BAB III METODE PENELITIAN dan dukungan teman sebaya....

17
BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, dalam bab ini, peneliti akan menguraikan skala yang digunakan dalam mengukur subjective well-being, school connectedness dan dukungan teman sebaya. Bersamaan dengan itu, akan diuraikan pula populasi dan sampel, serta teknik analisa data yang akan digunakan. 1.1. VARIABEL PENELITIAN 1.1.1. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini, yaitu : 1) Variabel tergantung : Subjective well-being siswa 2) Variabel bebas : School connectedness dan, Dukungan sosial teman sebaya 1.1.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1) Subjective Well-Being adalah evaluasi subjektif individu akan pengalaman emosi yang menyenangkan (perasaan positif), level rendah dari suasanan hati yang negatif (perasaan negatif), dan tingginya kepuasan hidup. Meliputi komponen kognitif, berkaitan dengan aspek kepuasan hidup individu dan komponen emosi yang terdiri dari perasaan positif dan perasaan negatif (Diener, 2008). a. Kepuasan hidup, digambarkan sebagai penilaian kognitif individu mengenai hidupnya dalam domain keluarga, teman, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan pada diri sendiri.

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN dan dukungan teman sebaya....

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif,

perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan

instrumen seperti apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, dalam bab ini,

peneliti akan menguraikan skala yang digunakan dalam mengukur subjective

well-being, school connectedness dan dukungan teman sebaya. Bersamaan

dengan itu, akan diuraikan pula populasi dan sampel, serta teknik analisa

data yang akan digunakan.

1.1. VARIABEL PENELITIAN

1.1.1. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini, yaitu :

1) Variabel tergantung : Subjective well-being siswa

2) Variabel bebas : School connectedness dan,

Dukungan sosial teman sebaya

1.1.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1) Subjective Well-Being adalah evaluasi subjektif individu akan

pengalaman emosi yang menyenangkan (perasaan positif), level

rendah dari suasanan hati yang negatif (perasaan negatif), dan

tingginya kepuasan hidup. Meliputi komponen kognitif, berkaitan

dengan aspek kepuasan hidup individu dan komponen emosi yang

terdiri dari perasaan positif dan perasaan negatif (Diener, 2008).

a. Kepuasan hidup, digambarkan sebagai penilaian kognitif

individu mengenai hidupnya dalam domain keluarga,

teman, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan pada diri

sendiri.

b. Komponen emosi meliputi perasaan positif (tertarik,

waspada, penuh perhatian, bergairah, antusias,

terinspirasi, bangga, teguh pendirian, kuat, dan aktif),

perasaan negatif (tertekan, bingung, perasaan bersalah,

malu, bermusuhan, lekas marah, gugup, gelisah, takut,

dan khawatir) (Watson, Clark dan Tellegen dalam

Ayyash-Abdo & Alammudin, 2007).

Untuk mengetahui subjective well-being remaja, digunakan dua

alat ukur. Pertama untuk mengukur kepuasan hidup dan yang kedua

untuk mengukur affective well-being.

Kepuasan hidup dinilai dengan menggunakan skala kepuasan

hidup yang diadaptasi dari Huebner (2001) yang telah mengalami

modifikasi oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian, yang disusun

berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Diener (2008). Kepuasan

hidup dikalkulasikan dengan menghitung penilaian siswa atas 35

pernyataan yang ada. 10 pernyataan yang ada dijumlahkan secara

berkebalikan (reverse scored) dari 25 pernyataan yang lain. Jumlah

respon aitem yang dihasilkan, menunjukkan total skor secara

keseluruhan.

