BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PENENTUAN...

24
39 BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PENENTUAN NOMINAL MAHAR DI DESA MOROREJO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL A. Keadaan Umum Desa Mororejo Kec.Kaliwungu Kab.Kendal 1. Letak Geografis Desa Mororejo adalah salah satu wilayah dari Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, dengan ketinggian tanah kurang lebih satu meter dari permukaan laut. Jarak dari Desa Mororejo ke Kecamatan Kaliwungu adalah 7 Km, jarak dari desa ke Pembantu Bupati Kendal Wilayah Kaliwungu adalah 6 Km, jarak dari desa ke Ibukota Kabupaten adalah 14 Km, dan jarak dari desa ke Ibukota Propinsi adalah 25 Km. Secara geografis batas wilayah Desa Mororejo adalah sebagai berikut: - Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kota Semarang - Sebelah barat berbatasan dengan Desa Wonorejo - Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa - Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kutoharjo Adapun luas wilayah Desa Mororejo adalah 1.435,095 Ha. Dengan luas wilayah tersebut terbagi dalam 7 (tujuh) dusun, yang mempunyai 8 (delapan) RW dan 37 (tiga puluh tujuh) RT. Adapun dusun-dusun tersebut adalah:

Transcript of BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PENENTUAN...

39

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PENENTUAN NOMINAL MAHAR

DI DESA MOROREJO KECAMATAN KALIWUNGU

KABUPATEN KENDAL

A. Keadaan Umum Desa Mororejo Kec.Kaliwungu Kab.Kendal

1. Letak Geografis

Desa Mororejo adalah salah satu wilayah dari Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Kendal, dengan ketinggian tanah kurang lebih satu

meter dari permukaan laut. Jarak dari Desa Mororejo ke Kecamatan

Kaliwungu adalah 7 Km, jarak dari desa ke Pembantu Bupati Kendal

Wilayah Kaliwungu adalah 6 Km, jarak dari desa ke Ibukota Kabupaten

adalah 14 Km, dan jarak dari desa ke Ibukota Propinsi adalah 25 Km.

Secara geografis batas wilayah Desa Mororejo adalah sebagai

berikut:

- Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kota Semarang

- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Wonorejo

- Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kutoharjo

Adapun luas wilayah Desa Mororejo adalah 1.435,095 Ha. Dengan

luas wilayah tersebut terbagi dalam 7 (tujuh) dusun, yang mempunyai 8

(delapan) RW dan 37 (tiga puluh tujuh) RT. Adapun dusun-dusun tersebut

adalah:

40

1. Dusun Sabetan,

2. Dusun Kemantenan,

3. Dusun Gempol,

4. Dusun Padolengan,

5. Dusun Gatak,

6. Dusun Ngebum I,

7. Dusun Ngebum II.

Mengenai penggunaan tanah atau pemanfaatan tanah oleh

masyarakat Desa Mororejo, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

TABEL I

Penggunaan Tanah Desa Mororejo1

No. Jenis Luas (Ha)

1. Tanah Sawah 328,752 Ha

2. Tanah Tambak 598,235 Ha

3. Tanah Pekarangan 125,586 Ha

4. Lain-lain (Sungai, Jalan, Pemakaman) 382,522 Ha

Jumlah 1435,095 Ha

Desa Mororejo merupakan daerah pantai dengan ketinggian kurang

lebih 1 meter diatas permukaan air laut, maka suhu rata-rata berkisar

antara 25-30 derajat celcius, sedangkan curah hujan berkisar antara 1500

s/d 2000 mm per 1 tahun. Dengan curah hujan yang demikian ini, maka

1 Pemerintah Desa Mororejo, Mengenal Desa Mororejo, (Mororejo. 1993) cet. 1, hlm. 5

41

tanah di Desa Mororejo tergolong tanah yang agak subur dengan didukung

oleh pengaturan irigasi yang cukup baik.

Dengan melihat uraian di atas, maka tanah sawah di Desa

Mororejo dapat ditanami padi, umbi-umbian dan kacang-kacangan.

Sedangkan tanah yang berada didekat pantai dapat dimanfaatkan sebagai

lahan tambak, dan tanah disekitar pekarangan rumah dapat ditanami

dengan kelapa dan pohon buah-buahan.2

2. Keadaan ekonomi dan potensi sosial budaya

a. Keadaan ekonomi

Perekonomian masyarakat Desa Mororejo sebagian besar

ditunjang oleh hasil bumi atau pertanian, karena tanah di Desa

Mororejo tergolong cukup subur dan pengairan disana juga cukup

untuk mengairi seluruh area persawahan yang ada. Sebagian besar dari

mereka bermata pencaharian sebagai petani, dan dalam cara bertani,

mereka tidak lagi seperti petani-petani tradisional pada umumnya.

