BAB III

37
27 BAB III PERNIKAHAN MENURUT SUKU DANI Dalam bab tiga ini, penulis akan menyajikan tentang pernikahan menurut masyarakat Suku Dani, berhubungan dengan ini ada beberapa topik yang akan dipaparkan dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari Latar Belakang dari pada masya-rakat Suku Dani, Syarat- syarat Pernikahan Masyarakat Suku Dani, Sistem Pernikahan Masyarakat Suku Dani, Bentuk-bentuk Pernikahan Masyarakat Suku Dani, Pemilihan Jodoh, Maskawin, dan Pernikahan Poligami dalam Masyarakat Suku Dani. Latar Belakang Masyarakat Suku Dani Dalam bagian ini adalah latar belakang daripada orang-orang suku Dani yang ada di Papua khususnya masyarakat yang berada didaerah Ilaga. Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam latar belakang ini adalah asal- usul masyarakat suku Dani, letak geografis, kondisi sosial budaya masyarakat suku Dani, mata pencarian masyarakat suku Dani dan Agama masyarakat suku Dani. Asal-Usul Masyarakat Suku Dani

Transcript of BAB III

Page 1: BAB III

27

BAB III

PERNIKAHAN MENURUT SUKU DANI

Dalam bab tiga ini, penulis akan menyajikan tentang pernikahan menurut

masyarakat Suku Dani, berhubungan dengan ini ada beberapa topik yang akan

dipaparkan dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari Latar Belakang dari pada masya-

rakat Suku Dani, Syarat-syarat Pernikahan Masyarakat Suku Dani, Sistem

Pernikahan Masyarakat Suku Dani, Bentuk-bentuk Pernikahan Masyarakat Suku

Dani, Pemilihan Jodoh, Maskawin, dan Pernikahan Poligami dalam Masyarakat

Suku Dani.

Latar Belakang Masyarakat Suku Dani

Dalam bagian ini adalah latar belakang daripada orang-orang suku Dani

yang ada di Papua khususnya masyarakat yang berada didaerah Ilaga. Adapun hal-

hal yang akan dibahas dalam latar belakang ini adalah asal-usul masyarakat suku

Dani, letak geografis, kondisi sosial budaya masyarakat suku Dani, mata pencarian

masyarakat suku Dani dan Agama masyarakat suku Dani.

Asal-Usul Masyarakat Suku Dani

Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah

Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah

menggunakan alat atau perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah

mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang,

bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat

kuat dan berat. Suku Dani masih banyak mengenakan “koteka” (penutup penis) yang

terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari

rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang).

Page 2: BAB III

28

Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun

tidak sebesar sebelumnya).”1

Sebagian masyarakat suku Dani menganut agama Kristen atas pengaruh

misionaris Eropa yang datang ke tempat itu dan mendirikan misi misionarisnya

ketika pada tahun sekitar 1935 pemerintahan Belanda membangun kota Wamena.

Kondisi geografis dari tempat tinggal Suku Dani ini sendiri seperti halnya daerah

pegunungan tengah di Papua, terdiri dari gunung-gunung tinggi dan sebagian

puncaknya bersalju dan lembah-lembah yang luas. Kontur tanahnya sendiri terdiri

dari tanah berkapur dan granit dan disekitar lembah yang merupakan perpaduan dari

tanah berlumpur yang mengendap dengan tanah liat dan lempung. Daerahnya sendiri

beriklim tropis basah karena dipengaruhi oleh letak ketinggian dari permukaan laut,

temperatur udara bervariasi antara 80-200Celcius, suhu rata-rata 17,50 Celcius

dengan hari hujan 152,42 hari pertahun, tingkat kelembaban diatas 80 %, angin

berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan

terendah 2,5 knot.

Hutan-hutan di mana suku Dani bermukim sangat kaya akan flora dan

fauna yang tak jarang bersifat endemic seperti cenderawasih, mambruk, nuri

bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya.

Untuk budaya dari Suku Dani sendiri, meskipun suku Dani penganut Kristen, banyak

diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh

nenek moyang mereka. Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara

keagamaan diiringi dengan nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek

moyang. Peperangan dan permusuhan biasanya terjadi karena masalah pelintasan

daerah perbatasan, wanita dan pencurian.

1 href="http://www4.shoutmix.com/?vincos2000">View

Page 3: BAB III

29

Pada rekwasi ini, para prajurit biasanya akan membuat tanpa dengan

lemak babi, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga, dan bunga-

bungaan di bagian tubuh mereka. Tangan mereka menenteng senjata-senjata

tradisional khas suku Dani seperti tombak, kapak, parang dan busur beserta anak

panahnya.

Salah satu kebiasaan unik lainnya dari suku Dani sendiri adalah kebiasaan

mereka mendendangkan nyanyian-nyanyian bersifat heroisme dan atau kisah-kisah

sedih untuk menyemangati dan juga perintang ketika mereka bekerja. Untuk

alatmusik yang mengiringi senandung atau dendang ini sendiri adalah biasanya

adalah alat musik pikon, yakni satu alat yang diselipkan diantara lubang hidung dan

telinga mereka. Disamping sebagai pengiring nyanyian, alat ini pun berfungsi ganda

sebagai isyarat kepada teman atau lawan di hutan kala berburu.

