BAB III Profesional BK

9
1 BAB III HUBUNGAN DINAMIKA DALAM PROSES KONSELING A. Sikap dan Kemampuan Dasar dalam Membina Hubungan Konseling 1. Keyakinan atau pandangan konselor hakikat manusia : manusia pada dasarnya baik, manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan-kecenderungan yang positif. Konselor : membantu klien menemukan, mengungkapkan dan mengembangkan kebaikan-kebaikan pada diri klien. Membantu meringankan beban klien dan membebaskannya dari gangguan masalah-masalah yang dihadapinya. 2. Norma dan nilai Konselor akan menyertakan norma dan nilai-nilai yang dianutnya di dalam hubungan konseling dengan klien. Konselor dapat membicarakan secara terbuka dan terus terang segala sesuatu yang menyangkut norma dan nilai- nilai itu. Bagaimana berkembangnya, bagaimana penerimaan masyarakat, apa dan bagaimana akibat yang timbul bila norma dan nilai-nilai seperti itu terus dianut, dan sebagainya. 3. Kemampuan menerima klien sebagaimana adanya konselor tidak memberikan suatu penilaian tertentu dan tidak memberikan suatu persyaratan. Konselor berkehendak untguk menerima adanya perbedaan antara konselor dan klien. Konselor menyadari bahwa pengalaman yang akan dijalani oleh klien dalam berhubungan dengan konselor adalah suatu usaha penuh dengan perjuangan, pembinaan, dan perasaan. 4. Kemampuan memahami klien semua pernyataan dari klien baik langsung maupun tidak langsung, verbal dan non- verbal, perlu dijangkau dan dimengerti oleh konselor. 5. Kemampuan membina keakraban

Transcript of BAB III Profesional BK

Page 1: BAB III Profesional BK

1

BAB IIIHUBUNGAN DINAMIKA DALAM PROSES KONSELING

A. Sikap dan Kemampuan Dasar dalam Membina Hubungan Konseling1. Keyakinan atau pandangan konselor hakikat manusia : manusia

pada dasarnya baik, manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan-kecenderungan yang positif.Konselor : membantu klien menemukan, mengungkapkan dan

mengembangkan kebaikan-kebaikan pada diri klien. Membantu meringankan beban klien dan membebaskannya dari

gangguan masalah-masalah yang dihadapinya.

2. Norma dan nilaiKonselor akan menyertakan norma dan nilai-nilai yang dianutnya di dalam hubungan konseling dengan klien.Konselor dapat membicarakan secara terbuka dan terus terang segala sesuatu yang menyangkut norma dan nilai-nilai itu. Bagaimana berkembangnya, bagaimana penerimaan masyarakat, apa dan bagaimana akibat yang timbul bila norma dan nilai-nilai seperti itu terus dianut, dan sebagainya.

3. Kemampuan menerima klien sebagaimana adanya konselor tidak memberikan suatu penilaian tertentu dan tidak memberikan suatu persyaratan. Konselor berkehendak untguk menerima adanya perbedaan

antara konselor dan klien. Konselor menyadari bahwa pengalaman yang akan dijalani oleh

klien dalam berhubungan dengan konselor adalah suatu usaha penuh dengan perjuangan, pembinaan, dan perasaan.

4. Kemampuan memahami klien semua pernyataan dari klien baik langsung maupun tidak langsung, verbal dan non-verbal, perlu dijangkau dan dimengerti oleh konselor.

5. Kemampuan membina keakraban Keakraban merupakan kesatuan suasana hubungan yang ditandai

oleh adanya rasa kerasan, saling percaya mempercayai, kerjasama, kesungguhan dan ketulusan hati, dan perhatian.

Keakraban yang murni dan wajar ditandai oleh adanya perhatian, tanggapan, dan keterlibatan perasaaan secara tulus.

Konselor hendaknya memiliki kehendak hati yang kuat untuk menerima, memperhatikan, dan mendengarkan orang lain (klien).

