BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum...
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kawasan Industri Tekstil
Kota Cimahi merupakan salah satu kawasan industri yang terletak di Provinsi
Jawa Barat. Kota Cimahi berada dikoordinat 6o53’LS, 107o32’ BT dengan
ketinggian berkisar antara 700 – 1075 meter di atas permukaan laut (mdpl). Data
dari Badan Pusat Statistik Kota Cimahi tahun 2016, Kota Cimahi memiliki luas
mencapai 4.025,73 Ha dan terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi
Utara, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Selatan. Berdasarkan
fungsi kota secara umum, Kecamatan Cimahi Tengah diarahkan untuk perdagangan
dan jasa, pendidikan dan pemerintahan. Kecamatan Cimahi Utara diarahkan untuk
pendidikan, pelayanan umum dan pemerintahan dan Kecematan Cimahi Selatan
diarahkan untuk Industri, pendidikan dan pelayanan umum.
Kecamatan Cimahi Selatan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota
Cimahi, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cimahi Selatan memiliki ketinggian yang
bervariasi yatitu 729-768 mdpl dengan luas mencapi 16,90 Km2. Kecamatan
Cimahi Selatan diarahkan sebagai pusat industri tekstildi Kota Cimahi. Berdasarkan
data dari BPS Kota Cimahi tahun 2016, jumlah industri di Kecamatan Cimahi
Selatan mencapai 996 industri meliputi industri kecil, sedang, besar atau rumah
tangga. Menurut BPS kota Cimahi tahun 2016 di daerah sekitar Sungai Cibaligo,
Cimahi Selatan terdapat 77 industri tekstil berskala besar. Data dari BPS Kota
58
Cimahi, sebanyak 55.572 jiwa bekerja dalam bidang industri baik menjadi buruh
ataupun menjadi pengusahanya.
4.2 Pengambilan Sampel Air
Pengambilan sampel air dilakukan di 3 titik air sumur dan 3 titik air sungai
dengan jarak Sungai Cibaligo ke kawasan industri tekstil yaitu 249 m, 295 m , dan
324 m sedangkan jarak sumur ke Sungai Cibaligo 46,1 m , 58,2 m dan 82,64 m.
Penentuan titik lokasi sumur ditentukan berdasarkan ketinggian. Ketinggian lokasi
sumur lebih rendah dari ketinggian sungai. Penentuan titik pada sungai mengikuti
interval jarak pada titik sumur agar bisa diketahui hubungan korelasi antara titik
sumur dan titik sungai. Informasi mengenai titik lokasi pengambilan sampel bisa
dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. dibawah ini:
Tabel 9.Titik Pengambilan Sampel Air
Nama
Titik
Koordinat Titik Sampling Jarak
dari
Sungai
Sumber
Smr 1 E 107.55118o, S 06.92256 o 46,1 m Sumur
Smr 2 E 107.55116o, S 06.92255 o 58,2 m Sumur
Smr 3 E 107.55164o, S 06.92227o 82,64 m Sumur
Sumber : Olahan, 2018
Tabel 10. Titik Pengambilan Sampel Air Sungai
Nama Titik Koordinat Titik Sampling Jarak
dari
kawasan
industri
Sumber
Sng 1 E 107.549180, S 06.924462 245 m Sungai
Sng 2 E 107.549775, S 06.924865 295 m Sungai
Sng 3 E 107.550325, S -6.925237 324 m Sungai
Sumber : Olahan, 2018
59
Penentuan titik lokasi sampel dilakukan dengan bantuan GPS
(GlobalPositioning System) dan waterpass, kemudian data yang diperoleh
diolahmenjadi peta penelitian. Proses pengambilan sampel air dicatat juga data
pendukung lain seperti data pengamatan fisik sumur. Data tersebut terdapat pada
Tabel 11 dibawah ini:
Tabel 11. Data Pengamatan Fisik Sumur
Titik Sumur Ketinggian Sumur (mdpl) Kedalaman Sumur (m)
245 m 73 11,7
295 m 47 12,9
324 m 43 13,3
Sumber : Olahan, 2018
Data pengamatan mengenai debit Sungai Cibaligo diperoleh dari
pengukuran langsung di lapangan. Berikut tabel mengenai debit pada lokasi
pengamatan sampling, dapat dilihat pada Tabel 12. berikut:
Tabel 12. Debit Aliran Sungai Cibaligo
Titik Lokasi Debit Aliran Musim
Hujan (m3/s)
Debit Aliran Musim
Kemarau (m3/s)
Sumur 1 0,62 0,35
Sumur 2 0,55 0,32
Sumur 3 0,44 0,27 (Sumber : Olahan, 2018)
Berdasarkan Tabel 12 di atas menunjukkan, jika terdapat perbedaan pada
musim hujan dan musim kemarau di aliran Sungai Cibaligo. Debit aliran pada
musim hujan memiliki nilai debit yang lebih tinggi dibandingkan debit pada musim
kemarau. Debit air mempengaruhi tingkat absorpsi dari konsentrasi bahan
pencemar yang berada pada aliran sungai, sehingga pada debit air yang tinggi
mengakibatkan kadar bahan pencemar lebih cepat berkurang.
60
Data pengamatan cuaca pada lokasi samplingdiperoleh dari pengamatan
langsung di lapangan. Tabel menganai pengamatan cuaca pada lokasi
pengambilang sampel dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:
Tabel 13. Tabel Pengamatan Cuaca Pada Lokasi Pengambilan Sampel
Titik Lokasi Cuaca Sehari Sebelum
Sampling
Cuaca Pada Saat
Sampling
Sumur 1 Hujan Mendung
Sumur 2 Hujan Berawan
Sumur 3 Hujan Berawan
Sungai 1 Hujan Berawan
Sungai 2 Hujan Mendung
Sungai 3 Hujan Mendung
Sumber : Olahan, 2019.