Nama Dani sendiri sebenarnya bermakna orang asing, yaitu berasal dari

kata Ndani, tapi karena ada perubahan fenom N hilang dan menjadi Dani saja. Suku

Dani sendiri sebenarnya lebih senang disebut suku Parim. Suku ini sangat

menghormati nenek moyangnya dengan penghormatan mereka biasanya dilakukan

melalui upacara pesta babi.

Letak Geografis

IlagaKabupaten Puncak memiliki 8 Kecamatan, yaitu Kecamatan Kago,

kecematan Gome, kecamatan Wangbe, Kecamatan, Beoga, Kecamatan Bina,

Kecamatan Pawi, kecamatan Sinak dan Kecamatan Agadugume. Luas wilayah

Kaputen Puncak 3.708 km2, dan secara Administratif Kabupaten Puncak, Kota

Puncak berdudukan di tengah jatung dari Pulau Papua. dibatasi sebelah selatan oleh

Kecamatan Agimuga Kabupaten Mimika, sebelah barat Kecamatan Sugapa

Kabupaten Paniai, dan sebelah utara Kecamatan Mulia Kabupaten Puncak Jaya.

Page 4: BAB III

30

Sebelah Timur, Kecematan Piramid Kabupaten Jayawi jaya (Wamena). Untuk

mencapai daerah Puncak Ilaga, tidaklah sulit karena telah tersediafasilitas jalan tanah

yang melintasi Kecamatan ini. Dan juga jalan melalui udara (pesawat setiap hari)

dalam rangka pelayanan kebutuhan masyarakat.

Kondisi Sosial BudayaMasyarakat Suku Dani

Sosial budaya Suku Dani yang berada Ilaga Puncak,daerah Ilaga

merupakan salah satu suku budaya dari 250 suku yang berada Papua pada

umumnya. Mengenai suku ini, dapat dijelaskan oleh Benny Giay, dalam buku

judul, menuju Papua baru bahwa “kehadiran 250 lebih suku budaya bangsa di

tanah Papua sebagai karunia Tuhan yang perlu dikelolah.” 2 Penjelasan tersebut

diatas dapat dipahami bahwa, suku Dani merupakan salah satu suku antara 250

suku budaya yang berada di Papua. suku dan budaya sebagai kasih karunia Tuhan

yang perlu dijaga, dikelolah dengan baik dalam kehidupan masyarakat Papua.

Suku Dani yang berada Ilaga, memiliki sebuah sistiem sosial budaya

yang sangat unik yang dikaruniakan Tuhan. Sosial budaya suku Dani ini,

memiliki beberapa ciri sosial budaya yaitu; bergotong royang, beretika sopan

santun, memiliki bahasa suku kasih bersaudaraan, norma dan sanksi, simbol, nilai,

artistik, teknologi,kepercayaan, dan sebagainya. Sampai saat inipun masih hidup

dalam budaya. Sampai kini, masih memelihara sistem budaya yang baiknya menurut

pandangan mereka masih diterapkan dalam berbagai macam acara dan kasus, yatiu:

mengurus dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan masyarakat. Terutama

dalam pernikawinan suku Dani Ilaga Puncak sampai kini. Berkaitan dengan hal ini,

Peter, dalam buku judul, Dani Grub, menjelaskan bahwa “biasanya suku Dani

mengurus hidupnya sendiri dengan baik dalam bermacam-macam situasi. Mereka

2Giay Benny, Menuju Papua Baru, Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua. Waena Jayapur: Deiyai, 2000) 29.

Page 5: BAB III

31

menyelenggerakan pesta-pesta raya dan menjamu ratusan temu secara tertib.” 3

Maksud dari penjelasan tersebut diatas adalah, pertama, suku Dani mengurus

keluarga dan hidupnya sesuai dengan konteks dan kondisi, situasi budayanya sendiri.

Kedua, Sosial budaya dan etika suku Dani sangat kuat dalam menyelenggerakan

bermacam-macam pesta-pesta raya, pernikahan dengan tertib dan sopan santun

sampai kini.

3B.J. Peter, Dani Grub (Papua: Wamena, 1986) 51.

Page 6: BAB III

32

Mata PencarianMasyarakat Suku Dani

Masyarakat suku Dani ini pada umumnya ada beberapa mata pencarian

untuk kelangsungan hidup yaitu:

Yang pertama adalah pada umumnya masyarakat pengunungan terutama

suku Dani ini berkebun merupakan hal yang terpenting, karena dengan berkebun

mereka mendapat makanan dan menghidupi keluarganya,sehingga mencari tanah

yang subur dan membuka lahan lalu kemudian ditanam ubi jalar, ubi singkong,

keladi, pisang, kacang-kacangan, tebu dan sayur-sayuran. Jadi masyarakat dapat

mengembangkan melelui system bercocok tanam.

Yang kedua adalah Beternak, sebab beternak merupakan salah satu

keahlian khusus yang dimiliki orang-orang suku Dani sejak dulu hingga saat ini,

sehingga sebagian besar hidup dari hasil peternakan, dengan cara memelihara,

menjinakkan binatang-binatang yang dipelihara seperti: Babi, Anjing, dan ikan.

