PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL...

13
Pembelajaran yang Melibatkan Multiple Intelligences PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL PASURUAN Elina Wardatul Istiqomah Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. Email: [email protected] Abdul Haris Rosyidi Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. E-mail: [email protected] Abstrak Semua pelajaran terasa mudah dan menyenangkan tak terkecuali pada pelajaran matematika apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa. Satu diantara materi matematika untuk siswa kelas VII SMP yakni statistika. Materi statistika dapat disesuaikan dengan 6 dari 8 jenis kategori kecerdasan dalam multiple intelligences, yaitu: kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan naturalis. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data kuantitatif dan kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang (1) pengelolaan kelas (2) aktivitas belajar (3) hasil belajar dan (4) hasil penilaian diri (self- assessment) siswa kelas VII-J pada pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences materi statistika di SMP Negeri 1 Gempol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengelola kelas, guru melakukan hal berikut: (1) bersikap tanggap untuk mengundang dan melibatkan siswa dalam interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa serta mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku; (2) membagi perhatian untuk mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif; (3) memusatkan perhatian kelompok yakni memusatkan perhatian dan melibatkan siswa untuk melakukan tugas secara berkelompok atau bekerjasama; (4) menuntut tanggung jawab siswa untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal; dan (5) memberikan petunjuk yang jelas dengan mengomunikasikan aturan-aturan kelas untuk menekankan hal-hal yang postif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif. Multiple intelligences berhasil dilibatkan dalam pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dari total persentase aktivitas belajar siswa yang melibatkan multiple intelligences 75 % yakni sebesar 75,16%. Hasil belajar siswa kelas VII-J setelah pembelajaran tuntas dengan persentase 86,36%. Melalui penilaian diri (self-assessment) siswa dapat diketahui: 97,67% siswa termotivasi mempelajari matematika berkat kegiatan pembelajaran yang dilakukan; 95,35% siswa dapat merasakan manfaat mempelajari matematika dalam kehidupan sehari-hari; 93,02% siswa menerima kesepakatan meskipun berbeda pendapat; 83,72% siswa bisa menahan diri ketika ada perbedaan pendapat; 76,74% siswa senang dengan cara guru selama mengajar materi; 72,09% siswa senang dengan pembelajaran yang diterapkan selama ini; 53,48% siswa 1

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : ELINA WARDATUL ISTIQOMAH

Transcript of PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL...

Page 1: PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL PASURUAN

Pembelajaran yang Melibatkan Multiple Intelligences

PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL PASURUAN

Elina Wardatul IstiqomahPendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. Email: [email protected]

Abdul Haris Rosyidi Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. E-mail: [email protected]

AbstrakSemua pelajaran terasa mudah dan menyenangkan tak terkecuali pada pelajaran matematika apabila

gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa. Satu diantara materi matematika untuk siswa kelas VII SMP yakni statistika. Materi statistika dapat disesuaikan dengan 6 dari 8 jenis kategori kecerdasan dalam multiple intelligences, yaitu: kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan naturalis.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data kuantitatif dan kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang (1) pengelolaan kelas (2) aktivitas belajar (3) hasil belajar dan (4) hasil penilaian diri (self-assessment) siswa kelas VII-J pada pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences materi statistika di SMP Negeri 1 Gempol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengelola kelas, guru melakukan hal berikut: (1) bersikap tanggap untuk mengundang dan melibatkan siswa dalam interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa serta mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku; (2) membagi perhatian untuk mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif; (3) memusatkan perhatian kelompok yakni memusatkan perhatian dan melibatkan siswa untuk melakukan tugas secara berkelompok atau bekerjasama; (4) menuntut tanggung jawab siswa untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal; dan (5) memberikan petunjuk yang jelas dengan mengomunikasikan aturan-aturan kelas untuk menekankan hal-hal yang postif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif. Multiple intelligences berhasil dilibatkan dalam pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dari total persentase aktivitas belajar siswa yang melibatkan multiple intelligences ≥ 75 % yakni sebesar 75,16%. Hasil belajar siswa kelas VII-J setelah pembelajaran tuntas dengan persentase 86,36%. Melalui penilaian diri (self-assessment) siswa dapat diketahui: 97,67% siswa termotivasi mempelajari matematika berkat kegiatan pembelajaran yang dilakukan; 95,35% siswa dapat merasakan manfaat mempelajari matematika dalam kehidupan sehari-hari; 93,02% siswa menerima kesepakatan meskipun berbeda pendapat; 83,72% siswa bisa menahan diri ketika ada perbedaan pendapat; 76,74% siswa senang dengan cara guru selama mengajar materi; 72,09% siswa senang dengan pembelajaran yang diterapkan selama ini; 53,48% siswa mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan pembelajaran; 41,86% siswa memahami materi pembelajaran; 32,55% siswa mudah memahami materi pembelajaran dengan baik; 23,26% mengemukakan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran; dan 16,27% siswa mampu menjelaskan materi yang diperoleh melalui diskusi kelompok.Kata Kunci: pembelajaran, multiple intelligences, statistika.

