BAB III METODOLOGI PENELITIAN -...
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN -...
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan diadakan di SDN Sindangwasa dan SDN Waringin
Majalengka. Alasan mengambil sekolah tersebut karena tingkat pemahaman
anaknya cukup memenuhi kriteria dan dekat dengan tempat tinggal peneliti,
sehingga peneliti lebih mengetahui keadaan siswa yang hendak diteliti, dan
mudah dalam mengumpulkan data, serta peluang waktu yang luas dan subyek
penlitian yang sangat sesuai dengan target peneliti.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah sekumpulan orang yang dijadikan sebagai
objek penelitian. populasi penelitian ini adalah seluruh anak kelas IV yang
terdapat pada dua SD dari 15 SD yang terdapat di kecamatan Palasah. Selain
itu di salah satu SD tersebut terdapat 9 guru SD yang lulusan S1 dari SPG dan
4 guru lulusan PGSD sumedang, dan SD tersebut adalah SDN Sindangwasa.
Selain itu pada salah satu SD lain juga dijadikan sampel karena disana
terdapat 12 guru SD yang lulusan S1 PGSD universitas terbuka dan satu
orang guru yang sedang menjalankan kuliah jurusan PGSD di salah satu
universitas di Cirebon dan SD tersebut adalah SDN Waringin Kecamatan
palasah Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2013/2014. Populasi ditetapkan
demikian dengan asumsi bahwa pada tingkatan ini, kondisi aktifitas siswa
sangat stabil, tidak terganggu oleh aktifitas ujian akhir sekolah, termasuk
kelas pada level tinggi sehingga memliki pengetahuan, pengalaman, dan
prasyarat pembelajaran yang cukup. Dengan demikian para siswa diyakini
lebih mampu mengikuti pelajaran serta permasalahan-permasalahan yang
disajikan dibanding dengan kelas-kelas sebelumnya, tanpa adanya peran guru
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dominan dalam pembelajaran. Hal tersebut tentu sangat membantu
terhadap lancarnya penelitian, sehingga dampak dari penelitian akan lebih
nampak.
2. Sampel Penelitian
Sampel peneltian ditentukan berdasarkan purposive sampling. Tujuan
dilakukan pengambilan sampel seperti ini adalah agar penelitian dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan,
kondisi subjek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi tempat
penelitian dan prosedur perijinan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut,
penentuan sampel peneltian didasarkan pada kriteria ; 1) letaknya berdekatan
dan mudah terjangkau, 2) memiliki prosedur administratif yang relatif lebih
mudah, 3) rata-rata kemampuan siswa berada pada level sedang berdasarkan
data dari kantor dinas setempat. Sampel yang diambil dalam peneltian ini
adalah sampel populasi,
C. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan menggunakan desain eksperimen kuasi, karena penelitian
ini dilakukan dengan maksud untuk mempelajari sesuatu dengan mengubah
suatu kondisi dan pengamati pengaruhnya terhadap hal lain.
Dengan demikian untuk mengetahui adanya perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematis terhadap pembelajaran
matematika dilakukan penelitian dengan desain kelompok kontrol non-
ekuivalen (Ruseffendi, 2005: 52) berikut:
Kelas Eksperimen : O X O
Kelas Kontrol : O O
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
O : Pre-test atau Post-test
X : Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Dengan menggunakan desain di atas, kedua kelompok diberikan
pretes terlebih dahulu sebelum diberikan perlakuan. Setelah diberi perlakuan,
kedua kelompok diberikan kembali postes untuk pengukuran.Tujuan
diberikan pretes adalah untuk melihat kemampuan awal siswa kedua
kelompok.
Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu, variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Varibel
bebasnya yaitu pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Direct
Instruction : variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman matematis.
Kategori kemampuan awal diperoleh dari data hasil tes kemampuan awal
matematis siswa sebelum diadakan penelitian. Kategori kemampuan awal
rendah, sedang, dan tinggi menggunakan kriteria Sudjana (2010) yaitu 27%
masing-masinguntuk kategori kemampuan awal rendah dan tinggi setelah
data ulangan harian siswa diranking.
