BAB III

19
BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi. Kebiasaan makan balita (terutama usia 0-12 bulan) adalah konsumer pasif. Artinya, dia lebih banyak mengonsumsi makanan yang sudah kita pilihkan. Bila asupan zat gizi tertentu yang tidak adekuat dan berlebih atau tidak seimbang dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang buruk (morbiditas) dan mungkin kematian (mortalitas). Trasisi antara asupan-asupan tersebut sulit didefiniskan asupan makronutrien yang tidak adekuat biasanya paling jelas terlihat pada gangguan perkembangan anak. Anak yang

Transcript of BAB III

Page 1: BAB III

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk

pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi

dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor

penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.

Kebiasaan makan balita (terutama usia 0-12 bulan) adalah konsumer pasif.

Artinya, dia lebih banyak mengonsumsi makanan yang sudah kita pilihkan. Bila

asupan zat gizi tertentu yang tidak adekuat dan berlebih atau tidak seimbang dapat

menyebabkan kondisi kesehatan yang buruk (morbiditas) dan mungkin kematian

(mortalitas). Trasisi antara asupan-asupan tersebut sulit didefiniskan asupan

makronutrien yang tidak adekuat biasanya paling jelas terlihat pada gangguan

perkembangan anak. Anak yang sehat dan tercukupi kebutuhan gizinya akan

mencapai perkembangan yang sesuai dengan usianya.

Pemantauan perkembangan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui

adanya hambatan perkembangan secara dini. Di bidang kesehatan, bangsa Indonesia

masih harus berjuang memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kurang gizi

yang saling berinteraksi satu sama lain menjadikan tingkat kesehatan masyarakat

Indonesia tidak kunjung meningkat secara signifikan. Dilihat dari Prevalensi

penyakit infeksi berdasarkan Riskesdas 2007 Prevalensi ISPA tertinggi pada balita

Page 2: BAB III

60

(>35%), Prevalensi campak tertinggi pada anak balita (3,4%), prevalensi Diare

tertinggi terdeteksi pada balita (16,7%). Melihat prevalensi penyakit menular

prevalensi tertinggi semua diderita oleh balita sangat memprihatikan. Dimana

kesehatan berpengaruh pada pertumbuhan balita.

Dan masih rendahnya kesadaran orang tua khususnya ibu terhadap

pertumbuhan ankanya dilihat dari Dari data Riskesdas (2007) pemantauan

pertumbuhan balita, dengan melakukan penimbangan. Untuk provinsi Sulawesi

Selatan terdapat 27,2 % yang tidak melakuakn penimbangan dalam 6 bulan terakhir

dan untuk 10 kabupaten kota yang mempunya presentasi balita yang ditimbang rutin

terendah diantaranya Kabupaten Pangkep sebesar 2,6%. Dan untuk tahun 2011 bulan

januari tercatat 64% yang membawa anaknya menimbang dari 28.402 jumlah balita

lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional yaitu 62,5%. Jadi ada 46% balita yang

tidak ditimbang. Dari data ini dapat dilihat masih kurang kesadaran ibu untuk

memantau pertumbuhan anaknya. Yang akan cenderung meningkat dengan

meningkatnya umur anak.

Kekurangan gizi merupakan salah satu penyebab tingginya kematian pada

bayi dan anak. Apabila anak kekurangan gizi dalam hal zat karbohidrat (zat tenaga)

dan protein (zat pembangun) akan berakibat anak menderita kekurangan gizi yang

disebut KEP tingkat ringan dan sedang, apabila hal ini berlanjut lama maka akan

berakibat terganggunya pertumbuhan, terganggunya perkembangan mental,

menyebabkan terganggunya sistem pertahanan tubuh, hingga menjadikan penderita

Page 3: BAB III

Tumbuh-Kembag Anak Manifestasi

Penyebab Langsung

Penyebab tidak

langsung

Pokok masalah di masyarakat

Akar Dasar

Struktur politik dan Keluarga

Struktur Ekonomi

Kecukupan Makanan Infeksi

Pendidikan Keluarga

Asuhan bagi ibu dan anak

Keadaan dan control sumber daya keluarga. Manusia, ekonomi dan keluarga

Potensi sumber daya

Ketahanan makanan keluarga

61

KEP tingkat berat sehingga sangat mudah terserang penyakit dan dapat berakibat

kematian ( Solihin Pudjiadi, 2003 dalam Adi Moh Useini, 2005).

