BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain...
Mesy Mayangsari, 2014 PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN METODE TASK-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dipaparkan rencana penelitian, bagian-bagian yang akan
disampaikan meliputi metode penelitian dan desain penelitian, partisipan yang diambil
dari populasi, kemudian instrumen penelitian, prosedur penelitian yang akan
dilaksanakan, serta analisis data. Keseluruhan bagian dalam metode penelitian akan
dipaparkan sebagai berikut :
A. Pendekatan dan Desain penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk menguji efektivitas task-
based learning dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMAN 5
Bandung, dengan menggunakan desain penelitian quasi experiment. Dalam
pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan penelitian.
Tahap pertama yaitu studi pendahuluan dan perancangan konseptual instrumen
pengungkap kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Pada tahapan ini dilakukan
studi pendahuluan dan studi pustaka. studi pendahuluan dilakukan untuk mengkaji
secara empiric masalah yang sedang terjadi pada satt penelitian dilakukan, yang
kemudian hasilnya dijadikan dasar untuk mendeskripsikan masalah siswa dalam
komunikasi interpersonal. Cresswel (2012) mengemukakan langkah-langkah dalam
melakukan analisa data dalam penelitian kuantitatif diawali dengan mempersiapkan data
untuk dianalisa, kemudian melakukan analisis data, yang dalam pelaksanaannya
seringkali peneliti melakukan analisis deskriptif dari data yang diperoleh. Sedangkan
studi pustaka dilakukan untuk merumuskan konstruk (blue print) secara konseptual
instrumen kemampuan komunikasi interpersonal sebagai dasar dalam pelaksanaan
layanan. Kemudian setelah terbentuknya konstruk secara konseptual, selanjutnya yaitu
pengembangan dan pengujian ahli (expert judgement) terhadap instrumen penelitian.
Crocker dan Algina (1986) menyatakan proses pengembangan instrumen yang baik
melibatkan uji pakar/ expert judgment. Setelah dilakukan pengujian oleh pakar
dilanjutkan dengan uji keterbacaan yang hasilnya dijadikan sebagai revisi dan uji coba
terbatas untuk finalisasi dalam pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.
31
Tahap kedua yaitu pelaksanaan (intervensi). Pada tahapan ini penerapan
program layanan bimbingan kelompok Task-based Learning diuji kelayakannya sebagai
pedoman pelaksanaan layanan bimbingan oleh pakar dan praktisi. Setelah dianggap
layak dari hasil validasi tersebut, selanjutnya program Task-Based Learning di
implementasikan untuk mendapatkan data empiris mengeani keefektifan program.
Pengujian Task-Based Learning di lapangan dilakukan melalui metode
eksperimen kuasi untuk mengetahui keefektifan Task-Based Learning dalam
meningkatkan kemampuan interpersonal siswa. Prosedur pengujian lapangan yang
digunakan adalah pretest-posttest control group design (Happner, Wampold, dan
Kivlighan, 2008, hlm. 152). Pada desain ini, partisipan dikelompokan menjadi dua
kelompok yang satu berperan sebagai kelompok eksperimen karena menerima
perlakuan/ treatment berupa Task-Based Learning, sementara kelompok lainnya tanpa
eksperimen atau hanya menerima layanan bimbingan dan konseling konsensional
berupa metode ceramah dan diskusi, berperan sebagai kelompok kontrol.
Pada kedua kelompok menjalankan tes awal, kemudian kelompok eksperimen
diberikan perlakuan dengan task-based learning, sedangkan pada kelompok kontrol
diberikan pembelajaran secara konvensional, berupa ceramah dan diskusi. Metode
konvensional menuru Freire (1999) disebut juga sebagai metode tradisional,
pembelajaran yang berpusat pada guru, dan pembelajaran pasif, sumber belajar
berupa informasi verbal . Setelah diberikan intervensi, maka kedua kelompok akan
kembali diobservasi untuk melihat perubahan dalam komunikasi interpersonal siswa.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah intervensi task-based learning
berpengaruh terhadap komunikasi interpersonal siswa. Berikut ini desain penelitian
Pretest-Postest Control Group Design :
Keterangan :
O1,3 : Pre-test (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
E O1 X O2
K O3 - O4
32
O2,4 : Post-test (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
X : Task-based Learning
- : Pembelajaran Konvensional
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 5 Bandung tahun ajaran
2015/2016 yang berlokasi di Jalan Belitung no.8, Merdeka, Sumur Bandung,
Bandung, Jawa Barat.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan di SMAN 5 Bandung yang terletak di Jalan Belitung no.8,