AbstractAll subjects were easy and fun when teacher’s teaching style suitable with the student’s learning style.

One of mathematics material for students of class VII Junior High School namely statistics. Statistical material can be adapted to 6 of 8 different types of categories of intelligences in multiple intelligences, namely: linguistic intelligence, logical-mathematical intelligence, spatial intelligence, intrapersonal intelligence, interpersonal intelligence and naturalist intelligence.

This research is descriptive research with quantitative and qualitative data. The purpose of this study were to determine and describe (1) the classroom management (2) learning activities (3) learning outcomes and (4) the results of students self-assessment class VII-J in learning that involves multiple intelligences for material of statistics of State Junior High School 1 Gempol.

The results showed that in managing the classroom, teacher perform the following things: (1) give some responds to invite and involve students in interactions between teachers with students and students with students and prevent widespread irregularities behavior; (2) divide attention to prevent the disturbances of students as well as creating conditions for effective teaching and learning; (3) focus on groups that is focused and involves students to perform tasks in a group or team; (4) requires the student’s responsibility to create and maintain an optimal learning conditions; and (5) provide clear guidance to communicate the rules of the class to emphasize the positive things and avoid students focus on the negative things.

1

Page 2: PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL PASURUAN

MATHEdunesa. Volume ... Nomor ... Tahun 2015, ... - ...

Multiple intelligences managed to be involved in learning. This can be seen from the total percentage of student learning activities that involve multiple intelligences ≥ 75 %, which reached 75,16%. Learning outcomes of students of class VII-J after learning complete with a percentage of 86.36%. Through students self-assessment can be acquired: 97.67% of the students are motivated to learn mathematics because the learning activities undertaken; 95.35% of students could feel the benefit of learning mathematics in everyday life; 93.02% of students receive an agreement despite have difference opinions; 83.72% of students can refrain when there is a dissent; 76.74% of students pleased with the way teachers teach; 72.09% of students are happy with that applied during this study; 53.48% of students asking questions during the learning activities; 41.86% students understand the learning materials; 32.55% of students with a good understanding of learning materials; 23.26% express opinions on current learning activities; and 16.27% of students were able to explain the material obtained through the discussion group.Keywords: learning, multiple intelligences, statistics.

PENDAHULUANPendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan

sebuah negara. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan di setiap jenjang termasuk sekolah menengah memiliki peran penting dalam membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi. Hampir setiap negara termasuk Indonesia melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang, misalnya: pencanangan program wajib belajar 12 tahun, perubahan kurikulum, sertifikasi guru. Namun belum ada yang berani menjamin pendidikan Indonesia semakin baik.

Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran guru. Guru menjadi pelaku utama proses pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab VI Pasal 28, guru diharapkan mempunyai empat kompetensi dalam menjalankan profesinya, yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu kompetensi pedagogi. Dalam hal ini guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan membantu siswa mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.

Semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan jika gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa.

Hal ini diharapkan dapat berdampak baik pada hasil belajar siswa sebab informasi akan masuk ke dalam otak siswa dan tak terlupakan apabila informasi tersebut ditangkap berdasarkan gaya belajar siswa tersebut. Howard Gardner telah mengidentifikasi bermacam-macam kecerdasan yang memberikan pengaruh besar dalam pembelajaran yang dilakukan di ruang kelas, sebab anak akan lebih mudah memahami sesuatu jika disesuaikan dengan gaya belajarnya. Tipe gaya belajar meliputi gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Ketiga tipe gaya belajar tersebut memiliki karakteristik

atau ciri masing-masing. Beberapa karakteristik ini juga bisa ditemui pada karakteristik dari 8 tipe kecerdasan yang didefinisikan oleh Howard Gardner. Sebagai contoh, anak yang memiliki kecerdasan linguistik dan musikal yang dominan, bisa dikatakan ia memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial yang dominan.

