Bab iii makalah hukis

5
BAB III Pendapat Ulama dan Tokoh Masyarakat Sejak manusia pertamakali diciptakan di dunia ini, manusia telah diperintahkan oleh Allah S.W.T untuk menjadi seorang khalifah di bumi ini. Khalifah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pemimpin. Sejak jaman dahulu, sudah banyak pemimpin pemimpin yang muncul di muka bumi, dari golongan islam maupun bukan dan entah wanita atau laki laki, tetapi dalam sejarah lebih sering ditemui seorang pemimpin laki laki daripada wanita. Lalu bagaimanakah reaksi tokoh masyarakat, kaum ulama dan literatur terhadap pemimpin dari kaum wanita? A. Peran Wanita Peran wanita di dunia, dan khususnya di Indonesia telah berkembang pesat. Pada jaman penjajahan, peranan wanita sangatlah terbatas. Hak-hak yang diperoleh mereka juga sangat terbatas, seperti tidak bisa menempuh pendidikan yang tinggi.

description

Presiden Wanita dalam Hukum

Transcript of Bab iii makalah hukis

Page 1: Bab iii makalah hukis

BAB

III

Pendapat Ulama dan Tokoh Masyarakat

Sejak manusia pertamakali diciptakan di dunia ini, manusia telah diperintahkan oleh

Allah S.W.T untuk menjadi seorang khalifah di bumi ini. Khalifah dalam bahasa Indonesia

dapat diartikan sebagai pemimpin. Sejak jaman dahulu, sudah banyak pemimpin pemimpin

yang muncul di muka bumi, dari golongan islam maupun bukan dan entah wanita atau laki

laki, tetapi dalam sejarah lebih sering ditemui seorang pemimpin laki laki daripada wanita.

Lalu bagaimanakah reaksi tokoh masyarakat, kaum ulama dan literatur terhadap pemimpin

dari kaum wanita?

A. Peran Wanita

Peran wanita di dunia, dan khususnya di Indonesia telah berkembang pesat. Pada

jaman penjajahan, peranan wanita sangatlah terbatas. Hak-hak yang diperoleh mereka juga

sangat terbatas, seperti tidak bisa menempuh pendidikan yang tinggi. Karena inilah muncul

istilah yang disebut “Emansipasi Wanita” yang diawali oleh RA Kartini dengan menulis

surat surat yang akhirnya dibukukan menjadi buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” yaitu

penyamaan hak antara laki laki dan perempuan, yang sampai sekarang masih ditegakkan di

Indonesia.

Sama seperti yang terjadi di Indonesia, arab pada jaman jahiliah juga mengalami

diskriminasi terhadap kaum wanita. Seperti penguburan hidup hidup bayi perempuan,

wanita diperdagangkan sebagai budak dan hal hal lainnya. Kondisi mulai berubah sejak

islam mulai berkembang, kaum wanita menjadi lebih dihormati dan dijunjung tinggi, dan

Page 2: Bab iii makalah hukis

segala jenis diskriminasi terhadap wanita juga perlahan lahan menghilang dari masyarakat,

seperti pembebasan budak.

B. Kepemimpinan Wanita Menurut Literatur

Dalam bukunya, “Kepemimpinan Wanita dalam Islam” Andek Masnah Andek

Kelawa, dalam sejarah islam tidak terdapat maupun tercatat adanya keterlibatan kaum

wanita dalam urusan pengaturan dan kepemimpinan negara secara langsung1. Walaupun

tidak tercatat dalam sejarah Islam, tidak ada satupun dalil Al-Quran maupun hadits yang

melarang kaum wanita untuk tidak menjadi seorang pemimpin2.

Menurut Saparinah Sadli dalam bukunya ”Berbeda tetapi Setara : Pemikiran

Tentang Kajian Perempuan”, ia merasa bahwa emansipasi mendapat reaksi keras dari kaum

laki laki. Bahkan pada jaman sekarang ini, kaum wanita merasa bingung karena mereka

tidak merasa adanya opresi dari kaum laki laki seperti dulu. Menurut beliau memang pasca

“Emansipasi Wanita” masih banyak hal yang harus dikaji seperti kritik kritik para ahli,

istilah istilah yang cocok.

Berbeda dengan pendapat pendapat diatas, Faishal Thariq M.As-Suwaidan

mengatakan bahwa pemimpin dari wanita kurang cocok, karena pasti akan menuai kritik

dari berbagai pihak. Beliau menulis 18 kesan kesan yang didapat oleh laki laki jika melihat

pemimpin dari kaum wanita3. Tetapi selain menyangkal kompetensi pemimpin wanita,

beliau juga menulis tentang kesan kesan wanita terhadap pemimpin wanita4. Selain itu dia

juga membandingkan sifat sifat manusia, dari yang feminine, umum dan maskulin untuk

1 Andek Masnah Andek Kelawa, Kepemimpinan Wanita dalam Islam (Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia, 1999), 161.2 Ibid.3 Faishal Thariq M.As-Suwaidan, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, 215.4 Ibid 216.

Page 3: Bab iii makalah hukis

membandingkannya dengan sifat sifat kepemimpinan5. Menurut table tersebut, masing

masing sifat mempunyai kelebihannya dan kekurangannya tersendiri, jadi tidak bisa

disimpulkan bahwa siapa yang lebih superior dalam hal memimpin.

Jadi, menurut beberapa literature yang disebutkan diatas, memang tidak ditutup

kemungkinan untuk para wanita untuk menjadi pemimpin, dengan buktinya sekarang

banyak pemimpin pemimpin wanita, mau itu ratu maupun CEO, atau kepala negara.

Masalah kepemimpinan tidak dapat ditentukan oleh gender semata, karena memang laki

laki maupun wanita dapat menjadi pemimpin.

C. Kepemimpinan Wanita Menurut Ulama

Seperti yang sudah diterangkan diatas, manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin

di dunia. Para ada ulama menyimpulkan manusia yang disebutkan diatas sebagai Adam,

sehingga dapat diartikan menjadi Allah menjadikan Adan sebagai khalifah dibumi ini, dan

dengan begitu tertutup sudahlah pluang kaum wanita untuk menjadi seorang pemimpin.

Namun menurut QS, An Nisaa ayat 34 yang berbunyi:

ج�ال� اء ع�ل�ى ق�و�ام�ون� الر� �س� الن

Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An Nisaa : 34)

Ada ulama yang menyimpulkan bahwa Wanita dapat meminpin kaum wanita, karena

kaum wanita tidak bisa memimpin kaum laki laki menurut ayat diatas. Tetapi ada pula ulama yang

menafsirkan ayat diatas secara berbeda, beliau mengatakan bahwa ayat diatas tidak membatasi

wanita untuk tidak menjadi pemimpin kaum laki laki, ayat diatas hanyalah mengatakan kepada

kaum laki laki untuk memimpin wanita, dan tidak berarti kaum wanita tidak bisa dipimpin oleh

kaum wanita.

5 Ibid 219.

Page 4: Bab iii makalah hukis

Sehingga dapat disimpulkan bahwa para ulama mempunyai pendapat yang berbeda beda

terhadap peran wanita sebagai pemimpin, ada yang menafsirkannya bisa, ada yang tidak bisa dan

ada juga yang mengatakan tidak membatasi.