BAB III
-
Upload
nuralisasafitri -
Category
Documents
-
view
215 -
download
3
description
Transcript of BAB III
BAB III
ANALISIS MASALAH
Dari anamnesis pasien didapatkan bahwa kurang lebih 13 hari SMRS,
penderita mengalami BAB cair (+), air lebih banyak dari ampas, frekuensi 5x sehari,
sebanyak ± ¼ gelas belimbing, darah (-) lendir (-). BAK tidak ada kelainan. Penderita
lahap minum. Demam (+) tidak terlalu tinggi, naik turun, terutama pada malam hari,
kejang (-), penurunan kesadaran (-). Mual muntah (-).
9 hari SMRS, BAB cair makin bertambah (+), frekuensi 8-9x sehari, sebanyak
± ¼ gelas belimbing, air lebih banyak dari ampas, darah (-), pus (-). Nafsu makan
menurun. Penderita lahap minum susu. Penderita tampak lemas, gelisah dan rewel.
Pasien juga mengeluh sesak nafas berulang. Sesak dipengaruhi oleh aktivitas. Sesak
berkurang sat beristirahat. Pengaruh cuaca atau debu tidak diketahui. Suara mengik
kadang ada. Batuk (+) berulang, tidak berdahak, muncul saat sesak. Riwayat sesak
diikuti suara mengik pada keluarga didapatkan pada kakek penderita dari ibu.
Penderita dibawa ke RSUD Lahat dan dirawat selama 5 hari. Dilakukan rontgen dan
diduga menderita kelainan jantung sehingga dirujuk ke RSMH.
Penderita lahir normal, cukup bulan, A/S 8/9. BB lahir 2800gr. Usia ibu saat
melahirkan 37 tahun. Imunisasi lengkap. Asupan makanan tidak ASI, pasien
meminum susu formula sampai sekarang. Nasi tim dari usia 8 bulan-1 tahun. Dari
usia 1 tahun-sekarang makan nasi biasa. Penderita berusia 2 tahun 11 bulan, belum
bisa merangkak dan berbicara. Riwayat terdapat 3 saudara kandung penderita yang
meninggal karena keluhan sesak napas (diagnosis pasti tidak diketahui).
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum penderita tampak sakit sedang,
kesadaran kompos mentis, HR 120 x/menit, isi dan tegangan cukup, pernapasan
35x/menit, suhu 37,60C, berat badan 6 kg, tinggi badan 76 cm, status gizi BB/TB
dibawah -3SD. Pemeriksaan fisik keadaan spesifik pada kepala didapatkan wajah
anak telihat jarak kedua mata jauh, hidung pesek, telinga kecil dan lebih rendah dari
sudut mata. Pada inspeksi ditemukan tulang rusuk menonjol dan auskultasi paru
didapatkan wheezing (+) memanjang pada ekspirasi. Pemeriksaan neurologis
ditemukan tonus otot di lengan dan tungkai menurun. Pemeriksaan fisik lain dalam
batas normal.
Hasil pemeriksaan laboraturium sementara belum dapat dilaporkan. Hasil
pemeriksaan penunjang didapatkan hasil rontgen dari RSUD Lahat menunjukkan
adanya kardiomegali.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan penderita
mengalami BAB cair kurang lebih 13 hari, tidak ada darah dan lendir, ditemukan
penderita tampak gelisah dan rewel, mata tidak cekung, minum susu lahap, cubitan
kulit kembali normal. Dari hal ini dapat ditegakkan diagnosis prolong diare dengan
dehidrasi ringan sedang (berdasarkan MTBS). Selain itu, BB/TB pasien ini
menggunakan growth chart WHO tahun 2006 ditemukan <-3SD tanpa disertai
adanya edema, ditemukan kegagalan pertumbuhan dan gangguan perkembangan,
cengeng dan rewel, terdapat iga gambang dan disertai penyakit infeksi yaitu diare.
Hal tersebut mendukung ke diagnosis marasmus. Karena pada penderita hanya
terdapat diare namun tidak terdapat syok, letargis maka termasuk dalam kondisi III.
Selain itu, pemeriksaan fisik keadaan spesifik pada kepala didapatkan wajah anak
telihat jarak kedua mata jauh, hidung pesek, telinga kecil dan lebih rendah dari sudut
mata (Mongoloid face). Dari hasil anamnesis ibu berusia 37 tahun saat mengandung.
Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya sindroma down. Didapatkan lagi riwayat 3
saudara kandung penderita yang meninggal dengan keluhan sesak napas dengan usia
2 hari, meskipun diagnosis tidak diketahui namun dapat dicurigai suatu penyakit
jantung konginental dan hal itu sangat berkaitan dengan sindroma down. Hal ini
didukung dengan ditemukannya hasil rontgen ke arah kardiomegali pada pasien.
Untuk mengetahui kelainan jantungnya masih diperlukan penelusuran lebih lanjut
seperti echo dan pemeriksaan lain. Pada anamnesis pasien juga mengeluh sesak napas
berulang dengan kadang disertai mengik. Batuk ada. Riwayat sesak napas disertai
mengik ada yaitu pada kakek pasien dari ibu. Pemeriksaan fisik pada auskultasi paru
didapatkan wheezing (+) ekspirasi. Dicurigai pasien juga menderita asthma bronkiale.
Sementara diagnosis pasien ini adalah prolong diare dehidrasi ringan sedang +
marasmus kondisi III + susp. sindroma down + kardiomegali + asthma bronkiale.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah tatalaksana prolong
diare derajat ringan sedang. Berdasarkan WHO yaitu jika anak dapat dengan oral
yaitu dengan oralit 75mg/kgBB/4jam. Jika upaya rehidrasi ternyata gagal
menggunakan IVFD dengan RL 75mg/kgBB/4jam. Pada pasien ini tahap awal masuk
dipilih IVFD RL 450cc/4jam (BB pasien 6kg) gtt 28 makro. Kemudian jika sudah
stabil dan pasien dipastikan dapat menggunakan oral, maka diberikan oralit
5mg/kgBB. Kemudian dilakukan monitoring tanda vital dan rehidrasi. Selanjutnya
diberikan zinc 20mg tablet selama 10-14 hari dan edukasi tentang diet. Selain itu,
tatalaksana pada pasien ini yaitu tatalaksana gizi buruk dengan pemberian cairan dan
makanan sesuai rencana III dimulai dari fase stabilisasi, fase transisi, fase rehabilitasi,
dan fase tindak lanjut. Pasien di fase stabilisasi karena pasien masih dalam kondisi
diare, sehingga diberikan resomal pada anak ≥ 2 Tahun yaitu 100-200 cc/diare.
Tatalaksana asthma bronkiale pada pasien ini adalah O2 2 liter/menit dan ventolin
nebulizer seiap 8 jam. Untuk kelainan jantung dan sindroma down diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut dan konsul ke bagian kardiologi dan tumbuh kembang.