Affective well-being diukur dengan menggunakan 20 kata sifat

mengenai suasana hati (mood) dari positive and negative affect

schedule (PANAS; Watson Clark & Tellegen dalam Ayyash-Abdo &

Alammudin, 2007). Pernyataan PANAS menggambarkan emosi dan

perasaan yang berbeda-beda dan bisa dikelompokkan menjadi skala

positive affect dan skala negative affect. Kalkulasi secara keseluruhan

skor PANAS dilakukan melalui penjumlahan total nilai dari 10 kata

sifat yang menggambarkan emosi positif (PA): penuh perhatian,

tertarik, waspada, bergairah, antusias, terinspirasi, bangga, teguh

pendirian, kuat, dan aktif, dan 10 kata sifat yang menggambarkan

emosi negatif (NA): tertekan, bingung, memiliki perasaan bermusuhan,

lekas marah, takut, khawatir, malu, bersalah, gugup, dan gelisah.

2) School Connectedness

School connectedness merupakan persepsi siswa mengenai penerimaan

dirinya di sekolah oleh guru di sekolah dan pengidentifikasian serta

keterlibatan aktif dirinya sebagai bagian dari sekolah. Aspek-aspek dari

school connectedness, antara lain:

a. Social support, khususnya dukungan guru, didasarkan

pada sejauh mana siswa merasa dekat dan bernilai oleh

guru di sekolah. Biasanya diukur melalui laporan siswa

mengenai apakah gurunya menyukai dirinya atau tidak,

kepedulian mereka terhadap guru, kenyamanan ketika

berbicara dengan guru, seberapa sering guru memuji

mereka (Resnick dkk., 1997)

b. Belonging, didefinisikan sebagai rasa yang dimiliki oleh

siswa mengenai dirinya sebagai bagian dari sekolah.

Mengukur belongingness ini sering meliputi tingkat di

mana siswa merasa dihormati di sekolahnya, menjadi

bagian dari sekolahnya, merasa orang-orang yang ada di

sekolah peduli dengannya, dan memiliki teman di sekolah

(Voelkl, 1996).

c. Engagement, merefleksikan resiprokasi siswa atas rasa

memiliki (belonging) dan dukungan yang didapat melalui

kepedulian yang aktif dan keterlibatan di dalam

bagiannya (Karcher 2003).

Skala school connectedness diadaptasi dan dimodifikasi dari

Resnick, dkk. (Resnick, dkk. dalam Libbey, 2004) dan Simmons-

Morton dan Crump (2003).

3) Dukungan Sosial Teman Sebaya

Dukungan sosial teman sebaya merupakan persepsi remaja terhadap

tingkat dukungan yang diberikan oleh temannya, meliputi dimensi

dukungan emosional, instrumental, penilaian, dan informasi.

a. Dukungan emosional, keberadaan seseorang atau lebih

yang bisa mendengarkan secara simpati ketika seorang

individu mengalami masalah dan bisa menyediakan

indikasi kepedulian dan penerimaan.

b. Dukungan penilaian, meliputi ketersediaan informasi

yang berguna dalam rangka evaluasi diri – dengan kata

lain, memberikan umpan balik dan penguatan atau

penegasan.

c. Dukungan informasi, meliputi ketersediaan pengetahuan

yang berguna dalam menyelesaikan masalah, seperti

menyediakan informasi mengenai sumber-sumber dan

layanan komunitas atau menyediakan nasehat dan

tuntunan mengenai suatu aksi atau hal-hal tertentu untuk

menyelesaikan masalah.

d. Dukungan instrumental, melibatkan bantuan nyata atau

praktis yang secara langsung dapat membantu seseorang

yang membutuhkan.

Untuk menilai persepsi dukungan emosi, penilaian, informasi

dan instrumental yang diterima dari teman sebaya, skala diadaptasi dari

Malecki & Demaray (2002), yang telah mengalami modifikasi oleh

penulis sesuai dengan tujuan penelitian, yang disusun berdasarkan

empat aspek tersebut. Semakin tinggi skor menunjukkan semakin

tinggi dukungan sosial yang diterima.

