BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2888/3/BAB...

21
42 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan desain penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan tentang dinamika resiliensi yang terbentuk pada diri remaja yang orang tuanya bercerai dan mencari tahu apa saja yang menjadi faktor protektif dan faktor resiko untuk mencapai resiliensi pada remaja yang memiliki orang tua bercerai. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Creswell (2010) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa pun dari peneliti. Penelitian mengenai resiliensi pada remaja yang memiliki orang tua bercerai ini memusatkan diri secara intensif pada suatu obyek tertentu dan memelajarinya sebagai suatu kasus. Menurut Bodgan & Taylor (Moleong, 2008) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2888/3/BAB...

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan desain

penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti

berusaha untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan tentang dinamika

resiliensi yang terbentuk pada diri remaja yang orang tuanya bercerai dan

mencari tahu apa saja yang menjadi faktor protektif dan faktor resiko untuk

mencapai resiliensi pada remaja yang memiliki orang tua bercerai.

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Creswell (2010) menyatakan bahwa penelitian

kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk

memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan

menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan

pandangan terperinci dari para sumber informasi serta dilakukan dalam setting

yang alamiah tanpa adanya intervensi apa pun dari peneliti.

Penelitian mengenai resiliensi pada remaja yang memiliki orang tua

bercerai ini memusatkan diri secara intensif pada suatu obyek tertentu dan

memelajarinya sebagai suatu kasus. Menurut Bodgan & Taylor (Moleong,

2008) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

43

menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Yin (1987) mengemukakan, secara umum studi kasus merupakan strategi

yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan

how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol

peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya

terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan

nyata. Mulyana (2001) mengemukakan bahwa studi kasus merupakan uraian

dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seseorang, suatu

kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi

tertentu. Kelebihan menggunakan studi kasus menurut Lincoln & Gruba

(Mulyana, 2001) antara lain:

1. Merupakan sarana utama bagi penelitian, yaitu menyajikan pandangan

partisipan yang diteliti.

2. Menyajikan uaraian menyeluruh yang mirip dengan yang dialami oleh

pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Merupakan sarana yang efektif untuk menunjukkan hubungan antara

peneliti dengan responden.

4. Studi kasus memungkinkan untuk menemukan konsistensi internal

yang tidak saja merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual

tetapi juga keterpercayaan.

5. Studi kasus dapat memberikan uraian tebal yang diperlukan untuk

penilaian atau transferabilitas, dan

44

6. Studi kasus terbuka untuk penilaian atas konteks dan berperan untuk

pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

B. Batasan Istilah

Fokus Penelitian ini adalah resiliensi pada remaja yang memiliki orang

tua bercerai. Resiliensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh

individu untuk segera membebaskan diri dari kondisi yang kurang

menyenangkan. Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti akan lebih berfokus

pada dinamika resiliensi yang terbentuk pada diri remaja yang orang tuanya

bercerai. Perceraian adalah berpisahnya pasangan suami isteri secara resmi

dan merupakan jalan terakhir dari penyelesaian masalah-masalah sehingga

berhenti melaksanakan tugas dan perannya serta bebas untuk menikah lagi

dengan orang lain. Peneliti juga akan membahas apa saja yang menjadi faktor

resiko dan faktor protektif untuk dapat resilien dalam kehidupan remaja yang

memiliki orang tua bercerai. Faktor resiko merupakan faktor yang dapat

memunculkan kerentanan terhadap distress sedangkan faktor protektif

merupakan faktor yang berperan mengubah efek-efek negatif dari keadaan

hidup yang kurang menyenangkan dan membantu memperkuat resiliensi.

C. Unit Analisis

Unit analisis yang akan digunakan adalah secara individual dengan

satu orang partisipan utama dengan karakteristik partisipan berusia 15-21

tahun yang memiliki orang tua bercerai. Di luar partisipan utama, dilibatkan

pula 3 orang informan, sehingga jumlah keseluruhan paartisipan utama dan

key informan dalam penelitian ini adalah 4 orang.