Pengambilan sampel air sumur dan sampel air sungai dilakukan 3 kali
pengulangan. Pengambilan sampel air sungai dilakukan dari jarak titik sampel yang
paling dekat dengan kawasan industri tekstil ke titik yang jaraknya paling jauh dari
kawasan industri tekstil, kemudian pengambilan sampel air sumur dilakukan dari
jarak titik yang paling dekat dengan sungai ke titik yang paling jauh. Pengambilan
sampel dilakukan pada pagi hari dengan selang waktu satu minggu untuk 1 kali
ulangan.
Pengulangan pada pengambilan sampel air dilakukan untuk mewakili
variasi data yang mungkin didapatkan di lapangan serta digunakan untuk
perhitungan data secara statistik. Sampel yang telah diperoleh, selanjutnya diuji di
Laboratorium Ekologi Universitas Padjajaran dan di uji secarain situ. Parameter
yang diuji di laboratorium adalah krom total, fenol total, TSS dan warna. Parameter
suhu dan pH di uji secara in situ kemudian untuk menjawab pertanyaan penelitian
dilakukan analisis data.
61
4.3 Kualitas Air Sungai Cibaligo
Sungai Cibaligo merupakan tempat pembuangan limbah cair industri tekstil
dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar kawasan industri. Dilihat dari segi fisik air
tersebut, air yang berada di aliran Sungai Cibaligo memiliki air yang berwana biru
kehitaman, sedangkan dilihat dari topografi air sungai ini mengalir dari wilayah
kawasan industri tekstil yang lebih tinggi menuju ke sungai yang wilayahnya lebih
rendah. Kondisi sungai disekitar kawasan industri tekstil memiliki aliran yang
lambat sehingga air dari sungai tersebut dapat mencemari air sumur di kawasan
sekitar kawasan industri tekstil tersebut. Letak air sungai dekat dengan kawasan
industri tekstil oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran pada bahan pencemar
limbah tekstil. Hasil dari data yang didapatkan Sungai Cibaligo memiliki kualitas
air yang buruk. Jarak sungai mempengaruhi terhadap kualitas airnya. Semakin
dekat sungai dengan kawasan industri maka kualitas airnya semakin buruk, begitu
sebaliknya semakin jauh jarak sungai ke kawasan industri tekstil maka kualitas
airnya semakin baik.
4.4 Status Mutu Air dengan Menggunakan Metode STORET
Metode STORET merupakan salah satu metode untuk penentuan status mutu
air yang umum digunakan. Metode STORET ini dapat diketahui parameter-
parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Prinsip metode
STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air
yang disesuaikan dengan peruntukan guna menentukan status mutu air. Apabila
hasil pengukuran mutu air memenuhi standar baku mutu, maka akan diberi skor 0,
62
sedangkan jika pengukuran mutu air tidak memenuhi standar baku mutu yang ada,
maka akan diberi skor sesuai dengan Tabel 8 di atas.
Skor dari setiap parameter kualitas air yang telah diuji kemudian dijumlahkan
skornya dan dibandingkan dengan status mutu air yang dikeluarkan oleh EPA
(Environmental ProtctionAgency). Semakin banyak parameter kualitas air yang di
uji melebihi ambang batas yang telah ditentukan maka skor yang diperoleh akan
semakin tinggi. Berikut 4 kelas status mutu air menurut EPAdapat dilihat pada
Tabel 14.
Tabel 14. Status Mutu Air EPA (Environmental Protction Agency)
Kelas Skor Status
A 0 Memenuhi baku mutu
B -1 s/d -10 Cemar ringan
C -11 s/d 30 Cemar sedang
D ≥ -31 Cemar berat
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003.
Penentuan status mutu dengan menggunakan metode STORET pada
penelitian ini dilakukan untuk menentukan status mutu air sumur di sekitar kawasan
industri tekstil dan status mutu air Sungai Cibaligo. Sumur yang menjadi objek
kajian dalam penelitian ini adalah sumur dengan jarak 46,1 m , 58,2 m, dan 82,64
m dari Sungai Cibaligo. Sungai Cibaligo yang menjadi objek kajian dalam
penelitian ini adalah Sungai Cibaligo dengan jarak 245 m, 295 m dan 324 m dari
kawasan industri tekstil.
Penentuan status mutu air dilakukan dengan menggunakan data yang
diperoleh dari pengukuran yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Penentuan
status mutu air dilakukan dengan menggunakan data yang telah diperoleh dari
setiap titik yang telah ditentukan. Baku mutu yang digunakan adalah baku mutu
63
kelas 1 untuk air sumur dan baku mutu kelas 2 untuk air sungai sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 sehingga diperoleh status mutu air
disetiap jarak sumur dan sungai pada Tabel 15 dan Tabel 16 di bawah ini (Hasil
analisis yang lengkap ada dalam lampiran):
Tabel 15. Hasil Perhitungan STORET Sumur Penelitian
Parameter Satuan
Jarak (m)
46,1 58,2 82,64
Skor Skor Skor
pH - 0 -2 -2
Suhu O C 0 0 0
Warna mg/L 0 0 0
TSS mg/L 0 0 0
Krom Total mg/L 0 0 0
Fenol Total ptco 0 0 0
Total Skor 0 -2 -2
Status Mutu
Tidak
Cemar
Cemar
Ringan
Cemar
Ringan
Sumber : Olahan Pribadi 2019
Tabel 16. Hasil Perhitungan STORET Sungai Penelitian
Parameter Satuan
Jarak (m)
249 295 324
Skor Skor Skor
pH - -10 -8 -2
Suhu O C 0 0 0
Warna mg/L -5 -5 -5
TSS mg/L -4 -4 -4
Krom Total mg/L 0 0 0
Fenol Total ptco 0 0 0
Total Skor -19 -17 -11
Status Mutu
Cemar
Sedang
Cemar
Sedang
Cemar
Sedang
Sumber : Olahan Pribadi 2019
64
Berdasarkan Tabel 15 dan Tabel 16 mengenai perhitungan status mutu air
dengan menggunakan metode STORET menujukkan, jika status mutu air sumur
dan air sungai berbeda. Status mutu air Sungai Cibaligo termasuk kedalam kategori
cemar sedang dengan memiliki nilai skor akhir melebihi -10 tetapi tidak melebih -
31 dimana skor untuk sungai 1 yaitu – 19, sungai 2 yaitu – 17 sedangkan untuk
sungai 3 memiliki skor -11 dimana rentang -11 sampai dengan – 30 termasuk ke
dalam kategori status mutu cemar sedang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
menujukkan jika kegiatan industri tekstil disekitar kawasan tersebut mempengaruhi
terhadap status mutu air Sungai Cibaligo dimana sungai tersebut merupakan sungai
yang biasanya digunakan sebagai tempat membuang limbah dari hasil kegiatan
industri yang dihasilkan oleh pabrik – pabrik sekitar.
