BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain...

23
Mesy Mayangsari, 2014 PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN METODE TASK-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan rencana penelitian, bagian-bagian yang akan disampaikan meliputi metode penelitian dan desain penelitian, partisipan yang diambil dari populasi, kemudian instrumen penelitian, prosedur penelitian yang akan dilaksanakan, serta analisis data. Keseluruhan bagian dalam metode penelitian akan dipaparkan sebagai berikut : A. Pendekatan dan Desain penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk menguji efektivitas task- based learning dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMAN 5 Bandung, dengan menggunakan desain penelitian quasi experiment. Dalam pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan penelitian. Tahap pertama yaitu studi pendahuluan dan perancangan konseptual instrumen pengungkap kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Pada tahapan ini dilakukan studi pendahuluan dan studi pustaka. studi pendahuluan dilakukan untuk mengkaji secara empiric masalah yang sedang terjadi pada satt penelitian dilakukan, yang kemudian hasilnya dijadikan dasar untuk mendeskripsikan masalah siswa dalam komunikasi interpersonal. Cresswel (2012) mengemukakan langkah-langkah dalam melakukan analisa data dalam penelitian kuantitatif diawali dengan mempersiapkan data untuk dianalisa, kemudian melakukan analisis data, yang dalam pelaksanaannya seringkali peneliti melakukan analisis deskriptif dari data yang diperoleh. Sedangkan studi pustaka dilakukan untuk merumuskan konstruk (blue print) secara konseptual instrumen kemampuan komunikasi interpersonal sebagai dasar dalam pelaksanaan layanan. Kemudian setelah terbentuknya konstruk secara konseptual, selanjutnya yaitu pengembangan dan pengujian ahli (expert judgement) terhadap instrumen penelitian. Crocker dan Algina (1986) menyatakan proses pengembangan instrumen yang baik melibatkan uji pakar/ expert judgment. Setelah dilakukan pengujian oleh pakar dilanjutkan dengan uji keterbacaan yang hasilnya dijadikan sebagai revisi dan uji coba terbatas untuk finalisasi dalam pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain...

Mesy Mayangsari, 2014 PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN METODE TASK-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan rencana penelitian, bagian-bagian yang akan

disampaikan meliputi metode penelitian dan desain penelitian, partisipan yang diambil

dari populasi, kemudian instrumen penelitian, prosedur penelitian yang akan

dilaksanakan, serta analisis data. Keseluruhan bagian dalam metode penelitian akan

dipaparkan sebagai berikut :

A. Pendekatan dan Desain penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk menguji efektivitas task-

based learning dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMAN 5

Bandung, dengan menggunakan desain penelitian quasi experiment. Dalam

pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan penelitian.

Tahap pertama yaitu studi pendahuluan dan perancangan konseptual instrumen

pengungkap kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Pada tahapan ini dilakukan

studi pendahuluan dan studi pustaka. studi pendahuluan dilakukan untuk mengkaji

secara empiric masalah yang sedang terjadi pada satt penelitian dilakukan, yang

kemudian hasilnya dijadikan dasar untuk mendeskripsikan masalah siswa dalam

komunikasi interpersonal. Cresswel (2012) mengemukakan langkah-langkah dalam

melakukan analisa data dalam penelitian kuantitatif diawali dengan mempersiapkan data

untuk dianalisa, kemudian melakukan analisis data, yang dalam pelaksanaannya

seringkali peneliti melakukan analisis deskriptif dari data yang diperoleh. Sedangkan

studi pustaka dilakukan untuk merumuskan konstruk (blue print) secara konseptual

instrumen kemampuan komunikasi interpersonal sebagai dasar dalam pelaksanaan

layanan. Kemudian setelah terbentuknya konstruk secara konseptual, selanjutnya yaitu

pengembangan dan pengujian ahli (expert judgement) terhadap instrumen penelitian.

Crocker dan Algina (1986) menyatakan proses pengembangan instrumen yang baik

melibatkan uji pakar/ expert judgment. Setelah dilakukan pengujian oleh pakar

dilanjutkan dengan uji keterbacaan yang hasilnya dijadikan sebagai revisi dan uji coba

terbatas untuk finalisasi dalam pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.

31

Tahap kedua yaitu pelaksanaan (intervensi). Pada tahapan ini penerapan

program layanan bimbingan kelompok Task-based Learning diuji kelayakannya sebagai

pedoman pelaksanaan layanan bimbingan oleh pakar dan praktisi. Setelah dianggap

layak dari hasil validasi tersebut, selanjutnya program Task-Based Learning di

implementasikan untuk mendapatkan data empiris mengeani keefektifan program.

Pengujian Task-Based Learning di lapangan dilakukan melalui metode

eksperimen kuasi untuk mengetahui keefektifan Task-Based Learning dalam

meningkatkan kemampuan interpersonal siswa. Prosedur pengujian lapangan yang

digunakan adalah pretest-posttest control group design (Happner, Wampold, dan

Kivlighan, 2008, hlm. 152). Pada desain ini, partisipan dikelompokan menjadi dua

kelompok yang satu berperan sebagai kelompok eksperimen karena menerima

perlakuan/ treatment berupa Task-Based Learning, sementara kelompok lainnya tanpa

eksperimen atau hanya menerima layanan bimbingan dan konseling konsensional

berupa metode ceramah dan diskusi, berperan sebagai kelompok kontrol.

