BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PONDOK PESANTREN...
Transcript of BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PONDOK PESANTREN...
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG PONDOK PESANTREN PABELAN
DESA PABELAN KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANG
JAWA TENGAH
A. Deskripsi tentang Pondok Pesantren Pabelan
1. Letak Geografis
Secara geografis Pondok Pesantren Pabelan terletak di sebelah
selatan kota Magelang, tepatnya terletak di Desa Pabelan kecamatan
Mungkid, kira-kira 12 Km dari kota Magelang ke arah selatan. Desa
Pabelan yang luasnya 358,5 Ha, terdiri dari 10 dukuh, letaknya
berbatasan dengan desa-desa berikut :
a. Sebelah barat berbatasan dengan dukuh Santan
b. Sebelah selatan berbatasan dengan dukuh Pabelan I
c. Sebelah timur berbatasan dengan dukuh Tangkilan
d. Sebelah utara berbatasan dengan dukuh Batikan
Menurut data terakhir, Desa Pabelan, merupakan wilayah pedesaan
dengan jumlah penduduk sebesar 7000 jiwa. Penduduknya mayoritas
beragama Islam. Dan hanya 30 KK yang beragama non muslim.
Mata pencaharian penduduk Desa Pabelan kebanyakan adalah
buruh tani yang berkisar 80 %. Kemudian sisanya 20 %, terdiri dari :
pedagang, pengrajin ukiran batu, guru atau pegawai dan penjual
jamu.1
Pondok Pesantren Pabelan berada di tengah pemukiman penduduk,
secara geografis, letak kompleks pondok berjarak kurang lebih 1 Km
di sebelah selatan jalan Yogyakarta-Semarang dan 0,5 Km di timur
jalan Muntilan-Borobudur. Jarak pondok dari Yogyakarta 35 Km
1 Study observasi dan wawancara (interviu) dengan Kepala Desa Pabelan Kec. Mungkid
Kab. Magelang Jawa Tengah, Nunun Nukiaminten, pada tanggal 25 Juli 2005.
43
sebelah utara, dari Muntilan 4 Km sebelah selatan, dari Borobudur 9
Km sebelah timur dan dari Magelang 12 Km.2
2. Kehidupan Beragama
Kehidupan beragama dalam kehidupan masyarakat Desa Pabelan
bisa dikategorikan religius, hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi,
antara lain : secara umum banyaknya pondok pesantren yang ada di
sekitar Pondok Pesantren Pabelan, dalam wilayah Kabupaten
Magelang. Seperti Pondok Pesantren Tegal Rejo, Payaman, Salafiyah,
Watu Congol, Gunung Pring, dan sebagainya.
Disamping indikasi tersebut, juga dapat dikatakan bahwa Pabelan
adalah desa santri, hal itu bisa dilihat dari setiap sudut jalan desa ini
yang dipenuhi banyaknya santri putri yang memakai jilbab dan santri
putra yang memakai sarung. Mereka berlalu lalang disaat lepas dari
kegiatan pondok. Demikian juga, religiusitas masyarakat Desa
Pabelan ini sudah terasa pada saat sholat wajib lima waktu, ketika
terdengarnya panggilan berkumandang adzan di setiap tempat
menjelang sholat jama’ah. Relejuitas itu juga sangat terasa bersamaan
dengan diselenggarakannya kegiatan rutin maupun temporer, baik
secara mingguan, bulanan maupun tahunan yang diselenggarakan oleh
Pondok Pesantren Pabelan.
Adapun Madrasah dan Perguruan yang terdapat di Desa Pabelan
ini, yakni Kulliyatul Al-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI), para santri
akan secara otomatis juga mengikuti program Madrasah Tsanawiyah
(MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), yang diselenggarakan oleh
Pondok Pesantren Pabelan.
Pondok Pesantren Pabelan didukung oleh lembaga-lembaga lain
yang berada dibawah naungan Pondok Pesantren Pabelan, yaitu :
BPPM (Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat), balai
kesahatan santri dan masyarakat.
2 Study dokumentasi PP. Pabelan Magelang.
44
Secara sosiologis asal-usul santri Pondok Pesantren Pabelan sangat
heterogen, sebab para santri itu berasal dari keluarga yang bervariasi
baik dalam tingkat perekonomian, jabatan atau kedudukan, maupun
tingkatan status sosial yang lain. Sedangkan secara geografis asal
santri Pondok Pesantren Pabelan ini sangat menyeluruh, yaitu berasal
dari seluruh wilayah Indonesia, bahkan sekarang sudah terdapat santri
yang berasala dari luar negeri, seperti India.3
3. Sejarah Pondok Pesantren Pabelan
Menurut sejarah awalnya Pondok Pesantren Pabelan didirikan 3
generasi yang lalu oleh Kyai Muhammad Ali,4 dalam bentuk
pengajian wetonan, seperti pesantren-pesantren lain umumnya yang
mengajarkan agama Islam berdasarkan kitab-kitab klasik. Kyai Ali ini
kemudian menurunkan beberapa orang Kyai pengasuh pondok, antara
lain : Kyai Imam, Kyai Muhsinin atau Kyai Muhammad Ali II, Kyai
Hasbullah, dan Kyai Dja’far Fadhil.5
Sepeninggal kyai Muhammad Ali, pengasuh Pondok Pesantren
Pabelan digantikan oleh putranya, Kyai Imam, dan masa inilah
dikawasan Magelang dan sekitarnya muncul pemberontakan dibawah
pimpinan Pangeran Diponegoro (1825-1830). Menurut sebuah teori,
asal-usul nama Pabelan berkaitan dengan peristiwa pemberontakan ini.
Waktu itu seluruh santri pondok terpanggil untuk ikut membela
perjuangan pangeran diponegoro, bahkan Pabelan termasuk salah satu
markas yang kuat dimana kyai Maja, pembantu dekat Diponegoro
pernah menetap, yaitu disebuah kebun yang hingga kini masih
terabadikan namanya sebagai kebun Maja, yang dulunya sebagai
3 Study Observasi dan Wawancara dengan Pengurus PP. Pabelan Magelang, pada tanggal
18 Juli 2005. 4 Kyai Muhammad Ali ialah putra dari Kyai Kerta Taruna yang merupakan keturunan
seorang Bupati Tulung Agung pada abad ke-18, yaitu bupati Wironegoro, yang kemudian menurunkan kyai Muhammad Ali. Beliaulah yang dianggap oleh masyarakat Pabelan sebagai cikal bakal dan pendiri tradisi pesantren di Pabelan yang dimulai sejak awal abad ke-18.
5 M. Dawam Rahardjo, “Kehidupan Pemuda Santri : Penglihatan dari Jendela Pesantren di Pabelan” dalam Taufik Abdullah, (ed.), Pemuda dan Perubahan Sosial, (Jakarta : LP3ES, 1982), hlm. 90.
45
markas pejuang. Karena keterlibatan para santri dalam membela
Diponegoro inilah konon kemudian desa ini dikenal sebagai markas
“pembela” yang akhirnya bergeser menjadi Pabelan.
Baru menjelang masa pendudukan Jepang, kehidupan pondok
mulai ramai kembali dibawah asuhan Kyai Anwar dengan dibantu
oleh Kyai Asror dan Kyai Adam. Agaknya yang menjadi pelajaran
pokok dan favorit pada waktu itu ialah “ilmu alat” (nahwu dan
shorof), fiqh dan tafsir. Namun kebangkitan kembali pesantren pun
tidak lama bertahan. Dengan meninggalnya Kyai Asror di tahun 1953,
secara drastis akifitas Pabelan menyusut, hingga akhirnya bisa
dikatakan berhenti sama sekali, tinggallah warisan bangunan tua, yang
terdiri dari bahan bambu amat sederhana yang kemudian dipugar pada
tahun 1965.6
Kondisi yang menyedihkan ini baru berakhir pada tahun 1965,
dengan munculnya Kyai Hammam Ja’far, putra Pabelan asli, setelah
sekitar delapan tahun nyantri di Pondok Gontor Ponorogo Madiun.