Keterkaitan antara variabel bebas, variabel terikat, dan variabel
kontrol disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Keterkaitan Variabel Bebas, Variabel Terikat, dan Variabel Kontrol
Kemampuan yang diukur
Pemahaman matematis
Pembelajaran DI (A) CTL (B)
Kemampuan
Awal
Rendah (R) DR CR
Sedang (S) DS CS
Tinggi (T) DT CT
Keseluruhan DA CB
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
DI (A) : Pembelajaran Direct Instruction
CTL (B) : Pembelajaran dengan metode Contextual Teaching and
Learning
D. Metode Penelitian
Berdasarkan masalah yang dikembangkan, penelitian ini akan
melihat perbedaan kemampuan pemahaman matematis siswa SD yang
memperoleh pembelajaran matematika menggunakan Contextual Teaching and
Learning dengan siswa yang mempereroleh pembelajaran matematika
menggunakan pembelajaran Direct Instruction. Oleh karena itu, metode yang
digunakan dalam penelitian ini metode eksperimen.
E. Definisi Oprasional
1. Kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan
menginterpretasikan konsep, menemukan contoh dari sebuah konsep,
mengklasifikasikan objek-objek matematika, membandingkan dua buah
bangun ruang dan mengungkapkan kembali bangun ruang dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
2. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang
memungkinkan siswa mengaitkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam memecahkan
masalah - masalah dunia nyata atau masalah -masalah yang stumilisasi.
3. Pembelajaran Direct Instruction adalah pembelajaran secara langsung
dengan menggunakan metode ekpositori dan menginterpretasikan dengan
menggunakan contoh-contoh bagun ruang.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah penelitian metode eksperimen kuasi bentuk
nonequivalent groups pretest-posttets design akan dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Sebagai langkah awal, peneliti melakukan observasi awal terhadap sekolah
yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian.
2. Secara acak memilih dua sampel yang tersedia, sampel yang terpilih
masing-masing menjadi kelompok yang mendapatkan pembelajaran
Contextual teaching and learning dan kelompok yang memperoleh
pembelajaran Direct Instruction.
3. Memberi pelatihan kepada guru mengenai pembelajaran Contextual
teaching and learning dan membuat kesepakatan bahwa pembelajaran
dilaksanakan oleh guru bersangkutan. Peneliti sebagai observer dan partner
guru. Dan pembelajaran disesuaikan dengan jadwal yang telah
direncanakan.
4. Memberi pretes masing-masing kelompok.
5. Memberikan perlakuan terhadap tiap – tiap kelompok. Kelompok yang
mendapatkan pembelajaran Contextual teachingan and learning dan
kelompok yang memperoleh pembelajaran Direct Instruction Masing-
masing kelompok diberi posttes.
6. Mengumpulkan data dan selanjutnya mengolah data
7. Menganalisis data
8. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
G. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu keadaan yang dikondisikan,
dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti untuk memperoleh informasi sehingga
bisa di ambil kesimpulan. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu, variabel bebas (independent
variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel
yang dapat dimodifikasi sehingga dapat mempengaruhi variabel lain, sedangkan
variabel terikat adalah hasil yang diharapkan setelah terjadi modifikasi pada
variabel bebas. Menurut Fraenkel (1990) independent variable adalah suatu
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
variabel mandiri yang diduga dapat mempengaruhi variabel lain, sedangkan
dependent variable adalah variabel yang dipengaruhi oleh independent variable.
Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran Contextual Teaching
and Learning dengan Direct Instruction sebagai variabel bebas dan kemampuan
pemahaman matematis siswa sebagai variabel terikat.
Dalam setiap pelaksanaan penelitian tidak menutup kemungkinan akan
muncul variabel-variabel luar yang akan mempengaruhi variabel terikat misalnya
disain pembelajaran, guru, waktu belajar dan lain sebagainya. Variabel luar yang
terjadi dalam penelitian ini diasumsikan tidak mempengaruhi secara signifikan
(berarti) terhadap variabel terikat yaitu peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa.
H. Instrument Penelitian
Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini,
teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan adalah tes kemampuan
pemahaman matematis.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan soal tes
kemampuan pemahaman tes. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap
yaitu tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji coba intrumen.
Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reabilitas tes, daya
pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Selanjutnya data hasil uji coba
instrumen kemudian dianalisis. Uji coba instrumen dilakukan di Sekolah Dasar
Negeri Sindangwasa terhadap siswa kelas V. Adapun alasan dilakukan di Sekolah
Dasar tersebut adalah karena ada karakteristik siswa yang sama ditinjau dai segi
usia dan level sekolah.