Dalam hal peralatan misalnya, untuk membajak tanah, mereka tidak

lagi menggunakan sapi atau lembu, akan tetapi menggunakan traktor.3

Dalam masalah tanaman, merekapun tidak selalu menanam padi, dan

jagung seperti dahulu. Tanaman yang mereka tanam bervariasi, dari

buah-buahan dan sayur-sayuran.

Walau demikian bukan berarti semua penduduk Desa Mororejo

bermata pencaharian sama yaitu sebagai petani. Selain bertani,

2 Ibid, hlm. 4-6 3 Wawancara, dengan bapak Turmudli yang Menjabat sebagai Bayan Tani, 3 Mei 2006

42

penduduk Desa Mororejo juga bervariasi dalam pekerjaannya, di

daerah yang agak dekat dari pantai banyak diantara mereka yang

memanfaatkan tanahnya untuk dijadikan tambak, baik tambak ikan dan

tambak udang, nampaknya pertanian tambak di Desa Mororejo cukup

produktif. Hal ini juga dikarenakan kepedulian pemerintahan desa

yang sering mengadakan penyuluhan yang bekerjasama dengan Dinas

Perikanan. Selain menjadi tani tambak, ada juga sebagian dari mereka

yang memilih mata pencaharian sebagai nelayan.

Dalam usaha perdagangan, mengingat di Desa Mororejo ada

dua buah pabrik yang cukup besar dengan jumlah karyawan yang

hampir mencapai ribuan, yaitu PT. Kayu Lapis Indonesia dan PT.

Rimba Partikel Indonesia, sebagian penduduk yang mempunyai lahan

dan rumah di pinggir jalan raya, mereka memanfaatkannya dengan

mendirikan toko, warung makan atau kios-kios kecil-kecilan untuk

menyediakan kebutuhan para karyawan pabrik tersebut juga kebutuhan

masyarakat sekitarnya. Namun banyak juga masyarakat Desa Mororejo

yang berjualan di pasar Kaliwungu, karena di Desa Mororejo tidak

mempunyai pasar yang besar, yang ada hanya pasar tradisional, itupun

hanya kecil-kecilan, namun demikian tidak mengurangi semangat

masyarakat Desa Mororejo untuk berusaha dan berdagang, karena

daerah Desa Mororejo sebelah selatan sangat dekat bahkan hanya

sekitar 500 meter dari pasar Kaliwungu.

43

Dengan sarana dan prasarana yang ada di Desa Mororejo,

dirasa dapat ikut mendukung pemenuhan kebutuhan material bagi

penduduk Desa Mororejo seperti yang diharapkan dan memperlancar

perekonomian penduduk desa.

Banyak juga penduduk Desa Mororejo yang menjadi pegawai

negeri sipil, TNI, Angkatan laut, Polri dan ada juga yang memilih

mengadu nasib bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, bahkan

sampai ke luar negeri.4

b. Potensi sosial dan budaya

1. Umum

Kebudayaan yang terdapat di bumi nusantara ini sebagian

besar adalah peninggalan dari nenek moyang yang perlu kita

junjung tinggi, kebudayaan-kebudayaan tersebut adalah warisan

dari para leluhur yang perlu dilestarikan karena memang

mempunyai kandungan nilai yang luhur dan tidak terpengaruh

oleh kebudayaan luar, begitu juga dengan kebudayaan yang ada

pada masyarakat Desa Mororejo, oleh karena itu kebudayaan yang

beraneka ragam coraknya tersebut perlu dijaga dan dilestarikan.

Demikian pula dengan kebudayaan yang bersifat

tradisional, juga perlu digali, dikembangkan dan dilestarikan,

4 Wawancara, dengan bapak Drs. Suyuti, yang menjabat sebagai Carik. 3 Mei 2006.

44

sehingga dapat memberikan nuansa dan corak yang khas dari

masing-masing daerah.5

2. Pendidikan

Dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa, maka

pemerintah senantiasa memperhatikan lembaga pendidikan, bahkan

sampai yang ada di pelosok desa, sehingga masyarakat mendapat

kesempatan untuk belajar atau memperoleh pengetahuan, baik

melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Dibawah ini adalah tabel mengenai fasilitas pendidikan,

jumlah tenaga pendidik dan murid yang ada di Desa Mororejo.