Dari sinilah Pabelan mulai memasuki babak baru, memasuki
kehidupan yang sama sekali tidak terbayangkan oleh masyarakat desa
sebelumnya. Perubahan ini secara otentik digerakkan oleh Kyai
Hammam Ja’far.
Tahapan penyadaran ini tidaklah sia-sia sehingga pertengahan
tahun 1965 terbentuklah wadah persatuan masyarakat Pabelan, dengan
berdirinya sebuah badan Pemeliharaan Tradisi Islam Pabelan (PTIP)
dan Persatuan Pemuda Pabelan (P3). Pada hari sabtu 28 Agustus
1965, jam 14.00 WIB berkat dukungan dari berbagai pihak elit desa
dan sebagian besar tokoh agama, dibukalah kembali secara resmi
sebuah lembaga pendidikan yang diberi nama Balai Pendidikan
Pondok Pabelan (BPPP). Sedangkan tiga hari kemudian, 31 Agustus
1965 jam. 20.00 WIB terbentuklah Badan Wakaf Pondok Pabelan
6 Komaruddin Hidayat “ Pesantren dan Elit Desa” dalam M. Dawam Raharjo (ed.)
Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun Dari Bawah, (Jakarta : P3M, 1985), hlm. 79.
46
yang anggotanya terdiri dari para sesepuh dan tokoh masyarakat serta
pamong desa Pabelan. Disamping merupakan lembaga sosial desa dan
forum musyawarah badan ini juga sekaligus merupakan forum
tertinggi untuk membahas dan mengambil langkah bagi usaha merintis
serta mengembangkan Pondok Pabelan.7
Adapun sekarang ini kepemimpinan dan pengelolaan Pondok
Pesantren Pabelan Magelang dipegang oleh adik dan putra dari KH.
Hamam Dja’far.
7 Study wawancara dengan Pengasuh/ Pimpinan Umum PP. Pabelan Magelang, KH.
Ahmad Musthofa, SH, pada tanggal 19 Juli 2005.
47
STRUKTUR ORGANISASI PP. PABELAN MAGELANG
JAWA TENGAH
STRUKTUR KEPENGURUSAN PP. PABELAN MAGELANG
JAWA TENGAH
Keterangan : 1. Bag. Keamanan, 2. Bag. Pengajaran, 3. Bag. Penggerak Bahasa, 4. Bag. Olah Raga, 5. Bag.
Penerima Tamu, 6. Bag. Informasi, 7. Bag. Kesehatan, 8. Bag. Kesenian, 9. Bag. Perlengkapan,
10. Bag. Pertamanan.
PENGASUH/PIMPINAN
BENDAHARA
PENGURUS/OPP
SEKRETARIS
KEPALA BILIK
KEPALA BILIK
8 9 10
KETUA
BENDAHARA SEKRETARIS
76543 21
48
4. Struktur Organisasi
Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini tokoh-tokoh yang
ikut terlibat langsung dalam pembinaan di Pondok Pesantren Pabelan
adalah sesuai struktur berikut :8
a) Drs. H. Wasit Abu Ali, SH, M.Pd (ketua yayasan wakaf
pondok pesantren pabelan).
b) KH. Ahmad Musthofa, SH, (Pimpinan umum).
c) KH. Ahmad Najib Hammam, (Pimpinan I).
d) KH. Muhammad Balya, (Pimpinan II).
e) Nasirudin, S.Pd, (Sekretaris).
f) Nur Hamid Effendi (Bendahara I).
g) Uswatun Hasanah ( Bendahara II).
Adapun struktur Organisasi Pelajar Putra/Putri (OPP), Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan periode 2005-2006 adalah :9
No Jabatan Putra Putri
1 Ketua/ Wakil
Ketua
1. Zan Heri Dwi
Satoto.
2. Ade Masruri
1. Nurul
Fitriyanti
2. Dewi astuti
2 Sekretaris 1. M. Tajwid
2. Qodaruddin Sulaiman
1. Zaitun
Nikmah
2. Layyinatus-
syifa’
3 Bendahara 1. Feri Mulyono
2. Imron Manistianto
1. Rif’atul
Badriyah
2. Munawaroh
4 Bagian
Keamanan
1. Setiyo Kurniawan
2. Khiril Athar
1. Siti Aminah
2. Umi Faizah
8 Ibid. 9 Study dokumentasi PP. Pabelan Magelang.
49
3. Muhammad Citradi
4. Wiliyananda
5 Bagian
Pengajaran
1. Mawardi
2. M. Nur Hidayat
3. Abi Bakhri Khomaini
4. Misranto
1. Istikharoh
2. Umi Kulsum
6 Bagian
Penggerak
Bahasa
1. Riyansah Tuahunse
2. Edi Susilo
3. Fahri Cipta Saputra
1. Nurul
Syamsiyyah
2. Izzah fatin
7 Bagian Olahraga
1. Eko Septiyanto
2. M. Nur Taufiq
3. Arif Kurniawan
4. Ahmad Mudofar
1. Masruroh
2. Falihah
8 Bagian
Penerimaan
Tamu
1.Ahmad Budi Sistrianto
2. Rego Polandi
3. Bahrian Azra Wildan
1. Nihayatus
Sa’adah
2. Nunung
Mahmudah
9 Bagian
Informasi
1. Afif Murdhani
2. Toto Irawan
1. Himmah
Maulidiyah
2. Muannisa’
10 Bagian
Kesehatan
1. Abdurrahman
2. Samu’in
3. Tri Hendarto
1. Bunayatul
Jamilah
2. Umi
Mukarromah
11 Bagian Kesenian 1. Dedi Ninja
2. Trigiyar
1. Vivi Sofiati
2. Fitriyani
Mubarokah
12 Bagian
Perlengkapan
1. Andri Muldi
2. M. Shoffa
1. Nabila
Tarafu’I
50
Zainuddin 2. Salma
Rifqotul Ulya
13 Bagian
Pertamanan
1. Firman Setiawan
2.ErwinTri
wahyudi
3. Eri Widodo.
1. Lina Fu’adah
2. Ainan Ni’mah
Agar program kegiatan dapat berjalan dengan baik, maka
diperlukan adanya pembagian tugas kepada masing-masing pengurus,
adapun tugas tersebut, antara lain sebagai berikut :
1. Ketua :
a. Memimpin dan bertanggung jawab atas kelancaran manajemen
pondok pesantren, baik ke dalam maupun ke luar.
b. Menentukan kebijakan-kebijakan sebagai penjabaran dari
ketetapan maupun keputusan pengasuh atau pimpinan.
c. Sebagai pimpinan rapat intern pengurus harian.
d. Menandatangani surat-surat keluar bersama sekretaris.
e. Mengkoordinir bidang-bidang, seperti administrasi,
pendidikan, pengajaran dan hubungan masyarakat (humas).
2. Wakil Ketua :
a. Menggantikan kedudukan, tugas dan wewenang ketua bila
berhalangan / dibutuhkan / ditunjuk.
b. Bertanggung jawab atas proses manajemen yang sifatnya ke
dalam.
c. Membantu tugas ketua yang sifatnya khusus (bidang intel dan
koordinasi dengan ketua bilik).
d. Mengkoordinir pengelolaan keungan pondok.