Page 7: BAB III

33

Yang ketiga adalah sebagian besar masyarakat tersebut hidup dari hasil

berburu dan peramu, karena berburu juga merupakan hal terpenting bagi suku Dani;

sebab dengan cara ini pula orang-orang suku Dani mendapat makanan dan juga

belajar perang. Karena orang yang berburu dengan menggunakan senjata tradisional

berupaya untuk mengenahi sasaran dan dapat mengetahui cara dan posisi yang tepat

untuk mendapatkan hewan yang diburunya. Mereka adalah sebuah komponen

masyarakat yang ekonominya rendah, maka pendapatan kebutuhan hidup yang

tergantung pada pemburu dan peramu, yaitu kewajiban sebagai laki-laki adalah untuk

menyiapkan alat pemancing, panah, parang dan anjing hutang lalu ke hutang untuk

mencari ikan, udang, babi liar, kangguru, kasuari, burung dan sejenis ular yang bisa

disajikan dan dikonsumsi. Sedangkan kewajiban sebagai ibu-ibu, perempuan muda

dan ibu-ibu janda adalah peramu, yaitu bahan makanan yang jelas tersedia dari alam

misalnya: genemon, kangkung, sayur paku. Dan lain sebagainya.

Yang ketiga adalah masyarakat hidup melalui hasil perdagangan yaitu

ada kelompok tertentu yang mencoba dan meniru untuk membuka usaha

perdagangan, namun ada yang gagal dan ada juga yang berhasil sampai saat ini.

Jadi masyarakat suku Dani pada umumnya adalah Petani, swasta,

pegawai negeri sipil beberapa jenis pekerjaan yang telah penulis sampaikan di atas

lebih banyak didominasi oleh laki-laki.4Sedangkanpekerjaan yang lebihbanyak di

dominasiisteriadalahpekerjaanrumahtangga, walaupunadabeberapadariisteri-isteriini

yang bekerja di sektorswastadanpegawainegerisipil.

Agama Atau KepercayaanMasyarakat Suku Dani

4Tinal Aser,Hasil Wawancara langsung,(Ilaga: tanggal 20 Juni 2010).

Page 8: BAB III

34

Sebelum masuk Injil di daerah Ilaga Kabupaten Puncak Papua,

masyarakat suku Dani penganut tiga macam kepercayaan yaitu, kepercayaan

Dinamisme yaitu. Mereka percaya bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga, atau

kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia

dalam mempertahankan hidup. Penganut Animisme yaitu; mereka percaya kepada

roh yang mendiami semua benda. Dan percaya akan “Hai” yang akan datang.

Kepercayaan kepada Hai yang akan datang ini, dapat dijelaskan oleh, Edison Murib,

dalam buku Judul, Model Kepemimpinan Situasional, bahwa “kepercayaan

membentuk pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial

(masyarakat). Orang Amungme dan Dani, misalnya percaya bahwa Hai, yaitu suatu

dambaan atau pengharapan akan kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang penuh

keadilan, kemakmuran, dan kehidupan yang didalamnya orang-orang saling

menghargai dan menjunjung tinggi kebersamaan akan datang kepada mereka.

Karena itu, paham Hai sebagaimana digambarkan diatas ada dan akan selalu hidup

di dalam hati sanubarin anak-anak Amungme dan Dani.”5

Penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa, suku Amungme dan

suku Dani berada disatu wilayah atau daerah yang sama sehingga dua suku ini,

mempunyai penganut kepercayaan sama yang turun-temurun dari menek

moyangnya. Sedangkan kepercayaan Hai adalah gambaran jauh kedepan tentang

Yesus Kristus yang mereka percayai pada masa kini.

5Murib Edison, Model Kepemimpinan Situasional MenujuKepemimpinan yang Efektif Pada Kebudayaan Amunge Masa Kini, (Timika: Kuala Kencana, 2005) 17.

Page 9: BAB III

35

Kemudian sekitar 20 Januari 1955, masuk Injil di Ilaga Puncak, tempat

dimana suku Dani berada. Mereka meninggalkan agama lamannya dan beralih

kepada agama baru, yaitu parcaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan

juruselamat pribadinya. Sehingga sampai saat ini, suku Dani bermayoritas Penganut

agama Kristen Protesten yang beraliran Injili, yaitu; Gereja Kemah Injil Indonesia

(GKII) yang dibawakan oleh seorang misi dari Amerika bernama, Tuan Larson.

Hasil pelayanan dari Tuan Larson, telah membangun 1000 Gereja kemah Injil

Indonesia (GKII), dengan jumlah anggota mencapai 45 (empat lima ribuh jiwa).

Syarat-Syarat PernikahanMasyarakat Suku Dani

Di dalam pernikahan pada suku Dani terdapat syarat-syarat bagi

seseorang yang akan menikah, baik itu sebagai laki-laki maupun sebagai perempuan

yang dapat dianggap untuk menikah atau berumah tangga. Persyaratan tersebut pada

umumnya tidak dilihat dari umur atau usia laki-laki atau perempuan yang akan

dinikahinya, tetapi lebih dilihat dari pada ciri-ciri fisik dan kemampuan laki-laki dan

perempuan di dalam melakukan pekerjaannya. Adapun syarat-syarat tersebut adalah

sebagai berikut:

Bahwa seorang laki-laki yang dianggap mampu atau layak untuk menikah

apabila:

1. Telah mampu membuka lahan atau kebun, minimal 4 hektar.

2. Pernah mendirikan dua rumah atau honai laki-laki (kunu).

3. Telah mampu membuat rumah sendiri.

4. Mempunyai kesiapan harta untuk menikah

5. Adanya ijin atau persetujuan dari orang tua atau keluarga kerabat.

Kemudian seorang wanita yang layak atau dianggap memenuhi syarat

untuk menikah apabila:

Page 10: BAB III

36

1. Telah tumbuh buah dada atau payudara.

2. Telah mengalami menstruasi minimal 5 kali.

3. Mampu untuk menggali petatas atau ubi jaladan membersihkan kebun.

4. Mampu memasak

5. Mampu memelihara babi dengan baik dan juga mampu mengayam noken dari

yang terkecil hingga yang besar.

Itulah suatu penilaian yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya

bahwa anaknya sudah memenuhi syarat untuk menikah.

Sistem Pernikahan Masyarakat Suku Dani

Jika kita telusuri dari keharusan dan larangan mencari calon istri bagi

setiap laki-laki, maka dalam masyarakat suku Dani berlaku dengan sistem endogami.

Yang dimaksud dengan kata endogami ialah semarga. Sedangkan kata eksogami

ialah beda marga. Sistem eksogami (anebunu ambit) dimana pria atau laki-laki di

haruskan untuk mencari calon istri dari luar marga dan dilarang menikah dengan

wanita yang semarga (clen). Adapun sistem-sistem yang berlaku dalam masyarakat

suku Dani adalah sebagai berikut:

Yang pertama ialah sistem pernikahan yang ada dalam kehidupan suku

Dani adalah sistem pernikahan eksogami clan, dimana seseorang harus menikah

dengan orang diluar marganya.

Yang kedua adalah pada suku Dani meskipun sistem pernikahan yang

eksogami clan, namun tidak berarti seseorang yang akan menikah dapat memilih

jodoh dari clan lain yang disukainya.

Yang ketiga yakni hal ini dikarenakan dalamkehidupan suku Dani

terdapat kelompok kekerabatan yang terbagi dalam dua paruh masyarakat yaitu Mom

dan Magai, dan di dalam tiap paruh ini terdiri dari clan-clan.

Yang keempat yaitu di dalam paruh masyarakat Mom clan-clan yang ada

Page 11: BAB III

37

di dalamnya dilarang saling kawin. Demikian juga dalam paruh masyarakat Magai

dilarang untuk menikah clan-clan yang ada diantaranya.

Yang kelima ialah Pernikahan hanya dapat terjadi apabila clan yang ada

dalam paruh masyarakat Mom, memilih jodoh dengan clan yang ada dalam paruh

masyarakat Magai.

Yang ke enam adalah dengan demikian secara lebih luas lagi dapat kita

katakan bahwa sistem pernikahan yang dianut adalah bukan endogami, melainkan

eksogami clan berdasarkan paruh masyarakat atas dasar ketentuan adat di atas. Clan-

clan yang ada dalam paruh masyarakat Mom, seperti :Murib, Wonda atau Wenda,

Wakerkwa, Jikwa dan Alom. Sedangkan clan-clan yang ada pada paruh masyarakat

Magai, misalnya: Wanimbo, Tabuni, Tugubal, Kogoya, Kulua, Telenggen, Begal,

dan Agabal.

Dengan demikian bila terjadi pernikahan di antara dua orang dalam paruh

masyarakat Mom atau sebaliknya pada paruh masyarakat Magai, maka hal ini

merupakan suatu perbuatan yang terkutuk (piyanak atau pulunik) karena pernikahan

yang terjadi antara saudara sendiri dan sanksi secara Adatnya sangat fatal, yaitu

dimana kedua pasangan dapat dihukum mati.

Bentuk-Bentuk Pernikahan Masyarakat Suku Dani

Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan mengenai bentuk-bentuk

pernikahan yang ada di masyarakat suku Dani. Berhubungan dengan ini mempunyai

7 (tujuh) sistem bentuk pernikahan, yakni pernikahan sah suku dani, pernikahan

janda suku Dani, pernikahan paksa suku Dani, Pernikahan Lari suku Dani,

pernikahan hasil rampasan suku Dani, pernikahan Tukar suku Dani, dan pernikahan

gerejawi suku Dani.

Pernikahan SahMasyarakat Suku Dani

Page 12: BAB III

38

Pernikahan sah adalah sebuah pernikahan yang dapat dilakukan sesuai

dengan ketentuan dan peraturan hukum budaya suku Dani. Bentuk pernikahansah

juga dapat dinilai dari acara pelaksanaan yang sangat memuaskan, aman, tertib,

dilakukan pada waktu yang tepat, tanpa keberatan menerima harta pernikahan.

Seperti yang dijelaskan oleh Bpk. Aten Wanimbo, melalui Wawancara langsung

Bahwa”Keluarga laki-laki membayar maskawin kepada pihak keluarga perempuan

dengan harta benda seperti, Babi,(wam) uang, kulit biah (wugirin) dan perhiasan

berharga sesuai dengan kemampuan laki-laki. Dan pembayaran harta tersebut,

diterima oleh keluarga perempuan dengan merasa cukup dan tanpa keberatan, maka

pernikahan mereka menjadi sah untuk hidup sebagai suami-istri.”6

Kemudian pernikahan sah lainnya adalah, pihak keluarga laki-laki yang

hendak mengadakan pernikahan,dengan seorang perempuan, maka diharuskan

membayar mas kawin kepada keluarga perempuan, sesuai dengan nilai ketentuan

dari keluarga perempuan. Misalnya, pihak keluarga perempuan memintaharga mas

kawinnya 20 ekor babi, maka pihak laki-laki dibayar sesuai dengan permintaannya.

Atau permintaannya adalah uang, maka pihak laki-laki harus dibayar sesuai dengan

permintaannya dan sebagainya.

Pernikahan JandaMasyarakat Suku Dani

Salah satu bentuk pernikahan lain yang sering dilaksanakan oleh

sukuDani di Ilaga puncak, adalah Pernikahan Janda. Sistem pernikahan janda ini,

biasanya dilaksanakan dengan dua sistem yaitu; pertama, bahwa seorang perempuan

yang suaminya meninggaldunia dengan tidak mempunyai anak,maka janda tersebut

harus menikah dengan pihak laki-laki yang meninggal. Berkaitan dengan ini, ada dua

alasan yaitu, yang pertama adalah perempuan tersebut sudah dibeli/dibayar dengan

lunasberupa uang, babi, dan benda-benda yang berharga, pada waktu pernikahan.

6Bpk.Wanimbo Aten, Hasil Wawancara langdung, (Ilaga, Tanggal 22, Juli, 2010).

Page 13: BAB III

39

sedangkandisisi lain dilihat dari sifat atau karakternya baik, bijaksana, pandai,

memelihara ternak dengan baik, bisa mengelola dan mengatur keuangan dengan baik

dan sebagainya.

Kemudiansistem pernikahan lain juga adalah jikalau seorang janda,

tersebut mempunyai sifat atau karakternya buruk, baik melalui perbuatan maupun

tutur kata yang kasar, bahkan kurang untuk bersosial terhadap keluarga maupun

lingkungannya, maka perempuan janda tersebut dibiarkan atau dikembalikan kepada

keluarganya dengan tulus iklas supaya ia bisa menikah pada laki-laki lain.

Page 14: BAB III

40

Pernikahan PaksaMasyarakat Suku Dani

Pernikahan paksa merupakan salah satu cara terlazim yang sering

dilakukan oleh masyarakat suku Dani. Pernikahan paksa adalah menikah lawan jenis

dengan unsur paksaan dari orangtua laki-laki ataupun perempuan,misalnya; seorang

ayah atau ibu memaksakan anak perempuannya harus menikahdengan laki-laki

yang di jodohkannya. Meskipun gadisnya tidak suka pada laki-laki tersebut. Tetapi

orang tuanya pendekatan langsung dengan pihak keluarga laki-laki, supaya pihak

laki-laki datang dengan masa untuk mengambil perempuan tersebut dengan paksa

dibawake kampung halaman laki-laki. Kemudian satu sampai tiga bulan

laludilakukan upacara maskawin secara terbuka dengan pihak laki-laki dan

perempuan.

Sistem pernikahan paksa seperti ini dilakukan oleh Karena, beberapa

alasan yaitu; orang tua gadis menilai terhadap laki-laki yang akan dinikahinyabahwa

laki-laki yang telah dinilai itu kaya, pandai, bijaksana, cerdas di dalam menangani

suatu masalah bahkan mempunyai krakter yang baik, dan. bisa bertanggung jawab,

dan sebagainya.

PernikahanLariMasyarakat suku Dani

Page 15: BAB III

41

Pernikahan lari merupakan salah satu sistem pernikahan yang masih

sering terjadi dalam kehidupan masyarakat suku Dani sampai saat ini. Sistem

pernikahan seperti ini dapat dilakukan dengan cara pria atau perempuan yang

hendak mencari jodoh biasanya, menggunakan jimat untuk menarik hati kepada

lawan jenis yang cantik atau cakap. Meskipun lawan jenisnya tidak suka dengan

laki-laki yang dinikahinya, namundengan cara, mengumpan melalui makanan,

daging, bahkanjimat tersebut digosok di alis mata, kemudian pendekatan langsung

kepada lawan jenis yang menjadi sasarannya. Selanjutnya, yang menjadi sasarannya

akan muncul berbagai reaksi, misalnyabelas kasihan, sedih, manangis, dan

kerinduhan pada pelaku, dan sebagainya. Akhirnya saling mencintai dan melakukan

pernikahan sesuai dengan ketentuan hukum budaya yang berlaku.

Sistem pernikahan lari ini dilakukan oleh karena beberapa faktor yang

memungkinkan yaitu, pria atau perempuan tertentu yang tidak disukai lawan

janisnya, karena dalam perkawinannya sering terjadi kasus perceraian seorang

janda atau dunda yang suka atau tertarik pada lawan jenis dibawa umur, karena

memang tertarik pada kecantikan dan kecakapan lawan jenis, meskipun lawan

jenisnya tidak suka dengannya, dan sebagainya.

Pernikahan Hasil RampasanMasyarakat suku Dani

Pernikahan hasil rampasan adalah salah satu sistem pernikahan yang

dilakukan oleh masyarakat suku Dani. Dan hal ini terjadi jikalau ada utang-piutang

antara satu suku dengan suku yang lain, misalnya: utang harta maskawin, utang

perang, dan terjadinya pembunuhan tiba-tiba, situasi atau kondisi demikian akan

menimbulkan permusuhan atau sengketa yang lebih besar yang mengakibatkan

perang suku susulan, perkelahian dan saling menjatuhkan antara satu dengan yang

lain.

Page 16: BAB III

42

Pernikahan TukarMasyarakat suku Dani

Pernikahan tukar adalah salah satu sistem pernikahanyang dilakukan oleh

orang-orang Papua pada umumnya, yang terutama masyarakat suku Dani yang

berada di daerah pendalaman, yaitu dari Wamena hingga di daerah Sugapa.

Pernikahan ini dilangsungkan dengan wanita yang satu dinikahkan kepada pihak

keluarga yang lain, dengan tanpa melakukan harta maskawin.

Pernikahan GerejawiMasyarakat suku Dani

Pernikahan gerejawi adalah salah satu sistem pernikahan yang sangat

jauh berbeda dengan pernikahan biasa. Pernikahan gerejawi ini berbeda oleh karena

pernikahan ini, dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum Allah atau Firman Tuhan.

Pelaksanaan pernikahan seperti ini, hanya berlaku bagi kelompok kecil

masyarakat minoritas yang berada di daerah Ilaga Kabupaten Puncak Papua.

Kelompok ini, dinamakan “tidak mau makan darah” dan tidak mau terima harta mas

kawin”. (kwe onggo mbanelek) sistem pernikahannya misalnya, kedua orangtua anak

perempuan dan laki-laki, sendiri yang berperan mengurus semua kesiapan

pernikahan. Pihak laki-laki hanya membawa 6 (enam) ekor babi saja, tidak boleh

lebih atau kurang. lalu satu ekor dipotong dalam acara pelaksanaan pernikahan, satu

ekor dipersembahkan untuk gereja, kemudian 4 ekor memberikan kepada pihak

perempuan yang berhak untuk menerima mas kawin, yaitu saudaranya laki-laki atau

perempuan dan om-om. Acara pernikahan biasanya dipimpin oleh hamba Tuhan.

Termasuk didalamnya memberkati calon suami istri sesuai dengan dasar Alkitab.

Pemilihan Jodoh Masyarakat Suku Dani

Pada suku Dani dahulu pemilihan jodoh dilakukan oleh orang tua. Jadi

orang tua laki-laki misalnya melihat atau menilai anak perempuan mana yang cocok

sesuai untuk menikah dengan anak laki-lakinya. Kemudian jika orang tua laki-laki

Page 17: BAB III

43

merasa cocok dengan perempuan telah dinilai baik, maka ia mengadakan

pendekatan-pendekatan dengan pihak keluarga wanita. Biasanya dalam pendekatan

semacam ini dilakukan dengan pemberian (berupa uang pintu atau uang susu)

ataudalam bahasa Dani adalah wugirin yang artinya mata uang atau rupiah.

Sebaliknya, pihak wanita juga menilai apakah laki-laki tersebut cocok

atau tidak. Penilaian dilakukan dengan menyuruh utusan seperti anak-anak atau

teman dari wanita tersebut untuk menyakinkan laki-laki apakahyang pantas untuk

menjadi suami atau istri pasangannya nanti.

Dalam mengirim utusan oleh perempuan untuk menilai laki-laki.

Penilaian-penilaian ini dengan maksud untuk melihat kepantasan dan kecocokan,

karena dalam adat suku Dani, bagi seorang wanita yang nantinya menjadi ibu

mempunyai tugas dalam keluarga adalah memelihara anak, membersihkan kebun,

menanam, memelihara babi, memasak dan membagi makanan kepada anggota

keluarganya. Sedangkan kewajiban sebagai laki-laki harus mampu membuat bedeng,

pandai berdagang atau mencari kulit bia (kerang), mencari babi, mencari garam dan

sebagainya sesuai pekerjaan laki-laki. Jika laki-laki dinilai itu tidak pantas, maka

biasanya perempuan akan lariataupun orangtua perempuan tidak setuju, dikarenakan

takut akan dinikahinya, terutama laki-laki yang sudah memberikan harta kepada

pihak orang tua perempuan, karena hal-hal demikian mudah untuk

menimbulkanperang suku.

Hal tersebut diatas disebabkan karena kedudukan perempuan dalam adat

suku Dani sangat tinggi, sehingga perempuan bisa membuat perang, perempuan yang

membuat salah, seperti zinah atau main serong dapat dibunuh.

Page 18: BAB III

44

Di dalam memilih jodoh ini penilaian-penilaian tidak terlepas dari

larangan-larangan perkawinan, seperti antara clan yang ada dalam paruh masyarakat

yang sama dilarang menikah. Dan larangan-larangannya adalah sebagai berikut:

Ia harus tahu dari golongan paruh masyarakat mana ia berasal.

Ia harus mencari tahu dari golongan paruh masyarakat mana si perjaka

atau gadis yang hendak dinikahi berasal.

Ia harus mencari tahu dari clan atau fam mana si perjaka atau gadis

berasal, karena ada beberapa clan atau fam di dalam suku Danitidak dapat menikah

karena pantangan atau famili yang dekat.

Harus mencari tahu latar belakang keluarga masing-masing, agar tidak

terjadi menikah dengan famili yang dekat, dilihat dari pihak ayah maupun ibu.

Bila dalam penilaian jodoh di atas antara keduanya dinilai pantas untuk

menikah, maka dapat dilakukan peminangan. Peminangan ini dilakukan oleh orang

tua pihak laki-laki.

Mas KawinMasyarakat Suku Dani.

Mas kawin (Kwe onggo mbaniyak) dalam kehidupan suku Dani

merupakan suatu syarat yang penting dalam suatu pernikahan karena itu bagi lelaki

yang akan menikah harus siap dalam arti mempunyai kesiapan harta. Dalam adat

pernikahan suku Dani, harta pernikahan atau mas kawin ini biasanya dikumpulkan

oleh orang tua atau keluarga laki-laki, dan kekurangannya akan dibantu oleh para

kerabat pihak laki-laki.“Bila kedua muda-mudi saling menaruh hati,maka si pemuda

akan menyampaikan hal itu kepada orang tuanya.”7 Selanjutnya orang tua pihak laki-

laki menyampaikan keinginan putranya kepada pihak perempuan. Bila pihak

perempuan tidak keberatan, maka akan terjadi sebagai berikut :

Mempelajari bersama persyaratan pernikahan, apakah sudah terpenuhi

7Bpk.Murib Edison, Hasil Wawancara langsung, (Ilaga, tanggal 23, Juli, 2010).

Page 19: BAB III

45

atau belum?

Jika hal diatas syaratnya sudah terpenuhi, maka orang tua pihak laki-laki

akan memberi harta secara sembunyi-sembunyi kepada pihak orang tua perempuan.

Sejak pemberian harta secara sembunyi-sembunyi, anak gadis kadang-

kadang boleh datang berkunjung ke rumah orang tua si pemuda (ini tidak berarti si

pemuda boleh tidur bersama dengan calon istrinya ini). Memberi harta secara

sembunyi-sembunyi itu biasanya berlangsung tiga sampai empat kali.

Pada kali yang keempat, pemberian harta ini dapat dikakukan secara

terbuka. Pada kesempatan ini telah berkumpul kaum kerabat baik dari pihak

perempuan maupun pihak laki-laki, yang datang untuk memberi atau menerima

harta.

Bila semua harta yang ingin diberikan pada kesempatan tersebut telah

diletakkan di atas tikar dan harta tersebut berkenaan di hati pihak perempuan, maka

mereka akan mengambil tikar tersebut dan membaginya pada kaum kerabat mereka.

Sesudah pihak perempuan menerima harta tersebut, maka si pemuda dan anak gadis

tersebut sudah boleh hidup bersama. Hal ini tidak berarti bahwa harta telah dilunasi,

sebab setelah hidup bersama masih ada dua atau tiga kali pemberian harta oleh pihak

laki-laki kepada pihak perempuan.

Pemberian harta selanjutnya biasanya terjadi kalau sudah ada anak

pertama. Juga pemberian harta berlanjut untuk anak kedua dan seterusnya (selama

dapat anak), sampai pihak keluarga perempuan sudah merasa cukup atau puas.

Maksud pemberian harta pada setiap mendapat anak adalah supaya

saudara -saudara atau keluarga pihak perempuan tahu bahwa anak-anak itu sudah

dilunasi atau dibayar hartanya. Terutama bagi anak perempuan, jika belum dibayar

hartanya, maka pada saat ia dewasa dan akan kawin, hal ini akan diambil alih oleh

Page 20: BAB III

46

om-om atau saudara-saudara laki-laki dari ibunya.

Dengan demikian mas kawin adat suku Dani merupakan salah satu syarat

sahnya suatu pernikahan. Adapun wujud atau benda-benda yang diberikan sebagai

mas kawin dalam Adat perkawinan suku Dani di antaranya adalah :

1. Uang (Engga lambu) Muka jumlah nilai yang cukup banyak 2. Babi (Wam) jumlah yang tidak terbatas.3. Kulit biah (Wugirin) dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu terdapat juga

benda-benda lainnya berupa Nokeng atau tas (yumonggok), 5 buah , 1 buah Parang, 1 buah Pisau,dll.

Pernikahan PoligamiMasyarakat Suku Dani

Kebanyakkan masyarakat suku Dani, sampai saat ini masih dominan

mengistrikan poligami (kwe mbere). Pandangan suku Dani, terhadap pernikahan

poligani ini, dipandang dari dua sisi yaitu; pandangan menurut budaya suku Dani,

dan pandangan dari sisi Teologis. Dua hal ini, menjadi ladasan utama dalam

perkawinan poligami suku Dani Ilaga Papua.

Poligami Menurut Budaya suku Dani

Definisi poligami dapat mendefinisikan oleh, hasan dan kawan-

kawannya dalam buku judul, kamus besar bahasa Indonesia, bahwa”poligami,(Kwe

mbere) adalah sistem pernikahan yang salah satu pihak memiliki atau menikahkan

beberapa lawan jenis di waktu yang bersamaan.”8 Makna dari penjelasan tersebut

dapat disimpulkan bahwa’ poligami berarti, seseorang yang mempunyai niat kuat

untuk memiliki banyak istri, sehingga pihak lain yang dapat menikahkannya dengan

tanpa unsur paksaan yang sesuai konteks dan sistem peraturan hukum budaya.

