BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat No...
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat No...
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai dengan Juni
2019. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dibeberapa lokasi berbeda yang
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Lokasi penelitian
No Lokasi Kegiatan
1 Subang, Jawa Barat Pembuatan serat
2 Kerajinan kain tenun ikat Kecamatan
Paseh, Majalaya
Pembuatan kain tenun
3 Laboratorium Fisika Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil Bandung
Pengujian karakteristik fisik
dan mekanik serat, serta
pengujian karakteristik
mekanik kain tenun
4 Laboratorium Pascapanen dan Teknologi
Proses Teknik pertanian dan Biosistem,
Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Padjadjaran
Pengujian karakteristik kimia
meliputi kadar air dan
kecerahan serat
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini dikelompokan
berdasarkan fungsi yang akan digunakan dalam setiap tahapan proses penelitian
meliputi peralatan dalam pengukuran, peralatan dalam pembuatan serat, peralatan
dalam penenunan, dan peralatan dalam pengujian. Peralatan yang akan digunakan
beserta dengan spesifikasi dan kegunaanya, disajikan dalam Tabel 7, Tabel 8, Tabel
9 dan Tabel 10.
44
Tabel 7. Alat ukur
No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
1 Meteran Merk : Hoechstmass
Panjang : 150 cm
Mengukur panjang
daun tanaman lidah
mertua dan sisal.
2 Jangka sorong
digital
Bahan : stainless steel
Resolusi : 0.01mm/0.0005 inch
Akurasi : 0.02 mm/0.001 inch.
Mengukur ketebalan
daun tanaman lidah
mertua dan sisal.
3 Timbangan
digital
SF-400
Kapasitas:5000g x1g /177 oz x
0,1 oz
Menimbang daun
dan serat lidah
mertua dan sisal.
4 Timbangan
Analitik
The OHAUS Adventurer Seri
Pro
Kapasitas : 8100 g
Readability : 0, 001 g
Ketelitian : 0,000
Menimbang massa
cawan, serat dan
bahan awal dalam
pengukuran kadar
air.
5 Stopwacth Stopwacth (Handphone) Mengukur lamanya
waktu yang
diperlukan dalam
kegiatan penyeratan
dengan
menggunakan mesin
dekortikator.
Tabel 8. Alat pembuat serat
No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
1 Pisau Bahan : stainless stell
Panjang : 25 cm
Memotong dan
membersihkan
bagian daun.
2 Mesin
dekortikator
Mesin dekortikator G3
Tinggi mesin : 95 cm
Lebar mesin : 42 cm
Panjang mesin : 80 cm
Kekuatan Diesel : 7 PK
Bahan bakar :Solar
Panjang Pisau : 26 cm
Jumlah pisau : 12 buah
Diameter Ɵ pisau: 41 cm
Pengambilan serat
daun.
45
Tabel 8. Alat pembuat serat (lanjutan)
No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
3 Kape Panjang : 10 cm
Lebar ujung pangkal : 5 cm
Membersihkan serat
dari daging daun
yang masih
menempel.
4 Baskom plastik Tinggi : 30 cm
Diameter atas : 50 cm
Sebagai tempat
dalam pencucian
serat setelah
dilakukan
pengekstrakan.
5 Toples Ukuran 25 liter Menyimpan serat
kering.
6 Plastik zipper Ukuran 30 x 40 cm Untuk menyimpan
bahan.
7 Silica gel Massa : 2 g
Batu zeolite
Mencegah
terbentuknya
kelembaban yang
berlebihan pada
serat.
Tabel 9. Alat pertenunan
No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
1 Gunting Panjang : 17 cm Memotong serat
dalam pembuatan
benang.
2 Mesin kelos Material : kayu Proses pengelosan
benang.
3 Mesin hani Material : kayu
Tinggi : 3 meter
Proses penghanian
benang.
4 ATBM Panjang : 102,6 cm
Lebar : 68 cm
Tinggi : 149 cm
Kap.lebar kain : 35 cm
Jumlah Kamran : 4 buah
Nomor sisir : 26
Jumlah mata gun : 360
Membuat kain tenun.
46
Tabel 10. Alat pengujian
No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
1 Kromameter HunterLab - ColorFlex EZ
Spectral range : 400nm-700nm
Light Source : Pulsed Xenon
Lamp
Port diameter : 31,8 mm (1,25
in) illuminated
Mengukur kecerahan
serat
2 Cawan Bahan : alumunium
Diameter : 6 cm
Tinggi : 5 cm
Sebagai tempat
sampel saat
pengukuran kadar
air.
3 Oven MESDAN s.p.a Italy
Tipe M60-VF
Suhu maksimum: 280°C.