3. Sekretaris :
a. Mengatur administrasi secara umum.
b. Mengkonsep bersama ketua, membuat dan menandatangani
surat keluar bersama ketua.
51
c. Sebagai notulis rapat.
d. Mendaftar santri baru, membukukan dan membuat kartu tanda
santri (KTS).
e. Menggantikan kedudukan ketua dan wakil ketua jika
berhalangan / dibutuhkan.
4. Bendahara :
a. Menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang sesuai dengan
kebutuhan.
b. Membukukan dan membuat jurnal harian, mingguan, bulanan
serta laporan akhir.
c. Membuat skala prioritas pengeluaran uang.
d. Mengusahakan dana dari pendaftaran dan syahriah (SPP).
5. Bagian-bagian :
a. Bagian Keamanan : bertanggung jawab atas keamanan,
ketentraman dan ketertiban di pondok pesantren.
b. Bagian Pengajaran : bertanggung jawab atas proses belajar
mengajar, menyelenggarakan program latihan dan
ketrampilan.
c. Bagian Penggerak Bahasa : bertanggung jawab terhadap
pembinaan dan pengawasan kemampuan berbahasa santri
(inggris, arab dan indonesia).
d. Bagian Olahraga : bertanggung jawab atas pembinaan jasmani
dan rohani serta pelaksanaan kegiatan olah raga rutin.
e. Bagian Penerimaan Tamu : bertanggung jawab atas menerima
dan melayani tamu.
f. Bagian Informasi : bertanggung jawab atas pengkoordiniran
mading, serta pengumuman-pengumuman atau informasi yang
dibutuhkan santri.
g. Bagian Kesehatan : bertanggung jawab atas kesehatan dan
kebiasaan hidup sehat santri.
52
h. Bagian Kesenian : bertanggung jawab atas penyaluran bakat
dan minat santri terutama dalam hal kesenian.
i. Bagian Perlengkapan : bertanggung jawab atas pengadaan dan
pengawasan barang-barang yang dimiliki pondok.
j. Bagian Pertamanan : bertanggung jawab atas kebersihan
lingkungan pondok serta mengkoordinir kegiatan jum’at
bersih.10
5. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
a. Tujuan Pendidikan
Secara umum tujuan pesantren ini adalah untuk membina dan
mengantar para santri menjadi manusia yang berakhlakul karimah
(sholeh), serta menguasai ilmu pengetahuan (tafakkuh fi al-Din),
serta menjadikan mereka sebagai orang yang bermanfaat bagi
agama, nusa dan bangsa.
Adapun tujuan secara khusus pendidikan di Pondok Pesantren
Pabelan ini bertujuan sebagai berikut :
1) Mendidik santri agar menjadi muslim yang bertaqwa kepada
Allah SWT, berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat lahir dan
bathin.
2) Membekali santri agar memiliki kecerdasan dan menguasai
ilmu-ilmu pengetahuan agama dan umum.
3) Mendidik santri agar menjadi muslim yang dapat menjadi
kader-kader ulama’ dan muballigh yang berjiwa ikhlas, tabah,
tangguh dan mandiri dalam menjalankan syari’at Islam secara
kaffah dan dinamis.
4) Mendidik santri agar memiliki kepribadian dan semangat
kebangsaan yang mampu menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan, yakni mampu membangun dirinya sendiri dan
menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
10 Study dokumentasi dan wawancara dengan Pengusrus PP. Pabelan Magelang, pada
tanggal 18 Juli 2005.
53
5) Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam
berbagai sektor pembangunan, baik pembangunan mental
spiritual maupun sektor sosial kemasyarakatan
dilingkungannya dalam rangka ikut berpartisipasi dalam
pemberdayaan masyarakat.
Kemudian berbagai macam tujuan pondok pesantren pabelan
baik secara umum maupun khusus tercermin dalam panca jiwa
pondok dan motto pondok pesantren pabelan sebagai berikut : 11
1) Panca Jiwa Pondok, yakni : keikhlasan, kesederhanaan,
ukhuwah islamiyah, berdikari dan kebebasan.
2) Motto Pondok, yakni : berbudi tinggi, berpengetahuan luas,
berbadan sehat, berpikiran bebas.
Tujuan pendidikan sebagaimana diatas secara tidak langsung
telah mengarah pada tujuan pendidikan nasional sebab unsur-unsur
yang tercantum dalam tujuan pendidikan Pondok Pesantren
Pabelan ini mencerminkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
manusia yang cerdas, terampil, mandiri dan berbudi pekerti yang
luhur serta mengamalkan ilmunya di lingkungan masyarakat.
Dengan demikian tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh
Pondok Pesantren Pabelan ini cukup baik dalam rangkan
mengantar santri (peserta didik) untuk menjadi manusia Indonesia
yang tidak hanya pandai ilmu agama akan tetapi juga menguasai
ilmu pengetahuan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan diatas, pesantren ini
menyelenggarakan beberapa jenjang pendidikan yang menerapkan
sistem kurikulum has pondok, yaitu Kulliyatul Al-Mua’allimin Al-
Islamiyah (KMI), para santri akan secara otomatis juga mengikuti
program Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah
(MA), yang telah diselenggarakan di Pondok Pesantren Pabelan.
11 Ibid.
54
b. Kurikulum dan Evaluasi Pendidikan
Yang dimaksud dengan kurikulum pesantren adalah seluruh
rangkaian kegiatan atau pengalaman-pengalaman serta bahan-
bahan pendidikan agama Islam yang sengaja diberikan kepada
santri secara sistematis agar dapat mencapai tujuan utama, yaitu
terbentuknya pribadi muslim.
Namun sulitlah kiranya menentukan dan menetapkan
kurikulum dan bahan pelajaran secara umum di pesantren, karena
menyusun kurikulum tersebut didasarkan atas tujuan pendidikan
yang hendak dicapai, dimana masing-masing pesantren memiliki
tujuan yang berbeda-beda sebagai ciri khas pesantren itu sendiri.
Adapun kurikulum Pondok Pesantren Pabelan menerapkan
sebuah kurikulum yang khas pondok, yakni Kulliyatul Al-
Mua’allimin Al-Islamiyah (KMI),12 yang mana para santri akan
secara otomatis juga mengikuti program Madrasah Tsanawiyah
(MTs) dan Madrasah Aliyah (MA), yang telah diselenggarakan di
Pondok Pesantren Pabelan. Kemudian bagi yang berkeinginan
memperdalam pelajaran agama Islam dan persiapan bagi lulusan
SLTP/MTs diluar Pondok Pesantren Pabelan yang akan masuk
kelas I madrasah aliyah atau kelas IV KMI, diselenggarakan juga
program takhassus selama 1 tahun. Arah pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan adalah kemasyarakatan dan mencetak santri
menjadi pribadi yang mandiri serta berkembang sesuai dengan jati
diri masing-masing.
Sedangkan kualifikasi lulusan pesantren ini sesuai dengan
kurikulum yang diajarkan, antara lain :
1) Lulusan Madrasah Tsanawiyah/Kelas I-III KMI, targetnya
ialah menguasai dengan baik ilmu nahwu, shorof, mahfudhot,
muthola’ah dan fiqh. Ukuran atau standarnya adalah hafal dan
12 Study wawancara dengan Pimpinan II PP. Pabelan, KH. Muhammad Balya, pada
tanggal 19 Juli 2005.
55
dapat memahami Nahwu wadli’, Kitab As-sa’adah, dan Tarikh
Rasul.
2) Lulusan Madrasah Aliyah / kelas IV-VI KMI, targetnya
menguasai dengan baik ilmu nahwu, shorof, fiqh, dan logika.
