BAB III

26
15 BAB III PROSES PRODUKSI 3.1 Penyediaan Bahan Baku Proses produksi yang terdapat di pabrik gula Sei Semayang yang memproduksi gula SHS (Super High Sugar) dengan bahan baku utama adalah tebu dan bahan pembantu proses adalah kapur tohor, belerang dan floakulan. Tanaman tebu dipanen pada saat tanaman memiliki kadar gula atau sukrosa yang tinggi (umur sekitar 10-12 bulan). Sebelum tebu dipanen, terlebih dahulu diadakan penganalisaan pendahuluan 2 bulan. Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui tingkat kematangan optimal berdasarkan perhitungan rendemen, faktor kemasakan, koefisien peningkatan dan koefisien daya tahan tebu. Komposisi batang tebu adalah sebagai berikut: 1. Monosakarida : 0,5% - 1,50% 2. Sakarosa : 11,0% - 19,00% 3. Serat (selulosa dan pentose) : 11,0% - 19,00% 4. Zat organik : 0,5% – 1,50% 5. Asam organik : 0,15% 6. Air : 65% - 75% Kadar gula yang diperoleh dari batang tebu adalah 7 - 8% dan berat bahan baku yang dipergunakan adalah

description

laporan kp digula

Transcript of BAB III

15

BAB IIIPROSES PRODUKSI

3.1 Penyediaan Bahan BakuProses produksi yang terdapat di pabrik gula Sei Semayang yang memproduksi gula SHS (Super High Sugar) dengan bahan baku utama adalah tebu dan bahan pembantu proses adalah kapur tohor, belerang dan floakulan. Tanaman tebu dipanen pada saat tanaman memiliki kadar gula atau sukrosa yang tinggi (umur sekitar 10-12 bulan). Sebelum tebu dipanen, terlebih dahulu diadakan penganalisaan pendahuluan 2 bulan. Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui tingkat kematangan optimal berdasarkan perhitungan rendemen, faktor kemasakan, koefisien peningkatan dan koefisien daya tahan tebu.Komposisi batang tebu adalah sebagai berikut:1. Monosakarida: 0,5% - 1,50%1. Sakarosa: 11,0% - 19,00%1. Serat (selulosa dan pentose): 11,0% - 19,00%1. Zat organik: 0,5% 1,50%1. Asam organik: 0,15%1. Air: 65% - 75%Kadar gula yang diperoleh dari batang tebu adalah 7 - 8% dan berat bahan baku yang dipergunakan adalah 4000 ton per hari, dengan syarat tebu adalah MBS (Manis, Bersih dan Segar).

3.2Proses Pengolahan AwalTebu merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam produksi gula di pabrik Gula Sei Semayang. Pabrik sebagai alat untuk proses pengolahan tebu menjadi kristal gula memerlukan tahap-tahap pengolahan yang sangat rumit. Sebelum kristal-kristal gula dihasilkan, tebu dibersihkan dulu dari serabut-serabut kasar maupun kotoran lainnya untuk menyisihkan kotoran yang bukan gula dari air tebu sehingga proses dan usaha terus dapat menekan kehilangan dan kerusakan gula seminimal mungkin. Untuk itu maka perlu diketahui sifat-sifat sukrosa dan monosakarida terhadap pengaruh suhu, pH, dan waktu yaitu:Tabel 3.1 Sifat sukrosa dan Monosakarida terhadap pengaruh suhu, ph, waktu.GulaReaksiSuhuwaktu

AsamAlkalis(basa)

MonosakaridaTidak terjadi kerusakanTerjadi kerusakan:-pada suhu < 550C menghasilkan bahan yang berwarna.-pada suhu > 550C glukosa akan rusak sehingga menimbulkan warna.Makin tinggi suhunya kecepatan reaksi makin besar dan jumlah zat bereaksi semakin besar.Makin lama jumlah glukosa yang dirusak makin besar.