45

Tabel 2. Profil Partisipan Utama dan Key informan

Identitas Partisipan

utama

Key

informan 1

Key

informan 2

Key

informan 3

Hubungan dengan partisipan utama

Teman Kecil Teman

Kuliah

Saudara

Nama (samaran) Sarah Yanti Ida Dipa

Usia 21 tahun 21 tahun 22 tahun 21 tahun

Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki

Pendidikan Mahasiswi Mahasiswi Mahasiswi Mahasiswa

D. Deskripsi Setting Penelitian

Setting penelitian yang peneliti pilih adalah di Daerah Istimewa

Yogyakarta tepatnya partisipan yang akan peneliti gunakan berasal dari

kabupaten Bantul. Lokasi akan berbeda antara satu dengan yang lainnya,

karena lokasi masing-masing partisipan yang berbeda pula. Setting penelitian

yang pertama dilakukan di rumah tempat tinggal partisipan utama dan key

informan. Setting penelitian yang kedua yaitu di tempat pertemuan di luar

rumah dengan penentuan tempat yang nanti akan disepakati oleh peneliti dan

juga partisipan utama dan key informan.

Alasan dipilihnya tempat-tempat tersebut adalah karena pertama,

rumah adalah tempat yang memiliki banyak informasi terkait partisipan,

peneliti dapat menggali informasi dengan metode-metode yang ada dengan

partisipan yang sekiranya dapat memberikan informasi yang peneliti

butuhkan. Kedua, peneliti memilih tempat di luar rumah agar terbentuk

kedekatan yang positif antara peneliti dan partisipan sehingga bisa merasa

46

nyaman satu sama lain dan partisipan dapat bercerita dengan lancar tanpa

merasa canggung.

Ketika akan melakukan wawancara dengan partisipan utama yang

bernama Sarah (samaran), peneliti menanyakan tempat yang diinginkan oleh

Partisipan dan pilihannya jatuh pada salah satu cafe yang letaknya di pusat

kota Yogyakarta. Cafe tersebut memiliki 2 lantai dan wawancara dilakukan di

lantai 2 yang terbagi dari outdoor dan indoor. Partisipan memilih untuk di

indoor karena sepi pengunjung. Proses wawancara pun berjalan lancar dan

nyaman karena sedikitnya pengunjung, ditambah alunan musik yang diputar di

cafe ini memperkuat suasana akrab antara partisipan dan peneliti.

Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan key informan di

masing-masing tempat tinggal key informan. Key informan pertama adalah

Yanti (samaran) yang merupakan sahabat Sarah sejak kecil, tepatnya sejak

kelas 1 SD. Wawancara dengan sahabatnya peneliti lakukan dengan jarak

sekitar 5 hari dari wawancara terakhir bersama partisipan utama. Selanjutnya

key informan berikutnya adalah Ida (samaran) yang merupakan teman dekat

partisipan utama, mereka kuliah dan selalu menghabiskan waktu bersama.

Wawancara dengan key informan yang kedua peneliti lakukan setelah

mewawancarai sahabat kecil partisipan utama. Lalu, key informan yang

terakhir adalah Dipa (samaran) hubungan Dipa dan partisipan utama adalah

saudara. Meski bukan masuk kategori saudara dekat tetapi hubungan Dipa dan

Sarah sangat akrab dan baik dibandingkan dengan saudara dekat Sarah sendiri.

47

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dengan

cara wawancara dan observasi partisipan. Demi kelancaran proses penelitian,

maka peneliti akan melakukan pendekatan kepada partisipan sebelum

dilakukan penelitian.

1. Wawancara

Sugiyono (2013) mengemukakan beberapa macam wawancara,

yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur dan tidak terstruktur. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara langsung atau

bertatap muka dengan partisipan penelitian, dengan model wawancara

tidak terstruktur. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara

merupakan wawancara yang bersifat aksidental, disesuaikan dengan

suasana pada saat wawancara berlangsung, namun tetap berpegang pada

pedoman wawancara yang telah dirancang sebelumnya (Moleong, 2008).

Pengumpulan data melalui wawancara yang disimpan dalam alat perekam.

Selanjutnya, dicatat dalam bentuk verbatim, serta melakukan observasi

terhadap partisipan penelitian.

Selain melakukan wawancara secara formal, peneliti juga

melakukan wawancara secara informal kepada kedua partisan ketika

peneliti membangun rapport.

