas (heat

    treatment) selama proses produksi foil.

    Ketika direkatkan pada material yang sesuai, kompensasi-temperatur strain

    gage dapat meminimalkan timbulnya strain pada jangkauan kompensasi temperatur

    hingga ±1,8με/°C (grafik di bawah menampilan keluaran regangan yang timbul dari

    3-wire strain gage KYOWA). Oleh karena setiap jenis strain gage diatur berdasarkan

    koefisien ekspansi linear dari material objek ukur, aplikasi strain gage pada jenis

    material lain tidak hanya dapat berakibat hilangnya kemampuan kompensasi

    temperatur tetapi juga dapat menimbulkan kesalahan pengukuran yang besar.

    Gambar III. 14Grafik Karakteristik Suhu dari Kompensasi-Temperatur Foil Strain

    Gage [12]

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 81

    Tabel III. 4 Koefisien Ekspansi Linier Berbagai Material [12]

    III.1.10 Pengaruh Temperatur Terhadap Leadwire pada 2-Wire System

    Tabel III. 5Reciprocating Resistance dan Nilai Ekuivalen Strain yang Timbul Akibat

    Kenaikan Temperatur pada Leadwire [12]

    Strain yang timbul akibat induksi termal εT (με/°C) diperoleh dengan

    pesamaan sebagai berikut [12]:

    sgT KrR

    r αε ⋅+

    λ (III.18)

    Dimana, Rg : Hambatan dari strain gage (Ω)

    rl : Hambatan dari kabel kepala(Ω)

    Ks : Gage faktor

    α : Koefisien hambatan oleh temperatur dari kabel tembaga

    (ΔR/R/°C), 3,9*10-3

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 82

    Gambar III. 15 Rangkaian Strain Gage dengan Hambatan dalam pada Leadwire [12]

    III.1.10.1 Metode Kompensasi Efek Temperatur dari Leadwire (3-wire system)

    Untuk memperoleh kompensasi-temperatur-mandiri yang efektif hendaknya

    menggunakan sistem 1-gage. Meskipun sudah tersedianya kemampuan kompensasi-

    temperatur-mandiri dari strain gage, bila kabel kepala yang digunakan adalah sistem

    2-kabel, dan panjang kabel kepala relatif panjang, keluaran strain dari jembatan tetap

    akan dipengaruhi oleh efek temperatur yang terjadi pada kabel kepala. Sebagai

    contoh, tembaga digunakan untuk material kabel kepala, memiliki koefisien hambatan

    oleh temperatur sebesar 3,93*10-3/°C. Apabila luas penampang kabel 0,3mm2,

    hambatan dalam 0,062Ω/m, jarak strain gage ke sisi jembatannya 10m, maka panjang

    kabel adalah 20m. Efek temperatur yang diperoleh adalah setara strain sebesar 20x10-

    6 untuk setiap perubahan 1°C. Untuk menghindari efek temperatur tersebut maka

    diadopsi sistem 3-kabel.

    Apabila 3 kabel kepala dihubungkan seperti yang terlihat pada gambar di

    bawah, setengah dari hambatan kabel kepala akan terdapat pada sisi sebelah dari

    jembatan Wheatstone, hal ini untuk mengkompensasi perubahan hambatan akibat

    temperatur dengan cara kedua sisi jembatan yang bersebelahan tersebut akan

    mengalami perubahan hambatan yang sama akibat perubahan temperatur, maka dari

    itu keluaran tegangan dari jembatan Wheatstone akan terbebas dari pengaruh

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 83

    temperatur pada kabel kepala. Pengaruh temperatur yang terhubung langsung pada

    amplifier dapat diabaikan karena pada amplifier tersedia impedansi masukan yang

    besar.

    Yang menjadi catatan penting dalam penggunaan sistem 3-kabel adalah ketiga

    buah kabel harus pada jenis, panjang dan penampang yang sama untuk memperoleh

    pengaruh temperatur yang sama. Apabila kabel tersebut terkena sinar matahari secara

    langsung, pembungkus kabel juga harus memiliki warna yang serupa.