Gardner (1998:38-51) mengelompokkan kecerdasan menjadi 8 yaitu kecerdasan linguistik (linguistic intelligence), kecerdasan logis-matematis (logical-mathematical intelligence), kecerdasan spasial (spatial intelligence), kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence), kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence), kecerdasan kinestetik-tubuh (bodily-kinesthetic intelligence), kecerdasan musikal (musical intelligence), dan kecerdasan naturalis (naturalist intelligence). Dalam perkembangannya, Howard Gardner telah menulis kemungkinan adanya kecerdasan yang ke sembilan yaitu kecerdasan eksistensial (existential intelligence). Semua orang memiliki kemampuan untuk mengembangkan semua jenis kecerdasan jika diberi dorongan, pengayaan dan pengajaran yang sesuai. Pihak yang ikut serta dalam mengembangkan kecerdasan-kecerdasan tersebut selain orang tua yaitu guru. Guru membuat dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau lesson plan sesuai materi pokok pada silabus dengan melibatkan multiple intelligences untuk membantu mengembangkan kecerdasan siswa.

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar dalam situasi tertentu untuk membantu siswa belajar. Hal ini didukung oleh Jihad dan Haris (2013:11) yang mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah kombinasi dua aspek belajar yaitu belajar dan mengajar. Selain itu, Arends (2012:17) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses sosial dan budaya dimana siswa mengkonstruksi pengertian berdasar interaksi pengetahuan utama dan kegiatan belajar yang tengah berlangsung. Dalam Undang-Undang no.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan pasal 1 ayat 20 dijelaskan

Page 3: PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL PASURUAN

Pembelajaran yang Melibatkan Multiple Intelligences

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Winataputra (1997:9.8) mendefinisikan proses pembelajaran (instruction) adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk memudahkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan yang termasuk dalam pembelajaran diantaranya adalah melakukan diagnosis kebutuhan siswa, merencanakan pembelajaran, menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan dan menilai kemajuan belajar siswa.

Pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences cocok diterapkan untuk siswa sebab pembelajaran ini memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk belajar berdasarkan kecerdasan mereka. Gardner (2006:228) mengungkapkan bahwa teori multiple intelligences membantu guru untuk menciptakan metode-metode pengajaran terbaik mereka dan memahami mengapa metode-metode tersebut bekerja dengan baik untuk beberapa siswa, tetapi tidak untuk siswa lainnya. Pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences adalah pembelajaran ketika siswa mempelajari suatu materi melalui sejumlah kecenderungan kecerdasan yang berbeda.

Kecerdasan seseorang tidak dibatasi oleh indikator-indikator yang ada dalam tes formal karena kecerdasan seseorang selalu berkembang. Chatib (2011:132) mengungkapkan kecerdasan seseorang tidak diukur dari hasil tes psikologi standar, melainkan dari kebiasaan seseorang dalam menyelesaikan masalah (problem solving) dan menciptakan produk-produk baru yang mempunyai nilai budaya (creativity). Pendapat tersebut senada dengan Rachmani dkk.,(2013:13) yang mendefinisikan multiple intelligences sebagai sebuah penilaian deskriptif terhadap cara individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.

Dalam melaksanakan pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences, guru perlu mengelola kelas untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas sehingga terjadi pembelajaran yang efektif dan efisen. Winataputra (1997:9.7) mendefinisikan bahwa pengelolaan kelas adalah serangkaian tindakan guru untuk menciptakan, memelihara dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif. Sementara itu, Armstrong (2009:119) mendefinisikan pengelolaan kelas adalah strategi-strategi yang digunakan guru untuk menjaga keteraturan dan lingkungan kelas yang kondusif. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal menurut Usman (2011:97) yakni: (a) menunjukkan sikap tanggap (b) memberi perhatian (c) memusatkan perhatian kelompok

(d) memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas (e) memberikan teguran dan (f) memberi penguatan.