Bandung, Jawa Barat. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh
siswa kelas XI SMAN 5 Bandung. Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu
sebagian dari siswa kelas XI SMAN 5 Bandung. pengambilan sampel dilakukan
dengan purposive sampling, dimana pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu (Creswell,2012). Kriteria sampel dalam penelitian ini siswa kelas XI SMAN
5 Bandung; berada dalam rentangan usia yang sama (masa remaja usia 13-18 tahun);
merupakan siswa dengan komunikasi interpersonal rendah; bersedia mengikuti
rangkaian kegiatan penelitian. Partisipan penelitian terdiri dari kelompok eksperimen
dan kelompok control, masing-masing kelompok sejumlah 2-8 siswa. Adapun
banyaknya anggota dalam penelitian ini adalah berjumlah 359 siswa yang terbagi
dalam 10 kelas yaitu :
Table 3.1
Populasi penelitian
No. Kelas Jumlah No. Kelas Jumlah
1 XI IPS A 44 6. XI IPA F 43
2 XI IPS B 43 7 XI IPA G 42
3 XI IPA C 43 8. XI IPA H 42
4 XI IPA D 42 9. XI IPA I 42
5 XI IPA E 42 10. XI IPA J 42
Total : 425 siswa
Setelah menentukan populasi penelitian, langkah selanjutnya yaitu menentukan
sampel penelitian. Furqon (1997, hlm. 135) menyatakan sampel adalah bagian dari
33
suatu populasi, yang terdiri atas sejumlah satuan analisis yang merupakan bagian dari
keseluruhan anggota populasi. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan
teknik purposive sampling. Pemilihan teknik purposive sampling ini dilakukan atas
dasar pertimbangan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal populasi penelitian
yang berada pada tingkatan rendah yang diungkap melalui instrumen kemampuan
komunikasi interpersonal. Pada penelitian eksperimen kuasi ini pengambilan sampel
menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar (intact group) untuk diberi
treatment atau intervensi, bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak.
Pengambilan sampel secara purposive bertujuan agar sampel yang diambil dari
populasinya "representative" (mewakili), sehingga dapat diperoleh informasi yang
cukup untuk mengestimasi populasinya. Adapun banyaknya sampel dalam penelitian
ini adalah 16 siswa yang tersebar dalam 10 kelas dengan rincian sebagai berikut :
Table 3.2
Sampel penelitian
No Nama Kelas
1 A.D B
2 I.H B
3 J.Z B
4 RFL D
5 PRL B
6 D.A C
7 D.S C
8 D.Z D
9 D.D B
10 S.L B
11 S.A C
12 B.N C
13 A.Y C
14 R.R H
15 S.S H
16 A.Z D
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian terdiri atas dua variabel yaitu pertama komunikasi
interpersonal sebagai varibel terikat dan kedua task-based learning sebagai variabel
bebas.
1. Kemampuan komunikasi Interpersonal
34
Variabel pertama komunikasi interpersonal menurut Devito (2013:hlm.4),
komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Kemudian Solomon (2013:hlm.5) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal
mengacu kepada komunikasi yang terjadi antara orang-orang dan menciptakan
ikatan secara pribadi atau lebih dekat dan lebih nyaman dalam berinteraksi
diantara mereka yang terjadi secara berkesinambungan (continue). Berdasarkan
definisi yang telah diapaparkan dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal merupakan interaksi yang memerlukan proses dan timbal balik,
dilakukan dari satu orang ke orang lain melalui sebuah pesan atau informasi.
Aspek-aspek dalam komunikasi interpersonal yaitu:
a. Fidelity. Fidelity mengacu pada kejelasan pesan. Sejauh mana makna dapat
disimpulkan dengan benar melalui symbol-simbol. Fidelity terjadi ketika
penerima dapat menerima, mendengar, memahami, dan menafsirkan makna
secara tepat.
b. Appropriateness. Kelayakan berkaitan dengan kesesuaian komunikasi dengan
situasi. Komunikasi interpersonal dipandu oleh aturan-aturan social, yang
menentukan apakah tindakan tersebut diharapkan, disukai, sesuai dalam
batasan masyarakat.
c. Satisfaction. Kepuasan, berkaitan dengan komunikasi yang kompeten juga
menyenangkan. Reaksi-reaksi yang diberikan oleh penerima setelah
berkomunikasi, mungkin diberikan energy, senangm diremehkan, diabaikan.
d. Effectiveness. Efektivitas dalam berkomunikasi apakah pemberi informasi
melakukan tujuan dalam hal mempengaruhi, belajar, membantu, berhubungan
atau sesuai, dan bermain dalam pesan yang disampaikan.
e. Efficiency. Efisiensi berkaitan dengan seberapa banyak pemberi menghasilkan
informasi dengan wajar atau tidak berlebihan, sesuai kebutuhan.
f. Ethics. Etika merupakan pertimbangan penyampaian pesan atau interaksi
sesuai moral, dengan rasa hormat.
