BAB III Gambaran Tentang Bentuk Perubahan Identitas Sosial ......sebanyak 8 gedung (GMIT Galed, GMIT...
Transcript of BAB III Gambaran Tentang Bentuk Perubahan Identitas Sosial ......sebanyak 8 gedung (GMIT Galed, GMIT...
27 | P a g e
BAB III
Gambaran Tentang Bentuk Perubahan Identitas Sosial Berkaitan dengan
Pembangunan Industri Pariwisata di Jemaat GMIT Galed
3.1 Gambaran Umum Konteks Sosial Masyarakat Kelapa Lima
Gambar : Peta Kawasan Kelapa Lima Kota Kupang
(Sumber: https://www.google.co.id/search?q=kawasan+Kelapa+Lima,
2016)
3.1.1 Keadaan Penduduk1
GMIT Galed terletak di Kelurahan Kelapa Lima dengan dipimpin oleh
lurah Dra. Marselina Nahak (2015-sekarang). Kelurahan Kelapa Lima
1 Laporan Bulanan Pemerintah Kota Kupang, Kecamatan Kelapa Lima, Kelurahan
Kelapa Lima, bulan September 2016.
28 | P a g e
adalah satu kelurahan dalam kecamatan Kelapa Lima. Letaknya strategis
karena berdekatan dengan Ibu Kota Kupang. Daerah Kelapa Lima berada
pada ketinggian 500 M dari permukaan laut dan tekanan udara rata-rata
32o celcius dengan keadaan geografis sebagai berikut:
- Luas Wilayah Kelurahan Kelapa Lima secara keseluruhan adalah 257
Ha (Hektar).
- Batas wilayah Kelurahan Kelapa Lima:
Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kupang.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kayu Putih.
Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Oesapa Barat.
Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Fatululi dan Kelurahan
Pasir Panjang.
- Jumlah Penduduk Kelurahan Kelapa Lima adalah 15.063 jiwa yang
terdiri dari laki-laki : 7.379 jiwa, perempuan 7.684 jiwa. Dengan
jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2.978 KK.
Sebagai kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan Kelapa
Lima dan berada langsung dengan Ibu Kota Kupang, dengan keragaman
struktur budaya dan Sumber Daya Manusia, hal ini dapat dilihat menurut
pekerjaan/mata pencarian. Bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan
Kelapa Lima mempunyai mata pencarian sebagai nelayan, pedagang, sopir,
kemudian diikuti oleh warga yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS dan
lainnya. Sarana peribadatan yang terdapat di kelurahan Kelapa Lima
sebanyak 8 gedung (GMIT Galed, GMIT Kota Baru, GBI Mawar Sharon,
29 | P a g e
Advent Hari Ke-7, HKBP, Kapela St. Anthonius, Mesjid Nurul Hidayah,
Mesjid Al Mutaqiem).
Sebagai kawasan pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena
merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
mempunyai ciri yang unik. Kekayaan sumber daya yang dimiliki di kawasan
pantai dan pesisir menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk
memanfaatkan secara langsung atau untuk meregulasi pemanfaatannya
karena secara sektoral memberikan sumbangan yang besar dalam kegiatan
ekonomi, sebut saja seperti yang terjadi di kawasan Kelapa Lima ini yaitu
industri pariwisata. Keberdayaan masyarakat Kelapa Lima merupakan
modal utama masyarakat untuk mengembangkan dirinya serta
mempertahankan di tengah masyarakat lainnya. Masyarakat Kelapa Lima
yang sebagian besar merupakan masyarakat nelayan memiliki ciri yang
berbeda dengan masyarakat lainnya. Hal ini dikarenakan keterkaitannya
yang erat dengan karekterstik ekonomi wilayah pesisir, ketersediaan sarana
dan prasarana penunjang.
