BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum...

28
57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kawasan Industri Tekstil Kota Cimahi merupakan salah satu kawasan industri yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kota Cimahi berada dikoordinat 6 o 53’LS, 107 o 32’ BT dengan ketinggian berkisar antara 700 1075 meter di atas permukaan laut (mdpl). Data dari Badan Pusat Statistik Kota Cimahi tahun 2016, Kota Cimahi memiliki luas mencapai 4.025,73 Ha dan terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Selatan. Berdasarkan fungsi kota secara umum, Kecamatan Cimahi Tengah diarahkan untuk perdagangan dan jasa, pendidikan dan pemerintahan. Kecamatan Cimahi Utara diarahkan untuk pendidikan, pelayanan umum dan pemerintahan dan Kecematan Cimahi Selatan diarahkan untuk Industri, pendidikan dan pelayanan umum. Kecamatan Cimahi Selatan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cimahi Selatan memiliki ketinggian yang bervariasi yatitu 729-768 mdpl dengan luas mencapi 16,90 Km 2 . Kecamatan Cimahi Selatan diarahkan sebagai pusat industri tekstildi Kota Cimahi. Berdasarkan data dari BPS Kota Cimahi tahun 2016, jumlah industri di Kecamatan Cimahi Selatan mencapai 996 industri meliputi industri kecil, sedang, besar atau rumah tangga. Menurut BPS kota Cimahi tahun 2016 di daerah sekitar Sungai Cibaligo, Cimahi Selatan terdapat 77 industri tekstil berskala besar. Data dari BPS Kota

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum...

57

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kawasan Industri Tekstil

Kota Cimahi merupakan salah satu kawasan industri yang terletak di Provinsi

Jawa Barat. Kota Cimahi berada dikoordinat 6o53’LS, 107o32’ BT dengan

ketinggian berkisar antara 700 – 1075 meter di atas permukaan laut (mdpl). Data

dari Badan Pusat Statistik Kota Cimahi tahun 2016, Kota Cimahi memiliki luas

mencapai 4.025,73 Ha dan terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi

Utara, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Selatan. Berdasarkan

fungsi kota secara umum, Kecamatan Cimahi Tengah diarahkan untuk perdagangan

dan jasa, pendidikan dan pemerintahan. Kecamatan Cimahi Utara diarahkan untuk

pendidikan, pelayanan umum dan pemerintahan dan Kecematan Cimahi Selatan

diarahkan untuk Industri, pendidikan dan pelayanan umum.

Kecamatan Cimahi Selatan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota

Cimahi, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cimahi Selatan memiliki ketinggian yang

bervariasi yatitu 729-768 mdpl dengan luas mencapi 16,90 Km2. Kecamatan

Cimahi Selatan diarahkan sebagai pusat industri tekstildi Kota Cimahi. Berdasarkan

data dari BPS Kota Cimahi tahun 2016, jumlah industri di Kecamatan Cimahi

Selatan mencapai 996 industri meliputi industri kecil, sedang, besar atau rumah

tangga. Menurut BPS kota Cimahi tahun 2016 di daerah sekitar Sungai Cibaligo,

Cimahi Selatan terdapat 77 industri tekstil berskala besar. Data dari BPS Kota

58

Cimahi, sebanyak 55.572 jiwa bekerja dalam bidang industri baik menjadi buruh

ataupun menjadi pengusahanya.

4.2 Pengambilan Sampel Air

Pengambilan sampel air dilakukan di 3 titik air sumur dan 3 titik air sungai

dengan jarak Sungai Cibaligo ke kawasan industri tekstil yaitu 249 m, 295 m , dan

324 m sedangkan jarak sumur ke Sungai Cibaligo 46,1 m , 58,2 m dan 82,64 m.

Penentuan titik lokasi sumur ditentukan berdasarkan ketinggian. Ketinggian lokasi

sumur lebih rendah dari ketinggian sungai. Penentuan titik pada sungai mengikuti

interval jarak pada titik sumur agar bisa diketahui hubungan korelasi antara titik

sumur dan titik sungai. Informasi mengenai titik lokasi pengambilan sampel bisa

dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. dibawah ini:

Tabel 9.Titik Pengambilan Sampel Air

Nama

Titik

Koordinat Titik Sampling Jarak

dari

Sungai

Sumber

Smr 1 E 107.55118o, S 06.92256 o 46,1 m Sumur

Smr 2 E 107.55116o, S 06.92255 o 58,2 m Sumur

Smr 3 E 107.55164o, S 06.92227o 82,64 m Sumur

Sumber : Olahan, 2018

Tabel 10. Titik Pengambilan Sampel Air Sungai

Nama Titik Koordinat Titik Sampling Jarak

dari

kawasan

industri

Sumber

Sng 1 E 107.549180, S 06.924462 245 m Sungai

Sng 2 E 107.549775, S 06.924865 295 m Sungai

Sng 3 E 107.550325, S -6.925237 324 m Sungai

Sumber : Olahan, 2018

59

Penentuan titik lokasi sampel dilakukan dengan bantuan GPS

(GlobalPositioning System) dan waterpass, kemudian data yang diperoleh

diolahmenjadi peta penelitian. Proses pengambilan sampel air dicatat juga data

pendukung lain seperti data pengamatan fisik sumur. Data tersebut terdapat pada

Tabel 11 dibawah ini:

Tabel 11. Data Pengamatan Fisik Sumur

Titik Sumur Ketinggian Sumur (mdpl) Kedalaman Sumur (m)

245 m 73 11,7

295 m 47 12,9

324 m 43 13,3

Sumber : Olahan, 2018

Data pengamatan mengenai debit Sungai Cibaligo diperoleh dari

pengukuran langsung di lapangan. Berikut tabel mengenai debit pada lokasi

pengamatan sampling, dapat dilihat pada Tabel 12. berikut:

Tabel 12. Debit Aliran Sungai Cibaligo

Titik Lokasi Debit Aliran Musim

Hujan (m3/s)

Debit Aliran Musim

Kemarau (m3/s)

Sumur 1 0,62 0,35

Sumur 2 0,55 0,32

Sumur 3 0,44 0,27 (Sumber : Olahan, 2018)

Berdasarkan Tabel 12 di atas menunjukkan, jika terdapat perbedaan pada

musim hujan dan musim kemarau di aliran Sungai Cibaligo. Debit aliran pada

musim hujan memiliki nilai debit yang lebih tinggi dibandingkan debit pada musim

kemarau. Debit air mempengaruhi tingkat absorpsi dari konsentrasi bahan

pencemar yang berada pada aliran sungai, sehingga pada debit air yang tinggi

mengakibatkan kadar bahan pencemar lebih cepat berkurang.