Variabel kedua Task-based learning menurut Willis (1996: hlm. 23) menyatakan
bahwa Task didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa/learner untuk
35
tujuan komunikatif yang dirancang dengan menggunakan tata bahasa, sehingga
tujuan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal dapat tercapai. Sedangkan
menurut Nunan (2001:hlm.10) tugas melibatkan penggunaan bahasa yang
komunikatif dimana perhatian difokuskan kepada tujuan dan pengertian
dibandingkan dengan struktur linguistic. Lebih lanjut lagi Nunan menegaskan bahwa
tugas yang komunikatif sebagai bagian dari kelas yang melibatkan pesera didik
dalam memahami, memanipulasi, memproduksi atau berinteraksi dalam bahasa, dan
fokus kepada perhatian siswa dibandingkan bentuk tugas tersebut. Berdasarkan
paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Task-Based Learning adalah proses
kegiatan yang komunikatif dengan tujuan tertentu (meningkatkatkan kemampuan
komunikasi interpersonal) menggunakan tata bahasa, sehingga tujuan dapat tercapai.
Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa jenis task-based learning dalam
meningkatkan kemampuan interpersonal siswa, yaitu :
a. Listing
Listing diunakan untuk praktik menggeneralisasi tugas yang diberikan kepada
siswa untuk menjelaskan tentang ide-ide yang ada dalam pemikirannya, yang hasil
akhirnya berupa mind map. Prosesnya termasuk dengan brain storming dan fact
finding.
b. Ordering and sorting
Melibatkan 4 proses utama, tindakan atau peristiwa dalam urutan logis atau
kronologis; tingkatan jenis sesuai dengan nilai-nilai pribadi atau kriteria yang
ditentukan; pengkategorian jenis dalam kelompok tertentu diberikan judul;
klasifikasi jenis dengan cara berbeda dimana kategori tidak diberikan perbandingan.
c. Comparing
Tugas ini melibatkan membandingkan informasi yang sifatnya serupa namun
dari sumber yang berbeda atau versi untuk mengidentifikasi poin umum dan / atau
perbedaan. Proses tersebut: cocok untuk mengidentifikasi titik-titik tertentu dan
menghubungkannya satu sama lain; menemukan persamaan dan kesamaan;
menemukan perbedaan
d. Problem solving
Pemecahan masalah tugas membuat tuntutan pada kekuatan orang intelektual
dan penalaran, dan, meskipun menantang, mereka menarik dan sering memuaskan
36
untuk memecahkan. proses dan waktu skala akan sangat bervariasi tergantung pada
kompleksitas jenis ans masalah.
klasifikasi dalam Lampiran A mulai dengan teka-teki pendek seperti masalah logika.
masalah kehidupan nyata mungkin melibatkan mengungkapkan hipotesis,
menggambarkan pengalaman, membandingkan alternatif dan mengevaluasi dan
menyetujui solusi
e. Sharing personal experiences
Tugas ini mendorong siswa untuk berbicara lebih bebas tentang diri mereka
sendiri dan berbagi pengalaman mereka dengan lainnya. interaksi yang dihasilkan
lebih dekat dengan percakapan sosial biasa dalam hal itu tidak begitu langsung
berorientasi pada tujuan seperti dalam tugas lainnya. karena alasan itu,
bagaimanapun, tugas-tugas terbuka mungkin lebih sulit untuk pergi di dalam kelas.
f. Creative tasks
Tugas ini disebut juga proyek dan atau kombinasi grup yang melakukan
kegiatan yang kreatif. Kegiatan meliputi kombinasi dari berbagai tipe tugas seperti
listing,ordering, sorting,comparing, dan problem solving dan suatu waktu apabila
dibutuhkan penelitian di luar kelas. Kemampuan dalam mengorganisasi dan
kerjasama tim sangat penting untuk menyelesaikan tugas.
Berdasarkan paparan macam-macam tugas diatas dapat disimpulkan bahwa
tugas terdiri dari 6 macam yaitu listing, ordering and sorting, comparing, problem
solving, sharing personal experience, dan creative tasks.
Dalam penelitian ini jeis Task-Based Learning yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan interpersonal yaitu listing, ordering and sorting, sharing personal
experience, dan creative tasks. Pemilihan jenis tugas didasarkan pada kriteria aspek
Komunikasi Interpersonal untuk berlatih secara langsung, dan juga sesuai dengan
perkembangan kognitif remaja kelas XI SMAN 5 Bandung.
2. Proses pengembangan instrumen penelitian
Dalam penelitian ini pengumpulan data akan digunakan dengan menggunakan
instrumen komunikasi interpersonal yang diberikan pada sampel penelitian. Data
yang dikumpulkan dari penelitian ini merupakan data yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Instrumen ini
dikembangkan dari aspek-aspek komunikasi interpersonal yang dikemukakan
37
oleh Denise Solomon (2013: hlm.16). Instrumen kemampuan komunikasi
interpersonal ini menggambarkan kemampuan komunikasi interpersonal dari
sudut pandang komunikator (individu yang menyampaikan pesan/informasi).