TABEL II

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Desa Mororejo6

No Tingkat Pendidikan Jumlah Sekolah

Jumlah Pengajar

Jumlah Murid

1 Taman kanak-kanak 1 6 54

2 Sekolah dasar 2 19 612

3 Kursus-kursus 1 4 43

4 Madrasah ibtidaiyah 3 16 483

Kehidupan beragama

Penduduk Desa Mororejo adalah mayoritas pemeluk agama

Islam, yaitu sebanyak 6.979, sedangkan pemeluk agama Kristen

5 Op.cit, hlm. 34 6 Ibid., hlm. 35

45

Katholik sebanyak 24 orang, Kristen Protestan sebanyak 19 orang,

dan pemeluk agama Budha 4 orang, walaupun tidak semuanya

penduduk desa Mororejo memeluk agama Islam, kehidupan

beragama di Desa Mororejo berjalan dengan baik Hal tersebut

nampak pada berjalannya kegiatan masyarakat yang tidak bersifat

keagaman, seperti dalam bidang olah raga, gotong royong dan kerja

bakti.

Dengan demikian terbinanya suasana hidup beragama

sangat nampak dan tak pernah terjadi pertengkaran antara pemeluk

agama satu dengan yang lainnya, kehidupan beragama ini sudah

dilaksanakan selaras, serasi dan seimbang. Suasana seperti itulah

yang dijadikan dasar guna memperkokoh persatuan dan kesatuan

bangsa serta meningkatkan amal untuk bersama-sama membangun

masyarakat yang sejahtera.

Untuk mengetahui sampai dimana pembangunan dalam

bidang keagamaan, berikut ini adalah data tentang prasarana

peribadatan yang ada di Desa Mororejo.7

TABEL III

No. Tempat Ibadah Jumlah

1. Masjid 4 buah

2. Surau/Mushola 16 buah

7 Ibid., hlm. 37

46

Perlu diketahui setelah diundangkannya Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, serta seringnya diadakannya

penyuluhan-penyuluhan tentang nikah, talak, cerai dan rujuk, baik

secara formil oleh Departemen Agama, maupun non formil oleh

pemuka-pemuka agama di Desa Mororejo, maka perkawinan

dibawah umur, talak dan perceraian yang terjadi di Desa Mororejo

dapat ditekan sekecil-kecilnya.8

Karena Desa Mororejo adalah desa yang mayoritas

penduduknya beragama Islam, maka kegiatan yang dilakukan

penduduk Desa Mororejo tidak lepas dari kegiatan-kegiatan

keagamaan Islam yang dijalankan dengan baik. Kegiatan-kegiatan

keagamaan itu diantaranya adalah :

- Peringatan hari-hari besar Islam.

Masyarakat Desa Mororejo selalu memperingati hari-

hari besar dalam Islam, seperti hari raya Iedul fitri, Iedul adha,

Isra’ mi’raj dan Maulid nabi. Dalam memperingati Isra mi’raj

dan Maulid nabi, masyarakat Desa Mororejo biasanya

mengadakan pengajian, baik pengajian dalam lingkup kecil,

setingkat RT, per musholla, per masjid yang ada, tingkat dusun,

sampai pengajian akbar yang diprakarsai oleh aparatur

pemerintahan desa.9

8 Ibid. 9 Wawancara dengan bapak Imron, 6 Mei 2006.

47

- Tahlilan dan yasinan.

Masyarakat Desa Mororejo selalu melakukan tahlilan

dan yasinan secara rutin, setiap R.T yang ada di Desa Mororejo

mempunyai jama’ah tahlil sendiri-sendiri. Kegiatan ini

dilaksanakan setiap malam jum’at, yang pelaksanaannya

bertempat di rumah-rumah penduduk secara bergiliran.

Kegiatan tahlilan dan yasinan tersebut juga dilaksanakan

ketika ada masyarakat yang meninggal dunia, biasanya

pelaksanaannya adalah sampai tujuh malam berturut-turut,

malam ke-40 setelah meninggal atau yang disebut matang

puluh, malam ke-100 setelah meninggal yang biasa disebut

nyatus dan malam ke-1000 setelah meninggal atau yang biasa

disebut dengan istilah nyewu.10

- Manaqiban

Selain tahlil dan yasinan, masyarakat Desa Mororejo

juga melakukan kegiatan yang dinamakan manaqiban.

