BAB III fix
-
Upload
rahman-al-kahfi-ardiansyah -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
description
Transcript of BAB III fix
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 DEFINISI
TB paru adalah infeksi kronik pada paru yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis (MTB), ditandai dengan pembentukan granuloma
dan adanya reaksi hipersensitifitas tipe lambat. Sumber penularan umumnya
adalah penderita Tb yang dahaknya mengandung Basil Tahan Asam (BTA).
III.2. ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis adalah suatu jenis kuman yang berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Mycobacterium tuberculosis
(MTB) memiliki dinding yang sebagian besar terdiri atas lipid, kemudian
peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat
hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin ( dapat tahan bertahun -
tahun dalam lemari es ) dimana kuman dalam keadaan dormant. Dari sifat ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif
lagi.
III. 3 KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Hingga saat ini belum ada kesepakatan diantara para klinikus, ahli
radiologi, ahli patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis. Menurut American Thoracic Society dan
WHO 1964, diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah dengan kuman
Mycobacterium tuberculosis (MTB) dalam sputum atau jaringan paru secara
biakan. Tidak semua pasien memberikan biakan sputum positif Menurut WHO
tahun 1991, kriteria pasien TB paru adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
20
21
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif.
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
b. Tuberkulosis paru BTA (-) adalah:
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis paru.
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
MTB positif
Berdasarkan tipe pasien:
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu:
a. Kasus baru
Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan.
b. Kasus kambuh
Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktif atau perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapa kemungkinan:
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan, dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis.
a.Kasus defaulted atau drop out
22
Pasien yang telah menjalani pengobatan ≥ 1 bulan dan tidak
mengambil obat selama 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
b.Kasus gagal pengobatan
Pasien dengan BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau
akhir pengobatan.
c.Kasus khronik
Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik.
d.Kasus bekas TB
-Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto
serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung.
Berdasarkan gambaran radiologi:
a.Lesi TB aktif dicurigai bila:
- Bayangan berawan / nodular di segmen apical dan posterior lobus atas
paru dan segmen posterior lobus bawah
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular.
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
a.Lesi TB inaktif dicurigai bila:
23
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura.
Luas lesi yang tampak pada foto thorax untuk kepentingan pengobatan
dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif):
- Lesi minimal
Bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak
lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas
chondrosternal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5, serta tidak dijumpai
kaviti.
- Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal
III. 4 DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik sangat tergantung pada luas dan
kelainan struktural paru. Pemeriksaan fisik dapat normal pada lesi minimal,
kelainan umumnya terletak pada daerah apikal/posterior lobus atas dan daerah
apikal lobus bawah. Kelainan yang dapat ditemukan antara lain berupa bentuk
dada yang tidak simetris, pergerakan paru yang tertinggal, peningkatan stem
fremitus, redup pada perkusi, suara napas bronkial/amforik/ vesikuler
melemah,/ronkhi basah ataupun tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.
Dari pemeriksaan foto thorax standar pada TB paru yaitu foto thorax PA
dan lateral ditemukan gambaran lesi yang menyokong ke arah TB paru aktif
biasanya berupa infiltrat nodular berbagai ukuran di lobus atas paru, kavitas
(terutama lebih dari satu), bercak milier ataupun adanya efusi pleura unilateral.
Gambaran lesi tidak aktif biasanya berupa fibrotik, atelektasis, kalsifikasi,
24
penebalan pleura, penarikan hilus dan deviasi trakea. Berdasarkan luas lesi pada
paru, ATS (American Thoracic Society) membaginya atas lesi minimal, lesi
sedang dan lesi luas.
Pada foto toraks pasien ini tampak gambaran lesi berupa infiltrat di seluruh
lapangan paru kanan dan kiri. Berdasarkan gambaran lesi tersebut, luas lesi paru
pada pasien ini termasuk dalam lesi luas.