Akurasi : +/- 1° C.
Pengujian kadar air
dan moisture regain.
4 Botol timbang Merek : DURAN
Volume : 30 mL
Diameter : 54mm
Tinggi : 30mm
Wadah sampel
pengujian moisture
regain pada serat
5 Desikator Diameter : 40 cm
Tinggi :40 cm
Menyimpan bahan
sesaat setelah
pengeringan
(pengujian kadar
air).
6 Krustang Panjang 20 cm Memindahkan
cawan dari oven ke
desikator atau
sebaliknya.
7 Tensolab TENSOLAB- 5000
Code 2515
Lebar : 90 cm
Tinggi : 134 cm
Installed power : 600VA
Mengukur
kekuatan tarik dan
mulur serat
perbundel.
Mengukur kekutan
tarik dan mulur
kain tenun.
8 Instron Instron
Mesin S/N H1324
Load cell S/N’s uk 078
Mengukur
kekuatan tarik dan
mulur serat
perhelai.
Menguji kekuatan
sobek kain.
9 Mesin pengujian
daya tembus
udara
FX 3300 LabAir
Menguji daya
tembus udara pada
kain.
47
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Air, digunakan untuk pencucian serat setelah dilakukan ekstrasi dengan
menggunakan mesin dekortikator.
2) Daun tanaman lidah mertua varietas Laurentii yang diperoleh dari
Kabupaten Bogor, Jawa Barat sebanyak 15 kg.
3) Daun tanaman sisal yang diperoleh dari pekarangan atau lahan sekitar
Universitas Padjadjaran Jatinangor Sumedang sebanyak 15 kg.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Metode
analisis deskriptif merupakan metode penarikan kesimpulan yang hanya ditujukan
pada hasil penelitian. Metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif
merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan faktual
tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara
mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data.
Analisis deskriptif yang dilakukan yaitu analisis terhadap kapasitas mesin
atau alat yang digunakan (mesin dekortikator dan alat tenun), rendemen dalam
pembuatan serat dan kajian proses pembuatan kain tenun dari daun tanaman lidah
mertua dan sisal. Metode ini melakukan pengujian pada serat dan kain yang
dihasilkan. Pengujian yang dilakukan merupakan pengujian laboratorium tanpa
perlakuan.
48
3.4 Prosedur Penelitian
Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 11 dibawah ini :
Gambar 12 . Diagram alir prosedur penelitian
Pemangkasan atau pemanenan
daun
Tanaman lidah
mertua dan sisal
Daun lidah
mertua dan sisal
Pembersihan dan sortasi Kotoran (benda
asing) dan daun
cacat atau rusak
Serat basah
Pembuatan serat dengan
mesin dekortikator
Penimbangan serat
Pencucian serat
Pengeringan serat
(penjemuran) t = 5 hari
Serat kering
Pengujian karakteristik serat :
1. Kimia : kadar air
2. Fisik : panjang ,diameter,
warna, kehalusan,
moisture regain
3. Mekanik : kekuatan tarik,
mulur, tenacity
Proses pembuatan kain tenun
(penenunan)
Kain tenun
- Pengujian karakteristik kain
tenun:
1. Fisik : warna
2. Mekanik : kekuatan tarik,
mulur, kekuatan sobek, daya
tembus udara
- Pengukuran kapasitas mesin
tenun
Limbah air cucian
Selesai
Pengujian kadar air
Pengujian kapasitas
mesin dekortikator
49
3.4.1 Persiapan Bahan Baku
a. Persiapan bahan baku daun tanaman lidah mertua
Adapun prosedur persiapan yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1) Melakukan pemanenan atau pemangkasan daun tanaman lidah mertua
yang telah memenuhi kriteria pemanenan yaitu mencapai 40-75 cm
dengan menggunakan pisau.
2) Membersihkan daun tanaman lidah mertua dari kotoran atau benda asing
yang ikut terbawa saat pemangkasan dan melakukan sortasi untuk
memisahkan daun tanaman lidah mertua yang cacat atau rusak.
3) Mengukur panjang dan ketebalan dari daun tanaman lidah mertua.
4) Mengelompokan daun tanaman lidah mertua sesuai dengan ukurannya.
5) Menimbang massa dari daun tanaman lidah mertua dengan menggunakan
timbangan.
6) Melakukan pengujian kadar air awal bahan.
b. Persiapan bahan baku daun tanaman sisal
1) Melakukan pemanenan atau pemangkasan daun tanaman sisal.