Pada kedua kelompok menjalankan tes awal, kemudian kelompok eksperimen

diberikan perlakuan dengan task-based learning, sedangkan pada kelompok kontrol

diberikan pembelajaran secara konvensional, berupa ceramah dan diskusi. Metode

konvensional menuru Freire (1999) disebut juga sebagai metode tradisional,

pembelajaran yang berpusat pada guru, dan pembelajaran pasif, sumber belajar

berupa informasi verbal . Setelah diberikan intervensi, maka kedua kelompok akan

kembali diobservasi untuk melihat perubahan dalam komunikasi interpersonal siswa.

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah intervensi task-based learning

berpengaruh terhadap komunikasi interpersonal siswa. Berikut ini desain penelitian

Pretest-Postest Control Group Design :

Keterangan :

O1,3 : Pre-test (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol

E O1 X O2

K O3 - O4

32

O2,4 : Post-test (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol

X : Task-based Learning

- : Pembelajaran Konvensional

E : Kelompok Eksperimen

K : Kelompok Kontrol

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 5 Bandung tahun ajaran

2015/2016 yang berlokasi di Jalan Belitung no.8, Merdeka, Sumur Bandung,

Bandung, Jawa Barat.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di SMAN 5 Bandung yang terletak di Jalan Belitung no.8,

Bandung, Jawa Barat. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh

siswa kelas XI SMAN 5 Bandung. Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu

sebagian dari siswa kelas XI SMAN 5 Bandung. pengambilan sampel dilakukan

dengan purposive sampling, dimana pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria

tertentu (Creswell,2012). Kriteria sampel dalam penelitian ini siswa kelas XI SMAN

5 Bandung; berada dalam rentangan usia yang sama (masa remaja usia 13-18 tahun);

merupakan siswa dengan komunikasi interpersonal rendah; bersedia mengikuti

rangkaian kegiatan penelitian. Partisipan penelitian terdiri dari kelompok eksperimen

dan kelompok control, masing-masing kelompok sejumlah 2-8 siswa. Adapun

banyaknya anggota dalam penelitian ini adalah berjumlah 359 siswa yang terbagi

dalam 10 kelas yaitu :

Table 3.1

Populasi penelitian

No. Kelas Jumlah No. Kelas Jumlah

1 XI IPS A 44 6. XI IPA F 43

2 XI IPS B 43 7 XI IPA G 42

3 XI IPA C 43 8. XI IPA H 42

4 XI IPA D 42 9. XI IPA I 42

5 XI IPA E 42 10. XI IPA J 42

Total : 425 siswa

Setelah menentukan populasi penelitian, langkah selanjutnya yaitu menentukan

sampel penelitian. Furqon (1997, hlm. 135) menyatakan sampel adalah bagian dari

33

suatu populasi, yang terdiri atas sejumlah satuan analisis yang merupakan bagian dari

keseluruhan anggota populasi. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan

teknik purposive sampling. Pemilihan teknik purposive sampling ini dilakukan atas

dasar pertimbangan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal populasi penelitian

yang berada pada tingkatan rendah yang diungkap melalui instrumen kemampuan

komunikasi interpersonal. Pada penelitian eksperimen kuasi ini pengambilan sampel

menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar (intact group) untuk diberi

treatment atau intervensi, bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak.

Pengambilan sampel secara purposive bertujuan agar sampel yang diambil dari

populasinya "representative" (mewakili), sehingga dapat diperoleh informasi yang

cukup untuk mengestimasi populasinya. Adapun banyaknya sampel dalam penelitian

ini adalah 16 siswa yang tersebar dalam 10 kelas dengan rincian sebagai berikut :

Table 3.2

Sampel penelitian

No Nama Kelas

1 A.D B

2 I.H B

3 J.Z B

4 RFL D

5 PRL B

6 D.A C

7 D.S C

8 D.Z D

9 D.D B

10 S.L B

11 S.A C

12 B.N C

13 A.Y C

14 R.R H

15 S.S H

16 A.Z D

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian terdiri atas dua variabel yaitu pertama komunikasi

interpersonal sebagai varibel terikat dan kedua task-based learning sebagai variabel

bebas.

1. Kemampuan komunikasi Interpersonal

34

Variabel pertama komunikasi interpersonal menurut Devito (2013:hlm.4),

komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan

penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai

dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

Kemudian Solomon (2013:hlm.5) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal

mengacu kepada komunikasi yang terjadi antara orang-orang dan menciptakan

ikatan secara pribadi atau lebih dekat dan lebih nyaman dalam berinteraksi

diantara mereka yang terjadi secara berkesinambungan (continue). Berdasarkan

definisi yang telah diapaparkan dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal merupakan interaksi yang memerlukan proses dan timbal balik,

dilakukan dari satu orang ke orang lain melalui sebuah pesan atau informasi.