Manaqiban ini dilakukan oleh penduduk desa yang mempunyai

hajat tertentu, semisal: ketika acara pemberian nama bagi anak,

acara aqiqah, dan syukuran pribadi penduduk, semisal ada

keluarga yang salah satu anggota keluarganya pulang dari

bekerja diluar negeri dan mendapat uang yang cukup banyak

10 Wawancara dengan bapak Rasam, 8 Mei 2006.

48

- Barzanjinan

Masyarakat Desa Mororejo juga melakukan kegiatan

keagamaan yang dinamakan barzanjin. Kegiatan ini

dilaksanakan di masjid, mushola-mushola yang rata-rata diikuti

oleh remaja dan juga tempat pengajian anak-anak, yang

dipimpin oleh ustadz atau guru ngaji dan hanya diikuti oleh

murid-murid pengajiannya.11

3. Hasil pembangunan bidang kesehatan

Dengan diusahakannya upaya kesehatan oleh pemerintah

bersama aparatur desa, PKK, tokoh masyarakat, para kader

kesehatan desa, dengan dukungan serta partisipasi masyarakatnya,

Desa Mororejo telah dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakatnya.

Beberapa kegiatan yang menunjang kesehatan masyarakat

dapat dilihat dari:

a) Telah ditatarnya beberapa kader oleh Dinas Instansi terkait,

yaitu Kader Kesehatan/Posyandu, Kader Gizi, PKD, SKD dan

PKMD;

b) Penyuluhan kesehatan tentang pengobatan ibu hamil, imunisasi

dan pentingnya ASI;

c) Meningkatkan kebersihan lingkungan rumah;

d) Penyuluhan tentang KB (Keluarga Berencana)

11 Wawancara, dengan bapak Muchtar yang Menjabat Sebagai Modin, 7 Mei 2006

49

Pelaksanaan program KB adalah bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga

bahagia, disamping itu sebagai jalan untuk menekan laju

pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup pesat.

Dengan adanya motivasi yang terus menerus, maka program KB

yang ada di Desa Mororejo dapat terlihat hasilnya, karena

tanggapan dari masyarakat cukup baik.walau tidak seluruh

masyarakat Desa Mororejo melaksanakan program tersebut,

namun para Akseptor KB tersebut sudah mempunyai kesadaran

cukup tinggi. Adapun sasaran dari pelaksanaan program KB

tersebut adalah P.U.S atau pasangan usia subur.

e) Penyuluhan tentang kelestarian lingkungan hidup;

f) Perencanaan sehat, meningkatkan peranan ibu/wanita dalam

keluarga dan masyarakat.

Untuk memperoleh atau meningkatkan kwalitas dan

kelangsungan hidup bayi dan balita di Desa Mororejo telah

diadakan kegiatan posyandu. Dan untuk menjaga kekebalan

anak balita dari penyakit, maka dilaksanakan imunisasi.12

4. Olah raga, seni dan kebudayaan

- Bidang olah raga

Kegiatan olah raga yang ada di Desa Mororejo dapat

dikatakan maju. Karena terbukti dengan meraih beberapa

12 Pemerintah desa Mororejo, op. cit., hlm. 38

50

kejuaraan di tingkatan Kecamatan Kaliwungu. Organisasi

pemuda dalam bidang olahraga ada pada setiap dusun, hal

tersebut terbukti dengan adanya kegiatan olahraga yang di

laksanakan.

Sesuai dengan anjuran pemerintah untuk

memasyarakatkan olahraga dan meng-olah ragakan masyarakat,

Kepala Desa Mororejo cukup tanggap dengan mengadakan

pembinaan kegiatan olah raga, yang meliputi:

Sepak bola;

Volley ball;

Badminton;

Sepak takraw;

Ping-pong.

- Kesenian dan kebudayaan.

Kesenian yang ada di Desa Mororejo kebanyakan masih

bersifat tradisional, hal tersebut sebagai wujud dari pelestarian

kebudayaan nenek moyang. Disamping kebudayaan yang masih

bersifat tradisional, belakangan ini juga mulai nampak

bermunculan kesenian yang bercorak baru. Adapun kesenian

yang ada di Desa Mororejo, antara lain:

Samproh ;

Terbang genjring ;

51

Terbang jawan atau blantenan.13

- Adat istiadat.

Penduduk Desa Mororejo sebagian besar adalah

pemeluk agama Islam dan masyarakatnya sudah tergolong

maju. Walau demikian mereka tetap memegang adat-adat yang

berlaku dan melestarikannya dengan melaksanakan upacara

tradisional sebagai warisan dari orang-orang terdahulu,

diantaranya adalah;

Suran;

Memperingati tahun baru jawa, yang biasanya diisi dengan

acara “selametan”. Biasanya dalam selametan ini warga

membuat bucu atau tumpeng (nasi lengkap dengan lauknya

yang dibentuk seperti gunung).

Mauludan;

Memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang

biasanya diisi dengan diadakannya pengajian umum dan

selamatan.

Rejeban;

Memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad

SAW, yang di isi dengan pengajian-pengajian dan biasanya

di akhiri dengan acara selamatan (makan-makan) bersama.