3.1.2. Keadaan Ekonomi Masyarakat Kelapa Lima
Daerah Kelapa Lima hampir 35% di isi oleh para pendatang terutama
dari jawa dan sebagainya.2 Komposisi ini berdampak pada perputaran dan
aktivitas ekonomi di Kelapa Lima karena para pendatang mendapat sumber
penghasilan dari upaya berdagang salah satunya adalah kuliner dan berbagai
sektor lainya (bidang wiraswasta).3
2 Wawancara, E. N,.......Kelapa Lima.
3 Laporan Bulanan, Kelurahan Kelapa Lima.
30 | P a g e
Sebagai masyarakat pesisir dengan mayoritas masyarakatnya adalah
nelayan, hal ini membuat masyarakat Kelapa Lima masih berada dalam
taraf sosial ekonomi yang sederhana seperti nelayan yang turun ke laut
masih mengandalkan alat penangkapan yang masih tradisional.4 Nelayan
tradisional masih mengandalkan perahu dayung. Walaupun sudah sebagian
nelayan yang memiliki perahu yang digerakkan dengan mesin, tetapi alat
tangkap yang digunakan masih berupa pancing, jaring, jala dan pukat,
karena itu diperoleh terbatas. Selain itu keterbatasan pendidikan,
kemampuan dan ketrampilan serta teknologi yang dimiliki, membuat
mereka kurang mampu menghadapi tantangan alam. Karena hasil tangkap
tidak menentu yang bergantung pada musim cuaca. Kondisi kehidupan
sosial ekonomi nelayan dengan penghasilan yang tidak menentu dan tidak
mampu menghadapi tantangan buruk dengan peralatan yang sederhana
meskipun sudah ada peralatan yang digerak oleh mesin namun semua itu
belum mampu membuat masyarakat nelayan masih berada tetap posisi garis
kemiskinan secara ekonomi terutama pada buruh nelayan.5
3.1.3. Keadaan Sosial Budaya
Kendati masyarakat Kelapa Lima terdiri dari suku-suku yang ada di
NTT dan para pendatang dari luar NTT, mereka hidup dalam kerukunan
dan keselarasan jalinan sosial kemasyarakatan. Masyarakat asli kawasan
Kelapa Lima adalah suku Timor dan Rote.6 Meskipun hidup dalam adat dan
kebiasaan berlainan, masyarakat Kelapa lima memiliki rasa persaudaraan
dan solidaritas yang turun-temurun dan terpelihara. Keseimbangan
4 Wawancara, K.M,Pemerintahan Ke lapa lima, Oktober 2016.
5 Wawancara, M.N, Masyarakat, Kelapa Lima, Oktober 2016.
6 Wawancara,M. P, Jemaat, Kelapa Lima,Oktober 2016.
31 | P a g e
pergaulan sosial masyarakat amat terasa dalam pergaulan sehari-hari di
semua pemukiman penduduk dan di setiap jengkal tanah yang masyarakat
huni. Meski warga Kelapa Lima dihuni penganut agama berbeda-beda,
namun warga hidup berdampingan penuh kerukunan dan toleransi.7
Bangunan rumah ibadah yang berdiri dengan megah gereja dan mesjid dan
beberapa sarana ibadah umat lainnya dibangun dengan jarak sepenggalah.
Suasana ini menciptakan kedamaian dan kesetiawanan. Hal ini dapat terlihat
pada hari-hari besar keagamaan dimana terdapat toleransi dan kerja sama
antara pihak gereja dan pihak mesjid dalam hal menjaga jalannya ritual
keagamaan.
Pada umumnya masyarakat pesisir mempunyai nilai budaya yang
berorintasi selaras dengan alam, kehidupan sosial masyarakat pesisir
Kelapa Lima tidak berbeda jauh dengan kehidupan sosial masyarakat
pesisir lainnya, sepertinya rendahnya pendidikan, produktivitas yang
sangat bergantung pada musim, terbatasnya modal usaha dan kurangnya
sarana penunjang yang ada.
3.1.4 Identitas Yang Ada di Kelapa Lima
Sebagai kawasan yang memiliki keberagaman suku dan agama yang
ada di kelurahan Kelapa Lima berikut beberapa hal yang menjadi identitas
yang dapat dijadikan sebagai keunikan yang ada di Kelapa Lima sehingga
terlihat berbeda dengan kawasan yang lain yang ada di Kota Kupang.
7 Wawancara, A.G,Jemaat, Kelapa Lima,Oktober 2016.
32 | P a g e
Kawasan Kelapa Lima menjadi tempat yang dapat mengundang warga
kota Kupang dan juga wisatawan dari luar karena di kawasan ini terdapat
beberapa industri pariwisata seperti perhotelan, restaurant, area jogging
track dan pasar tradisional nelayan yang berada tepat di sekitar area pesisir
pantai Kelapa Lima, sehingga dapat di katakan bahwa keramaian yang
terjadi menjadi identitas dari kelurahan Kelapa Lima saat ini.