Keakraban yang murni adalah tanpa pamrih.

Page 2: BAB III Profesional BK

2

6. Empati konselor mengerti dan merasakan perasaan orang lain (klien).

7. Kemampuan memperhatikan Klien menginginkan perhatian penuh dari konselor. Konselor perlu mencurahkan perhatian penuh terhadap segenap

pengutaraan klien baik melalui kata-kata (verbal) maupun isyarat/kegiatan lainnya (non-verbal). Lebih dari itu, hal-hal yang melatarbelakangi pengutaraan itupun dijangkau oleh konselor.

Konselor perlu membaca buku-buku tentang teknik konseling.

B. Dinamika Perubahan dalam KonselingUnsur-unsur dalam Proses Perubahan Obyek yang berubah klien/konseli Keadaan sebelum berubah kondisi klien/konseli saat ini Keadaan yang diharapkan sesudah berubah goal (tujuan) Proses perubahan: cara-cara dan suasana keterampilan &

kelengkapan konselor Siapa yang melakukan dan merangsang terjadinya perubahan

konselor

1. Pengkajian keadaan awal keadaan awal menjadi titik tolak usaha perubahan.Bagaimana kita mengkaji keadaan awal pada klien/konseli?

2. Penetapan apa yang perlu diubahKetahui hal-hal yang kurang memuaskan dan perlu diubah agar proses perubahan benar-benar mengenai sasaran dan sesuai dengan kebutuhan subjek.

3. Penetapan tujuan perubahan tujuan harus jelas. Baik kejelasan dalam arti perinciannya, usaha pencapaiannya, maupun usaha penilaiannya.

4. Rencana usaha mencapai perubahan rencana harus didasarkan pada faktor-faktor ataupun kenyataan atau kekuatan-kekuatan yang sudah ada pada subjek juga harus memperhitungkan faktor-faktor penunjang dan penghambat baik yang ada di dalam subjek sendiri maupun diluar subjek

5. Pelaksanaan usaha proses perubahan menuntut keterlibatan keua belah pihak dengan mendayagunakan secara penuh segenap faktor

Page 3: BAB III Profesional BK

3

yang menunjang dan menekan serendah mungkin akibat-akibat dari faktor yang menghambat.

6. Penilaian dan penerimaan umpan balik peninjauan Arah peninjauan bisa ke belakang (membandingkan keadaan yang

sudah dicapai sekarang terhadap keadaan awal) dan ke depan (membandingkan keadaan sekarang terhadap tujuan yang sudah ditetapkan terdahulu.

Hal ini guna memberikan berbagai keterangan yang amat berguna sebagai dasar pertimbangan bagi perbaikan yang diperlukan demi kelancaran proses itu sendiri.

7. Tindak lanjut Dapat berupa tindakan amat drastis : mengubah tujuan, arah

serta bentuk proses perubahan. Dapat berupa tindakan kelanjutan usaha yang sudah berjalan Dapat pula berupa penghentian proses perubahan.

8. Hubungan awal dapat berupa hubungan paksa ataupun sukarelaApapun sifatnya, pengaruh terhadap proses dan usaha berikutnya banyak tergantung pada konselor.

9. Kelengkapan subjek pengubah pandangan, sikap, pengetahuan, dan keterampilan konselor.

C. Beberapa Catatan dalam Membina Hubungan Konseling1. Jika klien telah membicarakan masalahnya kepada orang lain

Bahas lebih jauh tentang sikap dan tingkah laku klien sendiri dalam menanggapi keadaan ataupun perlakuan orang lain terhadapnya.

2. Tidak membangkitkan sikap mempertahankan diri Kata-kata tertentu dari konselor dapat menimbulkan sikap

mempertahankan diri pada klien. Jika konselor terlanjur mempergunakan kata-kata yang kurang

tepat dan/atau kurang mengena dalam merefleksikan isi ataupun suasana perasaan yang dikemukakan klien sehingga klien tidak setuju atau bahkan marah, maka yang dilakukan konselor baiknya adalah menerima kenyataan itu dan mengerti sikap yang timbul sebagai reaksi terhadap kata-kata konselor.