1. Soal Pemahaman Matematis
Tes kemampuan pemahaman matematis dalam penelitian ini digunakan
untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan siswa menyelesaikansoal
– soal pemahaman materi bangun ruang.
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soal tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
matematis siswa terdiri dari enam butir soal yang berbentuk uraian. Enam butir
soal tersebut diberikan pada siswa yang memperoleh pembelajaran secara
Contextual Teaching and Learning dan siswa yang memperoleh pembelajaran
secara Direct Instruction.
Dalam penyusunan soal tes tersebut, diawali dengan penyusunan kisi-kisi
soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban dan aturan
pemberian skor untuk masing-masing butir soal.
Dalam tes kemampuan pemahaman matematis ini terdapat beberapa indikator
yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis, baik
siswa yang memperoleh pembelajaran secara Contextual Teaching and Learning
dan siswa yang memperoleh pembelajaran secara Direct Instruction.
Adapun indikator untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Penskoran Perangkat Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
No Aspek yang diukur
1 Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.
2 Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan persyaratan
yang membentuk konsep.
3 Memberi contoh dan kontra contoh dari konsep yang telah dipelajari.
4 Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk repsentasi
matematika.
5 Memberi contoh dan counter example dari konsep yang telah dipelajari.
6 Kemampuan menerapkan konsep secara alogaritma.
Untuk memberikan penilaian yang objektif, kriteria pemberian skor
untuk Soal Tes Kemampuan Pemahaman berpedoman pada Holistic Scoring
Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996) yang kemudian
diadaptasi. Kriteria skor untuk tes ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Penskoran Perangkat Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Skor Respon siswa
0 Tidak ada jawaban/salah menginterpretasikan
1 Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah
2 Jawaban kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti) penggunaan
algoritma belum lengkap, namun mengandung perhitungan yang salah
3
Jawaban hampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan
algoritma secara lengkap dan benar, namun mengandung sedikit
kesalahan
4
Jawaban lengkap (hampir semua petunjuk soal diikuti), penggunaan
algoritma secara lengkap dan benar, dan melakukan perhitungan
dengan benar
Sebelum soal-soal diujicobakan, peneliti meminta pertimbangan kepada
rekan-rekan mahasiswa pendidikan matematika yang berstatus guru yang
dianggap kompeten di bidangnya dan dosen pembimbing untuk memberikan
penilaian terhadap soal-soal tes tersebut. Akhirnya hasil ujicoba ini dianalisis
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soalnya.
Ujicoba soal dilaksanakan pada siswa kelas V SD Sindangwasa
Kota Majalengka pada hari Jumat, 2 Mei 2014. Diujicobakan pada siswa kelas V,
karena mereka dianggap sudah pernah mempelajari materi tentang fungsi ketika
mereka duduk di kelas IV. Namun sebelum soal diujicobakan, siswa
diinformasikan terlebih dahulu untuk mempelajari materi tentang fungsi agar
siswa siap dalam mengerjakan soal yang akan diujicobakan.
2. Analisis Validitas Butir Soal
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah) apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu, keabsahannya
tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
fungsinya. Denga demikian alat evaluasi disebut valid jika ia dapa mengevaluasi
dengan tepat sesuatu yang dievaluasi.
Menurut Anderson (Arikunto, 2002) sebuah tes dikatakan valid apabila tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas suatu
instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu
yang harus diukur. Validitas instrumen yang dianalisis dalam penelitian ini
meliputi validitas logis dan validitas empiris.
a) Validitas Logis (Logical Validity)
Validitas logis atau validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi
menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan teori dan ketentuan yang ada. Suatu tes matematika dikatakan
memiliki validitas yang baik apabila dapat mengukur kesesuaian antara indikator
dan butir soal serta (content validity) dan kejelasan bahasa, gambar atau simbol
dalam soal (face validity).
Selanjutnya peneliti berkonsultasi dengan dua orang dosen pembimbing
terkait content validity dan face validity dari instrumen yang akan diujikan.