Selain mengelola kelas, guru mengobservasi aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar adalah kegiatan atau perilaku siswa yang mengarah pada proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini senada dengan Yasa (2008) yang mengungkapkan aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku siswa yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Usman (2011:5) mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku individu akibat adanya interaksi antar individu dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud yakni perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

Perubahan perilaku akibat proses pendidikan yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan merupakan definisi dari hasil belajar. Hal ini senada dengan Winkel (1991:34-35) yang mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Sudjana (1989:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Sementara itu, Purwanto (2008:23) menjelaskan pengertian hasil belajar sebagai realisasi tercapainya tujuan pendidikan. Hasil belajar yang dicapai siswa erat kaitannya dengan tiga kegiatan yakni pengukuran, penilaian dan evaluasi. Permendikbud Nomor 81A (2013:53) menyatakan cakupan penilaian untuk penilaian hasil belajar pada kompetensi inti (KI) dalam Kurikulum 2013 dirumuskan sebagai berikut: (a) KI-1: kompetensi inti sikap spiritual; (b) KI-2: kompetensi inti sikap sosial; (c) KI-3: kompetensi inti pengetahuan; dan (d) KI-4: kompetensi inti keterampilan.

Sementara itu, penilaian kompetensi sikap dapat dilakukan pendidik melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal (Permendikbud Nomor 66, 2013:4). Permendikbud Nomor 81A (2013:59-60) menjelaskan bahwa objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran yakni: (a) sikap terhadap materi pelajaran (b) sikap terhadap guru/pengajar (c) sikap terhadap proses pembelajaran dan (d) sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Melalui penilaian diri guru dapat mengetahui interaksi siswa dengan tugas sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (1999:68) yang menyatakan memeriksa interaksi siswa dengan pekerjaan sekolah

3

Page 4: PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL PASURUAN

MATHEdunesa. Volume ... Nomor ... Tahun 2015, ... - ...

merupakan bagian dari penilaian diri siswa. Arends (2012:233) mengemukakan manfaat dilaksanakannya penilaian diri yakni membantu mencapai tujuan pengajaran dengan mendorong siswa untuk terlibat dalam mengidentifikasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran mereka sendiri, memantau kemajuan mereka untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam penelitian ini siswa yang terlibat dalam pembelajaran merupakan siswa yang heterogen karena masing-masing siswa memiliki kecerdasan yang lebih dominan dan gaya belajar yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan materi statistika untuk data tunggal. Materi tersebut dapat disesuaikan dengan 6 dari 8 jenis kategori kecerdasan dalam multiple intelligences, yaitu: kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan naturalis. Adapun penjelasan dan penyesuaian yang terjadi pada keenam kategori kecerdasan tersebut disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1 Enam Kategori Kecerdasan yang Diadaptasi oleh Peneliti

Kategori Kecerdasan

yang diadaptasi

Alasan

Kecerdasan linguistik

Karena “kecerdasan linguistik” dapat dikaitkan dengan penyajian akronim berbagai jenis diagram ke dalam bahasa yang komunikatif mengenai konsep statistika.

Kecerdasan logis-

matematis

Karena “kecerdasan logis-matematis” berkaitan dengan pembentukan konsep dan perhitungan dalam statistika untuk data tunggal.

Kecerdasan spasial

Karena “kecerdasan spasial” diperlukan dalam mempelajari dan menyajikan materi statistika untuk data tunggal sebab materi ini berkaitan erat dengan pembuatan tabel, grafik maupun diagram.

Kecerdasan in

trapersonal

Karena “kecerdasan intrapersonal” siswa dapat dilihat dari hasil lembar penilaian diri yang diberikan pada masing-masing siswa.

Kecerdasan interpersona

l

Karena “kecerdasan interpersonal” dapat dilibatkan dalam pembelajaran melalui pembentukan dan diskusi kelompok.

Kecerdasan naturalis

Karena “kecerdasan naturalis” dapat dilibatkan melalui pengamatan benda-benda dan fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar.

Pemilihan materi juga dikarenakan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan statistika.

Berdasar uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui dan mendeskripsikan pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences pada materi statistika di SMP Negeri 1 Gempol Pasuruan.

METODEPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

data kuantitatif dan kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) pengelolaan kelas (2) hasil observasi aktivitas belajar (3) hasil belajar dan (4) hasil penilaian diri (self-assessment) siswa dalam pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences pada materi statistika di SMP Negeri 1 Gempol Pasuruan sehingga data yang dihasilkan bersifat kuatitatif dan kualitatif.

Subyek dalam penelitian ini adalah 44 siswa kelas VII-J SMP Negeri 1 Gempol Pasuruan tahun ajaran 2014/2015. Selain itu, peneliti sebagai guru juga menjadi subjek penelitian sebab dalam penelitian ini guru mitra mengobservasi keterampilan guru dalam mengelola kelas. Subyek penelitian observasi aktivitas belajar terdiri dari 9 siswa yang dipilih berdasarkan kemampuan matematika siswa yaitu siswa berkemampuan matematika tinggi, siswa berkemampuan matematika sedang, dan siswa berkemampuan matematika rendah. Kesembilan siswa tersebut merupakan salah 1 dari 5 kelompok siswa pada pembelajaran kedua. Pengelompokan siswa tersebut berdasarkan kemampuan matematika siswa dan diskusi dengan guru mitra.

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari instrumen utama yaitu peneliti sendiri dan instrumen pendukung yang terdiri dari lembar observasi keterampilan mengelola kelas, lembar observasi aktivitas belajar siswa, soal tes hasil belajar dan lembar penilaian diri (self-assessment). Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: (1) metode observasi untuk memperoleh data keterampilan mengelola kelas dan aktivitas belajar siswa; (2) metode tes untuk memperoleh skor tes hasil belajar; dan (3) metode angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences.

Prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi empat tahapan, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan. Tahap persiapan meliputi menyusun instrumen penelitian dan meminta izin penelitian pada pihak terkait. Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai guru untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data melalui observasi keterampilan mengelola kelas, observasi aktivitas belajar

Page 5: PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL PASURUAN

Pembelajaran yang Melibatkan Multiple Intelligences

siswa, pemberian soal tes hasil belajar materi statistika dan penilaian diri (self-assessment) siswa pada pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences. Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis data yakni menganalisis data (1) keterampilan mengelola kelas (2) aktivitas belajar (3) hasil belajar (4) penilaian diri (self-assessment) untuk kemudian dideskripsikan. Tahap penulisan laporan merupakan kegiatan akhir dalam penyusunan skripsi yang kemudian diikuti dengan pencetakan dan penggandaan laporan.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil penelitian dengan judul pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences pada materi statistika di SMP Negeri 1 Gempol Pasuruan diuraikan sebagai berikut.

1. Pengelolaan KelasKegiatan-kegiatan dalam mengelola kelas dilakukan untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas sehingga terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien. Kegiatan-kegiatan tersebut selengkapnya dijelaskan sebagai berikut.(a) Bersikap tanggap

Sikap tanggap ditunjukkan dengan cara: memandang secara saksama yakni dengan sikap memberikan kesempatan siswa untuk bertanya atau memancing mereka dengan pertanyaan; gerakan mendekati yakni dengan menghampiri tiap meja saat siswa diberi tugas maupun menghampiri tiap kelompok; teguran yakni dengan meminta siswa untuk tenang maupun bertanya mengapa siswa bersangkutan tidak memperhatikan.

(b) Membagi perhatianBentuk perhatian dapat dilakukan dengan cara visual dan verbal. Menggambar tabel dan diagram sebagai bentuk perhatian menggunakan komunikasi secara visual. Memberikan motivasi, memberikan atau mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan sebagai bentuk perhatian menggunakan komunikasi secara verbal. Mengajukan pertanyaan, menyampaikan informasi serta memberikan konsep tabel dan diagram dalam bentuk akronim merupakan bentuk perhatian menggunakan komunikasi secara visual-verbal.

(c) Memusatkan perhatian kelompokGuru memusatkan perhatian kelompok dengan cara berikut: mengelompokkan siswa dan membentuk kelompok-kelompok kecil (berpasangan) untuk menyiapkan kelompok, memberikan LAS 1 dan memberikan masalah untuk dipecahkan bertujuan mengarahkan

perhatian kelompok, meminta siswa menyampaiakan saran untuk membantu Fikri dan memberikan pertanyaan yang memancing untuk mengarahkan siswa dalam menyusun komentar.