SukrosaTerjadi kerusakanTidak terjadi kerusakanMakin tinggi suhunya kecepatan reaksi makin besar, sedangkan jumlah zat yang bereaksi makin besar.Makin lama jumlah glukosa yang dirusak makin besar

Proses pengolahan tebu menjadi gula terbagi atas beberapa tahap yang dilakukan dibeberapa stasiun. Stasiun-stasiun pada proses pengolahan tebu antara lain:1. Stasiun Penggilingan (Mill St)1. Stasiun Pemurnian 1. Stasiun Penguapan (Evaporator)1. Stasiun Masakan (Kristalisasi)1. Stasiun Pemutaran (Centrifugal St)1. Stasiun Pengemasan dan Gudang

3.2.1 Stasiun Penggilingan ( Mill st )Dengan menggunakan cane preparation, serpihan-serpihan kecil dibawa ke unit gilingan, PG Sei Semayang mempunyai 5 unit gilingan (Lima Set Three Roller Mill) yang disusun seri dengan memakai tekanan hidrolik yang berbeda-beda. Mekanisme kerja dari stasiun penggilingan ini adalah :1. Tebu yang sudah dicacah halus dibawa Slate Carrier ke gilingan pertama. Air perasan (nira) dari gilingan I ditampung pada bak penampungan I. Ampas dari gilingan I masuk pada gilingan II untuk diperas lagi. Air perasan masuk dalam penampungan nira yang diperoleh dari bak penampungan I, yang disebut Primary Juice.1. Nira dari gilingan I dan II masih terdapat ampas yang nantinya ditampung pada bak penampungan I. Nira pada penampungan I disaring pada Juice Strainer kemudian ampasnya dimasukkan pada gilinga II dan nira ditampung dalam tangki dan siap dipompakan ke stasiun pemurnian. Tangki penampungan ini disebut Raw Juice Tank.1. Ampas dari gilingan II masuk ke gilingan III untuk diperas lagi. Air perasan ditampung pada bak penampungan II dan digunakan untuk menyiram ampas dari gilingan I.1. Ampas dari gilingan III ke gilingan IV. Air perasan ditampung pada bak penampung IV yang digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan III.1. Ampas dari gilingan IV masuk ke gilingan V dan ditampung ke bak V yang digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan IV. Dan pada gilingan ke V diberi air imbibisi yang temperaturnya sekitar 60-700C.1. Ampas tebu dari gilingan V selanjutnya diangkut dengan unit konveyor, dimana ampas berserat kasar dilewatkan menuju boiler dan ampas halus dipisah digunakan untuk membantu proses penyaringan pada alat vacum filter di stasiun pemurnian.Semakin kebelakang ampas tebu, kadar nira yang dikandungnya akan semakin kecil. Ampas tebu dari gilingan V diangkut dengan konveyor melalui satu plat saringan dimana ampas kasar dibawa menuju boiler untuk bahan bakar dan sebagian dibawa menuju gudang ampas sebagai cadangan. Sedangkan ampas halus dihisap dengan Bagasse fan yang terdapat dibawah saringan dan dikirim lagi ke Bagacillo Tank untuk digunakan sebagai percampuran pada Rotari Vacum filter yang terdapat pada stasiun pemurnian. Pemberian imbibisi pada gilingan V mempunyai fungsi untuk melarutkan nira yang masih tertinggal pada ampas tersebut. Air yang diberikan tersebut dengan debit air sebanyak 20% dari kapasitas tebu/jam dan suhu 700C 750C.Bila air imbibisi diberikan terlalu banyak akan melarutkan gula lebih banyak, tetapi akan menyebabkan waktu penguapan terlalu lama. Sebaliknya bila imbibisi kurang maka kadar gula akan tertinggal pada ampas cukup tinggi, karena itu perlu ditentukan jumlah penambahan air imbibisi yang optimum selama penggilingan berlangsung, apabila persediaan tebu telah habis sehingga stasiun penggilingan terhenti maka roll mill harus disiram dengan larutan kapur yang berfungsi untuk mencegah perkembangan mikroorganisme. Nira yang diperoleh di stasiun gilingan yang ditampung pada bak penampung (Raw Juice Tank) selanjutnya dipompakan menuju stasiun pemurnian.Keuntungan : 0. Melarutkan sukrosa yang tertinggal dalam ampas0. Mencegah aktivitas mikroorganisme0. Mematikan sel-sel parenkim sehingga permeabilitasnya hilang dan dapat terbuka secara mekanis badan ekstraksi akan lebih baik.Kerugian :1. Melarutkan zat lilin dan getah sehingga menurunkan kualitas nira1. Terjadi penguapan sehingga mempersulit pengawasan 1. Air imbibisi dalam jumlah besar akan mepersulit penguapan pada evaporator sehingga menbutuhkan uap yang banyak.

