bab III

24
Metode Penanganan dengan pendekatan agama Secara spesifik tidak ada metode yang tegas tentang penanganan anak GPPH dalam agama, akan tetapi dalam literatur yang penyusun baca, ada metode pengembangan mentalitas anak, sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang intelektual muslim yang bernama Syeikh Muhammad Khidr. Husen, metode ini adalah metode nabawi. Metode Nabawi ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap anak-anak, karena metode ini langsung menyentuh hati dan jiwa mereka. Dengan metode ini mereka akan merasakan “perhatian” yang tinggi dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Dengan demikian mereka mudah menerimanya. Sebagaimana yang beliau katakan berikut ini. “Jiwa akan berkembang sebab pendidikan yang halus dan lembut. Sebagaimana tubuh berkembang karena makanan yang dikonsumsi dengan baik. Tapi perkembangan fisik ini memiliki batas akhir yang tidak mungkin melampaui, bahkan kalau perkembangan tersebut sudah mencapai titik akhir, justru akan membawa manusia tersebut kepada asalnya. Sedang proses perkembangan jiwa sangat berhubungan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Tidak akan pernah berhenti kecuali nafasnya sudah meninggalkan ‘sekolah’ alam raya ini.”

description

Bab III

Transcript of bab III

Metode Penanganan dengan pendekatan agama

Secara spesifik tidak ada metode yang tegas tentang penanganan anak GPPH dalam agama, akan tetapi dalam literatur yang penyusun baca, ada metode pengembangan mentalitas anak, sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang intelektual muslim yang bernama Syeikh Muhammad Khidr. Husen, metode ini adalah metode nabawi. Metode Nabawi ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap anak-anak, karena metode ini langsung menyentuh hati dan jiwa mereka. Dengan metode ini mereka akan merasakan perhatian yang tinggi dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Dengan demikian mereka mudah menerimanya. Sebagaimana yang beliau katakan berikut ini. Jiwa akan berkembang sebab pendidikan yang halus dan lembut. Sebagaimana tubuh berkembang karena makanan yang dikonsumsi dengan baik. Tapi perkembangan fisik ini memiliki batas akhir yang tidak mungkin melampaui, bahkan kalau perkembangan tersebut sudah mencapai titik akhir, justru akan membawa manusia tersebut kepada asalnya. Sedang proses perkembangan jiwa sangat berhubungan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Tidak akan pernah berhenti kecuali nafasnya sudah meninggalkan sekolah alam raya ini.

Upayaupaya pengembangan mental anak tersebut bisa ditempuh dengan cara.1. Menemani mereka saat rekreasi. Menyampaikan hal-hal penting di sela-sela terjadinya interaksi dengan mereka. Memilihkan teman yang baik, dengan selisih umur yang tidak terpaut jauh, sebab mereka senang bercengkrama dan bermain dengan anak yang seusia. 2. Bermain dan bercengkrama dengan mereka. Rasulullah Saw sering bercengkrama dengan cucunya, Hasan dan Husen, bergurau dan bermain dengan Aba Umair, salah seorang putera sahabat beliau yang masih kecil. Dengan kegembiraan bersama ini ada perasaan senang yang akan menyelinap direlung jiwa mereka. Mereka juga akan merasakan kasih sayang dan rasa cinta kedua orang tuanya. Suasana gembira ini akan mempengaruhi mental, emosi serta segala bentuk perasaan kejiwaan yang lain. Tidak diragukan lagi bahwa, bermain dan bercengkrama dengan anak-anak akan menciptakan rasa gembira di hati mereka, di samping kehangatan perasaan yang bisa kita baca melalui raut wajah mereka, di saat-saat kegembiraan tersebut berlangsung, karena itu orang-orang yang memiliki tanggung jawab dalam berbagai hal, harus memperhatikan efektifitas kebersamaan ini. Dalam rangka merealisasikan kesempurnaan kesehatan kondisi psikologis mereka, untuk selanjutnya saat-saat yang penuh dengan kebahagiaan dan keceriaan ini dipergunakan untuk mendidik dan menganjurkan hal-hal yang kita inginkan. 3. Memberikan secercah kebahagiaan di dalam diri mereka. Hal ini bisa dengan melalui belaian, elusan rambut, meletakkan di pangkuan serta menyambut mereka dengan hangat sehingga mereka benar-benar merasakan kasih sayang dan cinta kita. Cara ini juga memiliki peran yang sangat besar dalam mewujudkan kesempurnaan kesehatan psikologis anak-anak. Pada gilirannya, mereka akan selalu merasakan kerinduan terhadap orang tua serta orang-orang yang telah memberikan yang sama dalam bergaul dengan mereka. Sebagaimana juga pemberian pujian dan penghargaan, memiliki pengaruh besar dalam jiwa mereka. Mereka akan menghargai orang-orang yang telah memberikan pujian dan penghargaan. Dalam konteks ini, Rasulullah Swa. patut dijadikan teladan. Sudah menjadi semacam kodrat, bahwa seseorang akan senang kepada orang-orang yang telah berbuat baik kepadanya. Cakupan berbuat baik ini sangat luas, dalam bentuk kata-kata, menyediakan makanan dan minuman yang disukai, bermain, bergurau, mengasihi serta menanamkan rasa percaya diri. Berikut ini adalah beberapa ayat yang dijadikan landasan dalam proses penanganan masalah anak GPPH:

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar (QS. Al-Anfal (8):28)

(Luqman berkata): Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui (QS. Lukman (31):16)

Islam & Anak-anak MendisiplinkanSebuah aspek penting dari orangtua dalam model Islam adalah belajar bagaimana untuk benar mendisiplinkan anak. Pada anak-anak Islam berhak atas hak-hak yang sama seperti orang tua. Beberapa hak-hak anak yang harus diperlakukan dengan keadilan, kebaikan dan kasih sayang dan harus dilindungi dari bahaya, bahkan ketika didisiplinkan. Nabi Muhammad (saw) mengatakan: "Setiap orang dari kalian adalah pelindung dan wali dan bertanggung jawab atas bangsal Anda dan hal-hal di bawah perawatan Anda dan seorang pria adalah wali dari anggota keluarganya, dan bertanggung jawab bagi mereka ditempatkan di bawah tanggung jawabnya "(Bukhari dan Muslim).. Dalam riwayat lain, Nabi (saw) berkata: "Takutlah Allah, dan hanya untuk anak-anak Anda." Jika anak berperilaku dalam cara yang agresif dan oposisi, terlepas dari bagaimana pandangan orang tua, tidak pernah diterima atau dibenarkan untuk mengalahkan, pelecehan, atau menggunakan secara berlebihan untuk "disiplin" ke dalam perilaku patuh. Banyak anak GPPH tidak pernah didiagnosis dan hanya diperlakukan sebagai "buruk" . Perilaku mereka dipandang sebagai "tidak sopan" dan mereka terasingkan, dihina, atau terpinggirkan dan akhirnya benar-benar dipotong oleh keluarga mereka.

Pencegahan BBLR:Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampub. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

Kehamilan merupakan anugerah terindah bagi setiap orang tua. Karenanya, perlu menjaga kesehatan si ibu dan kandungannya agar dapat lahir dengan selamat. Masa kehamilan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak nantinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pertumbuhan janin adalah memilih makanan yang sehat untuk ibu hamil.Kesehatan janin dalam kandungan bergantung pada kesehatan fisik ibu. Salah satu hal yang mendukung kesehatan ibu adalah makanan yang dia makan. Karena itu, Rasulullah Saw sangat menekankan pentingnya perhatian terhadap makanan ibu hamil, khususnya makanan yang berpengaruh pada sisi psikis dan spiritual anak.Dalam sebuah hadist disebutkan, Orang yang sengsara telah sengsara sejak ia berada di perut ibunya dan orang yang berbahagia telah berbahagia sejak ia berada di perut ibunya.Maksud dari kebahagiaan dan kesengsaraan semasa di perut ibu adalah bahwa kondisi ibu tersebut menciptakan potensi pada janin untuk menjadi bahagia atau sengsara di masa mendatang. Sebagian penyakit yang dihidap ibu dapat menular pada anak sehingga ia lahir dengan penyakit bawaan dan ini merupakan sebagian dari kesengsaraan hidup baginya. Atau sebaliknya, bayi akan lahir sehat dan kesehatannya itu akan terus dibawa selama hidupnya dan itu merupakan bagian dari kebahagiaannya.Tidak diragukan lagi bahwa wanita yang mengandung dan melahirkan itu termasuk tujuan agama yang dicintai di sisi Allah. Memperbanyak keturunan yang bertauhid dari kalangan umat Islam dan pengikut Nabi sallallahualaihi wa sallam. Inilah niat yang paling penting dimiliki para wanita ketika mengandung. Dari Maqil bin Yasar berkata, seseorang datang kepada Nabi sallallahualaihi wa sallam dan bertanya, : !! . : ( 2050 3227 )Saya mendapatkan seorang wanita yang kaya dan cantik. Akan tetapi dia tidak melahirkan (mandul). Apakah saya nikahi? (Beliau) menjawab; Tidak.' Kemudian ada orang kedua mendatanginya, kemudian beliau melarangnya. Kemudian datang orang ketiga, maka beliau bersabda: Nikahilah (wanita) yang mempunyai penuh kasih sayang dan yang banyak melahirkan. Karena sunguh Aku bangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-umat lain. (HR. Abu Daud, 2050, Nasai, 3227 dan dishahihkan oleh Al-Albany)