3. Perbedaan antara konseling dan pembicaraan biasa Dalam konseling pusat pembicaraan diarahkan pada salah

seorang peserta yaitu klien/konseli sedangkan dalam pembicaraan biasa pusat pembicaraan diarahkan pada kedua belah pihak.

Konselor hendaknya tidak memusatkan pembicaraan kepada seseorang selain kepada klien sendiri.

Page 4: BAB III Profesional BK

4

Konselor jugha hendaknya mengingat bahwa di dalam wawancara konseling tidak boleh ada omongan yang membicarakan orang lain.

4. Masalah klien terdahulu Konselor tidak seyogyanya membawa pembicaraan tentang

masalah klien yang terdahulu ke dalam proses konseling yang sekarang sedang berlangsung meskipun masalah yang dialami oleh kedua klien itu tampaknya sama.

Membawa masalah klien lain ke dalam pembicaraan konseling dapat menimbulkan sikap yang kurang menyenangkan pada diri klien

5. Pokok pembicaraan dalam konseling Biarkan klien menetapkan sendiri pokok-pokok pembicaraan yang

akan dibahas di dalam wawancara konseling. Amat penting menangkap pokok persoalan yang dikemukakan

oleh klien, terkadang pokok persoalan yang hendak disampaikan oleh klien tidak terkemukakan secara terurai oleh klien pada waktu ia memulai pembicaraan itu, namun konselor harus tetap menguasai diri sampai akhirnya pokok persoalan yang sebenarnya tertangkap dengan baik oleh konselor.

Konselor hendaknya mendengarkan, mengamati, memikirkan, dan menanggapi secara cepat.

6. Membedakan masa lalu, sekarang dan masa datang Konselor merangsang dan mengarahkan klien untuk mampu

membedakan masa lalu dan masa datang dan sekarang. Klien mungkin mencampur-adukkan hal-hal yang terjadi pada

masa lampau dengan hal-hal yang sekarang dan atau dialaminya. Tugas konselor membantu klien menyadari perbedaan dalam segi

waktu.

7. Memakai ungkapan yang tepat Dalam menghadapi kebingungan dan keresahan klien, konselor

dapat menggunakan ungkapan-ungkapan tertentu. Klien seringkali tidak mempunyai cukup perbendaharaan bahasa

sehingga ungkapan-ungkapan itu tidak menyentuh perasaannya. Tugas konselor mencarikan ungkapan yang tepat untuk suasana

perasaan dan pikiran yang dialami klien.

8. Jika klien bertanyaPertanyaan-pertanyaan dari klien yang timbul akibat dari keengganan klien membicarakan masalah yang sebenarnya hendaknya konselor menanggapinya dengan tidak perlu menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Page 5: BAB III Profesional BK

5

9. Klien yang menolak dan enggan Cara menghadapi klien yang menolak/enggan Diam, berusaha

mendengarkan tingkah laku klien yang sedang berada di dalam keinginannya. Kemudian konselor bertanya tentang suasana perasaan klien (bukan kepada pribadi klien).

Hal yang amat penting bagi konselor dalam menghadapi klien yang menolak dan enggan ialah kemampuan menerima orang lain (klien) dalam keengganannya terhadap konselor. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa kunci keberhasilan usaha pemberian bantuan melalui hubungan konseling terletak pada sampai dimana kemampuan konselor membiarkan dan menerima klien dengan segala perasaannya ketika ia berhadapan dengan konselor.

Konselor perlu menjelaskan sifat, suasana, dan tujuan proses konseling sehingga klien tidak merasa asing dengan proses konseling.

Konselor mempergunakan pertanyaan-pertanyaan tertentu terhadap klien yang diam. “berapa usiamu?”, “berapa saudaramu?”, dll.