3.2.2Stasiun PemurnianTujuan pokok pemurnian nira adalah menghilangkan sebanyak mungkin komponen bukan gula (kotoran-kotoran kasar/halus) yang terdapat dalam nira. Penghilangan ini dilaksanakan dengan pengaturan kondisi proses sebaik mungkin, sehingga baik sukrosa maupun monosakarida yang rusak dalam jumlah yang sekecil mungkin. Nira mentah berasal dari stasiun gilingan yang terdiri dari berbagai macam komponen yaitu :1. Air1. Gula (sukrosa)1. Monosakarida (gula reduksi)1. Asam organik dan protein1. Bahan lilin1. Bahan anorganik1. Tanah dan pasirDi dalam Stasiun pemurnian akan diusahakan agar kotoran-kotoran yang terdapat dalam nira dapat dihilangkan, meskipun dalam pelaksanaannya belum dapat dihilangkan secara sempurna, khususnya kotoran-kotoran yang terlarut dan melayang. Penghilangan kotoran tersebut hanya sekitar 10 25 % dapat dihilangkan dari jumlah kotoran yang ada.Tujuan dari pemurnian nira adalah untuk menghilangkan bukan gula sebanyak mungkin, dengan kerusakan gula dan gula reduksi sekecil-kecilnya. Kerusakan gula reduksi dapat menaikkan keasaman nira yang akan memperbesar kerusakan gula akibat inversi, selain itu kapur (Ca2+) dapat membentuk garam yang terlarut, sehingga kadar kapur dalam nira encer naik. Kenaikan kadar kapur dalam nira encer mengakibatkan bertambahnya kerak dan naiknya viskositas larutan yang akan diolah di stasiun penguapan.Pada pelaksanaan proses pemurnian, sifat dari kedua komponen tersebut perlu mendapat perhatian, karena sifat masing-masing yang saling bertentangan. Sukrosa rusak pada suasana asam tetapi lebih stabil pada suasana netral atau basa, sedangkan gula reduksi stabil dalam suasana asam dan akan rusak pada suasana alkalis. Kerusakan akan semakin besar dengan naiknya suhu dan bertambahnya waktu. Karena itu dalam proses pemurnian, ketiga hal yaitu pH, suhu dan waktu harus benar-benar diperhatikan.Proses pemurnian di PG Sei Semayang adalah pemurnian sulfitasi alkalis. Di dalam proses pemurnian ada beberapa tahap yang di lakukan, yaitu :1. Timbangan nira mentah (Juice Weighting Scale) Nira mentah dari tangki penampungan dialirkan melalui pipa-pipa saringan dan dipompakan ke tangki nira mentah lalu ditimbang menggunakan timbangan Maxwell Bolougne yang dapat bekerja secara otomatis dengan berat sekali timbang 6,25 ton. Prinsip dari alat ini adalah atas sistem keseimbangan gaya berat bejana bandul, dimana nira akan berhenti secara gravitasi ke tangki penampungan.Prinsip kerja dari timbangan nira mentah berdasarkan pada kesetimbangan antara beban pemberat dengan nira yang ada dalam tangki timbangan.Namun sebelum nira mentah masuk ke timbangan boulogne, terlebih dahulu nira mentah disaring dengan menggunakan saringan DSM nira mentah, sehingga diharapkan kotoran terikut dalam nira mentah seminimal mungkin.

1. Pemanas Nira I (Juice Heater I)Nira mentah yang telah ditimbang dipompa ke pemanas pendahuluan I, kemudian dipanaskan sampai suhu 70-75 oC tapi biasanya dipakai suhu optimum 75 oC karena:1. Agar reaksi antara susu kapur dengan komponen nira di defekator dan pembentukan endapan ekstra di sulfitator dapat berjalan dengan baik serta pengendapan CaSO3 yang sempurna.1. Suhu 75 C merupakan suhu dimana kerusakan gula minimum 1. Penggumpalan koloid karena koagulasiPemanasan dipilih pada suhu optimal 75 C merupakan suhu dimana kerusakan gula minimal. Pabrik gula Sei Semayang mempunyai 5 buah juice heater yaitu pemanas no. 1, 2, (3) dipakai sebagai pemanas I dan pemanas no. (3), 4, 5, sebagai pemanas II. Sebagai bahan pemanas digunakan uap bekas dan uap nira badan penguapan I untuk pemanas II dan uap nira badan penguapan II untuk pemanas I , jika terjadi kekurangan maka disuplai dengan uap bekas. Pembersihan pipa pemanas dilakukan tiap hari secara bergantian.Keberhasilan transfer panas di pemanas dipengaruhi oleh:1. Tebal kerak yang menempel pada pipa pemanas 2. Kecepatan aliran nira3. Lapisan gas yang terdapat disekitar pipa pemanas 4. Sirkulasi nira dalam alat pemanas 5. Kelancaran pengeluaran air embun 6. Tekanan dan volume uap pemanas7. Jenis logam bahan pipa pemanas