2) Membersihkan daun tanaman sisal dari kotoran atau benda asing yang
ikut terbawa saat pemangkasan dan melakukan sortasi terhadap daun
tanaman sisal yang cacat atau rusak.
3) Melakukan pemotongan duri yang ada di bagian samping daun dan ujung
atau pangkal daun yang tebal.
4) Mengukur bentuk dan ukuran dari daun tanaman sisal.
5) Mengelompokan daun tanaman sisal sesuai dengan ukurannya.
6) Menimbang massa dari daun tanaman sisal dengan menggunakan
timbangan.
7) Melakukan pengujian kadar air awal bahan.
50
3.4.2 Pembuatan Serat
Adapun prosedur pembuatan serat yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
1) Menyalakan mesin dekortikator
2) Memasukan daun (baik tanaman sisal dan lidah mertua) kedalam mesin
dekortikator sambil memegang ujung daun dengan menggunakan tangan.
Pada setengah proses dekortikasi daun yang telah selesai, kemudian
dengan pelan, daun ditarik kembali. Dengan cara yang sama ujung daun
yang belum mengalami proses dekortikasi dimasukan kembali kedalam
mesin.
3) Menimbang serat yang telah didapatkan dengan timbangan.
4) Mencuci serat yang telah didapatkan dengan menggunakan air bersih.
5) Membersihkan sisa-sisa limbah atau zat-zat pengikat serat yang masih
menempel dengan menggunakan kape.
6) Mengeringkan serat dibawah sinar matahari selama 5 hari.
7) Menyisir serat yang telah kering yang bertujuan untuk menguraikan
serat-serat yang menggumpal sehingga terpisah satu dengan yang lain.
8) Melakukan pengujian parameter fisik, kimia, dan mekanik serat, meliputi
panjang, kecerahan, kehalusan, uji tarik, dan kadar air serat.
3.4.3 Pembuatan Kain Tenun
Adapun prosedur pembuatan kain tenun yang dilakukan pada penelitian ini
terdiri dari mempersiapakan alat atau persiapan bahan awal dan proses pertenunan.
a. Persiapan Pertenunan atau Persiapan Bahan Awal
Persiapan pertenunan secara garis besar terdiri dari persiapan ATBM yang
akan digunakan dan persiapan bahan baku (benang lusi dan benang pakan). Adapun
proses persiapan yang cukup panjang yaitu mempersiapkan benang lusi. Proses
persiapan yang dilakukan untuk benang lusi terdiri dari proses pengelosan dan
penghanian.
51
1) Melakukan proses pengelosan benang. Proses pengelosan, merupakan
proses memindahkan benang dari satu bentuk gulungan dan volume
tertentu ke bentuk gulungan dan volume lain. (Neorati dkk, 2013). Proses
pengelosan dilakukan dengan menggunakan alat kelos.
2) Melakukan proses penghanian benang. Proses ini merupakan tahap
mempersiapkan benang lusi pada beam lusi/ tenun (penggulungan
benang pada beam) dengan jumlah helai benang, panjang dan lebar
tertentu berdasarkan rencana tenun (Guswandhi dkk, 2018). Proses
penghanian dilakukan dengan menggunakan alat hani.
3) Mencucukan benang lusi kedalam gun dan sisir ATBM.
4) Melakukan pemuntiran atau twist pada serat sebanyak 4-5 helai.
b. Proses pertenunan
Proses pertenunan terdiri dari :
1) Melakukan pembukaan mulut lusi. Pembukaan mulut lusi pada ATBM
yang digunakan merupakan gerakan menaikan dan menurunkan benang
lusi kearah vertikal yang diatur oleh tuas. Pola yang digunakan adalah pola
polos, sehingga menggerakan tuas yang dilakukan berdasarkan pola 1-3
dan 2-4. Apabila tuas yang diangkat adalah 1 dan 3 maka tuas 2 dan 4
diturunkan, begitu sebaliknya.
2) Melakukan penyisipan atau memasukan benang pakan diantara benang
lusi dengan menggunakan tangan.
3) Melakukan pengetekan atau merapakatkan benang pakan dengan
menggunakan sisir tenun.
4) Kemudian dilakukan pergantian tuas atau penutupan mulut lusi (shed
closing).
5) Melakukan pengujian terhadap karakteristik mekanik kain berupa
kekuatan tarik dan mulur kain, kekuatan sobek kain, dan daya tembus
udara kain.
52
3.5 Pengujian Parameter
3.5.1 Rendemen Proses Pembuatan Serat Kering
a. Rendemen Parsial
Dalam pembuatan kain tenun terdapat beberapa tahap pengolahan yaitu :
pengambilan serat, pencucian serat, pengeringan serat dan pertenunan. Setiap
tahapan pengolahan dilakukan perhitungan rendemen. Rendemen pengambilan
serat dapat dihitung berdasarkan perbandingan massa serat basah kotor hasil proses
dekortikasi dengan massa bahan awal (daun segar tanaman lidah mertua dan sisal).