B. LandasanTeori

Bagan 3.1 Model Interaksi Tumbuh Kembang Anak

Sumber : Soetjiningsih,1998. Tumbuh Kembang anak . Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Hal 13

Pemanfaatan pelayanan kesehatandan sanitasi

lingkungan

Page 4: BAB III

Status Perkembangan Motorik Kasar Baduta Yang Mendapat Suplemen

Taburia

Asupan Zat Gizi a. Energib. Proteinc. Lemakd. Karbohidrate. Fe (Besi)f. Zinc (Seng)

Pengetahuan

Penyakit Infeksia. Diareb. Gejala ISPA

Pengasuhan

Kesehatan

62

C. Kerangka konsep

Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat disusun kerangka konsep

sebagai berikut:

Kerangka Konsep

Keterangan: Variabel Dependen

Variabel Independen

Varaibel Yang Diteliti

Varaibel Yang Tidak Diteliti

Page 5: BAB III

63

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Status Perkembangan Motorik Kasar

Definisi Operasional :

Bagaimana kemampuan motorik kasar yang tertinggi pada anak baduta

usia 6 – 18 bulan dibandingkan dengan umurnya yang diukur dengan

menggunakan KMS perkembangan motorik kasar anak (kurva milistone) yang

dikembangkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi dan Makanan,

Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan, Depkes Bogor 2010.

Kriteria Objektif (Depkes Bogor 2010):

Normal : Bila titik pertemuan garis gerakan motorik kasar dan umur berada

digaris kurva normal.

Terlambat : Bila titik pertemuan garis gerakan motorik kasar dan umur berada

dibawah garis kurva normal.

Lebih Dari Normal : Bila titik pertemuan garis gerakan motorik kasar dan

umur berada diatas garis kurva normal.

2. Asupan Zat Gizi

Definisi operasional :

Yang dimaksud dengan asupan zat gizi dalam penelitian ini adalah

jumlah asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat, Fe, dan Zinc yang

dikonsumsi oleh baduta yang bersumber dari makanan, minuman dan ASI

(bagi anak yang masih menyusui). Asupan zat gizi dalam penelitian ini diukur

dengan menggunakan metode recall 24 jam.

Page 6: BAB III

64

a. Asupan Energi

Asupan energi adalah jumlah total energi, yang bersumber dari

makanan, minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah energi yang

dikonsumsi oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi yang

dianjurkan.

Kriteria objektif :

Klasifikasi tingkat kecukupan energi (TKE) sebagai berikut (WNPG,

2004):

Baik : 80 – 110 % AKG

Kurang : < 80% AKG

Lebih : > 110% AKG

b. Asupan Protein

Asupan protein adalah jumlah total protein yang bersumber dari

makanan, minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah protein

yang dikonsumsi oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi

yang dianjurkan.

Kriteria objektif :

Klasifikasi tingkat kecukupan protein (TKP) sebagai berikut (WNPG,

2004):

Baik : 80 – 110 % AKG

Kurang : < 80% AKG

Lebih : > 110% AKG

Page 7: BAB III

65

c. Asupan Lemak

Asupan lemak adalah jumlah total lemak yang bersumber dari

makanan, minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah lemak yang

dikonsumsi oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi yang

dianjurkan.

Kriteria objektif :

Klasifikasi tingkat kecukupan lemak sebagai berikut (WNPG, 2004):

Baik : 80 – 110 % AKG

Kurang : < 80% AKG

Lebih : > 110% AKG

d. Asupan Karbohidrat

Asupan karbohidrat adalah jumlah total karbohidrat yang

bersumber dari makanan, minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek.

Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi oleh anak berdasarkan pada Angka

Kecukupan Gizi yang dianjurkan.

Kriteria objektif :

Klasifikasi tingkat kecukupan karbohidrat sebagai berikut (WNPG, 2004):

Baik : 80 – 110 % AKG

Kurang : < 80% AKG

Lebih : > 110% AKG

Page 8: BAB III

66

e. Asupan Fe

Asupan Fe adalah jumlah Fe yang bersumber dari makanan,

minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah Fe yang dikonsumsi

oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan.

Kriteria objektif :

Klasifikasi tingkat kecukupan Fe sebagai berikut (WNPG, 2004):

Baik : 80 – 110 % AKG

Kurang : < 80% AKG

Lebih : > 110% AKG

f. Asupan Zinc

Asupan zinc adalah jumlah zinc yang bersumber dari makanan,

minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah zinc yang dikonsumsi

oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan.