Wawancara dilakukan di hari dan tanggal yang berbeda pada

partisipan utama dan ketiga key informan. Partisipan Sarah, wawancara

dilakukan pada hari Jumat tanggal 09 Maret 2018 pada pukul 14.00

48

sampai 14.54 WIB. Lalu peneliti melakukan wawancara dengan ketiga key

informan yang sudah bersedia memberikan informasi terkait Sarah.,

Wawancara dengan key informan Yanti yang merupakan teman kecil

Sarah dilakukan pada hari Senin tanggal 19 Maret 2018 pada pukul 11.30

sampai 12.45 WIB. Selanjutnya dengan key informan kedua yaitu Ida yang

merupakan teman dekat Sarah saat ini dilakukan pada hari Selasa tanggal

20 Maret 2018 pukul 15.30 sampai 15.52 WIB. Key informan yang

terakhir yaitu Dipa yang merupakan saudara dari Sarah, wawancara

dilakukan pada Minggu tanggal 25 Maret 2018. Tanggal dan waktu

wawancara ditentukan sendiri oleh partisipan utama dan ketiga key

informan penelitian, dengan alasan agar merasa nyaman dengan tidak

melakukan aktivitas lain. Lokasi wawancara dilakukan di tempat yang

berbeda pada partisipan utama dan ketiga key informan penelitian.

Peneliti merasa tidak ada hambatan ketika mewawancarai

partisipan utama penelitian, hanya saja untuk partisipan Sarah, ketika

wawancara berlangsung, beberapa kali handphone Sarah berbunyi, namun

Sarah hanya melihat layar handphone sebentar kemudian

mengabaikannya, sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar.

Hambatan saat wawancara key informan hanya terjadi pada saat

wawancara dengan saudara Sarah yaitu Dipa karena berbeda kota dan

tidak dapat wawancara langsung dengan Dipa. Selain itu, wawancara

berjalan lancar dan nyaman.

49

2. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu

periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-

hal tertentu yang diamati (Creswell, 2010).

Dalam penilitian ini, peneliti melakukan dua kali pengamatan pada

kedua partisipan. Pengamatan tersebut adalah:

a. Pengamatan pada saat wawancara.

Peneliti melakukan pengamatan sederhana sebagai data pelengkap.

Pengamatan tersebut dilakukan sewaktu wawancara berlangsung

bertemu dengan peneliti. Pengamatan sederhana ini dilakukan sebatas

untuk mengecek kesesuaian hasil wawancara dengan perilaku

partisipan dalam interaksinya (Moleong, 2008).

b. Pengamatan di lapangan

Teknik observasi yang digunakan dalam observasi di lapangan ini

adalah covert observation. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi

di luar proses wawancara tanpa memberitahukan terlebih dahulu

kepada partisipan (Sugiyono, 2013).

Selain itu peneliti juga menggunakan teknik observasi partisipan.

Menurut Moleong (2007), Observasi partisipan merupakan suatu

observasi dimana pengamat ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh subyek yang diteliti atau diamati seolah-olah pengamat

merupakan bagian dari mereka. Artinya peneliti terlibat dengan

50

kegiatan orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian. Peneliti menggunakan teknik ini agar peneliti

mendapatkan perilaku spontan partisipan dalam seting alami dan dapat

melihat bagaimana partisipan berinteraksi dengan orang-orang di

sekitarnya. Teknik ini pun digunakan sebagai alat cross-check pada

hasil wawancara terhadap partisipan.

Peneliti melakukan obsevasi lapangan sebanyak dua kali pada

partisipan utama penelitian. Untuk partisipan Sarah, observasi

dilakukan di kos Sarah pada hari Jumat, tanggal 09 Maret 2018, pukul

15.00 sampai dengan 16.00 WIB, dan observasi kedua dilakukan di

kampus partisipan pada hari Senin, 12 Maret 2018, pukul 10.00 sampai

dengan 11.00 WIB.

Ketika melakukan observasi pertama dengan partisipan Sarah,

peneliti mengambil tempat di kos partisipan karena saat wawancara

dengan partisipan selesai, Sarah kedatangan teman-temannya sebanyak

4 orang dan peneliti mengambil kesempatan untuk mengobservasi

partisipan tanpa memberitahukan kepada partisipan bahwa peneliti

akan melakukan observasi. Sedangkan untuk observasi kedua peneliti

melakukan observasi di kampus partisipan dengan tempat yang sedikit

jauh dari posisi partisipan berada dan agak tersembunyi agar tidak

terlihat oleh partisipan, namun dengan jarak tersebut peneliti masih

bisa melihat bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan interaksi partisipan

dengan teman-temannya dengan sangat jelas. Peneliti mengambil

51

waktu observasi ketika partisipan sedang beristirahat di kantin kampus

agar peneliti mendapatkan gambaran interaksi partisipan dengan

teman-temannya dalam situasi yang santai dan informal. Observasi

yang dilakukan terhadap partisipan utama penelitian berjalan dengan

lancar. Semua data yang peneliti butuhkan muncul pada saat itu.