Ukuran atau standarnya adalah hafal dan dapat memahami
Nadlom Manthiq, Balaghoh, Jawahirul Maqnun, Qowa’idul
Fiqh dan Tafsir Hadits.
Kemudian di Pondok Pesantren Pabelan juga diterapkan
sebuah sistem evaluasi yang komprehensif, hal ini dikarenakan
evaluasi dalam pendidikan merupakan suatu hal yang penting,
dengan evaluasi dapat diketahui sejauhmana anak didik sudah
mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan.
Evaluasi yang digunakan di Pondok Pesantren Pabelan terbagi
menjadi dua, yaitu :
1) Evaluasi Model Madrasah
a) Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif adalah Evaluasi hasil belajar pada
setiap akhir satuan pelajaran.
Ustadz mengadakan test sebelum menyampaikan materi
yang baru dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
santri tentang pelajaran yang sudah disampaikan
sebelumnya. Atau mengadakan post test dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan santri dalam menyerap
pelajaran yang baru.
b) Evaluasi Sisipan
Evaluasi sisipan dilaksanakan pertengahan semester,
dengan maksud dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan santri terhadap materi yang disampaikan.
Evaluasi ini dapat dilakuka dengan cara test tertulis maupun
lesan.
c) Evaluasi Sumatif
56
Evaluasi sumatif adalah evaluasi hasil belajar pada akhir
semester. Evaluasi ini dilakukan untuk membuat keputusan
lulus atau tidaknya siswa selama satu tahun belajar.
Pada evaluasi ini, penilaiannya mempertimbangkan
evaluasi formatif dan evaluasi sisipan. Ketiga evaluasi
tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya
dalam perolehan nilai akhir para santri.
2) Evaluasi Model Pondok
a) Evaluasi salafiyah
Dalam model salafiyah tidak ada evaluasi secara formal
seperti yang berlaku pada model madrasah dimana untuk
mengetahui kemampuan santri diadakan evaluasi.
Sedangkan model pondok untuk mengetahui kemampuan
santri ditandai dengan restu kyai, bahwa santri yang
bersangkutan boleh pindah mencari kiai, tanpa harus
menunggu teman yang lain dan dapat dilakukan setiap
waktu. Disamping itu santri yang tersebut boleh
mengajarkan kitab yang telah dikuasai pada santri yang
lain.
b) Evaluasi Pelanggaran Tata Tertib
Disamping evaluasi yang disebutkan diatas masih ada
lagi evaluasi pelanggaran tata tertib, yang bentuknya
berupa pengamatan terhadap santri dengan tujuan untuk
mengetahui tingkah laku (perbuatan) santri selama tinggal
di Pondok Pesantren. Kelanjutan dari evaluasi ini adalah
apabila ada anak yang melanggar tata tertib maka dita’zir
atau diberikan sanksi dengan disesuaikan tingkat
kesalahannya. Adapun sanksi yang dijatuhkan merupakan
hasil evaluasi yang berbentuk pengamatan.
57
c. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Pabelan
Magelang dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yakni : pertama,
pembelajaran di pesantren itu sendiri, kedua, pembelajaran di
lingkungan sekolah. Untuk lebih rincinya dapat diuraikan sebagai
berikut :13
1) Pembelajaran di pesantren.
Pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh dan untuk santri sendiri dengan
dibantu oleh beberapa konsultan dari pengasuh pesantren.
2) Pembelajaran di lingkungan sekolah
Pembelajaran yang dimaksud adalah proses beblajar
mengajar yang kurikulumnya telah ditetapkan sebagaimana
tersebut diatas dan dilaksanakan di kelas khusus dengan
fasilitas pendidikan yang relatif modern serta dibimbing oleh
ustadz secara khusus.
Metode pembelajaran yang digunakan di sekolah, baik dari
Madrasah Tsanawiyah (MTs)/ kelas I-III KMI dan Madrasah
Aliyah (MA)/ kelas IV-VI KMI, tidak jauh beda dengan
sekolah-sekolah lain pada umumnya, yaitu menggunakan
metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Sedangkan kegiatan
belajar mengajar di pesantren sering menggunakan model
diskusi atau munadlarah, disamping ada pengajian model
bandongan dan sorogan. Sebab kegiatan belajar dan mengajar
di pesantren sebenarnya bagian dari kegiatan sekolah yang
terstruktur yang dilaksanakan oleh pengurus pondok sebagai
media pendalaman terhadap materi-materi kegiatan sekolah.
13 Study wawancara dengan Pimpinan I PP. Pabelan, KH. Ahmad Najib Hammam, pada
tanggal 19 Juli 2005.
58
d. Tamatan/Alumni Pesantren
Salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh Pondok Pesantren
Pabelan ialah output dari lembaga tersebut yang mana sangat
mengutamakan kualitas lulusan dengan tidak meninggalkan aspek
kontuinitas. Hal ini dikarenakan di pondok pesantren Pabelan
setelah mereka menyelesaikan jenjang sekolah/madrasah selama 6
tahun maka mereka diberi kesempatan untuk mengabdikan
diri/magang di lembaga tersebut kurang lebih satu tahun. Setelah
itu mereka akan segera kembali ke masyarakat atau melanjutkan
ke pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Adapun jumlah alumni Pondok Pesantren Pabelan yang
tercatat sampai 2005 ini diperkirakan kurang lebih 11.000 orang.14
Jumlah alumni tersebut diatas kini telah banyak berkiprah di
lapisan masyarakat yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia
dengan ragam profesi dan keahlian yang berbeda, seperti
ulama’/kyai, Dosen, Guru, aktivis LSM, pegawai negeri, pegawai
swasta, wiraswasta dan lain-lain.
Adapun forum yang memfasilitasi alumni Pondok Pesantren
Pabelan dalam upaya silaturahmi dengan diadakannya “temu
alumni” tiap milad pondok pesantren pabelan (hari jadi pondok
pesantren pabelan) dan secara besar-besaran diadakan setiap lima
tahun sekali.
6. Sarana dan Pra sarana
Diantara faktor yang ikut menentukan keberhasilan suatu
pendidikan adalah terpenuhinya saran adan prasarana penunjang yang
memadai sesuai dengan kebutuhan, faktor ini sangat penting demi
tercapainya aktifitas proses belajar mengajar.
Pondok Pesantren Pabelan dilengkapi pula sarana-sarana sebagai
berikut :15
14 Angka ini diperkirakan dari jumlah alumni Pabelan Magelang sejak tahun 1965. 15 Study dokumentasi dan obeservasi PP. Pabelan Magelang, pada tanggal 18 Juli 2005.
59
a. Gedung Asrama
Komplek Pondok Pesantren Pabelan secara keseluruhan
menempati tanah seluas 5,5 Ha, dan jumlah kamar masing-masing
10 kamar, yang terdiri lima kamar “presiden” dan lima kamar
“kuwait”. Diberi nama kamar “presiden” dikarenakan
pembangunannya atas dana bantuan dari presiden RI, kemudian
kamar “kuwait”, merupakan hasil bantuan dari pemerintah kuwait.