Status mutu air sumur di sekitar kawasan industri tekstil berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan metode storet menunjukkan, jika air sumur
sekitar termasuk ke dalam kategori cemar ringan. Skor dari masing – masing sumur
tidak melebihi -10 yaitu skor untuk sumur 1 adalah 0 , sumur 2 dan sumur 3 skornya
adalah -2. Rentang -1 sampai dengan -10 termasuk kedalam kategori cemar ringan.
4.5 Ketinggian Titik Sampel Air
Ketinggian titik pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan
waterpass dengan menggunakan metode sifat ukur datar memanjang. Pabrik yang
berada di kawasan industri diasumsikan sebagai titik 0, dimana titik 0 merupakan
titik pengukuran pertama dengan memiliki ketinggia 0 mdpl. Hasil pengukuran
65
ketinggian dengan menggunakan waterpass pada titik sumur dan sungai dapat
dilihat pada Tabel 17 di bawah ini:
Tabel 17. Ketinggian Titik Pengambilan Sampel Air
Ketinggian Titik Pengambilan Sampel Air
Titik Koordinat x Koordinat y Elevasi (mdpl)
Sumur 1 781917 9234055 1,95
Sumur 2 781788 9233733 3,59
Sumur 3 781874 9233719 7,18
Sungai 1 781798 9233778 3,85
Sungai 2 781810 9233630 5,28
Sungai 3 781785 9233587 7,49
Sumber : Olahan Pribadi 2019.
Berdasarkan Tabel 17 di atas menunjukkan jika sungai memiliki ketinggian
yang lebih tinggi daripada ketinggian sumur. Ketinggian yang didapat pada titik
sumur berkisar antara 1,95 mdpl – 7,18 mdpl sedangkan ketinggian yang didapat
pada titik sungai berkisar antara 3,85 mdpl – 7,94 mdpl. Ketinggian air sungai dan
sumur memiliki perbedaan yang yang relatif rendah, sungai 1 dan sumur 1 memiliki
perbedaan ketinggian 1,9 mdpl, sungai 2 dan sumur 2 memiliki perbedaan
ketinggian 1,33 mdpl sedangkan sungai 3 dan sumur 3 memiliki perbedaan
ketinggian 0,31 mdpl. Perbedaan ketinggian yang relatif rendah tersebut
memungkinkan bahwa sumur yang dijadikan sebagai sampel pengambilan air
memiliki kualitas air yang relatif baik, pada sumur 1 berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan metode STORET memiliki nilai 0. Nilai tersebut
menujukkan jika kulitas air pada sumur 1 baik atau tidak tercemar dari kegiatan
industri tekstil, sedangkan pada sumur 2 dan sumur 3 memiliki nilai -2 yang artinya
sumur tersebut termasuk kedalam kategori cemar ringan. Parameter pH pada
sampel air sumur di titik 2 dan titik 3 memiliki nilai diatas ambang batas yang telah
66
ditentukan sedangkan parameter suhu, warna, TSS, fenol total dan krom total
nilainya masih memenuhi ambang batas yang telah ditentukan.
4.6 Pengaruh Jarak Dengan Kualitas Air Sumur Sekitar Kawasan Industri
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang bagaimana pengaruh jarak
sumur ke Sungai Cibaligo terhadap kualitas air sumur penduduk dan jarak sungai
ke kawasan industri tekstil terhadap kualitas air sungai di sekitar kawasan industri
tekstil akan dianalisis menggunakan persamaan regresi, dan korelasi.
4.6.1 Analisis Regresi
1. pH (Derajat Keasaman)
Berdasarkan pengukuran yang didapat nilai rata- rata pH dari masing –
masing titik berkisar antara 8,2 – 9,17. Nilai rata- rata pH pada sumur berkisar
antara 8,2 – 8,4 sedangkan nilai rata- rata pH pada sungai berkisar antara 8,6 – 9,17.
Nilai rata- rata pH terendah didapatkan pada titik sumur 1 dimana sumur tersebut
berjarak 46,1 m dari Sungai Cibaligo dan nilai pH tertinggi didapatkan pada titik
sungai 1 dimana sungai tersebut berjarak 249 m dari kawasan industri tektil.