    Gambar III. 16 Aplikasi 3-wire system [12]

    III.1.11 Pengaruh dari Hambatan Material Insulasi Hambatan dari material insulasi strain gage tidak akan mempengaruhi hasil

    pengukuran apabila memiliki hambatan di atas 100MΩ. Akan tetapi, apabila

    hambatan tersebut berkurang secara drastis pada saat pengukuran berlangsung, maka

    akan terdapat kesalahan pada hasil pengukuran.

    Gambar III. 17 Rangkaian Strain Gage dengan Hambatan Material Insulasi [12]

    Apabila hambatan insulasi berkurang dari r1 menjadi r2 seperti pada gambar di

    atas, kesalahan pada strain adalah [12]:

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 84

    21

    21 )(rrK

    rrR

    s

    g −=ε (III.19)

    Misalnya, Rg = 120Ω (hambatan strain gage)

    Ks = 2,00 (gage factor)

    r1 = 1000MΩ (hambatan insulasi awal)

    r2 = 10MΩ (hambatan insulasi setelah berubah)

    maka, kesalahan strain yang terjadi adalah mendekati 6με.

    Selama pengukuran strain kesalahan seperti ini akan tidak akan tampak. Pada

    aplikasinya, penurunan hambatan insulasi ini tidak akan memiliki nilai yang konstan,

    dan hambatan ini akan berubah secara tajam karena pengaruh temperatur dan

    kelembapan, serta pengaruh lingkungan lainnya. Adalah hal yang tidak mungkin

    untuk mengetahui insulasi bagian mana pada rangkaian yang mengalami penurunan

    hambatan. Oleh karena itu, tindakan preventif sangat perlu dilakukan.

    III.1.12 Perubahan Hambatan Strain Gage Akibat Perekatan pada Permukaan Kurva

    Strain εc yang timbul pada elemen hambatan akibat perekatan strain gage

    pada permukaan kurva dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut [12]:

    trt

    c +=

    2ε (III.20)

    Dimana, t: ketebalan dari strain gage ditambah ketebalan permukaan perekat

    (adhesive)

    r: jari-jari permukaan daerah perekatan

    Gambar III. 18 Strain Gage yang Direkatkan pada Permukaan Kurva [12]

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 85

    III.1.13 Pengaruh Pemasangan yang Tidak Tepat (Missalignment)

    Strain ε0 yang terukur oleh strain gage yang tidak tepat terpasang dengan

    sudut penyimpangan θ dari arah prinsipal strain, dapat dirumuskan sebagai berikut

    [12]:

    { }θεεεεε 2cos)()(21

    21210 −++= (III.21)

    Apabila 12 εε v−= (v: Poisson’s ratio) pada kondisi menerima gaya pada satu sumbu

    saja,

    { }θεε 2cos)1()1(21

    10 vv ++−= (III.22)

    Gambar III. 19 Strain Gage dengan Pemasangan yang Tidak Tepat [12]

    III.1.14 Metode Kompensasi Panjang Kabel Kepala Apabila panjang kabel kepala pada sistem 1-gage atau sistem 2-gage relatif

    panjang (>1m), maka penambahan hambatan diinisiasikan secara seri pada strain

    gage, hal ini berakibat pada penurunan gage factor. Sebagai contoh, apabila kabel

    kepala dengan panjang 10m dan penampang 0,3mm2 digunakan, gage factor akan

    berkurang sebesar 1%. Pada aplikasi sistem 4-gage, penambahan panjang juga akan

    mengurangi tegangan keluaran jembatan. Pada kasus ini, strain yang sebenarnya

    terjadi dapat diperoleh dengan rumusan sebagai berikut [12]:

    ig

    l

    Rr

    εε ×⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛+= 1 (III.23)

    Dimana, εi: Strain terukur

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 86

    Rg: Hambatan strain gage

    rl: Hambatan total dari kabel kepala

    Tabel III. 6Spesifikasi Berbagai Leadwire dan Reciprocating Resistance [12]

    *pada sistem 3-kabel digunakan hambatan satu-arah (hambatan satu arah = 0.5*hambatan

    reciprocating)