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dengan model
skala guttman. Skala Guttman menurut Sugiyono (2010:96) merupakan skala
sikap yang hasil jawabannya bersifat tegas, yaitu ya-tidak. Instrumen ini
disajikan dalam bentuk angket dan setiap pernyataannya diberikan dua pilihan
jawaban, yaitu Ya (Y) dan Tidak (T). Pada pernyataan dengan pilihan jawaban
Ya (Y) diberi skor 1, dan jika pilihan jawaban pada Tidak (T) diberi skor 0 (nol).
Berikut merupakan tampilan skor pada skala guttman pada table 3.3 di bawah ini
:
Tabel 3.3
Pola Penyekoran Butir Pernyataan Instrumen Pengungkap Kemampuan
Komunikasi Interpersonal siswa SMA kelas XI
Pernyataan
Pilihan
Ya (Y) Tidak (T)
Positif (+) 1 0
Negatif (-) 0 1
Adapun kisi-kisi instrumen kemampuan komunikasi interpersonal, dapat dilihat
pada table berikut:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Kelas XI SMA
(Sebelum Uji Coba)
No. Aspek Deskriptor Indicator Nomor
+ -
1. Fidelity
(Kejelasan)
Kejelasan pesan yaitu
komunikator dapat
menyampaikan pesan
secara akurat kepada
lawan bicara.
Komunikator
menggunakan
singkatan dan
akronim untuk
menyederhanakan
pesan kepada lawan
bicara
1,2 3
38
Komunikator dapat
menggunakan symbol
saat menyampaikan
pesan kepada lawan
bicara
4 5,6
2. Appropriat
eness
(Kelayakan
/kesesuaian
)
Kelayakan yaitu pesan
yang disampaikan
komunikator sesuai
dengan situasi.
Situasi tersebut
meliputi aturan-aturan
social yang berada
dalam suatu
komunitas atau
kelompok
Komunikator dapat
menentukan pesan
yang diharapkan oleh
komunikan
7,8 9,10
Komunikator dapat
menentukan pesan
yang disukai oleh
komunikan
11,12 13
Komunikator dapat
menentukan batasan
pesan (off-limit) pada
komunikan
14,15 16,17
3. Satisfactio
n
(Kepuasan)
Kepuasan yaitu
komunikator dapat
membuat interaksi
yang memuaskan
dengan
memperhatikan sudut
pandang
komunikan;komunikat
or membuat
komunikan menjadi
responsive ;dan
mengkondisikan
suasana yang positif.
Komunikator dapat
membuat interaksi
yang memuaskan
dengan
memperhatikan sudut
pandang komunikan
18,19 20,21
Komunikator dapat
membuat komunikan
menjadi responsif
22,23 24
39
Komunikator dapat
mengkondisikan
suasana yang positif
25,26 27,28
4. Effectivene
ss
(efektivitas
)
Efektivitas yaitu
komunikator dapat
menyampaikan pesan
sesuai dengan
tujuannya.
Tujuan tersebut
termasuk untuk
belajar;
menolong,nasehat/sara
n;
berhubungan;bermain
Komunikator dapat
menyampaikan pesan
yang bertujuan untuk
belajar
29 30
Komunikator dapat
menyampaikan pesan
yang bertujuan untuk
menolong
31 32
Komunikator dapat
menyampaikan pesan
yang bertujuan untuk
saran
33,34 35
Komunikator dapat
menyampaikan pesan
yang bertujuan untuk
menghubungkan
36,37 38
40
Komunikator dapat
menyampaikan pesan
yang bertujuan untuk
bermain
39,40 41,42
5. Efficiency.
(efisiensi)
Efisiensi yaitu apabila
komunikator dapat
menghasilkan output
dari komunikasi
interpersonal sesuai
dengan usahanya,
tanpa ada rekayasa
dari komunikator
Komunikator dapat
mengelola tujuan
komunikasi dengan
efisien
43 44
6. Ethics
(Etika)
Etika yaitu
komunikator membuat
nilai-nilai dan asumsi
sebagai panduan
moral yang jelas
kepada orang lain, dan
menunjukkan rasa
hormat terhadap nilai-
nilai dan asumsi yang
lain orang
mengekspresikan
Komunikator
menggunakan nilai-
nilai yang dianut oleh
masyarakat
45 46
komunikator dapat
menggunakan strategi
dalam menyampaikan
pesan sesuai dengan
nilai-nilai yang dianut
oleh oranglain
47 48
3. Pengujian Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Uji validitas pada dasarnya menunjukan pada tingkat ketepatan dalam
mengungkap data yang seyogianya diungkap (Rakhmat dan Solehuddin,
2006, hlm, 21). Adapun langkah uji validitas instrumen pengungkap
kemampuan komunikasi interpersonal siswa yaitu melakukan uji pakar atau
praktisi bimbingan dan konseling dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
kelayakan instrumen baik dari segi bahasa, isi dan konstruk dari setiap item
41
pernyataan. Penimbangan instrumen kemampuan membuat pilihan dilakukan
oleh tiga orang pakar bergelar Profesor dan Doktor dalam bidang bimbingan
dan konseling, pemilihan ketiga validator ditentukan berdasarkan keahlian
dalam instrumen serta keahlian dalam bidang bimgingan dan konseling.