Rendemen pencucian serat dapat dihitung berdasarkan serat bersih yang telah
dibersihkan dengan serat kotor hasil proses dekortikasi. Rendemen pengeringan
serat dapat dihitung berdasarkan serat kering yang telah dijemur dengan serat bersih
setelah dilakukan pencucian.
Rpbs (%) = Mb
Ma× 100%...................................................................................(3)
Rpcs (%) = Mc
Mb× 100%...................................................................................(4)
Rpgs (%) = Md
Mc× 100%...................................................................................(5)
Keterangan :
Rpbs = rendemen pengambilan serat
Rpcs = rendemen pencucian serat
Rpgs = rendemen pengeringan serat
Ma = massa awal daun segar tanaman sisal / lidah mertua (g)
Mb = massa serat basah kotor (g)
Mc = massa serat basah bersih (g)
Md = massa serat kering (g)
b. Rendemen Total
Rendemen total pada penelitian ini merupakan rendemen hingga mencapai
serat kering. Rendemen total pada pembuatan serat kering dihitung berdasarkan
perbandingan massa serat kering dengan massa daun segar tanaman lidah mertua
atau sisal. Rendemen dinyatakan dalam satuan persen.
Rt (%) = Md
Ma× 100%............................................................................................(6)
53
Keterangan :
Rt = rendemen total
3.5.2 Kapasitas
a. Mesin Dekortikator
Kapasitas mesin dekortikator dapat dihitung berdasarkan perbandingan
banyaknya atau jumlah daun tanaman lidah mertua atau sisal yang akan dilakukan
pengambilan serat dengan waktu yang dibutuhkan dalam 1 kali operasi proses
dekortikasi.
Kpmd = Mo
t............................................................................................................(7)
Keterangan :
Kpmd = Kapasitas mesin dekortikator (kg/s)
Mo = Massa daun 1 kali operasi (kg)
t = Waktu (s)
b. Kapasitas ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)
Kapasitas mesin ATBM dapat dihitung berdasarkan perbandingan luas kain
tenun yang dihasilkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai luas tertentu.
Kpa = Ak
t.............................................................................................................(8)
Keterangan :
Kpa = Kapasitas ATBM
Ak = Luas kain tenun (cm2)
t = Waktu (s)
3.5.3 Pengujian Sifat Kimia
a. Pengujian Kadar Air (AOAC, 2005)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsip
pengukuran kadar air dengan metode oven adalah dengan cara mengeluarkan air
dari bahan dengan bantuan energi panas dan didasarkan atas massa bahan yang
hilang. Proses pengujian kadar air terdiri dari :
54
1) Memanaskan cawan didalam oven selama 30 menit dengan suhu 100-105 °C.
2) Memasukan cawan yang telah dipanaskan kedalam desikator selama 30 menit
3) Menimbang massa cawan kosong (A).
4) Menimbang sampel yang akan diuji kadar airnya sebanyak 5 g (B) didalam
cawan tersebut. Terlebih dahulu melakukan pengecilan ukuran terhadap
sampel yang akan diuji.
5) Memasukan sampel dan cawan dingin tersebut kedalam oven pada suhu 100-
105 °C selama 6 jam
6) Mendinginkan didalam desikator selama 30 menit dan kemudian ditimbang
(C).
7) Mengulangi tahap ini hingga mencapai bobot yang konstan.
8) Melakukan perhitungan untuk menentukan nilai kadar air dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
KA = B−C
B−A X 100%.........................................................................................(9)
Keterangan :
KA = kadar air (%)
A = massa cawan (g)
B = massa cawan dan bahan awal (g)
C = massa cawan dan bahan akhir (g)
3.5.4 Pengujian Sifat Fisik Serat
a. Panjang Serat (BSN, 1989c)
Panjang serat merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena sifat
yang lainnya seperti kehalusan dan kekuatan serat mempunyai hubungan yang erat
dengan panjang serat tersebut, semakin panjang serat biasanya akan makin halus
dan kuat seratnya. Pengujian panjang serat yang dilakukan menggunakan SNI 08-
0590-1989 Cara uji panjang serat buatan bentuk stapel (cara perhelai). Prinsip
pengukuran panjang serat dilakukan dengan meluruskan serat perhelai kemudian
dilakukan pengukuran. Prosedur pengukuran panjang serat sebagai berikut :
55
1) Menyiapkan sampel serat yang telah terpisah dari bundelan serat (perhelai).