    III.1.15 Metode Kompensasi Ketidaklinieran pada Sistem 1-Gage

    Ketidaklinearan yang melebihi spesifikasi pada pengukuran regangan yang

    relatif besar dengan sistem 1-gage dapat dikompensasi melalui persamaan berikut

    untuk memperoleh regangan yang sebenarnya ε [12]:

    )10(1

    6

    0

    0 −×−

    εε (III.24)

    Dimana, ε0: regangan terukur

    III.1.16 Metode Mendapatkan Besaran dan Arah dari Principal Stress (Rosette Analysis)

    Apabila arah dari principal stress tidak diketahui dari sebuah pengukuran

    tegangan pada suatu struktur, maka triaxial rosette gage lazim digunakan dan

    berbagai parameter dapat diperoleh dengan menggunakan nilai-nilai dari regangan

    yang terukur oleh rangkai strain gage ini.

    Langkah-langkah aplikasi rosette analysis adalah:

    1. Tetapkan εa εb εc sebagai arah urutan

    2. Sudut θ adalah:

    Sudut dari regangan maksimum terhadap sumbu εa bila εa > εc;

    Sudut dari regangan minimum terhadap sumbu εa bila εa < εc;

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 87

    Perbandingan antara εa dan εc tetap memperhitungkan nilai positif dan

    negatifnya.

    Gambar III. 20Konfigurasi Pemasangan Strain Gage pada Rosette Analysis [12]

    Maximum principal strain [12]

    { }[ ]22max )()(221

    cbbaca εεεεεεε −+−++= (III.25)

    Minimum principal strain [12]

    { }[ ]22min )()(221

    cbbaca εεεεεεε −+−−+= (III.26)

    Arah dari principal strain [12]

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    −−= −

    ca

    cab

    εεεεε

    θ2

    tan21 1 (III.27)

    Maximum shearing strain [12]

    { }22max )()(2 cbba εεεεγ −+−= (III.28) Maximum principal stress [12]

    { }[ ]222max

    )()(2)1())(1()1(2 cbbaca

    vvv

    E εεεεεεσ −+−−+++−

    = (III.29)

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 88

    Minimum principal stress [12]

    { }[ ]222min

    )()(2)1())(1()1(2 cbbaca

    vvv

    E εεεεεεσ −+−−−++−

    = (III.30)

    Maximum shearing stress [12]

    { }22max )()(2)1(2 cbbavE εεεετ −+−−

    = (III.31)

    v: Poisson’s ratio

    E: Young’s modulus

    III.1.17 Metode Mendapatkan Nilai Kalibrasi dengan Tip Parallel Resistance

    Ketika perpanjangan kabel kepala mencapai beberapa ratus meter atau untuk

    memperoleh nilai kalibrasi yang tepat, penggunaan metode Tip Parallel Resitance

    adalah sangat tepat. Kalibrasi ini dilakukan untuk mengetahui nilai regangan

    sebenarnya yang dialami strain gage, hubungan antara tegangan keluaran e dengan

    regangan strain gage ε, untuk sistem 1-gage adalah ε

    εsKe4

    = . Nilai regangan yang

    diperoleh berdasarkan besarnya e dengan menggunakan persamaan diatas dapat

    memberikan nilai regangan yang tidak tepat, hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh

    panjangnya kabel kepala, kesalahan arah pemasangan, hambatan insulasi dan faktor-

    faktor lain yang telah disebutkan di atas. Konsep Tip Parallel Resistance ini adalah

    dengan penambahan hambatan paralel pada strain gage, hambatan-total-paralel antara

    strain gage setelah meregang dan resistor tambahan adalah sama dengan hambatan

    awal strain gage. Persamaannya adalah sebagai berikut [12]:

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 89

    ( )

    εsg

    gg

    gg

    gparallel

    gparallel

    KR

    r

    RRRR

    r

    RRRr

    RR

    rRRR

    =

    Δ

    Δ+=

    Δ+−=

    =

    +Δ+

    =

    111

    *

    111

    (III.32)

    Dimana, Rg : Hambatan dari strain gage

    Ks : Gage Factor dari strain gage

    ε : Nilai regangan kalibrasi

    Gambar III. 21 Tip Parallel Resistance untuk Kalibrasi Strain [12]

    Bila setelah dipasang resistor paralel tambahan dan sistem mengalami

    regangan, tegangan keluaran jembatan menunjukkan nilai nol, maka hal ini

    menunjukkan bahwa regangan yang dialami strain gage sebenarnya adalah sebesar

    nilai regangan kalibrasi.

