BAB III
-
Upload
mauliadanti -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of BAB III
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan, timbul saat kehamilan, atau permulaan nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dan disertai dengan atau tanpa proteinuria, edema, konvulsi, koma,
dan gejala lainnya. Hipertensi merupakan salah satu penyebab mortalitas ibu dan janin.
Hipertensi kronik merupakan jenis hipertensi yang berisiko pada kehamilan. Hipertensi
kronis pada masa kehamilan didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah sekurang-kurangnya
sistolik 140 mm Hg dan dengan tekanan darah diastolik sekurang-kurangnya 90 mm Hg pada
masa sebelum kehamilan. Untuk wanita yang baru pertama kali hamil hipertensi tersebut dimulai
sekurang-kurangnya 20 minggu sebelum kehamilan. Prevalensi hipertensi kronis di Amerika
Serikat diperkirakan sekitar 3% dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan
prevalensi ini terutama disebabkan oleh peningkatan prevalensi obesitas, yang merupakan faktor
resiko utama hipertensi. Penundaan masa kehamilan sering terjadi pada perempuan yang
mengalami hipertensi kronis tersebut. Sehingga peningkatan jumlah wanita hamil yang disertai
dengan hipertensi memerlukan pemantauan khusus kemungkinan terjadinya hipertensi kronis
dan perlunya penyesuaian terapi antihipertensi sebelum dan selama masa kehamilan
Wanita hamil yang disertai dengan hipertensi kronis akan memiliki kondisi kehamilan
yang baik, tetapi mengalami resiko peningkatan komplikasi kehamilan dibandingkan dengan
wanita hamil yang tanpa hipertensi. Resiko perburukan kehamilan meningkat seiring
peningkatan keparahan hipertensi. Selain itu beberapa agen antihipertensi beresiko pada
kehamilan dan harus dihentikan penggunaannya sebelum pembuahan (konsepsi). Mengingat
sebagian besar kehamilan adalah kehamilan yang tidak direncanakan, maka pada wanita usia
produktif yang mengalami hipertensi harus mendapatkan nasehat khusus sehubungan dengan
kehamilan dan upaya perawatan rutin.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Merupakan peningkatan tekanan darah ≥ 140/90mmHg sebelum kehamilan atau
terdiagnosis sebelum kehamilan 20 minggu yang tidak disebabkan penyakit trofoblastik
gestasional, atau hipertensi pertama kali didiagnosis setelah kehamilan 20 minggu dan
menetap setelah 12 minggu pasca partum.
2. PENYEBAB
Hipertensi esensial
Obesitas
Kelainan arterial :
Hipertensi renovaskular
Koartasi aorta
Gangguan-gangguan endokrin :
Diabetes mellitus
Sindrom cushing
Aldosteronism primer
Pheochromocytoma
Thyrotoxicosis
Glomerulonephritis (akut dan kronis)
Hipertensi renoprival :
Glomerulonephritis kronis
Ketidakcukupan ginjal kronis
Diabetic nephropathy
Penyakit jaringan konektif :
Lupus erythematosus
Systemic sclerosis
2
3. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
diantaranya yang banyak dianut adalah :
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
1. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
2. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
3. Teori stimulus inflamasi
4. Teori defisiensi gizI
1. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada kehamilan normal, tubuh ibu menerima hasil konsepsi, yang adalah benda asing,
dengan baik. Disebabkan oleh adanya HLA-G, yang memodulasi sistem imun, sehingga
tidak bereaksi terhadap hasil konsepsi. Pada terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di sel desidua di daerah
plasenta, menghambat invasi tropoblas dalam desidua, yang penting dalam memudahkan
vasodilatasi pembuluh darah dan matriks di sekitarnya
2. Teori defisiensi gizi
Penelitian lama menyebutkan bahwa terdapat hubungan adanya defisiensi gizi terhadap
terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terbaru menyebutkan konsumsi
minyak ikan dapat menurunkan resiko. Penelitian lainnya juga menyebutkan, wanita yang
mengkonsumsi kalsium selama kehamilan, memiliki resiko lebih rendah mengalami
hipertensi dalam kehamilan, dan angka kejadian preeklamsia lebih rendah pada wanita
hamil yang diberi suplemen kalsium daripada hanya glukosa.
3
3. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Hipoksia & iskemia plasenta
↓ Aliran darah
uteroplasenta
Kegagalan “Remodelling Arteri
Spiralis”
A. spiralis vasokontriksi
Lumen a. spiralis tidak distensi dan dilatasi
Lap.otot a.spiralis tetap kaku & keras
Tidak terjadi invasi trofoblast pada lapisan otot a. spiralis dan jar. matriks sekitar
4
4. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
↓ Antioksidan
(Vit. E)
pd
↑ Peroksida lemak
Agregasi sel trombosit di daerah Gang. Metabolisme PG
Disfungsi endotel
Merusak memb. sel endotel
↑ Peroksida lemak
As.lemak tak jenuh peroksida
lemak
RH merusak memb. sel yang mengandung banyak as. lemak tak jenuh
Oksidan berupa Radikal
Hidroksil
Menghasilkan oksidan (radikal
bebas)
Plasenta mengalami iskemi dan hipoksia
Kegagalan “Remodelling Arteri
Spiralis”
5
Iskemia plasenta, dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Plasenta yang mengalami iskemia akan menghasilkan radikal bebas/oksidan, salah
satu yang dihasilkan adalah radikal hidroksil, yang bersifat toksis terhadap membran
sel endotel rusak membran sel merubah lemak tak jenuh menjadi lemak
peroksida merusak membran sel, nukleus, dan protein sel endotel.
Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Peroksida lemak sebagai bahan oksidan akan beredar dalam darah sebagai bahan
toksin, yang paling mudah terpengaruh oleh bahan ini adalah sel endotel, karena sel
endotel adalah yang paling dekat dengan aliran darah, dan mengandung banyak asam
lemak yang dengan mudah dapat diubah menjadi lemak peroksida oleh oksidan
hidroksil yang dihasilkan plasenta iskemik.
Disfungsi sel endotel
Endotel terpapar peroksida lemak kerusakan sel endotel, dimulai dari membran sel
terganggunya fungsi endotel, yang mengakibatkan:
Gangguan metabolisme prostaglandin yang normalnya adalah vasodilator kuat.
Agregasi trombosit ke daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan, yang adalah vasokonstriktor kuat.
Agregasi sel trombosit di daerah Gang. Metabolisme PG
- Perubahan khas
pada sel
endotel kapilar
glomerulus
- ↑ permebilitas
kapilar
- ↑ produksi bahan
vasopresor
6
Peningkatan permeabilitas kapiler
Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, misalnya endotelin.
Peningkatan faktor-faktor koagulasi
5. DIAGNOSIS
Diagnosis Hipertensi kronik ditegakkan apabila tekanan darah ≥140/90 mmHg
sebelum kehamilan atau terdiagnosis sebelum kehamilan 20 minggu yang tidak
disebabkan penyakit trofoblastik gestasional, atau hipertensi pertama kali didiagnosis
setelah kehamilan 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu pasca partum.
Diagnosis hipertensi kronik:
1. Merupakan peningkatan tekanan darah ≥140/90 mmHg sebelum kehamilan atau
terdiagnosis sebelum kehamilan 20 minggu yang tidak disebabkan penyakit
trofoblastik gestasional, atau hipertensi pertama kali setelah kehamilan 20 minggu
dan menetap setelah 12 minggu pasca partum.
2. Memiliki riwayat hipertensi sebelumnya (saat kehamilan sebelumnya).
3. Tidak ada proteinuria.
4. Mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia, misalnya, tidak nyaman
atau trombositopenia epigastrika
6. TATALAKSANA
A. Tata Laksana Umum
Diagnosis dini berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang cermat,
pengamatan medis yang ketat , persalinan yang tepat waktunya menjadi yang penting
pada pengelolaan HDK (kronik). Umumnya pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah
hitung darah tepi lengkap, trombosit, elektrolit serum, asam urat, fungsi ginjal dan hati,
hemotokrit dan penilaian dengan ultrasonografi , ECG,dan foto Thoraks.
Semua wanita hamil dengan atau tanpa hipertensi harus dianjurkan melakukan
latihan isotonik, cukup istirahat, meniadakan konsumsi garam berlebihan menghindari
kafein, merokok, alkohol dan diet dengan makanan yang sehat dan seimbang.
7
a. Indikasi Rawat Jalan
Dilakukan pada wanita hamil dengan risiko tinggi untuk berkembang menjadi HDK,
kondisi ini termasuk tekanan darah yang tidak stabil, kenaikan berat badan > 2
kg/minggu, edema pada muka dan jari. Penderita diharuskan melakukan pemeriksaan
setiap minggu dengan pemantauan terhadap tekanan darah , gejala klinis,
laboratorium ( trombosit, protein, asam urat) dan bila perlu pemeriksaan USG.
Dalam kondisi ini dianjurkan untuk membatasi aktivitas di rumah dan tirah baring
b. Indikasi Masuk Rumah Sakit
Dianjurkan untuk perawatan dirumah sakit jika pada kehamilan didapatkan hal-hal
sebagai berikut :
Tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau diastolik > 90 mmHg, dengan
gejala klinis proteinuria, trombosit < 100.000, USG menunjukkan aligohidroamunian
atau gerakan janin yang in adequat. Setelah masuk rumah sakit dibuat keputusan
apakah dilakukan terapi konservatif atau mengakhiri kehamilan.
c. Indikasi Konservatif di rumah Sakit
Tekanan darah terkontrol ( sistolik < 140 mmHg, diastolik 90 mmHg, proteinuria
< +2 ( 1 gr/hari), trombosit > 100.000 , keadaan janin baik (USG, Stress test).
Faktor yang sangat menentukan terapi konservatif adalah umur kehamilan. Jika
HDK disertai proteinuria berat dan kehamilan > 36 minggu maka terminasi
kehamilan perlu dilakukan. Apabila kehamilan < 36 minggu, maka dilakukan terapi
konservatif jika : tekanan darah stabil < 150mmHg dan diastolik < 95 mmHg,
proteinuria <+2, keadaan janin dan ketuban normal, trombosit > 100.000
d. Indikasi Terminasi Kehamilan
Bila selama terapi konservatif, ditemukan hal-hal dibawah ini maka
dilakukan terminasi kehamilan.
Dari Sudut Ibu
- Sakit kepala hebat, gangguan penglihatan
8
- Tekanan darah sistolik > 170 mmHg dan atau diastolik > 110 mmHg
- Oliguria < 400 ml/ 24 jam
- Fungsi ginjal dan hepar memburuk
- Nyeri epigartium berat, mual, muntah
- Suspek abruptio placenta
- Edema paru dan sianosis
- Kejang dan tanda-tanda perdarahan intracerebral pada eklampsia
Dari Sudut Janin
- Pergerakan janin menurun
- Olygohidro amnion
Pengobatan Medikamentosa
Keuntungan pemakaian obat-obatan bagi ibu dengan HDK (gestasional/transien)
tidak dipertanyakan lagi. Dari sudut kepentingan janin banyak pertanyaan yang tidak
terjawab secara percobaan klinik. Walaupun diakui bahwa dengan penurunan tekanan
darah akan mencegah dan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan janin
serta komplikasi kardiovaskuler, namun pilihan obat yang optimal masih harus
ditentukan.