Setelah dilakukan beberapa perbaikan, peneliti kemudian melakukan uji coba dan
analisis instrumen ditinjau dari validitas empiris, reliabilitas, daya pembeda dan
indeks kesukaran.
b) Validitas Empiris (Empirical Validity)
Sejalan dengan pendapat Anderson (Arikunto, 2002) sebuah tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dengan
kata lain, validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen
untuk mengukur sesuatu yang harus diukur. Validitas empiris adalah validitas
yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Kriteria ini untuk menentukan tinggi
rendahnya koefisien validitas instrumen, yang ditentukan melalui perhitungan
korelasi Product Moment Pearson (Suherman, 2003: 120), yaitu:
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
})(}{)({
))((
2222 YYNXXN
YXXYNr
Keterangan:
rxy: koefisien korelasi antara skor X dan skor Y
N : banyak subjek
X : skor tes
Y : total skor
Tinggi rendahnya validitas suatu alat evaluasi sangat tergantung pada
koefisien korelasinya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh John W.
Best (Suherman, 2003:111) dalam bukunya Research in Education, bahwa suatu
alat tes mempunyai validitas tinggi jika koefisien korelasinya tinggi pula. Tolak
ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas digunakan kriteria menurut
Guilford (Suherman, 2003,112) sebagai berikut.
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen
Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Validitas
0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat tinggi
0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi Tinggi
0,40 ≤ rxy < 0,70 Sedang Sedang
0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah Rendah
rxy < 0,20 Sangat rendah Sangat rendah
Berdasarkan hasil uji coba soal kemampuan pemahama matematis pada
siswa kelas V SD Negeri Sindangwasa diperoleh hasil sebagai berikut:
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Analisis Validitas Uji Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Nomor
Soal
Paket soal
kemampuan pemahaman matematis
Koefisien Korelasi Interpretasi Validitas
1 0,520 Sedang
2 0,711 Tinggi
3 0,656 Sedang
4 0,661 Sedang
5 0,552 Sedang
6 0,770 Tinggi
Berdasarkan hasil analisis validitas soal pada tabel di atas, butir soal pada
umumnya mempunyai validitas yang sedang dan tinggi. Dengan demikian, butir
soal yang ada pada masing-masing paket soal dapat dikatakan telah mampu
mengukur kemampuan pemahaman matematis sesuai dengan indikator yang
diukur pada masing-masing butir soal.
3. Analisis Reliabilitas Soal
Reliabilitas suatu instrumen evaluasi adalah keajegan atau kekonsistenan
instrumen tersebut bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun oleh orang
yang berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan
memberikan hasil yang sama atau relatif sama (Suherman, 2003). Untuk
mengetahui tingkat reliabilitas pada soal tes kemampuan pemahaman matematis
dengan bentuk soal uraian, digunakan rumus Alpha Cronbach (Suherman,
2003:153) berikut:
𝑟11 = 𝑛
𝑛 − 1
1 − 𝑠𝑖2
𝑠𝑡2
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
𝑟11 : koefisien reliabilitas
n : banyak butir soal
𝑠𝑖2 : variansi skor butir soal ke-i
𝑠𝑡2 : variansi skor total
Setelah koefisien reliabiitasnya diketahui, kemudian dikonversikan dengan
kriteria reliabilitas Guilford (Suherman, 2003: 139) sebagai berikut:
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen
Koefisien reliabilitas 𝒓𝟏𝟏 Interpretasi Derajat Reliabilitas
𝑟11 ≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ 𝑟11 < 0,40 Rendah
0,40 ≤ 𝑟11 < 0,70 Sedang
0,70 ≤ 𝑟11 < 0,90 Tinggi
0,90 ≤ 𝑟11 ≤ 1,00 Sangat tinggi
Berikut ini hasil analisis reliabilitas soal tes kemampuan pemahaman
matematis:
Tabel 3.7
Analisis Reliabilitas Uji Soal Tes Kemampuan pemahaman Matematis
Berdasarkan analisis reliabilitas uji soal kemampuan pemahaman
matematis pada tabel di atas, diperoleh reliabilitas sebesar 0,710. Bila
diinterpretasikan dalam kriteria Guilford, tes tersebut memiliki reliabilitas tinggi.
Dengan kata lain, soal memiliki kekonsistenan yang sedang atau akan
memberikan hasil yang relatif sama bila diberikan kepada subjek yang sama
meskipun pada waktu, tempat, dan kondisi yang berbeda.