(d) Menuntut tanggung jawab siswaGuru menuntut tanggung jawab siswa dengan cara berikut: Meminta siswa menghormati siswa lain dan meminta siswa mengangkat tangan saat hendak berbicara sebagai bentuk perintah agar siswa lain mengawasi rekannya, meminta 3 siswa untuk presentasi dan melakukan presentasi hasil LAS 2 di depan kelas sebagai bentuk perintah agar siswa menunjukkan pekerjaannya. Dengan ditunjuknya 3 perwakilan secara acak, semua siswa belajar karena merasa memiliki tanggung jawab untuk presentasi.

(e) Memberikan petunjuk yang jelasGuru memberikan petunjuk yang jelas dengan cara berikut: memberikan petunjuk yang ditujukan kepada seluruh kelas, misal: siswa diberi kebebasan bertanya dan berpendapat lalu guru menginformasikan bahwa siswa yang berperilaku baik akan mendapat bintang; menjawab pertanyaan siswa secara khusus ditujukan kepada individu dan secara umum ditujukan kepada seluruh kelas.

2. Aktivitas BelajarRata-rata persentase frekuensi aktivitas belajar

yang melibatkan kecerdasan linguistik (linguistic intelligence) sebesar 12,09%. Jika dibandingkan dengan persentase aktivitas belajar yang melibatkan kecerdasan lain, angka tersebut sedikit lebih kecil sebab kegiatan presentasi tidak dilakukan oleh semua siswa, hanya perwakilan kelompok saja. Selain itu, banyak siswa yang belum berani menyampaiakan pendapat maupun saran saat diskusi. Sementara itu, rata-rata persentase frekuensi aktivitas belajar yang melibatkan kecerdasan logis-matematis (logical-mathematical intelligence) sebesar 15,36%. Aktivitas belajar ini didominasi oleh aktivitas menghitung dan menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik maupun diagram untuk menyelesaikan soal.

Untuk rata-rata persentase frekuensi aktivitas belajar yang melibatkan kecerdasan spasial (spatial intelligence) sebesar 7,51% yang merupakan rata-rata persentase terkecil dari semua persentase jenis aktivitas yang melibatkan multiple intelligences. Hal ini disebabkan rincian aktivitas yang melibatkan multiple intelligences untuk kategori kecerdasan spasial (spatial intelligence) sebanyak 3 aktivitas.

5

Page 6: PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL PASURUAN

MATHEdunesa. Volume ... Nomor ... Tahun 2015, ... - ...

Meskipun materi statistika untuk data tunggal erat kaitannya dengan membuat tabel dan diagram namun dalam mengumpulkan data siswa melakukan wawancara atau observasi dan menggunakan angket. Sementara itu, dalam mengolah data, siswa menggunakan rumus untuk mencari rata-rata, median dan modus.

Selain itu, kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) lebih sering terlibat dengan rata-rata persentase frekuensi aktivitas belajar sebesar 14,38%. Hal ini disebabkan siswa berpartisipasi dalam aktivitas kelompok dan diskusi yang dilakukan di pertemuan ke-I dan pertemuan ke-II. Pada pertemuan ke-I siswa diminta untuk menyelesaikan LAS 1 secara berpasangan sedangkan pada pertemuan ke-II siswa diminta untuk menyelesaikan LAS 2 dengan mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data dari teman-teman sekelasnya sehingga memungkinkan siswa saling berinteraksi satu sama lain.

Berbeda dengan aktivitas belajar yang melibatkan kecerdasan interpersonal, rata-rata persentase aktivitas belajar yang melibatkan kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) sebesar 12,09%. Hal ini disebabkan banyak siswa yang kurang berani bertanya saat ada hal yang tidak dimengerti sehingga peneliti menilai rasa ingin tahu siswa kurang. Jenis kecerdasan terakhir yang terlibat dalam aktivitas belajar siswa yakni kecerdasan naturalis dengan rata-rata persentase 13,73%. Aktivitas belajar ini didominasi dengan aktivitas siswa dalam mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data yang berhubungan dengan teman-teman sekelasnya, misalnya: genre musik dan buku favorit, lama jam tidur, ukuran sepatu, tinggi badan dan sebagainya.