60

Data pengamatan cuaca pada lokasi samplingdiperoleh dari pengamatan

langsung di lapangan. Tabel menganai pengamatan cuaca pada lokasi

pengambilang sampel dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13. Tabel Pengamatan Cuaca Pada Lokasi Pengambilan Sampel

Titik Lokasi Cuaca Sehari Sebelum

Sampling

Cuaca Pada Saat

Sampling

Sumur 1 Hujan Mendung

Sumur 2 Hujan Berawan

Sumur 3 Hujan Berawan

Sungai 1 Hujan Berawan

Sungai 2 Hujan Mendung

Sungai 3 Hujan Mendung

Sumber : Olahan, 2019.

Pengambilan sampel air sumur dan sampel air sungai dilakukan 3 kali

pengulangan. Pengambilan sampel air sungai dilakukan dari jarak titik sampel yang

paling dekat dengan kawasan industri tekstil ke titik yang jaraknya paling jauh dari

kawasan industri tekstil, kemudian pengambilan sampel air sumur dilakukan dari

jarak titik yang paling dekat dengan sungai ke titik yang paling jauh. Pengambilan

sampel dilakukan pada pagi hari dengan selang waktu satu minggu untuk 1 kali

ulangan.

Pengulangan pada pengambilan sampel air dilakukan untuk mewakili

variasi data yang mungkin didapatkan di lapangan serta digunakan untuk

perhitungan data secara statistik. Sampel yang telah diperoleh, selanjutnya diuji di

Laboratorium Ekologi Universitas Padjajaran dan di uji secarain situ. Parameter

yang diuji di laboratorium adalah krom total, fenol total, TSS dan warna. Parameter

suhu dan pH di uji secara in situ kemudian untuk menjawab pertanyaan penelitian

dilakukan analisis data.

61

4.3 Kualitas Air Sungai Cibaligo

Sungai Cibaligo merupakan tempat pembuangan limbah cair industri tekstil

dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar kawasan industri. Dilihat dari segi fisik air

tersebut, air yang berada di aliran Sungai Cibaligo memiliki air yang berwana biru

kehitaman, sedangkan dilihat dari topografi air sungai ini mengalir dari wilayah

kawasan industri tekstil yang lebih tinggi menuju ke sungai yang wilayahnya lebih

rendah. Kondisi sungai disekitar kawasan industri tekstil memiliki aliran yang

lambat sehingga air dari sungai tersebut dapat mencemari air sumur di kawasan

sekitar kawasan industri tekstil tersebut. Letak air sungai dekat dengan kawasan

industri tekstil oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran pada bahan pencemar

limbah tekstil. Hasil dari data yang didapatkan Sungai Cibaligo memiliki kualitas

air yang buruk. Jarak sungai mempengaruhi terhadap kualitas airnya. Semakin

dekat sungai dengan kawasan industri maka kualitas airnya semakin buruk, begitu

sebaliknya semakin jauh jarak sungai ke kawasan industri tekstil maka kualitas

airnya semakin baik.

4.4 Status Mutu Air dengan Menggunakan Metode STORET

Metode STORET merupakan salah satu metode untuk penentuan status mutu

air yang umum digunakan. Metode STORET ini dapat diketahui parameter-

parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Prinsip metode

STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air

yang disesuaikan dengan peruntukan guna menentukan status mutu air. Apabila

hasil pengukuran mutu air memenuhi standar baku mutu, maka akan diberi skor 0,

62

sedangkan jika pengukuran mutu air tidak memenuhi standar baku mutu yang ada,

maka akan diberi skor sesuai dengan Tabel 8 di atas.

Skor dari setiap parameter kualitas air yang telah diuji kemudian dijumlahkan

skornya dan dibandingkan dengan status mutu air yang dikeluarkan oleh EPA

(Environmental ProtctionAgency). Semakin banyak parameter kualitas air yang di

uji melebihi ambang batas yang telah ditentukan maka skor yang diperoleh akan

semakin tinggi. Berikut 4 kelas status mutu air menurut EPAdapat dilihat pada

Tabel 14.

Tabel 14. Status Mutu Air EPA (Environmental Protction Agency)

Kelas Skor Status

A 0 Memenuhi baku mutu

B -1 s/d -10 Cemar ringan

C -11 s/d 30 Cemar sedang

D ≥ -31 Cemar berat

Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003.

Penentuan status mutu dengan menggunakan metode STORET pada

penelitian ini dilakukan untuk menentukan status mutu air sumur di sekitar kawasan

industri tekstil dan status mutu air Sungai Cibaligo. Sumur yang menjadi objek

kajian dalam penelitian ini adalah sumur dengan jarak 46,1 m , 58,2 m, dan 82,64

m dari Sungai Cibaligo. Sungai Cibaligo yang menjadi objek kajian dalam

penelitian ini adalah Sungai Cibaligo dengan jarak 245 m, 295 m dan 324 m dari

kawasan industri tekstil.