13 Ibid, hlm 40-41

52

Merti desa;

Memperingati hari jadi desa, untuk mengenang para

terdahulu yang menempati dan melakukan “babat alas”

(membuka dan menempati desa untuk yang pertama kali).

Sadranan (nyadran);

Karena wilayah sebelah utara Desa Mororejo adalah daerah

pantai, penduduk Desa Mororejo juga melakukan tradisi

“sadranan” atau yang biasa disebut dengan istilah sedekah

laut. Sadranan ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali,

penduduk Desa Mororejo mempunyai kepercayaan bahwa

dengan dilaksanakanya sadranan dapat menambah rezeki

bagi para nelayan yang mencari nafkah dengan mencari

ikan di laut dan sebagai perwujudan dari rasa syukur

kepada Allah yang telah melimpahkan rahmatnya kepada

penduduk Desa Mororejo. Nyadran tersebut bukan untuk

meminta pertolongan dari makhluk halus yang tentunya

dapat menumbuhkan kesyirikan. Pelaksanaan sadranan

tersebut hanyalah sebagai suatu kebudayaan, hal tersebut

dilaksanakan sebagai perwujudan rasa syukur dan untuk

memohon keselamatan ketika para nelayan mencari rezeki

dengan mencari ikan di laut.14

14 Wawancara dengan bapak Muslihin, 14 Mei 2006.

53

Selametan mitoni;

Sudah menjadi tradisi bagi penduduk Desa Mororejo, setiap

ada ibu-ibu yang hamil dengan usia kehamilan 7 bulan,

maka pihak keluarganya selalu mengadakan acara

selametan. Pihak yang bersangkutan berharap dengan

diadakannya acara tersebut, proses kehamilan ibu sampai

proses melahirkan berjalan sesuai dengan yang diharapkan

dan sebagai bukti dari rasa syukur kepada Allah yang telah

memberinya anugerah.

Selapanan bayi (puputan);

Acara tasyakuran yang dilaksanakan ketika ada keluarga

yang dikaruniai anak. selapanan ini dilangsungkan ketika

bayi yang lahir telah berusia 4 bulan, biasanya acara

“selapanan” ini diisi dengan pengajian kecil-kecilan.

Selametan ngambengan;

Acara selamatan bersama satu kampung atau satu gang

saja. Slametan ngambengan ini dilaksanakan di tengah jalan

kampung, Semisal: dalam memperingati malam 17 Agustus

sebagai hari kemerdekaan, maka penduduk desa membawa

nasi beserta lauk pauknya untuk kemudian diletakkan di

atas daun pisang yang ditata rapi di tengah-tengah jalan,

sedangkan para penduduk duduk dengan rapi di pinggirnya,

54

setelah itu nasi-nasi tersebut di makan secara bersama-sama

atau yang biasa disebut dengan ngambengan.

Pudunan atau mudun-mudunan.

Termasuk rangkaian dari acara selapanan, dan prosesi

acaranya juga hampir sama dengan selapanan. Pada acara

pudunan ini biasanya pihak keluarga mengundang tetangga

sekitar untuk selamatan, Pudunan ini dilakukan sebagai

wujud syukur kepada tuhan, karena anak tercinta mereka

sudah mulai turun dari gendongan ibunya dan mulai belajar

merangkak maupun belajar berdiri.15

B. Penentuan Nominal Mahar di Desa Mororejo Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Kendal

Walau Desa Mororejo adalah desa yang tergolong cukup maju dalam

wilayah Kecamatan Kaliwungu, penduduk Desa Mororejo masih memegang

tradisi dan melaksanakan adat yang berlaku di desanya. Ini adalah sebagai

salah satu bukti bahwa penduduk Desa Mororejo selalu menghormati

pendahulu mereka yang telah mewarisi tradisi, adat dan kebudayaan.

Sebagaimana yang telah diterangkan pada bab II dalam skripsi ini,

bahwa sebuah perkawinan mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi,

yang salah satu syaratnya adalah pemberian mahar.

Islam tidak menetapakan kadar atau besar kecilnya mahar karena

adanya perbedaan kemampuan, kaya dan miskin, lapang dan sempitnya

15 Wawancara dengan bapak Sunarto, 14 Mei 2006.

55

kehidupan atau banyak sedikitnya penghasilan. Selain itu, tiap masyarakat

mempunyai adat istiadat sendiri-sendiri atau tradisi yang berbeda-beda. Oleh

karena itu, Islam menyerahkan masalah masalah kadar mahar tersebut kepada

kemampuan masing-masing orang atau keadaan dan tradisi keluarganya.