1.2. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X, XI dan XII SMU

Negeri 1 Ambon yang berjumlah 738 siswa. Sampel penelitian diambil dari

populasi dengan teknik random sampling, dan yang dirandom adalah

kelas/kelompoknya. Langkah-langkah dalam menentukan sampel:

1. Menghitung jumlah kelas dan jumlah siswa dari tiap tingkatan

2. Menyusun sampling frame berdasarkan kelas, dalam hal ini ada 21

kelas

3. Menentukan jumlah kelas (5 kelas) yang akan dirandom.

4. Kelas yang terpilih dari hasil random yakni, kelas X-1, X-5, XI

IPA-3, XI IPS-2, dan XII IPA-3 yang berjumlah 176 siswa, dengan

perincian sebagai berikut:

Kelas X-1 : 34 siswa

Kelas X-5 : 34 siswa

Kelas XI-IPA3 : 38 siswa

Kelas XI-IPS2 : 34 siswa

Kelas XII-IPA3 : 36 siswa

1.3. INSTRUMEN PENELITIAN

Data tentang variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan instrumen berupa skala yang harus diisi oleh siswa.

Ada empat jenis skala yang digunakan, yaitu:

1). Untuk menguji komponen evaluasi terhadap kepuasan hidup,

digunakan skala kepuasan hidup siswa yang diadaptasi dari

Huebner (2001), sedangkan untuk komponen menguji

komponen evaluasi terhadap afek, digunakan Positive and

Negative Affect Schedule (Clark & Tellegan dalam Ayyash-

Abdo & Alammudin, 2007) yang telah dimodifikasi oleh

peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel distribusi aitem

bisa dilihat pada halaman berikutnya.

Tabel 3.1

Distribusi aitem SWB sebelum uji coba

Komponen Indikator No. Pernyataan Jumlah

F UF

1. Evaluasi

terhadap

kepuasan

hidup

1. Kepuasan

pada

keluarga

2. Kepuasan

pada teman

3. Kepuasan

pada

sekolah

4. Kepuasan

pada

lingkungan

tempat

tinggal

5. Kepuasan

pada diri

sendiri

6,7,15,16,18

,24,26

10,25,34

5,17,21,22

13,27,32,33

1,4,9,12,

14,29,31

3,19,20

2,8,11

23,28,30,

35

7

6

7

8

7

2. Evaluasi

terhadap

afek

1. Perasaan

positif

(Positive

affect)

2. Perasaan

negatif

(Negative

affect)

1, 12, 17, 3,

9, 14, 10,

16, 5, 19

2, 4, 6, 13,

18, 11, 15,

18, 7, 20

10

10

Jumlah 35 20 55

Data skala komponen kognitif (evaluasi terhadap kepuasan

hidup siswa) menggunakan empat tingkat penilaian (skala Likert)

yaitu nilai 1 sampai 4, yang pernyataannya disusun dalam bentuk

favourable dan unfaourable. Respon-respon subyek untuk

pernyataan favourable diberikan bobot masing-masing nilai 4 untuk

jawaban sangat sesuai, nilai 3 untuk jawaban sesuai, nilai 2 untuk

jawaban tidak sesuai, nilai 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai.

Sebaliknya pernyataan unfavourable diberi bobot 1 untuk jawaban

sangat sesuai, nilai 2 untuk jawaban sesuai, nilai 3 untuk jawaban

tidak sesuai, nilai 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai. Jumlah total

skor yang dihasilkan menunjukkan kepuasan hidup secara

keseluruhan. Skala untuk komponen emosi terdiri dari 20 kata yang

melambangkan perasaan, yang juga menggunakan empat tingkat

penilaian yaitu nilai 1 sampai 4, yang perasaannya terdiri dari

perasaan-perasaan positif dan perasaan-perasaan negatif. Respon-

respon subyek untuk setiap kata yang mewakili perasaan positif

diberikan bobot masing-masing nilai 4 untuk jawaban sangat sering,

nilai 3 untuk jawaban sering, nilai 2 untuk jawaban tidak sering, dan

nilai 1 untuk jawaban sangat tidak sering atau sangat jarang.