    Tabel III. 7 Contoh dari Nilai Regangan Kalibrasi dan Hambatan Parallel Tambahan

    [12] (Rg = 120Ω, Ks = 2,00)

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 90

    III.1.18 Metode Perekatan Strain Gage dan Dampproofing Treatment

    1. Seperti menggambar lingkaran dengan

    sandpaper (#300), poles daerah perekatan

    strain gage, daerah ini harus memiliki lebar

    yang lebih besar dari ukuran strain gage.

    2. Dengan menggunakan katun mampu serap,

    atau kertas SILBON yang direndam pada

    pelarut highly volatile seperti aseton, dengan

    tekanan kuat usaplah daerah perekatan strain

    gage pada satu arah saja. Pelarut ini akan

    dengan mudah menghilangkan minyak dan

    lemak. Arah pengusapan yang bolak-balik

    tidak akan membersihkan permukaan. Setelah

    dibersihkan, berikan tanda untuk posisi strain

    gage.

    3. Bedakan dan pastikan mana posisi depan

    (metal foil part) dan bagian belakang strain

    gage. Berikan setitik adesif pada permukaan

    belakang dan segera mungkin letakkan strain

    gage pada daerah perekatan. (Jangan

    meratakan adesif pada permukaan belakang,

    apabila ini dilakukan proses pengeringan akan

    berlangsung jauh lebih cepat.)

    4. Tutup strain gage dengan lembaran

    polyethylene kemudian dengan kuat tekan

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 91

    strain gage yang tertutup dengan menggunakan

    jempol tangan selama kurang lebih 1 menit

    (jangan melepas tekanan sebelum 1 menit).

    Lakukan tahap 3 dan 4 secara cepat, jika tidak

    perekat akan segera kering. Ketika strain gage

    telah terikat pada permukaan, jangan mencoba

    untuk mengangakatnya lagi guna mengatur

    posisi.

    5. Ketika adesif sudah kering, lepaskan lembaran

    polyethylene dan cek kondisi cairan adesif.

    Idealnya, cairan adesif tersebut akan tersebar

    merata disekitar strain gage.

    6. Apabila adesif tersebar sangat jauh dari strain

    gage, hilangkan bagian yang jauh tersebut

    dengan cutter atau sandpaper. Letakkan kabel

    kepala strain gage dengan kondisi kendur.

    7. Letakkan kabel kepala strain gage memanjang

    ke belakang. Letakkan sepotong coating agent

    di bawah kabel kepala dengan posisi kabel yang

    sedikit kendur.

    8. Tutup strain gage, adesif yang mengelilingi,

    dan bagian kabel kepala dengan potongan

    coating agent yang lain. Jangan lupa untuk

    menekan potongan coating agent terlebih

    dahulu. Gambar III. 22Metode Perekatan

    Strain Gage [12]

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 92

    III.2 Konfigurasi Strain gage pada Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis

    Gambar III. 23 Skematik Konfigurasi Strain Gage Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis

    pada Semua Komponen Plate

    Gambar III.23 adalah konfigurasi strain gage pada Sistem Pendeteksi Gaya

    Multi Axis. Beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan pemilihan konfigurasi

    di atas adalah:

    1. Konfigurasi jembatan Wheatstone yang dipilih untuk ketiga rangkaian

    adalah sistem 2-gage dengan susunan strain gage yang saling

    bersebelahan (Gambar III.11). Sistem konfigurasi jembatan wheatstone

    seperti ini akan membantu mendeteksi besarnya strain yang terjadi akibat

    bending.