Penentuan status mutu air dilakukan dengan menggunakan data yang

diperoleh dari pengukuran yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Penentuan

status mutu air dilakukan dengan menggunakan data yang telah diperoleh dari

setiap titik yang telah ditentukan. Baku mutu yang digunakan adalah baku mutu

63

kelas 1 untuk air sumur dan baku mutu kelas 2 untuk air sungai sesuai dengan

Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 sehingga diperoleh status mutu air

disetiap jarak sumur dan sungai pada Tabel 15 dan Tabel 16 di bawah ini (Hasil

analisis yang lengkap ada dalam lampiran):

Tabel 15. Hasil Perhitungan STORET Sumur Penelitian

Parameter Satuan

Jarak (m)

46,1 58,2 82,64

Skor Skor Skor

pH - 0 -2 -2

Suhu O C 0 0 0

Warna mg/L 0 0 0

TSS mg/L 0 0 0

Krom Total mg/L 0 0 0

Fenol Total ptco 0 0 0

Total Skor 0 -2 -2

Status Mutu

Tidak

Cemar

Cemar

Ringan

Cemar

Ringan

Sumber : Olahan Pribadi 2019

Tabel 16. Hasil Perhitungan STORET Sungai Penelitian

Parameter Satuan

Jarak (m)

249 295 324

Skor Skor Skor

pH - -10 -8 -2

Suhu O C 0 0 0

Warna mg/L -5 -5 -5

TSS mg/L -4 -4 -4

Krom Total mg/L 0 0 0

Fenol Total ptco 0 0 0

Total Skor -19 -17 -11

Status Mutu

Cemar

Sedang

Cemar

Sedang

Cemar

Sedang

Sumber : Olahan Pribadi 2019

64

Berdasarkan Tabel 15 dan Tabel 16 mengenai perhitungan status mutu air

dengan menggunakan metode STORET menujukkan, jika status mutu air sumur

dan air sungai berbeda. Status mutu air Sungai Cibaligo termasuk kedalam kategori

cemar sedang dengan memiliki nilai skor akhir melebihi -10 tetapi tidak melebih -

31 dimana skor untuk sungai 1 yaitu – 19, sungai 2 yaitu – 17 sedangkan untuk

sungai 3 memiliki skor -11 dimana rentang -11 sampai dengan – 30 termasuk ke

dalam kategori status mutu cemar sedang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut

menujukkan jika kegiatan industri tekstil disekitar kawasan tersebut mempengaruhi

terhadap status mutu air Sungai Cibaligo dimana sungai tersebut merupakan sungai

yang biasanya digunakan sebagai tempat membuang limbah dari hasil kegiatan

industri yang dihasilkan oleh pabrik – pabrik sekitar.

Status mutu air sumur di sekitar kawasan industri tekstil berdasarkan hasil

perhitungan dengan menggunakan metode storet menunjukkan, jika air sumur

sekitar termasuk ke dalam kategori cemar ringan. Skor dari masing – masing sumur

tidak melebihi -10 yaitu skor untuk sumur 1 adalah 0 , sumur 2 dan sumur 3 skornya

adalah -2. Rentang -1 sampai dengan -10 termasuk kedalam kategori cemar ringan.

4.5 Ketinggian Titik Sampel Air

Ketinggian titik pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan

waterpass dengan menggunakan metode sifat ukur datar memanjang. Pabrik yang

berada di kawasan industri diasumsikan sebagai titik 0, dimana titik 0 merupakan

titik pengukuran pertama dengan memiliki ketinggia 0 mdpl. Hasil pengukuran

65

ketinggian dengan menggunakan waterpass pada titik sumur dan sungai dapat

dilihat pada Tabel 17 di bawah ini:

Tabel 17. Ketinggian Titik Pengambilan Sampel Air

Ketinggian Titik Pengambilan Sampel Air

Titik Koordinat x Koordinat y Elevasi (mdpl)

Sumur 1 781917 9234055 1,95

Sumur 2 781788 9233733 3,59

Sumur 3 781874 9233719 7,18

Sungai 1 781798 9233778 3,85

Sungai 2 781810 9233630 5,28

Sungai 3 781785 9233587 7,49

Sumber : Olahan Pribadi 2019.

Berdasarkan Tabel 17 di atas menunjukkan jika sungai memiliki ketinggian

yang lebih tinggi daripada ketinggian sumur. Ketinggian yang didapat pada titik

sumur berkisar antara 1,95 mdpl – 7,18 mdpl sedangkan ketinggian yang didapat

pada titik sungai berkisar antara 3,85 mdpl – 7,94 mdpl. Ketinggian air sungai dan

sumur memiliki perbedaan yang yang relatif rendah, sungai 1 dan sumur 1 memiliki

perbedaan ketinggian 1,9 mdpl, sungai 2 dan sumur 2 memiliki perbedaan

ketinggian 1,33 mdpl sedangkan sungai 3 dan sumur 3 memiliki perbedaan

ketinggian 0,31 mdpl. Perbedaan ketinggian yang relatif rendah tersebut

memungkinkan bahwa sumur yang dijadikan sebagai sampel pengambilan air

memiliki kualitas air yang relatif baik, pada sumur 1 berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan metode STORET memiliki nilai 0. Nilai tersebut

menujukkan jika kulitas air pada sumur 1 baik atau tidak tercemar dari kegiatan

industri tekstil, sedangkan pada sumur 2 dan sumur 3 memiliki nilai -2 yang artinya

sumur tersebut termasuk kedalam kategori cemar ringan. Parameter pH pada

sampel air sumur di titik 2 dan titik 3 memiliki nilai diatas ambang batas yang telah

66

ditentukan sedangkan parameter suhu, warna, TSS, fenol total dan krom total

nilainya masih memenuhi ambang batas yang telah ditentukan.

4.6 Pengaruh Jarak Dengan Kualitas Air Sumur Sekitar Kawasan Industri

Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang bagaimana pengaruh jarak

sumur ke Sungai Cibaligo terhadap kualitas air sumur penduduk dan jarak sungai

ke kawasan industri tekstil terhadap kualitas air sungai di sekitar kawasan industri

tekstil akan dianalisis menggunakan persamaan regresi, dan korelasi.