Sebaliknya untuk perasaan negatif diberikan nilai 1 untuk jawaban

sangat sering, nilai 2 untuk jawaban sering, nilai 3 untuk jawaban

tidak sering, dan nilai 4 untuk jawaban sangat tidak sering atau

jarang sekali. Total skor afektif diperoleh dengan menjumlahkan

skor PA (Positive Affect) dan skor NA (Negative Affect).

2). Skala School connectedness diadaptasi dari Resnick, dkk. (Resnick

dkk. dalam Libbey, 2004) dan Simmons-Morton dan Crump (2003),

kemudian dimodifikasi oleh peneliti sesuai tujuan penelitian.

Tabel 3.2.

Distribusi aitem school connectedness scale sebelum uji coba.

Aspek Indikator

No.

Pernyataan

Jumlah

F

1. Social support 1. Relasi dengan guru

2. Sikap guru terhadap

siswa

4, 10

6, 12

2

2

2. Belonging 1. Perasaan positif

siswa terhadap

sekolah

2. Rasa menjadi bagian

dari sekolah

3, 14, 5, 15

1,. 2, 13

4

3

3. Engagement 1. Sikap positif di

sekolah

2. Komitmen terhadap

sekolah

7, 8

9, 11

2

2

Jumlah 15 15

Skala school connectedness menggunakan empat tingkat

penilaian (skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4, yang

pernyataannya disusun dalam bentuk pernyataan favourable.

Respon-respon subyek untuk setiap pernyataan diberikan bobot

masing-masing nilai 4 untuk jawaban sangat sesuai, nilai 3 untuk

jawaban sesuai, nilai 2 untuk jawaban tidak sesuai, dan nilai 1

untuk jawaban sangat tidak sesuai. Total skor didapatkan dengan

menjumlahkan nilai-nilai dari semua pernyataan. Makin tinggi

total skor yang diperoleh menunjukkan tingginya level school

connectedness ataupun sebaliknya.

3). Skala dukungan sosial teman sebaya diadaptasi dan

dimodifikasi oleh peneliti dari Malecki & Demaray (2002).

Tabel 3.3.

Distribusi aitem skala dukungan sosial teman sebaya sebelum uji coba.

Aspek Indikator

No.

Pernyataan Jumlah

F

1. Dukungan

emosi

1. Penerimaan

2. Perhatian/kepedulian

1, 6, 7

12, 20, 11

3

3

2. Dukungan

penilaian

1. Pemberian umpan

balik

2. Pemberian penguatan

8, 2

9, 10

2

2

3. Dukungan

informasi

1. Memberikan

penjelasan mengenai

suatu hal tertentu

2. Memberikan

nasehat/tuntunan

5, 19

18,16

2

2

4. Dukungan

instrumental

1. Menghabiskan waktu

bersama

2. Memberikan bantuan

13, 3, 15

4, 17, 14

3

3

Jumlah 20 20

Skala dukungan sosial teman sebaya menggunakan empat

tingkat penilaian (skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4, yang

pernyataannya disusun dalam bentuk favourable. Respon-respon

subyek untuk pernyataan diberikan bobot masing-masing 4 untuk

jawaban sangat sesuai, nilai 3 untuk jawaban sesuai, nilai 2 untuk

jawaban tidak sesuai, dan nilai 1 untuk jawaban sangat tidak

sesuai. Skor total didapatkan dengan menjumlahkan nilai-nilai

dari semua pernyataan. Semakin tinggi skor total yang diperoleh,

menunjukkan tingkat dukungan yang makin tinggi, dan makin

rendah skor total yang diperoleh menunjukkan tingkat dukungan

yang rendah.

3.4. TEKNIK ANALISIS DATA

3.4.1. Analisis uji instrumen

Untuk mengetahui validitas dan relialitas instrumen penelitian,

dilakukan uji coba. Dalam penelitian ini akan digunakan validitas isi, seleksi

aitem dan reliabilitas.