1. Tangki Defekasi I (Defecator I)Nira yang terdapat didalam tangki pemanas I (Juice Heater I ) dipompakan ke tangki defekasi untuk pembubuhan susu kapur dengan fungsi untuk mengubah pH nira mentah yang berkisar 5,0 - 5,4 menjadi 7,0 7,2. Reaksi yang berlangsung pada tangki ini berkisar 5 menit dengan stirrel 125 rpm dan suhu 70-75. Pada nira mentah terdapat senyawa bukan gula misalnya phospat sehingga untuk menghilangkannya dapat dilakukan dengan cara penambahan susu kapur sehingga nantinya akan menghasilkan Ca3(PO4)2 yang mengendap. Batu kapur disebut juga batu gamping, yang mana komponen utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO3) dan ini merupakan sumber basa CaO. CaO dipadamkan membentuk Ca(OH)2 yang berfungsi untuk menaikkan pH dan mendapatkan reaksi pengendapan yang sempurna.Reaksi berlangsung selama sampai pH kompromi karena pada pH alkalis, suhu tinggi dan waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan gula reduksi yang dapat menaikkan intensitas warna nira.Tujuan utama pemberian susu kapur untuk menetralkan nira agar tidak asam, membentuk inti endapan terutama Ca3(PO4)2. Inti endapan tersebut akan mengadorbsi kotoran lain bergabung membentuk gumpalan yang mudah diendapkan.

1. Tangki Defekasi II (Defecator II) Pada tangki defekator II dilakukan penambahan susu kapur secara over flow sehingga mencapai keadaan isoelektrik dengan pH 8,6 8,8 dengan lama proses kira-kira putaran stirrel 200-250 rpm dan suhu 55. Penambahan susu kapur ini berfungsi untuk mendapatkan reaksi endapan yang sempurna.Naik turunnya pH defekator dapat disebabkan debit nira yang tidak bagus, sehingga untuk mencapai sasaran pH yang ditentukan perlu kecermatan dan pengamatan yang lebih intensif oleh operator. Hasil kerja peti defekator dapat dilihat dari hasil pH terpenuhi.

1. Tangki SulfitasiDari defekator nira dialirkan ke sulphure tower nira mentah. Proses sulfitasi nira mentah dilakukan dengan pemberian gas SO yang bertujuan antara lain:0. Mendapatkan reaksi lanjut antara kelebihan kapur dengan gas SO hingga pH netral (7,0 7,2).0. Membentuk endapan garam CaSO yang bertujuan untuk menyelubungi endapan yang telah terbentuk dalam proses defekasi, baik yang sifatnya reversible maupun irreversible.Pada tangki sulfitasi ini Ca3(PO4)2 dihembuskan gas SO2 dibejana sulphure tower (proses sulfitasi). Pada tangki sulfitasi ini diharapkan kelebihan penambahan susu kapur akan bereaksi dengan gas SO2. Agar reaksi dapat sempurna gas SO harus tersebar keseluruh nira, caranya dengan membuat lubang-lubang kecil pada pengeluaran gas yang berbentuk payung. Selain itu sekat parabolis juga dapat membuat sirkulasi menjadi lebih baik. Gas tersebut akan menurunkan pH nira hingga mencapai pH netral yaitu 7 7,2. Percampuran gas belerang dengan nira yang terkapur dilakukan dengan cara berlawanan arah dengan aliran nira agar gas belerang (SO2) dapat tercampur sempurna dengan nira. Gas belerang dengan susu kapur membentuk ikatan kimia yang mengendap. Saat pembentukan ikatan ini kotoran-kotoran yang melayang dalam nira akan ikut mengendap berupa nira kotor. Penambahan SO2 tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan pH nira terlalu rendah sehingga akan terjadi inversi sukrosa.Endapan CaSO yang terbentuk akan menyelubungi endapan defekasi, sehingga endapan menjadi gumpalan yang lebih besar dan sifat endapan menjadi incompressible, jadi keberhasilan proses pembentukan endapan di sulfitator juga dipengaruhi oleh proses defekasi.

1. Pemanas Nira II (Juice Heater 2 )Nira dari tangki netralisasi ditampung terlebih dahulu di bak penampungan sebelum dilakukan pemanasan pada pemanas II. Proses pemanas II dilakukan dengan memakai uap dari badan evaporator I atau exhause steam dengan suhu 100 1050C dimana temperature ini adalah suhu yang mempunyai isoelektris yaitu yang dapat menggumpalkan zat-zat tertentu dan dapat membunuh bakteri . Tujuan dari pemanas II adalah untuk mendapatkan reaksi kimia yang lebih baik, menurunkan viskositas nira dimana viskositas berbanding terbalik dengan kecepatan pengendapan pada proses evaporasi dan Menurunkan kelarutan gas dan udara dalam nira, sehingga pengeluaran gas dan udara dalam bejana mengembang akan lebih baik lagi.

1. Tangki PengembangNira yang keluar dari pemanas, mengandung udara atau gas yang berasal dari gas-gas yang terlarut, dimana pada saat pemanasan gas akan keluar. Tangki pengembang (flash tank) bertujuan untuk menghilangkan gas-gas yang terdapat pada nira sehingga tidak mengganggu pengendapan. Udara ini perlu dikeluarkan. Pengeluaran gas dilakukan di bejana pengembang, dimana nira masuk bejana dan dialirkan secara tangensial, sehingga dengan berputarnya cairan, udara dalam cairan terbebaskan atau terlepas. Udara yang terlepas dibuang ke udara bebas.

1. Tangki Pengendapan (Door Clarifer) Door Clarifer adalah tempat memisahkan antara nira jernih (clear juice) dengan nira kotor (mud juice) adalah dibejana pengendapan, type ini juga disebut multi tray karena menggunakan 4 kompartement. Untuk membantu mempercepat pengendapan, diberikan bahan pembantu proses yang disebut flocullant. Pada tangki pengendapan ini dilakukan penambahan flocullant sebanyak 2 2,5 ppm. Tujuan penambahan flokulan adalah untuk mengikat kotoran dan mempercepat pengendapan. Pada tangki pengendapan terjadi pemisahan antara nira jernih dengan nira kotor yang mengendap, dan nira jernih dialirkan ke DSM Screen untuk memisahkan nira jernih dengan ampas halus atau kotoran. Nira jernih kemudian dialirkan ke stasiun penguapan (evaporator), sedangkan endapan yang masih mengandung sukrosa dialirkan ke saringan hampa (vacum filter)

1. Saringan Hampa ( Rotary vacum filter)Endapan yang dialirkan pada tangki pengendapan dialirkan kesaringan hampa. Nira kotor pada saringan hampa ditambahkan ampas halus, tujuan dari penambahan ampas halus tersebut adalah untuk mempermudah penyaringan nira kotor. Nira hasil saringan dari Rotary vacum filter disebut nira tapis, selanjutnya dikembalikan ke timbangan nira mentah tertimbang. Sedangkan endapan kotoran yang tersaring disebut blotong yang selanjutnya dijadikan bahan bakar untuk boiler atau dijadikan pupuk. Penapisan bertujuan memisahkan nira kotor yang keluar dari bejana pengendap dengan kotorannya/endapan yang disebut blotong, sehingga diperoleh filtrat atau nira tapis, nira tapis tersebut dikembalikan ke tangki nira mentah tertimbang.Alat penapis yang dipakai di PG Sei Semayang adalah Rotary Vacuum Filter (alat penapis hampa). Untuk memperkuat kerangka blotong, serta menaikkan porositas blotong dan sebagai media penyaring digunakan ampas halus sekitar 4 % tebu. Rotary vacuum filter dilengkapi dengan alat pembuat hampa (kondensor), pompa injeksi, pompa vacuum dan peralatan pembantu lainnya seperti blower bagacillo, mud feed mixer. Nira kotor yang akan disaring diupayakan dan dipertahankan pada suhu 80 100 oC. 3.2.2 Stasiun Penguapan (Evaporator)Pabrik Gula Sei Semayang menggunakan sebanyak 5 (lima) unit evaporator, yang mana 1 unit diantaranya digunakan sebagai cadangan dengan maksud apabila salah satu dari evaporator lainnya membutuhkan proses pembersihan, maka evaporator cadangan dapat dioperasikan. Proses pembersihan pada evaporator dilakukan secara bergiliran dengan waktu yang telah ditentukan. Jadi penggunaan di stasiun penguapan pada pengolahan gula di Pabrik Gula Sei Semayang menggunakan 4 unit evaporator yang disebut Quadruple evaporator yang bertujuan untuk menguapkan air dari nira dengan menggunakan proses vacum.Tujuan dari stasiun penguapan adalah untuk menguapkan air dalam nira encer, sehingga nira akan lebih mudah dikristalkan dalam proses selanjutnya. Penguapan dilakukan pada temperatur 650C-1000C dan untuk menghindari kerusakan sukrosa maupun monosakaridanya dilakukan penurunan tekanan didalam evaporator sehingga titik didih nira turun. Setiap evaporator dilengkapi dengan separator atau penyangga ( sap vangler ) yang berguna untuk menangkap percikan nira yang terbawa oleh uap. Komponen nira encer sebagai hasil kerja proses pemurnian masih membawa cukup banyak penyusun termasuk air, untuk menguapkan air dalam nira harus diusahakan cara sedemikian rupa sehingga :a. Kecepatan penguapan tinggi ( waktunya pendek )b. Tidak terjadinya kerusakan gulac. Cost ( harga ) yang murahPada awal nira encer mengandung 12 brix dan setelah proses evaporator maka nilainya menjadi 60-65 brix. Selama proses berlangsung temperatur dari masing-masing evaporator berbeda-beda. Untuk menghemat panas yang diperlukan media panas untuk evaporator I digunakan uap bekas dari Pressure vessel, sedangkan media panas bagi evaporator yang lain dimamfaatkan kembali uap yang terbentuk dari evaporator sebelumnya.Mekanisme kerja dari evaporator adalah sebagai berikut :Valve nira encer dibuka dan nira encer masuk ke evaporator yang dipompakan dari stasiun pemurnian. Steam bekas dimasukkan ke evaporator, setelah nira yang masuk telah mencapai 1/3 tinggi badan evaporator akan terjadi penguapan, kemudian akan mengalir dengan sendiri ke evaporator II. Nira mengalir dengan sendirinya dikarenakan oleh karena perbedaan tekanan vakum pada masing-masing badan evaporator. Uap dari nira evaporator I sebagian digunakan untuk pemanas evaporator II dan sebagian lagi digunakan sebagai pemanas juice heater II.Setelah nira mencapai 1/3 tinggi badan evaporator II nira akan mengalir ke evaporator III sampai 1/3 tinggi badan. Sebagai pemanas digunakan uap nira dari evaporator II. Selanjutnya nira dari evaporator III mengalir ke evaporator IV, sebagai pemanas dapat dipakai uap nira evaporator III dan uap nira dari evaporator IV ditarik oleh kondensor. Nira yang sudah kental dipompakan ke tangki sulfitasi untuk pemucatan/pemutihan nira dengan pH 5,2-5,4.Selama operasi berlangsung, temperatur tiap evaporator berbeda-beda, dari evaporator I sampai evaporator IV suhu semakin turun. Hal ini dilakukan untuk mencegah pecahnya sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.

