BAB III

23
BAB III PEMBAHASAN KASUS A. Scenario 2 Seorang ibu membawa anaknya yang berumur 10 tahun ke poliklinik kulit sebuah Rumah Sakit dengan keluhan gangguan pada kulit disertai demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan sakit saat menelan. Dari hasil pemeriksaan fisik diketahui: kulit terdapat Eritema, vesikel dan bula,purpura. Tinggi badan=130 cm, Berat badan=40kg, Suhu=39 C, T=130/90 mmHg, nadi=85x/menit, respirsi=26x/menit.klien juga diketahui mengalami ruam datar berwarna merah pada muka dan batang tubuh, kemudian meluas ke seluruh tubuh dengan pola yang tidak rata. Daerah ruam membesar dan meluas, sering membentuk lepuh pada tengahnya. Kulit lepuh sangat longgar, dan mudah dilepas bila digosok. Menurut keterangan dari ibunya klien sebelumnya pernah dirawat di Rumah sakit 4 bulan yang lalu karena demam thypoid, dari dokter klien banyak menerima obat-obatan antipiretik dan antibiotik. Sepulang dari Rumah sakit, gejala kelainan kulit tersebut mulai dialami oleh klien tapi ibunya merasa itu hanya iritasi kulit biasa sehingga hanya diberikan bedak kulit saja. Dari hasil laboratorium leukosit = 15000 /µl , hemoglobin = 15 gr/dl, hematokrit= 35%, trombosit = 200000/µl. Dokter menyarankan agar klien dilakukan pemeriksaan

description

Skenario kasus

Transcript of BAB III

Page 1: BAB III

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

A. Scenario 2

Seorang ibu membawa anaknya yang berumur 10 tahun ke poliklinik

kulit sebuah Rumah Sakit dengan keluhan gangguan pada kulit disertai demam,

sakit kepala, sakit tenggorokan, dan sakit saat menelan. Dari hasil pemeriksaan

fisik diketahui: kulit terdapat Eritema, vesikel dan bula,purpura. Tinggi

badan=130 cm, Berat badan=40kg, Suhu=39 C, T=130/90 mmHg,

nadi=85x/menit, respirsi=26x/menit.klien juga diketahui mengalami ruam datar

berwarna merah pada muka dan batang tubuh, kemudian meluas ke seluruh

tubuh dengan pola yang tidak rata. Daerah ruam membesar dan meluas, sering

membentuk lepuh pada tengahnya. Kulit lepuh sangat longgar, dan mudah

dilepas bila digosok.

Menurut keterangan dari ibunya klien sebelumnya pernah dirawat di

Rumah sakit 4 bulan yang lalu karena demam thypoid, dari dokter klien banyak

menerima obat-obatan antipiretik dan antibiotik. Sepulang dari Rumah sakit,

gejala kelainan kulit tersebut mulai dialami oleh klien tapi ibunya merasa itu

hanya iritasi kulit biasa sehingga hanya diberikan bedak kulit saja. Dari hasil

laboratorium leukosit = 15000 /µl , hemoglobin = 15 gr/dl, hematokrit= 35%,

trombosit = 200000/µl. Dokter menyarankan agar klien dilakukan pemeriksaan

histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnosa.

Klien merasa minder dengan kondisi kulitnya sehingga tidak mau untuk

sekolah takut di ejek oleh teman-temannya dan mengatakan hanya mau

berangkat sekolah bila penyakitnya sudah sembuh

PERTANYAAN ANALISA KASUS

1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari

kasus diatas, coba diskusikan system organ apa yang terkait dengan masalah

diatas? Jelaskan dengan menggunakan anatomi fisiologi system organ

tersebut.

2. Coba identifikasi diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas dalam kasus

tersebut!

Page 2: BAB III

3. Coba saudara buat patofisiologi dan pathway dari masalah keperawatan

tersebut!

4. Coba buat NCP dari masing-masing diagnosa keperawatan!

5. Coba buat evaluasi dari masing-masing diagnosa keperawatan!

6. Penatalaksanaan pada pasien tersebut!

7. Apa masalah frinsip legal etis pada kasus diatas!

8. Bagaimana nursing advokasi yang seharusnya dilakukan oleh perawat pada

pasien dan saran apa yang sebaiknya diberikan pada perawat diatas

terhadap intervensi pada pasien tersebut!