Instrumen yang ditimbang oleh para pakar diklasifikasikan ke dalam dua
kategori yaitu setuju dan tidak setuju dengan adanya tambahan saran. Setuju
berarti butir instrumen bisa langsung digunakan dan tidak setuju berarti
memiliki dua arti yakni butir instrumen tersebut tidak layak digunakan atau
harus dibuang dan bisa digunakan tetapi harus diperbaiki terlebih dahulu
sesuai dengan hasil penimbangan. Selanjutnya, hasil penimbangan kelayakan
instrumen oleh para pakar dijadikan sebagai landasan dalam penyempurnaan
instrumen yang telah disusun. Setelah dilakukan uji kelayakan instrumen
penelitian oleh pakar langkah selanjutnya adalah dengan menghitung
koefisien korelasi skor setiap butir item dengan menggunakan teknik
pengolahan statistik yakni Pearson Correlation. Penghitungan validitas butir
pernyataan dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 14.0 for
windows (hasil terlampir). Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh butir
pernyataan yang tidak valid berjumlah 11 butir. Oleh karena itu jumlah item
instrumen yang semula berjumlah 48 item setelah diujicoba berkurang
menjadi 37 item.
Adapun hasil dari uji validitas instrumen penelitian untuk masing-masing
item dipaparkan dalam Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5
Hasil Validitas Instrumen
Item Valid 4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,17,20,21,22
,23,24,25,26,27,30,31,32,33,34,35,
36,37,38,39,40,42,43,44,45,46,47,4
8
37 item
pernyataan
Item Tidak Valid
dan dihilangkan
1,2,3,12,15,16,18,19,28,29,41 11 item
pernyataan
Item-item yang tidak valid tersebut dihilangkan sehingga jumlah item
sebelum uji coba 48 item berkurang menjadi 37 item yang digunakan untuk
mengungkap kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Berikut
merupakan kisi-kisi intrumen penelitian setelah dilakukan uji coba (Posttest)
pada table 3.6:
42
Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa kelas XI SMA
(Setelah Uji Coba)
No. Aspek Deskriptor Indicator
Nomor
+ -
1. Fidelity
(Kejelasan)
Kejelasan pesan yaitu
komunikator dapat
menyampaikan pesan
secara akurat kepada
lawan bicara.
Komunikator dapat
menggunakan
symbol saat
menyampaikan
pesan kepada lawan
bicara
1 2,3
2. Appropriaten
ess
(Kelayakan
/kesesuaian)
Kelayakan yaitu pesan
yang disampaikan
komunikator sesuai
dengan situasi. Situasi
tersebut meliputi aturan-
aturan social yang
berada dalam suatu
komunitas atau
kelompok
Komunikator dapat
menentukan pesan
yang diharapkan
oleh komunikan
4,5 6,7
Komunikator dapat
menentukan pesan
yang disukai oleh
komunikan
8 9
Komunikator dapat
menentukan batasan
pesan (off-limit)
pada komunikan
10 11
43
3. Satisfaction
(Kepuasan)
Kepuasan yaitu
komunikator dapat
membuat interaksi yang
memuaskan dengan
memperhatikan sudut
pandang
komunikan;komunikator
membuat komunikan
menjadi responsive ;dan
mengkondisikan suasana
yang positif.
Komunikator dapat
membuat interaksi
yang memuaskan
dengan
memperhatikan
sudut pandang
komunikan
- 12,13
Komunikator dapat
membuat komunikan
menjadi responsif
14,15 16
Komunikator dapat
mengkondisikan
suasana yang positif
17,18 19
4. Effectiveness
(efektivitas)
Efektivitas yaitu
komunikator dapat
menyampaikan pesan
sesuai dengan tujuannya.
Tujuan tersebut
termasuk untuk belajar;
menolong,nasehat/saran;