    Tabel III. 8Tabel Deskripsi Sistem 2-Gage [16]

    Adapun konfigurasi rangkaian elektronik jembatan wheatstone dari sistem

    pendeteksi gaya multi axis ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 93

    Gambar III. 24Rangkaian Elektronik Jembatan Wheatstone dari Sistem Pendeteksi

    Gaya Multi Axis

    2. Pada komponen plat baik itu arah sumbu x, maupun sumbu y, strain gage

    direkatkan di permukaan bawah plat dan masing-masing plat

    membutuhkan satu strain gage. Setiap satu sumbu memiliki dua stain gage

    dengan arah yang berbeda, hal ini dimaksudkan agar nilai keluaran voltage

    yang dikeluarkan dari rangkaian jembatan wheatsone akan saling

    menguatkan. Misalkan gaya datang dari arah sumbu x, plat strain gage

    pertama akan mendeteksi sebuah gaya compressive yang terjadi padanya,

    dan sebaliknya dengan plat strain gage yang kedua membaca gaya tensile.

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 94

    Dengan konfigurasi seperti ini, maka gaya compressive sama dengan gaya

    tensile.

    Gambar III. 25 Simulasi Gaya yang Datang terhadap Plat X atau Plat Y

    Pada contoh kasus Gambar III.26 terlihat bahwa pada saat plat sumbu x

    menerima gaya dari arah x positif, pada bagian plat sg1 (strain gage 1)

    akan mengalami tekan, dan pada bagian plat sg2 (strain gage 2) akan

    mengalami tarik, sehingga strain yang dialami strain gage x1, ε1, adalah

    bernilai positif dan strain gage x2, ε2, adalah bernilai negatif, sementara

    nilai absolut kedua strain adalah sama, 21 εε = . Sesuai persamaan yang

    berlaku pada konfigurasi ini, yakni persamaan (III.12), yaitu:

    ( ) excEKe 2141 εε −= , maka tegangan keluaran, e adalah sama dengan dua

    kali ε yang ada.

    3. Tegangan eksitasi dari jembatan Wheatstone adalah 3,333volt, sesuai

    dengan spesifikasi dari Modul Pengkondisian Sinyal Strain Gage.

    4. Pada plat sumbu z, strain gage diletakkan pada sisi yang sama dari plat.

    Design stick mampu mengkompensasi pendeteksian gaya dari arah sumbu

    lain. Sisi kiri dan kanan dari plat secara teoritis akan mengalami bending

    stress dan strain yang sama apabila terkena gaya yang searah sumbu z dan

    titik konsentrasi gaya berada tepat di tengah plate.

    Gambar III. 26 Simulasi Gaya yang Datang terhadap Plat Z

    F

    SG1 SG2

    SG1 SG2

    F

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 95

    5. Untuk melengkapi dua buah sisi masing-masing jembatan Wheatstone

    yang belum terisi, maka dirangkaikan resistor variable yang memiliki

    jangkauan hambatan 0-200Ω di setiap sisi. Resistor ini berfungsi sebagai

    sarana untuk melaksanakan offset nulling, yakni pengaturan hambatan

    untuk menyeimbangkan jembatan Wheatstone saat pembebanan belum

    dilakukan.

    III.3 Pengkondisian Tegangan Keluaran Jembatan Wheatstone pada Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis

    Gambar III. 27Diagram Blok SCM5B38 [13]

    Peranti keras yang digunakan untuk pengkondisian sinyal pada Sistem

    Pendeteksi Gaya Multi Axis adalah SCM5B38-31 Strain Gage Input Module, yang

    merupakan produk dari DATAFORTH. Setiap SCM5B38-31 menyediakan sebuah

    channel untuk masukan strain gage dimana pengkondisian sinyal yang diberikan

    adalah filtering, isolasi, amplifikasi dan konversi menjadi tegangan keluaran analog

    tingkat tinggi (Gambar III.28). Tegangan keluaran terkontrol dengan suatu logic

    swith, yang memungkinkan modul ini dapat berbagi satu analog bus dengan modul-

    modul yang lain tanpa memerlukan external multiplexers.