Kriteria objektif :

Klasifikasi tingkat kecukupan lemak sebagai berikut (WNPG, 2004):

Baik : 80 – 110 % AKG

Kurang : < 80% AKG

Lebih : > 110% AKG

Page 9: BAB III

67

3. Penyakit Infeksi

Definisi Operasional :

Penyakit infeksi yang dimaksud adalah penyakit diare dan penyakit

ISPA serta gejalanya seperti influenza, batuk dan demam yang pernah atau

masih diderita oleh anak sebulan terakhir berdasarkan pengakuan dari ibu.

Kriteria Objektif :

Menderita : Bila responden menderita minimal salah satu penyakit

infeksi.

Tidak Menderita : Bila responden tidak menderita penyakit infeksi.

4. Pengasuhan

Definisi Operasional :

Yang dimaksud dengan pengasuhan adalah bagaimana perhatian ibu

pada anaknya mencakup:

a. Perawatan kesehatan adalah apa yang dilakukan ibu jika anaknya sakit,

dan perannya dalam pemberian vitamin.

b. Pemantauan pertumbuhan adalah bagaimana peran ibu dalam

penimbangan anak secara rutin setiap bulan.

Untuk menilai jawaban responden, digunakan Skala Likert dengan

member skor 3 pada jawaban yang benar, skor 2 pada jawaban yang

mendekati benar, dan skor 1 pada jawaban yang salah.

Page 10: BAB III

68

Kriteria Objektif :

Baik : Bila responden memperoleh skor ≥ 66,7%

Kurang: Bila responden memperoleh skor < 66,7%

5. Status Gizi

Definisi Operasional :

Status gizi yang dimaksud adalah melihat status gizi balita yang

ditentukan dengan cara pengukuran antropometri yaitu melakukan

pengukurang Berat Badan, Tinggi badan/Panjang badan dan menanyakan

umur balita yang kemudian dianalisis menggunakan WHO Antro 2005.

Berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam

bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri

WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator

tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut :

Kriteria Objektif (Standar deviasi Z-score WHO NCHS, 2005):

a. Berdasarkan indikator BB/U :

1 = Kategori Gizi Buruk Z-score < -3,0

2 = Kategori Gizi Kurang Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0

3 = Kategori Gizi Baik Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0

4 = Kategori Gizi Lebih Z-score >2,0

b. Berdasarkan indikator TB/U:

1= Kategori Sangat Pendek Z-score < -3,0

Page 11: BAB III

69

2 = Kategori Pendek Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0

3 = Kategori Normal Z-score >=-2,0

c. Berdasarkan indikator BB/TB:

1 = Kategori Sangat Kurus Z-score < -3,0

2 = Kategori Kurus Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0

3= Kategori Normal Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0

4 = Kategori Gemuk Z-score >2,0

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nul (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status perkembangan

motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep

Tahun 2011.

b. Tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status perkembangan

motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep

Tahun 2011.

c. Tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan status perkembangan

motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep

Tahun 2011.

d. Tidak ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status

perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di

Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

Page 12: BAB III

70

e. Tidak ada hubungan antara asupan Fe dengan status perkembangan

motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep

Tahun 2011.

f. Tidak ada hubungan antara asupan Zinc dengan status perkembangan

motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep

Tahun 2011.

g. Tidak ada hubungan antara penyakit diare dengan status perkembangan

motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep

Tahun 2011.

h. Tidak ada hubungan antara penyakit ISPA dengan status perkembangan

motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep

Tahun 2011.

i. Tidak ada hubungan antara pengasuhan ibu dengan status perkembangan

motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep

Tahun 2011.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara asupan energi dengan status perkembangan motorik

kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

b. Ada hubungan antara asupan protein dengan status perkembangan motorik

kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

c. Ada hubungan antara asupan lemak dengan status perkembangan motorik

kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

d. Ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status perkembangan

motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep

Tahun 2011.

Page 13: BAB III

71

e. Ada hubungan antara asupan Fe dengan status perkembangan motorik

kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

f. Ada hubungan antara asupan zinc dengan status perkembangan motorik

kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

g. Ada hubungan antara penyakit diare dengan status perkembangan motorik

kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

h. Ada hubungan antara penyakit ISPA dengan status perkembangan motorik

kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

i. Ada hubungan antara pengasuhan ibu dengan status perkembangan

motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep

Tahun 2011.