Sistem perkawinan poligami dalam kehidupan masyarakat suku Dani ini,

dapat dijelaskan oleh Bpk. Aten Wanimbo selaku kepala suku Dani. Bahwa

perkawinan poligami tersebut dilakukan Karena adanya beberapa faktor dan alasan, 8Hasan dan kawan-kawan, Kamus Besar Bahasa Indenosia, (Jakarta: Depdisnas. Balai

Pustaka, 1993),885.

Page 21: BAB III

47

yaitu:

1. Karena poligami karena merupakan faktor keturunan.2. Karena memiliki kekayaan (kaya), sehingga bisa bertanggung jawab3. Karena seseorang pemimpin yang memiliki pengeruh besar untuk

menangani dan menyelesaikan sebuah masalah serta bertanggung jawab atas kasus umum dalam masyarakat dengan bijaksana, efektif, baik, dan damai sejahtera.

4. Karena istri pertama mandul (tidak mempunyai anak) sehingga istri yang pertama diijinkan kepada suami untuk melakukan poligami.

5. Karena permintaan dari istri pertamanya,6. Karena adanya ketidakpuasan secara biologis dengan istri pertamanya. 7. Dan ketuju, poligami itu bukan dosa, melainkan secara Alkitabiah”9

Maksud tujuan, dan alasan mengapa melakukan perkawinan poligami

dalam kehidupan masyarakat suku Dani ini, bahwa meskipun masyarakat tersebut

adalah yang beragama kristen protestan yang telah mengerti akan kebenaran Firman

Tuhan, namun dalam kehidupannya masih berpegang teguh pada unsur budaya,

karena menurut pandangan mereka bahwa budaya itu sangat baik dan tidak

bertentangan dengan Alkitab.Oleh karena orang-orang Dani saat mempunyai konsep

pernikahan yang dangkal, yaitu kawin dan bukan membangun suatu rumah tangga

yang harmonis,sehingga masyarakat suku Dani sampai saat ini masih melakukan

pernikahan poligami.

9Bpk, Wanimbo Aten, selaku kepala suku Dani, Hasil WawancaraLangsung, (Di Ilaga Puncak Papua, tanggal 12 Juli 2010),

Page 22: BAB III

48

Poligami Ditinjau Secara Teologis

Poligami adalah pernikahan yang dilakukan lebih dari satu istri, dalam

Ensiklopedi Alkitab menjelaskan, bahwa poligami sudah terjadi pada jaman Lamek

yang terdapat di dalam kitab Kej. 4:19 dan meskipun dengan jelas Alkitab sangat

melarang. Namun ayat tersebut merupakan salah satu alasan utama yang sering

dipakai oleh masyarakat suku Daniuntuk melaksanakan pernikahan poligami. Dan

juga masyarat suku Dani mempunyai pandangan bahwa pernikahan poligami itu

bukan dosa, melainkan poligami merupakan Alkitabiah. Sama seperti Abraham,

Yakub, Daud, dan Salomo juga poligami tetapi menjadi pemimpin dan melakukan

pekerjaan bagi kemuliaan Tuhan. Karena Inilah yang menjadi ladasan utama untuk

melakukan pernikahan poligami dalam kehidupan masyarakat suku Dani sampai saat

ini. meskipun hal tentang poligami ini, Allah sangat melarang keras kepada umat-

Nya bahwa “janganlah ia mempunyai banyak istri, supaya hatinya jangan

menyimpang; (Ul. 17:17). Dan salah satu alasan mengapa tokoh-tokoh Alkitab

melakukan poligami? Oleh karena mereka tidak mau tanya kepada Allah dalam

poligami, karena faktor keturunan, karena bujukan dari istrinya pertamanya, dan

tidak mau sabar menunggu janji Tuhan. Misalnya Seperti poligami Abraham yang

tertulis dalam Alkitab bahwa” adapun Sarai istri itu, tidak beranak. Ia mempunyai

seorang hamba perempuan,seorang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada

Abraham: Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku untuk melahirkan anak. Karena

itu baiklah hampiri hambaku itu, mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh

seorang anak.” dan Abraham mendengarkan perkataan Sarai. Jadi Sarai, istri

Abraham itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu – yakni ketika Abraham

telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan, lalu memberikannya kepada Abraham,

suaminya, untuk menjadi istrinya. (Kej. 16:1-3).

Page 23: BAB III

49

Dari ayat tersebut diatas dapat dipahami bahwa, poligami Abraham

dilakukan oleh karena, desakkan dan bujukan dari Sarai, Abraham tidak mau sabar

atas janji Tuhan, dan ragu akan janji. Pada hal, sebelumnya Allah telah menjanjikan

tentang keturunannya. Seperti yang tertulis dalam Alkitab bahwa:“Aku akan

membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat

namamu masyhur; dan engkau menjadi berkat. Datanglah Firman Tuhan kepadanya,

demikianlah’orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu,

dialah yang akan menjadi ahli warismu. Lalu Tuhan membawa Abraham ke luar

serta berfirman: cobalah lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat

menghitungnya.”Maka firman-Nya kepadanya: demikianlah banyaknya nanti

keturunanmu (Kej. 12:2; 15: 4-5).

Abraham telah menerima janji Allah tentang keturunnya, tetap ia sebagai

manusia biasa, ragu dan bimbang akan janji Allah, serta tidak sabar untuk

menunggu waktu menggenapi janji Tuhan.