Validitas isi dilakukan melalui pendapat dosen pembimbing dalam

proses telaah soal dengan menggunakan spesifikasi alat ukur yang telah ada,

kemudian skala juga disebarkan pada 10 siswa dari SMU Negeri 3 Salatiga

untuk melihat kejelasan struktur bahasa yang digunakan dalam skala

tersebut. Pengujian seleksi aitem dilakukan melalui diskriminasi daya beda

aitem (corrected item-total correlation) dan berdasarkan hasil korelasi itu

ditentukan butir-butir yang valid dan gugur. Dalam uji coba, penulis

menggunakan angka korelasi ≥ 0.30 sebagai batas validitas butir (Azwar,

2008). Dengan demikian apabila korelasi antar skor aitem pernyataan dengan

skor total aitem berada di bawah 0.30 maka aitem dinyatakan gugur.

Sesudah proses validitas, dilakukan analisa reliabilitas terhadap butir-

butir yang valid dengan teknik alpha Cronbach.

Selanjutnya perhitungan daya beda aitem dan reliabilitas akan

menggunakan program SPSS versi 18 (PASW Statistic 18). Kategori

tingkatan reliabilitas dengan koefisien alpha yang dikutip dari Sugiyono

(2005) dan akan menjadi pedoman penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 3.4

Pedoman penilaian reliabilitas skala

Alpha Kriteria

0,00 – 0, 199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

menggunakan skala psikologi diperoleh hasil penelitian seperti tertera pada

halaman berikut:

a. Skala SWB (Kepuasan hidup dan PANAS)

Tabel 3.5

Hasil uji coba skala SWB

Komponen Indikator No. Pernyataan Jumlah

F UF

*aitem gugur

Hasil uji validitas pada skala kepuasan hidup menunjukkan

bahwa ada beberapa aitem yang gugur yakni aitem nomor 1, 4, 5, 8,

9, 14, 17, 19, 20, 23, 25, 29, 30, 31, 34. Dari proses pembuangan

ini, tersisa 20 aitem yang valid. Adapun nilai r (corrected item-total

correlation) bergerak dari 0.300 – 0.600 dengan koefisien alpha

cronbach 0.848 yang termasuk dalam kategori SANGAT KUAT.

Hasil uji validitas positive and negative affect scale

menunjukkan bahwa ada 2 aitem yang gugur yakni aitem nomor 5 dan

1. Evaluasi

terhadap

kepuasan

hidup

1 Kepuasan

pada keluarga

2 Kepuasan

pada teman

3 Kepuasan

pada sekolah

4 Kepuasan

pada

lingkungan

tempat

tinggal

5 Kepuasan

pada diri

sendiri

6,7,15,16,18,

24,26

10,25*,34*

5*,17*,21,22

13,27,32, 33

1*,4*,9*,12,

14*,29*,31*

3,19*,20*

2,8*,11

23*,28,30*,

35

7

6

7

8

7

2. Evaluasi

terhdadap

afek

1. Perasaan

positif

2. Perasaan

negatif

1, 12, 17, 3,

9, 14*, 10,

16, 5*, 19

2, 4, 6, 13,

8, 11, 15,

18, 7, 20

10

10

Jumlah 35 20 55

14, sehingga tersisa 18 aitem yang valid. Adapun nilai r (corrected

item total-correlation) bergerak dari 0.310 – 0.707 dengan koefisien

alpha cronbach 0.865 yang termasuk dalam kategori SANGAT

KUAT.

b. Skala school connectedness

Tabel 3.6

Hasil uji coba skala school connectedness

Aspek Indikator No.