Ketika mengandung dirasakan berat menanggung beban, terdapat berbagai manfaat yang kebaikannya kembali kepada ibunya. Di antaranya adalah: 1. Persiapan jiwa dan ilmu dalam proses tarbiyah. Dimana ia termasuk yang paling penting dan paling sulit prosesnya secara umum. Berniat dalam mendidik anak dalam akhlak dan agamanya karena Allah Taala semata. Berharap agar ditulis pahala dan balasan oleh Allah dengan amalan anaknya yang shaleh dan agar menjadi shadaqah jariyah setelah kematian (kedua orang tuanya). Sehingga keduanya mendapatkan pahala yang agung yang hanya Allah saja mengetahuinya. 2. Kesulitan yang dialami oleh ibu hamil, baik letih, sakit, gangguan kesehatan, kejiwaan, materi pada waktu yang banyak. Kesemuanya itu ada pahala dan balasan yang dicatat untuk wanita hamil. Seorang hamba muslim akan diberi pahala oleh Allah pada semua musibah yang menimpanya di dunia, hingga duri yang mengenainya, Allah akan hapuskan dosa-dosanya. Maka sakit yang saat melahirkan dan saat hamil, lebih agung dan lebih besar. 3. Bahkan kalau sekiranya Allah takdirkan wanita ini meninggal dunia karena melahirkan, maka dia meninggal dalam kondisi syahid. Ini sebagai dalil akan keutamaan kondisi seperti itu (hamil). Nabi sallallahualahi wa sallam bersabda: ( 3111 13/62)Dan wanita yang meninggal dunia karena melahirkan itu syahid. (HR. Abu Daud, 3111, dishahihkan oleh An-Nawawi di Syarh Muslim, 13/62)

Di antara perkara terpenting yang selayaknya seorang wanita curahkan dan memberikan perhatian pada waktu seperti ini adalah belajar metode tarbiyah yang baik, membaca buku-buku spesialis pada bidang ini, atau mendengar ceramah bermanfaat dari para pakar pendidikan. Baik dari sisi tarbiyah akhlak, kesehatan kejiwaan maupun akademis. Hal itu sebagai persiapan untuk mengembang misi nan agung yang Allah bebankan kepada kedua orang tua. Yaitu amanah pendidikan dan pemeliharaan. Sehingga kedua orang tua melakukannya dengan bekal ilmu dan pengetahuan. Merealisasikan dengan hasil terbaik. Sehingga keduanya mendapatkan keridhoan Allah di dunia dan akhirat.