berhubungan;bermain
Komunikator dapat
menyampaikan
pesan yang bertujuan
untuk belajar
- 20
Komunikator dapat
menyampaikan
pesan yang bertujuan
untuk menolong
21 22
44
Komunikator dapat
menyampaikan
pesan yang bertujuan
untuk saran
23,24 25
Komunikator dapat
menyampaikan
pesan yang bertujuan
untuk
menghubungkan
26,27 28
Komunikator dapat
menyampaikan
pesan yang bertujuan
untuk bermain
29,30 31
5. Efficiency.
(efisiensi)
Efisiensi yaitu apabila
komunikator dapat
menghasilkan output
dari komunikasi
interpersonal sesuai
dengan usahanya, tanpa
ada rekayasa dari
komunikator
Komunikator dapat
mengelola tujuan
komunikasi dengan
efisien
32 33
6. Ethics
(Etika)
Etika yaitu komunikator
membuat nilai-nilai dan
asumsi sebagai panduan
moral yang jelas kepada
orang lain, dan
menunjukkan rasa
hormat terhadap nilai-
nilai dan asumsi yang
Komunikator
menggunakan nilai-
nilai yang dianut
oleh masyarakat
34 35
45
lain orang
mengekspresikan
komunikator dapat
menggunakan
strategi dalam
menyampaikan
pesan sesuai dengan
nilai-nilai yang
dianut oleh oranglain
36 37
b. Uji Realibilitas
Uji realibilitas menunjukkan kepada tingkat keteparan atau kemantapan
(Rakhmat dan Solehuddin, 2006, hlm. 21). Dalam artian sejauh mana
instrumen dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak
berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda secara
berkali-kali.
Uji reliabilitas instrumen ini menggunakan rumus dari Guttman Split-
half. Proses pengujian reliabilitas instrumen ini dilakukan secara statistik
memakai bantuan perangkat lunak SPSS 14.0 for windows. Sebagai kriteria
untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi sebagai berikut.
Tabel 3.7
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
Kriteria Kategori
0.91-1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi
0.71-0.90 Derajat keterandalan tinggi
0.41-0.71 Derajat keterandalan sedang
0.21-0.41 Derajat keterandalan rendah
< 20 Derajat keterandalan sangat rendah
Rakhmat dan Solehuddin (2006, hlm. 74)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai reliabilitas dari tiap variable yang
dapat dilihat dalam Tabel 3.8 berikut :
Tabel 3.8
Reliabilitas Instrumen
Guttman N of Items
.722
50
46
Berdasarkan pada pedoman di atas, nilai realibilitas instrumen
kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebesar 0,722 berada pada
kategori derajat keterandalan tinggi. Hal ini membuktikan bahwa instrumen
penelitian dapat digunakan untuk mengungkap tingkat kemampuan
komunikasi interpersonal siswa.
E. Pengembangan program layanan Task-Based Learning
Program layanan Task-Based Learning dalam penelitian ini merupakan layanan
dasar bimbingan yaitu lyanan untuk membantu siswa melalui pengalaman langsung
berstruktur secara klasikal maupun kelompok, hal ini sejalan dengan
pengembangan kemampuan interpersonal siswa salah satunya dengan praktek
secara langsung. Fokus pengembangan layanan dasar ini mencakup indicator
dalam setiap aspek kemampuan komunikasi interpersonal.
1. Struktur program
Pada struktur program terdiri dari; a) rasional; b) deskripsi kebutuhan; c) visi
dan misi program; d) komponen program; e) bidang layanan; f) peran guru
pembimbing; g) rencana operasional program; h) pengembangan tema/ topik
layanan; i) tahapan pelaksanaan program; j) pengembangan RPLBK; dan k)
evaluasi pelaporan dan tindak lanjut.
2. Isi program
Program bimbingan merupakan proses bantuan memfasilitasi siswa agar dapat
memiliki pemahaman tentang dirinya, mengembangkan potensi dirinya dan
dapat memecahkan masalah-masalah yang dialaminya terutama dalam bidang
pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk membantu
individu dalam emmecahkan masalah-masalah pribadi-sosial (Syamsu Yusuf,
2005:hlm.11). kegiatan pengembangan dilakukan melalui layanan Task-Based
Learning. Kegiatan layanan bimbingan dilakukan di perpustakaan dengan
durasi waktu 1x pertemuan selama 45 menit.
3. Uji kelayakan program
47
Program layanan Task-Based Learning untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebelum diimplementasikan
terlebih dahulu diuji kelayakannya oleh pakar dan praktisi. Pakar dan praktisi
yang dilibatkan dalam uji kelayakan program Task-Based Learning ini adalah
sebanyak dua orang praktisi dalam bidang bimbingan dan konseling dan dua
orang pakar dalam bimbingan dan konseling. Pelaksanaan uji kelayakan
program menggunakan metode peramalan kualitatif (non-statistik). Tahapan
dimulai dengan menyerahkan rancangan program kepada para pakar dan
praktisi untuk diberi masukan/ rekomendasi, merangkum hasil rekomendasi
para pakar dan praktisi, memperbaiki rancangan program berdasarkan masukan
dari para pakar dan praktisi. Hasil validasi menunjukan adanya beberapa
perbaikan (revisi) pada program, akan tetapi pada dasarnya program dapat
direkomendasikan untuk diimplementasikan. Perbaikan tersebut mencakup
sistematika program, pada bagian susunan tahapan, tahapan pelaksanaan
program agar dibuat lebih operasional lagi, dan redaksi dalam penulisan kalimat
yang digunakan dalam program.