9. Coba anda teliti isi jurnal tersebut serta berikan solusi dari masalah tersebut!

B. Jawaban

1. Anatomi fisiologi

Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari), dermis (kulit

jangat atau korium) dan lapisan subkutan. Sebagai gambaran, penampang

lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut :

a. Epidermis (kulit ari)

Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik

untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai

pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada

berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter

misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis

berukuran 0,05 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan

perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Tidak ada terdapat

pembuluh darah pada epidermis. Epidermis melekat erat pada dermis

karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan

cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding

kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas

lima lapisan kulit, yaitu :

1) Lapisan tanduk (stratum corneum)

Page 3: BAB III

Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi

semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas

beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami

proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit

mengandung air.

Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh

lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal.

Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis

protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap

bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny,

terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan

oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya

hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit

kasar sampai muncul lapisan baru.

Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang

hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau

kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat

menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia

mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan

waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah

menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak

putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin

tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan

tanduk baru.

Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini

sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-

lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan

turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang

cukup besar.

2) Lapisan bening (stratum lucidum)

Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan

tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan

Page 4: BAB III

lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel

jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat

dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas

pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula

dari lapisan bening.

3) Lapisan berbutir (stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang

mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa

dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit

telapak tangan dan telapak kaki.

4) Lapisan bertaju (stratum spinosum)

Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling

berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma

berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka

seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil

yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal,

tersusun menjadi beberapa baris.

Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal),

dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di

antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk

peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir

melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang

berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuankesatuan lapisan

taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti inti sel dalam

bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan

glutation.

5) Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris

sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap

permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu

dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur

halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina

Page 5: BAB III

basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-

epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel

epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi

bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk.

Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells,

melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.

b. Dermis

Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat

keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit

atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening,

dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut

yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam

membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran

kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan

kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit

sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit.

Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang

paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di

telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk

oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-

sel.

Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat,

memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar.

Masingmasing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf

dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan

dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-

hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat

takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di

kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu

kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut

memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang

rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung

Page 6: BAB III

rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang

dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di permukaan

kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut

acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam

merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal

berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di

permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-

menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang

oleh pemakaian kosmetika.

Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastic yang

dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat

protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga

jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-

jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.

Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis

dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang

menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi.

Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi

kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang

terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini

disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri

sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.

Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu

kelenjar keringat dan kelenjar palit.

1) Kelenjar keringat

Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan

duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan

kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh

dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat

dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah

ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu

membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama

Page 7: BAB III

dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat

tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :

a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi

cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97

persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti

garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan

sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini

terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan

telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh

badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat

dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar

keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya

bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada

rambutnya.

b) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah

ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah

sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak

kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada

setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya

alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya

berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran

folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak

terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan

dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia

akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh

hormon.

2) Kelenjar palit (sebasea)

Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan

dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil

yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut

mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga

kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap

Page 8: BAB III

kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar

palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.

Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu

kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran

folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit atau kelenjar

sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit

kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar

palit atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut

mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika

produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea

berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga

memudahkan timbulnya jerawat.

c. Lapisan Subkutan / jaringan penyambung

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan

limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.

Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju

lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai

bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian

dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.

Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur

tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak

mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah

kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak

lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta

makin kehilangan kontur. Sel lemak ini dipisahkan oleh trabekula yang

fibrosa. Lapisan terdalam banyak mengandung sel limposit yang

menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang

berfungsi sebagai cadangan makanan. Sel lemak berfungsi juga

sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan

tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan

penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat

penumpukan energi.

Page 9: BAB III

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan integritas kulit b.d inflamasi dermal dan epidermal yang di

tandai dengan:

DO : Kulit terdapat eritema, vesikel dan bula, purpura juga mengalami

rum datar berwarna merah pada muka dan batang tubuh.

DS : Pasien mengeluh gangguan pada kulit

b. Perubahan termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi pada

kulit yang ditandai dengan :

DO : suhu 39o C

DS : Pasien mengeluh demam

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan

sekunder akibat penyakit yang ditandai dengan :

DO : Adanya ruam datar berwarna merah pada muka dan batang tubuh

DS : Klien merasa minder dengan kondisi kulitnya

3. Patofisiologi dan Pathway

a. Patofisiologi

Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi

hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya

komplek antigen antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga

terjadi aktifitas sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil

yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan

jaringan pada organ sasaran (target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV

terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan

antigen yang sama kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi

radang (Djuanda, 2000: 147) .

Reaksi Hipersensitif tipe III

Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi yang

membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem

komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian

melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ

sasaran (target organ).