Aspek-aspek dalam komunikasi interpersonal yaitu:

a. Fidelity. Fidelity mengacu pada kejelasan pesan. Sejauh mana makna dapat

disimpulkan dengan benar melalui symbol-simbol. Fidelity terjadi ketika

penerima dapat menerima, mendengar, memahami, dan menafsirkan makna

secara tepat.

b. Appropriateness. Kelayakan berkaitan dengan kesesuaian komunikasi dengan

situasi. Komunikasi interpersonal dipandu oleh aturan-aturan social, yang

menentukan apakah tindakan tersebut diharapkan, disukai, sesuai dalam

batasan masyarakat.

c. Satisfaction. Kepuasan, berkaitan dengan komunikasi yang kompeten juga

menyenangkan. Reaksi-reaksi yang diberikan oleh penerima setelah

berkomunikasi, mungkin diberikan energy, senangm diremehkan, diabaikan.

d. Effectiveness. Efektivitas dalam berkomunikasi apakah pemberi informasi

melakukan tujuan dalam hal mempengaruhi, belajar, membantu, berhubungan

atau sesuai, dan bermain dalam pesan yang disampaikan.

e. Efficiency. Efisiensi berkaitan dengan seberapa banyak pemberi menghasilkan

informasi dengan wajar atau tidak berlebihan, sesuai kebutuhan.

f. Ethics. Etika merupakan pertimbangan penyampaian pesan atau interaksi

sesuai moral, dengan rasa hormat.

Variabel kedua Task-based learning menurut Willis (1996: hlm. 23) menyatakan

bahwa Task didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa/learner untuk

35

tujuan komunikatif yang dirancang dengan menggunakan tata bahasa, sehingga

tujuan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal dapat tercapai. Sedangkan

menurut Nunan (2001:hlm.10) tugas melibatkan penggunaan bahasa yang

komunikatif dimana perhatian difokuskan kepada tujuan dan pengertian

dibandingkan dengan struktur linguistic. Lebih lanjut lagi Nunan menegaskan bahwa

tugas yang komunikatif sebagai bagian dari kelas yang melibatkan pesera didik

dalam memahami, memanipulasi, memproduksi atau berinteraksi dalam bahasa, dan

fokus kepada perhatian siswa dibandingkan bentuk tugas tersebut. Berdasarkan

paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Task-Based Learning adalah proses

kegiatan yang komunikatif dengan tujuan tertentu (meningkatkatkan kemampuan

komunikasi interpersonal) menggunakan tata bahasa, sehingga tujuan dapat tercapai.

Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa jenis task-based learning dalam

meningkatkan kemampuan interpersonal siswa, yaitu :

a. Listing

Listing diunakan untuk praktik menggeneralisasi tugas yang diberikan kepada

siswa untuk menjelaskan tentang ide-ide yang ada dalam pemikirannya, yang hasil

akhirnya berupa mind map. Prosesnya termasuk dengan brain storming dan fact

finding.

b. Ordering and sorting

Melibatkan 4 proses utama, tindakan atau peristiwa dalam urutan logis atau

kronologis; tingkatan jenis sesuai dengan nilai-nilai pribadi atau kriteria yang

ditentukan; pengkategorian jenis dalam kelompok tertentu diberikan judul;

klasifikasi jenis dengan cara berbeda dimana kategori tidak diberikan perbandingan.

c. Comparing

Tugas ini melibatkan membandingkan informasi yang sifatnya serupa namun

dari sumber yang berbeda atau versi untuk mengidentifikasi poin umum dan / atau

perbedaan. Proses tersebut: cocok untuk mengidentifikasi titik-titik tertentu dan

menghubungkannya satu sama lain; menemukan persamaan dan kesamaan;

menemukan perbedaan

d. Problem solving

Pemecahan masalah tugas membuat tuntutan pada kekuatan orang intelektual

dan penalaran, dan, meskipun menantang, mereka menarik dan sering memuaskan

36

untuk memecahkan. proses dan waktu skala akan sangat bervariasi tergantung pada

kompleksitas jenis ans masalah.

klasifikasi dalam Lampiran A mulai dengan teka-teki pendek seperti masalah logika.

masalah kehidupan nyata mungkin melibatkan mengungkapkan hipotesis,

menggambarkan pengalaman, membandingkan alternatif dan mengevaluasi dan

menyetujui solusi

e. Sharing personal experiences

Tugas ini mendorong siswa untuk berbicara lebih bebas tentang diri mereka

sendiri dan berbagi pengalaman mereka dengan lainnya. interaksi yang dihasilkan

lebih dekat dengan percakapan sosial biasa dalam hal itu tidak begitu langsung

berorientasi pada tujuan seperti dalam tugas lainnya. karena alasan itu,

bagaimanapun, tugas-tugas terbuka mungkin lebih sulit untuk pergi di dalam kelas.

f. Creative tasks

Tugas ini disebut juga proyek dan atau kombinasi grup yang melakukan

kegiatan yang kreatif. Kegiatan meliputi kombinasi dari berbagai tipe tugas seperti

listing,ordering, sorting,comparing, dan problem solving dan suatu waktu apabila

dibutuhkan penelitian di luar kelas. Kemampuan dalam mengorganisasi dan

kerjasama tim sangat penting untuk menyelesaikan tugas.