Moleong (2008) menyatakan, cara melaksanakan pengamatan

terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Observasi terstruktur adalah observasi dimana pengamat dalam

melaksanakan observasinya menggunakan pedoman pengamatan.

b. Observasi tidak berstruktur adalah observasi dimana pengamat

dalam melaksanakan observasinya melakukan pengamatan secara

bebas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi semi

terstruktur. Sebelum melakukan observasi wawancara dan observasi di

lapangan, peneliti membuat pedoman pengamatan terlebih dahulu

sebagai alat bantu peneliti dalam mengobservasi partisipan.

F. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah seorang remaja yang menjadi

partisipan utama dengan kriteria berlatar belakang keluarga dengan kedua

orang tua telah bercerai yang tidak ditentukan batasan umur perceraian.

Batasan usia partisipan adalah dari 15-21 tahun yang berdomisili di Kabupaten

Bantul, Yogyakarta. Alasan peneliti memilih partisipan dengan kriteria remaja

karena pada masa remaja periode yang penting yaitu perubahan-perubahan

52

yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu

yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Maka

peneliti memilih batasan usia remaja untuk melihat bagaimana remaja dalam

menyikapi perubahan status orang tua dalam kehidupannya.

Dalam penelitian ini selain partisipan utama, peneliti juga melibatkan

tiga orang sebagai informan (key informan) yaitu orang terdekat partisipan

yang akan memberikan informasi seputar kehidupan dan kepribadian

partisipan utama.

G. Metode Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis dengan

pendekatan studi kasus. Menurut Bungin (2003), dalam studi kasus terdapat

beberapa analisis yang dilakukan, yaitu:

1) Mengorganisir informasi

Peneliti memertimbangkan data dan mencari “apa yang terjadi.”

Kemudian peneliti menyiapkan cara deskripsi peristiwa yang

terjadi.

2) Membaca keseluruhan informasi

Peneliti memahami setiap informasi yang didapat dari setiap

partisipan, dan memberi kode verbatim pada keduanya.

3) Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya

Untuk memermudah penelitian maka, peneliti membuat suatu

uraian seperti panduan wawancara yang digunakan untuk

mengelompokkan konteks-konteks yang akan digunakan untuk

53

wawancara, sehingga ketika penelitian dilangsungkan akan lebih

memermudah peneliti untuk mengelompokkan konteks sesuai

dengan proses terjadinya suatu kasus.

4) Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa

kategori

Peneliti menentukan teori yang akan digunakan pada proses

penelitian sehingga dapat dilihat adanya kesamaan hasil pada teori

dan penelitian yang digunakan. Selanjutnya peneliti melakukan

intepretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus,

baik untuk peneliti maupun untuk penerapan pada kasus yang lain.

5) Menyajikan secara naratif

Setelah hasil penelitian sudah diperoleh, peneliti kemudian

membuat suatu deskripsi yang disajikan secara naratif sesuai

dengan proses penelitian yang telah dilakukan, untuk memudahkan

pembaca dalam memahaminya.

H. Instrument Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian

merupakan peneliti itu sendiri. Dijelaskan oleh Sugiyono (2013), bahwa

peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan

data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

hasil temuannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

54

pengumpulan data berupa wawancara, observasi, sehingga instrumen yang

digunakan berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi,.

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini bertujuan untuk mengungkapkan resiliensi

yang dimiliki remaja korban perceraian orang tua. Penelitian ini dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun di dalam

pedoman wawancara agar wawancara tidak menyimpang dari topik yang

akan diteliti. Adapun Rambu-Rambu wawancara pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 3. Rambu-Rambu Wawancara Partisipan

No Aspek Komponen Aspek yang diungkap

1 Latar Belakang Latar belakang keluarga

partisipan.

