BAB III 14012014.Docx (Ririn)

65
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory research) dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksplanatori (explanatory research) adalah penelitian yang menyoroti hubungan antara variable-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya (Singarimbun,1995). 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok ( Singarimbun,1995). Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu (Kriyantono, 2007,h.59). Dalam survey proses pengumpulan dan analisis data social bersifat sangat terstruktur dan mendetail

description

jklzvnkjdf vsdkljf bsdfjonb klazs dvkzjsdvn ikjz sdfvbkjdvbd fbzjk

Transcript of BAB III 14012014.Docx (Ririn)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory

research) dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksplanatori

(explanatory research) adalah penelitian yang menyoroti hubungan antara

variable-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah

dikemukakan sebelumnya (Singarimbun,1995).

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey. Penelitian

survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok

( Singarimbun,1995). Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang

sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu

(Kriyantono, 2007,h.59). Dalam survey proses pengumpulan dan analisis

data social bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner

sebagai instrument utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah

responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik..metode

survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

eksplanatif. Kriyantono (2007) mengemukakan bahwa “Jenis survei ini

digunakan bila periset ingin mengetahui mengapa situasi atau kondisi

tertentu terjadi atau apa yang mempengaruhi mengapa kondisi tertentu

terjadi atau apa yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.” Kriyantono

(2007) mengemukakan bahwa dalam metode survei periset tidak sekadar

menggambarkan terjadinya fenomena tetapi telah mencoba menjelaskan

mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya, atau dengan kata

lain, periset ingin menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variable.

Dalam penelitian ini peneliti membuat hipotesis sebagai asumsi awal

untuk menjelaskan hubungan antar varabel yang diteliti.

3.3. Definisi Operasional

Kriyantono (2007) menyatakan bahwa definisi operasional

merupakan proses operasionalisasi konsep. Hasilnya berupa konstruk

dan variabel beserta indikator-indikator pengukurannya. Kriyantono

(2007) juga menyatakan bahwa “ Pada dasarnya, mengoperasionalkan

konsep sama dengan menjelaskan konsep berdasarkan parameter atau

indikator-indikatornya. Dengan kata lain, hasil dari mengoperasionalkan

konsep adalah variabel. Dinamakan variabel karena mempunyai variasi

nilai yang dapat diukur.Nilai-nilai inilah yang biasa disebut indicator.Skala

pengukuran adalah upaya memberikan skor pada indicator.” Berikut

adalah definisi operasionalisasi pengaruh self esteem, self efficacy, dan

locus of control terhadap kinerja:

a. Variable X1 (self esteem)

Self-esteem adalah penilaian seseorang secara umum terhadap

dirinya sendiri, baik berupa penilaian negatif maupun penilaian positif

yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan atau kebergunaan

diri dalam menjalani kehidupan (Coopesmith,1967). Sedangkan menurut

Kreitner dan Kinicky (2003,h.165) “Self esteem adalah suatu keyakinan

nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan.” Keyakinan

terhadap nilai pada diri tersebut terbentuk oleh keadaan kita dan

bagaimana orang lain memperlakukan kita.

Bandura (1997) mengemukakan ciri-ciri orang yang

memiliki self esteem yang kuat yang kemudian peneliti jadikan sebagai

indikator strong self esteem (x1). Indikator strong self esteem (x1) adalah

sebagai berikut:

1. Self Confidence (percaya diri) yaitu menghadapi segala sesuatu

dengan penuh percaya diri dan tidak mudah putus asa, menyadari

sepenuhnya kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Rasa

percaya diri dimanfaatkan untuk bisa mengatasi segala permasalahan

yang muncul sehingga tidak mudah putus asa dan bila berhasil juga tidak

besar kepala.   

2. Goal Oriented ( mengacu hasil akhir) yaitu ketika ingin melaksanakan

sesuatu selalu memikirkan langkah yang akan dilakukan untuk mencapai

tujuannya dengan memikirkan segala konsekuensi yang diperkirakan

akan muncul serta memiliki alternatif lain untuk mencapai tujuan tersebut. 

3. Appreciative (menghargai) yaitu merasa cukup dan selalu bisa

menghargai yang ada disekelilingnya serta dapat membagi

kesenangannya dengan orang lain.

4. Contented (puas/senang) yaitu bisa menerima dirinya apa adanya

dengan segala kelebihan dan kelemahannya serta mempunyai toleransi

yang tinggi atas kelemahan orang lain dan mau belajar dari orang lain.

Dia melihat masa depan dengan apa yang ada pada dirinya dan yang

bisa dilakukannya dan bukannya masa depan yang sekedar meniru orang

lain. 

Disamping itu peneliti juga menggunakan Rosenberg self-esteem

scale sebagai panduan untuk menentukan indikator strongself esteem.

Berikut adalah Rosenberg self esteem scale yang peneliti jadikan

indicator untuk mengukur strong self esteem (Rosenberg,1965:

1. On the whole, I am satisfied with my self

2. I feel that I have a number of good qualities

3. I am able to do things as well as must other people I feel im a person of

worth, at least on an equal plane with others

4. I take a attitude toward myself

Bandura (1997) mengemukakan ciri-ciri orang yang

memiliki self esteem yang lemah yang kemudian peneliti jadikan sebagai

indikator weak self esteem (x1). Indikator weak self esteem (x1) adalah

sebagai berikut:

1. Critical (selalu mencela) yaitu selalu mencela orang lain, banyak

keinginannya dan sering kali tidak terpenuhi, senang memperbesar

masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mengakui kelemahannya.