No Koefisien Interpretasi Derajat Reliabilitas
1 0,710 Tinggi
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda dari satu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
butir soal tersebut membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya
dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa
yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda dari sebuah butir soal
adalah kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
DP =JBA − JBB
JSA
Keterangan:
DP : daya pembeda butir soal
JBA : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
JBB : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.
JSA : jumlah siswa kelompok atas.
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda adalah
seperti pada tabel berikut (Suherman, 2003:161).
Tabel 3.8
Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Soal
Nilai Interpretasi Daya Pembeda
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
Berikut ini hasil analisis daya pembeda soal kemampuan pemahaman
matematis.
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9
Analisis Daya Pembeda Uji Soal
Tes Kemampuan pemahaman Matematis
Nomor
Soal
Soal
Daya
Pembeda Interpretasi
1 0,222 Cukup
2 0,333 Cukup
3 0,250 Cukup
4 0,694 Baik
5 0,250 Cukup
6 0,389 Cukup
Berdasarkan hasil analisis daya pembeda pada tabel di atas butir soal dapat
dikatakan sudah cukup dan baik dalam membedakan siswa yang mempunyai
kemampuan pemahaman matematis yang tinggi dengan siswa yang mempunyai
kemampuan pemahaman matematis yang rendah.
5. Analisis Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derjat kesukaran
suatu butir soal. Suatu butir soal dikatakan memiliki indeks kesukaran yang baik
jika soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Kita perlu menganalisis butir soal pada instrumen untuk mengetahui
derajat kesukaran dalam butir soal yang kita buat. Butir-butir soal dikatakan baik,
jika butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Dengan
kata lain derajat kesukarannya sedang atau cukup.
Menurut Ruseffendi (1991), kesukaran suatu butiran soal ditentukan oleh
perbandingan antara banyaknya siswa yang menjawab butiran soal itu.
Untuk soal tipe uraian, rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks
kesukaran tiap butir soal yaitu:
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IK =JBA + JBB
2JSA
Keterangan:
IK : indeks kesukaran
JBA : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
JBB : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.
JSA : jumlah siswa kelompok atas.
Indeks kesukaran diinterpretasikan dalam kriteria sebagai berikut
(Suherman, 2003: 170).
Tabel 3.10
Klasifikasi Indeks Kesukaran Instrumen
IK Interpretasi Soal
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < IK 0,30 Sukar
0,30 < IK 0,70 Sedang
0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
Berikut ini hasil analisis indeks kesukaran soal kemampuan pemahaman
matematis.
Tabel 3.11
Analisis Indeks Kesukaran Uji Instrumen Tes pemahaman Matematis
Nomor
Soal
Paket Soal A
Indeks
Kesukaran Interpretasi
1 0,500 Sedang
2 0,844 Mudah
3 0,516 Sedang
4 0,492 Sedang
5 0,438 Sedang
6 0,445 Sedang
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar soal berinterpretasi sedang ( soal
nomor 1, nomor 3, nomor 4, nomor 5,dan nomor 6) dan 1 soal yang berkategori
mudah (soal nomor 2). Sehingga soal – soal tersebut dapat digunakan pada tes uji
kemampuan pemahaman matemtis.
6. Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Pemahaman
Matematis
Dari beberapa analisis hasil uji coba tes kemampuan pemahaman
matematis diatas, maka untuk melihat secara lengkap dapat di sajikan Rekapitulasi
analisis uji coba tes dari semua perhitungan analisis hasil uji coba soal tes
kemampuan Pemahaman matematis disajikan secara lengkap dalam tabel
berikut:
Tabel 3.12
Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba soal Tes Kemampuan Pemahaman
Matematis
No
Soal
Reliabilitas Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran
Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi
1
0,710 Tinggi
0,520 Sedang 0,222 Cukup 0,500 Sedang
2 0,711 Tinggi 0,333 Cukup 0,844 Mudah
3 0,656 Sedang 0,250 Cukup 0,516 Sedang
4 0,661 Sedang 0,694 Baik 0,492 Sedang
5 0,552 Sedang 0,250 Cukup 0,438 Sedang
6 0,770 Tinggi 0,389 Cukup 0,445 Sedang
Keterangan:
V : interpretasi validitas soal
R : interpretasi reliabilitas soal
DP : interpretasi daya pembeda soal
IK : interpretasi indeks kesukaran soal
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap hasil uji coba soal
kemampuan pemahaman matematis, dengan melihat pada kriteria instrumen yang
baik berdasarkan tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesukaran, maka peneliti memutuskan untuk butir soal nomor 1,2, 3, 4, 5, dan 6.