A. Pengertian dan Asumsi Psipatologi IslamPsikopatologi atau penyakit mental adalah sakit yang tampak dalam bentuk prilaku dan fungsi kejiwan yang tidak stabil. Istilah ini mengacu kepada pada sebuah sindrom yang luas, yang meliputi ketidaknormalan kondisi indera, kognisi dan emosi.Studi tentang psikopatologi tidak terlepas dari tiga asumsi yang memiliki implikasi yang berbeda-beda yaitu; pertama; pada dasarnya jiwa manusia itu dilahirkan dalam keadaan sakit kecuali dalam kondisi tertentu ia dinyatakan sehat. Teori ini dikembangkan oleh aliran Psiko-analisa Sigmund Freud. Kedua; pada dasarnya jiwa manusia itu dalam keadaan netral (tidak sakit tidak sehat). Sakit tergantung pada proses perkembangan hidupnya. Teori ini dikembangkan oleh aliran Psiko-behavioristik radikal B.F Skinner. Ketiga; pada dasarnya jiwa manusia itu dilahirkan dalam keadaan sehat, kecuali dalam kondisi tertentu ia dinyatakan sakit. Teori ini dikembangkan oleh aliran Psiko-humanistik Abraham Maslow dan Carl Rogers.Terlepas dari ketiga asumsi di atas, menurut Atkinson, terdapat enam kriteria untuk menentukan kesehatan mental yaitu; adanya persepsi yang reaslistik, mengenali diri sendiri, kemampuan untuk mengendalikan diri secara sadar, memiliki harga diri dan dirinya dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya, kemampuan untuk membentuk ikatan kasih sayang, ada jiwa antusias yang mendorong seseorang untuk mencapai produktivitas.B. Macam-Macam Psikopatologi Dalam IslamPsikopatologi dalam Islam dibagi dalam dua kategori yaitu; bersifat duniawi berupa gejala atau penyakit kejiwaan yang telah dirumuskan dalam wacana psikologi kontemporer, kedua bersifat ukhrowi berupa penyakit akibat penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai moral spiritual, dan agama.Dari American Psychiatric Association, menyebutkan lima belas jenis gangguan mental yaitu; 1. Gangguan seperti yang terjadi pada bayi seperti hambatan mental, gangguan belajar, makan, dan penyimpangan moral lainnnya, 2. Gangguan amnestik yang disebabkan fungsi otak terganggu baik secara permanen atau sementara. Hal ini disebabkan oleh penuaan, 3. Gangguan yang berhubungan dengan zat disebabkan pemakaian al-kohol yang berlebihan, 4. Skizoprenia dan gangguan psikotik lainnya yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realita, 5. Gangguan mood, seperti gembira secara berlebihan, depresi, elasi atau mania, 6. Gangguan kecemasan, 7. Gangguan somatoform, yaitu gangguan pada fisik, tetapi tidak ditemukan penyebab organik dan faktor psikis tampaknya berperan besar, 8. Gangguan disosiatif, yaitu perubahan sementara fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas karena masalah emosional, 9. Gangguan seksual dan identitas jenis, 10. Gangguan makan, 11. Gangguan tidur, 12. Gangguan pengendalian implus, 13. Gangguan kepribadian, 14. Gangguan buatan, 15. Gangguan pergerakan akibat medikasi, masalah relasional, penelantaran, dan masalah pekerjaan.Dalam Islam, menurut Al-Quran dan Assunah, jenis-jenis psikopatologi banyak. Adapun bentuk psikopatologi itu adalah: 1. Syirik, yaitu kepercayaan, sikap, dan prilaku mendua atau lebih terhadap permasalahan-permasalah fundamental, 2. Kufur, yaitu pengingkaran diri atas kenikmatan yang diperoleh sebab pelakunya tidak tahu diri, tidak sadar dan tidak berterima kasih, 3. Nifak, menampakkan suatu yang dipandang oleh orang lain baik, padahal dalam hatinya tersembunyi kebusukan, dan kebobrokan, 4. Riya, yaitu melakukan sesuatu karena pamrih atau pamer, 5. Ghadab, kemarah. Marah menunjukkan tingkat kelabilan kejiwaan seseorang, sebab tidak mampu mengendalikan kemarahannya. 6. Gaflah (lupa). Yaitu sengaja menghilang kan atau tidak memperhatikan sesuatu yang seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari essensi kehidupannya. 7. Waswas (mengikuti bisikan syetan), yaitu bisikan halus dari syetan yang mengajak seseorang untuk berbuat maksiyat. 8. Putus asa, yaitu hilangnya gairah, semangat, sinergi, dan motivasi hidup karena tidak berhasil menggapai sesuatu yang ia harapkan. 9. Rakus, yaitu penyakit jiwa yang selalu merasa kurang terhadap apa yang ia miliki. 10. Tertipu, yaitu percaya atau meyakini sesuatu yang tidak hakiki dan tidak substansif. 11. Membanggakan diri, sikap congkak, sombong, dan menganggap dirinya besar, padahal keadaan sebenarnya adalah kecil. 12. Dengki. Adalah iri hati terhadap nikmat dan karunia yang dimiliki oleh orang lain. 13. Ghibah, yaitu menceritakan keburukan orang lain dan mengadu domba. 14. Hubb Dunya, cinta dunia, pelit, dan berlebihan serta menghambur-hamburkan harta benda. 15. Attamanni, yaitu keinginan yang tidak mungkin terjadi.C. Metode Perolehan Dan Pemeliharaan Kesehatan Mental Dalam Islam Dalam literatur yang berkembang, setidaknya terdapat tiga pola yang mengungkap perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental dalam perspektif Islam. Pertama; Takhalli dan tajalli, kedua; metode syariah, tariqoh, hakikoh, dan marifat, dan ketiga; metode Iman, Islam, Ihsan.Setidaknya, Rasul sendiri pernah memberikan gambaran bahwa beliau mengajarkan tiga metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental yaitu;1. 1. Metode ImaniahIman memotivsi individu untuk selalu hidup dalam kondisi sehat, baik jasmani dan ruhani. Kesehatan jasmani diperoleh melalui pengetahuan dan penerapan hukum-hukum kauni, sedang kesehatan ruhani diperoleh melalui hukum-hukum qurani. Dengan iman seseorang memilki tempat bergantung, tempat mengadu, dan tempat memohon apabila ditimpa problema atau kesulitan hidup, baik yang berkaitan dengan fisik maupun psikis.1. 2. Metode IslamiahRealisasi metode Islam dapat membentuk kepribadian muslim yang mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci, dapat menyesuaikan diri dalam setiap kondisi. Kondisi seperti ini merupakan syarat mutlak bagi terciptanya kesehatan mental. Dan ini menimbulkan lima karakter yaitu; pertama, karakter syahadatain yang mampu menghilangkan dan membebaskan diri dari belenggu atau dominasi tuhan-tuhan temporal. Kedua; karakter Mushalli, yaitu mampu berkomunikasi dengan Allah dan sesama manusia. Ketiga; karakter muzzakki, yaitu karakter yang berani megorbankan hartanya untuk kebersihan diri dan kesucian jiwanya. Keempat; karakter Shaim, yaitu mampu mengendalikan dan menahan dari nafsu-nafsu rendah. Kelima; Haji, yaitu karakter yang mau mengorbankan hartanya, waktu, bahkan nyawa demi memenuhi panggilan Allah SWT, yang menghasilkan jiwa egaliter, inklusif, dan pluralistik.1. 3. Metode IhsaniahMetode ini apabila dilakukan dengan benar maka akan membentuk kepribadian muhsin yang dapat ditempuh melalui beberapa tahapan yaitu, pertama; tahap permulaan yang mana ia merasa rindu dengan khaliqnya. Kedua, tahapan kesungguhan dalam menempuh kebaikan dalam mengisi diri dengan tingkah laku yang baik dan benar melalui musyaratah (membekali diri dengan syarat ilmu dan iman), muraqobah (mawas diri), muhasabah (memperhitungkan tingkah laku), Muaqobah (menghukum diri karena melakukan keburukan), Mujahadah (bersungguh-sungguh menjadi baik), Muatabah (menyesali perbuatan dosa), dan Mukasyafah (membuka penghalang antara dirinya dengan Allah).Ketiga; tahapan merasakan. Yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua larangannya, namun merasakan kelezatan, kedekatan, kerinduan dengan-Nya.