Ada beberapa konsensus kapan kita menggunakan obat anti hipertensi pada HDK
antara lain :
A. Segera Bila tekanan darah sistolik > 169 mmHg dan diastolik > 109 mmHg
dengan gejala klinis.
B. Setelah observasi 1-2 jam Bila tekanan darah sistolik > 169 mmHg dan atau
diastolik > 109 mmHg tanpa gejala klinis.
C. Setelah observasi 24-48 jam
Bila tekanan darah sistolik > 139 mmHg dan atau diastolik > 89 mmHg
sebelum kehamilan 28 minggu tanpa proteinuria
9
Pilihan pertama adalah :
Methyldopa
Diberikan dalam dosis peroral 2-3 kali 250 mg, hingga mencapai tekanan darah
optimal
Pilihan kedua adalah :
Labetalol Dosis awal peroral 2 x 100 mg 1 hari, dosis dapat dinaikkan setiap
minggu tergantung respon. Dosis pemulihan 200-400 mg 2 x sehari
Nifedipine Dosis awal 10 mg 2 x sehari, dosis pemeliharaan 10-20 mg dua kali
sehari
Keadaan khusus ( kardiovaskuler, gagal ginjal) Diuretik
Obat dihindari :
ACE Inhibitor
Angiotensin II reseptor antagonist
GAWAT JANIN (FETAL DISTRESS)
1. Definisi
Gawat janin adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada janin ( kadar
oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat terjadi baik pada antepartum
maupun intrapartum
2. Patofisiologi
Ada beberapa patofisiologi yang mendasari gawat janin:
1. Janin mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah karena janin dianggap
hidup di lingkungan hipoksia dan asidosis yang kronik, tetapi sebenarnya janin
hidup dalam lingkungan yang sesuai dan konsumsi oksigen per gram berat badan
sama dengan orang dewasa, kecuali bila janin mengalami stress.
10
2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin, dan kapasitas angkut oksigen pada
janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Bila plasenta mengalami
penurunan fungsi akibat dari perfusi ruang intervilli yang berkurang, maka
penyaluran oksigen dan ekskresi CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan
pH atau timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin
harus mengolah glukosa menjadi energi melalui reaksi anaerobik yang tidak
efisien, bahkan menimbulkan asam organik yang menambah asidosis metabolik.
3. Etiologi
Gawat janin dapat disebabkan oleh bermacam-macam hal. Beberapa penyebab
yang umum dan sering terjadi:
- Kontraksi
Pengencangan otot uterus secara involunter untuk melahirkan bayi. Kontraksi secara
langsung mengurangi aliran darah ke plasenta dan dapat mengkompresi tali pusat
sehingga penyaluran nutrisi terganggu. Hal ini dapat terjadi pada keadaan:
o persalinan yang lama ( kala II lama)
o penggunaan oksitosin
o uterus yang hipertonik (otot-otot menjadi terlalu tegang dan tidak dapat
berkontraksi ritmis dengan benar)
- Infeksi
- Perdarahan
- Abrupsi plasenta (Plasenta terlalu dini memisahkan diri dari fetus)
Penyebab yang paling utama dari gawat janin dalam masa antepartum adalah
insufisiensi uteroplasental. Faktor yang menyebabkan gawat janin dalam persalinan/
intrapartum adalah kompleks, contohnya seperti: penyakit vaskular uteroplasental, perfusi
uterus yang berkurang, sepsis pada janin, pengurangan cadangan janin, dan kompresi tali
pusat. Pengurangan jumlah cairan ketuban, hipovolemia ibu dan pertumbuhan janin
terhambat diketahui mempunyai peranan.
4. Gejala Klinis
11
Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat
melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah tendangan
janin/ ’kick count’. Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat makan pagi sampai
dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu
tidak harus menghitung lagi sampai hari berikutnya.
Tanda-tanda gawat janin:
Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala
Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janin
Untuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan pemantauan
menggunakan kardiotokografi
Asidosis janin (Diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin
CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)
1. Definisi
Kardiotokografi (CTG) merupakan peralatan elektronik yang dapat dipergunakan
untuk mengidentifikasi janin yang mempunyai resiko mengalami hipoksia dan kematian
intrauterin atau mengalami kerusakan neurologik, sehingga dapat dilakukan tindakan
untuk memperbaiki nasib neonatus. Pada CTG terdapat tiga bagian besar kondisi yang
dipantau yaitu denyut jantung janin (DJJ), kontraksi rahim, dan gerak janin serta korelasi
diantara ketiga parameter tersebut.
2. Variabilitas Denyut jantung janin
Variabilitas denyut jantung janin adalah gambaran osilasi yang tidak teratur, yang
tampak pada rekaman denyut jantung janin. Variabilitas denyut jantung janin diduga
terjadi akibat keseimbangan interaksi dari sistem simpatis (kardioakselerator) dan
12
parasimpatik (kardiodeselator). Variabilitas denyut jantung janin yang normal
menunjukkan sistem persarafan janin mulai dari korteks – batang otak – n. Vagus dan
sistem konduksi jantung semua dalam keadaan baik. Keadaan hipoksia otak akan
menyebabkan gangguan kompensasi hemodinamik untuk mempertahankan oksigenasi
otak.