Meriam Peninggalan Perang
Dunia II Tempat Penguburan
Umum
Restaurant Timor Raya Restaurant Nelayan
Hotel Aston Restaurant taman Laut
33 | P a g e
Millenium Ballroom
Area Jogging Track
Pasar Ikan
Hotel Barata Hotel On The Rock
Area Pesisir Kelapa Lima
34 | P a g e
Bangunan-bangunan yang indah dan kokoh yang berada disepanjang
pesisir Kelapa Lima ini telah menjadi ikon dari kawasan Kelapa Lima
karena letaknya yang tepat berada di pesisir pantai.8 Dengan kehadiran
industri pariwisata yang indah dipandang mata ini membuat daya tarik dari
masyarakat setempat dan luar kota sehingga kawasan pesisir Kelapa Lima
dijadikan sebagai tempat wisata.
3.2 Gambaran Umum Konteks Sosial Jemaat GMIT Galed Kelapa Lima
Gambar : Gereja Galed Kelapa Lima
3.2.1 Sejarah Singkat GMIT Galed Kelapa Lima
GMIT Galed Kelapa Lima Klasis Kota Kupang merupakan hasil
pemekaran pelayanan dari anggota jemaat GMIT Talitakumi Pasir Panjang.
Pada tanggal 29 Oktober 1969 dibangunlah sebuah gedung gereja darurat
yang beratapkan ijuk dan berdinding bebak. Gedung ini dibangun atas
swadaya Jemaat yang pada saaat itu berjumlah 40 rumah tangga/ kepala
Keluarga. Pada tahun1976 di tempatkan seorang pendeta pertama yang
ditempatkan oleh sinode GMIT yaitu Pendeta Saul Kase S.Th. Barulah saat
8 Wawancara, P.R, Majelis Jemaat, Kelapa Lima,November 2016.
35 | P a g e
itu jemaat GMIT Galed memasuki era mandiri dan bertangung jawab
langsung kepada Klasis dan Sinode GMIT, pada tahun 1978 dilakukan
pembangunan gedung gereja permanen yang digunakan untuk pelayanan
kebaktian jemaat Galed Kelapa Lima.
Seiring berjalannya waktu jemaat yang mengikuti ibadah semakin
banyak dan kehadiran jemaatpun mengalami pertambahan. Sampai saat ini
total jemaat kira-kira mencapai ±500 Kepala Keluarga. Peningkatan
kehadiran jemaat ini tidak sebanding dengan gedung gereja yang lama, yang
tentunya tidak dapat lagi menampung seluruh anggota jemaat. Gedung
gereja yang lama telah dimakan usia sehingga keadaan fisik gedung tidak
layak untuk dipergunakan, misalnya tembok dinding bangunan, rangka
pintu, jendela dan rangka atap yang mulai lapuk dan rapuh.
Menyadari kondisi gedung gereja yang tidak memungkinkan untuk
ditempati, maka pada bulan April 1999 melalui sidang Majelis Jemaat
disepakati bahwa perlu segera direncanakan pembangunan gedung gereja
yang baru, dengan kapasitas yang memadai serta kekuatan fisik gedung
yang kokoh. Berdasarkan keputusan tersebut dilakukan pembangunan
gedung gereja yang baru secara bertahap, sebab pembangunan gedung
gereja yang baru ini memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Sejak tahun 2005 dengan pertolongan Tuhan, melalui banyak pihak
yang tergerak untuk menyumbang maupun berpartisipasi langsung dalam
pembangunan ini. Adapun melalui sidang jemaat pada tanggal 30 Januari
2006, maka ditetapkan keputusan bahwa tiap jemaat menyumbang
Rp.1000/hari untuk mencukupi biaya pembangunan gedung Gereja yang
36 | P a g e
baru. Setelah mengalami proses yang begitu panjang, maka pada bulan
Oktober tahun 2014 diresmikan gedung gereja GMIT Galed yang baru.
Semua anggota jemaat ikut merayakan peresmian gedung gereja yang baru.