Berdasarkan paparan macam-macam tugas diatas dapat disimpulkan bahwa

tugas terdiri dari 6 macam yaitu listing, ordering and sorting, comparing, problem

solving, sharing personal experience, dan creative tasks.

Dalam penelitian ini jeis Task-Based Learning yang digunakan untuk meningkatkan

kemampuan interpersonal yaitu listing, ordering and sorting, sharing personal

experience, dan creative tasks. Pemilihan jenis tugas didasarkan pada kriteria aspek

Komunikasi Interpersonal untuk berlatih secara langsung, dan juga sesuai dengan

perkembangan kognitif remaja kelas XI SMAN 5 Bandung.

2. Proses pengembangan instrumen penelitian

Dalam penelitian ini pengumpulan data akan digunakan dengan menggunakan

instrumen komunikasi interpersonal yang diberikan pada sampel penelitian. Data

yang dikumpulkan dari penelitian ini merupakan data yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Instrumen ini

dikembangkan dari aspek-aspek komunikasi interpersonal yang dikemukakan

37

oleh Denise Solomon (2013: hlm.16). Instrumen kemampuan komunikasi

interpersonal ini menggambarkan kemampuan komunikasi interpersonal dari

sudut pandang komunikator (individu yang menyampaikan pesan/informasi).

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dengan model

skala guttman. Skala Guttman menurut Sugiyono (2010:96) merupakan skala

sikap yang hasil jawabannya bersifat tegas, yaitu ya-tidak. Instrumen ini

disajikan dalam bentuk angket dan setiap pernyataannya diberikan dua pilihan

jawaban, yaitu Ya (Y) dan Tidak (T). Pada pernyataan dengan pilihan jawaban

Ya (Y) diberi skor 1, dan jika pilihan jawaban pada Tidak (T) diberi skor 0 (nol).

Berikut merupakan tampilan skor pada skala guttman pada table 3.3 di bawah ini

:

Tabel 3.3

Pola Penyekoran Butir Pernyataan Instrumen Pengungkap Kemampuan

Komunikasi Interpersonal siswa SMA kelas XI

Pernyataan

Pilihan

Ya (Y) Tidak (T)

Positif (+) 1 0

Negatif (-) 0 1

Adapun kisi-kisi instrumen kemampuan komunikasi interpersonal, dapat dilihat

pada table berikut:

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Siswa Kelas XI SMA

(Sebelum Uji Coba)

No. Aspek Deskriptor Indicator Nomor

+ -

1. Fidelity

(Kejelasan)

Kejelasan pesan yaitu

komunikator dapat

menyampaikan pesan

secara akurat kepada

lawan bicara.

Komunikator

menggunakan

singkatan dan

akronim untuk

menyederhanakan

pesan kepada lawan

bicara

1,2 3

38

Komunikator dapat

menggunakan symbol

saat menyampaikan

pesan kepada lawan

bicara

4 5,6

2. Appropriat

eness

(Kelayakan

/kesesuaian

)

Kelayakan yaitu pesan

yang disampaikan

komunikator sesuai

dengan situasi.

Situasi tersebut

meliputi aturan-aturan

social yang berada

dalam suatu

komunitas atau

kelompok

Komunikator dapat

menentukan pesan

yang diharapkan oleh

komunikan

7,8 9,10

Komunikator dapat

menentukan pesan

yang disukai oleh

komunikan

11,12 13

Komunikator dapat

menentukan batasan

pesan (off-limit) pada

komunikan

14,15 16,17

3. Satisfactio

n

(Kepuasan)

Kepuasan yaitu

komunikator dapat

membuat interaksi

yang memuaskan

dengan

memperhatikan sudut

pandang

komunikan;komunikat

or membuat

komunikan menjadi

responsive ;dan

mengkondisikan

suasana yang positif.

Komunikator dapat

membuat interaksi

yang memuaskan

dengan

memperhatikan sudut

pandang komunikan

18,19 20,21

Komunikator dapat

membuat komunikan

menjadi responsif

22,23 24

39

Komunikator dapat

mengkondisikan

suasana yang positif

25,26 27,28

4. Effectivene

ss

(efektivitas

)

Efektivitas yaitu

komunikator dapat

menyampaikan pesan

sesuai dengan

tujuannya.

Tujuan tersebut

termasuk untuk

belajar;

menolong,nasehat/sara

n;

berhubungan;bermain

Komunikator dapat

menyampaikan pesan

yang bertujuan untuk

belajar

29 30

Komunikator dapat

menyampaikan pesan

yang bertujuan untuk

menolong

31 32

Komunikator dapat

menyampaikan pesan

yang bertujuan untuk

saran

33,34 35

Komunikator dapat

menyampaikan pesan

yang bertujuan untuk

menghubungkan

36,37 38

40

Komunikator dapat

menyampaikan pesan

yang bertujuan untuk

bermain

39,40 41,42

5. Efficiency.

(efisiensi)

Efisiensi yaitu apabila

komunikator dapat

menghasilkan output

dari komunikasi

interpersonal sesuai

dengan usahanya,

tanpa ada rekayasa

dari komunikator

Komunikator dapat

mengelola tujuan

komunikasi dengan

efisien

43 44

6. Ethics

(Etika)