2) Meluruskan serat.
3) Mengukur panjang serat dengan menggunakan meteran.
4) Mencatat hasil data pengukuran.
b. Warna (Nurmawati, 2011)
Pengukuran tingkat kecerahan dan derajat kuning pada serat dilakukan
dengan menggunakan alat kromameter. Prinsip kerja alat yang digunakan ini yaitu
dengan memberi cahaya diffuse pada sampel dan kemudian diukur pada sudut
tertentu. Cahaya diffuse yang mengenai sampel dipantulkan pada sudut tertentu,
kemudian diteruskan kesensor spekral, lalu dihitung dengan menggunakan
komputer mikro (Nurmawati, 2011). Skema pengukuran dari kromameter
ditunjukkan pada Gambar 13 dibawah ini :
Gambar 13. Sistem pengukuran pada kromameter
(Sumber: Nurmawati, 2011)
Hasil dari pengukuran dengan menggunakan alat ini dinyatakan dalam notasi
alat hunter pada alat yang terdiri dari nilai L*, a* dan b*. Dimana notasi L*
menyatakan kecerahan sampel yang diuji yaitu cahaya pantul yang menghasilkan
warna kromatik putih, abu-abu, dan hitam. Paramter L* mempunyai nilai 0 (hitam)
sampai 100 (putih). Notasi a* menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau
dengan nilai +a (positif) dari 0-100 (merah) dan nilai –a (negatif) dari 0-80 (hijau).
Notasi b* menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b
56
(positif) dari 0-70 (kuning) dan nilai –b (negatif) dari 0-80 (biru). Parameter yang
akan digunakan dalam menentukan warna pada serat dan kain adalah Lightness (L),
derajat hue (oH), dan chroma (C). Nilai hue mewakili panjang gelombang dan nilai
chroma berfungsi untuk meningkatkan intensitas warna yang berkaitan dengan
pudarnya suatu warna. Acuan nilai hue terhadap kisaran warna kromatisitas
ditunjukkan pada Tabel 11.
Tabel 11. Acuan nilai hue terhadap kisaran warna kromatisitas
Nilai Hue Daerah kisaran warna kromatisitas
342 – 18 Red Purple (RP)
18 – 54 Red (R)
54 – 90 Yellow Red (YR)
90 – 126 Yellow (Y)
126 – 162 Yellow Green (YG)
162 – 198 Green (G)
198 – 234 Blue Green (BG)
234 – 270 Blue (B)
270 – 306 Blue Purple (BP)
306 – 342 Purple (P)
Sumber: Hutching, 1999
Prosedur percobaan terdiri dari:
1) Menyalakan rangkaian kromameter berupa komputer dan alat color light yaitu
alat kromameter itu sendiri.
2) Membuka aplikasi EZM QC.
3) Memilih menu pada aplikasi untuk menggunakan skala pengukuran CIE LAB
yaitu L, a dan b.
4) Melakukan kalibrasi pada alat.
5) Memasukan sampel kedalam glass sampel.
6) Meletakkan glass sampel keatas kepala optik.
7) Memilih menu read sample pada aplikasi.
8) Mencatat data hasil pengukuran warna sampel pada bagian data processor dari
alat kromamter berupa data dalam unit warna CIELab.
57
c. Kehalusan Serat (BSN, 1989a)
Kehalusan serat adalah ukuran relatif diameter yang dinyatakan dalam berat
persatuan panjang. Kehalusan dinyatakan dalam desitex atau denier. Kehalusan
serat dapat diuji sesuai dengan SNI 08-1111-1989 cara uji kehalusan serat batang.
Prinsip pengujiannya yaitu sekelompok serat dengan jumlah tertentu dipotong
dengan panjang tertentu pula kemudian ditimbang. Kehalusan serat dihitung
berdasarkan perbandingan berat dan panjang serat tersebut. Proses pengujian
kehalusan serat sebagai berikut :
1) Mempersiapkan alat untuk pengujian kehalusan serat.
2) Meluruskan, menguraikan dan mensejajarkan serat.
3) Memotong serat dengan ukuran 30 mm.
4) Menghitung serat yang sudah dipotong sebanyak 150 helai.
5) Menimbang berat serat.
6) Melakukan pengujian terhadap 10 bundel serat.