3.2.2 GMIT Galed Masa Kini
3.2.1 Letak Geografis GMIT Galed
Daerah Kelapa Lima dikenal sebagai daerah pinggiran oleh karena
letaknya berada di sekitar pesisir pantai (yaitu Pantai Pasir Panjang,
Pantai Kelapa Lima dan Pantai Lasiana) yang saat ini menjadi tempat
wisata yang dikunjungi oleh masyarakat Kota Kupang dan juga para
wisatawan. Dalam hal akses transportasi GMIT Galed pun sangat
terjangkau oleh karena GMIT Galed berada tepat di Jalan Timor Raya.
Jalan Timor Raya merupakan jalur utama transportasi antar kota, luar
kota Kupang bahkan juga sebagai Jalan Negara yang menghubungkan
Negara Indonesia dengan Negara Timor Leste.
3.2.2 Konteks Jemaat GMIT Galed Kelapa Lima
Mayoritas jemaat GMIT Galed berasal dari suku-suku asli NTT
yang disebut sebagai FLOBAMORA yaitu : Flores, Sumba, Timor dan
Alor. Adapun suku-suku asli lainnya seperti Sabu, Rote, Manggarai,
Ende, dsb. Selain itu juga ada anggota jemaat perantau seperti Batak,
Jawa dan Toraja yang berdomisili di kota Kupang dan menjadi anggota
jemaat tetap dan menetap di GMIT Galed. Hal ini menggambarkan
bahwa jemaat GMIT Galed merupakan Jemaat yang pluralis dan akan
akan keberagamaan budaya di dalamnya.
37 | P a g e
Mayoritas jemaat GMIT Galed merupakan jemaat lama yang sudah
bertahun-tahun tinggal di kecamatan Kelapa Lima. Adapun di antara
keluarga Anggota Jemaat GMIT Galed, masih ditemukan adanya
hubungan kekeluargaan yang baik antara satu dan lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan GMIT Galed dipahami sebagai sebuah
keluarga Allah (familia Dei).9
Saat ini GMIT Galed dilayani oleh dua pendeta jemaat yaitu Pdt.
Sumarlise Ruku-Maakh, S.Th sebagai Ketua Majelis (terhitung Oktober
2016), dan Pdt. Welly De Haan-Touselak. Batas wilayah pelayanan
Majelis GMIT Galed hanya dalam lingkup kecamatan Kelapa Lima dan
dilaksanakan terbagi dalam 9 rayon atau wilayah. Masing-masing rayon
didampingi oleh Anggota Majelis rayon yaitu Penatua dan Diaken.
3.2.3 Konteks Jemaat GMIT Galed secara Perekonomian dan
Pendidikan
Telah dikatakan di atas secara geografis GMIT Galed tepat berada
di sekitaran pesisir pantai, maka tidak heran pantai menjadi salah satu
tempat bagi jemaat GMIT Galed. Sebagian besar pekerjaan jemaat Galed
adalah pekerja “nelayan” yaitu mencari nafkah di pantai.10
Jemaat yang hidup di pesisir pantai terkenal dengan perwatakan
yang sangat keras dan memiliki perekonomian yang sulit. Hal ini bukan
tanpa sebab, dikarenakan kehidupan jemaat yang harus bergantung pada
alam. Pendapatan jemaat sebagai pekerja nelayan yang diperoleh masih
bersifat harian dan ditentukan oleh musim (tidak menentu). Ditambah
9 Berdasarkan Perubahan Pertama Tata Dasar GMIT 2010,1.
10 Berdasakan Data yang di dapat dari Tata Usaha Gereja GMIT Galed, 13 Oktober 2016
38 | P a g e
pula dengan tuntutan kehidupan yang saat ini semakin tinggi, seperti
biaya sekolah, harga bahan makanan dan barang dan lain sebagainya.
Pada akhirnya adapun anggota jemaat memilih cara lain untuk
mempertahankan kehidupannya dengan cara menjual barang-barang
berharga yang mereka miliki dan bahkan melakukan hutang-piutang.
Adapun gaya hidup anggota jemaat yang masih kurang baik dan
melekat sampai sekarang, seperti berjudi, perkalian dan mabuk-
mabukkan. Kecendrungan gaya hidup seperti ini ditemukan pada
keluarga-keluarga yang bekerja sebagai pekerja serabutan yang memiliki
penghasilan tidak stabil/menentu.11
Hal ini disebabkan oleh karena
pengaruh lingkungan sosial, pola pikir, minimnya pendidikan dan hal ini
juga dipahami oleh mereka sebagai salah satu cara untuk menghilangkan
stress akan kesulitan yang sedang mereka alami. Padahal kenyataannya
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja, mereka masih sangat sulit.