Selain itu, kita dapat menegakkan diagnosis paru berdasarkan hasil
laboratorium. Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam) sangat penting dalam
menegakkan diagnosis TB Paru. Dahak terbaik adalah dahak pagi hari sebelum
makan, kental, purulen, dengan jumlah minimal 3-5 ml. Dahak diperiksa 3 hari
berturut-turut dengan pewarnaan Ziel Neelsen atau Kinyoun Gabbet. Untuk lebih
efisien, Depkes RI menganjurkan pengambilan dahak SPS (Sewaktu, Pagi,
Sewaktu) yang dikumpulkan dalam 2 hari. BTA dikatakan positif bila BTA
dijumpai setidaknya pada dua dari tiga pemeriksaan BTA. Kultur lebih sensitif
dibanding BTA, namun membutuhkan waktu lebih lama (6-8 minggu). Metode
yang dipakai antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa dan Kudoh. Hasil
pemeriksaan BTA sputum Ny.N adalah +2,+2,+1 pada BTA I, II, III.
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang spesifik untuk TB paru. Kelainan
yang sering dijumpai adalah anemia, peningkatan laju endap darah, lekositosis
dan limfositosis. Pada pasien ini ditemukan anemia, leukositosis, dan peningkatan
laju endap darah.
Terminologi tipe penderita Tb dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kasus
baru, kasus kambuh, kasus gagal, kasus pindahan, kasus berobat setelah lalai, dan
kasus kronik. Kasus baru adalah penderita Tb paru yang belum pernah mendapat
OAT atau yang pernah mendapat OAT tetapi kurang dari satu bulan. Kasus
kambuh adalah penderita Tb paru dengan BTA positif yang sebelumnya sudah
dinyatakan sembuh, tetapi kini datang lagi dan pada pemeriksaan BTA
memberikan hasil positif. Kasus gagal adalah penderita Tb paru dengan BTA
positif yang sudah mendapat OAT, tetapi sputum BTA positif pada 1 bulan
sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan. Batasan ini juga berlaku
25
untuk penderita Tb paru dengan BTA negatif yang sudah mendapat OAT, tetapi
sputum BTA justru menjadi positif pada akhir pengobatan fase awal. Kasus
pindahan adalah penderita Tb paru dari kabupaten/kota lain yang sekarang
menetap di kabupaten/kota ini. Kasus berobat setelah lalai adalah penderita Tb
paru yang menghentikan pengobatan (2 bulan atau lebih) dalam keadaan belum
dinyatakan sembuh dan kini datang lagi untuk berobat dengan BTA positif. Kasus
kronik adalah penderita Tb paru dengan BTA yang tetap positif, walaupun sudah
mendapatkan pengobatan ulang yang adekuat dengan pengawasan yang baik.
Pasien ini sudah mendapat OAT selama 1 minggu, maka kami mendiagnosis
pasien ini dengan kasus baru Tb paru BTA (+) on therapy.
Terminologi diagnosis dibagi dalam 3 kelompok, yaitu Tb paru BTA
positif, Tb paru BTA negatif dan bekas Tb paru. Yang termasuk Tb paru BTA
positif apabila sputum BTA positif ≥ 2 kali, sputum BTA positif ≥ 1 kali dengan
kultur positif atau sputum BTA positif ≥ 1 kali dengan klinis/radiologist sesuai
dengan Tb paru. Tb paru BTA negatif apabila klinis dan radiologist sesuai dengan
Tb paru, sputum BTA negatif dan kultur negatif atau positif. Bekas Tb paru
apabila sputum dan kultur negatif, gejala klinis tidak menunjang dan gambaran
radiologis menunjukkan gambaran tak aktif.
Medikamentosa obat anti Tuberkulosis dibagi 4 kategori.
Katego
ri
Kriteria penderita
Regimen pengobatan
Fase
Awal
Fase
lanjutan
I • Kasus baru BTA
(+)
• Kasus baru BTA
(-)
• Ro” (+) sakit
berat
• Kasus TBEP
berat
2 RHZE (RHZS)
2 RHZE (RHZS)
2 RHZE (RHZS)*
6 EH
4 RH
4 R3H3*
II Kasus BTA positif
• Kambuh
2 RHZES atau
1 RHZE
5 RHE
5 R3H3E3*
26
• Gagal
• Putus berobat
2 RHZES atau
1 RHZE*
III • Kasus baru BTA
(-)
• TBEP ringan
2 RHZ
2 RHZ
2 RHZ*
6 EH
4 RH
4 R3H3*
IV • Kasus kronik Obat-obat sekunder
Oleh karena pasien ini termasuk dalam kategori kasus baru, jadi perlu
diobati dengan OAT kategori I, dengan regimen Rifampisin, INH, Pirazinamid,
dan Etambutol selama 2 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan 4 bulan Rifampisin
dan INH.