Strategi lain yaitu dengan mengemukakan alasan, merngsang klien untuk mengerti mengapa dan bagaimana ia disuruh dating menghadap konselor.

Dapat pula dilakukan konfrontasi yang sedang, agak keras, ataupun keras bergantung pada kebijaksanaan dan ketajaman tilikan konselor.

BAB IV

Page 6: BAB III Profesional BK

6

TEORI DAN PENDEKATAN DALAM KONSELING

A. Perlunya Teori atau Pendekatan dalam KonselingB. Pemaduan Berbagai Pendekatan

1. Dinamika perubahan2. Dua pola pendekatan3. Kesegaran, konfrontasi, dan ketitikarahan4. Taraf pengarahan5. Diagnosis6. Strategi pengubahan tingkah laku7. Permasalahan dalam penyelenggaraan konseling8. Pemaduan pendekatan

A. Perlunya Teori atau Pendekatan dalam KonselingTeori konseling - Memberikan arah bagi kegiatan konselor.

- Memberi dasar bagi konselor dalam keseluruhan kegiatan konseling yang dijalankannya.

- Konselor dapat melihat ke depan, dapat memprediksikan tentang hasil ataupun akibat dari sesuatu yang dilaksanakannya dalam konseling.

- Memungkinkan konselor melihat hal-hal yang tersembunyi, yang sebelumnya tidak tampak.

Diibaratkan bahwa suatu tindakan yang tidak didasarkan atas suatu teori seperti orang buta berjalan, meraba-raba dan tanpa arah.

Pendekatan psikoanalisa Sigmund Freud Konselor tahu bahwa pengalaman-pengalaman yang diperoleh klien sewaktu berumur 5 tahun kebawah dapat menjadi akar permasalahan yang diderita klien saat ini.

Pendekatan Humanistik Carl Roger Konselor akan mampu mengembangkan suasana penerimaan yang hangat bagi kliennya.

Pendekatan Behavioristik Konselor akan melihat bahwa tingkah laku klien (termasuk tingkah laku yang salah) merupakan hasil belajar.

Pendekatan Ego KonselingPendekatan Psikologi Individual dalam konselingPendekatan Terapi Transaksional Analisis.Pendekatan Self Theory dalam Konseling.Pendekatan Konseling Gestalt.Pendekatan Terapi Realitas.Pendekatan Terapi Rasional Emotif.Pendekatan Terapi Trait and Factor.

Page 7: BAB III Profesional BK

7

Manfaat mempelajari teori-teori konseling : calon konselor diharapkan mampu meresap apa yang dikemukakan oleh masing-masing teori itu ke dalam dirinya sendiri sehingga dapat memperkaya khasanah keterampilannya dan memperindah corak pribadi penampilan usaha-usahanya.

Konselor Pragmatik Konselor yang menangani klien bukan atas dasar suatu teori tertentu, melainkan berdasarkan apa yang sudah biasa dilakukan oleh konselor tersebut.

Bukan konselor profesional

Konselor Dogmatik seorang konselor yang hanya mau mengenal satu teori atau pendekatan konseling saja dan berusaha untuk menangani segala masalah klien dengan satu-satunya teori yang dianutnya itu.

Tidak ada satu keterampilan konselor atau satu resep dalam konseling dapat secara efektif digunakan untuk segala masalah klien karena setiap masalah yang dibawa klien selalu unik. Dampaknya konselor dituntut untuk menguasai berbagai pandangan dan keterampilan yang besar kemungkinan bersumber dari berbagai teori atau pendekatan dalam konseling.

B. Pemaduan Berbagai Pendekatan1. Dinamika perubahan2. Dua pola pendekatan3. Kesegaran, konfrontasi, dan ketitikarahan4. Taraf pengarahan5. Diagnosis6. Strategi pengubahan tingkah laku7. Permasalahan dalam penyelenggaraan konseling8. Pemaduan pendekatan