2.  Self-centred (mementingkan dirinya sendiri) yaitu egois, tidak

peduli dengan kebutuhan atau perasaan orang lain, segala sesuatunya

berpusat pada diri sendiri, tidak ada tenggang rasa dengan lainnya yang

akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi.

3. Cynical (sinis/suka mengolok-olok) yaitu senang meledek orang lain

dengan omongan yang sinis, sering mensalahartikan pemikiran, kegiatan,

kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain tidak senang pada

dirinya.   

4.  Diffident (malu-malu)  yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak

pernah bisa membuktikan kelebihannya dan sering kali gagal dalam melakukan

sesuatu.     

Disamping itu peneliti juga menggunakan Rosenberg self-esteem

scale sebagai panduan untuk menentukan indikator weak self esteem.

Berikut adalah Rosenberg self esteem scale yang peneliti jadikan

indicator untuk mengukur weak self esteem (Rosenberg,1965):

1. At times, I think I am no good at all

2. I feel I do not have much to be proud of

3. I certainly feel useless at times

4. I wish I could have more respect for myself

5. All in all, I am inclined to feel that I am a failure

b. Variable X2 (Self-efficacy)

Self-efficacy mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu

untuk mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk

menampilkan kecakapan tertentu (Bandura,1986). Sedangkan Baron dan

Byrne (2000) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan penilaian

individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan

suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Di

samping itu, Schultz (1994) mendefinisikan self-efficacy sebagai

perasaan individu terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita

dalam mengatasi kehidupan.

Berdasarkan persamaan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu

mengenai kemampuan dirinya untuk untuk mengorganisasi, melakukan

suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan

mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.

Bandura (1997) mengemukakan ciri-ciri orang yang

memiliki self efficacy yang tinggiyang kemudian peneliti jadikan sebagai

indikator high self efficacy. Indikator high self efficacy adalah sebagai

berikut:

1. Menetapkan target yang tinggi

2. Menunjukan komitmen yang tinggi

3. Mengerahkan banyak usaha

4. Tidak mudah menyerah ketika menemukan hambatan

5. Membayangkan skenario keberhasilan yang optimis

6. Menerima tugas-tugas yang sulit

7. Bersedia mencoba hal-hal baru

8. Selalu mengembangkan diri

9. Melihat kemampuan diri merupakan hal yang dapat ditingkatkan

10. Mengatribusikan kegagalan sebagai kurangnya keterampilan atau

usaha

11. Menekankan pada pengembangan diri dan penyelesaian tugas

12. Tahan saat menemui kesulitan

13. Merasa mampu mengatasi masalah lebih baik dari orang lain

14. Memikirkan kelebihan yang dimiliki

15. Tidak mudah mengalami gangguan emosional, stres, depresi, dan

cemas

Bandura (1997) mengemukakan ciri-ciri orang yang

memiliki self efficacy yang rendah yang kemudian peneliti jadikan

sebagai indikator low self efficacy (x4). Indikator low self efficacy (x4)

adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan target yang rendah

2. Menunjukan komitmen yang rendah

3. Mengerahkan sedikit usaha

4. Mudah menyerah ketika menemukan hambatan

5. Membayangkan skenario kegagalan yang pesimis

6. Menghindari tugas-tugas yang sulit

7. Tidak mau mencoba hal-hal baru

8. Selalu membatasi kemampuan diri

9. Melihat kemampuan diri merupakan hal yang sudah menetap

10. Melihat kegagalan sebagai ketidakmampuan

11. Menekankan pada perbandingan dengan orang lain

12. Tidak dapat mengatasi ancaman

13. Merasa tidak mampu mengatasi masalah lebih baik dari orang lain

14. Mengeluhkan kekurangan yang dimiliki

15. Lebih rentan terhadap stres, kecemasan dan depresi

c. Variable X3 (Locus of control)

Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran

sosial.Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian

(personality), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap

mampu tidaknya individu dalam mengontrol nasib (destiny) sendiri

(Kreitner dan Kinicki, 2005).

Individu dengan internal locus of control adalah individu yang

yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apapun yang

terjadi pada diri mereka (Robbins dan Judge,2007).

Peneliti kemudian merangkum definisi-definisi internal locus of

control yang dikemukakan oleh Robbins&Judge(2007) dan

Kreitner&Kinichi(2005) yang kemudian peneliti jadikan indicator untuk

variable internal locus of control:

1. Individu yakin bahwa mereka pemegang kendali atas apapun

yang terjadi pada diri mereka

2. Individu yakin bahwa nasib dan peristiwa dalam kehidupannya

berada di bawah control dirinya

3. Individu yakin hasil yang dicapai adalah hasil dari usaha kerasnya

4. Individu menyandarkan harapannya pada diri sendiri

5. Individu memilih meningkatkan keahlian dibanding harus memilih

berada pada situasi yang menguntungkan.

Individu dengan external locus of control adalah individu yang

yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh

kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan (Robbins dan

Judge,2007).

Peneliti kemudian merangkum definisi-definisi external locus of

control yang dikemukakan oleh Robbins&Judge(2007) dan

Kreitner&Kinichi(2005) yang kemudian peneliti jadikan indicator untuk

variable external locus of control:

1. Individu yakin bahwa apapun yang terjadi pada dirinya

dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan.