Gambar 6. Hubungan Jarak Terhadap pH Air Sumur Dan Sungai. (Sumber : Olahan Pribadi, 2019)
9,17 9,1
8,6
R² = 0,8405
y = -0,285x + 9,5267
7,5
8
8,5
9
9,5
249 295 324
pH
Jarak (m)
Sungai
8,28,3
8,4
R² = 1
y = 0,1x + 8,1
88,18,28,38,48,58,6
46,1 58,2 82,64
pH
Jarak (m)
Sumur
67
Kriteria kualitas air salah satunya adalah derajat keasaman (pH). Air yang
baik adalah air yang tidak tercemar, dalam kondisi yang demikian berarti air bersifat
netral, sedangkan apabila di dalam perairan terdapat zat pencemar akan dapat
berakibat sifat air berubah menjadi asam atau basa. Gambar 6 di atas menunjukkan
jika hasil pengukuran nilai rata- rata pHnya ada yang melebihi ambang batas yang
diperbolehkan yaitu 8,5 sedangkan nilai minimum pH air adalah 6,5. Sumber
pencemaran pada wilayah ini disebabkan oleh pembuangan limbah industri tekstil
yang berupa buangan limbah cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan
industri tekstil. Kegiatan tersebut memungkinan terdapat kandungan
mikroorganisme dan bahan kimia yang beracun. Adanya kandungan pH dalam
suatu limbah industri tekstil dipengaruhi oleh bahan buangan yang berupa zat kimia
sehingga dapat meningkatkan nilai pH pada titik sumur dan titik sungai tersebut.
Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari unsur-
unsur renik yang terdapat dalam di perairan. Nilai pH yang rendah akan
menyebabkan air bersifat asam, sehingga dalam kadar tertentu tidak ada makhluk
yang dapat hidup dalam perairan tersebut. Beberapa proses pengerjaan pada industri
tekstil dilakukan pada pH tinggi. Proses pemasakan dilakukan pada pH 9-10 dan
beberapa proses pencelupan yang menggunakan alkali sebagai zat pembantu di
dalam pengerjaannya. Penggunaan bahan bahan kimia dalam proses industri akan
mempengaruhi sifat kimia air limbah yang dihasilkan terutama nilai pHnya.
Berdasarkan analisis regresi linier seperti pada Gambar 6 diperoleh
hubungan jarak terhadap air sumur dan air sungai yang membentuk persamaan y =
-0,285x + 9,5267 untuk pH sungai dan membentuk persamaan y = 0,1x + 8,1 untuk
68
pH air sumur. Sumbu x menggambarkan jarak sumur dan jarak sungai sedangkan
sumbu y menggambarkan peningkatan nilai pH. Dari persamaan tersebut diperoleh
nilai regresi untuk setiap titik sungai dan titik sumur dimana nilai variabilitas data
R² pada air sungai adalah 0,8405 sedangkan nilai variabilitas data R² pada air sumur
adalah 1. Kurva regresi yang didapat dari titik sungai dan titik sumur menunjukkan
jika jarak mempengaruhi terhadap pH air tersebut. pH sumur memiliki nilai regresi
1 yang artinya memiliki pengaruh yang sangat kuat dimana nilai regresi 1
merupakan nilai regresi tertinggi. Nilai regresi berkisar 0 – 1 semakin tinggi nilai
regresinya maka terdapat pengaruh yang sangat kuat terhadap kedua variabel
tersebut.
Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air
sungai dapat disimpukan jika interval jarak mempengaruhi nilai pH yang didapat.
Semakin jauh jarak sungai ke kawasan industi tekstil maka nilai pH yang didapat
akan semakin rendah, sedangkan semakin jauh jarak sumur ke sungai maka nilai
pH yang didapat akan semakin tinggi.
2. Suhu
Suhu air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari,
pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, dan ketinggian geografis.
Suhu udara juga dipengaruhi oleh tingginya laju pertumbuhan tanaman bambu pada
daerah sekitar mata air yang menyebabkan rendahnya intensitas cahaya matahari.
Suhu berkaitan dengan energi rata-rata dari suatu sistem partikel untuk sistem
dalam kesetimbangan yang berkerja untuk sistem nano. Suhu sangat berpengaruh
terhadap proses-proses yang terjadi di dalam air. Suhu pada air buangan
69
(limbah) biasanya akan memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada suhu pada air
murni. Hal ini disebabkan karena pada air buangan (limbah) terjadi proses
biodegradasi. Biodegradasi merupakan proses pemecahan zat melalui aksi
mikroorganisme (seperti bakteri atau jamur) yang dapat menyebabkan kenaikan
suhu pada air.
Suhu pada air akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik pada
lingkungan luar maupun di dalam tubuh ikan. Semakin tinggi suhu, maka reaksi
kimia akan semakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun,
termasuk kadar oksigen dalam air. Data hasil analisa laboratorium suhu pada air
sungai dan air sumur dapat dilihat pada Gambar 7 berikut:
Gambar 7. Hubungan Jarak Terhadap Suhu Air Sumur Dan Air Sungai.
(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)
Berdasarkan analisis regresi linier seperti pada Gambar 7. Diperoleh
hubungan jarak terhadap air sumur dan air sungai yang membentuk persamaan y =
-0,35x + 25,977untuk suhu sungai dan membentuk persamaan y = -0,78x + 25,613
untuk suhu air sumur. Sumbu x menggambarkan jarak sumur dan jarak sungai
sedangkan sumbu y menggambarkan peningkatan nilai pH. Persamaan yang
diperoleh dari nilai regresi untuk setiap titik sungai dan titik sumur dimana nilai
25,7
25,13 25R² = 0,8836
y = -0,35x + 25,977
24
24,5
25
25,5
26
249 295 324
Su
hu
(oC
)
Jarak (m)
Sungai
24,8624
23,3
R² = 0,9965
y = -0,78x + 25,613
21
22
23
24
25
26
46,61 58,2 82,64
Su
hu
(oC
)
Jarak (m)
Sumur
70
variabilitas data R² pada air sumur adalah 0,99 sedangkan nilai variabilitas data R²
pada air sungai adalah 0,88. Suhu sumur memiliki nilai regresi 0, 99 dimana artinya
nilai tersebut hampir mendekati angka 1 yang artinya memiliki pengaruh yang
sangat kuat dimana nilai regresi 1 merupkan nilai regresi tertinggi. Suhu sungai
memiliki nilai regresi 0,88 yang artinya juga kedua variabel tersebut berpengaruh.