Etika yaitu

komunikator membuat

nilai-nilai dan asumsi

sebagai panduan

moral yang jelas

kepada orang lain, dan

menunjukkan rasa

hormat terhadap nilai-

nilai dan asumsi yang

lain orang

mengekspresikan

Komunikator

menggunakan nilai-

nilai yang dianut oleh

masyarakat

45 46

komunikator dapat

menggunakan strategi

dalam menyampaikan

pesan sesuai dengan

nilai-nilai yang dianut

oleh oranglain

47 48

3. Pengujian Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Uji validitas pada dasarnya menunjukan pada tingkat ketepatan dalam

mengungkap data yang seyogianya diungkap (Rakhmat dan Solehuddin,

2006, hlm, 21). Adapun langkah uji validitas instrumen pengungkap

kemampuan komunikasi interpersonal siswa yaitu melakukan uji pakar atau

praktisi bimbingan dan konseling dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

kelayakan instrumen baik dari segi bahasa, isi dan konstruk dari setiap item

41

pernyataan. Penimbangan instrumen kemampuan membuat pilihan dilakukan

oleh tiga orang pakar bergelar Profesor dan Doktor dalam bidang bimbingan

dan konseling, pemilihan ketiga validator ditentukan berdasarkan keahlian

dalam instrumen serta keahlian dalam bidang bimgingan dan konseling.

Instrumen yang ditimbang oleh para pakar diklasifikasikan ke dalam dua

kategori yaitu setuju dan tidak setuju dengan adanya tambahan saran. Setuju

berarti butir instrumen bisa langsung digunakan dan tidak setuju berarti

memiliki dua arti yakni butir instrumen tersebut tidak layak digunakan atau

harus dibuang dan bisa digunakan tetapi harus diperbaiki terlebih dahulu

sesuai dengan hasil penimbangan. Selanjutnya, hasil penimbangan kelayakan

instrumen oleh para pakar dijadikan sebagai landasan dalam penyempurnaan

instrumen yang telah disusun. Setelah dilakukan uji kelayakan instrumen

penelitian oleh pakar langkah selanjutnya adalah dengan menghitung

koefisien korelasi skor setiap butir item dengan menggunakan teknik

pengolahan statistik yakni Pearson Correlation. Penghitungan validitas butir

pernyataan dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 14.0 for

windows (hasil terlampir). Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh butir

pernyataan yang tidak valid berjumlah 11 butir. Oleh karena itu jumlah item

instrumen yang semula berjumlah 48 item setelah diujicoba berkurang

menjadi 37 item.

Adapun hasil dari uji validitas instrumen penelitian untuk masing-masing

item dipaparkan dalam Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Hasil Validitas Instrumen

Item Valid 4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,17,20,21,22

,23,24,25,26,27,30,31,32,33,34,35,

36,37,38,39,40,42,43,44,45,46,47,4

8

37 item

pernyataan

Item Tidak Valid

dan dihilangkan

1,2,3,12,15,16,18,19,28,29,41 11 item

pernyataan

Item-item yang tidak valid tersebut dihilangkan sehingga jumlah item

sebelum uji coba 48 item berkurang menjadi 37 item yang digunakan untuk

mengungkap kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Berikut

merupakan kisi-kisi intrumen penelitian setelah dilakukan uji coba (Posttest)

pada table 3.6:

42

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Siswa kelas XI SMA

(Setelah Uji Coba)

No. Aspek Deskriptor Indicator

Nomor

+ -

1. Fidelity

(Kejelasan)

Kejelasan pesan yaitu

komunikator dapat

menyampaikan pesan

secara akurat kepada

lawan bicara.

Komunikator dapat

menggunakan

symbol saat

menyampaikan

pesan kepada lawan

bicara

1 2,3

2. Appropriaten

ess

(Kelayakan

/kesesuaian)

Kelayakan yaitu pesan

yang disampaikan

komunikator sesuai

dengan situasi. Situasi

tersebut meliputi aturan-

aturan social yang

berada dalam suatu

komunitas atau

kelompok

Komunikator dapat

menentukan pesan

yang diharapkan

oleh komunikan

4,5 6,7

Komunikator dapat

menentukan pesan

yang disukai oleh

komunikan

8 9

Komunikator dapat

menentukan batasan

pesan (off-limit)

pada komunikan

10 11

43

3. Satisfaction

(Kepuasan)

Kepuasan yaitu

komunikator dapat

membuat interaksi yang

memuaskan dengan

memperhatikan sudut

pandang

komunikan;komunikator

membuat komunikan

menjadi responsive ;dan

mengkondisikan suasana

yang positif.

Komunikator dapat

membuat interaksi

yang memuaskan

dengan

memperhatikan

sudut pandang

komunikan

- 12,13

Komunikator dapat

membuat komunikan

menjadi responsif

14,15 16

Komunikator dapat

mengkondisikan

suasana yang positif

17,18 19

4. Effectiveness

(efektivitas)

Efektivitas yaitu

komunikator dapat

menyampaikan pesan

sesuai dengan tujuannya.