Page 10: BAB III

Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi dalam

darah mengendap di dalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir.

Antibodi tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap

dalam jaringan kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat

melekat ke jaringan menyebabkan terbentuknya kompleks antigen

antibodi ditempat tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan

degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler

ditempat terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut

dan mulai memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan

enzim-enzim sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus

peradangan berlanjut (Corwin, 2000: 72).

Reaksi Hipersensitif Tipe IV

Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi

berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limfokin

dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang. Pada reaksi ini diperantarai

oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T penghasil Limfokin atau sitotoksik

oleh suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang

bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat

(delayed) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuknya.

4. NCP

a. Gangguan integritas kulit b.d inflamasi dermal dan epidermal

Tujuan : Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh

Kriteria hasil :

- Integritas Jaringan : Kulit dan Membran Mukosa

- Penyembuhan Luka : Tahapan Utama

- Penyembuhan Luka : Tahapan Kedua

Intervensi :

1) Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta

perubahan lainnya yang terjadi.

Rasional: menentukan garis dasar dimana perubahan pada status da

pat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.

Page 11: BAB III

2) Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut

Rasional: menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju,

membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkat proses

penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi.

3) Jaga kebersihan alat tenun

Rasional: untuk mencegah infeksi

4) Kolaborasi dengan tim medis

Rasional: untuk mencegah infeksi lebih lanjut

b. Perubahan termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi pada

kulit.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,

suhu tubuh normal.

Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan

penyakit dan  menjadi indikator untuk melakukan intervensi

selanjutnya.

2) Beri kompres  pada daerah dahi

Rasional: Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas

secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan

terhadap panas

3) Anjurkan untuk banyak minum air putih

Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan

sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

4) Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik

Rasional: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan

demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan

proses infeksi dari bakteri.

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam

penampilan sekunder akibat penyakit.

Page 12: BAB III

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam,

diharapkan klien dapat menerima perubahan citra tubuhnya.

Kriteria Hasil :

- Menyatakan perasaan tentang penyakitnya.

- Membuat gambaran diri lebih nyata

- Mengakui diri sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab

sendiri.

Intervensi :

1) Kaji persepsi klien tentang kondisi tubuhnya saat ini.

Rasional : Alat dalam mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk

memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.

2) Catat bahas tubuh non verbal, prilaku negatif/bicara sendiri. Kaji

prilaku diri.

Rasional : Dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan,

kebutuhan untuk pengkajian lanjut/intervensi lebih intensif.

3) Pertahankan tindakan tenang, meyakinkan, akui terima

pengungkapan perasaan terhadap dirinya.

Rasional : Dapat membantu menghilangkan takut pasien akan rasa

malu, sulit bergaul, ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang

lain.

4) Ajurkan pasien untuk menerima situasi pada tahap masalah yang

kecil.

Rasional : Merasa sehat/mengalami kesulitan dalam  mengatasi

gambaran yang lebih besar tatapi dapat mengatasi satu bagian pada

saat itu.

5) Anjurkan orang terdekat untuk mengobati pasien secara baik dan

tidak sebagai orang yang depresi.

Rasional : Penyimpangan harga diri dapat tidak disadari

penguatannya.

5. Evaluasi

a. Integritas kulit dapat dipertahankan

Page 13: BAB III

b. Suhu tubuh dalam keadaan normal dan tidak melaporkan gejala

demam

c. Mengalami mengembangkan peningkatan kemampuan untuk

menerima diri sendiri.

6. PENATALAKSANAAN

a. Kortikosteroid

Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati

dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya

buruk dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat.

Kortikosteroid merupakan tindakan file-saving dan digunakan

deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.

Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-

Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5

mg intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik,

tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan

secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg

sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid,

misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20

mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian

obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari. Seminggu

setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit (K,

Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi

hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam

bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari

kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok

dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk

dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).

b. Antibiotik

Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang

dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang

menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal

misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.

Page 14: BAB III

c. Infus dan tranfusi darah

Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena

pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan

tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan

infus misalnya glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak

memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi

darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada

kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura

yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg

intravena sehari dan hemostatik.

d. Topikal :

Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase.

Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim

sulfadiazine perak.

7. Prinsip legal etis

8. Nursing Advocacy

Kita sebagai perawat menyarankan dan memotivasi pasien, agar tetap mau

sekolah walaupun pasien dalam merasa minder. Karena di usianya yang

masih anak – anak termasuk dalam tahap tumbuh kembang, dan pasien

jangan merasa minder dengan keadaannya.

9. Jurnal