3.2.4 Stasiun MasakanFungsi dan tujuan stasiun masakan (kristalisasi) adalah untuk membuat kristal gula sesuai ukuran yang ditentukan, dilaksanakan secara ekonomis (efektif dan efisien), pembuatan kristal gula dilaksanakan dalam suasana bejana vacum (hampa) tanpa ada kerusakan gula. Un tuk mencapai kualitas gula dalam nira kental tidak cukup dikristalkan dalam satu proses kristalisasi, untuk mengeluarkan gula sebanyak mungkin dari nira kental. Pada stasiun ini dilakukan pemanasan nira sampai lewat jenuh dengan cara menguapkan sampai terbentuk kristal dengan temperatur masakan 50 600C. Metode penguapan ini tergantung pada harkat kemurnian (HK) gula. Pola masakan pada umumnya dilakukan pada pabrik gula :1. Pola masak A,B,C,D untuk kemurnian bahan (HK) +> 85,02. Pola masak A,B,C untuk kemurnian bahan (HK) 79,0 84,03. Pola masak A,C,D untuk kemurnian bahan (HK) 73,0 78,04. Pola masak A,D untuk kemurnian bahan yang rendah , (HK) < 72,0Pola masakan pada Pabrik Gula Sei Semayang adalah A,C,D :1. Masakan ATahapan ini merupakan tahapan kristalisasi tahap I. Nira yang di olah adalah nira kental yang telah di sulfitasi. Nira kental di pompakan ke tangki penyimpanan sementara. Kemudian masuk ke pan (calandria vakum pan) yang berkapasitas 50 m3, terdiri dari 3 unit. Nira yang berada dalam pan I jika belum memenuhi standar, sebagian di alirkan ke pada pan II. Jika pada pan II kristal yang terbentuk masih belum sesuai dengan ukuran yang di inginkan maka sebagian nira yang berada pada pan II dimasukan ke pan III sementara untuk membesarkan kristal pada pan I dan pan II ditambah nira kental dari strorage. Masakan yang dihasilkan disebut masakan A, selanjutnya masakan A ditampung di palung pendingin lalu dipisahkan dengan centrifugal sehingga menghasilkan kristal A sedangkan sisanya disebut molase (stroop A). Stroop A digunakan sebagai bahan untuk masakan gula C.1. Masakan CMasakan C menggunakan bahan dasar stroop A, dari hasil pemisahan masakan A. Cara masak masakan C sama dengan masakan A, selanjutnya dipisahkan dengan centrifugal menghasilkan kristal gula C dan stroop C.1. Masakan DOperasi masakan D dimulai dari pembuatan bibit D2 dengan menggunakan stroop A sebanyak 25 m3 dan bibit pondan sebanyak 100 ml. Apabila masakan gula tua, Stroop A ditambah lagi hingga volume pan menjadi 50 m3. Setelah masakan tua, selanjutnya masakan D2 dibagi dua, sebagian bibit D2 dialirkan ke pan masakan lain untuk masakan gula D1. Apabila tidak ada pan yang kosong, sebagian bibit dialirkan ke vacum seed. Masakan D1 ini menghasilkan masakan D1 dan molasse I dicentrifugal sekali lagi menghasilkan gula D2 yang akan digunakan bahan untuk masakan A/C.

3.2.5 Stasiun PutaranHasil dari proses pengkristalan dengan pan masakan adalah campuran antara kristal gula, stroop dan tetes. Fungsi dari stasiun putaran adalah memisahkan Kristal dari stroop dan tetes yang terdapat dalam masakan. Alat ini bekerja berdasarkan gaya centrifugal. Untuk mendapatkan kristal dalam bentuk murni, maka campuran ini harus dipisahkan, pemisahan dilakukan dengan cara penyaringan. Saringan yang digunakan untuk massa campuran ini dengan menggunakan kekuatan pusing (gaya centrifugal). Massa dimasukkan dalam alat centrifugal, maka masa akan terlempar menjauhi sumbu poros, karena ada saringan kristal akan tertahan, sedangkan larutan akan menembus lubang-lubang saringan. Dengan demikian terpisah antara larutan dan kristalnya.Sesudah pemutaran sebagian larutan akan terpisah tetapi masih ada larutan yang menempel pada kristal. Untuk menghilangkan larutan tersebut, maka dibantu dengan siraman air dan steam (uap) sehingga larutan tersebut akan terlarut dan putaran kedua dengan perlakuan yang sama diperoleh gula produk.Sistem pemutaran ini dilengkapi dengan saringan yaitu :1. Saringan atas (top screen)1. Saringan tengah (middle screen)1. Saringan bawah (backing screen)Dengan adanya saringan maka kristal akan tertahan, sedang larutannya akan menembus (lubang-lubang saringan) sehingga terpisahlah larutan dengan kristalnya. Di PG Sei Semayang, terdapat 2 jenis alat putaran,yaitu : 1. Jenis kontinyu : beroperasi terus menerus (selama ada bahan yang diputar), terdiri dari :1. Putaran D1/D21. Putaran C1. Dis-kontinyu : beroperasi terputus tidak terus menerus, terdiri dari :1. Putaran A1. Putaran SHS (Super High Sugar)