Pernyataan

Jumlah

F

1. Social

support

1 Relasi dengan guru

2 Sikap guru terhadap

siswa

4, 10

6, 12

2

2

2 Belonging 1. Perasaan positif

siswa terhadap

sekolah

2. Rasa menjadi bagian

dari sekolah

3, 14, 5, 15

1,2, 13*

4

3

3. Engagement 1. Sikap positif di

sekolah

2. Komitmen terhadap

sekolah

7, 8

9, 11

2

2

Jumlah 15 15

*aitem gugur

Hasil uji validitas pada skala school connectedness

menunjukkan bahwa terdapat 1 aitem yang gugur yakni aitem

nomor 13, sehingga tersisa 14 aitem yang valid. Nilai r (corrected

item-total correlation) bergerak dari 0.350 – 0.615 dengan koefisien

alpha cronbach 0.820 termasuk dalam kategori SANGAT KUAT.

c. Skala dukungan sosial teman sebaya

Tabel 3.7

Hasil uji coba skala dukungan sosial teman sebaya

Aspek Indikator No.

Pernyataan

Jumlah

F

1. Dukungan

emosi

1 Penerimaan

2 Perhatian/

kepedulian

1, 6, 7

12, 20, 11

3

3

2. Dukungan

penilaian

1. Pemberian umpan

balik

2. Pemberian

penguatan

8, 2

9, 10

2

2

3. Dukungan

informasi

1 Memberikan

penjelasan

mengenai suatu

hal tertentu

2 Memberikan

nasehat/tuntunan

5, 19

18*,16

2

2

3 Dukungan

instrumental

1 Menghabiskan

waktu bersama

2 Memberikan

bantuan

13, 3, 15

4, 17, 14*

3

3

Jumlah 20 20

*aitem gugur

Hasil uji validitas pada skala dukungan sosial teman sebaya

menunjukkan bahwa terdapat 2 aitem yang gugur yaitu aitem nomor 14

dan 18. Nilai r (corrected item-total correlation) bergerak dari 0.300 –

0.586 dengan koefisien alpha cronbach 0.851 termasuk dalam kategori

SANGAT KUAT.

Penelitian ini menggunakan data uji coba terpakai yang artinya

hasil uji coba (try out) tersebut juga sekaligus digunakan sebagai data

penelitian di mana aitem skala yang dinyatakan gugur tidak digunakan

dalam penelitian.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

1). Uji normalitas

Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa

data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam

penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan melihat gambar

grafik normal P-P Plot. Normalitas di deteksi dengan melihat titik-

titik yang mengikuti garis linear yang bergerak dari kiri bawah ke

kanan atas. Bila titik-titik tersebut mengikuti garis diagonal atau

berada searah sekitar garis diagonal, berarti data terdistribusi secara

normal dan analisis dapat dilanjutkan. Normalitas juga dilihat melalui

uji model regresi dan Kolmogrov-Smirnov untuk melihat apakah

residual terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal

jika nilai signifikansi lebih dari 0.05. (Santoso, 2010).

2). Uji linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui

signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Jika

penyimpangan tersebut tidak signifikan ( > 0.05), dan signifikansi

linearitas signifikan ( < 0.05), maka hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat adalah linear (Hadi, 2000).

3). Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi diantara variabel bebas, karena jika hal tersebut

terjadi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi

kemiripan. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem

multikolinearitas dapat diketahui dengan Variance Inflation Factor

(VIF) dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas

multikolinearitas menurut Santoso (2010) adalah sebagai berikut:

a.) Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1

b.) Mempunyai angka tolerance mendekati 1

4). Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui goodness

of fit (kesesuaian model). Uji ini dilakukan untuk melihat hasil grafik

scatterplot, hasil perhitungan menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y serta tidak membentuk pola yang jelas atau tertentu,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000).

3.4.3. Uji Hipotesa

Teknik analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi berganda. Analisis ini bermaksud untuk

meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen, bila dua atau lebih

variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (Sugiyono,

2005). Analisis regresi berganda dilakukan bila jumlah variabel

independennya minimal dua.