Semua nash yang memberikan dalil tentang mahar hanya bermaksud untuk

menunjukkan pentingnya nilai mahar tersebut, tanpa menentukan besar

kecilnya jumlah.16

Dalam masalah pemberian mahar, masyarakat Desa Mororejo

mempunyai tradisi yang cukup unik dan berbeda dengan daerah lainnya dalam

menentukan mahar perkawinan Tidak jarang tradisi penentuan nominal mahar

ini menimbulkan permasalahan, karena pihak laki-laki merasa diberatkan

dengan aturan tersebut,17 sedangkan Islam menghendaki meluaskan jalan dan

kesempatan kepada sebanyak mungkin laki-laki dan perempuan untuk

menempuh hidup sebagai suami istri, agar masing-masing dapat menikmati

hubungan yang halal dan baik. Untuk mencapai hal ini, tak lain daripada harus

memberikan jalan yang mudah dan sarana yang praktis sehingga orang-orang

fakir yang sulit mengeluarkan biaya yang cukup besar, padahal mereka

merupakan jumlah yang terbanyak dari ummat manusia yang mampu untuk

berumah tangga. Karena itu Islam tidak menyukai mahar yang berlebih-

lebihan. Bahkan sebaliknya mengatakan bahwa setiap kali mahar itu murah

16 Dr. Nurjannah, Mahar Pernikahan (Mahar dalam Perdebatan Ulama Fiqih),

Jogjakarta: Prismasophie Press, 2003 cet.1, hlm. 71 17 Wawancara dengan bapak Sugiarto, Sebagai Kepala Desa, 6 Mei 2006

56

sudah tentu akan memberi barakah dalam kehidupan suami istri. Dan mahar

yang murah adalah menunjukkan kemurahan hati si perempuan.18

1. Sekilas tentang sejarah tradisi penentuan nominal mahar

Sudah dari generasi satu ke generasi berikutnya, masyarakat Desa

Mororejo selalu melaksanakan penentuan nominal mahar. Menurut salah

satu tokoh masyarakat yang bernama bapak Misbachun, sejarah tentang

latar belakang penentuan nominal mahar yang ditentukan dari kelipatan

sepuluh uang peningset ini sudah sejak dulu dilaksanakan. Adat ini turun

temurun dilaksanakan dari leluhur mereka terdahulu hingga sampai kurun

waktu saat ini. menurut sepengetahuan beliau, adat ini juga bersumber dari

keyakinan dalam agama Islam seperti “bila seseorang berbuat kebajikan

sejumlah satu kali maka balasan yang akan ia dapat juga berlipat-lipat

pula”. Beliau juga menggambarkan hal tersebut dengan perumpamaan

menanam padi, dari sebulir padi yang ditanam maka dapat tumbuh sepuluh

batang padi yang nantinya akan menghasilkan berpuluh-puluh bahkan

ratusan bulir padi. Adat tersebut sudah dijalankan turun-temurun, dan

menurut beliau adat tersebut tetap dijalankan masyarakat karena memang

tidak bertentangan dengan hukum Islam yang hanya mewajibkan

pembayaran mahar dan tidak ada aturan tentang bagaimana cara

menentukan nominal mahar dan aturan tentang sedikit atau banyaknya

mahar yang harus dibayarkan, karena memang semua itu diserahkan

18 Sayyid Sabiq, alih bahasa Drs. Moh. Talib, Fiqh Sunnah 7, Bandung: PT. al-Ma’arif,

1993, hlm. 58

57

kepada masing-masing pribadi sesuai kemampuan, kebiasaan yang berlaku

di keluarga ataupun daerah di mana ia tinggal dan persetujuan antara

kedua belah pihak.19

2. Penjelasan tentang tradisi penentuan nominal mahar

Pelamaran atau peminangan merupakan pola yang umum

dilakukan oleh masyarakat; maksudnya adalah, pola yang dapat ditemui

pada tiap masyarakat (hukum adat) yang ada di Indonesia. Cara melakukan

lamaran pada hakekatnya terdapat kesamaan, namun perbedaan-

perbedaannya hanyalah terdapat (kira-kira) terdapat pada alat atau sarana

pendukung proses lamaran itu.20

Bila peminangan atau lamaran diterima baik, maka tidak mungkin

sekaligus mengakibatkan perkawinan, akan tetapi mungkin dilakukan

pertunangan terlebih dahulu. Pertunangan baru akan mengikat kedua belah

pihak, pada saat diterimanya hadiah pertunangan yang merupakan alat

pengikat atau tanda yang kelihatan, yang biasanya diberikan oleh pihak

laki-laki,21 dalam pertunangan itu juga membahas kesepakatan kedua

belah pihak untuk melangsungkan suatu perkawinan dengan segala sesuatu

keperluannya.