Variabilitas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu;
Variabilitas jangka pendek
Variabilitas ini merupakan perbedaan interval antar denyut yang terlihat pada
gambaran kardiotokografi yang juga menunjukan variasi dari frekuensi antar denyut pada
denyut jantung janin. Rata-rata varibilitas denyut jantung janin jangka pendek yang
normal 2-3 dpm.
Variabilitas jangka panjang
13
Variabilitas ini merupakan gambaran osilasi yang lebih kasar dan lebih jelas tampak
pada rekaman kardiotokografi dibandingkan dengan varibilitas jangka pendek. Rata-rata
memiliki siklus 3-6 kali per menit. Berdasarkan amplitudo fluktuasi osilasi tersebut,
variabilitas jangka panjang dapat dibedakan menjadi;
- Normal : bila amplitudo antara 6-25 dpm.
- Berkurang : antara 2-5 dpm.
- Menghilang : < 2 dpm.
- Saltatory : > 25 dpm.
Perubahan Periodik Denyut Jantung Janin
a. Akselerasi
Merupakan respons simpatis, dimana terjadi peningkatan frekuensi denyut
jantung janin, suatu respons fisiologik yang baik (reaktif). Ciri-ciri akselerasi yang
normal adalah amplitudo >15 dpm, lamanya 15 detik dan terjadi minimal 2 kali dalam
waktu rekaman 20 menit. Penting untuk membedakan antara akselerasi oleh karena
kontraksi dan gerakan janin.
- Akselerasi yang seragam (Uniform Acceleration). Terjadinya akselerasi bersama
dengan kontraksi uterus.
- Akselerasi yang bervariasi (Variable Acceleration). Akselerasi terjadi bersamaan
dengan gerakan atau rangsangan pada janin.
b. Deselerasi
Merupakan respons parasimpatis (n.vagus) melalui reseptor-reseptor
(baroreseptor/ kemoreseptor) sehingga menyebabkan penurunan frekuensi denyut jantung
janin.
Deselerasi dini
14
Ciri-cirinya :
- Timbul dan menghilangnya bersamaan/sesuai dengan kontraksi uterus. Gambaran
deselerasi ini seolah merupakan cermin kontraksi uterus
- Penurunan amplitudo tidak lebih dari 20 dpm
- Lamanya deselerasi kurang dari 90 detik
- Frekuensi dasar dan variabilitas masih normal
Deselerasi dini sering terjadi pada persalinan normal/fisiologis dimana terjadi
kontraksi uterus yang periodik dan normal. Deselerasi ini disebabkan oleh penekanan
kepala janin oleh jalan lahir yang mengakibatkan hipoksia dan merangsang reflex vagal
Deselerasi lambat
Ciri-cirinya :
- Timbulnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus dimulai
- Berakhirnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus menghilang
- Lamanya kurang dari 90 detik (rata-rata 40-60 detik)
- Frekuensi dasar denyut jantung janin biasanya normal atau takhikardi ringan, akan tetapi
pada keadaan hipoksia yang berat biasanya bradikardi
Deselerasi variable
Ciri-cirinya :
15
- Gambaran deselerasi yang bervariasi, baik saat timbulnya, lamanya, amplitudo maupun
bentuknya
- Saat dimulai dan berakhirnya deselerasi terjadi dengan cepat dan penurunan frekuensi
dasar denyut jantung janin bias sampai 60 dpm
- Biasanya terjadi akselerasi sebelum atau sesudah terjadinya deselerasi
- Deselerasi variable dianggap berat apabila memenuhi rule of sixty yaitu deselerasi
mencapai 60 dpm atau lebih di bawah frekuensi dasar denyut jantung janin dan lamanya
lebih dari 60 detik.
Bila terjadi deselerasi variable yang berulang terlalu sering atau deselerasi
variable yang memanjang harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya hipoksia janin
yang berlanjut. Deselerasi variable ini sering terjadi akibat penekanan tali pusat pada
masa hamil atau kala I. Penekanan tali pusat ini bisa oleh karena lilitan tali pusat, tali
pusat tumbung, atau jumlah air ketuban berkurang (oligohidramnion). Selama variabilitas
denyut jantung janin masih baik, biasanya janin tidak mengalami hipoksia yang berarti.
Non Stress Test (NST)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hubungan gambaran denyut jantung
janin dan aktivitas janin. Cara pemeriksaan ini dikenal juga dengan nama aktokardiografi,
atau fetal activity determination (FAD)/ fetal activity acceleration determination
( FAAD).
Interpretasi NST
1. Reaktif :
16
- Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai dengan
akselerasi sedikitnya 15 dpm.
- Frekuensi dasar denyut jantung janin di luar gerakan janin antara 120 – 160 dpm.
- Variabilitas denyut jantung janin antara 5 – 25 dpm.
2. Non-reaktif :
- Tidak terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi pada
gerakan janin.
- Frekuensi dasar denyut jantung janin abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih
dari 160 dpm).
- Variabilitas denyut jantung janin mungkin masih normal atau kurang dari 2 dpm.
3. Meragukan :
- Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi yang
kurang dari 10 dpm.
- Frekuensi dasar denyut jantung janin normal.
- Variabilitas denyut jantung janin antara normal.
INTRAUTERINE GROWTH RETARDATION (IUGR)
1. Definisi
IUGR mengacu kepada pertumbuhan janin yang telah dibatasi oleh lingkungan gizi yang
tidak adekuat di dalam rahim, sehingga menyebabkan bayi baru lahir tidak mencapai potensi
pertumbuhannya.