Sedangkan rata-rata luas kamar 5x5 m2.
b. Madrasah
Sistem pengajaran yang berikan di Pondok Pesantren Pabelan akan
berjalan dengan baik dengan adanya sarana pendukung berupa
gedung madrasah/KMI yang cukup memadai, sebagai salah satu
fasilitas central dalam proses belajar mengajar di Pondok tersebut.
c. Kopontren
Koperasi yang ada di Pondok Pesantren Pabelan ini dikelola oleh
pengasuh dan santri. Barang-barang yang dijual di koperasi adalah
barang-barang kebutuhan sehari-hari para santri.
d. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sarana yang esensial dalam pendidikan,
didalamnya tersedia bermacam-macam kitab dan buku-buku
bantuan dari Departemen Agama, Dep-Kop, LP3ES dan BPPM
serta lembaga lainnya.
e. Tele Center
Tele center merupakan sarana penunjang komunikasi yang dimiliki
oleh Pondok Pesantren Pabelan, yang didalamnya tersedia fasilitas
wartel dan internet yang dibuka untuk umum.
f. Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat
Balai Kesehatan adalah sebuah fasilitas kesehatan hasil kerjasama
Pondok Pesantren Pabelan dengan Puskesmas setempat, yang mana
berfungsi sebagai tempat berobat dan konsultasi kesehatan bagi
santri dan masyarakat.
60
g. Laboratorium
Fasilitas penunjang lainnya yang dimiliki Pondok Pesantren
Pabelan ialah tersedianya Gedung Laboratorium, antara lain :
Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Laboratorium
Fisika, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Biologi yang
merupakan hasil bantuan dari IDB dan BAPPENAS sebagai
fasilitas peningkatan mutu pondok pesantren.
h. Gedung Ketrampilan
Gedung ini dipergunakan sebagai wadah penyalur bakat dan minat
santri, salah satunya ketrampilan tata busana.
Adapun sarana yang lain dapat dilihat dalam tabel berikut :
TABEL I
Fasilitas Pondok Pesantren Pabelan Magelang
No Jenis Sarana Jumlah Keterangan
1 Masjid 1 Untuk sholat
berjama’ah
2 Aula 2 Tempat mengaji dan
rapat
3 Ruang Tamu 2 Untuk menerima tamu
4 Lapangan Olah Raga 4 Untuk berolah raga
5 Majalah Dinding 2 Untuk informasi
6 Papan Baca 2 Untuk pengumuman
7 Kantin 2 Untuk makan para
santri
8 Dapur Umum 2 Untuk memasak
9 MCK 15 Untuk mandi, mencuci
dan buang air
61
Pola kehidupan santri dan segala aktifitas kesehariannya selalu
dilingkupi suasana edukatif. Asrama tempat para santri tinggal, para
kyai, ustadz dan guru terdapat ditengah-tengah komplek lingkungan
pesantren, sehingga aktifitas keseharian santri dapat terpantau dan
mudah untuk mengadakan pembinaan dan pendampingan dalam
proses belajar mengajar (PBM).
Hal inilah yang membedakan antara pesantren dengan lembaga
pendidikan yang lain. Sehingga dengan lingkungan dan segala
aktifitasnya maka akan mudah membentuk karakter pribadi yang
diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Adapun jadwal kegiatan
di PP. Pabelan Magelang menggunakan sistem terpadu (24 jam),
diantara aktivitas santri adalah sebagai berikut :16
JADWAL KEGIATAN PP. PABELAN MAGELANG
JAWA TENGAH
NO WAKTU AKTIVITAS 1. 04.00-05.00 WIB Bangun tidur, jama’ah sholat shubuh 2. 05.00-06.00 WIB Baca Alqur’an 3. 06.00-07.00 WIB Mandi, sarapan 4. 07.09-13.30 WIB Sekolah 5. 13.30-14.00 WIB Makan Siang 6. 14.00-15.30 WIB Ekstra kurikuler 7. 15.30-16.00 WIB Sholat Ashar 8. 16.00-16.45 WIB Olah Raga 9. 16.45-17.15 WIB Mandi 10. 17.15-18.10 WIB Masuk Masjid, Baca Al-Qur’an, Sholat
Maghrib Berjama’ah. 11. 18.10-18.45 WIB Ke kamar untuk belajar dengan
pendamping/Muroqib 12. 18.45-19.05 WIB Makan Malam 13. 19.05-19.30 WIB Sholat Isya’ 14. 19.30-21.00 WIB Forum Kultum (Muhadloroh) 15. 22.00-04.00 WIB Wajib Tidur (Bulish malam)
16 Studi dokumentasi dan wawancara dengan Pengurus PP. Pabelan Magelang, pada tanggal 18 Juli 2005.
62
Catatan :
1. Jumlah santri putra = 236 2. Jumlah santri putri = 198 3. Jumlah keseluruhan santri = 434 4. Setiap hari Selasa sore (ba’da ashar) diadakan pengkajian kitab
safinatunnajah serta pada hari sabtu sore (ba’da ashar) diadakan pengkajian kitab ta’limul muta’allim dan malam harinya diadakan pengkajian kitab matan jurumiyah.
B. BALAI PENGAKAJIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
1. Sejarah Berdirinya BPPM
Berawal dari begitu besarnya perhatian KH. Hamam Dja’far
terhadap program pemberdayaan masyarakat Pabelan, maka sejak pertama
kali didirikan Pondok Pesantren Pabelan telah ikut serta berpartisipasi
dalam pemberdayaan masyarakat sekitar dan upaya menemukan solusi
bersama dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat
serta adanya realita secara kultural dari misi utama pesantren porsi
kegiatannya dalam bidang pendidikan, sedangkan dalam pengembangan
masayarakat, meskipun selama ini sudah dilakukan namun hanya bersifat
sporadis, kegiatan pengembangan masyarakat belum dilakukan pesantren
secara kelembagaan, disamping tanpa disertai visi yang jelas serta
perangkat pendukung yang memadai. Karena itu pada bulan Oktober
1977 sampai dengan April 1978 diadakan pelatihan TPM (Tenaga
Pengembangan Masyarakat) yang diselenggarakan oleh LP3ES (Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial ) bekerjasama
dengan Departemen Agama RI, diselenggarakan di Pondok Pesantren
Pabelan Magelang yang diikuti oleh beberapa pondok pesantren di
Indonesia.
Sekembalinya dari mengikuti TPM (Tenaga Pengembangan
Masyarakat), kemudian mereka mengadakan konsultasi dengan kyai dan
para pemimpin pesantren lainnya, yang hasilnya dibentuklah 3 KKS
(Kelompok Kerja Santri), yang mengkhususkan diri dibidang kesehatan
lingkungan, kesejahteraan sosial serta pendidikan masyarakat desa.
Kontak-kontak selanjutnya dengan para pemimpin formal dan sesepuh
63
masyarakat, diadakan dengan cara yang telah biasa berlangsung. Pada
tahap analisa situasi, dibentuk kelompok kerja masyarakat desa (KKMD).
“Proyek-proyek” KKS yang menggabungkan diri, bersama dengan KKMD
dibimbing tenaga-tenaga ahli dari LP3ES serta instansi-instansi dan
lembaga-lembaga lain (pemerintah dan swasta).
Spektrum langkah-langkah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren
Pabelan Magelang, meliputi : rehabilitasi perumahan dan jalan desa secara
swadaya, pembangunan MCK, pembangunan dinas kesehatan dengan
tempat penyimpanan obat-obatan dan petugas kesehatan, usaha bersama di
bidang peternakan itik dan penggunaan teknologi tepat guna dalam
pembangunan suatu sistem penyediaan air (dengan pompa bertenaga arus
air/hidrolik, filter dan gudang air).