Namun gaya hidup seperti itulah yang masih dipertahankan, sehingga
tidak heran bahwa gaya hidup para pekerjaa serabutan sangat keras dan
memiliki stigma negatif terhadap mereka.
Telah dipaparkan di atas bahwa pendidikan juga menjadi salah satu
faktor yang berpengaruh di dalam keluarga jemaat yang berpenghasilan
tidak tetap. Pendidikan dapat dicapai sebatas SD, bahkan tak jarang ada
pula anggota jemaat yang harus berhenti sekolah untuk membantu
11
Wawancara, R.B, Majelis, Paradiso,November 2016.
39 | P a g e
keluarganya demi mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti menjual ikan
keliling.12
Faktor minimnya perekonomian dan pendidikan tentunya menjadi
salah satu pergumulan di dalam kehidupan anggota jemaat GMIT Galed.
Minimnya perekonomian dan pendidikan pun berimbas dalam hal
sulitnya jemaat dalam hal mencari pekerjaan, kurangnya partisipasi
jemaat dalam pelayanan ataupun kegiatan gerejawi, kurangnya
kecakapan jemaat dalam hal perkunjungan maupun dalam hal
menyampaikan aspirasi, tidak adanya kepercayaan diri serta terbentuknya
pola pikir jemaat yang masih sempit. Tentunya hal-hal seperti ini menjadi
keprihatinan tersendiri juga bagi gereja, dalam hal ini gereja pun tetap
selalu membantu serta mendorong jemaat untuk lebih aktif dan beralih
kepada suatu perubahan dalam menyikapi sulitnya kehidupan. 13
3.2.4 Bentuk Perubahan Identitas Sosial Berkaitan dengan Pembangunan
Industri Pariwisata di Jemaat GMIT Galed
Dalam kehidupan masyarakat tentu mengalami perubahan karena
ada dinamika sosial di dalamnya yang menandakan adanya kehidupan.
Perubahan dalam suatu masyarakat dapat berlangsung dengan cepat atau
lambat sehinga menghadirkan perubahan dan pengaruh. Jemaat Galed
merupakan masyarakat pesisir yang hidup di kawasan pesisir pantai
Kelapa Lima.
Bentuk Persembahan Jemaat
12
Wawancara, N.M......Kelapa Lima. 13
Wawancara, W.T, Pendeta,Galed, November 2016..
40 | P a g e
Sebagai jemaat yang terletak di pesisir pantai tentulah membuat jemaat
semakin dekat dengan alam. Dulunya jemaat mengenal persembahan
natura yang sering terjadi dalam ibadah-ibadah khusus. Di mana ada
jemaat yang membawa hasil pertanian dan hasil laut dari nelayan.14
Seiring dengan adanya industri pariwisata yang telah ada hampir satu
dekade ini jemaat Galed Kelapa Lima sudah tidak lagi memberikan
hasil natura sebagai bentuk persembahan. Hal ini juga terjadi lantaran
telah tersedianya pasar ikan yang telah hadir di kawasan tersebut. Dan
banyak jemaat yang dulunya berprofesi sebagai nelayan kini telah
beralih profesi.
Ibadah Kategorial
Tak jarang wisata rohani berupa ibadah kategorial dalam jemaat Galed
Kelapa Lima dilakukan di kawasan pesisir pantai.15
Ibadah kategorial
seperti ibadah pemuda dan ibadah Persekutuan Anak dan Remaja
(PAR) sering dilakukan di kawasan pantai. Kini wisata rohani sudah
tidak dilakukan bisa dilakukan lagi dikawasan pantai Kelapa Lima, jika
hendak melakukan wisata rohani maka harus dilakukan di kawasan luar
Kelapa Lima.
Jemaat yang individualis
Sikap individualis jemaat kadang beribadah menjadikan berkat bagi diri
sendiri. Keadaan ini tidak mendukung relasi simpati dan empati antara
jemaat yang satu dengan yang lain akibat dari tindakan ini ialah tidak
adanya saling membanggun iman dan kesatuan untuk terus bersandar
14
Wawancara, ML, Majelis Rayon, Kelapa Lima, Oktober 2016. 15
Wawancara, R.J, Pengajar PAR, Kelapa Lima, Oktober 2016.