Tradisi yang berlaku pada masyarakat Desa Mororejo tentang

mahar yang ditentukan jumlahnya adalah sebagai berikut; ketika calon

19 Wawancara dengan bapak Misbachun, tanggal 14 Mei 2006. 20 Prof. Dr. Soerjono Soekanto SH., MA dan Soleman b. Taneko SH., Hukum Adat

Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 1983, hlm. 246 21 Ibid, hlm. 247

58

mempelai pria melamar atau meminang calon mempelai wanita,

diharuskan bagi calon mempelai pria untuk memberikan peningset yang

mempunyai nama lain yaitu panjer.

Peningset atau panjer berarti pengikat, agar tidak ada laki-laki lain

yang mencoba memperistri atau mendekati pihak wanita dan sebagai bukti

dari kesungguh-sungguhan pihak laki-laki untuk memperistri si

perempuan. Dengan diberikannya peningset, bukan berarti pernikahan

adalah harus dilaksanakan antara kedua pihak yang bersangkutan

(mempelai laki-laki dan mempelai wanita), bila salah satu diantara mereka

merasa tidak cocok maka pertunangan tersebut dapat dibatalkan. Bila yang

membatalkan pertunangan adalah dari pihak perempuan, maka peningset

biasanya dikembalikan kepada pihak laki-laki. Sedangkan bila yang

membatalkan pertunangan adalah dari pihak laki-laki, maka biasanya

peningset-nya tidak diambil kembali, melainkan diserahkan kepada pihak

wanita.22

Dalam.jual beli, istilah panjer adalah berarti sebagai tanda jadi dan

sebagai uang muka pembayaran atas barang yang ditransaksikan dari calon

pembeli. Dalam ilmu fiqh ada istilah khiyar, yang berarti: boleh memilih

antara dua, meneruskan ‘aqad jual beli atau diurungkan, (ditarik kembali

tidak jadi jual beli). Diadakan khiyar oleh syara’, agar kedua orang yang

berjual beli dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh,

supaya tidak akan terjadi penyesalan di kemudian hari, lantaran merasa

22 Wawancara dengan bapak H. Jaelani, 9 Mei 2006

59

tertipu.23 Khiyar juga berarti: “sesuatu hal yang bisa mengakibatkan

putusnya sebuah perjanjian bila ternyata di akhir waktu ada sesuatu yang

tidak disenangi/di luar kesepakatan mengenai barang yang diakadkan”.

Panjer diberikan supaya barang tersebut tidak dibeli oleh orang lain.

Sedangkan Peningset ini biasanya berupa cincin emas dan uang

sepantasnya. Walau jumlah uang itu hanya sepantasnya saja, tapi biasanya

kedua belah pihak bermusyawarah tentang jumlahnya terlebih dahulu, agar

mempelai pihak laki-laki (biasanya ketika calon mempelai laki-laki berasal

dari daerah luar) tidak terkejut ketika perkawinan dilangsungkan dan

ternyata nominal mahar yang harus diberikan adalah berjumlah 10 x lipat

dari uang peningset yang diberikan ketika lamaran.24

Adat ini tidak hanya berlaku bagi calon mempelai laki-laki dari

luar Desa Mororejo saja, calon mempelai pribumi Desa Mororejo-pun

terikat dalam adat ini. Seperti yang dituturkan salah satu responden yang

merupakan penduduk asli Desa Mororejo, ketika dia melamar perempuan

dari luar Desa Mororejo yang notabene pihak perempuan dan keluarganya

tidak tahu menahu tentang adat ini, iapun tetap melaksanakannya. Ketika

melamar, Ia memberikan cincin emas seberat 2 gram dan uang tunai

sebesar Rp.100.000.00 (seratus ribu rupiah), tidak hanya itu, Ia juga

membawa buah tangan yang berupa makanan seperti roti, kue jenang,

jajanan pasar dan juga buah-buahan dengan jumlah yang tidak begitu

banyak atau ala kadarnya, karena nanti ketika pihak laki-laki datang pada

23 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Jakarta, Attahriyah, Cet. 17, 1974, hlm. 275 24 Ibid.,

60

waktu proses pernikahan dimulai atau pada saat walimatul ursy, tentu Ia

akan membawa buah tangan lagi dengan jumlah yang bahkan lebih

banyak. Dengan diberikannya uang peningset sejumlah seratus ribu

tersebut, ketika Ia menikah dan memberikan mahar, maka maharnya

adalah berjumlah 10 x lipat dari Rp.100.000, yaitu sebesar

Rp.1.000.000.00 (satu juta rupiah), dan mengenai barang-barang bawaan

lainnya tidak berlaku kelipatan sepuluh, hanya nominal peningset itulah

yang dilipatkan sepuluh.