Penyebab perceraian

orang tua serta reaksi

awal partisipan saat

mengetahui orang tua

akan bercerai.

2 Regulasi Emosi Kemampuan partisipan

untuk tetap tenang

dibawah tekanan.

Emosi yang

dikeluarkan partisipan

saat mengetahui

perceraian orang tua.

3 Pengendalian Impuls Kemampuan partisipan

Mengendalikan

keinginan, dorongan,

ataupun tekanan

Hal yang dilakukan

partisipan ketika berada

dalam tekanan akibat

perceraian orang tua

4 Optimis Memiliki harapan yang

baik untuk masa depan

Harapan-harapan

partisipan untuk dirinya

dimasa yang akan

datang.

5 Analisis Penyebab

Masalah

Kemampuan partisipan

mengidentifikasi

penyebab masalah

dengan akurat.

Hasil analisis partisipan

tentang masalah yang

pernah dia alami.

6 Empati Kemampuan partisipan

memahami tanda-tanda

emosi dan psikologis

orang lain.

Sikap Empati partisipan

55

Tabel 3. Rambu-Rambu Wawancara Partisipan

7 Efikasi Diri Keyakinan partisipan

pada

diri sendiri untuk

mampu

menyelesaikan masalah

dengan efektif.

Cara partisipan dalam

menyelesaikan masalah

yang dihadapi.

8 Menemukan Jalan

Keluar dari

Permasalahan

Kemampuan partisipan

meningkatkan aspek

positif dalam dirinya

Cara partisipan dalam

meningkatkan aspek

positif dalam dirinya.

Tabel 4. Rambu-Rambu Wawancara Key-Informan

No Aspek Komponen Aspek yang diungkap

1 Latar Belakang Latar belakang keluarga

partisipan.

Penyebab perceraian

orang tua serta reaksi

awal partisipan saat

mengetahui orang tua

akan bercerai.

2 Regulasi Emosi Kemampuan partisipan

untuk tetap tenang

dibawah tekanan.

Emosi yang

dikeluarkan partisipan

saat mengetahui

perceraian orang tua.

3 Pengendalian Impuls Kemampuan partisipan

Mengendalikan

keinginan, dorongan,

ataupun tekanan

Hal yang dilakukan

partisipan ketika berada

dalam tekanan akibat

perceraian orang tua

4 Optimis Memiliki harapan yang

baik untuk masa depan

Harapan-harapan

partisipan untuk dirinya

dimasa yang akan

datang.

5 Analisis Penyebab

Masalah

Kemampuan partisipan

mengidentifikasi

penyebab masalah

dengan akurat.

Hasil analisis partisipan

tentang masalah yang

pernah dia alami.

6 Empati Kemampuan partisipan

memahami tanda-tanda

emosi dan psikologis

orang lain.

Sikap Empati partisipan

7 Efikasi Diri Keyakinan partisipan

pada

diri sendiri untuk

mampu

menyelesaikan masalah

dengan efektif.

Cara partisipan dalam

menyelesaikan masalah

yang dihadapi.

56

Tabel 4. Rambu-Rambu Wawancara Key-Informan

8 Menemukan Jalan

Keluar dari

Permasalahan

Kemampuan partisipan

meningkatkan aspek

positif dalam dirinya

Cara partisipan dalam

meningkatkan aspek

positif dalam dirinya.

Tabel 5. Pedoman Wawancara (Partisipan)

No Aspek Pertanyaan penelitian

1 Latar Belakang 1. Apakah anda tau penyebab orang tua anda

bercerai?

2. Sejak kapan anda mengetahui bahwa orang

tua anda akan bercerai?

3. Bagaimana respon pertama Anda saat

mengetahui orang tua anda akan bercerai?

4. Dampak apa saja yang anda rasakan sejak

orang tua anda bercerai?

2 Regulasi Emosi 1. Bagaimana cara anda mengatur perasaan

anda sejak orang tua anda bercerai?

2. Bagaimana cara anda mengelola perasaan

anda saat itu?

3 Pengendalian Impuls 1. Bagaimana anda mengelola setiap

dorongan ataupun tekanan yang muncul

sejak orang tua anda bercerai?

4 Optimis 1. Apa yang anda pikirkan tentang masa

depan anda sejak orang tua anda bercerai?

2. Bagaimana pandangan anda terkait masa

depan anda?