41 | P a g e
kepada Kristus.16
Dengan adanya modernisasi membuat jemaat bisa
melakukan segala sesuatu dengan cepat, praktis, sehingga terlihat
kadang menjauhkan setiap pribadi untuk saling menolong, menjauhkan
setiap pribadi, menyibukkan diri dengan hal-hal lain sehingga waktu
mereka tersita untuk pekerjaan yang mereka lakukan, baik di darat
maurut di laut. Waktu yang diperlukan untuk bekerja dan bersekutu
dengan sesama terkadang lebih digunakan untuk bekerja.
Kehadiran Jemaat dan Pola berbusana
Karena dikeliling oleh industri pariwisata maka tak heran jika
kehadiran jemaat pada saat kebaktian minggu juga dihadiri oleh tamu-
tamu dari luar kawasan Kelapa Lima baik dalam kota maupun dari luar
kota yang adalah para wisatawan yang sedang menginap di hotel-hotel
yang ada di kawasan lima sehingga tak jarang mereka hadir dalam
ibadah yang ada. Tak dapat dipungkiri juga pola berbusana yang
semakin modern yang dibawah oleh para wisatawan membuat
jemaatpun mengikuti pola busana dari luar (terbuka dan sexy), dari
yang dulunya pola busana yang sederhana.
3.3.1 Bentuk Perubahan Warga Jemaat Galed dalam konteks Sosial :
Berikut beberapa bentuk perubahan warga jemaat dalam konteks
sosial berkaitan dengan industri pariwisata:
Pekerjaan
16
Wawancara, S,R M,......... Kelapa Lima.
42 | P a g e
Mata pencaharian masyarakat pesisir pada umumnya sebagai
nelayan, mereka mencari rezeki dari laut walaupun sekuat apapun ombak
mereka mencari rezeki dari laut walaupun sekuat apapun apapun ombak
mereka tetap melaut, panas terik dan bahaya tidak mereka hiraukan demi
untuk anak mereka.17
Kadang-kadang mereka melaut tidak membawa
hasil saat mereka pulang dari melaut. Masyarakat pesisir memanfaatkan
laut sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan
sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat yang jauh dari pesisir atau
laut.
Pekerjaan sebagai nelayan dipercayai memiliki nilai-nilai luhur
yang tinggi. Kehidupan nelayan bergantung pada kondisi alam dan
sumber daya ikan yang ada, artinya nelayan mempercayai kehidupan
pada berkah yang diberikan sang pencipta.18
Masyarakat Kelapa Lima yang juga adalah jemaat Galed yang
berprofesi sebagai nelayan juga mengalami kendala ketika lahan kerja
mereka, di daerah pesisir dan laut yang dari awalnya menjadi milik
mereka secara cuma-cuma kini mereka harus berputar mencari
lahan/kawasan baru untuk dapat melaut dan menyandarkan kapal-kapal
kecil milik mereka.19
Sejak adanya pembangunan industri di kawasan
pesisir pantai Kelapa Lima, para nelayan berlomba-lomba melaut untuk
mendapatkan hasil, namun tidak semua nelayan mempertahankan
pekerjaannya sebagai nelayan. Hal ini disebabkan harus adanya modal
dan lahan kerja yang tersedia. masyarakat belum mampu menyesuaikan
17
Wawancara, J.P, Paradiso, November 2016, 18
Wawancara, J.P,.... Paradiso. 19
Wawancara, M. S, Masyarakat, kelapa Lima, November 2016,
43 | P a g e
diri dengan situasi perubahan yang terjadi, dalam hal ini melakukan
persaingan dengan orang-orang yang menciptakan perubahan untuk
keuntungan dirinya dan kelompoknya.20
Sekarang nelayan melaut dan hasilnya tidak dapat ia jajakan sendiri
karena sudah ada para penjual ikan, hal ini dikarenakan kerja sama yang
terjadi. Siapa yang mempunyai modal pastinya akan menopang
pekerjaannya untuk lebih maju.21
Hal ini juga berdampak pada
masyarakat khususnya yang berprofesi sebagai nelayan dikarenakan
lahan kerja mereka yang dibatasi dan juga berdampak pada hasil tangkap
nelayan.22
Bagi masyarakat kecil yang hidup secara pas-pas’an mereka
tidak bisa menikmati pantai yang dulunya menjadi milik mereka secara
cuma-cuma.