Semenjak 1977, dirasakan program-program yang berorientasi
pada masyarakat, perlu kiranya dibentuk sebuah institusi untuk dapat
menyusun secara sistematis dan efisien dalam pelaksanaan program aksi
serta agar memudahkan pesantren untuk menindaklanjuti tawaran bantuan
organisasi ekstern dan menggunakannya bagi kegiatan pengembangan
desa (baik jasa pemeritah, misalnya untuk bidang kesehatan,
pengembangan pertanian, bank, jasa informasi, perkoperasian maupun
lembaga swasta dan oraganisasi sponsor). Dan sebagai komponen baru
kegiatan pendidikan pesantren, maka program yang berorientasi pada
masyarakat hendaknya secara intitusional diintegrasikan dan
dikoordinasikan oleh sebuah lembaga yaitu Balai Pengkajian dan
Pengembangan Masyarakat (BPPM). 17
2. Tujuan BPPM
BPPM secara umum bertujuan untuk memberikan suatu peranan
kepada pesantren dalam proses pembangunan desa, yaitu : sebagai pusat
pelatihan masyarakat desa dalam rangka mengembangkan pengetahuan
dan logika berfikir, ketrampilan serta pembinaan kepribadian pemuda dan
17 Study wawancara dengan Wakil Ketua BPPM PP. Pabelan Magelang, Nunun
Nukiaminten, pada tanggal 25 Juli 2005.
64
sebagai sebuah lembaga yang dapat menggiatkan kemandirian dan
swadaya di kalangan masyarakat desa untuk mengembangkan sumber
daya yang dimilikinya.
Adapun dalam perkembangannya BPPM mempunyai dua tujuan,
jangka pendek dan jangka panjang, yakni :
a. Tujuan jangka pendek :
1) Mencetak kader desa dan pesantren sebagai TPM (tenaga
pengembangan masyarakat dan agent of change.
2) Menumbuh kembangkan kelompok swadaya yang akan
memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan lahir
maupun batin.
3) Mengembangkan pesantren sebagai pusat informasi dan
pengembangan masyarakat.
b. Tujuan jangka panjang :
1) Mengembangkan kreativitas dan produktivitas masyarakat dan
keluarga pesantren lewat pengembangan swadaya, swakarsa.
2) Munculnya model-model pengembangan masyarakat lewat pondok
pesantren.
3) Melestarikan dialog antar pesantreen dan masyarakat dalam
pembangunan bangsa.18
3. Strategi Pendekatan
Kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh BPPM
menggunakan metode pendekatan dari dalam. Pada dasarnya masyarakat
merupakan subyek pembangunan yang memiliki kemampuan yang
memadai. Dengan demikian manusia dipandang sebagai sumber daya yang
mampu mengembangkan dirinya dan sekaligus mampu mengatasi dan
mencari alternatif pemecahan masalahnya bersama dengan segala
kemampuannya, yang antara lain, cara-cara membudidayakan sumber-
18 Ibid.
65
sumber yang tersedia baik insani, alam, kelebihan waktu luang dan
sebagainya.19
Kehadiran BPPM sebatas sebagai motivator, komunikator,
dinamisator dan fasilitator dalam program pengembangan masyarakat agar
program tersebut tetap komunikatif serta dapat dipelajari dan diperluas
dengan strategi program, berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
a. Pada permulaan, diselidiki kebutuhan apa yang dirasakan sendiri oleh
masyarakat yang bersangkutan.
b. Spektrum kebutuhan, diartikan secara luas dan dapat mencakup,
diantaranya unsur-unsur ekonomi, sosial, prasarana, pedagogi, dan
agama yang sering kali terpaut satu sama lain.
c. Diusahakan adanya partisipasi masyarakat yang bersangkutan.
Pandangan, usul dan gagasan mereka diterima dan merupakan pangkal
tolak bagi pembuatan konsep pemecahan masalah, perencanaan
operasional serta implementasi program.
d. Analisa masalah secara sistematis, dilakukan dengan melibatkan
masyarakat yang bersangkutan, cara yang ditempuh ini adalah suatu
metode pedagogi, guna mencapai suatu pengertian masalah yang
sesuai dengan realitas dan menciptakan persyaratan, agar program
dapat dilaksanakan secara partisipatif dan berorientasi pada sasaran.
e. Dalam penggunaan teknologi yang disesuaikan sebagai dorongan
inovatif, diperhatikan agar sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
pengalaman masyarakat yang bersangkutan. Teknologi harus mereka
kuasai, adaptaskan dan kembangkan lebih lanjut.
f. Sebagian besar kerja sama langsung dengan masyarakat dilaksanakan
melalui tenaga pengembangan masyarakat (TPM), yang terdiri dari
santri dan guru yang berpandangan maju yang telah dididik melalui
program pelatihan khusus.
19 Ibid.
66
g. Diusahakan peningkatan dan pemanfaatan bentuk-bentuk tradisional
swadaya sukarela dan kolektif guna mendorong kebebasan dan
keyakinan individu atau golongan.20
Adapun kunci bagi terlaksananya strategi program ini terletak pada
TPM. Mereka adalah faktor pengikat yang menentukan diantara semua
segmen yang terlibat dalam program. Oleh karenanya sensibilitas,
kemampuan berkomunikasi dan kreatifitas mereka sangat mempengaruhi
hasil program.
Adapun strategi program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh BPPM merujuk pada strategi program yang dikembangkan
oleh LP3ES, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat melalui grafik berikut
ini :21
20 Study dokumentasi BPPM PP. Pabelan Magelang. 21 Ibid.
68
4. Pelaksanaan Program BPPM
Program pemberdayaan masyarakat melalui BPPM memiliki beberapa
kesatuan sistem yang terintegrasi diantaranya : pembentukan dan
fungsionalisasi kelompok, konsultasi usaha, pengembangan modal dan
kegiatan produktif, supervisi/pemantauan dan evaluasi22.
Bertolak dari hal ini, oleh Pondok Pesantren Pabelan dilaksanakan
beberapa pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat sebagai
berikut :
a) Sektor Ekonomi :
Pesantren Pabelan pada awalnya menyelenggarakan kelompok-
kelompok simpan pinjam yang diperuntukkan bagi warga sekitar
Pondok Pesantren Pabelan.23
Pelaksanaan Program ini pertama kali dimulai oleh 57 Pengusaha
kecil yang membentuk sebuah kelompok simpan pinjam dan untuk itu
telah menyediakan modal tabungan dan bagi anggota yang ingin
meminjam, maka harus melunasi dalam jangka waktu 10 bulan
dengan bunga 2,5 %.
Pada umumnya, simpanan anggota BUSP terdiri dari tiga jenis,
yaitu simpanan pokok, wajib dan simpanan sukarela. Adapun lebih
jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :24
Simpanan pokok adalah simpanan awal yang jumlahnya sama
untuk seluruh anggota, besarnya sekitar Rp. 10000, -. Adapun
pembayarannya dilakukan pada saat masyarakat tersebut tercatata
sebagai anggota BUSP.
Simpanan wajib adalah simpanan tetap yang harus dibayar setiap
anggota tiap bulannya, besarnya berkisar Rp. 5000,- setiap anggota.
Adapun simpanan sukarela merupakan suatu jenis simpanan anggota
22 Study wawancara dengan Ketua BPPM, Drs. Imam Munajad, SH, MA., pada tanggal 4
September 2005. 23 Study wawancara dengan Pimpinan II PP. Pabelan, KH. Muhammad Balya, pada
tanggal 4 September 2005. 24 Study wawancara dengan Wakil Ketua BPPM, Nunun Nukiaminten., pada tanggal 4
September 2005.
69
yang tidak ditentukan secara baku jumlah maupun waktu
penyerahannya. Adapun besarnya simpanan sukarela ditetapkan atas
dasar kemauan pribadi masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat dalam sektor perekonomian
ini sangat membantu dalam peningkatan taraf hidup masyarakat
sekitar melalui pemberian modal usaha yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk merintis dan mengembangkan usaha yang telah dan
akan digeluti oleh mereka.
Dahulu masyarakat dihadapkan pada masalah tidak bisa
berkembangnya usaha mereka karena faktor permodalan, sehingga
banyak masyarakat yang gulung tikar dan bahkan banyak diantara
mereka yang meninggalkan desa untuk menjadi buruh di kota.