Psikopatologi adalah cabang psikologi yang berkepentingan untuk menyelidiki penyakit atau gangguan mental dan gejala-gejala abnormal lainnya, sesuai dengan pengertian dari Patologi yang berarti pengetahuan tentang penyakit atau gangguan. [a]Psikopatologi atau sakit mental adalah sakit yang tampak dalam bentuk perilaku dan fungsi kejiwaan yang tidak stabil. Istilah psikopatologi mengacu pada sebuah sindroma yang luas, yang meliputi ketidaknormalan kondisi indra, kognisi, dan emosi. [b].

Menurut Atkinson terdapat enam criteria untuk menentukan kesehatan mental seseorang, yaitu : pertama, adanya persepsi yang realistic dan efisen dalam mereaksi atau mengevaluasi apa yang terjadi di dunia sekitarnya; kedua, mengenali diri sendiri, baik berkaitan dengan kesadaran atau motifnya; ketiga, kemampuan untuk mengendalikan perilaku secara sadar, seperti menahan perilaku impulsive dan agresif; keempat, memiliki harga diri dan dirinya dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya; kelima, kemampuan untuk membentuk ikatan kasih, seperti tidak menuntut berkelebihan pada orang lain dan dapat memuaskan orang lain bukan hanya memuaskan diri sendiri; keenam, ada jiwa yang antusias yang mendorong seseorang untuk mencapai produktivitas. [c]