3. Hasil BelajarPada tanggal 21 Agustus 2014 telah

dilaksanakan tes hasil belajar materi statistika di kelas VII-J SMP Negeri 1 Gempol Pasuruan. Setelah mengikuti pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences selama dua kali pertemuan, 44 siswa kelas VII-J diberi soal tes hasil belajar yang disesuaikan dengan kisi-kisi tes hasil belajar siswa materi statistika. Data hasil belajar siswa dari pemberian tes hasil belajar berupa skor. Hasil belajar individu siswa dikatakan tuntas jika mendapatkan skor minimal 2,67. Ketuntasan belajar klasikal

tercapai jika 85% siswa mendapat skor ≥ 2,67.

Banyak siswa kelas VII-J yakni 44 siswa terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Namun pada hari itu ada seorang siswa yang tidak

hadir di sekolah karena sakit, sehingga hanya 43 siswa yang mengikuti tes hasil belajar. Berdasarkan analisis data, dapat dikatakan bahwa hasil belajar individu 5 siswa tidak tuntas sedangkan 38 siswa lainnya tuntas. Dengan demikian, ketuntasan belajar klasikal mencapai 88,37% sehingga hasil belajar klasikal siswa kelas VII-J dikatakan tuntas.

Dalam hasil belajar siswa, 21 siswa kesulitan dalam menggambar diagram lingkaran karena besar sudut yang tidak bulat. Berikut jawaban seorang siswa untuk soal nomor 3.

Gambar 1 Jawaban tertulis siswa A soal tes hasil belajar nomor 3

Penghitungan milik siswa A untuk data kelas II

dan V tertulis 1080

22=49,9 50. Penghitungan

yang benar seharusnya 1080

22=40,9 41 sehingga

jawaban yang benar adalah 41 °.

4. Penilaian Diri (self-assessment)Lembar penilaian diri (self-assessment) siswa

digunakan untuk mengumpulkan data tentang tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan multiple intelligences. Melalui tanggapan siswa dalam penilaian diri tersebut, peneliti dapat mengetahui kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) dan kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) siswa. Selain itu, melalui penilaia diri, guru juga dapat memantau perkembangan siswa dalam konteks pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.

Berdasar analisis data penialaian diri (self-assessment) siswa dapat diketahui: 97,67% siswa termotivasi mempelajari matematika berkat kegiatan pembelajaran yang dilakukan; 95,35% siswa dapat merasakan manfaat mempelajari matematika dalam kehidupan sehari-hari; 93,02% siswa menerima kesepakatan meskipun berbeda pendapat; 83,72% siswa bisa menahan diri ketika ada perbedaan pendapat; 76,74% siswa senang dengan cara guru

Page 7: PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL PASURUAN

Pembelajaran yang Melibatkan Multiple Intelligences

selama mengajar materi; 72,09% siswa senang dengan pembelajaran yang diterapkan selama ini; 53,48% siswa mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan pembelajaran; 41,86% siswa memahami materi pembelajaran; 32,55% siswa mudah memahami materi pembelajaran dengan baik; 23,26% mengemukakan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran; dan 16,27% siswa mampu menjelaskan materi yang diperoleh melalui diskusi kelompok.

PENUTUPSimpulanBerdasar tujuan penelitian dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut.

1. Dalam mengelola kelas, guru melakukan hal berikut:(a) Bersikap tanggap

Sikap tanggap ditunjukkan dengan cara: memberikan siswa kesempatan bertanya; menghampiri siswa; meminta siswa untuk tenang; dan bertanya mengapa siswa bersangkutan tidak memperhatikan.

(b) Membagi perhatianBentuk perhatian dapat dilakukan dengan cara: memberikan motivasi; mengajukan dan menjawab pertanyaan; menyampaikan informasi; memberikan konsep tabel dan diagram; serta menggambar tabel dan diagram.

(c) Memusatkan perhatian kelompokGuru memusatkan perhatian kelompok dengan cara: mengelompokkan siswa; memberikan masalah untuk dipecahkan; meminta siswa menyampaikan saran; dan memberikan pertanyaan yang memancing.