2. Etiologi
17
Penyebab terjadinya IUGR terbagi menjadi tiga kategori mayor yaitu pengaruh dari
maternal, janin, dan plasenta.
faktor maternal
Hipertensi dan penyakit vaskuler ( hipertensi gestasional, autoimun )
Diabetes
Infeksi viral dan parasit ( TORCH, malaria ) infeksi bacterial ( penyakit menular
seksual )
Hipoksemia maternal ( penyakit pulmonal, penyakit jantung sianotik, anemia berat )
Wanita dengan pertumbuhan terhambat mempunyai riwayat kehamnilan atau
mempunyai kakak yang hamil IUGR
faktor janin
Kelainan bawaan ( termasuk mereka dengan infeksi maternal )
Kelainan kromosom ( contoh sindrom turner dan sindrom down ) kelaianan genetic
lainnya yang tidak disebebkan masalah kromosom adalah seperti sindrom Russel-
Silver, pertumbuhan tulang skeletal abnormal dan beberapa sindrom lain
faktor plasenta
Plasenta infark
Thrombosis pada pembuluh darah janin
Gangguan kronis premature
3.Patofisiologi
Faktor-faktor yang memperngaruhi berat badan janin termasuk jenis kelamin
yaitu laki-laki lebih berat dari perempuan, paritas contohnya bayi yang lahir pertama
lebih kecil, etnis tergantung norma-norma yang berbeda, ketinggian, ukuran ibu yaitu ibu
besar mendapat bayi besar, jumlah janin yaitu berat lahir mengecil dengan meningkatkan
jumlah janin dan insulin yaitu faktor hormonal yang paling penting.
Normal pertumbuhan intera uteri terjadi dalam 3 tahap. Mitosis cepat dan konten
DNA meningkat (hyperplasia) terjadi selama trimester pertama (kehamilan 4-20 minggu).
Trimester kedua (umur kehamilan 20-2 minggu) adalah periode hyperplasia dan
hipertropi dengan mitosis menurun tetapi peningkatan ukuran sel. Trimester ketiga
(umur kehamilan 28-40 minggu) adalah periode peningkatan pesat dalam ukuran sel
18
dengan akumulasi lemak, otot, dan jaringan ikat. Hambatan pertumbuhan selama
trimester pertama menghasilkan janin yang sel berkurang tetapi ukuran normal,
menyebabkan IUGR simetris. Contohnya termasuk pengekangan pertumbuhan melekat
genetic, infeksi, dan kelainan kromosom bawaan. Hambatan pertumbuhan selama
trimester kedua dan ketiga menyebabkan ukuran sel mengecil dan berat badan janin
dengan efek kurang pada panjang dan pertumbuhan kepala yang mengarah ke IUGR
asimetris. Dengan onset kemudian, contoh termasu kekurangan atau defisiensi gizi
uteroplasenta selama trimester 3.
4. Diagnosis
Menentukan usia kehamilan
Menentukan usia kehamilan yang benar adalah penting. Menstruasi terakhir,
ukuran rahim, time of quickening ( gerakan kencang di perut ibu yang disebabkan oleh
aktivitas janin yang dirasakan oleh ibu untuk pertama kalinya ), dan pengukuran USG
awal digunakan untuk menentukan usai kehamilan.
Penilaian Janin
a. Diagnosis klinis
Riwayat pasien akan meningkatkan indeks kecurigaan mengenai pertumbuhan
suboptimal. Estimasi berat secara manual, pengukuran tinggi fundus secara serial, dan
perkiraan dari ibu tentang keaktifan aktifitas janin adalah ukuran klinis sederhana.
Ketidaktepatan dan inkonsistensi dapat mencegah keyakinan luas dalam metode-
metode klinis.
b. Ultrasonografi
Karena kehandalannya menetukan usia kehamilan, kemampuan untuk mendeteksi
gangguan pertumbuhan janin dengan pengukuran antropomorfik, dan kemampuan
untuk mendeteksi anomaly janin, oleh Karena itu USG merupakan alat untuk
diagnosis yang diandalkan saat ini. Pengukuran antropomorfik berikut digunakan
dalam kombinasi untuk memprediksi penurunan pertumbuhan dengan tingkat akurasi
yang tin
19
ANTENATAL CARE
1. Definisi
Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum
kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun
bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat
mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan. The World
Health Organization (WHO) menganjurkan minimal kunjungan antenatal adalah empat kali.
Antenatal care dapat membantu ibu hamil untuk mempersiapkan persalinan dan mengetahui
tanda bahaya saat kehamilan dan persalinan.
2. Standar Pelayanan Antenatal
1) Timbang berat badan
20
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang
dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
2) Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria).
3) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi
fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan
janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
Tabel 1. Tinggi fundus uteri diukur dengan pita ukur (cm)
Umur Kehamila
n
Tinggi Fundus Uteri
12 minggu 3 jari di atas simpisis16 minggu ½ simpisis-pusat20 minggu 3 jari di bawah pusat24 minggu Setinggi pusat28 minggu 3jari di atas pusat34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus36 minggu 3 jari di bawah prosessus xifoideus40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus
4) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
21
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
5) Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak
janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum
masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
6) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
a) TT 1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.
b) TT 2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.
c) TT 3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.
d) TT 4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
e) TT 5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur
hidup.
7) Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
a) Tablet Fe dapat diberikan setelah rasa mual hilang.
b) Pemberian minimal 90 tablet selama kehamilan.
c) Tablet Fe tidak boleh diminum bersama kopi atau teh.
d) Tablet Fe bisa diberikan secara bersamaan dengan vitamin C.
Tablet ini mengandung 200 mg Sulfat Ferosus dan 0,25 mg asam folat yang diikat
dengan laktosa.