4. Tahap pelaksanaan program
Tahapan pelaksanaan program Task-Based Learning untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa adalah terangkum dalam Tabel 3.9
berikut.
Tabel 3.9
Tahap Pelaksanaan Program Task-Based Learning untuk Mengembangkan
Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
No Tahapan Kegiatan Sistem Penunjang
1. Asesmen kebutuhan Instrumen kemampuan
komunikasi interpersonal
2. Perencanaan program Gambaran umum kemampuan
komunikasi interpersonal
3. Implementasi pelaksanaan
program
SKLBK (terlampir)
4. Evaluasi hasil Instrumen kemampuan
komunikasi interpersonal
5. Tindak lanjut Hasil evaluasi pelaksanaan
rogram (program layanan task-
based learning yang efektif
untuk kemampuan komunikasi
48
interpersonal)
F. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan
persiapan; pelaksanaan; dan pelaporan. Berikut merupakan langkah-langkah
penelitian secara keseluruhan pada table 3.10 :
Tabel 3.10
Prosedur dan Tahapan Penelitian
Tahap
Penelitian Kegiatan
Indikator Hasil yang
Dicapai
Tahap I :
Pendahuluan
Identifikasi masalah dengan
melakukan studi lapangan untuk
mengungkap kemampuan
komunikasi interpersonal siswa.
Perumusan instrumen
kemampuan komunikasi
interpersonal siswa.
Pengujian instrumen, dengan
melakukan uji pakar, uji
validitas dan reliabilitas untuk
menghasilkan instrumen yang
terstandar.
Ujian proposal penelitian dan
pengajuan dosen
pembimbing.
Tersusunnya kisi-kisi
instrumen penelitian
(sebelum uji coba).
Tersusunnya instrumen
penelitian yang terstandar
(teruji validitas dan
reliabilitasnya).
Tahap II :
Pelaksanaan
Penyusunan program hipotetik
task-based learning.
Pengujian kelayakan pedoman
hipotetik program task-based
learning oleh praktisi.
Pengujian atau pelaksanaan
program task-based learning.
Tersusunnya rancangan
program task-based learning.
Dihasilkannya program
bimbingan task-based
learning yang layak
diimplementasikan
Diperoleh data empirik
mengenai keefektifan
program task-based
learning. untuk
meningkatkan kemampuan
komunikasi interpersonal
49
Revisi program task-based
learning.
siswa
Diperoleh program task-
based learning.yang efektif
untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi
interpersonal siswa
Tahap III :
Hasil dan
pelaporan
Melaporkan hasil penelitian
dalam bentuk draft tesis yang
terangkum dalam BAB I-V.
Laporan akhir tepat waktu
dalam bentuk Ujian tahap I
dan Ujian tahap II.
G. Teknik analisis data penelitian
Data penelitian yang diperoleh merupakan data mengenai kemampuan
komunikasi interpersonal siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi data yang data tes awal (pretest) dan data tes akhir (posttest)
dari kelompok eksperimen dan kontrol. Data dianalisis untuk menjawab pertanyaan
penelitian, baik tentang gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal
siswa, rumusan program layanan Task-Based Leraning untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa, dan efektivitas Task-Based Leraning
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Pengolahan data
menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service Solution)
Statistics 14.0 for windows.
Hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah berbentuk hipotess
komparatif dua sampel berpasangan, dimana H0= tidak terdapat perbedaan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan setelah diberikan
program layanan Task-Based Learning. Sedangkan Ha dalam penelitian ini adalah
terdapat perbedaan kemampuan komunikasi interpersonal sebelum dan setelah
diberikan program layanan Task-Based Learning. Pengambilan keputusan dalam
pengujian hipotesis (menolak atau menerima hipotesis nol) antara lain didasarkan
pada derajat keyakinan (level of significance) yang besarnya sama dengan 1- α di
mana besarnya nilai α = 0,05.
Prosedur statistika dipakai untuk pengujian hipotesis penelitian adalah dengan
menggunakan metode statistika non-parametrik. Penggunaan metode statistika
non-parametrik karena anlisa data yang digunakan berbentuk data nominal (Furqon,
2002: 235). Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan, maka untuk menguji
50
efektivitas program yang dilaksanakan adalah dengan menggunakan uji t
(Sugiyono, 2004: 8-9). Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Verifikasi data
Verifikasi data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan jumlah angket sebelum
dan sesudah disebarkan kepada responden. Pemeriksaan kelengkapan dilakukan
juga pada kelengkapan responden mengisi data yang dibutuhkan yaitu data
identitas responden sesuai dengan kelas masing-masing dan pilihan jawaban
responden terhadap item pernyataan dalam instrumen kemampuan komunikasi
interpersonal.
2. Penyekoran
Penyekoran instrumen dalam penelitian ini disusun dalam bentuk data nominal.