Butir-butir soal tersebut selanjutnya digunakan sebagai soal pretes dan postes
untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis dalam penelitian ini.
I. Instrumen Penunjang Penelitian
Instrumen yang menunjang pada kegiatan penelitian ini terdiri dari
beberapa komponen yaitu berupa bahan ajar yang terdiri atas silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada kelas CTL dan kelas DI , dan lembar kerja
siswa (LKS).
a. Silabus
Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi
dasar, yang bertujuan agar peneliti mempunyai acuan yang jelas dalam melakukan
perlakuan, dan disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian
kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut, maka silabus mata pelajaran
matematika memuat identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian yang meliputi jenis tes,
bentuk tes, contoh instrumen, serta alokasi waktu dan sumber belajar.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran bertujuan membantu peneliti dalam
mengarahkan jalannya proses pembelajaran agar terlaksana dengan baik. rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun secara sistematis memuat standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, model
dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, bahan atau sumber
belajar dan penilaian hasil belajar yang mengacu pada langkah-langkah
pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun memuat indikator
yang mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan yaitu mengenai
kubus dan balok, mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa pada pokok
bahasan kubus dan balok.
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan pembelajaran lebih diarahkan pada peningkatan kemampuan
pemahaman matematis. Metode dan langkah-langkah pembelajaran disesuaikan
dengan model pembelajaran yang digunakan Contextual Teaching and Learning
dan Direct Instruction. Sementara itu, materi, bahan atau sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar untuk kedua kelas diberi perlakuan yang sama.
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa (LKS) yang dirancang, disusun, dan dikembangkan
dalam penelitian ini disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yakni
mengukur kemampuan pemahaman matematis, khususnya pada pokok bahasan
kubus dan balok, serta melalui pertimbangan dosen pembimbing. Soal-soal dalam
Lembar kerja siswa (LKS) tersebut kemudian dikerjakan oleh siswa secara
berkelompok dalam kelas Contextual Teaaching and Learning.
1. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu:
a) Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
a. Mengajukan judul penelitian.
b. Menyusun proposal penelitian.
c. Seminar proposal penelitian.
d. Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar.
e. Membuat instrumen penelitian dan bahan ajar.
f. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian.
g. Mengujicobakan instrumen penelitian.
h. Menganalisis dan merevisi hasil uji coba instrumen.
b) Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
a. Menentukan sampel penelitian.
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Mengadakan pretes, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol
untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman matematis siswa sebelum
mendapat perlakuan.
c. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan
menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning di kelas
eksperimen dan pembelajaran matematika Direct Instruction di kelas
kontrol.
d. Mengadakan postes, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol
untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa
setelah mendapat perlakuan.
c) Tahap Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif.
b. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap data pretes dan postes.
d) Tahap Penarikan Kesimpulan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:
a. Menarik kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu mengenai
kemampuan pemahaman matematis.
b. Penyusunan laporan.
J. Teknik Analaisis Data
Data yang dianalisis adalah hasil tes kemampuan pemahaman matematis
siswa serta hasil skala sikap siswa. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan
software SPSS 21, dan Microsoft Excel 2007.
1. Pengolahan Data Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Dalam melakukan pengolahan terhadap hasil tes kemampuan pemahaman
matematis siswa digunakan Microsoft Office Excel dan software SPSS21. Hal
pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis deskriptif yang bertujuan
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk melihat gambaran umum pencapaian kemampuan pemahaman matematis
yang terdiri dari rerata dan simpangan baku. Kemudian dilakukan analisis
inferensial terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis dengan uji
ANOVA dua jalur.
Kemampuan siswa sebelum diberi pembelajaran dapat dilihat dari hasil
pretes, dan kemampuan siswa setelah diberi pembelajaran dapat dilihat dari hasil
postes. Peningkatan dalam penelitian ini diperoleh dari selisih antara skor pretes
dan postes serta skor ideal kemampuan pemahaman matematis siswa yang
dinyatakan dalam skor gain ternormalisasi.