22
BAB III
IDENTIFIKASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Istri Suami
Nama : Ny. N
Umur : 35 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Nama : Tn. P
Umur : 43 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
23
Tanggal Masuk : 29 Desember 2014
B. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesa pada tanggal 31 Desember 2014 pukul 11.30 WIB.
Keluhan Utama :
Pusing sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Keluhan Tambahan :
Demam dan nyeri ulu hati sejak 3 hari SMRS
Batuk berdahak dan pilek sejak 2 hari SMRS.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien G4 P3 A0 hamil 35 minggu, datang dengan rujukan dari Puskesmas Sriamur dengan
keluhan pusing yang dirasakan sejak 2 hari Sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien
mengatakan tekanan darahnya meningkat sejak 2 minggu SMRS. Selain itu, keluhan lain
adalah demam sejak 3 hari SMRS dan batuk berdahak serta pilek yang dirasakan sejak 2 hari
SMRS. Pasien mengaku, sejak tadi pagi pergerakan janin berkurang daripada biasanya.
Pasien mengatakan telah berobat ke bidan 3 hari yang lalu untuk mengobati keluhannya
tersebut. Oleh bidan pasien diberikan obat untuk menurunkan tekanan darah yang diletakkan
di bawah lidah (pasien lupa nama obat tersebut) yang diminum 3x sehari. Pasien juga
diberikan obat batuk OBH yang diminum 3x sehari. Pasien mengatakan ini merupakan
kehamilan yang keempat dengan usia kehamilan 8 bulan, dan tidak pernah keguguran.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat Hipertensi sebelum kehamilan (+)
- Riwayat hipertensi saat kehamilan anak ke 2 dan 3 (+) saat usia kehamilan 8 bulan
- Riwayat gastritis, Diabetes melitus, dan penyakit jantung disangkal pasien.
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengatakan bahwa bapak pasien memiliki riwayat hipertensi.
24
Riwayat menstruasi :
Haid pertama : 14 tahun
Siklus haid : tidak teratur
Lama haid : 7 hari
Riwayat KB :
Pasien memiliki riwayat KB pil 3 bulan selama 4 tahun
Riwayat obstetri :
Paritas : G4 P3 A0
HPHT : pasien lupa
TP : -
Riwayat persalinan :
No. Jenis
Kelamin
Umur
Kehamilan
Jenis
persalinan
Penolong Umur
Anak
BB lahir
1.
2.
3.
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
36 minggu
37 minggu
36 minggu
Normal
Normal
Normal
Bidan
Bidan
Bidan
14 tahun
10 tahun
9 tahun
2500 gr
3000 gr
3000 gr
Catatan penting selama asuhan antenatal :
ANC di bidan tidak teratur.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 170/120 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 37 C
25
Pernafasan : 22 x/menit
BB : 60 kg
TB : 166 cm
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : pembesaran KGB tidak ditemukan, trakea terletak di tengah tidak
berdeviasi
Payudara : papila mamae menonjol, bersih, ASI belum keluar.
Paru : Suara napas vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung : BJ I – II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : permbesaran perut yang simetris, bising usus (+), striae gravidarum (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (+) pada ekskremitas bawah
2. Status obstetri
a. Pemeriksaan luar
Leopold I : TFU: 28 cm, teraba bulat dengan konsistensi lunak, kesan bokong.
Leopold II : Teraba lengkung kontinyu di sebelah kiri, dan bagian kecil-kecil
menonjol di sebelah kanan, kesan punggung di kiri, ekskremitas di
kanan.
Leopold III : Teraba bulat keras, kesan kepala
Leopold IV : Konvergen
His : Jarang
DJJ : 125 x/menit
TBJ : (TFU-13) x 155 = (28-13) x 155 = 2325 gram
b. Pemeriksaan Dalam
V/v : tidak ada kelainan
Pembukaan : 1 cm
Porsio : Tebal kaku arah posterior
Ketuban : Utuh (+)
Presentasi : Kepala
26
Protein urin bakar tanggal 29 Desember 2014 = (-)
3. Pemeriksaan Laboratorium (29 Desember 2014)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Darah Lengkap
· Hb
· Leukosit
· LED
· Basofil
· Eosinofil
· Batang
· Segmen
· Limfosit
· Monosit
· Eritrosit
· Hematokrit
· Trombosit
· SGOT
· SGPT
· Ureum
· Kreatinin
12,3
10.800
84
0
1
1
87
9
2
3,57
31,3
164
26
10
12
0,7
12 – 16 g/dL
4800- 10800/μl
P: < 10, W: <20
0-0
0-3
2-6
50-70
20-40
2-8
3,5-5,8
35-50
150-400
<32 U/L
<31 U/L
15-45
0,5-0,9
Urinalisa
· Protein -
4. Pemeriksaan Penunjang
CTG
27
Interpretasi:
- Frekuensi DJJ : 160-180 dpm (takikardi)
- Gerakan janin : -
- His : 5x10”
- Akselerasi : Seragam
- Deselerasi : Dini
- Non Stress Test : Reaktif, namun tidak tampak ada pergerakan janin
28
D. DIAGNOSIS KERJA
Ibu : G4P3A0 hamil 35 minggu dengan Hipertensi Kronik
Janin : Janin tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala, DJJ 155x/menit reguler dengan
gawat janin
E. RENCANA PENATALAKSANAAN
Konservatif: - Jenis Persalinan: Sectio Caesarea
- Pasang O2 4-5 liter.