4.6.1 Analisis Regresi

1. pH (Derajat Keasaman)

Berdasarkan pengukuran yang didapat nilai rata- rata pH dari masing –

masing titik berkisar antara 8,2 – 9,17. Nilai rata- rata pH pada sumur berkisar

antara 8,2 – 8,4 sedangkan nilai rata- rata pH pada sungai berkisar antara 8,6 – 9,17.

Nilai rata- rata pH terendah didapatkan pada titik sumur 1 dimana sumur tersebut

berjarak 46,1 m dari Sungai Cibaligo dan nilai pH tertinggi didapatkan pada titik

sungai 1 dimana sungai tersebut berjarak 249 m dari kawasan industri tektil.

Gambar 6. Hubungan Jarak Terhadap pH Air Sumur Dan Sungai. (Sumber : Olahan Pribadi, 2019)

9,17 9,1

8,6

R² = 0,8405

y = -0,285x + 9,5267

7,5

8

8,5

9

9,5

249 295 324

pH

Jarak (m)

Sungai

8,28,3

8,4

R² = 1

y = 0,1x + 8,1

88,18,28,38,48,58,6

46,1 58,2 82,64

pH

Jarak (m)

Sumur

67

Kriteria kualitas air salah satunya adalah derajat keasaman (pH). Air yang

baik adalah air yang tidak tercemar, dalam kondisi yang demikian berarti air bersifat

netral, sedangkan apabila di dalam perairan terdapat zat pencemar akan dapat

berakibat sifat air berubah menjadi asam atau basa. Gambar 6 di atas menunjukkan

jika hasil pengukuran nilai rata- rata pHnya ada yang melebihi ambang batas yang

diperbolehkan yaitu 8,5 sedangkan nilai minimum pH air adalah 6,5. Sumber

pencemaran pada wilayah ini disebabkan oleh pembuangan limbah industri tekstil

yang berupa buangan limbah cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan

industri tekstil. Kegiatan tersebut memungkinan terdapat kandungan

mikroorganisme dan bahan kimia yang beracun. Adanya kandungan pH dalam

suatu limbah industri tekstil dipengaruhi oleh bahan buangan yang berupa zat kimia

sehingga dapat meningkatkan nilai pH pada titik sumur dan titik sungai tersebut.

Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari unsur-

unsur renik yang terdapat dalam di perairan. Nilai pH yang rendah akan

menyebabkan air bersifat asam, sehingga dalam kadar tertentu tidak ada makhluk

yang dapat hidup dalam perairan tersebut. Beberapa proses pengerjaan pada industri

tekstil dilakukan pada pH tinggi. Proses pemasakan dilakukan pada pH 9-10 dan

beberapa proses pencelupan yang menggunakan alkali sebagai zat pembantu di

dalam pengerjaannya. Penggunaan bahan bahan kimia dalam proses industri akan

mempengaruhi sifat kimia air limbah yang dihasilkan terutama nilai pHnya.

Berdasarkan analisis regresi linier seperti pada Gambar 6 diperoleh

hubungan jarak terhadap air sumur dan air sungai yang membentuk persamaan y =

-0,285x + 9,5267 untuk pH sungai dan membentuk persamaan y = 0,1x + 8,1 untuk

68

pH air sumur. Sumbu x menggambarkan jarak sumur dan jarak sungai sedangkan

sumbu y menggambarkan peningkatan nilai pH. Dari persamaan tersebut diperoleh

nilai regresi untuk setiap titik sungai dan titik sumur dimana nilai variabilitas data

R² pada air sungai adalah 0,8405 sedangkan nilai variabilitas data R² pada air sumur

adalah 1. Kurva regresi yang didapat dari titik sungai dan titik sumur menunjukkan

jika jarak mempengaruhi terhadap pH air tersebut. pH sumur memiliki nilai regresi

1 yang artinya memiliki pengaruh yang sangat kuat dimana nilai regresi 1

merupakan nilai regresi tertinggi. Nilai regresi berkisar 0 – 1 semakin tinggi nilai

regresinya maka terdapat pengaruh yang sangat kuat terhadap kedua variabel

tersebut.

Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air

sungai dapat disimpukan jika interval jarak mempengaruhi nilai pH yang didapat.

Semakin jauh jarak sungai ke kawasan industi tekstil maka nilai pH yang didapat

akan semakin rendah, sedangkan semakin jauh jarak sumur ke sungai maka nilai

pH yang didapat akan semakin tinggi.

2. Suhu

Suhu air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari,

pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, dan ketinggian geografis.

Suhu udara juga dipengaruhi oleh tingginya laju pertumbuhan tanaman bambu pada

daerah sekitar mata air yang menyebabkan rendahnya intensitas cahaya matahari.

Suhu berkaitan dengan energi rata-rata dari suatu sistem partikel untuk sistem

dalam kesetimbangan yang berkerja untuk sistem nano. Suhu sangat berpengaruh

terhadap proses-proses yang terjadi di dalam air. Suhu pada air buangan

69

(limbah) biasanya akan memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada suhu pada air

murni. Hal ini disebabkan karena pada air buangan (limbah) terjadi proses

biodegradasi. Biodegradasi merupakan proses pemecahan zat melalui aksi

mikroorganisme (seperti bakteri atau jamur) yang dapat menyebabkan kenaikan

suhu pada air.

Suhu pada air akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik pada

lingkungan luar maupun di dalam tubuh ikan. Semakin tinggi suhu, maka reaksi

kimia akan semakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun,

termasuk kadar oksigen dalam air. Data hasil analisa laboratorium suhu pada air

sungai dan air sumur dapat dilihat pada Gambar 7 berikut:

Gambar 7. Hubungan Jarak Terhadap Suhu Air Sumur Dan Air Sungai.

(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)

Berdasarkan analisis regresi linier seperti pada Gambar 7. Diperoleh

hubungan jarak terhadap air sumur dan air sungai yang membentuk persamaan y =

-0,35x + 25,977untuk suhu sungai dan membentuk persamaan y = -0,78x + 25,613

untuk suhu air sumur. Sumbu x menggambarkan jarak sumur dan jarak sungai

sedangkan sumbu y menggambarkan peningkatan nilai pH. Persamaan yang

diperoleh dari nilai regresi untuk setiap titik sungai dan titik sumur dimana nilai

25,7

25,13 25R² = 0,8836

y = -0,35x + 25,977

24

24,5

25

25,5

26

249 295 324

Su

hu

(oC

)

Jarak (m)

Sungai

24,8624

23,3

R² = 0,9965

y = -0,78x + 25,613

21

22

23

24

25

26

46,61 58,2 82,64

Su

hu

(oC

)

Jarak (m)

Sumur

70

variabilitas data R² pada air sumur adalah 0,99 sedangkan nilai variabilitas data R²

pada air sungai adalah 0,88. Suhu sumur memiliki nilai regresi 0, 99 dimana artinya

nilai tersebut hampir mendekati angka 1 yang artinya memiliki pengaruh yang

sangat kuat dimana nilai regresi 1 merupkan nilai regresi tertinggi. Suhu sungai

memiliki nilai regresi 0,88 yang artinya juga kedua variabel tersebut berpengaruh.

Berdasarkan Kurva regresi yang didapat dari titik sungai dan titik sumur

menujukkan jika jarak sungai ke kawasan industri tekstil dan jarak sumur ke sungai

mempengaruhi nilai suhunya. Semakin jauh jarak sumur ke sungai dan semakin

jauh jarak sungai ke kawasan industri maka nilai suhu yang didapat semakin rendah.

3. Warna

Berdasarkan pengukuran yang didapat nilai rata- rata warna dari masing –

masing titik air berkisar antara 4,78 ptco – 127 ptco. Nilai rata- rata warna pada

sumur berkisar antara 4,78 ptco – 9,77 ptco sedangkan nilai rata- rata warna pada

sungai berkisar antara 85 ptco – 127 ptco. Nilai rata- rata warna pada titik sumur

memiliki nilai yang rendah sedangkan nilai rata- rata warna pada titik sungai

memiliki nilai yang sangat tinggi. Berikut hasil pengukuran warna yang didapatkan

dapat dilihat pada Gambar 8.

71

Gambar 8. Hubungan Jarak Terhadap Warna Air Sumur Dan Air Sungai

(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)

Berdasarkan Gambar 8, menunjukkan, jika nilai warna sungai pada jarak

249 m dari kawasan industri memiliki nilai rata- rata 87,33 ptco sedangkan pada

jarak 295 m dan 324 m mengalami kenaikan nilai warna. Dimana nilai warna pada

jarak 295 m yaitu 85 ptco dan 324 m yaitu 127 ptco. Nilai tersebut menujukkan jika

air sungai tersebut kualitasnya buruk. Sedangkan nilai warna pada jarak 46,61 m

dan 58,2 m dari Sungai Cibaligo memiliki nilai yang mengalami peningkatan

dimana pada jarak 46,61 m memiliki nilai 4,78 ptco dan jarak 58,2 m memiliki nilai

9,77 ptco. Kemudian nilai rata- rata warna mengalami penurunan pada jarak sumur

ke Sungai Cibaligo 82,64 m memiliki nilai warnanya 6,14 ptco. Nilai warna tersebut

menunjukkan jika air sumur masih termasuk air dengan warna yang baik. Warna

perairan merupakan indikator adanya logam berat dalam air, warna yang memiliki

nilai makasimum 15 ptco.

Nilai air sungai yang diperoleh menunjukkan jika air tersebut sudah sangat

tercemar oleh kegiatan industri di sekitar kawasan tersebut dimana nilai warna yang

diperoleh memiliki nilai dengan angka yang relatif tinggi. Nilai warna pada sumur

87,33 85

127

R² = 0,7061

y = 19,835x + 60,107

0

50

100

150

249 295 324

Warn

a (

ptc

o)

Jarak (m)

Sungai

4,78

9,77

6,49

R² = 0,1137

y = 0,855x + 5,3033

0

5

10

15

46,61 58,2 82,64

Warn

a (

ptc

o)

Jarak (m)

Sumur

72

tersebut menunjukkan jika air sumur masih dalam kondisi yang baik dimana nilai

yang diperoleh relatif rendah dan masih dibawah maksimum ambang batas air yang

memiliki warna yang baik.

Grafik pada gambar air sungai membentuk persamaan y = 19,835x + 60,107

sedangkan pada air sumur membentuk persamaan y = 0,855x + 5,3033. Nilai

variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,7 sedangkan . Nilai variabilitas data R²

pada air sumur adalah 0,11. Kurva regresi air sungai tersebut menunjukkan jika

warna pada air sungai tidak dipengaruhi oleh jarak dimana terjadi penurunan pada

titik sungai ke 2 kemudian mengalami peningkatan pada titik sungai yang ke 3.

Nilai peningkatan pada sungai 3 melebihi nilai warna yang diperoleh pada titik

sungai 1 yaitu 87,33 ptco sedangkan pada titik sungai ke 3 memiki nilai yang sangat

tinggi yaitu 127 ptco.

Kurva air sumur menujukkan hasil yang berbalik dengan hasil yang

diperoleh pada air sungai. Air sumur mengalami peningkatan pada titik sumur 1

dan titik sumur 2 kemudian mengalami penurunan pada titik sumur ke 3. Hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak tidak memiliki pengaruh kepada nilai

warna yang didapatkan. Hasil tersebut bisa terjadi disebabkan pada saat

pengukuran cuacanya tidak sama, dimana pada pengukuran minggu pertama dan

minggu ke 3 sehari sebelum pengambilan sampel air di wilayah tersebut terjadi

hujan yang relatif tinggi sehingga air sungai tersebut telah tercampur air hujan dan

mengakibatkan sungai tersebut memiliki kualitas warna yang lebih baik. Warna air

pada saat musim hujan akan lebih baik dibanding warna pada musim kemarau,

dimana pada musim kemarau air sungai tidak tercampur oleh air hujan. Warna air

73

pada saat musim hujan memiliki warna keabu-abuan sedangkan warna air sungai

pada musim kemarau memiliki warna kehitaman. Warna kehitaman tersebut

disebabkan oleh kegiatan berindustri dimana Sungai Cibaligo merupakan tempat

pembuangan limbah cair industri tekstil di kawasan tersebut. Berdasarkan grafik

dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika

interval jarak tidak mempengaruhi nilai warna yang didapat.

4. Total Suspended Solid (TSS)

Analisis zat–zat padat tersuspensi yang berada dalam air sangat penting bagi

penentuan komponen–komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta

pengawasan proses–proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam

bidang air buangan dengan tujuan penentuan parameter mutu air, desain pra

sedimentasi, flokulasi, filtrasi pada pengolahan air minum, desain pengendapan

primer pada pengolahan air buangan, sedimentasi pada air sungai, drainase dan

lain– lain. Data hasil analisa laboratorium TSS pada air sungai dan air sumur dapat

dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hubungan Jarak Terhadap TSS Air Sumur Dan Air Sungai

(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)

96,67

166,667 166

R² = 0,7428

y = 34,665x + 73,782

0

50

100

150

200

250

249 295 324

TS

S (

mg/L

)

Jarak (m)

Sungai

4,36

15,23

10,03

R² = 0,2719y = 2,835x + 4,2033

0

5

10

15

20

46,61 58,2 82,64

TS

S (

mg/L

)

Jarak (m)

Sumur

74

Berdasarkan pengukuran yang didapat nilai rata -rata TSS dari masing –

masing titik air sumur memiliki nilai yang relatif rendah dimana nilainya berkisar

antara 4,36 mg/L – 15,23 mg/L. Nilai rata-rata titik air sungai memiliki nilai yang

relatif tinggi dimana nilainya berkisar antara 96,67 mg/L – 166,67 mg/L. Jarak

sungai ke kawasan industri tekstil pada jarak 249 m dan 295 m kemudian jarak

sumur ke Sungai Cibaligo pada jarak 46,61 m dan 58,2 m mengalami peningkatan

pada hasil nilai TSS yang didapat, kemudian mengalami penurunan pada jarak 324

m dari kawasan industri tekstil dan jarak 82,64 m ke Sungai Cibaligo. Nilai TSS

yang diperoleh pada air sungai yaitu 96, 67 mg/L, 166,67 mg/ L dan 166 mg/ L

menunjukkan jika air tersebut dalam kondisi yang kurang baik. Sedangkan nilai

TSS yang diperoleh pada air sumur yaitu 4,36 mg/L, 15,23 mg/L dan 10,03 mg/L

menunjukkan jika air sumur tersebut dalam kondisi yang baik.

Grafik pada Gambar 9 menunjukkan jika air sungai membentuk persamaan

y = 2,835x + 4,2033 sedangkan pada air sumur membentuk persamaan y = 34,665x

+ 73,782. Nilai variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,74 sedangkan, nilai

variabilitas data R² pada air sumur adalah 0,27. Nilai rata-rata TSS pada titik sungai

dan sumur mengalami peningkatan pada titik 1 dan titik 2 kemudian mengalami

penurunan pada titik ke 3.

Nilai TSS yang tinggi dipengaruhi oleh partikel-partikel kecil seperti

lumpur, tanah dan pasir halus akan tetap berada di dalam air, beberapa ada yang

mengendap dan sebagian melayang-layang dalam air karena tidak dapat terlarutkan.

Padatan tersuspensi ini tidak hanya berasal dari lumpur, tanah liat, ataupun pasir

saja, padatan tersuspensi juga dapat berasal dari limbah buangan hasil aktivitas

75

manusia.Meteri yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar

daripada molekul/ion terlarut (Slamet, 1996).

Ambang batas baku mutu TSS adalah 50 mg/l, dari hasil pengukuran nilai

rata -rata TSS tertinggi terdapat pada titik sungai ke 2 yang berjarak 295 m dari

kawasan industri dimana nilainya adalah 166,67 tidak berbeda jauh dengan nilai

TSS pada sungai 3 yang berjarak 324 m dari kawasan industri yang memiliki nilai

rata-rata TSS 166,00. Nilai rata-rata TSS terendah terdapat pada pengukuran di

titik sumur 1 yang berjarak 46,1 m dari Sungai Cibaligo. Kandungan dari TSS

memiliki dampak yang kurang baik bagi kualitas air karena apabila nilai TSS tinggi

akan menyebabkan terjadinya kekeruhan pada air tersebut, selain itu nilai TSS yang

tinggi akan mengurangi cahaya yang masuk ke dalam air. Materi tersuspensi ini

juga dapat memberikan efek bagi kesehatan manusia apabila jumlah materi

tersuspensi memiliki jumlah yang banyak kemudian mengendap dalam tubuh

manusia maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit salah satu penyakit

yang akan timbul akibat materi tersuspensi yang mengendap dalam tubuh adalah

penyakit batu ginjal (Slamet, 1996). Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang

didapat pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika interval jarak tidak

mempengaruhi nilai TSS yang didapat.

5. Fenol Total

Hasil penelitian menunjukkan nilai rata- rata fenol total yang didapat dari

pengukuran titik air sumur dan titik air sungai memiliki nilai yang relatif rendah

dimana nilai rata-rata fenol yang didapat berkisar antara 0,006 mg/L – 0,011 mg/L.

Nilai rata-rata fenol hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 10.

76

Gambar 10. Hubungan Jarak Terhadap Fenol Total Air Sumur Dan Air Sungai.

(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)

Berdasarkan hasil pengukuran nilai rata-rata fenol total yang didapat pada

titik sumur 1 yaitu 0,006 mg/L, titik sumur 2 yaitu 0,0076 mg/L dan titik sumur 3

yaitu 0,007 mg/L. Nilai fenol rata-rata dari masing- masing sungai yaitu untuk titik

sungai 1 0,007 mg/L, titik sungai 2 yaitu 0,011 mg/L dan titik sungai 3 yaitu 0,009

mg/L. Berdasarkan keenam titik lokasi penelitian tersebut nilai kandungan fenol

total tertinggi terdapat pada titik sungai 2 hal ini disebabkan karena banyaknya zat

kimia dan adanya ion-ion logam yang terlarut didalam suatu badan perairan. Nilai

terendah didapat pada titik sumur 1.