5 Analisis Penyebab

Masalah

1. Bagaimana perasaan anda ketika

menghadapi permasalahan terkait

perceraian orang tua anda?

2. Apa yang anda lakukan sebelum

menyelesaikan suatu masalah?

3. Apa masalah terberat yang pernah anda

alami dan bagaimana hal itu dapat terjadi?

4. Bagaimana cara anda memahami,

menghadapi dan menyelesaikan masalah

tersebut?

6 Empati 1. Bagaimana anda bisa merasakan apa yang

dirasakan orang tua anda saat itu? Seperti

apa? Jelaskan.

2. Apakah anda bisa memahami mengapa

orang tua anda harus bercerai?

7 Efikasi Diri 1. Sejauh ini, apakah anda yakin mampu

menyelesaikan setiap permasalahan yang

muncul? Seperti apa? Jelaskan.

57

Tabel 5. Pedoman Wawancara (Partisipan)

2. Bagaimana keyakinan anda ketika

menghadapi suatu masalah?

3. Seberapa besar anda yakin bahwa anda

mampu membawa hidup anda menuju

keberhasilan dan kesuksesan di masa

depan?

8 Reaching Out 1. Apa yang anda lakukan ketika anda

menghadapi permasalahan yang terus

muncul?

2. Bagaimana anda menangani permasalahan

tersebut?

3. Ketika anda mengalami kesulitan, apa

yang anda lakukan?

9 Faktor resiko 1. Menurut anda, hal apa saja yang

menghambat anda untuk bisa bangkit

menghadapi situasi yang ada?

2. Hal apa saja yang menghambat yang

berasal dari diri anda?

3. Apa saja pengaruh-pengaruh yang

sekiranya mampu membuat anda merasa

tidak mampu untuk menghadapi masalah

ini?

10 Faktor Protektif 1. Hal apa saja yang medukung anda untuk

bisa bangkit?

2. Apa saja yang anda lakukan guna untuk

mendukung diri anda sendiri untuk bangkit

dari situasi ini?

3. Apa saja kemampuan yang mungkin dapat

membantu anda dalam meningkatkan rasa

percaya diri anda?

4. Siapa yang menjadi motivasi anda

sehingga mampu membuat anda bangkit

dari masalah ini dengan baik?

5. Apakah anda mengikuti ekskul/ukm di

sekolah/kampus? Apakah teman-teman di

ekskul anda mampu memberikan

dukungan untuk anda?

Tabel 6. Pedoman Wawancara (Key Informan)

No Aspek Pertanyaan penelitian

1 Latar Belakang 1. Apakah anda tau penyebab orang tua

partisipan bercerai?

2. Sejak kapan partisipan mengetahui bahwa

orang tua partisipan akan bercerai?

58

Tabel 6. Pedoman Wawancara (Key Informan)

3. Bagaimana respon pertama partisipan saat

mengetahui orang tuanya akan bercerai?

4. Dampak apa saja yang partisipan rasakan

sejak orang tua partisipan bercerai?

2 Regulasi Emosi 1. Bagaimana cara partisipan mengatur

perasaannya sejak orang tuanya bercerai?

2. Bagaimana cara partisipan mengelola

perasaannya saat itu?

3 Pengendalian Impuls 1. Bagaimana partisipan mengelola setiap

dorongan ataupun tekanan yang muncul

sejak orang tuanya bercerai?

4 Optimis 1. Apa yang partisipan pikirkan tentang masa

depannya sejak orang tuanya bercerai?

2. Bagaimana pandangan partisipan terkait

masa depannya?

5 Analisis Penyebab

Masalah

1. Bagaimana perasaan partisipan ketika

menghadapi permasalahan terkait

perceraian orang tuanya?

2. Apa yang partisipan lakukan sebelum

menyelesaikan suatu masalah?

3. Apa masalah terberat yang pernah

partisipan alami dan bagaimana hal itu

dapat terjadi?

4. Bagaimana cara partisipan memahami,

menghadapi dan menyelesaikan masalah

tersebut?

6 Empati 1. Bagaimana partisipan bisa merasakan apa

yang dirasakan orang tuanya saat itu?

Seperti apa? Jelaskan.

2. Apakah partisipan bisa memahami

mengapa orang tuanya harus bercerai?

7 Efikasi Diri 1. Sejauh ini, apakah partisipan yakin mampu

menyelesaikan setiap permasalahan yang

muncul? Seperti apa? Jelaskan.