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 96

    III.3.1 Tegangan Eksitasi

    Modul pengkondisi sinyal strain gage menyediakan sumber tegangan yang

    konstan untuk rangkaian jembatan Wheatstone. Tegangan eksitasi yang umum

    disediakan modul pengkondisi sinyal adalah 3,333 volt atau 10 volt. Pada aplikasi

    Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis, tegangan eksitasi yang diberikan adalah 3,333

    volt. Dengan tegangan eksitasi yang besar, maka tegangan keluar yang dihasilkan

    juga bertambah secara proporsional. Tegangan yang terlalu besar dapat

    mengakibatkan error yang besar akibat pemanasan pada elemen.

    III.3.2 Amplifikasi

    Keluaran tegangan dari rangkaian jembatan strain gage adalah sangat kecil.

    Pada umumnya, tegangan keluaran dari jembatan strain gage adalah sekitar 10 mV/V

    (10mV tegangan keluaran untuk setiap 1V tegangan eksitasi). Dengan tegangan

    eksitasi sekitar 10V, maka tegangan keluaran adalah sekitar 100mV. Oleh karena itu,

    pengkondisian sinyal untuk strain gage pada umumnya menggunakan amplifier untuk

    meningkatkan resolusi pengukuran dan meningkatkan rasio sinyal terhadap gangguan

    (noise).

    Terdapat dua hal penting yang perlu diketahui dalam menganalisa rangkaian op

    amp, yakni: arus yang masuk pada terminal input op amp adalah nol dan beda

    tegangan di antara kedua input terminal juga nol.

    Penting untuk diingat, bahwa generalisasi Hukum Kirchoff untuk arus tidak

    berlaku pada op amp Gambar III.29. Apabila arus input adalah nol bukan berarti arus

    output juga nol. Hal ini dapat terlihat lebih jelas pada Gambar III.31, dimana

    hubungan terhadap sumber daya diperlihatkan. Maka dari itu, Hukum Kirchoff untuk

    arus tidak dapat diaplikasikan pada terminal 3 Gambar III.29, karena adanya terminal

    yang tidak terlihat, jadi kita tidak dapat mengetahui berapa arus output.

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 97

    Gambar III. 28 Operasional Amplifier dengan Sumber Daya [14]

    Perhatikanlah gambar di bawah ini. v2 adalah tegangan keluaran dari op amp

    dan, seperti yang kita lihat, adalah fungsi dari tegangan masukan v1 dan dua buah

    resistor.

    Gambar III. 29 Voltage-Controlled Voltage Source [14]

    III.3.3 Filtering

    Strain gage biasanya terletak di lingkungan yang banyak gangguan elektrikal.

    Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengeliminasi gangguan tersebut sehingga

    dapat diperoleh keluaran yang tepat. Lowpass filters dapat digunakan bersebelahan

    dengan strain gage, komponen itu dapat menghilangkan gangguan frekuensi tinggi

    dan biasa diaplikasikan pada berbagai kondisi lingkungan.

    III.3.4 Offset Nulling

    Ketika rangkaian Jembatan Wheatstone telah terbentuk, maka dipastikan

    tegangan keluaran yang dihasilkan adalah tidak sama dengan nol (e ≠ 0), meskipun

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 98

    tidak terjadi regangan sama sekali pada strain gage. Variasi dari hambatan dari setiap

    sisi jembatan dan perbedaan hambatan dari masing-masing kabel dapat

    mengakibatkan tegangan keluaran awal yang tidak sama dengan nol. Offset nulling

    dapat dilakukan melalui dua cara, yakni melalui peranti keras atau pun peranti lunak.

    1. Kompensasi peranti lunak

    Dengan metode kompensasi ini, nilai tegangan, yang keluar saat pertama kali

    sistem diberi tegangan eksitasi dan strain gage belum mengalami regangan,

    dijadikan besar nilai offset untuk membuat nilai awal menjadi nol. Metode ini

    cukup sederhana, mudah, cepat dan tidak memerlukan pengaturan manual.