Asumsi di atas dikenal dengan asumsi yang optimistic dan mengakui kekuatan jiwa manusia, namun sifatnya antroposentris yang hanya memfokuskan pada kekuatan manusia, tanpa mengkaitkan teorinya pada kehendak Tuhan yang mutlak. Dalam Islam meskipun menggunakan kerangka asumsi yang ketiga dalam membangun teori psikopatologi, namun Islam tidak melepaskan diri dari paradigma teosentris. Hakikat jiwa manusia bukan hanya sehat dan sadar, melainkan juga terbebas dari dosa asal, dosa waris, dan bertanggung jawab atas penebusannya. [d] Sebagai Dzat yang baik dan suci, Tuhan tidak memberikan jiwa manusia kecuali jiwa yang memiliki kecenderungan sehat, baik dan suci. Kesehatan jiwa manusia tidak sekedar alami dan fitri, melainkan telah diatur sedemikian rupa oleh sang Kholiq. Dari kerangka ini, kriteria neurosis dan psikosis dalam psikopatologi Islam bukan hanya disebabkan oleh gangguan saraf atau gangguan kejiwaan alamiah melainkan juga penyelewengan terhadap aturan-aturan Tuhan. Oleh karena itu, teori psikopatologi Islam di samping mendasarkan teorinya pada teori-teori psikologi barat, juga banyak memfokuskan diri pada perilaku spiritual dan religius.Psikopatologi dalam kajian Islam dapat dibagi dalam dua kategori: Pertama; bersifat duniawi. Macam-macam psikopatologi dalam kategori ini berupa gejala-gejala atau penyakit kejiwaan yang telah dirumuskan dalam wacana psikologi kontemporer. kedua bersifat ukhrowi, yaitu berupa penyakit akibat penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai moral, spiritual dan agama. [e] Psikopatologi yang bersifat duniawi memiliki banyak kategori. Hal ini disebabkan oleh perspektif masing-masing psikolog yang berbeda-berbeda.

Atkinson menentukan empat perspektif dalam memperhatikan psikopatologi. [f] Pertama dari perspektif biologi, idenya adalah bahwa gangguan fisik seperti gangguan otak dan gangguan system saraf otonom menyebabkan gangguan mental seseorang; kedua, dari perspektif psikoanalitik idenya adalah bahwa gangguan mental disebabkan oleh konflik bawah sadar yang biasanya berawal dari masa kanak-kanak awal dan pemakaian mekanisme pertahanan untuk mengatasi kecemasan yang ditimbulkan oleh impuls dan emosi yang direpresi; ketiga, dari perspektif perilaku, perspektif ini memandang gangguan mental dari titik pandang teori belajar dan berpendapat bahwa perilaku abnormal adalah cara yang dipelajari untuk melawan stress. Pendekatan ini mempelajari bagaimana ketakutan akan situasi tertentu menjadi terkondisi dan peran yang dimiliki oleh penguatan dalam kemunculan dan terpeliharanya perilaku yang tidak tepat; keempat, dari perspektif kognitif, idenya adalah bahwa gangguan mental berakar dari gangguan proses kognitif dan dapat dihilangkan dengan mengubah kondisi yang salah tersebut.Dalam kategori diagnostik utama, psikopatologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu neurosis dan psikosis. Neurosis pada mulanya diartikan sebagai ketidak beresan susunan syaraf, tetapi para psikolog akhirnya mengubah pengertiannya dengan gangguan-gangguan yang terdapat pada jiwa seseorang. Perubahan pengertian ini diakibatkan oleh hasil penelitian bahwa penyebab neurosis bukan hanya ketidakberesan saraf, tetapi juga ketidakberesan sikap, perilaku, atau aspek mental seseorang. [g]Berdasarkan analisis terhadap berbagai macam psikopatologi baik menurut tinjauan psikologi kontemporer maupun tinjauan Islam, maka sasaran atau obyek yang menjadi fokus penyembuhan, perawatan atau pengobatan dalam psikoterapi Islam adalah manusia secara utuh, yakni yang berkaitan dengan gangguan pada mental, spiritual, moral (akhlaq), dan fisik (jasmaniah).

Psikopatologi anak adalah manifestasi dari gangguan psikologis pada anak-anak dan remaja. Oposisi pemberontak gangguan, perhatian-deficit hyperactivity disorder, dan gangguan perkembangan menyeluruh anak adalah contoh psikopatologi. Konselor, pekerja sosial, psikolog dan psikiater yang bekerja dengan anak-anak sakit mental diinformasikan oleh penelitian dalam psikologi perkembangan, perkembangan psikopatologi, psikologi anak klinis, dan sistem keluarga. Kecenderungan saat ini di AS adalah memahami psikopatologi anak dari sebuah sistem yang disebut perspektif berdasarkan perkembangan psikopatologi. Baru-baru ini juga telah menekankan pada pemahaman gangguan psikologis dari perspektif relasional dengan perhatian juga diberikan kepada neurobiologi.