Sebelum data hasil penelitian diolah, terlebih dahulu dipersiapkan
beberapa hal, antara lain:
a) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan alternatif jawaban dan rubrik
penskoran yang digunakan.
b) Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas Contextual Teaching and
Learning dan Direct Instruction
c) Peningkatan yang terjadi dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:
Gain ternormalisasi (N-gain) = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠(Hake, 1999).
d) Menetapkan tingkat kesalahan atau tingkat signifikansi yaitu 5% (𝛼 = 0,05).
Sebelum dilakukan uji hipotesis, perlu dilakukan uji normalitas distribusi
data dan uji homogenitas variansi data. Uraian uji normalitas distribusi data dan
uji homogenitas variansi data sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya
distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang
digunakan dalam analisis selanjutnya.
Adapun Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : sampel berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berdistribusi normal
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam Uji normalitas ini menggunakan statistik Uji yaitu Kolmogorov-
Smirnov. Kriteria pengujian, jika nilai signifikansi > 𝛼 maka H0 diterima
(Trihendradi, 2008).
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas antara dua kelompok data dilakukan untuk
mengetahui apakah varians kedua kelompok homogen atau tidak homogen.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : variansi kedua kelompok sama
H1 : tidak semua variansi kedua kelompok tidak sama
Uji statistiknya menggunakan Uji Levene. Kriteria pengujian H0 diterima apabila
nilai signifikansi > taraf signifikansi (𝛼 = 0,05) (Trihendradi, 2008).
Hipotesis penelitian diuji menggunakan statistik inferensial. Adapun uji
statistik yang digunakan pada pengolahan data penelitian berupa tes sebagai
berikut.
a. Uji perbedaan dua rerata
Uji perbedaan dua rerata yang digunakan tergantung dari hasil uji
normalitas data dan uji homogenitas variansi data.
Jika kedua data berdistribusi normal, maka uji perbedaan dua rerata
menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji Idependent-Samples T Test. Jika
variansi kedua kelompok data homogen, nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu
nilai pada baris “Equal variances assumed”. Sedangkan jika variansi kedua
kelompok data tidak homogen, nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu nilai
pada baris “Equal variances not assumed”. Sedangkan jika terdapat minimal satu
data tidak berdistribusi normal, maka uji perbedaan dua rerata menggunakan uji
statistik nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney U. Alasan pemilihan uji Mann-
Whitney U yaitu dua sampel yang diuji saling bebas (independen) (Ruseffendi,
1993). Kriteria penerimaan H0 untuk uji dua pihak yaitu bila nilai signifikansi
>1 2 𝛼 (Trihendradi, 2008).
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Uji ANOVA dua jalur
Adapun hipotesis yang diuji dalam uji ANOVA dua jalur antara lain:
perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar
menggunakan contextual teaching and learning dengan siswa yang belajar
menggunakan direct instuction ditinjau dari Kemampuan Awal Matematis siswa
(tinggi, sedang dan rendah).
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara umum alur atau prosedur pelaksanaan penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
prosedur pelaksanaan penelitian
Tahap 1: Persiapan
Pengajuan judul dan pembuatan proposal.
Seminar proposal dan perbaikan hasil
seminar.
Menyusun instrumen dan bahan ajar.
Mengurus perizinan melakukan penelitian.
Uji coba instrumen.
Analisis dan revisi hasil uji coba instrumen.
Tahap 2: Pelaksanaan
Pretes kemampuan awal pemahaman matematis
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas Kontrol
Pembelajaran secara
Direct Instruction.
Kelas Eksperimen
Pembelajaran melalui
Contextual Theaching and
Learning
Postes kemampuan
awal pemahaman
matematis
Tahap 3: Analisis Data
Data kuantitatif : pretes dan postes
Tahap 4: Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan dari data kuantitatif.
Penyusunan laporan
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini dapat terlihat pada bagan dibawah
ini :
Gambar 2
prosedur pengolahan data penelitian
Uji non parametrik
(Uji mann whitney)
Tidak Normal Normal
Uji Homogenitas
Uji Normalitas
N-Gain
Pretest Postes
Data
N-Gain
Pretest
Data
Postes
Kelas Kontrol Kelas Ekperimen
Kesimpulan
Yeni Dwi Kurino, 2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu