BAB III METODE PENELITIAN -...

14
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuntitatif, yaitu suatu metode dalam meneliti status suatu objek pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Natsir, 2003). Desain Penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Research yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan, mengklarifikasi penyebab terjadinya suatu peristiwa, atau keduanya. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari sampai Maret 2017 di Hutan Mangrove Pantai Cengkrong Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Penelitian dilakukan pada saat terjadinya pasang surut maksimal yaitu pada Fase Bulan Gelap (Bulan Baru). Analisis sampel penelitian dilakukan di laboratorium Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN -...

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuntitatif, yaitu suatu metode dalam meneliti status suatu objek pada masa

sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau

gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Natsir, 2003). Desain Penelitian

yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Research yang bertujuan untuk

menjelaskan hubungan-hubungan, mengklarifikasi penyebab terjadinya suatu

peristiwa, atau keduanya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari sampai Maret 2017 di Hutan

Mangrove Pantai Cengkrong Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.

Penelitian dilakukan pada saat terjadinya pasang surut maksimal yaitu pada Fase

Bulan Gelap (Bulan Baru). Analisis sampel penelitian dilakukan di laboratorium

Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

39

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

Gambar 3.2 Peta Lokasi Penelitian dilihat dari atas

(Sumber : Google Earth, 2017)

Lokasi Pantai Cengkrong

Trenggalek

(Sumber : dkp.trenggalekkab.go.id, 2017)

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

40

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).

Populasi dalam penelitian ini adalah Hutan Mangrove Pantai Cengkrong dan

Seluruh Kepiting bakau yang ada di hutan mangrove.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo, 2005). Sampel adalah sebagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian

kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat

mewakili populasinya. Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana

atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel

yang diambil dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah Mangrove yang

tedapat dalam plot penelitian dan Kepiting bakau yang terjebak di dalam bubu.

Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul

representatif atau dapat mewakili. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus

besar sampel eksperimental dari Freeder dimana (t-1) (r-1) ≥ 15, t adalah jumlah

kelompok perlakuan dan r adalah jumlah setiap kelompok perlakuan. Penelitian ini

menggunakan 3 stasiun sehingga t=3, (3-1) (r-1 ≥ 15, r ≥ 9. (Montogomery, 2001).

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

41

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Tahap Persiapan

Tahap yang perlu dilakukan adalah persiapan alat dan bahan. Adapun alat dan

bahan yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam Pengambilan sampel mangrove :

No. Nama Alat Kegunaan

1 Tali Rafia Membuat belt transek

2 Meteran Mengukur panjang transek

3 Buku Identifikasi oleh

Noor et al., (1999)

Mengetahui jenis mangrove

4 Alat tulis Sebagai pencatatan

5 Kamera Dokumentasi kegiatan

6 GPS Mengetahui titik koordinat

Tabel 3.2 Alat yang digunakan dalam mengukur parameter abiotik :

No. Nama Alat Kegunaan

1 Termometer Batang Mengukur Suhu air

2 Secchi disk Mengukur Kedalaman air

3 Salinometer Mengukur salinitas air

4 Secchi disk Mengukur Kecerahan air

5 pH tester Mengukur pH air

.

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

42

Tabel 3.3 Alat yang digunakan dalam Pengambilan Sampel Kepiting Bakau :

No. Nama Alat Kegunaan

1 Bubu Menangkap sampel kepiting bakau

2 Buku Identifikasi FAO

(2011)

Mengetahui jenis kepiting bakau

3 Ember Wadah sampel kepiting bakau

4 Alat tulis Sebagai pencatatan

5 Kamera Dokumentasi kegiatan

6 Formalin Mengawetkan kepiting bakau

3.4.2 Tahap Pelaksanaan

3.4.2.1 Pengumpulan Data Mangrove

Pengumpulan data mangrove dimulai dengan melakukan penyamplingan

dengan menggunakan Metode Belt Transek, metode ini biasa digunakan untuk

mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan

sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan

vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

adalah simple random sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari anggota

populasi dengan menggunakan rancangan acak lengkap tanpa memperhatikan

tingkatan dalam anggota populasi tersebut. Belt transek atau transek sabuk

merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur

ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya.

Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas

di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon pohonnya yang dewasa yang dipetakan

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

43

maka transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian yang

dipelajari (Rani, 2011).

Pengamatan kerapatan mangrove menggunakan 3 stasiun pengamatan dengan

panjang tiap stasiun tergantung dari pasang surut maksimal di pantai tersebut.

Tabel 3.4 Koordinat Pengambilan Sampel

Stasiun Lintang Selatan Bujur Timur

I 08o17’50.8” 111o42’23.8”

II 08o17’52.3” 111o42’23.6”

III 08o17’54.1” 111o42’19.3”

Pasang surut maksimal pada saat dilakukan penelitian adalah 50 m. Jadi luas

area tiap stasiun pengamatan adalah 50x10 m2 yang kemudian dibagi menjadi 25

plot pengamatan dengan luas masing-masing plot adalah 2x5 m2 dan jarak antar plot

yaitu 3 meter. Selanjutnya, 25 plot yang terdapat di stasiun I,II dan III diacak

menggunakan simple random sampling untuk menentukan 9 plot pengamatan di

masing-masing stasiun, sehingga didapatkan 27 plot pada 3 stasiun pengamatan.

Berikut merupakan Denah stasiun pengamatan :

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

44

Gambar 3.2 Denah stasiun I

A B C D E

1 1B 1C 1D

2 2A

3 3B

4 4A 4C

5 5B 5E

Gambar 3.3 Denah stasiun II

A B C D E

1 1A 1B

2 2B 2D 2E

3

4 4D 4E

5 5C 5E

50 m

10 m

2 m

50 m

10 m

2 m

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

45

Gambar 3.4 Denah stasiun III

A B C D E

1 1B 1E

2 2D

3 3A 3E

4 4B 4E

5 5B 5C

50 m

10 m

2 m

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

46

3.4.2.2 Pengumpulan Data Kepiting Bakau.

Kepiting Bakau yang diambil sebagai sampel dilakukan dengan menggunakan

Purposive Sampling di setiap stasiun area dan memakai perangkap kepiting bakau

yang disebut bubu dan umpannya berupa daging ikan pari. Pada masing – masing

stasiun pengamatan dipasang bubu sebanyak jumlah plot (27 plot). Peletakan

perangkap dan pengambilan kepiting bakau dilakukan pada saat surut. Bubu

merupakan alat tangkap statis yang pengoperasiaanya diletakkan di semak dan

lumpur pada area mangrove

Pengambilan sampel kepiting dilakukan dengan 3 kali pengulangan dengan

jarak waktu pengulangan adalah 1 Bulan. Kepiting bakau yang tertangkap diberi

label kemudian diawetkan menggunakan formalin 4% untuk selanjutnya di

identifikasi di Laboratorium Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.

Gambar 3.5 Alat tangkap Kepiting Bakau (Bubu) (Sumber : Hasil Penelitian, 2017) 3.4.2.3 Pengukuran Parameter Abiotik

Pengambilan parameter abiotik dilakukan pada setiap stasiun saat air

pasang. Pengambilan sampel dilakukan pada setiap stasiun penelitian dan dilakukan

ulangan sebanyak 3 kali mengikuti pengambilan data sampel kepiting bakau.

Pengukurann parameter abiotik dilakukan dengan menggunakan peralatan yang

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

47

telah dipersiapkan kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan

kualitas lingkungan berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004.

1. Suhu air

Pengambilan data suhu air dilakukan dengan menggunakan

termometer batang. Pengukuran suhu dilakukan langsung pada setiap

stasiun pengamatan dan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

2. pH air

Pengambilan data pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Teknik pengambilannya adalah dengan terlebih dahulu mengambil sebagian

air di area penelitian menggunakan botol sampel, kemudian pH meter

dicelupkan hingga memperoleh angka yang konstan. Pengambilan sampel

air di tiap stasiun pengamatan, dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

3. Salinitas air

Pengukuran salinitas atau kadar garam pada air dilakukan

dengan menggunakan salinometer. Air pada lokasi penelitian terlebih

dahulu diambil dan dimasukkan pada botol sampel. Selanjutnya

digunakan salinometer, yaitu dengan cara menaruh satu atau dua tetes

sampel pada salinometer, kemudian ditunggu hingga menunjukkan angka

yang konstan. Satuan yang digunakan pada salinometer adalah ppm.

4. Kedalaman air

Kedalaman sungai diukur dengan cara memasukkan Secchi disc

secara vertikal ke dalam air sampai dasar sungai atau muara (permukaan

substrat), kemudian dicatat batas yang terukur pada tali.

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

48

5. Kecerahan air

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

visual. Metode visual dilakukan dengan cara melakukan pengukuran

kemampuan penetrasi cahaya matahari di dalam air. Kemampuan

penetrasi cahaya ini dinilai dengan cara mengukur jarak terjauh cahaya

mampu menembus air. Jarak diukur dari permukaan air hingga

kedalaman tertentu sesuai kemampuan cahaya. Alat yang digunakan

adalah Secchi disk.

Secchi disk merupakan sebuah alat berbentuk cakram lingkaran

dengan diameter 8 inch yang diberi warna hitam dan putih pada

permukaan atasnya. Permukaan atasnya juga dibuat mengkilap agar

dapat memantulkan cahaya. Tali diikatkan pada bagian pusat

permukaan atas sebagai pegangan saat alat diturunkan ke dalam air

sekaligus sebagai penanda kedalaman. Pada bagian permukaan

ditambahkan pemberat agar cakram stabil dan lebih mudah tenggelam.

Cara kerja Secchi disk adalah dengan menurunkan cakram ke

dalam air secara perlahan. Secchi disk semakin lama akan semakin

dalam dan semakin tidak terlihat. Penurunan cakram dihentikan saat

Gambar 3.6 Secchi disk (Effendi, 2000).

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

49

cakram pertama kali tidak terlihat. Tanda diberikan pada tali yang

berada di batas permukaan air. Cakram diangkat kembali, kemudian

dilakukan pengukuran panjang tali (pengukuran dari permukaan atas

cakram hingga tanda yang telah dibuat pada tali sebelumnya. Nilai

panjang tali yang diukur ini menjadi nilai tingkat visibilitas air (Effendi,

2000).

3.5 Teknik Analisis data

3.5.1 Vegetasi Mangrove

Menurut Bengen (1999), Adapun perhitungan besarnya nilai kuantitif

parameter vegetasi dilakukan dengan formula berikut ini :

Kerapatan Jenis : Jumlah Individu Jenis i

Luasan Total Petak

Kerapata Relatif (KR) : Kerapatan Jenis i

Kerapatan Total Semua Jenis 𝑥 100%

Frekuensi Jenis : Jumlah Petak Ditempati Individu Jenis i

Luasan Total Petak

Frekuensi Relatif (FR) : Frekuensi Jenis i

Frekuensi Total Semua Jenis 𝑥 100%

INP : KR + FR

3.5.2 Kelimpahan Kepiting Bakau

Penghitungan kelimpahan kepiting bakau dilakukan dengan terlebih

dahulu melakukan perhitungan total terhadap semua individu kepiting

bakau yang tertangkap. Setelah diketahui jumlah totalnya, kemudian

dilakukan perhitungan kelimpahannya dengan rumus berikut :

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

50

Rumus Perhitungan Kelimpahan Jenis Kepiting menurut Kusmana (1997) :

Keterangan :

N = Kelimpahan kepiting bakau (ind/ha)

∑n = Jumlah individu

A = Luas daerah pengambilan contoh

Rumus Perhitungan Kelimpahan Relatif Jenis Kepiting

Kelimpahan Relatif (KR) : Kelimpahan Jenis i

Kelimpahan Total semua Jenis 𝑥 100%

3.5.3 Hubungan Kerapatan Mangrove dengan Kepadatan Kepiting Bakau

Dari data kerapatan mangrove dan kepadatan kepiting bakau dapat

diketahui korelasi antara vegetasi mangrove dengan kepiting bakau

menggunakan model regresi sederhana. Rumus yang digunakan adalah :

Y = a + b X

Keterangan :

Y : Kepadatan Kepiting Bakau (ind/ha)

X : Kerapatan Mangrove (ind/ha)

a : konstanta

b : slop

Keeratan hubungan antara kerapatan mangrove dengan kepadatan kepiting

bakau dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi

(R2). Koefisien determinasi menggambarkan besarnya variasi indeks tetap (Y)

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/36853/4/jiptummpp-gdl-ekawahyudy-51255-4-babiii.pdf · Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus besar sampel eksperimental

51

dapat diterangkan oleh indeks bebas (X). Sedangkan Koefisien korelasi

menggambarkan besarnya hubungan antara indeks bebas dengan indeks tetap.