Berdasarkan Kurva regresi yang didapat dari titik sungai dan titik sumur
menujukkan jika jarak sungai ke kawasan industri tekstil dan jarak sumur ke sungai
mempengaruhi nilai suhunya. Semakin jauh jarak sumur ke sungai dan semakin
jauh jarak sungai ke kawasan industri maka nilai suhu yang didapat semakin rendah.
3. Warna
Berdasarkan pengukuran yang didapat nilai rata- rata warna dari masing –
masing titik air berkisar antara 4,78 ptco – 127 ptco. Nilai rata- rata warna pada
sumur berkisar antara 4,78 ptco – 9,77 ptco sedangkan nilai rata- rata warna pada
sungai berkisar antara 85 ptco – 127 ptco. Nilai rata- rata warna pada titik sumur
memiliki nilai yang rendah sedangkan nilai rata- rata warna pada titik sungai
memiliki nilai yang sangat tinggi. Berikut hasil pengukuran warna yang didapatkan
dapat dilihat pada Gambar 8.
71
Gambar 8. Hubungan Jarak Terhadap Warna Air Sumur Dan Air Sungai
(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)
Berdasarkan Gambar 8, menunjukkan, jika nilai warna sungai pada jarak
249 m dari kawasan industri memiliki nilai rata- rata 87,33 ptco sedangkan pada
jarak 295 m dan 324 m mengalami kenaikan nilai warna. Dimana nilai warna pada
jarak 295 m yaitu 85 ptco dan 324 m yaitu 127 ptco. Nilai tersebut menujukkan jika
air sungai tersebut kualitasnya buruk. Sedangkan nilai warna pada jarak 46,61 m
dan 58,2 m dari Sungai Cibaligo memiliki nilai yang mengalami peningkatan
dimana pada jarak 46,61 m memiliki nilai 4,78 ptco dan jarak 58,2 m memiliki nilai
9,77 ptco. Kemudian nilai rata- rata warna mengalami penurunan pada jarak sumur
ke Sungai Cibaligo 82,64 m memiliki nilai warnanya 6,14 ptco. Nilai warna tersebut
menunjukkan jika air sumur masih termasuk air dengan warna yang baik. Warna
perairan merupakan indikator adanya logam berat dalam air, warna yang memiliki
nilai makasimum 15 ptco.
Nilai air sungai yang diperoleh menunjukkan jika air tersebut sudah sangat
tercemar oleh kegiatan industri di sekitar kawasan tersebut dimana nilai warna yang
diperoleh memiliki nilai dengan angka yang relatif tinggi. Nilai warna pada sumur
87,33 85
127
R² = 0,7061
y = 19,835x + 60,107
0
50
100
150
249 295 324
Warn
a (
ptc
o)
Jarak (m)
Sungai
4,78
9,77
6,49
R² = 0,1137
y = 0,855x + 5,3033
0
5
10
15
46,61 58,2 82,64
Warn
a (
ptc
o)
Jarak (m)
Sumur
72
tersebut menunjukkan jika air sumur masih dalam kondisi yang baik dimana nilai
yang diperoleh relatif rendah dan masih dibawah maksimum ambang batas air yang
memiliki warna yang baik.
Grafik pada gambar air sungai membentuk persamaan y = 19,835x + 60,107
sedangkan pada air sumur membentuk persamaan y = 0,855x + 5,3033. Nilai
variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,7 sedangkan . Nilai variabilitas data R²
pada air sumur adalah 0,11. Kurva regresi air sungai tersebut menunjukkan jika
warna pada air sungai tidak dipengaruhi oleh jarak dimana terjadi penurunan pada
titik sungai ke 2 kemudian mengalami peningkatan pada titik sungai yang ke 3.
Nilai peningkatan pada sungai 3 melebihi nilai warna yang diperoleh pada titik
sungai 1 yaitu 87,33 ptco sedangkan pada titik sungai ke 3 memiki nilai yang sangat
tinggi yaitu 127 ptco.
Kurva air sumur menujukkan hasil yang berbalik dengan hasil yang
diperoleh pada air sungai. Air sumur mengalami peningkatan pada titik sumur 1
dan titik sumur 2 kemudian mengalami penurunan pada titik sumur ke 3. Hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak tidak memiliki pengaruh kepada nilai
warna yang didapatkan. Hasil tersebut bisa terjadi disebabkan pada saat
pengukuran cuacanya tidak sama, dimana pada pengukuran minggu pertama dan
minggu ke 3 sehari sebelum pengambilan sampel air di wilayah tersebut terjadi
hujan yang relatif tinggi sehingga air sungai tersebut telah tercampur air hujan dan
mengakibatkan sungai tersebut memiliki kualitas warna yang lebih baik. Warna air
pada saat musim hujan akan lebih baik dibanding warna pada musim kemarau,
dimana pada musim kemarau air sungai tidak tercampur oleh air hujan. Warna air
73
pada saat musim hujan memiliki warna keabu-abuan sedangkan warna air sungai
pada musim kemarau memiliki warna kehitaman. Warna kehitaman tersebut
disebabkan oleh kegiatan berindustri dimana Sungai Cibaligo merupakan tempat
pembuangan limbah cair industri tekstil di kawasan tersebut. Berdasarkan grafik
dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika
interval jarak tidak mempengaruhi nilai warna yang didapat.
4. Total Suspended Solid (TSS)
Analisis zat–zat padat tersuspensi yang berada dalam air sangat penting bagi
penentuan komponen–komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta
pengawasan proses–proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam
bidang air buangan dengan tujuan penentuan parameter mutu air, desain pra
sedimentasi, flokulasi, filtrasi pada pengolahan air minum, desain pengendapan
primer pada pengolahan air buangan, sedimentasi pada air sungai, drainase dan
lain– lain. Data hasil analisa laboratorium TSS pada air sungai dan air sumur dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Hubungan Jarak Terhadap TSS Air Sumur Dan Air Sungai
(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)
96,67
166,667 166
R² = 0,7428
y = 34,665x + 73,782
0
50
100
150
200
250
249 295 324
TS
S (
mg/L
)
Jarak (m)
Sungai
4,36
15,23
10,03
R² = 0,2719y = 2,835x + 4,2033
0
5
10
15
20
46,61 58,2 82,64
TS
S (
mg/L
)
Jarak (m)
Sumur
74
Berdasarkan pengukuran yang didapat nilai rata -rata TSS dari masing –
masing titik air sumur memiliki nilai yang relatif rendah dimana nilainya berkisar
antara 4,36 mg/L – 15,23 mg/L. Nilai rata-rata titik air sungai memiliki nilai yang
relatif tinggi dimana nilainya berkisar antara 96,67 mg/L – 166,67 mg/L. Jarak
sungai ke kawasan industri tekstil pada jarak 249 m dan 295 m kemudian jarak
sumur ke Sungai Cibaligo pada jarak 46,61 m dan 58,2 m mengalami peningkatan
pada hasil nilai TSS yang didapat, kemudian mengalami penurunan pada jarak 324
m dari kawasan industri tekstil dan jarak 82,64 m ke Sungai Cibaligo. Nilai TSS
yang diperoleh pada air sungai yaitu 96, 67 mg/L, 166,67 mg/ L dan 166 mg/ L
menunjukkan jika air tersebut dalam kondisi yang kurang baik. Sedangkan nilai
TSS yang diperoleh pada air sumur yaitu 4,36 mg/L, 15,23 mg/L dan 10,03 mg/L
menunjukkan jika air sumur tersebut dalam kondisi yang baik.
Grafik pada Gambar 9 menunjukkan jika air sungai membentuk persamaan
y = 2,835x + 4,2033 sedangkan pada air sumur membentuk persamaan y = 34,665x
+ 73,782. Nilai variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,74 sedangkan, nilai
variabilitas data R² pada air sumur adalah 0,27. Nilai rata-rata TSS pada titik sungai
dan sumur mengalami peningkatan pada titik 1 dan titik 2 kemudian mengalami
penurunan pada titik ke 3.
Nilai TSS yang tinggi dipengaruhi oleh partikel-partikel kecil seperti
lumpur, tanah dan pasir halus akan tetap berada di dalam air, beberapa ada yang
mengendap dan sebagian melayang-layang dalam air karena tidak dapat terlarutkan.
Padatan tersuspensi ini tidak hanya berasal dari lumpur, tanah liat, ataupun pasir
saja, padatan tersuspensi juga dapat berasal dari limbah buangan hasil aktivitas
75
manusia.Meteri yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar
daripada molekul/ion terlarut (Slamet, 1996).
Ambang batas baku mutu TSS adalah 50 mg/l, dari hasil pengukuran nilai
rata -rata TSS tertinggi terdapat pada titik sungai ke 2 yang berjarak 295 m dari
kawasan industri dimana nilainya adalah 166,67 tidak berbeda jauh dengan nilai
TSS pada sungai 3 yang berjarak 324 m dari kawasan industri yang memiliki nilai
rata-rata TSS 166,00. Nilai rata-rata TSS terendah terdapat pada pengukuran di
titik sumur 1 yang berjarak 46,1 m dari Sungai Cibaligo. Kandungan dari TSS
memiliki dampak yang kurang baik bagi kualitas air karena apabila nilai TSS tinggi
akan menyebabkan terjadinya kekeruhan pada air tersebut, selain itu nilai TSS yang
tinggi akan mengurangi cahaya yang masuk ke dalam air. Materi tersuspensi ini
juga dapat memberikan efek bagi kesehatan manusia apabila jumlah materi
tersuspensi memiliki jumlah yang banyak kemudian mengendap dalam tubuh
manusia maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit salah satu penyakit
yang akan timbul akibat materi tersuspensi yang mengendap dalam tubuh adalah
penyakit batu ginjal (Slamet, 1996). Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang
didapat pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika interval jarak tidak
mempengaruhi nilai TSS yang didapat.
5. Fenol Total
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata- rata fenol total yang didapat dari
pengukuran titik air sumur dan titik air sungai memiliki nilai yang relatif rendah
dimana nilai rata-rata fenol yang didapat berkisar antara 0,006 mg/L – 0,011 mg/L.
Nilai rata-rata fenol hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 10.
76
Gambar 10. Hubungan Jarak Terhadap Fenol Total Air Sumur Dan Air Sungai.
(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)
Berdasarkan hasil pengukuran nilai rata-rata fenol total yang didapat pada
titik sumur 1 yaitu 0,006 mg/L, titik sumur 2 yaitu 0,0076 mg/L dan titik sumur 3
yaitu 0,007 mg/L. Nilai fenol rata-rata dari masing- masing sungai yaitu untuk titik
sungai 1 0,007 mg/L, titik sungai 2 yaitu 0,011 mg/L dan titik sungai 3 yaitu 0,009
mg/L. Berdasarkan keenam titik lokasi penelitian tersebut nilai kandungan fenol
total tertinggi terdapat pada titik sungai 2 hal ini disebabkan karena banyaknya zat
kimia dan adanya ion-ion logam yang terlarut didalam suatu badan perairan. Nilai
terendah didapat pada titik sumur 1.
Grafik pada Gambar 10 menunjukkan jika air sungai membentuk persamaan
y = 0,001x + 0,007sedangkan pada air sumur membentuk persamaan y = 0,0005x
+ 0,0059. Nilai variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,25 sedangkan, nilai
variabilitas data R² pada air sumur adalah 0,38. Nilai rata-rata fenol total pada titik
sungai dan sumur mengalami peningkatan pada titik 1 dan titik 2 kemudian
mengalami penurunan pada titik ke 3.
0,007
0,0110,009
R² = 0,25
y = 0,001x + 0,007
0
0,005
0,01
0,015
249 295 324
Fen
ol
Tota
l (m
g/L
)
Jarak (m)
Sungai
0,006
0,0076
0,007
R² = 0,3827y = 0,0005x + 0,0059
0
0,002
0,004
0,006
0,008
0,01
46,61 58,2 82,64
Fen
ol
Tota
l (m
g/L
)
Jarak (m)
Sumur
77
Fenol dan senyawa turunannya salah satu parameter kualitasair olahan dari
limbah cair industri tekstil. Fenol dan senyawa turunannya merupakan zat
berbahaya dan beracun. Dalam konsentrasi tertentu masuknya fenol dan turunannya
dapat menyebabkan efek karsinogenik pada binatang dan manusia. Dalam
pengelolaan lingkungan, berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi pencemaran
fenol dan senyawa turunannya antara lain dengan metode elektrolisis, oksidasi,
ekstraksi, filtrasi melalui membran cair dan metode adsorpsi.
Berdasarkan hasil yang didapat dan menurut peraturan pemerintah no 82
tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air nilai
kandungan fenol total yang memenuhi standar air bersih yaitu 1mg/L. Berdasarkan
peraturan tersebut maka limbah yang dihasilkan dari keenam lokasi memiliki nilai
berada diambang batas. Data yang telah diperoleh dapat disimpulkan jika kegiatan
industri di sekitar kawasan industri tersebut tidak mempengaruhi terhadap
kandungan fenol total nya.
Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air
sungai dapat disimpukan jika interval jarak tidak mempengaruhi nilai fenol total
yang didapat dan menujukkan jika kawasan industri tidak mempengaruhi kualitas
airnya pada parameter fenol total.
78
6. Krom Total
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata- rata krom total yang didapat dari
pengukuran titik air sumur dan titik air sungai memiliki nilai yang sama yaitu <
0,03. Berikut hasil pengukuran mengenai krom total dapat dilihat pada Gambar 11
dibawah ini:
Gambar 11. Hubungan Jarak Terhadap Krom Total Air Sumur Dan Air Sungai.
(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)
Berdasarkan hasil yang didapat dan menurut peraturan pemerintah no 82
tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air nilai
kandungan krom total yang memenuhi standar air bersih yaitu 0,05 mg/L.
Berdasarkan peraturan tersebut maka limbah yang dihasilkan dari keenam lokasi
memiliki nilai yang berada diambang batas. Data yang telah diperoleh dapat
menyimpulkan jika kegiatan industri tekstil di sekitar kawasan industri tersebut
tidak mempengaruhi terhadap kandungan krom total nya. Nilai krom total tidak
memiliki persamaan maupun kurva regresi hal ini dikarenakan nilai yang diperoleh
0,03 0,03 0,03
R² = #N/A0,029988
0,030051
Sumur danSungai 1
Sumur danSungai 2
Sumur danSungai 3
Kro
m T
ota
l (m
g/L
)
Jarak (m)
79
pada setiap titik baik itu titik sungai maupun titik sumur nilainya sama. Dapat
disimpulkan jika tidak terjadi pengaruh jarak baik untuk jarak dari titik sumur
maupun jarak dari titik sungai. Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat
pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika interval jarak tidak
mempengaruhi nilai krom total yang didapat.
Gambar 12. Hubungan Jarak Terhadap Parameter Air Sumur.
(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)
Berdasarkan hasil uji parameter terhadap sampel air sumur menunjukkan,
jika nilai untuk setiap parameter yang didapat bervariasi. Nilai pH yang didapat
pada sampel air sumur berkisar antara 8,2 – 8,4, nilai Suhu yang didapat berkiasar
antara 23,3 oC – 24,86oC, nilai warna yang didapat berkisar antara 4,78 ptco – 9,77
ptco, nilai TSS yang didapat berkisar antara 4,36 mg/L – 15,23 mg/L, nilai fenol
total yang didapat berkisar antara 0,006 mg/L – 0,0076 mg/L dan nilai krom total
yang didapat sama yaitu 0,03 mg/L. Nilai yang didapat pada parameter warna, TSS,
0
5
10
15
20
25
30
Par
amet
er U
ji
Jarak (m)
PH Suhu Warna TSS Krom Total Fenol Total
80
fenol total dan krom total masih memenuhi amabang batas baku mutu air yang telah
ditentukan.
Berdasarkan grafik yang ditunjukkan pada Gambar 12 menunjukkan, jika
hanya parameter pH dan suhu yang nilainya dipengaruhi oleh interval jarak.
Semakin jauh jarak sumur ke sungai maka nilai pH yang didapat akan semakin
tinggi dan semakin jauh jarak sumur ke sungai, maka nilai suhu yang didapat
semakin rendah.
Gambar 13. Hubungan Jarak Terhadap Parameter Air Sungai.