2. Individu menganggap lingkunganlah yang mengontrol nasib dan

peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

3. Individu menganggap keberhasilannya adalah karena siruasi yang

mendukung.

4. Individu lebih banyak menyandarkan harapannya pada orang lain

dan situasi diluar dirinya.

5. Individu cenderung memilih berada di situasi yang

menguntungkan dibanding meningkatkan keahlian.

d. Variable Y1(Motivasi kerja)

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan kerja

atau semangat kerja yang disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan

fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan akan

penghargaan, dan aktualisasi diri. Variable motivasi, selanjutnya disebut

motivasi kerja dan diindikasikan dalam indicator. Indikator-indikator

tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam item-item sebagai berikut:

Eksistensi:

1. Kesesuaian gaji dengan pemenuhan kebutuhan mendasar

2. Kesesuaian tunjangan yang diterima dengan beban

tanggungjawab

3. Rasa senang dalam bekerja

4. Adanya jaminan hari tua bagi karyawan

5. Pengakuan keberhasilan dari rekan kerja

6. Perhatian dari atasan

Keterkaitan:

1. Saling menghormati antar sesama rekan kerja

2. Saling mempercayai antar sesama rekan kerja

3. Keterbukaan komunikasi dengan atasan

4. Pertemuan informal sebagai media komunikasi

Pertumbuhan:

1. Dorongan dari pimpinan agar karyawan memberikan ide-ide baru

2. Dorongan dari pimpinan agar karyawan berprestasi

3. Penghargaan sesuai prestasi

4. Kesempatan pengembangan diri.

e. Variable Y1(kinerja)

Mangkunegara (2000) mengatakan bahwa kinerja adalah hasil

kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggungjawab yang diberikan

kepadanya. Munasef (1983) mengatakan bahwa prestasi kerja adalah

kemampuan seseorang dalam usaha mencapai hasil kerja yang lebih

baik/ lebih menonjol kearah tercapainya tujuan organisasi, sedangkan

Moenir (1987) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja pada kesatuan

waktu atau ukuran tertentu.

Untuk mengetahui kinerja Public Relations peneliti kemudian

menggunakan fungsi public relations yang dikemukakan oleh Kriyantono

(2008) , ruang lingkup kerja public relations yang dikemukakan oleh

Kriyantono (2008), serta penilaian kerja yang dikemukakan

olehSastrohadiwiryo (2002). Berdasarkan ketiga acuan tersebut, berikut

adalah indikator kinerja public relations:

1. Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan

dengan publiknya.

2. Membantu manajemen memberikan informasi pada public dan

responsive terhadap opini publik

3. Membantu manajemen untuk mengikuti dan memanfaatkan

perubahan

4. Memperkenalkan perusahaan kepada public dengan publication

dan publicity

5. Mengorganisasi event sebagai upaya membentuk citra

6. Menghasilkan produk-produk tulisan seperti press

release,newsletter,berita

7. Membuat program-program yang ditujukan untuk menciptakan

keterlibatan masyarakat di dekitarnya

8. Membina hubungan dengan media(pers)

9. Memiliki keahlian persuasi dan negosiasi dengan berbagai pihak

10. Membuat program-program yang bermanfaat bagi kepentingan

dan kesejahteraan social

11. Sanggup mentaati , melaksanakan, mengamalkan peraturan

dalam pekerjaan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab

12. Sanggup menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan tepat waktu

dan sebaik-baiknya

13. Sanggup untuk tidak menyalahgunakan wewenang

14. Sanggup untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam

menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan

15. Sanggup mengambil keputusan dalam melaksanakan suatu tugas

pokok tanpa menunggu perintah atau bimbingan dari manajemen

16. Dalam jabatannya sanggup meyakinkan orang lain/ tenaga kerja

lain untuk mengerjakan suatu tugas sesuai dengan porsinya

Table 1. Definisi Operasional:

Variable Indikator Skala pengukuran Instrument

pengukuran

Strong

self

esteem

1. Individu merasa

percaya diri

2. Individu merasa

tidak mudah putus

asa

3. Individu selalu

memikirkan

langkah untuk

mencapai tujuan

4. Individu selalu

memikirkan

konsekuensi dan

alternative lain

dalam mencapai

Semuanya

menggunakan

skala ordinal,

misalnya: (1)

Setuju (2) tidak

setuju (3)

kurang setuju

(4) setuju (5)

sangat setuju

Kuesioner

tujuan

5. Individu merasa

selalu cukup dan

menghargai atas

apa yang

dimilikinya

6. Individu merasa

dapat membagi

kesenangannya

dengan orang lain

7. Individu merasa

memiliki toleransi

tinggi atas

kelemahan orang

lain

8. Individu merasa

mau belajar dari

orang lain

9. Individu merasa

puas terhadap

dirinya

10. Individu merasa

dirinya berkualitas

11. Individu merasa

dirinya dapat

mengerjakan

sesuatu sebaik

kebanyakan orang

12. Individu merasa

bahwa ia adalah

orang yang selalu

dihargai

13. Individu merasa

dapat membuat

keputusan atas

dirinya sendiri

Weak self

esteem

1. Individu merasa

bahwa banyak

keinginannya

yang tidak

terpenuhi

2. Individu senang

memperbesar

masalah kecil

3. Individu tidak mau

mengakui

kelemahannya

4. Individu tidak

peduli dengan

kebutuhan orang

lain

5. Individu tidak peka

dengan perasaan

orang lain

6. Individu sinis

terhadap orang

lain

7. Individu mensalah

artikan niat

baik/pemikiran/ke

giatan orang lain

yang tidak senang

pada dirinya

8. Individu

menyangkal

kelemahannya

9. Individu tidak bisa

membuktikan

Semuanya

menggunakan

skala ordinal,

misalnya: (1)