- Infus Ringer Laktat 16 tetes permenit
- Nifedipine SL 10mg
- Dopamet tab 250 mg 3 x 1
- Dexametason 5mg IV (2 ampul)
- Observasi keadaan umum
- Observasi DJJ
F. PROGNOSIS
Ibu : Dubia ad bonam
Janin : Dubia ad bonam
G. Follow up
Tanggal, Jam
Pemeriksaan
Temuan Klinis dan Penatalaksanaan
31-12-2014
Pukul 11.30
S : Pasien mengatakan pusing, batuk
O : KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD :170/120 mmHg Nadi : 100 x/menit
RR : 20 x/menit Suhu : 37 0C
DJJ: 159x/menit
VT: Portio tebal kaku, pembukaan 1cm.
29
01-01-2015 jam
09.00 WIB
02-01-2015 jam
09.00 WIB
A : G4P3A0 hamil 35 minggu dengan hipertensi kronik
P : Infus RL 16 tpm di tangan kiri
Nifedipin tab 3 x 10 mg
Dopamet tab 250mg 3x1
OBH sirup
Pasang kateter
S : pusing masih dirasakan, sedikit berkurang
O : KU: Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD :180/100 mmHg Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 360C
DJJ: 155x/menit
Pemeriksaan Lab : Protein Urin (-)
A : G4P3A0 hamil 35 minggu dengan hipertensi kronik
P : infus RL 16 tpm
Nifedipin tab 3 x 10 mg
Dopamet tab 250mg 3x1
Dexametasone 5mg IV 2 amp
Rencana SC tgl 5/1/2015
S : tidak ada keluhan
O : KU: Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD :180/100 mmHg Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 360C
DJJ: 152x/menit
A : G4P3A0 hamil 35 minggu dengan hipertensi kronik
P : infus RL 16 tpm
Nifedipin tab 3 x 10 mg
Dopamet tab 250mg 3x1
30
03-01-2015
jam 09.00
04-01-2015
Dexametasone 5mg IV 2 amp
Rencana SC tgl 5/1/2015
Pasien pindah ke nifas.
S : pasien mengeluh batuk dan pilek
O : KU: Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD :160/100 mmHg Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,50C
DJJ: 150x/menit
His : -
A : G4P3A0 hamil 35 minggu dengan hipertensi kronik
P : infus RL 16 tpm
Nifedipin tab 3 x 10 mg
Dopamet tab 250mg 3x1
Dexametasone 5mg IV 2 amp
OBH sirup
S : tidak ada keluhan
O : KU: Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD :180/100 mmHg Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 360C
DJJ: 151x/menit
A : G4P3A0 hamil 35 minggu dengan hipertensi kronik
P : infus RL 16 tpm
Nifedipin tab 3 x 10 mg
Dopamet tab 250mg 3x1
Dexametasone 5mg IV 2 amp
Rencana Sectio Caesarea tanggal 5/1/2015
31
05-01-2015 jam
08.00 WIB
06-01-2015 jam
09.00 WIB
S : tidak ada keluhan, gerakan janin (+) namun tidak terlalu
sering, his (-).
O : KU: Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD :180/110 mmHg Nadi : 92 x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,9 0C
DJJ: 132x/menit
A : G4P3A0 hamil 35 minggu dengan hipertensi kronik
P : infus RL 16 tpm
Skin Test Cefotaxime 1gr 15 menit tidak ada reaksi, masuk
cefotaxime secara IV
Nifedipin tab 3 x 10 mg
Dopamet tab 250mg 3x1
Dexametasone 5mg IV 2 amp
Sectio Caserea dan MOW
BBL : 2206gr, PB: 43 cm, A/S = 6/7
S : luka operasi nyeri (+), batuk (+).
O : KU: Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD :130/100 mmHg Nadi : 81 x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 37,8 0C
Konjungtiva anemis -/-
ASI : (+)
Mammae : Papila mammae menonjol, bersih
TFU : 1 jari dibawah umbilikus
Lokia Rubra (+)
Mobilisasi (+), pasien sudah makan dan dapat duduk.
BAK (+), BAB (-).
Pemeriksaan Lab :
32
07-01-2015 jam
09.00 WIB
Protein Urin : (-)
A : Nifas hari 1 P4A0 Post SC dengan indikasi gawat janin dan
hipertensi kronik
P : infus RL 16 tpm
Cefotaxime 3x1gr
Metronidazole
Paracetamol tab
S : luka operasi nyeri (+), batuk (+).
O : KU: Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD :120/90 mmHg Nadi : 84 x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,5 0C
ASI : (+)
Mammae : Papila mammae menonjol, bersih
TFU : 2 jari dibawah umbilikus
Lokia Rubra (+)
Mobilisasi (+)
BAK (+), BAB (+).
Pemeriksaan Lab :
- Hb 10,7 - GDS 102
- Leukosit 16.800 - Protein Urin (-)
- Eritrosit 2,83
- Hematokrit 20,9
- Trombosit 157
A : Nifas hari 1 P4A0 Post SC dengan indikasi gawat janin dan
hipertensi kronik
P : infus RL 16 tpm
Cefotaxime 3x1gr
Metronidazole
OBH sirup
33
08-01-2015 Pasien sudah merasa baikan, pulang paksa.
BAB IV
ANALISIS KASUS
34
1. Mengapa pasien didiagnosis dengan G4P3A0 hamil 35 minggu dengan hipertensi kronik?
Dasar diagnosis hipertensi kronik
a. Anamnesis
Pasien mengatakan tekanan darah meningkat sejak ± 2 minggu SMRS saat usia
kehamilan 33 minggu, disertai dengan keluhan kepala pusing dan lemah. Pasien
tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya (tekanan darah meningkat hanya
pada saat hamil). Saat hamil anak ke 2 dan 3, pasien mengaku tekanan darahnya
meningkat, namun setelah kelahiran, tekanan darahnya menurun.