(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)
Berdasarkan hasil uji parameter terhadap sampel air sungai menunjukkan,
jika nilai untuk setiap parameter yang didapat bervariasi. Nilai pH yang didapat
pada sampel air sumur berkisar antara 8,5 – 9,1, nilai Suhu yang didapat berkiasar
antara 25 oC – 25,7 oC, nilai warna yang didapat berkisar antara 85 ptco – 147 ptco,
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Par
amet
er U
ji
Jarak (m)
PH Suhu Warna TSS Krom Total Fenol Total
81
nilai TSS yang didapat berkisar antara 96,6 mg/L – 166,6 mg/L, nilai fenol total
yang didapat berkisar antara 0,005 mg/L – 0,007 mg/L dan nilai krom total yang
didapat sama yaitu 0,03 mg/L. Nilai yang didapat untuk parameter warna, pH dan
TSS nilainya melampaui ambang batas yang telah ditentukan, sedangkan nilai pada
parameter yang didapat pada suhu, fenol total dan krom total nilainya masih
memenuhi ambang batas yang telah ditentukan.
Grafik yang ditunjukkan pada Gambar 13 menunjukkan, jika hanya
parameter pH dan suhu yang nilainya dipengaruhi oleh interval jarak. Semakin jauh
jarak sungai ke kawasan industi tekstil maka nilai pH yang didapat akan semakin
rendah dan semakin jauh jarak sungai ke kawasan industri tekstil, maka nilai suhu
yang didapat semakin rendah.
Berdasarkan hasil yang diperoleh memiliki nilai regresi yang bervariasi,
untuk parameter pH dan suhu memiliki nilai regresi dengan nilai regresi yang
mendekati angka 1 yang menujukkan jika interval jarak mempengaruhi nilai dari
pH dan suhu air sumur dan air sungai. Parameter warna, TSS dan fenol total
memiliki nilai yang berfluktuasi dimana terjadi peningkatan pada titik sumur 2.
Titik sumur 2 setelah dilakukan identifikasi merupakan sumur yang berada didalam
rumah dan dilingkungan yang padat akan penduduk. Hal tersebut memungkinkan
terjadi pencemaran dari berbagai macam limbah. Sumur 2 pada saat dilakukan
pengambilan sampel memiliki air yang berwarana hitam dan berbau. Sumur
tersebut tidak lagi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari karena memiliki kualiatas
yang buruk, oleh karena itu pada titik sumur 2 memiliki nilai yang selalu tinggi
dibandingkan dengan titik sumur 1 dan titik sumur 3. Titik sumur 1 dan titik sumur
82
3 pada saat pengambilan sampel air memiliki warna yang relatif jernih dan tidak
berbau berbeda dengan titik sumur 2 yang warnanya keruh dan kehitaman serta
berbau.
4.6.2 Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan (pengaruh)
antara kadar parameter kualitas air pada saluran air Sungai Cibaligo dengan kadar
parameter kualitas air pada sumur disekitarnya. berikut hasil perhitungan
didapatkan nilai r dari tiap parameter kualitas air. Informasi mengenai nilai korelasi
dapat dilihat pada Tabel 18. berikut:
Tabel 18. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Menggunakan SPSS
Parameter Nilai Korelasi Hubungan
pH 0 Sangat Rendah
Suhu 0 Sangat Rendah
Warna 0 Sangat Rendah
TSS 0 Sangat Rendah
Fenol Total 0 Sangat Rendah
Krom Total 0 Sangat Rendah
Sumber : Olahan Pribadi 2019
Berdasarkan Tabel 18. menunjukkan hasil dari perhitungan nilai dan status
hubungan korelasi dari tiap parameter kualitas air. Hasil perhitungan dapat dilihat
pada Lampiran 6 dan Lampiran 7, dari hasil tersebut menunjukkan jika hubungan
pengaruh dari setiap parameter kualitas air antara kadar parameter pada sumur ke
sungai dan kadar parameter dari sungai ke kawasan industri tekstil memiliki
hubungan yang sangat rendah.
83
Tabel 19. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Air Sumur Menggunakan Ms. Excel
Parameter Nilai Korelasi Hubungan
pH 0,75 Kuat
Suhu 0,15 Sangat Lemah
Warna 0 Sangat Lemah
TSS 0,35 Lemah
Fenol Total 0 Sangat Lemah
Krom Total 0 Sangat Lemah
Sumber : Olahan Pribadi 2019
Tabel 20. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Air Sungai Menggunakan Ms. Excel
Parameter Nilai Korelasi Hubungan
pH 0 Sangat Lemah
Suhu 0,77 Kuat
Warna 0 Sangat Lemah
TSS 0,39 Lemah
Fenol Total 0 Sangat Lemah
Parameter Nilai Korelasi Hubungan
Krom Total 0 Sangat Lemah
Sumber : Olahan Pribadi 2019
Berdasarkan hasil perhitungan mengenai uji korelasi, dilakukan
perhitungan dengan menggunakan 2 software yaitu software SPPS dan Ms. Excel.
Hasil perhitungan menggunakan software SPPS dan Ms. Excel memiliki nilai yang
berbeda. Hasil perhitungan menggunakan software SPPS menunjukkan nilai 0 yang
artinya adalah memiliki hubungan yang sangat lemah, sedangkan hasil perhitungan
dengan menggunakan Ms. Excel menujukkan tingkat hubungan yang bervariasi.
Perhitungan nilai korelasi pada software SPPS memiliki nilai 0 karena variabel
terikat dan variabel bebas yang di uji hanya 3 variabel. Variabel dengan jumlah
yang sedikit memungkinkan hubungan yang dihasilkan sangat lemah, karena
software SPPS tidak dapat menguji nilai korelasi apabila jumlah variabelnya
sedikit. Parameter suhu air sumur menggunakan Ms Excel memiliki hubungan yang
84
kuat, parameter TSS memiliki hubungan yang lemah, sedangkan parameter pH,
warna, krom total dan fenol toal memiliki hubungan yang sangat lemah.
Perhitungan dengan menggunakan Ms.Excel mendapatkan nilai hubunngan yang
bervariasi. Hal tersebut dikarenakan pada Ms.Excel dapat menguji tingkat korelasi
meskipun variable yang di uji hanaya variable.