Menurut responden, ada kebanggaan tersendiri ketika Ia bisa

memberikan mahar yang cukup banyak menurut kemampuannya.

Disamping untuk menunjukkan betapa Ia mencintai istrinya, juga

merupakan simbol penghormatan bagi kedua orang tua dan keluarga pihak

perempuan.25

Tidak menutup kemungkinan, ketika tidak ada kesepakatan tentang

jumlah uang peningset dari kedua belah pihak, maka perkawinanpun batal

dilangsungkan. Hal seperti inilah yang bertentangan dengan hukum Islam

yang menghendaki kemudahan dan kemaslahatan dalam masalah seputar

perkawinan bagi para pemeluknya. Bila dari pihak perempuan meminta

mahar yang cukup banyak tentu akan memberatkan pihak laki-laki, karena

biasanya masih banyak acara dalam perkawinan yang membutuhkan dana

yang tidak sedikit, semisal acara tasyakuran/acara walimatul ursy dan

25 Wawancara dengan bapak Jumain, tanggal 8 Mei 2006.

61

segala sesuatu yang terkait dengan perkawinan tentunya juga

membutuhkan dana yang tidak sedikit.26

Dalam menentukan besarnya nominal mahar yang harus

diserahkan, ada pembicaraan khusus dari kedua pihak yang terkait tentang

masalah tersebut. Biasanya, pihak perempuan-lah yang mengajukan

permintaan, semisal dengan maskawin yang berjumlah satu juta rupiah dan

bila dari pihak laki-laki tidak keberatan maka tidak ada permasalahan. Jika

pihak laki-laki merasa keberatan dengan jumlah sebesar itu, maka

terjadilah negosiasi.

Bila dari pihak keluarga tidak merasa keberatan, jumlah mahar

yang sedikitpun tidak menjadi masalah. Semisal, uang peningset hanya

berjumlah Rp 50.000.00 maka maharnya hanya sebesar Rp 500.000.00, 27

tapi jika pihak laki-laki hanya memberikan peningset sebesar jumlah

tersebut, tentu akan merasa malu karena hanya mampu memberikan

peningset dengan jumlah yang sedikit.

Semisal pihak laki-laki tidak kuat membayar mahar dengan jumlah

sesuai kesepakatan pada saat pernikahan maka akibat yang dapat terjadi

adalah “pernikahan dapat digagalkan”, meski dalam kenyataannya pihak

laki-laki selalu membayar mahar sesuai dengan yang telah disepakati.28

Yang menjadi acuan tentang jumlah mahar yang berlaku di Desa

Mororejo adalah kelipatan 10 dari jumlah uang peningset, dan ini berarti

26 Wawancara dengan bapak Sodikin, tanggal 8 Mei 2006. 27 Jumain, op. cit. 28 Wawancara, dengan bapak Rodhi, 9 Mei 2006

62

mahar dalam jumlah yang banyak tidaklah satu keharusan, walau dengan

diberikannya mahar dalam jumlah yang cukup banyak, jelas akan

menambah kebanggaan tersendiri bagi pihak keluarga mempelai wanita

juga pihak laki-laki sebagai pemberinya.

Biasanya, penduduk Desa Mororejo ketika melakukan lamaran dan

memberikan peningset adalah sebesar Rp. 100-200.000.00 karena jika

jumlah peningset kurang dari seratus ribu rupiah, tentu pihak laki-laki akan

malu, untuk kurun waktu sekarang ini, uang sebesar Rp 100.000 itu

bukanlah jumlah yang banyak lagi. Saat ini, rata-rata nominal mahar yang

dijadikan standar adalah sebesar satu juta sampai dua juta rupiah..29

Kebanyakan perempuan dari Desa Mororejo melakukan

perkawinan dengan orang dari luar daerahnya. Walau demikian, bukan

berarti peraturan ini hanya diperuntukkan bagi laki-laki dari luar Desa

Mororejo, laki-laki yang berasal dari desa Mororejo sendiri-pun harus

melaksanakan adat tersebut. Tidak menutup kemungkinan ketika ada calon

mempelai baik dari luar Desa Mororejo maupun laki-laki dari desanya

sendiri yang diketahui taraf hidupnya lebih dari rata-rata orang, maka dari

pihak perempuan meminta mahar dengan jumlah yang cukup banyak.

Walau demikian, orang tua pihak perempuan tidak meminta hak atas

mahar yang diberikan, sepenuhnya mahar tersebut diserahkan hak

kepemilikannya kepada anak perempuannya.

29 Wawancara dengan bapak Syaifullah, 9 Mei 2006