Tujuan tersebut

termasuk untuk belajar;

menolong,nasehat/saran;

berhubungan;bermain

Komunikator dapat

menyampaikan

pesan yang bertujuan

untuk belajar

- 20

Komunikator dapat

menyampaikan

pesan yang bertujuan

untuk menolong

21 22

44

Komunikator dapat

menyampaikan

pesan yang bertujuan

untuk saran

23,24 25

Komunikator dapat

menyampaikan

pesan yang bertujuan

untuk

menghubungkan

26,27 28

Komunikator dapat

menyampaikan

pesan yang bertujuan

untuk bermain

29,30 31

5. Efficiency.

(efisiensi)

Efisiensi yaitu apabila

komunikator dapat

menghasilkan output

dari komunikasi

interpersonal sesuai

dengan usahanya, tanpa

ada rekayasa dari

komunikator

Komunikator dapat

mengelola tujuan

komunikasi dengan

efisien

32 33

6. Ethics

(Etika)

Etika yaitu komunikator

membuat nilai-nilai dan

asumsi sebagai panduan

moral yang jelas kepada

orang lain, dan

menunjukkan rasa

hormat terhadap nilai-

nilai dan asumsi yang

Komunikator

menggunakan nilai-

nilai yang dianut

oleh masyarakat

34 35

45

lain orang

mengekspresikan

komunikator dapat

menggunakan

strategi dalam

menyampaikan

pesan sesuai dengan

nilai-nilai yang

dianut oleh oranglain

36 37

b. Uji Realibilitas

Uji realibilitas menunjukkan kepada tingkat keteparan atau kemantapan

(Rakhmat dan Solehuddin, 2006, hlm. 21). Dalam artian sejauh mana

instrumen dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak

berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda secara

berkali-kali.

Uji reliabilitas instrumen ini menggunakan rumus dari Guttman Split-

half. Proses pengujian reliabilitas instrumen ini dilakukan secara statistik

memakai bantuan perangkat lunak SPSS 14.0 for windows. Sebagai kriteria

untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 3.7

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Kriteria Kategori

0.91-1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi

0.71-0.90 Derajat keterandalan tinggi

0.41-0.71 Derajat keterandalan sedang

0.21-0.41 Derajat keterandalan rendah

< 20 Derajat keterandalan sangat rendah

Rakhmat dan Solehuddin (2006, hlm. 74)

Berdasarkan hasil perhitungan nilai reliabilitas dari tiap variable yang

dapat dilihat dalam Tabel 3.8 berikut :

Tabel 3.8

Reliabilitas Instrumen

Guttman N of Items

.722

50

46

Berdasarkan pada pedoman di atas, nilai realibilitas instrumen

kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebesar 0,722 berada pada

kategori derajat keterandalan tinggi. Hal ini membuktikan bahwa instrumen

penelitian dapat digunakan untuk mengungkap tingkat kemampuan

komunikasi interpersonal siswa.

E. Pengembangan program layanan Task-Based Learning

Program layanan Task-Based Learning dalam penelitian ini merupakan layanan

dasar bimbingan yaitu lyanan untuk membantu siswa melalui pengalaman langsung

berstruktur secara klasikal maupun kelompok, hal ini sejalan dengan

pengembangan kemampuan interpersonal siswa salah satunya dengan praktek

secara langsung. Fokus pengembangan layanan dasar ini mencakup indicator

dalam setiap aspek kemampuan komunikasi interpersonal.

1. Struktur program

Pada struktur program terdiri dari; a) rasional; b) deskripsi kebutuhan; c) visi

dan misi program; d) komponen program; e) bidang layanan; f) peran guru

pembimbing; g) rencana operasional program; h) pengembangan tema/ topik

layanan; i) tahapan pelaksanaan program; j) pengembangan RPLBK; dan k)

evaluasi pelaporan dan tindak lanjut.

2. Isi program

Program bimbingan merupakan proses bantuan memfasilitasi siswa agar dapat

memiliki pemahaman tentang dirinya, mengembangkan potensi dirinya dan

dapat memecahkan masalah-masalah yang dialaminya terutama dalam bidang

pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk membantu

individu dalam emmecahkan masalah-masalah pribadi-sosial (Syamsu Yusuf,

2005:hlm.11). kegiatan pengembangan dilakukan melalui layanan Task-Based

Learning. Kegiatan layanan bimbingan dilakukan di perpustakaan dengan

durasi waktu 1x pertemuan selama 45 menit.

3. Uji kelayakan program

47

Program layanan Task-Based Learning untuk mengembangkan

kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebelum diimplementasikan

terlebih dahulu diuji kelayakannya oleh pakar dan praktisi. Pakar dan praktisi

yang dilibatkan dalam uji kelayakan program Task-Based Learning ini adalah

sebanyak dua orang praktisi dalam bidang bimbingan dan konseling dan dua

orang pakar dalam bimbingan dan konseling. Pelaksanaan uji kelayakan

program menggunakan metode peramalan kualitatif (non-statistik). Tahapan

dimulai dengan menyerahkan rancangan program kepada para pakar dan

praktisi untuk diberi masukan/ rekomendasi, merangkum hasil rekomendasi

para pakar dan praktisi, memperbaiki rancangan program berdasarkan masukan

dari para pakar dan praktisi. Hasil validasi menunjukan adanya beberapa

perbaikan (revisi) pada program, akan tetapi pada dasarnya program dapat

direkomendasikan untuk diimplementasikan. Perbaikan tersebut mencakup

sistematika program, pada bagian susunan tahapan, tahapan pelaksanaan

program agar dibuat lebih operasional lagi, dan redaksi dalam penulisan kalimat

yang digunakan dalam program.