2. Bagaimana keyakinan partisipan ketika

menghadapi suatu masalah?

3. Seberapa besar partisipan yakin bahwa

partisipan mampu membawa hidupnya

menuju keberhasilan dan kesuksesan di

masa depan?

8 Reaching Out 1. Apa yang partisipan lakukan ketika

partisipan menghadapi permasalahan yang

terus muncul?

59

Tabel 6. Pedoman Wawancara (Key Informan)

2. Bagaimana partisipan menangani

permasalahan tersebut?

3. Ketika partisipan mengalami kesulitan, apa

yang partisipan lakukan?

9 Faktor resiko 1. Menurut anda, hal apa saja yang

menghambat partisipan untuk bisa bangkit

menghadapi situasi yang ada?

2. Hal apa saja yang menghambat yang

berasal dari diri partisipan?

3. Apa saja pengaruh-pengaruh yang

sekiranya mampu membuat partisipan

merasa tidak mampu untuk menghadapi

masalah ini?

10 Faktor Protektif 1. Hal apa saja yang medukung partisipan

untuk bisa bangkit?

2. Apa saja yang partisipan lakukan guna

untuk mendukung dirinya sendiri untuk

bangkit dari situasi ini?

3. Apa saja kemampuan yang mungkin dapat

membantu partisipan dalam meningkatkan

rasa percaya dirinya?

4. Siapa yang menjadi motivasi partisipan

sehingga mampu membuat partisipan

bangkit dari masalah ini dengan baik?

5. Apakah partisipan mengikuti ekskul/ukm

di sekolah/kampus? Apakah teman-teman

di ekskul partisipan mampu memberikan

dukungan untuk partisipan?

60

2. Pedoman Observasi

Observasi ini dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui

gambaran resiliensi partisipan dan lingkungan yang berhubungan dengan

resiliensi. Penyusunan pedoman observasi didahului dengan penyusunan

Rambu-Rambu pedoman observasi terlebih dahulu. Adapun Rambu-

Rambu observasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

OBSERVASI WAWANCARA

Partisipan (inisial) :

Hari/tanggal wawancara :

Waktu wawancara : s/d :

Tempat wawancara :

Tabel 7. Observasi Wawancara

No Hal-hal yang di observasi Penjelasan

1 Ekspresi partisipan

2 Intonasi/nada suara partisipan

selama wawancara

3 Bahasa tubuh partisipan selama

wawancara

4 Hal-hal yang sering dilakukan

selama wawancara

5 Penampilan fisik partisipan

6 Situasi dan suasana tempat

selama wawancara

7 Hal-hal yang menjadi kendala

selama wawancara

61

OBSERVASI LAPANGAN

Partisipan (inisial) :

Hari/tanggal wawancara :

Waktu wawancara : s/d :

Tempat wawancara :

Tabel 8. Observasi lapangan

No Komponen Aspek Yang

Diungkap

Penjelasan

1 Keadaan Psikologis Prilaku yang tampak

pada partisipan

2 Keadaan Jasmani Keadaan fisik yang

tampak pada

partisipan

3 Kehidupan Sosial Hubungan interaksi

partisipan

dilingkungan social.

Sikap dan perilaku

partisipan di

lingkungan social

62

I. Verifikasi Data

Uji keabsahan data pada penelitian ini menggunakan model

triangulasi. Triangulasi ialah kombinasi beragam sumber data, tenaga peneliti,

teori, dan teknik metodologis dalam suatu penelitian atas gejala sosial.

Menurut Patton (dalam Moleong, 2008), triangulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. Triangulasi metode digunakan untuk melakukan pengecekan

terhadap penggunaan metode pengumpulan data baik informasi yang didapat

dari wawancara, observasi, maupun dokumentasi (Burhan Bungin, 2011).

Menurut Patton (dalam Moleong, 2008), terdapat dua strategi dalam

triangulasi metode, yaitu pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian

dengan beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data melalui metode yang sama. Tujuan dari

triangulasi metode adalah mencari kesamaan data dengan metode yang

berbeda. Triangulasi diperlukan karena setiap teknik memiliki keunnggulan

dan kelemahannya sendiri, dengan demikian triangulasi memungkinkan

tangkapan realitas secara lebih valid.