Ruang Terbuka Hijau
Selain sebagai daerah pesisir pantai kawasan Kelapa Lima juga
terdapat Ruang Terbuka Hijau. Di mana terdapat area memanjang/jalur
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di kawasan pesisir pantai
khususnya di Kelapa Lima seperti :
Taman rekreasi yang merupakan tempat rekreasi yang berada di alam
terbuka tanpa dibatasi oleh suatu bangunan, yang berhubungan dengan
20
Wawancara,Y.A, Kelapa Lima, November 2016. 21
Wawancara, T. P, Kelapa Lima,November 2016. 22
Wawancara, L.N, Kelapa Lima,November 2016.
44 | P a g e
lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumber daya alam seperti
pemandangan alam, kehidupan di alam bebas.
Namun seiring berjalannya waktu kawasan pesisir ini mengalami
perubahan. Tidak ada lagi pohon-pohon yang berdiri karena telah
digantikan dengan bangunan-bangunan yang kokoh seperti perhotelan
dan restaurant.23
Pemakaman umum yang merupakan salah satu fasilitas
sosial yang berfungsi sebagai tempat pemakaman bagi masyarakat
Kelapa Lima yang meninggal dunia juga terdapat dikawasan pesisir
pantai Kelapa Lima.
Tempat pemakaman umum yang kini di apit oleh 2 buah hotel besar, jadi
jika ada masyarakat yang mau menguburkan keluarganya maka pihak-
pihak yang bersangkutan (misalnya pihak gereja yang akan memimpin
ibadah pemakaman) harus meminta ijin dulu ke pihak hotel untuk masuk
ke kawasan tersebut barulah pintu dibukakan dan melakukan
pemakaman.24
Hal ini dikarenakan tempat tersebut juga sudah menjadi
bagian dari kawasan hotel.
Akan tetapi perubahan, baik disadari maupun tidak pasti dialami
oleh setiap dan masyarakat Kelapa Lima. Kepastian perubahan ini,
sebagaimana ditegaskan Triguna25
bahwa secara universal tidak ada
satupun masyarakat dan kebudayaan di dunia yang mengalami proses
perubahan.
23
Wawancara, J.S, Kelapa Lima,November 2016, 24
Wawancara, W.T, Kelapa Lima,November 2016. 25
Triguna, Budaya Kerja,( Jakarta : Gunung Agung,1999), 12.
45 | P a g e
Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri pariwisata disuatu
di kawasan Kelapa Lima terhadap Sosial Budaya sangat terasa apalagi
daerah tersebut menerima pengaruh dengan cepat tanpa ada penyaringan
yang ketat terhadap kedatangan wisatawan. Salah satu hal adalah dimana
kawasan Kelapa Lima yang ditiju merupakan daerah yang lemah dalam
bidang ekonomi, dengan sendirinya akan mengikuti perkembangan dan
merubah tatanan perekonomian sendiri salah satu contoh mengubah mata
pencaharian semula yang mereka lakukan secara tradisional menjadi
modern. Industri pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung
menyentuh dan melibatkan masyarakat yang dituju, sehingga membawa
berbagai dampak terdapat masyarakat setempat.
Pada sisi yang lain pariwisata juga dipengaruhi oleh sektor publik,
khususnya infrastuktur dasar (jalan, persedian air, dan sebagainya). Di
sisi lain, sektor pariwisata terdiri dari kepemilikan pribadi dan
kepentingan bisnis yang dioperasikan sedemikian rupa, sehingga sulit
untuk dilakukan koordinasi dan mengatur hal-hal tersebut.26
Pariwisata tidak hanya sebagai bentuk menguatnya identitas lokal,
tetapi juga merupakan bentuk lain dari dominasi kekuatan global yang
menjelajahi setiap sudut dunia ini.27
26
Robinson & Picard, Tourism, Culture......,9. 27
Ana Maria Munar, "Challenging the Brand," in Tourism Branding: Communities in Action, ed. Liping A. Cai, William C. Gartner and Ana Maria Munar, (United Kingdom: Emerald Group Publishing Limited, 2009), 33.