Akan tetapi setelah didirikannya badan usaha simpan pinjam
(BUSP) Pondok Pesantren Pabelan, sedikit banyak persoalan
permodalan dapat teratasi, walaupun tidak menafikan bahwa tidak
semua persoalan permodalan yang dibutuhkan oleh masyarakat dapat
dipenuhi oleh badan usaha simpan pinjam (BUSP) Pondok Pesantren
Pabelan. 25
Hal ini dikarenakan keterbatasan anggaran dana yang dimiliki oleh
badan usaha simpan pinjam (BUSP) Pondok Pesantren Pabelan.
Sehingga tidak semua permintaan masyarakat dapat terpenuhi. Oleh
karena itu dipilih diantara masyarakat yang benar-benar
membutuhkan dan dapat mengalokasikannya pada bidang yang
tepat. 26
25 Study wawancara dengan salah seorang anggota kelompok swadaya masyarakat PP.
Pabelan Magelang, Drs. Muslih, pada tanggal 5 September 2005. 26 Study wawancara dengan Wakil Ketua BPPM, Nunun Nukiaminten, pada tanggal 4
September 2005.
70
b) Sektor Lingkungan Hidup
Dalam sektor ini Pondok Pesantren Pabelan timbul dorongan untuk
mengadakan perbaikan arsitektur tradisional pada perumahan desa dan
pemanfaatan pekarangan rumah.27
Dimana dahulu di Pabelan perumahan penduduk berbentuk gubug-
gubug yang terbuat dari anyaman bambu, karena alasan keamanan
tidak memiliki jendela maupun lubang ventilasi. Lantai dapur dan
lantai tinggal terbuat dari tanah liat yang ditumpuk karena tidak ada
lubang atau cerobong asap, maka menyebarlah asap dari tungku yang
terbuka ke seluruh gubug.28
Keadaan ini sekarang telah berubah, semua rumah memiliki
jendela, kebun kecil yang berguna dan terawat, sebagian besar rumah
memiliki tungku yang efisien, hemat energi yang terbuat dari tanah
liat serta untuk menghindari pengotoran air minum, tempat
penyerapan jamban diletakkan pada jarak yang cukup jauh dari sumur
serta ditanaminya berbagai macam pohon di desa Pabelan memberi
kesan yang higienis dan ekologis berimbang.
Pelaksanaan program ini dimulai dengan pembuatan ventilasi
rumah secara gotong royong, dimana setiap kepala keluarga
diwajibkan untuk menyerahkan satu batang bambu atau balok kayu
yang nantinya akan dipergunakan sebagai bahan pembuat ventilasi
rumah tiap warga Pabelan, selain itu juga dibuat cerobong asap pada
tiap-tiap rumah, kemudian untuk memenuhi fasilitas mandi, cuci dan
kakus maka didirikan fasilitas MCK umum yang merupakan hasil
kerjasama dengan Departemen Sosial.
Kemudian pelaksanaan program pemanfaatan pekarangan rumah
dilakukan dengan pemberian bibit mangga dan rambutan secara gratis
kepada warga agar dapat ditanam disetiap pekarangan warga dan
27 Study wawancara dengan Kepala Desa Pabelan Kec. Mungkid Kab. Magelang Jawa
Tengah, Nunun Nukiaminten, pada tanggal 4 September 2005. 28 Study wawancara dengan salah seorang anggota kelompok swadaya masyarakat PP.
Pabelan Magelang, Drs. Muslih, pada tanggal 5 September 2005.
71
dapat memberikan manfaat baik dari segi lingkungan hidup maupun
dari sudut pandang ekonomis. Bibit ini diperoleh melalui hasil
kerjasama dengan Departeman Pertanian.
Pada tahun 1980 untuk jasa-jasanya di bidang perbaikan arsitektur
desa Pondok Pesantren Pabelan memperoleh penghargaan
internasional “Aga Khan Awards for Architecture” dengan hadiah
uang sebesar US$ 78.000. Untuk bantuan pembuatan konsepsi dari
jumlah tersebut diserahkan kepada lembaga LP3ES uang sebesar US$
10.000.
Serta pada tahun 1982, Pondok pesantren Pabelan memperoleh
pengahargaan dalam rangka hari lingkungan hidup sedunia dari
Presiden Suharto dengan hadiah uang sebesar Rp. 5 juta.
c) Sektor Kesehatan :
Dalam rangka upaya dibidang kesehatan telah berdiri empat
kelompok swadaya dan masing-masing telah membangun sebuah
tempat penyimpanan obat-obatan.29
Dalam pelaksanaan program kesehatan ini setiap anggota
kelompok harus menyetor dana Rp. 1000 setiap bulan, agar
mendapatkan pelayanan pengobatan yang lebih murah bila sakit.
Sementara itu juga diadakan kursus-kursus tentang higiene dan
pengobatan preventif yang berada dibawah pengawasan para dokter
atau petugas kesehatan setempat.30
Adapun dalam pelaksanaannya setiap warga diberikan 10 jenis toga
(tanaman obat keluarga) untuk ditanam di pekarangan rumah masing-
masing agar dapat di budidayakan dan dimanfaatkan, setelah berhasil
maka diwajibkan bagi mereka untuk memberikan bibit toga tersebut
kepada warga yang lain agar dapat ditukar dengan jenis toga yang lain,
29 Study observasi dan wawancara (interviu) dengan Kepala Desa Pabelan Kec. Mungkid
Kab. Magelang Jawa Tengah, Nunun Nukiaminten, pada tanggal 4 September 2005. 30 Study wawancara dengan Ketua BPPM, Drs. Imam Munajad, SH, MA., pada tanggal
26 Juli 2005.
72
sehingga masing-masing warga memiliki tambahan jenis obat yang
berbeda-beda.
Adapun program pemanfaatan toga ini dibawah pengawasan
Departemen Kesehatan, yang mana mereka memberikan bimbingan
dan pengarahan setiap 2 minggu sekali mengenai efektifitas
penanaman toga yang dilaksanakan di Balai Kesehatan setempat.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya masyarakat masih dibebani
dengan biaya pembelian obat serta masyarakat masih menghadapi
kesulitan prosedural dalam pengurusan surat rujukan ke rumah sakit.
Dikarenakan proses pengurusannya masih berbelit-belit.31
d) Sektor Pendidikan, Ketrampilan dan Teknologi Informasi
Dalam sektor ini pondok pesantren pabelan mengembangkan
program minat baca kepada masyarakat melalui perpustakaan dimana
buku-bukunya diperoleh dari bantuan beberapa lembaga baik swasta
maupun pemerintah, dari dalam maupun luar negeri seperti : LP3ES,
Departemen Agama, Departemen Koperasi, ASIA FONDATION dan
lain sebagainya. Adapun pengadaan gedung perpustakaan merupakan
hasil kerjasama dengan Frederick Newment Stivtum (FNS) Jerman
dimana dalam proses pendiriannya masyarakat dilatih secara langsung
dan diberikan ketrampilan praktek pertukangan dalam proses
pendirian bangunan perpustakaan tersebut. Sehingga masyarakat dapat
mempraktekkan langsung teori atau metode-metode pertukangan yang
telah dilatihkan kepada mereka.32
Sedangkan dalam teknologi informasi pondok pesantren pabelan
mendirikan tele center, yang merupakan hasil kerjasama dengan
UNDP dan BAPPENAS. Dimana disitu para santri dan masyarakat
diberikan pelatihan dan kursus selama tiga bulan mengenai cara
pengoperasian komputer dan internet, sehingga diharapkan santri dan
31 Study wawancara dengan salah seorang anggota kelompok swadaya masyarakat PP.
Pabelan Magelang, Drs. Muslih, pada tanggal 5 September 2005. 32 Study wawancara dengan Pimpinan II PP. Pabelan, KH. Muhammad Balya, pada
tanggal 4 September 2005.