Setuju (2) tidak

setuju (3)

kurang setuju

(4) setuju (5)

sangat setuju

Kuesioner

kelebihannya

10. Individu seringkali

gagal dalam

melakukan

sesuatu

11. Individu merasa

tidak dapat

mengerjakan

segala sesuatu

dengan baik

12. Individu merasa

tidak ada yang

dapat

dibanggakan dari

dirinya

13. Individu sering

merasa tidak

berguna

14. Individu berharap

ada yang bisa

menghormatinya

High self

efficacy

1. Menetapkan

target yang tinggi

2. Menunjukan

komitmen yang

tinggi

3. Mengerahkan

banyak usaha

4. Tidak mudah

menyerah ketika

menemukan

hambatan

5. Membayangkan

skenario

Semuanya

menggunakan

skala ordinal,

misalnya: (1)

Setuju (2) tidak

setuju (3)

kurang setuju

(4) setuju (5)

sangat setuju

Kuesioner

keberhasilan yang

optimis

6. Menerima tugas-

tugas yang sulit

7. Bersedia

mencoba hal-hal

baru

8. Selalu

mengembangkan

diri

9. Melihat

kemampuan diri

merupakan hal

yang dapat

ditingkatkan

10. Mengatribusikan

kegagalan

sebagai

kurangnya

keterampilan atau

usaha

11. Menekankan pada

pengembangan

diri dan

penyelesaian

tugas

12. Tahan saat

menemui

kesulitan

13. Merasa mampu

mengatasi

masalah lebih baik

dari orang lain

14. Memikirkan

kelebihan yang

dimiliki

15. Tidak mudah

mengalami

gangguan

emosional, stres,

depresi, dan

cemas

Low self

efficacy

1. Menetapkan

target yang

rendah

2. Menunjukan

komitmen yang

rendah

3. Mengerahkan

sedikit usaha

4. Mudah menyerah

ketika

menemukan

hambatan

5. Membayangkan

skenario

kegagalan yang

pesimis

6. Menghindari

tugas-tugas yang

sulit

7. Tidak mau

mencoba hal-hal

baru

8. Selalu membatasi

kemampuan diri

9. Melihat

kemampuan diri

Semuanya

menggunakan

skala ordinal,

misalnya: (1)

Setuju (2) tidak

setuju (3)

kurang setuju

(4) setuju (5)

sangat setuju

Kuesioner

merupakan hal

yang sudah

menetap

10. Melihat kegagalan

sebagai

ketidakmampuan

11. Menekankan pada

perbandingan

dengan orang lain

12. Tidak dapat

mengatasi

ancaman

13. Merasa tidak

mampu mengatasi

masalah lebih baik

dari orang lain

14. Mengeluhkan

kekurangan yang

dimiliki

15. Lebih rentan

terhadap stres,

kecemasan dan

depresi

Internal

locus of

control

1. Individu yakin

bahwa mereka

pemegang kendali

atas apapun yang

terjadi pada diri

mereka

2. Individu yakin

bahwa nasib dan

peristiwa dalam

kehidupannya

Semuanya

menggunakan

skala ordinal,

misalnya: (1)

Setuju (2) tidak

setuju (3)

kurang setuju

(4) setuju (5)

sangat setuju

Kuesioner

berada di bawah

control dirinya

3. Individu yakin

hasil yang dicapai

adalah hasil dari

usaha kerasnya

4. Individu

menyandarkan

harapannya pada

diri sendiri

5. Individu memilih

meningkatkan

keahlian

disbanding harus

memilih berada

pada situasi yang

menguntungkan.

External

locus of

control

1. Individu yakin

bahwa apapun

yang terjadi pada

dirinya

dikendalikan oleh

kekuatan luar

seperti

keberuntungan

dan kesempatan.

6. Individu

menganggap

lingkunganlah

yang mengontrol

nasib dan

peristiwa yang

terjadi dalam

Semuanya

menggunakan

skala ordinal,

misalnya: (1)

Setuju (2) tidak

setuju (3)

kurang setuju

(4) setuju (5)

sangat setuju

Kuesioner

hidupnya.

7. Individu

menganggap

keberhasilannya

adalah karena

siruasi yang

mendukung.

8. Individu lebih

banyak

menyandarkan

harapannya pada

orang lain dan

situasi diluar

dirinya.

9. Individu

cenderung

memilih berada di

situasi yang

menguntungkan

dibanding

meningkatkan

keahlian.

Motivasi 1. Kesesuaian gaji

dengan

pemenuhan

kebutuhan

mendasar

2. Kesesuaian

tunjangan yang

diterima dengan

beban

tanggungjawab

3. Rasa senang

Semuanya

menggunakan

skala ordinal,

misalnya: (1)

Setuju (2) tidak

setuju (3)

kurang setuju

(4) setuju (5)

sangat setuju

Kuesioner

dalam bekerja

4. Adanya jaminan

hari tua bagi

karyawan

5. Pengakuan

keberhasilan dari

rekan kerja

6. Perhatian dari

atasan

7. Saling

menghormati

antar sesama

rekan kerja

8. Saling

mempercayai

antar sesama

rekan kerja

9. Keterbukaan

komunikasi

dengan atasan

10. Pertemuan

informal sebagai

media komunikasi

11. Dorongan dari

pimpinan agar

karyawan

memberikan ide-

ide baru

12. Dorongan dari

pimpinan agar

karyawan

berprestasi

13. Penghargaan

sesuai prestasi

14. Kesempatan

pengembangan

diri.