7) Menghitung kehalusan serat dengan menggunakan cara sebagai berikut :
De = 10.000 Mh
150 x 30…………………..……………………………………(10)
Ne = 590,625/kehalusan (tex)……………………………………………..(11)
D =1
√Ne…………………………….……………………………………...(12)
8) Menghitung simpangan baku dari 10 pengujian dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
S = √∑(Xi− X ̅)2
n−1………………………………………………………….…(13)
Keterangan :
De = kehalusan (desitex)
Mh = massa 150 helai serat (mg)
D = diameter
S = simpangan baku
X̅ = harga rata-rata
Xi = nilai individu
n = jumlah contoh uji
58
d. Moisture Regain (Kandungan Kelembaban) (BSN, 2015)
Pengujian moisture regain pada serat diuji sesuai dengan SNI 8100:2015 cara
uji kadar lembab (moisture content atau moisture regain). Prinsip pengujian ini
yaitu dalam kondisi standar serat ditimbang, kemudian dikeringkan ke dalam oven
105oC sampai 110oC dan setelah pengeringan ditimbang kembali. Proses pengujian
yang dilakukan sebagai berikut :
1) Memastikan ruangan uji memenuhi standar dengan suhu 21 oC dan RH 65%.
2) Mempersiapkan alat dan sampel uji.
3) Memanaskan botol timbang kedalam oven selama 15-20 menit pada suhu
105oC sampai 110oC.
4) Memasukan botol timbang kedalam desikator selama 20 menit.
5) Menimbang botol kosong (A).
6) Menimbang contoh uji dan botol timbang (C).
7) Memasukan contoh uji dan botol timbang kedalam oven dengan suhu 105oC
sampai 110oC selama 3 jam.
8) Memasukan contoh uji dan botol timbang kedalam desikator selama 20 menit.
9) Menimbang contoh uji dan botol timbang (D).
10) Mencatat hasil data.
MR = B−K
K× 100%.......................................................................................(14)
Keterangan :
MR = Moisture regain (%)
B = Massa serat tekstil awal sebelum dikeringkan (C-A) (g)
K = Massa serat setelah dikeringkan (D-A) (g)
3.5.5 Pengujian Sifat Mekanik Serat
a. Kekuatan tarik perbundel (BSN, 1989b)
Kekuatan tarik serat dapat diuji sesuai dengan SNI 08-1112-1989 cara uji
kekuatan tarik dan mulur serat batang perbundel. Kekuatan tarik per bundel adalah
kekuatan putus sebundel serat dalam bentuk lurus. Prinsip pengujian ini yaitu
seberkas serat batang dengan berat dan panjang tertentu dipasang pada kedua
59
penjepit alat uji kekuatan tarik, lalu diberi beban sampai putus. Alat yang digunakan
dalam pengujian ini yaitu alat uji kekuatan tarik yang mampu menahan beban
sampai dengan 100 kg. Proses pengujian kekuatan tarik serat sebagai berikut :
1) Mempersiapkan sampel serat dengan memotong serat sepanjang 20 cm.
2) Meluruskan serat, menyatukan serat sehingga membentuk bundel dan dibentuk
pita selebar ± 5 mm kemudian pada kedua ujung-ujung bundel serat direkat
dengan kertas perekat sedemikian rupa sehingga jarak antara kedua kertas
perekat tersebut 5 cm. Bentuk sampel serat perbundel dapat dilihat pada
Gambar 14
Gambar 14. Ukuran sampel pengujian kekuatan tarik serat perbundel
3) Mempersiapkan alat uji (menyalakan alat uji tarik dan rangkaian komputer).
4) Menjepit salah satu ujung bundel serat pada penjepit atas alat uji dimana batas
bawah kertas berada pada batas bawah penjepit. Menjepit ujung bundel serat
yang lain pada penjepit bawah sehingga batas atas kertas tepat pada batas atas
penjepit.
5) Menjalankan alat sampai pada sampel uji putus dan mencatat hasilnya dalam
kg (a).
6) Memotong sampel uji pada batas dalam kertas. Kemudian menimbang
beratnya dan kemudian dicatat dalam mg (W).
7) Mengulangi cara yang sama untuk 15 bundel serat atau 15 sampel uji.
8) Menyajikan hasil uji dengan menggunakan rumus:
5mm
20 c
m
5cm
60
T = Kp
W × 0,4905 N/tex atau
Kp
W × 50 g/tex………....…...............(15)
X̅ = ∑ Xi
n…………………………………………………………………..(16)
S = √∑(Xi− X ̅)2
n−1...........................................................................................(17)
CV = S
X x 100%............................................................................................(18)
Keterangan :
T = tenacity
Kp = kekuatan per bundel serat, kg
W = berat per bundel serat sepanjang 5 cm, mg
X̅ = harga rata-rata
S = simpangan baku
CV = koefisien variasi
Xi = nilai individu
n = jumlah contoh uji
b. Kekuatan tarik dan mulur perhelai (BSN, 1989d)
Kekuatan tarik dan mulur serat perhelai dapat diuji sesuai dengan SNI 08-
0618-1989 cara uji kekuatan tarik dan mulur serat buatan bentuk staple perhelai.
Kekuatan tarik serat perhelai adalah kekuatan yang besarnya sama dengan beban
yang dapat ditahan oleh serat tersebut sampai putus, dinyatakan dalam gram (g).
Prinsip pengujian ini yaitu sehelai serat ditarik sampai putus, menggunakan alat dan
cara yang telah ditetapkan. Alat yang digunakan dalam pengujian ini yaitu alat uji
kekuatan tarik. Proses pengujian kekuatan tarik serat sebagai berikut :
1) Mempersiapkan alat uji.
2) Mempersiapkan sampel uji dengan memotong serat sepanjang ± 10 cm
sebanyak 50 helai sampel uji.
3) Pemasangan dengan kartu penyangga: memasang serat pada kartu dengan
menggunakan perekat dengan beban awal sebesar 5,0 mN/tex untuk uji kering
dan 2,5 mN/tex untuk uji basah. Perekat yang dipakai tidak boleh mengenai
serat sepanjang jarak jepit. Untuk uji kekuatan tarik dalam keadaan basah, kartu
61
dan perekat yang digunakan harus kedap air. Kemudian pasang contoh uji
langsung pada penarik.
4) Pemasangan tanpa kartu penyangga : memasang contoh uji pada penjepit atas.
Bebani ujung serat yang bebas sebesar 5,0 mN/tex untuk uji kering dan 2,5
mN/tex untuk uji basah. Menjepitkan pada penjepit bawah.
5) Bila menggunakan kartu penyangga, memotong kartu pada arah melintang
serat bebas. Menjalankan alat uji sampai contoh uji putus.
6) Untuk uji basah, mencelupkan contoh uji kedalam air suling yang telah
ditambah zat pembasah non-ionik dengan konsentrasi maksimum 0,1% pada
suhu 20 ± 2°C selama 2 menit.
7) Mengulangi tahap 5-6 sampai sejumlah 50 helai serat.
8) Apabila contoh uji putus pada penjepit, batas penjepit atau selip, maka
pengujian tersebut batal dan harus diulangi.
9) Menyajikan data hasil uji dengan rumus :
(X)̅̅ ̅ = ∑ Xi
n……………………………………………………….……….(19)
(S) = √∑(Xi− X ̅)2
n−1………………………………………………………..(20)
(CV) = S
X x 100%.......................................................................................(21)
Keterangan :
X̅ = nilai kekuatan tarik atau mulur rata-rata
S = simpangan baku
CV = koefisien variasi
Xi = nilai kekuatan tarik atau mulur perhelai
n = jumlah contoh uji
3.5.6 Pengujian Karakteristik Mekanik Kain Tenun
a. Pengujian Kekuatan Tarik (BSN, 1989e)
Pengujian kekuatan tarik kain mengacu pada SNI 08-0276-1989 cara uji tarik
dan mulur kain tenun. Dalam pengujian kekuatan tarik berdasarkan SNI ini terdapat
tiga cara pengambilan contoh yaitu cara pita tiras, pita potong, dan cara cekau.
62
Perbedaan ketiga cara tersebut pada persiapan contoh ujinya yang berbeda-beda,
namun alat yang digunakan tetap sama. Dalam penelitian ini menggunakan cara
pita tiras. Prosedur pengujian kekuatan tarik terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1) Mempersiapkan alat untuk pengujian kekuatan tarik kain.
2) Menggunting kain contoh uji sejajar dengan arah benang dengan panjang tidak
kurang dari 15 cm dan dengan lebar 3 cm untuk kain yang tetalnya 20 helai/cm
atau lebih, lebar 3,75 cm untuk kain yang tetalnya kurang dari 20 helai/cm.
3) Meniras benang-benang pada sisi panjang kain dengan bantuan jarum,
sehingga lebar kain menjadi tepat 2,5 cm.
4) Menjepit kain uji secara simetris pada jepitan atas, dengan arah bagian yang
panjang searah dengan arah tarikan.
5) Memberi tegangan awal ujung bawah contoh uji sebesar 170 g, kemudian
menjepit simetris pada jepitan bawah.
6) Menjalankan mesin, kemudian contoh uji mengalami tarikan hingga kain
putus.