    Kerugian dari kompensasi peranti lunak ini adalah offset pada jembatan

    Wheatstone tidak dihilangkan. Apabila offset yang terjadi cukup besar, hal ini

    dapat membatasi gain dari amplifier yang dapat diberikan pada tegangan

    keluaran, sehingga dapat mengurangi jangkauan dinamik penukuran.

    2. Kompensasi peranti keras

    Proses stabilisasi untuk kompensasi offset dengan peranti keras adalah dengan

    menggunakan potensiometer, atau resistor variable. Dengan mengatur besar

    hambatan pada resistor variable yang menjadi elemen di salah satu sisi jembatan

    Wheatstone maka proses pengaturan tegangan keluarn jembatan dapat dilakukan

    hingga mendapatkan nilai nol.

    III.4 Tegangan Keluar Teoritis Dengan menggunakan persamaan (III.12), tegangan keluaran dari jembatan

    Wheatstone dapat diprediksi. Berikut adalah persamaan (III.12):

    ( ) excEKe 2141 εε −=

    Saat pembebanan maksimum 12N, untuk Daerah Pendeteksi Gaya Arah x,

    strain (ε) yang terjadi adalah 1,26·10-2, sementara tegangan eksitasi, Eexc, adalah

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 99

    3,333volt, Gage Factor strain gage,K , adalah 2,11. Maka tegangan keluaran dari

    jembatan Wheatstone, e adalah 8,85·10-2.

    Saat pembebanan maksimum 12N, untuk Daerah Pendeteksi Gaya Arah y,

    strain (ε) yang terjadi adalah 1,26·10-2, sementara tegangan eksitasi, Eexc, adalah

    3,333volt, Gage Factor strain gage,K , adalah 2,11. Maka tegangan keluaran dari

    jembatan Wheatstone, e adalah 8,85·10-2.

    Saat pembebanan maksimum 12N, untuk Daerah Pendeteksi Gaya Arah z,

    strain (ε) yang terjadi adalah 1,4·10-2, sementara tegangan eksitasi, Eexc, adalah

    3,333volt, Gage Factor strain gage,K , adalah 2,11. Maka tegangan keluaran dari

    jembatan Wheatstone, e adalah 7,9·10-2.

    Grafik Tegangan Keluaran Teoritis Terhadap Beban pada Arah Sumbu X

    -8,00E-02-6,00E-02-4,00E-02-2,00E-020,00E+002,00E-024,00E-026,00E-028,00E-021,00E-01

    -15 -10 -5 0 5 10 15

    Gaya (Newton)

    Tega

    ngan

    (Vol

    tage

    )

    nilai teoitis Linear (nilai teoitis )

    Gambar III. 30 Grafik Tegangan Keluaran Teoritis Terhadap Beban pada Arah

    Sumbu X

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 100

    Grafik Tegangan Keluaran Teoritis Terhadap Beban pada Arah Sumbu Y

    -8,00E-02-6,00E-02-4,00E-02-2,00E-020,00E+002,00E-024,00E-026,00E-028,00E-021,00E-01

    -15 -10 -5 0 5 10 15

    Gaya (Newton)

    Tega

    ngan

    (Vol

    tage

    )

    nilai teoitis Linear (nilai teoitis )

    Gambar III. 31 Grafik Tegangan Keluaran Teoritis Terhadap Beban pada Arah

    Sumbu Y

    Grafik Tegangan Keluaran Teoritis terhadap Beban pada Arah Sumbu Z

    -2.00E-01-1.50E-01-1.00E-01-5.00E-020.00E+005.00E-021.00E-011.50E-012.00E-01

    -20 -10 0 10 20

    Gaya (Newton)

    Tega

    ngan

    (Vol

    tage

    )

    nilai teoritis

    Linear (nilaiteoritis)

    Gambar III. 32 Grafik Tegangan Keluaran Teoritis Terhadap Beban pada Arah

    Sumbu Z

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 101

    III.5 Akuisisi Data Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis

    III.5.1 Prinsip Operasi Akusisi Data pada Board DT3010 Proses akuisisi data pada Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis berfungsi untuk

    mengkonversi sinyal analog yang keluar dari peranti pengkondisi sinyal strain gage

    menjadi sinyal digital yang dapat diproses lebih lanjut oleh komputer. Hardware yang

    digunakan untuk proses akuisisi data ini adalah board seri DT3010 produk dari Data

    Translation. Terdapat beberapa metode dan prosedur yang perlu dikonfigurasi untuk

    mendapatkan sebuah proses akuisisi data yang efektif dan efisien. Metode dan

    prosedur tersebut di antaranya adalah:

    1. Channel-gain list;

    2. Sumber A/D sample clock;

    3. Metode konversi input analog;

    4. Sumber trigger dan metode akuisisi trigger;

    5. Format data dan transfer.

    Gambar III. 33 Skematik DT3010 Board [16]

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 102

    III.5.1.1 Channel-gain list

    Channel-gain list adalah susunan channels yang terhubung jembatan strain

    gage beserta gain yang digunakan untuk pembesaran nilai sinyal masukan. Sebagai

    informasi, berikut adalah channel-gain list yang digunakan pada Sistem Pendeteksi

    Gaya Multi Axis:

    Tabel III. 9 Contoh dari Nilai Regangan Kalibrasi dan Hambatan Parallel Tambahan [16]

    Entry Channel Gain Keterangan 0 0 8 Berkorelasi dengan jembatan

    strain gage pendeteksi gaya arah sumbu 2 (sumbu x) end effector

    1 1 8 Berkorelasi dengan jembatan strain gage pendeteksi gaya arah sumbu 3 (sumbu x) end effector

    2 2 8 Berkorelasi dengan jembatan strain gage pendeteksi gaya arah sumbu 4 (sumbu y) end effector

    3 3 8 Berkorelasi dengan jembatan strain gage pendeteksi gaya arah sumbu 5 (sumbu y) end effector

    4 4 8 Berkorelasi dengan jembatan strain gage pendeteksi gaya arah sumbu 1 (sumbu z) end effector

    III.5.2 Rangkuman Konfigurasi Akusisi Data Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis

    Berikut adalah rangkuman konfigurasi yang digunakan dalam sistem akuisisi

    data pada alat Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis:

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 103

    Tabel III. 10 Konfigurasi Akuisisi Data Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis

    No Kategori Spesifikasi Keterangan

    1 Resolusi 12 bit Spesifikasi standar

    DT3010

    2 Channel-Gain List Entry 0

    Entry 1

    Entry 2

    Entry 3

    Entry 4

    Channel 0 gain 8

    Channel 1 gain 8

    Channel 2 gain 8

    Channel 3 gain 8

    Channel 4 gain 8

    3 Sumber A/D sample

    clock

    Internal Spesifikasi standar

    DT3010

    4 Frekuensi A/D sample

    clock

    1000 Hz Kelipatan jumlah entry

    5 Metode konversi input

    analog

    Continuously-

    Paced Scan

    6 Sumber trigger Software

    7 Metode akuisisi trigger Pre-trigger

    8 Format data bipolar - 5 volt s/d 5 volt

    8 Jumlah buffer 4 Harus lebih dari 3

    9 Buffer wrap mode multiple

    III.5.3 Flowchart Pembangunan Peranti Lunak Antar Muka Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis

    Pada Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis, output berupa perubahan tegangan

    jembatan strain gage akan dikondisikan dan diakuisisi sedemikian rupa sehingga

    dapat dikonversi menjadi besaran gaya dan ditampilkan secara real-time pada monitor

    komputer. Jenis sinyal masukan yang akan diakuisisi adalah sinyal kontinu, karena

    secara berkelanjutan jembatan strain gage memberikan keluaran berupa tegangan

    yang berubah-ubah sesuai strain yang dialami sensor. Pada pembahasan kali ini akan

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008

  • 104

    dijelaskan mengenai pemrograman untuk mengakuisisi sinyal masukan yang berasal

    dari jembatan strain gage yang berbentuk sinyal analog kontinu.

    Optimasi desain pada..., Nurdian Kartika Sari, FT UI, 2008