Kinerja 1. Memelihara

komunikasi yang

harmonis antara

perusahaan

dengan publiknya.

2. Membantu

manajemen

memberikan

informasi pada

public dan

responsive

terhadap opini

publik

3. Membantu

manajemen untuk

mengikuti dan

memanfaatkan

perubahan

4. Memperkenalkan

perusahaan

kepada public

dengan

publication dan

publicity

5. Mengorganisasi

event sebagai

upaya membentuk

citra

6. Menghasilkan

produk-produk

Semuanya

menggunakan

skala ordinal,

misalnya: (1)

Setuju (2) tidak

setuju (3)

kurang setuju

(4) setuju (5)

sangat setuju

Kuesioner

tulisan seperti

press

release,newsletter

,berita

7. Membuat

program-program

yang ditujukan

untuk

menciptakan

keterlibatan

masyarakat di

dekitarnya

8. Membina

hubungan dengan

media(pers)

9. Memiliki keahlian

persuasi dan

negosiasi dengan

berbagai pihak

10. Membuat

program-program

yang bermanfaat

bagi kepentingan

dan kesejahteraan

social

11. Sanggup mentaati

, melaksanakan,

mengamalkan

peraturan dalam

pekerjaan dengan

penuh kesadaran

dan

tanggungjawab

12. Sanggup

menyelesaikan

tugas dan

pekerjaan dengan

tepat waktu dan

sebaik-baiknya

13. Sanggup untuk

tidak

menyalahgunakan

wewenang

14. Sanggup untuk

bekerja bersama-

sama dengan

orang lain dalam

menyelesaikan

suatu tugas dan

pekerjaan

15. Sanggup

mengambil

keputusan dalam

melaksanakan

suatu tugas pokok

tanpa menunggu

perintah atau

bimbingan dari

manajemen

16. Dalam jabatannya

sanggup

meyakinkan orang

lain/ tenaga kerja

lain untuk

mengerjakan

suatu tugas

sesuai dengan

porsinya

3.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kriyantono (2007, h.138) mengungkapkan bahwa “Agar data

yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian, dengan kata

lain agar data yang terkumpul valid, maka instrument periset harus baik.”

Sevilla (1988) seperti dikutip Umar (2000,h.97) dalam Kriyantono (2007,

h.139) mengemukakan bahwa validitas dan reliabilitas merupakan kriteria

instrument yang harus terpenuhi untuk menghasilkan pengumpulan data

yang baik.

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang

ingin diukur (Singarimbun dan Effendi,1995,h.124). Jadi dapat dikatakan

valid apabila data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

variabel yang dimaksud. Valid tidaknya suatu item dapat diketahui

dengan membandingkan indeks korelasi (r-hitung) dengan nilai kritisnya,

dimana r hitung dapat ditentukan dengan rumus (Arikunto,2002,h.138)

rXY=N∑ XY−(∑ X ) (∑Y )

√ {N∑ X2−(∑ X )2} {N∑Y 2−(∑ Y )2 }r = koefisien korelasi

x = skor butir

y = skor total butir

n = banyaknya sampel

Hasil uji validitas untuk butir-butir item pada kelima variabel yang

diteliti, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 : Hasil Uji Validitas Butir

t

Variabel Butir

Koefisie

n

Korelasi

Keterangan

Self Esteem X11.1 0,371 Valid

X11.2 0,496 Valid

X11.3 0,425 Valid

X11.4 0,514 Valid

X11.5 0,420 Valid

X11.6 0,580 Valid

X11.7 0,395 Valid

X11.8 0,364 Valid

X11.9 0,533 Valid

X11.10 0,542 Valid

X11.11 0,474 Valid

X11.12 0,585 Valid

X11.13 0,315 Valid

X12.1 0,466 Valid

X12.2 0,393 Valid

X12.3 0,451 Valid

X12.4 0,410 Valid

X12.5 0,385 Valid

X12.6 0,731 Valid

X12.7 0,643 Valid

X12.8 0,799 Valid

X12.9 0,717 Valid

X12.10 0,674 Valid

X12.11 0,710 Valid

X12.12 0,493 Valid

X12.13 0,493 Valid

X12.14 0,712 Valid

Tabel 2 : Hasil Uji Validitas Butir (Lanjutan)

Variabel Butir

Koefisie

n

Korelasi

Keterangan

Self Efficacy X21.1 0,549 Valid

X21.2 0,543 Valid

X21.3 0,789 Valid

X21.4 0,882 Valid

X21.5 0,659 Valid

X21.6 0,875 Valid

X21.7 0,411 Valid

X21.8 0,556 Valid

X21.9 0,662 Valid

X21.10 0,578 Valid

X21.11 0,862 Valid

X21.12 0,739 Valid

X21.13 0,746 Valid

X21.14 0,784 Valid

X21.15 0,908 Valid

X22.1 0,765 Valid

X22.2 0,443 Valid

X22.3 0,765 Valid

X22.4 0,848 Valid

X22.5 0,651 Valid

X22.6 0,819 Valid

X22.7 0,656 Valid

X22.8 0,318 Valid

X22.9 0,331 Valid

X22.10 0,861 Valid

X22.11 0,762 Valid

X22.12 0,801 Valid

X22.13 0,945 Valid

X22.14 0,886 Valid

X22.15 0,931 Valid

Locus of

Control

X31.1 0,784 Valid

X31.2 0,833 Valid

X31.3 0,814 Valid

X31.4 0,789 Valid

X31.5 0,635 Valid

X32.1 0,614 Valid

X32.2 0,430 Valid

X32.3 0,811 Valid

X32.4 0,759 Valid

X32.5 0,703 Valid

Tabel 2 : Hasil Uji Validitas Butir (Lanjutan)

Variabel Butir

Koefisie

n

Korelasi

Keterangan

Motivasi Kerja Y1.1 0,709 Valid

Y1.2 0,670 Valid

Y1.3 0,200 Valid

Y1.4 0,597 Valid

Y1.5 0,641 Valid

Y1.6 0,770 Valid

Y1.7 0,706 Valid

Y1.8 0,734 Valid

Y1.9 0,734 Valid

Y1.10 0,576 Valid

Y1.11 0,500 Valid

Y1.12 0,723 Valid

Y1.13 0,512 Valid

Kinerja Y2.1 0,396 Valid

Y2.2 0,622 Valid

Y2.3 0,586 Valid

Y2.4 0,622 Valid

Y2.5 0,586 Valid

Y2.6 0,494 Valid

Y2.7 0,335 Valid

Y2.8 0,680 Valid

Y2.9 0,595 Valid

Y2.10 0,680 Valid

Y2.11 0,595 Valid

Y2.12 0,653 Valid

Y2.13 0,371 Valid

Y2.14 0,344 Valid

Y2.15 0,418 Valid

Y2.16 0,544 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2013)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dipercaya atau dapat diandalkan (Singaribun dan Effendi,

1995:111).Suatu alat ukur bisa dikatakan reliable bila dapat digunakan

lebih dari satu kali dalam waktu yang berbeda, namun tetap menunjukkan

hasil yang relatif konsisten.

Suatu instrument dapat dikatakan reliable bila memiliki koefisien

reliabilitas sebesar > 0,6 (Malhotra, 2002,h.293). Uji reliabilitas yang

digunakan adalah dengan Alpha Cronbach.Bila Alpha lebih kecil dari 0,6

maka dinyatakan tidak reliable dan bila lebih besar atau sama dengan 0,6

dinyatakan reliabel.

Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach

(Arikunto, 2002:171):

k ∑ σb 2

r = [ ] [ 1 - ]

k – 1 σt 2

Keterangan :

r : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

σb2 : jumlah varians butir

σt 2 : jumlah varians total

Instrumen dikatakan reliabilitas bilamana koefisien reliabilitasnya

mencapai 0,6 (Sekaran, 1996). Adapun perhitungan untuk pengujian

reliabilitas dilaksanakan dengan bantuan program komputer SPSS 17.

Paparan hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Jumlah

Butir

Koefisien

alpha

keterangan

Self Esteem 27 0.918 Reliabel

Self Efficacy 30 0.969 Reliabel

Locus of

Control

10 0.923 Reliabel

Motivasi

Kerja

13 0.907 Reliabel

Kinerja 16 0.882 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2013)

3.3.2 Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah

skala Likert. Skala Likert dipilih karna data dalam penelitian ini adalah

data ordinal. Data dalam penelitian ini termasuk data ordinal karena

dalam variable konsep diri dan variable kinerja mengandung

golongan/kategori dan tingkatan. Seperti yang diutarakan oleh

Siagian&Sugiarto (2000) bahwa dengan menggunakan skala ordinal,

obyek-obyek dapat dikatagorikan tertentu.Angka atau huruf yang

diberikan disini mengandung tingkatan, sehingga dari kelompok yang

terbentuk dapat dibuat peringkat yang menyatakan hubungan lebih dari

atau kurang, dari menurut aturan penataan tertentu. Data ordinal ini akan

dibuatkan kuesioner yang pilihan jawabannya memakai skala likert.

Sugiyono (2005) mengemukakan bahwa skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang kejadian atau gejala social. Dalam penelitian gejala social ini

telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut

dengan variabel penelitian. Dengan menggunakan skala Likert, maka

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator, dan indikator

dijabarkan dari satu atau beberapa item pertanyaan. Untuk menentukan

kriteria dari kategori jawaban diperoleh mean skor = jumlah skor total /

jumlah responden (Sugiyono, 2008).

Untuk pengukuran variable strong self esteem, high self efficacy,

internal locus of control, motivasi kerja, dan kinerja adalah sebagai

berikut :

Skor 5 : Apabila responden memberikan jawaban dengan sangat setuju

Skor 4 : Apabila responden memberikan jawaban setuju

Skor 3 : Apabila responden memberikan jawaban ragu-ragu

Skor 2 : Apabila responden memberikan jawaban tidak setuju

Skor 1 : Apabila responden memberikan jawaban sangat tidak setuju

Untuk pengukuran variable weak self esteem, low self efficacy,

dan external locus of control adalah sebagai berikut :

Skor 5 : Apabila responden memberikan jawaban dengan sangat tidak

setuju

Skor 4 : Apabila responden memberikan jawaban tidak setuju

Skor 3 : Apabila responden memberikan jawaban ragu-ragu

Skor 2 : Apabila responden memberikan jawaban setuju

Skor 1 : Apabila responden memberikan jawaban sangat setuju

1.3 Populasi Penelitian dan Sampel

1.3.1 Populasi Dan Sampel

Populasi yang termasuk dalam penelitian ini adalah Public

Relations Santika Indonesia Hotel and Resorts sebanyak 55 Public

Relations di 55 hotel.

a. Sampel

Menurut Arikunto (2006:131), “Sampel adalah sebagian atau wakil

popilasi yang diteliti.” Pengambilan sampel dilakukan secara Simple

Random Sampling. Menurut Sugiono (2005:174), “Simple Random

Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak

pada anggota populasi tanpa memperhatikan strata yang ada. Cara

demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.”

Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil, digunakan

rumus yang ditetapkan Slovin dalam Umar (2003:146) sebagai berikut:

N

n =

1 + Ne2

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

E = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena pengambilan sampel

yang masih dapat ditolelir, missal 10% atau 0,1

Berdasarkan rumus di atas maka dapat ditentukan jumlah sampel yang

diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak:

55

n =

1 + 55 (0,1)2

55

=

1,55

= 35,4 dibulatkan menjadi 35

Dari perhitungan tersebut maka sampel yang diambil sebesar 35

orang. Sampel dalam penelitian ini yaitu Public Relations Santika

Indonesia Hotel and Resorts. Pemilihan Sampel kemudian ditentukan

dengan menggunakan Random Numbers 2 digit, yang hasilnya penulis

sampaikan di sub bab lokasi penelitian.

3.4 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini berlokasi di Santika Indonesia Hotel and Resorts,

diantara di:

1. Beachfront suites

2. Hotel Santika Premiere Beach Resort Bali

3. Hotel Santika Premiere Jakarta

4. Hotel Santika Premiere Malang

5. Hotel Santika Premiere Semarang

6. Royal Ambarukmo Yogyakarta

7. Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention - Medan

8. Hotel Santika Bandung

9. Hotel Santika Bangka

10. Hotel Santika Bengkulu

11. Hotel Santika Bogor

12. Hotel Santika BSD City

13. Hotel Santika Cirebon

14. Hotel Santika Depok

15. Hotel Santika Jemursari – Surabaya

16. Hotel Santika Kuta Bali

17. Hotel Santika Makasar

18. Hotel Santika Mataram – Lombok

19. Hotel Santika Palu

20. Hotel Santika Pandegiling Surabaya

21. Hotel Santika Pontianak

22. Hotel Santika Purwokerto

23. Hotel Santika Siligita - Nusa Dua

24. Hotel Santika Taman Mini Indonesia Indah

25. Hotel Santika Tasikmalaya

26. Amaris Hotel Juanda

27. Amaris Hotel Malang

28. Amaris Hotel Senen

29. Amaris Hotel Seasons City

30. Amaris Hotel Tendean

31. Amaris Hotel Thamrin City

32. Amaris Hotel Cirebon

33. Amaris Hotel Cimanuk

34. Amaris Hotel Padjajaran Bogor

35. Amaris Hotel Legian Bali

Waktu penelitian selama 1 Bulan pada bulan November 2013.

3.5 Jenis Data

Dalam penentuan metode pengumpulan data , sumber data

merupakan faktor yang sangat vital untuk dijadikan sebuah pertimbangan.

Sumber penelitian dalam penelitian menurut Arikunto (2006,h.129) adalah

subyek dari mana data dapat diperoleh. Peneltian ini mengambil 2 jenis

data, yaitu:

a. Data primer

Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari jawaban

responden, melalui kuisioner yang telah dirancang sesuai dengan

variabel, indicator, serta item yang telah ditetapkan dan disebarkan

kepada Public Relation Santika Indonesia Hotel and Resorts.

b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lembaga

terkait yang berkaitan dengan permasalahan penelitian seperti profil Hotel

Santika dan Santika Premiere, struktur organisasi, dan sebagainya. Data

sekunder diperoleh dari beberapa media massa seperti literatur, internet

dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Kuesioner

Peneliti menyebarkan sejumlah pertanyaan kepada responden terpilih.

Hasil jawaban tersebut nantinya digunakan untuk mengukur pengaruh

antara self esteem, self efficacy, dan locus of control terhadap motivasi

kerja dan kinerja.

b. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan, melihat dan mempelajari data berupa dokumen

yang diterbitkan oleh perusahaan. Adapun data yang diperoleh adalah

gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, dan data jumlah

karyawan.

3.4 Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh sebelum disajikan dalam bentuk informasi

diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS.

Adapun analisis yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif Statistik

Indriantoro (2009, h. 170) menguraikan bahwa statistic deskriptif adalah

statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi.

Analisis deskriptif responden digunakan untuk mengetahui deskripsi dari

responden yang diukur dari sejumlah indicator-indikator yang ditanyakan

(kuesioner). Teknik analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan

statistic descriptive sehingga menghasilkan nilai frekuensi dan mean skor

dari masing-masing indicator dan item pertanyaan yang ditanyakan.

Ukuran deskriptif adalah pemberian angka, baik dalam jumlah responden

beserta nilai rata-rata jawaban responden maupun prosentase. Analisis

deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran antar variabel

penelitian yaitu self esteem, self efficacy, locus of controldan Kinerja

Public Relations.