4. Tahap pelaksanaan program

Tahapan pelaksanaan program Task-Based Learning untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi interpersonal siswa adalah terangkum dalam Tabel 3.9

berikut.

Tabel 3.9

Tahap Pelaksanaan Program Task-Based Learning untuk Mengembangkan

Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

No Tahapan Kegiatan Sistem Penunjang

1. Asesmen kebutuhan Instrumen kemampuan

komunikasi interpersonal

2. Perencanaan program Gambaran umum kemampuan

komunikasi interpersonal

3. Implementasi pelaksanaan

program

SKLBK (terlampir)

4. Evaluasi hasil Instrumen kemampuan

komunikasi interpersonal

5. Tindak lanjut Hasil evaluasi pelaksanaan

rogram (program layanan task-

based learning yang efektif

untuk kemampuan komunikasi

48

interpersonal)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan

persiapan; pelaksanaan; dan pelaporan. Berikut merupakan langkah-langkah

penelitian secara keseluruhan pada table 3.10 :

Tabel 3.10

Prosedur dan Tahapan Penelitian

Tahap

Penelitian Kegiatan

Indikator Hasil yang

Dicapai

Tahap I :

Pendahuluan

Identifikasi masalah dengan

melakukan studi lapangan untuk

mengungkap kemampuan

komunikasi interpersonal siswa.

Perumusan instrumen

kemampuan komunikasi

interpersonal siswa.

Pengujian instrumen, dengan

melakukan uji pakar, uji

validitas dan reliabilitas untuk

menghasilkan instrumen yang

terstandar.

Ujian proposal penelitian dan

pengajuan dosen

pembimbing.

Tersusunnya kisi-kisi

instrumen penelitian

(sebelum uji coba).

Tersusunnya instrumen

penelitian yang terstandar

(teruji validitas dan

reliabilitasnya).

Tahap II :

Pelaksanaan

Penyusunan program hipotetik

task-based learning.

Pengujian kelayakan pedoman

hipotetik program task-based

learning oleh praktisi.

Pengujian atau pelaksanaan

program task-based learning.

Tersusunnya rancangan

program task-based learning.

Dihasilkannya program

bimbingan task-based

learning yang layak

diimplementasikan

Diperoleh data empirik

mengenai keefektifan

program task-based

learning. untuk

meningkatkan kemampuan

komunikasi interpersonal

49

Revisi program task-based

learning.

siswa

Diperoleh program task-

based learning.yang efektif

untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi

interpersonal siswa

Tahap III :

Hasil dan

pelaporan

Melaporkan hasil penelitian

dalam bentuk draft tesis yang

terangkum dalam BAB I-V.

Laporan akhir tepat waktu

dalam bentuk Ujian tahap I

dan Ujian tahap II.

G. Teknik analisis data penelitian

Data penelitian yang diperoleh merupakan data mengenai kemampuan

komunikasi interpersonal siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi data yang data tes awal (pretest) dan data tes akhir (posttest)

dari kelompok eksperimen dan kontrol. Data dianalisis untuk menjawab pertanyaan

penelitian, baik tentang gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal

siswa, rumusan program layanan Task-Based Leraning untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi interpersonal siswa, dan efektivitas Task-Based Leraning

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Pengolahan data

menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service Solution)

Statistics 14.0 for windows.

Hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah berbentuk hipotess

komparatif dua sampel berpasangan, dimana H0= tidak terdapat perbedaan

kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan setelah diberikan

program layanan Task-Based Learning. Sedangkan Ha dalam penelitian ini adalah

terdapat perbedaan kemampuan komunikasi interpersonal sebelum dan setelah

diberikan program layanan Task-Based Learning. Pengambilan keputusan dalam

pengujian hipotesis (menolak atau menerima hipotesis nol) antara lain didasarkan

pada derajat keyakinan (level of significance) yang besarnya sama dengan 1- α di

mana besarnya nilai α = 0,05.

Prosedur statistika dipakai untuk pengujian hipotesis penelitian adalah dengan

menggunakan metode statistika non-parametrik. Penggunaan metode statistika

non-parametrik karena anlisa data yang digunakan berbentuk data nominal (Furqon,

2002: 235). Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan, maka untuk menguji

50

efektivitas program yang dilaksanakan adalah dengan menggunakan uji t

(Sugiyono, 2004: 8-9). Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Verifikasi data

Verifikasi data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan jumlah angket sebelum

dan sesudah disebarkan kepada responden. Pemeriksaan kelengkapan dilakukan

juga pada kelengkapan responden mengisi data yang dibutuhkan yaitu data

identitas responden sesuai dengan kelas masing-masing dan pilihan jawaban

responden terhadap item pernyataan dalam instrumen kemampuan komunikasi

interpersonal.