73
masyarakat tidak mengalami “gatek” (gagap teknologi). Sehingga
masyarakat dapat mengakses informasi secara cepat dan akurat dan
juga dalam pelaksanaannya fasilitas ini dibuka secara umum dan
gratis, maka masyarakat yang kurang mampu juga dapat
memanfaatkan fasilitas teknologi informasi ini.
e) Sektor Teknologi Tepat Guna
Pondok Pesantren Pabelan mengembangkan teknologi tepat guna
dalam pembangunan sistem sanitasi air, berupa pembangunan tempat
penyediaan air dengan pompa bertenaga arus air / hidrolik, filter dan
gudang air, dimana pengadaan fasilitas ini merupakan hasil swadaya
masyarakat yang dikoordinir oleh Pondok Pesantren Pabelan, yang
mana dalam pelaksanaannya masyarakat diberikan kewajiban
memberikan bantuan semampu mereka, baik berupa batu, pasir, semen
dan lain sebagainya.
Selain pengadaan fasilitas tadi, Pondok Pesantren Pabelan juga
membentuk kelompok swadaya masyarakat yang salah satu
programnya berkaitan dengan teknologi tepat guna, berupa pembuatan
asbes, dimana teknologi tepat guna ini hasil kerjasama dengan ITB,
sehingga masyarakat selain dapat memanfaatkan asbes tersebut
sebagai atap rumah yang termasuk dalam program perbaikan
arsitektur, selain itu masyarakat juga bisa mengambil nilai ekonomis
darinya.33
5. Pengalaman Organisasi
Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, maka dalam aplikasinya
BPPM telah melakukan usaha, baik dengan prakarsa sendiri maupun
bekerjasama dengan organisasi atau instansi lain, pemerintah maupun
swasta. Kiprah nyata tersebut adalah :
a. Memberikan pendidikan, penerangan, pemberdayaan masyarakat
melalui pesantren berupa :
33 Ibid.
74
1) Latihan manajemen teknis bagi para motivator, anggota KSM dan
KSS, hasil kerjasama dengan LP3ES.
2) Seminar Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat, hasil kerjasama
dengan LP3ES.
3) Pelatihan 9 bulan kursus bahasa ingrgis se-Kab. Magelang, yang
dperuntukkan bagi anak yang tidak mampu. Pelatihan ini hasil
kerjasama antara BPPM dan BAPPENAS
4) Pelatihan opersional internet bagi masyarakat dan santri secara
gratis. Hasil kerjasama dengan BAPPENAS dan UNDP .
5) Memberikan pelatihan pertukangan yang diikuti oleh masyarakat
sekitar dan santri, yang merupakan hasil kerjasama dengan
Frederick Newment Stivtum (FNS) Jerman dan Asia Foundation.
b. Mengumpulkan dan menyalurkan informasi tentang kependudukan dan
keluarga berencana melalui :
1) Temu wicara kependudukan, yang diikuti oleh para ulama’ yang
bekerjasama dengan BKKBN setempat.
2) Sosialisasi program keluarga berencana melalui penyadaran kepada
masyarakat bahwa 2 anak cukup, yang diikuti oleh masyarakat
yang bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat.
c. Mengembangkan bidang kajian/pengembangan wawasan.
Program yang sangat menonjol pada bidang ini adalah pada
seminar dan lokakarya. Beberapa kegiatan yang telah diselenggarakan
antara lain :
1) Seminar dan lokakarya tentang pesantren dan globalisasi.
2) Seminar pesantren dalam perubahan sosial, yang kesemuanya ini
diikuti oleh para ulama’, santri dan tenaga lapangan.
d. Program Pengembangan Bisang Lingkungan Hidup
Beberapa program yang telah diselenggarakan dalam program ini
adalah :
1) Pelatihan pendirian rumah sehat bagi masyarakat, hasil kerjasama
dengan Departemen Sosial.
75
2) Program penghijauan dan pemanfaatan pekarangan rumah dengan
menanam tumbuhan yang menghasilkan atau bermanfaat bagi
masyarakat, program ini hasil kerjasama dengan Departemen
Pertanian.
3) Program kebersihan lingkungan dan sanitasi air bersih, hasil
kerjasama dengan BAPPENAS.
e. Program Pengembangan Ekonomi masyarakat melalui Pesantren
(PemP).
PemP dikembangkan untuk menjawab berbagai permasalahan yang
selama ini dilakukan oleh BPPM yang belum berhasil. Dalam evaluasi
program dikemukakan bahwa kelemahan pokok dari konsep
pengembangan masyarakat adalah karena tidak terumuskannya strategi
pendekatan program yang sistemik.
Maka dari itu, ada 3 pendekatan dalam program pemberdayaan
ekonomi masyarakat melalui pesantren, yaitu : Pengembangan SDM,
Kelembagaan Program, Pengembangan unit usaha pesantren sebagai
basis kegiatan. Adapun program ini hasil kerjasama dengan
Departemen Koperasi.34
6. Dukungan Pemerintah
Dalam pelaksanaannya upaya pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh Pondok Pesantren Pabelan Magelang, secara terpadu, telah
mendapatkan dukungan dari beberapa instansi pemerintah, antara lain :
a. Dinas Peternakan, bentuk dukungan yang diberikan adalah
pemberian dana untuk pembuatan kandang, dan 300 ekor anak itik
serta 250 ayam kampung. Kemudian juga diadalakan pelatihan
mengenai budidaya peternakan.
b. Dinas Perindustrian dan Perdagangan, bentuk dukungan yang
diberikan adalah pelatihan kerajinan barang seni, seperti
pembuatan gangsingan. Pembuatan makanan dan minuman.
34 Ibid.
76
c. Dinas Perikanan, bentuk dukungan yang diberikan adalah
pemberian bantuan pada usaha kolam dan pemeliharaan ikan,
pemeberian bibit lele dan belut. Serta pelatihan tentang
pemeliharaan ikan bagi santri.
d. Departeman Koperasi, bentuk dukungan yang diberikan adalah
pelatihan-pelatihan manajemen koperasi, pendirian wartel serta
pemberian modal usaha.
e. Departeman Pertanian, bentuk dukungan yang diberikan adalah
pengadaan bibit anggrek sekitar 4500 batang, mangga, rambutan,
budi daya cabai, pupuk, insektisida, dan pelatihan tenaga penyuluh
pertanian.
f. Departemen sosial, bentuk dukungan yang diberikan adalah
pemberian bantuan dan pelatihan pendirian rumah sehat. 35
Selain berbagai dukungan dari beberapa instansi pemerintah diatas,
sebenarnya Pondok Pesantren Pabelan juga memperoleh dukungan dan
bantuan dari berbagai lembaga swadaya masyarakat baik dalam
maupun luar negeri, antara lain : LP3ES, UNDP (berupa pengadaan
fasilitas internet), IDB ( pengadaan laboratorium), ASIA
FOUNDATION, Frederick Newment Stivtum (FNS) Jerman (berupa
pengadaan perpusatakaan Pondok Pesantren Pabelan) dan lembaga-
lembaga lainnya.
35 Study wawancara (interviu) dengan Kepala Desa Pabelan Kec. Mungkid Kab.
Magelang Jawa Tengah dan sekaligus sebagai wakil ketua BPPM PP. Pabelan Magelang, Nunun Nukiaminten, pada tanggal 25 Juli 2005.