2. Analisis inferensial

Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi linier

ganda.Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan

(kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur

dari hubungan kausal antar variabel X1 X2 dan X3 terhadap Y serta

dampaknya terhadap Z. “Analisis jalur ialah suatu teknik untuk

menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda

jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya

secara langsung tetapi juga secara tidak langsung”. (Robert D. Retherford

1993).

Merujuk pendapat yang dikemukakan oleh Land, Ching, Heise,

Maruyama, Schumaker dan Lomax, Joreskog (dalam Kusnendi, 2008),

karakteristik analisis jalur adalah metode analisis data multivariat

dependensi yang digunakan untuk menguji hipotesis hubungan asimetris

yang dibangun atas dasar kajian teori tertentu, dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel

penyebab terhadap variabel akibat.

Dalam analisis jalur (path analysis) terdapat beberapa langkah sebagai

berikut (Solimun,2002):

1. Merancang model berdasarkan konsep dan teori

Model diagram path dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Self Esteem(X1)

Motivasi Kerja(Y1)

Kinerja Karyawan

(Y2)

PY2Y1

PY1X1

Self Efficacy(X2) PY1X2

Keterangan: PY1X1, PY1X2, PY1X3, ,PY2Y1adalah koefisien jalur

Gambar 3.1 Model dalam bentuk diagram Path

2. Perhitungan koefisien jalur (Pendugaan Parameter)

a. Menghitung koefisien korelasi antar variable

b. Membentuk matriks korelasi antar variable

c. Menghitung matriks invers korelasi antar variable penjelas (R-1)

d. Menghitung koefisien jalur Pyxi dengan rumus sebagai berikut:

r=R*p

sehingga nilai koefisien jalur dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

p=R-1*r

Menurut Solimun (2002) dalam Riduwan & Kuncoro (2011) menyebutkan

bahwa pada dasarnya koefisien jalur adalah koefisien regresi yang

distandarkan (Beta Koefisien) yaitu koefisien regresi yang dihitung dari

basis data yang telah diset dalam angka baku atau Z-score (data yang

diset dengan nilai rata-rata=0 dan standar deviasi=1. Koefisien jalur yang

distandarkan (standardized path coefficients) ini digunakan untuk

Locus of Control(X3)

PY1X3

e1

e2

menjelaskan besarnya pengaruh variable bebas (eksogen) terhadap

variable lain yang diberlakukan sebagai variable terikat (endogen).

Menurut Supranto (2004), beta koefisien dari Yterhadap X (Byx), akan

sama dengan koefisien dari X terhadap Y (Bxy), juga sama dengan

koefisien korelasi (rxy). Sehingga perhitungan koefisien jalur dengan

menggunakan matriks korelasi, ataupun dengan melihat pada koefisien

regresi yang distandarisasi (beta koefisien), pada dasarnya menghasilkan

nilai yang sama.

3. Menguji signifikansi pengaruh yang ada dalam analisis jalur

Menguji signifikansi pengaruh langsung dengan membandingkan nilai

thitungdengan ttabel . atau dapat pula membandingkan signifikansi uji t (sig t)

dengantingkat kesalahan 5% atau 0,05. Jika thitung< dari nilai ttabel atau sig

t> 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak, atau tidak ada pengaruh langsung

signifikan dari variable bebas terhadap variable terikat . Sebaliknya jika

nilai thitung>dari nilai ttabel atau sig t<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

atau ada pengaruh langung signifikan dari variable bebas terhadap

variabel terikat.

4. Pemeriksaan validitas model

Pemeriksaan validitas model dapat menggunakan dua cara yaitu:

a. Kaidah Trimming Theory

Berdasarkan trimming theory maka jalur yang tidak signifikan di keluarkan

dari model, sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empiric.

b. Koefisien determinasi total

Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan

rumus :R2m=1-(1-R12)(1-R2

2)

Interpretasi terhadap R2m sama dengan interpretasi koefisien determinasi

(R2) pada analisis regresi. Model dikatakan valid jika memiliki presisi dan

akurasi tinggi.Ukuran akurasi model adalah koefisien determinasi (R2)

pada analisis regresi.Model dikatakan valid jika memiliki presisi dari

akurasi tinggi.Ukuran akurasi model adalah koefisien determinasi (R2)

dengan nilai berkisar dari 0 sampai dengan 1.

5. Interpretasi model

Cara melakukan interpretasi model adalah menginterpretasikan hasil atau

nilai parameter yang ada pada analisis jalur dengan memeprhatikan

apakah model yang ada sudah cukup fit atau belum. Kemudian dilihat dari

koefisien jalur mana yang signifikan dan mana yang tidak signifikan.Dari

nilai koefisien bisa dilihat variable mana yang mempunyai oengaruh

dominan, mana yang tidak.

Menurut Solimun (2002) dalam Riduwan dan Kuncoro (2011:2), bilamana

Analisis Jalur telah dilakukan maka dapat dimanfaatkan untuk:

1. Penjelasan (explanation) terhadap permasalahan yang diteliti

2. Prediksi nilai variable terikat (Y) berdasarkan nilai variable bebas

(X) secara kualitatif.

3. Faktor determinan, yaitu variable bebas (X) mana yang

berpengaruh dominan terhadap variable terikat (Y), juga dapat digunakan

untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variable bebas (X)

terhadap variable terikat (Y).

4. Dapat digunakan untuk menelusuri jalur-jalur pengaruh variable

bebas terhadap variable terikat.

5. Pengujian model baik untuk uji keajegan konsep yang sudah ada

ataupun uji pengembangan baru.