Grafik pada Gambar 10 menunjukkan jika air sungai membentuk persamaan

y = 0,001x + 0,007sedangkan pada air sumur membentuk persamaan y = 0,0005x

+ 0,0059. Nilai variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,25 sedangkan, nilai

variabilitas data R² pada air sumur adalah 0,38. Nilai rata-rata fenol total pada titik

sungai dan sumur mengalami peningkatan pada titik 1 dan titik 2 kemudian

mengalami penurunan pada titik ke 3.

0,007

0,0110,009

R² = 0,25

y = 0,001x + 0,007

0

0,005

0,01

0,015

249 295 324

Fen

ol

Tota

l (m

g/L

)

Jarak (m)

Sungai

0,006

0,0076

0,007

R² = 0,3827y = 0,0005x + 0,0059

0

0,002

0,004

0,006

0,008

0,01

46,61 58,2 82,64

Fen

ol

Tota

l (m

g/L

)

Jarak (m)

Sumur

77

Fenol dan senyawa turunannya salah satu parameter kualitasair olahan dari

limbah cair industri tekstil. Fenol dan senyawa turunannya merupakan zat

berbahaya dan beracun. Dalam konsentrasi tertentu masuknya fenol dan turunannya

dapat menyebabkan efek karsinogenik pada binatang dan manusia. Dalam

pengelolaan lingkungan, berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi pencemaran

fenol dan senyawa turunannya antara lain dengan metode elektrolisis, oksidasi,

ekstraksi, filtrasi melalui membran cair dan metode adsorpsi.

Berdasarkan hasil yang didapat dan menurut peraturan pemerintah no 82

tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air nilai

kandungan fenol total yang memenuhi standar air bersih yaitu 1mg/L. Berdasarkan

peraturan tersebut maka limbah yang dihasilkan dari keenam lokasi memiliki nilai

berada diambang batas. Data yang telah diperoleh dapat disimpulkan jika kegiatan

industri di sekitar kawasan industri tersebut tidak mempengaruhi terhadap

kandungan fenol total nya.

Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air

sungai dapat disimpukan jika interval jarak tidak mempengaruhi nilai fenol total

yang didapat dan menujukkan jika kawasan industri tidak mempengaruhi kualitas

airnya pada parameter fenol total.

78

6. Krom Total

Hasil penelitian menunjukkan nilai rata- rata krom total yang didapat dari

pengukuran titik air sumur dan titik air sungai memiliki nilai yang sama yaitu <

0,03. Berikut hasil pengukuran mengenai krom total dapat dilihat pada Gambar 11

dibawah ini:

Gambar 11. Hubungan Jarak Terhadap Krom Total Air Sumur Dan Air Sungai.

(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)

Berdasarkan hasil yang didapat dan menurut peraturan pemerintah no 82

tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air nilai

kandungan krom total yang memenuhi standar air bersih yaitu 0,05 mg/L.

Berdasarkan peraturan tersebut maka limbah yang dihasilkan dari keenam lokasi

memiliki nilai yang berada diambang batas. Data yang telah diperoleh dapat

menyimpulkan jika kegiatan industri tekstil di sekitar kawasan industri tersebut

tidak mempengaruhi terhadap kandungan krom total nya. Nilai krom total tidak

memiliki persamaan maupun kurva regresi hal ini dikarenakan nilai yang diperoleh

0,03 0,03 0,03

R² = #N/A0,029988

0,030051

Sumur danSungai 1

Sumur danSungai 2

Sumur danSungai 3

Kro

m T

ota

l (m

g/L

)

Jarak (m)

79

pada setiap titik baik itu titik sungai maupun titik sumur nilainya sama. Dapat

disimpulkan jika tidak terjadi pengaruh jarak baik untuk jarak dari titik sumur

maupun jarak dari titik sungai. Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat

pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika interval jarak tidak

mempengaruhi nilai krom total yang didapat.

Gambar 12. Hubungan Jarak Terhadap Parameter Air Sumur.

(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)

Berdasarkan hasil uji parameter terhadap sampel air sumur menunjukkan,

jika nilai untuk setiap parameter yang didapat bervariasi. Nilai pH yang didapat

pada sampel air sumur berkisar antara 8,2 – 8,4, nilai Suhu yang didapat berkiasar

antara 23,3 oC – 24,86oC, nilai warna yang didapat berkisar antara 4,78 ptco – 9,77

ptco, nilai TSS yang didapat berkisar antara 4,36 mg/L – 15,23 mg/L, nilai fenol

total yang didapat berkisar antara 0,006 mg/L – 0,0076 mg/L dan nilai krom total

yang didapat sama yaitu 0,03 mg/L. Nilai yang didapat pada parameter warna, TSS,

0

5

10

15

20

25

30

Par

amet

er U

ji

Jarak (m)

PH Suhu Warna TSS Krom Total Fenol Total

80

fenol total dan krom total masih memenuhi amabang batas baku mutu air yang telah

ditentukan.

Berdasarkan grafik yang ditunjukkan pada Gambar 12 menunjukkan, jika

hanya parameter pH dan suhu yang nilainya dipengaruhi oleh interval jarak.

Semakin jauh jarak sumur ke sungai maka nilai pH yang didapat akan semakin

tinggi dan semakin jauh jarak sumur ke sungai, maka nilai suhu yang didapat

semakin rendah.

Gambar 13. Hubungan Jarak Terhadap Parameter Air Sungai.