2. Penyekoran

Penyekoran instrumen dalam penelitian ini disusun dalam bentuk data nominal.

Penyekoran dilakukan pada setiap respon jawaban yang dipilih oleh siswa.

Untuk pernyataan positif siswa diberi skor 1 apabila memilih dengan sesuai dan

tidak sesuai mendapatkan skor 0, kemudian sebaliknya apabila siswa memilih

item pernyataan negative dengan jawaban ya diberikan skor 0, dan skor 1 untuk

jawaban tidak.

3. Pengelompokan data

Kemudian, setelah seluruh data terkumpul adalah mengolah dan

menganalisis data sebagai bahan acuan dalam menyusun program Task-Based

Learning. Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen

pengungkap kemampuan komunikasi interpersonal, kemudian diolah dengan

menetapkan ke dalam tiga kategori kemampuan komunikasi interpersonal,

kategiri kemampuan komunikasi interpersonal tersebut dibagi pada kategori

kategori baik (tinggi), cukup baik, dan kurang baik (rendah) yang dikonversikan

dengan menggunakan batas lulus aktual. Adapun analisis profil kemampuan

komunikasi interpersonal dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menentukan Skor maksimal yang diperoleh siswa

b) Menentukan Skor minimal yang diperoleh siswa

c) Mencari rentang skor yang diperoleh siswa dengan rumus:

Rentang skor = Skor maksimal – skor minimal

d) Menghitung Banyak Kelas = 1 + 3,3 (log n)

51

e) Menghitung Panjang Kelas = rentang : banyak kelas

f) Memasukkan data siswa ke dalam tabel frekuensi

g) Mencari rata-rata aktual dengan rumus:

Keterangan:

Xi = Rata-rata terduga. Yang dijadikan rata-rata terduga adalah titik

tengah dari kelas interval yang terbanyak frekuensinya atau

kelas interval yang berada di tengah-tengah.

p = panjang kelas interval

d = selisih titik tengah kelas interval dari Xi dibagi p

(Sudjana, 1996, hlm. 71)

a) Mencari simpangan, dengan rumus

b) Mengelompokkan data menjadi tiga kategori dengan pedoman sebagai berikut.

Tabel 3.11

Kategorisasi Kemampuan komunikasi interpersonal siswa SMA

No. Interval Kategori

1. (µ + 1,0 ) < X Baik (Tinggi)

2. ( µ - 1,0 ) < X < ( µ + 1,0 ) Cukup Baik (Sedang)

3. X < (µ - 1,0 ) Kurang Baik (Rendah)

Sumber: (Azwar, 2010, hlm. 109)

Tabel 3.12

Kategori Tingkat Kemampuan komunikasi interpersonal

siswa kelas XI SMA

Kategori Rentang

Skor Kualifikasi

Tinggi ≥ 23 Siswa pada kategori ini sudah memiliki kemampuann

komunikasi interpersonal yang tinggi pada aspek

kejelasan,kesesuaian,kepuasan,

efisiensi,efektifitas,dan etika. Hal tersebut

menggambarkan bahwa siswa mampu berinteraksi

dengan lingkungan sekitarnya dengan menggunakan

simbol; memahami tujuan dan penyampaian pesan

52

kepada lawan bicara; ; memahami nilai-nilai yang

dimiliki oleh diri sendiri maupun lawan bicara; bisa

menempatkan diri sesuai dengan nilai yang berlaku

sehingga siswa dapat berinteraksi secara terus-

menerus tanpa adanya kesulitan. Indikator dalam

komunikasi interpersonal dapat terpenuhi tanpa

adanya kesulitan yang berarti.

Cukup

Baik

(sedang)

19-23 Siswa pada kategori ini memiliki kemampuan

komunikasi interpersonal sedang pada setiap aspek

yaitu kejelasan, kesesuaian, kepuasan, efisiensi,

efektifitas, dan etika. Hal tersebut menggambarkan

bahwa siswa cukup mampu membuat interaksi dengan

lingkungan sekitar dan membina hubungan secara

baik dengan menggunakan feedback dan adaptasi

sesuai dengan lingkungan sekitar; mampu memahami

kondisi lingkungan sekitar mampu menerapkan tujuan

dan nilai-nilai yang dianut diri sendiri dan oranglain

untuk tercapaianya tujuan di awal penyampaian pesan;

penggunaan bahasa, simbol, akronim dll

Kurang

Baik

(rendah)

≤ 19 Siswa pada kategori ini memiliki kemampuan

komunikasi interpersonal yang rendah pada setiap

aspeknya. Hal tersebut menggambarkan bahwa siswa

belum mampu menjalin hubungan dengan nyaman dan

secara berkelanjutan dengan lingkungan sekitarnya.

Siswa mempunyai kecenderungan belum dapat

menentukan tujuan dan penyampaian pesan secara

tepat kepada lawan bicara, tidak dapat mengetahui

bahasa,simbol, akronim yang tepat digunakan pada

lawan bicara dalam kondisi tertentu.