Menurut teori, hipertensi kronik adalah merupakan peningkatan tekanan darah
≥ 140/90mmHg sebelum kehamilan atau terdiagnosis sebelum kehamilan 20
minggu yang tidak disebabkan penyakit trofoblastik gestasional, atau hipertensi
pertama kali didiagnosis setelah kehamilan 20 minggu dan menetap setelah 12
minggu pasca partum.
b. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 170/120 mmHg.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Protein urin dibakar : -
Protein urin lab : -
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, maka diagnosis
hipertensi kronik dapat ditegakkan.
2. Mengapa pada pasien ini dilakukan tindakan Sectio Caesarea?
Dari hasil pemeriksaan CTG menunjukkan:
35
36
- Frekuensi DJJ : 160-180 dpm
- Gerakan janin : -
- His : 5x10” 20’
- Akselerasi : Seragam
- Deselerasi : Dini
- Non Stress Test : Reaktif, namun tidak tampak ada pergerakan janin
3. Apakah hubungan antara hipertensi kronik dan gawat janin?
Hipertensi yang berlangsung lama akan mengakibatkan lumen a. Spiralis kaku, tidak
berdilatasi dan terus bervasokonstriksi. Hal ini akan menyebabkan kegagalan remodeling a.
Spiralis yang berujung pada penurunan aliran darah ke janin. Hal ini menyebabkan oksigen ke
janin berkurang sehingga mengakibatkan hipoksia janin dan iskemi plasenta gawat janin
(fetal distress).
Hipertensi kronik dan IUGR merupakan faktor risiko pada gawat janin / insufisiensi
uteroplasenta.
4. Apa sajakah terapi yang telah diberikan pada pasien ini?
Penanganan pasien ini di rumah sakit adalah:
- O2
- Infus Ringer Laktat 16 tpm
- Nifedipin tab 3 x 10 mg
- Dopamet tab 250mg 3x1
- Pemasangan kateter
Berdasarkan teori, obat antihipertensi yang sering digunakan adalah Metildopa (dalam
dosis peroral 2-3 kali 250 mg, hingga mencapai tekanan darah optimal) dan Nifedipine
(dosis awal 10-20mg, diulangi tiap 30 menit jika perlu dosis maksimum 120 mg per 24
jam) sebagai antihipertensi lini pertama dan kedua untuk hipertensi dalam
kehamilan/gestasional/transien. Pada pasien ini tidak ditemukan protein urin yang (+)
selama perawatan, sebelum ataupun setelah pelahiran.
37
5. Apakah ada hubungan ketidak teraturan ANC pasien tiap bulan dengan kondisi ibu
sekarang?
Ada. Ketidak patuhan ibu untuk kontrol kehamilan ke bidan/ dokter mengakibatkan ibu
tidak mengetahui kondisinya sekarang (TD meningkat) sehingga terjadi peningkatan TD
secara terus menerus, tanpa diberi tahu edukasi dan tidak mengkonsumsi obat
antihipertens
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Hipertensi kronik adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90mmHg sebelum
kehamilan atau terdiagnosis sebelum kehamilan 20 minggu yang tidak disebabkan
penyakit trofoblastik gestasional, atau hipertensi pertama kali didiagnosis setelah
kehamilan 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu pasca partum.
Hipertensi kronik yang berlangsung lama akan menyebabkan vasokonstriksi a.
spiralis sehingga aliran darah ke plasenta menurun dan mengakibatkan terjadinya
gawat janin (hipoksia janin)
Teori yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
(kronik) adalah: Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel, Teori
intoleransi imunologik antara ibu dan janin, Teori stimulus inflamasi, dan teori
defisiensi gizi.
Hipertensi kronik merupakan salah satu faktor risiko gawat janin
38
Hipertensi kronik dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang
SARAN
Pemeriksaan Antenatal Care sebaiknya rutin dilakukan oleh ibu hamil untuk
memantau kesehatan, tanda-tanda vital ibu dan janin, serta untuk mengetahui
tindakan-tindakan yang akan dan perlu dilakukan.
Faktor-faktor risiko pada ibu hamil dapat dideteksi dengan ANC yang teratur
sehingga komplikasi bagi ibu dan janin dapat dicegah.
Setiap kelainan yang terjadi pada ibu dan janin sebaiknya harus dapat dideteksi
sejak dini agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anjana Sharma et al. 2010. Management of Pregnancy Induced Hypertension. International
Journal of Research in Ayurveda and Pharmacy (Nov-Dec 2010). 390-398. Viewed: January
16th 2015. www.ijrap.net
Byron Jhon et al. 2012. Pregnancy Medical Home Program Care Pathway: Management of
women with hypertensive disorders of pregnancy.
https://www.communitycarenc.org/media/related-downloads/pmh-pathways-hypertensive-
disorders.pdf .
Corwin Elizabeth J. 2009. Buku Patofisiologi Corwin. Jakarta: EGC
Cunningham et al. 2010. Pregnancy Hypertension. William Obstetrics, 23rd. Hal 706-749
Heazell, Alexander and Norwitz Errol R. 2010. Hypertension in Pregnancy. Cambridge
University
Jose Villar et al. 2006. Preeclampsia, gestational hypertension and intrauterine growth
39
restriction, related or independent conditions. American Journal of Obstetrics and
Gynecology (2006) 194, 921–31. http://www.ajog.org/article/S0002-9378(05)02436-1/pdf.
Viewed: January 16th 2015
Manuaba, LB.G et al. 2007. Hipertensi dalam kehamilan. Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta:
EGC, hal 402-406
Sastrawinata Sulaiman. 2007. Obstetri Patologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
40