7) Menghentikan mesin dan membaca besarnya kekuatan serta mulur kain pada
skala.
b. Pengujian Kekuatan Sobek Kain (Hitariat dkk, 2005)
Pengujian kekuatan sobek kain yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan cara trapesium. Cara kerja yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap
yaitu (Hitariat dkk, 2005):
1) Mengkondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
2) Memotong kain uji dengan ukuran.
63
Gambar 15. Ukuran potongan kain uji cara trapesium
(Sumber: Hitariat dkk, 2005)
3) Melakukan kalibrasi alat uji
4) Mengatur posisi tombol beban pada skala 5 kg atau 10 kg (sesuai dengan
kekuatan sobek kain).
5) Memasang kain contoh uji pada klem.
6) Memindahkan switch kekuatan tarik dan mulur pada posisi ON.
7) Mengatur kertas grafik shingga kedudukan pena pada grafik berada pada salah
satu titik potong absis dan ordinat grafik.
8) Menekan tombol UP sehingga mesin bergerak menarik contoh uji keatas.
9) Membiarkan penarikan sampai selesai (dalam grafik didapat mulur 5 cm).
10) Setelah itu hentikan mesin dengan menekan tombol OFF.
11) Menekan OFF pada switch kekuatan tarik dan mulur, kemudian menurunkan
klem dengan menekan tombol Down.
12) Melakukan pengujian pada 3 sampel arah lusi dan pakan.
13) Memberi tanda pada grafik 3 titik puncak tertinggi dan 3 titik puncak terendah
dan menghitung rata-rata 3 titik puncak tertinggi dan 3 titik puncak terendah.
Xi = Xt+Xr
2………………………………………………………………….(22)
Keterangan :
Xi = kekuatan sobek masing-masing cara uji
10 c
m
7,5 cm
2,5
cm
15 c
m
2,5
cm
2,5
cm
1 cm
Sobekan awasal Sobekan awal
64
Xt = beban tertinggi
Xr = beban terendah
14) Menghitung rata-rata standar deviasi dan koefesien variasi data hasil
pengujian.
X̅ = ∑ Xi
n………………………………………………………………......…(23)
S = √∑ Xi2−
(∑ Xi)2
n
n−1……………………………………………………….…..(24)
Keterangan :
X̅ = kekuatan sobek rata-rata
Xi = nilai pengujian individu
S = simpangan baku
n = jumlah contoh uji
c. Pengujian Daya Tembus Udara (BSN, 1989f)
Pengujian daya tembus udara dilakukan sesuai dengan SNI 08-0988-1989
Cara uji daya tembus udara pada kain. Daya tembus udara dinyatakan dengan
volume udara (cm3) yang mengalir, per satuan waktu (sekon) melalui luas
permukaan kain tertentu (cm2), pada perbedaan tekanan udara tertentu pada kedua
permukaan kain. Pengujian daya tembus udara pada kain dilakukan dengan
menggunakan alat uji yang bernama air permeability tester. Pengujian daya tembus
udara dilakukan untuk mengetahui volume udara yang dapat melalui kain pada
suatu satuan luas dengan tekanan tertentu. Metode pengujian daya tembus udara
sebagai berikut :
1) Mempersiapkan alat uji daya tembus udara.
2) Meletakan mesin uji, pada meja dan mengatur letaknya benar-benar horizontal.
3) Mengisi penampung air dengan air suling sehingga manometer air
menunjukkan skala nol, dan mengatur letak manometer agar benar-benar
vertikal.
4) Mengisi penampung minyak dengan minyak khusus dengan berat jenis 0,834
sehingga manometer minyak menunjukkan skala nol.
65
5) Memasang kain contoh uji pada lubang tempat contoh uji, dijepit dengan cincin
yang sesuai sehingga kain cukup tegang, dan kemudian lubang ditutup.
6) Memasang orifice terpilih, yang cocok untuk kain sehingga angka pada
manometer air ada diantara 4 sampai dengan 14.
7) Menghubungkan alat melalui Rheostat, ke sumber listrik dan kemudian kipas
penghisap dijalankan.
8) Mengatur Rheostat agar tekanan udara sesuai dengan tekanan 12,7 mm air
dengan indikator baca pada manometer minyak menunjukkan skala 0,5 dan
tetap.
9) Membaca manometer air dan menghitung harga daya tembus udara.
10) Mengulangi prosedur pada tahap 5 sampai 8 untuk contoh uji yang lain pada
tempat dana arah yang berbeda pada contoh yang sama.
11) Menyajikan hasil uji dengan perhitungan dibawah ini
X = h + Harga manometer air−2
15−2x (H − h)x 0,508 cm3/sekon/ …………....(25)
Keterangan :
X = harga daya tembus udara
H = harga maksimum orifice
h = harga minimum orifice