(Sumber : Olahan Pribadi, 2019)

Berdasarkan hasil uji parameter terhadap sampel air sungai menunjukkan,

jika nilai untuk setiap parameter yang didapat bervariasi. Nilai pH yang didapat

pada sampel air sumur berkisar antara 8,5 – 9,1, nilai Suhu yang didapat berkiasar

antara 25 oC – 25,7 oC, nilai warna yang didapat berkisar antara 85 ptco – 147 ptco,

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Par

amet

er U

ji

Jarak (m)

PH Suhu Warna TSS Krom Total Fenol Total

81

nilai TSS yang didapat berkisar antara 96,6 mg/L – 166,6 mg/L, nilai fenol total

yang didapat berkisar antara 0,005 mg/L – 0,007 mg/L dan nilai krom total yang

didapat sama yaitu 0,03 mg/L. Nilai yang didapat untuk parameter warna, pH dan

TSS nilainya melampaui ambang batas yang telah ditentukan, sedangkan nilai pada

parameter yang didapat pada suhu, fenol total dan krom total nilainya masih

memenuhi ambang batas yang telah ditentukan.

Grafik yang ditunjukkan pada Gambar 13 menunjukkan, jika hanya

parameter pH dan suhu yang nilainya dipengaruhi oleh interval jarak. Semakin jauh

jarak sungai ke kawasan industi tekstil maka nilai pH yang didapat akan semakin

rendah dan semakin jauh jarak sungai ke kawasan industri tekstil, maka nilai suhu

yang didapat semakin rendah.

Berdasarkan hasil yang diperoleh memiliki nilai regresi yang bervariasi,

untuk parameter pH dan suhu memiliki nilai regresi dengan nilai regresi yang

mendekati angka 1 yang menujukkan jika interval jarak mempengaruhi nilai dari

pH dan suhu air sumur dan air sungai. Parameter warna, TSS dan fenol total

memiliki nilai yang berfluktuasi dimana terjadi peningkatan pada titik sumur 2.

Titik sumur 2 setelah dilakukan identifikasi merupakan sumur yang berada didalam

rumah dan dilingkungan yang padat akan penduduk. Hal tersebut memungkinkan

terjadi pencemaran dari berbagai macam limbah. Sumur 2 pada saat dilakukan

pengambilan sampel memiliki air yang berwarana hitam dan berbau. Sumur

tersebut tidak lagi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari karena memiliki kualiatas

yang buruk, oleh karena itu pada titik sumur 2 memiliki nilai yang selalu tinggi

dibandingkan dengan titik sumur 1 dan titik sumur 3. Titik sumur 1 dan titik sumur

82

3 pada saat pengambilan sampel air memiliki warna yang relatif jernih dan tidak

berbau berbeda dengan titik sumur 2 yang warnanya keruh dan kehitaman serta

berbau.

4.6.2 Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan (pengaruh)

antara kadar parameter kualitas air pada saluran air Sungai Cibaligo dengan kadar

parameter kualitas air pada sumur disekitarnya. berikut hasil perhitungan

didapatkan nilai r dari tiap parameter kualitas air. Informasi mengenai nilai korelasi

dapat dilihat pada Tabel 18. berikut:

Tabel 18. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Menggunakan SPSS

Parameter Nilai Korelasi Hubungan

pH 0 Sangat Rendah

Suhu 0 Sangat Rendah

Warna 0 Sangat Rendah

TSS 0 Sangat Rendah

Fenol Total 0 Sangat Rendah

Krom Total 0 Sangat Rendah

Sumber : Olahan Pribadi 2019

Berdasarkan Tabel 18. menunjukkan hasil dari perhitungan nilai dan status

hubungan korelasi dari tiap parameter kualitas air. Hasil perhitungan dapat dilihat

pada Lampiran 6 dan Lampiran 7, dari hasil tersebut menunjukkan jika hubungan

pengaruh dari setiap parameter kualitas air antara kadar parameter pada sumur ke

sungai dan kadar parameter dari sungai ke kawasan industri tekstil memiliki

hubungan yang sangat rendah.

83

Tabel 19. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Air Sumur Menggunakan Ms. Excel

Parameter Nilai Korelasi Hubungan

pH 0,75 Kuat

Suhu 0,15 Sangat Lemah

Warna 0 Sangat Lemah

TSS 0,35 Lemah

Fenol Total 0 Sangat Lemah

Krom Total 0 Sangat Lemah

Sumber : Olahan Pribadi 2019

Tabel 20. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Air Sungai Menggunakan Ms. Excel

Parameter Nilai Korelasi Hubungan

pH 0 Sangat Lemah

Suhu 0,77 Kuat

Warna 0 Sangat Lemah

TSS 0,39 Lemah

Fenol Total 0 Sangat Lemah

Parameter Nilai Korelasi Hubungan

Krom Total 0 Sangat Lemah

Sumber : Olahan Pribadi 2019

Berdasarkan hasil perhitungan mengenai uji korelasi, dilakukan

perhitungan dengan menggunakan 2 software yaitu software SPPS dan Ms. Excel.

Hasil perhitungan menggunakan software SPPS dan Ms. Excel memiliki nilai yang

berbeda. Hasil perhitungan menggunakan software SPPS menunjukkan nilai 0 yang

artinya adalah memiliki hubungan yang sangat lemah, sedangkan hasil perhitungan

dengan menggunakan Ms. Excel menujukkan tingkat hubungan yang bervariasi.

Perhitungan nilai korelasi pada software SPPS memiliki nilai 0 karena variabel

terikat dan variabel bebas yang di uji hanya 3 variabel. Variabel dengan jumlah

yang sedikit memungkinkan hubungan yang dihasilkan sangat lemah, karena

software SPPS tidak dapat menguji nilai korelasi apabila jumlah variabelnya

sedikit. Parameter suhu air sumur menggunakan Ms Excel memiliki hubungan yang

84

kuat, parameter TSS memiliki hubungan yang lemah, sedangkan parameter pH,

warna, krom total dan fenol toal memiliki hubungan yang sangat lemah.

Perhitungan dengan menggunakan Ms.Excel mendapatkan nilai hubunngan yang

bervariasi. Hal tersebut dikarenakan pada Ms.Excel dapat menguji tingkat korelasi

meskipun variable yang di uji hanaya variable.