1. Putaran D1 dan D2Putaran D1 digunakan untuk memutar masakan D yaitu memisahkan kristal dengan tetes. Masakan D mempunyai kristal gula yang halus dan mudah larut. Karena itu digunakan putaran yang continue dan otomatis. Putaran D1 ini memiliki saringan yang halus. Hal ini dimaksudkan agar tetes mempunyai hasil kemurnian yang rendah. Gula dari D1 dibawa oleh conveyor menuju magma mingller, dilengkapi dengan pengaduk dan dalam pengadukan di beri air sedikit.Selanjutnya gula D1, dipompa ke feed mixer D2. Tetes yang di hasilkan dari putaran D1 di tampung di penampung tetes. Kemudian ditimbang dengan timbangan yang berkapasitas 20 ton/jam. Lalu tetes di tampung di tangki tetes yang telah siap untuk di pasarkan. Selanjutnya gula D1 yang telah di pompakan keputaran D2 untuk memisahkan kristal dengan klare D. Kristal yang di dapat dibawa oleh sugar conveyor menuju magma D2 dan di pompakan ke magma tank yang akan digunakan sebagi bibit pada masakan C. Klare yang dihasilkan oleh putaran D2 dipompakan ke peti klare D yang digunakan sebagai bahan masakan D.1. Putaran CPutaran C adalah memisahkan kristal dengan strop C. Gula dari putaran C digunakan untuk bibit membuat masakan utama A (masakan A). Putaran C ini beroperasi secara continue atau terus menerus selama ada bahan yang diputar.1. Putaran A dan Putaran CPutaran A beroperasi terputus tidak terus menerus. Putaran A adalah memisahkan kristal A dengan stroop A, sedangkan putaran C memisahkan kristal C dengan stroop C. Stroop A dan stroop C kemudian dipompakan ke peti stroop A dan stroop C di stasiun masakan. Sedangkan hasil putaran A ditampung di feed mixer SHS. Putaran pada mixer adalah 1,3 rpm.Air panas yang digunakan dari hot water service tank yang berkapasitas 2 m3, temperature air yang digunakan 65-80oC. Steam yang dipakai bertekanan 3,5 kg/cm2.1. Putaran SHS (Super High Sugar)Gula A dari magma mingler dipompakan ke feed mixer SHS. Selanjutnya turun ke putaran SHS. Cara kerja putaran SHS ini sama dengan putaran A hanya pada putaran SHS, steam diinjeksikan selama 15 detik setelah dengan air panas. Hasil putaran terdiri dari gula SHS dan klare SHS. Klare SHS dipompakan ke peti klare SHS di stasiun masakan. Gula SHS yang di hasilkan dibawa ke Sugar Handling. Fungsi dari sugar handling adalah mengeringkan kristal gula setelah diputar, menyaring kristal gula sesuai ukuran standar produksi disaringan getar gula (sugar vibrating screen) dan memisahkan kristal berdasarkan ukuran besar jenis butir kristal yaitu 0.8 1,2 mm.5. Dryer dan CoolerGula basah dari putaran harus dikeringkan sampai 0,01% - 0,03% air dan didinginkan sampai 500C. pendinginan menggunakan udara 300C dengan 80% humidity. Udara panas diperoleh dari steam air heater, uap yang digunakan bertekanan 3,5 kg/cm2. Faktor factor yang dapat mempengaruhi kualitas gula pada putaran:0. Ketebalan masakan dalam basket0. Lama pemutaran0. Jumlah pemutaran 0. Lama pemberian uap

3.2.6 Stasiun Pengemasan dan Penggudangan Gula ProduksiGula SHS yang telah dikeringkan dari drayer dan cooler dinaikkan oleh bucket conveyor yang mempunyai kapasitas 25 ton/jam dan tinggi 15 m dikirim ke vibrating screen. Pada vibrating screen kristal gula SHS dipisahkan dengan saringan bertingkat untuk memisahkan gula kasar dan halus. Kristal gula produksi berdiameter 0,8 1,1 mm. Gula produk dari vibrating screen diangkut dengan sugar conveyor untuk dibawa ke pengemasan. Diatas sugar conveyor dipasang magnetic separator yang berguna menangkap besi-besi yang terbawa oleh gula. Gula ditampung oleh sugar bin yang berbentuk segi empat, kemudian ditimbang oleh sugar weigher yang berfungsi untuk menimbang dan mengisi karung dengan gula sebanyak 50 kg secara otomatis. Kapasitas karung yang terisi adalah 800 karung/jam dengan ketelitian penimbangan 0,01.Karung plastik yang telah terisi gula dijatuhkan diatas alat conceyor yang akan dibawa kekarung bag sewing maching dan langsung dijahit, seterusnya dibawa kegudang.Syarat-syarat gula produk yang masuk kegudang adalah :1. Gula produk SHS warna harus putih dan jernih1. Ukuran kristal memenuhi syarat1. Gula harus benar-benar kering1. Berat gula dalam karung @50 kg1. Suhu dalam gudang berkisar 30 40.