Penyekoran dilakukan pada setiap respon jawaban yang dipilih oleh siswa.
Untuk pernyataan positif siswa diberi skor 1 apabila memilih dengan sesuai dan
tidak sesuai mendapatkan skor 0, kemudian sebaliknya apabila siswa memilih
item pernyataan negative dengan jawaban ya diberikan skor 0, dan skor 1 untuk
jawaban tidak.
3. Pengelompokan data
Kemudian, setelah seluruh data terkumpul adalah mengolah dan
menganalisis data sebagai bahan acuan dalam menyusun program Task-Based
Learning. Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen
pengungkap kemampuan komunikasi interpersonal, kemudian diolah dengan
menetapkan ke dalam tiga kategori kemampuan komunikasi interpersonal,
kategiri kemampuan komunikasi interpersonal tersebut dibagi pada kategori
kategori baik (tinggi), cukup baik, dan kurang baik (rendah) yang dikonversikan
dengan menggunakan batas lulus aktual. Adapun analisis profil kemampuan
komunikasi interpersonal dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan Skor maksimal yang diperoleh siswa
b) Menentukan Skor minimal yang diperoleh siswa
c) Mencari rentang skor yang diperoleh siswa dengan rumus:
Rentang skor = Skor maksimal – skor minimal
d) Menghitung Banyak Kelas = 1 + 3,3 (log n)
51
e) Menghitung Panjang Kelas = rentang : banyak kelas
f) Memasukkan data siswa ke dalam tabel frekuensi
g) Mencari rata-rata aktual dengan rumus:
Keterangan:
Xi = Rata-rata terduga. Yang dijadikan rata-rata terduga adalah titik
tengah dari kelas interval yang terbanyak frekuensinya atau
kelas interval yang berada di tengah-tengah.
p = panjang kelas interval
d = selisih titik tengah kelas interval dari Xi dibagi p
(Sudjana, 1996, hlm. 71)
a) Mencari simpangan, dengan rumus
b) Mengelompokkan data menjadi tiga kategori dengan pedoman sebagai berikut.
Tabel 3.11
Kategorisasi Kemampuan komunikasi interpersonal siswa SMA
No. Interval Kategori
1. (µ + 1,0 ) < X Baik (Tinggi)
2. ( µ - 1,0 ) < X < ( µ + 1,0 ) Cukup Baik (Sedang)
3. X < (µ - 1,0 ) Kurang Baik (Rendah)
Sumber: (Azwar, 2010, hlm. 109)
Tabel 3.12
Kategori Tingkat Kemampuan komunikasi interpersonal
siswa kelas XI SMA
Kategori Rentang
Skor Kualifikasi
Tinggi ≥ 23 Siswa pada kategori ini sudah memiliki kemampuann
komunikasi interpersonal yang tinggi pada aspek
kejelasan,kesesuaian,kepuasan,
efisiensi,efektifitas,dan etika. Hal tersebut
menggambarkan bahwa siswa mampu berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya dengan menggunakan
simbol; memahami tujuan dan penyampaian pesan
52
kepada lawan bicara; ; memahami nilai-nilai yang
dimiliki oleh diri sendiri maupun lawan bicara; bisa
menempatkan diri sesuai dengan nilai yang berlaku
sehingga siswa dapat berinteraksi secara terus-
menerus tanpa adanya kesulitan. Indikator dalam
komunikasi interpersonal dapat terpenuhi tanpa
adanya kesulitan yang berarti.
Cukup
Baik
(sedang)
19-23 Siswa pada kategori ini memiliki kemampuan
komunikasi interpersonal sedang pada setiap aspek
yaitu kejelasan, kesesuaian, kepuasan, efisiensi,
efektifitas, dan etika. Hal tersebut menggambarkan
bahwa siswa cukup mampu membuat interaksi dengan
lingkungan sekitar dan membina hubungan secara
baik dengan menggunakan feedback dan adaptasi
sesuai dengan lingkungan sekitar; mampu memahami
kondisi lingkungan sekitar mampu menerapkan tujuan
dan nilai-nilai yang dianut diri sendiri dan oranglain
untuk tercapaianya tujuan di awal penyampaian pesan;
penggunaan bahasa, simbol, akronim dll
Kurang
Baik
(rendah)
≤ 19 Siswa pada kategori ini memiliki kemampuan
komunikasi interpersonal yang rendah pada setiap
aspeknya. Hal tersebut menggambarkan bahwa siswa
belum mampu menjalin hubungan dengan nyaman dan
secara berkelanjutan dengan lingkungan sekitarnya.
Siswa mempunyai kecenderungan belum dapat
menentukan tujuan dan penyampaian pesan secara
tepat kepada lawan bicara, tidak dapat mengetahui
bahasa,simbol, akronim yang tepat digunakan pada
lawan bicara dalam kondisi tertentu.