(d) Menuntut tanggung jawab siswaGuru menuntut tanggung jawab siswa dengan cara: meminta siswa menghormati siswa lain dan meminta siswa presentasi di depan kelas.

(e) Memberikan petunjuk yang jelasGuru memberikan petunjuk yang jelas dengan cara: memberi siswa kebebasan bertanya dan berpendapat; menginformasikan penghargaan yang akan diperoleh siswa; dan menjawab pertanyaan siswa.

Kegiatan-kegiatan dalam mengelola kelas dilakukan untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas sehingga terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien.

2. Multiple intelligences berhasil dilibatkan dalam pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dari total persentase aktivitas belajar siswa yang melibatkan

multiple intelligences ≥ 75 % yakni sebesar

75,16%.3. Setelah melaksanakan pembelajaran yang

melibatkan multiple intelligences, hasil belajar siswa kelas VII-J tuntas. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar klasikal yang mencapai 88,37%.

4. Melalui penilaian diri (self-assessment) siswa dapat diketahui 97,67% siswa termotivasi mempelajari matematika berkat kegiatan pembelajaran yang dilakukan; 95,35% siswa dapat merasakan manfaat mempelajari matematika dalam kehidupan sehari-hari; 93,02% siswa menerima kesepakatan meskipun berbeda pendapat; 83,72% siswa bisa menahan diri ketika ada perbedaan pendapat; 76,74% siswa senang dengan cara guru selama mengajar materi; 72,09% siswa senang dengan pembelajaran yang diterapkan selama ini; 53,48% siswa mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan pembelajaran; 41,86% siswa memahami materi pembelajaran; 32,55% siswa mudah memahami materi pembelajaran dengan baik; 23,26% mengemukakan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran; dan 16,27% siswa mampu menjelaskan materi yang diperoleh melalui diskusi kelompok.

SaranBerdasar hasil diskusi, peneliti mengemukakan saran yakni:

1. Berkenaan dengan kebingungan siswa dalam menyelesaikan LAS, maka disarankan kepada peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian serupa untuk menyertakan petunjuk kerja pada LAS yang akan diberikan kepada siswa.

2. Berkenaan dengan 2 kelompok yang melakukan presentasi dengan sisa waktu yang ada, maka disarankan kepada peneliti yang ingin mengadakan penelitian serupa untuk mengelola waktu presentasi dengan baik.

3. Berkenaan dengan ketidakcocokan penilaian diri (self-assessment) yang digunakan peneliti dalam menilai sikap siswa, maka disarankan kepada peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian serupa untuk menggunakan penilaian yang sesuai dengan kurikulum 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard. 2012. Learning to Teach. Ninth Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Armstrong, Thomas. 2009. Multiple Intelligences in The Classroom Third Edition. Virginia : ASCD

7

Page 8: PEMBELAJARAN YANG MELIBATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI STATISTIKA DI SMP NEGERI 1 GEMPOL PASURUAN

MATHEdunesa. Volume ... Nomor ... Tahun 2015, ... - ...

(Association for Supervision and Curriculum Development). Terjemahan D. W Prabaningrum. 2013. Kecerdasan Multipel di dalam Kelas Edisi Ketiga. Indeks. Jakarta.

Chatib, Munif. 2011. Gurunya manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Bandung: Penerbit Kaifa

Gardner, H. dan S. Moran. 2006. The Science of Multiple Intelligences Theory: A Response to Lynn Waterhouse. Educational Psychologist 41(4):227-232.

Jihad, A. dan A. Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Lampiran IV Pedoman Umum Pembelajaran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Implementasi Kurikulum. 27 Juni 2013. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2013 Tanpa Nomor. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Implementasi Kurikulum. 27 Juni 2013. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Tanpa Nomor. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan. 16 Mei 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41. Jakarta.

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rachmani, I.F., A. Maerzyda, G.P. Nugraha, C.R. Lukman, dan D.H. Poedianto. 2003. Multiple Intelligences: Mengenali & Merangsang Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: PT. Aspirasi Pemuda.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2003. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301. Jakarta.

Winataputra, U. S. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Cetakan ketiga. PT Gramedia. Jakarta.

Yasa, Doantara. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar. http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasi-belajar/. Diakses tanggal 6 April 2014.