Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

25
BAB II BALAI BESAR PENGEMBANGAN DAN BUDI DAYA LAUT 2.1 SEJARAH BBPBL Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung yang terletak di Desa Hurun Kec. Padang Cermin memang tidak banyak dikenal luas oleh wisatawan.Padahal tempat ini tidak kalah menarik sebagai tempat kunjungan wisata terutama yang tertarik dengan minat budidaya laut. Sejarahnya sendiri, Balai Budidaya Laut Lampung (BBL) berdiri sejak tahun 1982. Pada awalnya BBL memperoleh bantuan teknis dari FAO/UNDP melalui Seafarming Development Project INS/81/008 selama 6 tahun (1983- 1989). BBL ditetapkan secara resmi berdasarkan SK. Menteri pertanian Nomor 347/Kpts/OT.210/8/1986 tanggal 5 Agusuts 1986, SK Menteri Pertanian Nomor 347/Kpts/OT.210/5/1994 tanggal 6 Mei 1994 dan disempurnakan dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.26F/MEN/2001. Sejak 1 Januari 2006 Balai Budidaya Laut berubah menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2006. 2.2 JENIS PENGEMBANGAN BUDI DAYA LAUT Ikan bersirip

Transcript of Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

Page 1: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

BAB II

BALAI BESAR PENGEMBANGAN DAN BUDI DAYA LAUT

2.1 SEJARAH BBPBL

Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung yang terletak di Desa Hurun

Kec. Padang Cermin memang tidak banyak dikenal luas oleh wisatawan.Padahal

tempat ini tidak kalah menarik sebagai tempat kunjungan wisata terutama yang

tertarik dengan minat budidaya laut.

Sejarahnya sendiri, Balai Budidaya Laut Lampung (BBL) berdiri sejak tahun

1982. Pada awalnya BBL memperoleh bantuan teknis dari FAO/UNDP melalui

Seafarming Development Project INS/81/008 selama 6 tahun (1983-1989). BBL

ditetapkan secara resmi berdasarkan SK. Menteri pertanian Nomor

347/Kpts/OT.210/8/1986 tanggal 5 Agusuts 1986, SK Menteri Pertanian Nomor

347/Kpts/OT.210/5/1994 tanggal 6 Mei 1994 dan disempurnakan dengan SK

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.26F/MEN/2001. Sejak 1 Januari

2006 Balai Budidaya Laut berubah menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya

Laut berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.07/MEN/2006.

2.2 JENIS PENGEMBANGAN BUDI DAYA LAUT

Ikan bersirip

Kakap Putih (Lates calcarifer)

Kakap Merah (Lutjanus johni)

Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)

Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Cobia (Rachycentron canadum)

Badut/Nemo (Amphiprion ocellaris)

Page 2: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

Ikan tak bersirip

Kuda Laut (Hippocampus kuda)

2.3 PROSES PENGEMBANGAN

kakap putih

1. Metode Pemeliharaan

Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-70 gram/ekor dari hasil

pendederan atau hatchery, selanjutnya dipelikara dalam kurungan yang

telah disiapkan. Penebaran benih ke dalam karamba/jaring apung

dilakukan pada kegiatan sore hari dengan adaptasi terlebih dahulu. Padat

penebaran yang ditetapkan adalah 50 ekor/m 3 volume air. Pemberian

pakan dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari dengan takaran

pakan 8-10% botol total badan perhari. Jenis pakan yang diberikan adalah

ikan rucah (trash fish). Konversi pakan yang digunakan adlah 6:1 dalam

arti untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan pakan 6 kg. Selama

periode pemeliharan yaitu 5-6 bulan, dilakukan pembersihan kotoran yang

menempel pada jaring, yang disebabkan oleh teritif, algae, kerang-

kerangan dll. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air dan

menyebabkan kurungan bertambah berat. Pembersihan kotoran dilakukan

secara periodik paing sedikit 1 bulan sekali dilakukan secara berkala atau

bisa juga tergantung kepada banyak sedikitnya organisme yang menempel.

Penempelan oleh algae dapat ditanggulangi dengan memasukkan beberapa

ekor ikan herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakan

algae tersebut. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan cara

menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi. Selain

pengelolaan terhadap sarana /jaring, pengelolaan terhadap ikan peliharaan

juga termasuk kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan. Setiap hari

dilakukan pengontrolan terhadap ikan peliharaan secara berkala, guna

untuk menghindari sifat kanibalisme atau kerusakan fisik pada ikan.

Page 3: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

Disamping itu juga untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidak

seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan.

Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil

pengontrolan terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan

pengontrolan, perlu dihindari jangan sampai terjadi stress.

2. Panen

Lama pemeliharan mulai dari awal penebaran sampai mencapai ukuran ±

500 gram/ekor diperlikan waktu 5-6 bulan. Dengan tingkat kelulusan

hidup/survival rate sebesar 90% akan didapat produksi sebesar 2.250

kg/unit/periode budidaya. Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat

jaring keluar rakit, kemudian dilakukan penyerokan.

3. Penyakit

Publikasi tentang penyakit yang menyerang ikan-ikan yang dibudidayakan

di laut seperti ikan kakap putih belum banyak dijumpai. Ikan kakap putih

ini termasuk diantara jenis-jenis ikan teleostei. Ikan jenis ini sering kali

diserang virus, bakteri dan jamur. Gejala-gejala ikan yang terserang

penyakit antara lain adalah, kurang nafsu makan, kelainan tingkah laku,

kelainan bentuk tubuh dll. Tindakan yang dapat dilakukan dalam

mengantisipasi penyakit ini adalah:

1. menghentikan pemberian pakan terhadap ikan dan menggantinya

dengan jenis yang lain;

2. memisahkan ikan yang terserang penyakit, serta mengurangi

kepadatan;

3. memberikan obat sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.

kakap merah

Sektor kelautan dan perikanan diharapkan menjadi salah satu tulang

punggung perekonomian Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusi dalam

perhitungan Product Domestic Bruto (PDB) yang terus mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Salah satu keberhasilan sektor kelautan dan perikanan dapat

dilihat dari indikator peningkatan produksi perikanan setiap tahunnya. Selaras

Page 4: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

dengan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Indonesia Bersatu

Jilid II, yaitu Indonesia menjadi penghasil produk perikanan terbesar pada tahun

2015 maka perikanan budidaya dituntut menjadi kontributor utama yang dapat

meningkatkan produksinya guna mencapai visi tersebut. Target produksi

perikanan budidaya ditetapkan sebesar 16,89 juta ton pada tahun 2014 atau

meningkat sebesar kurang lebih  4 kali lipat dari tahun 2009 yaitu sebesar 4,78

juta ton, tentunya berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut

(Ahda, Alfida., dkk. 2009)

Budidaya kakap merah tentunya menjadi salah satu alternatif untuk

mewujudkan visi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ikan kakap merah

atau sering disebut red snapper merupakan salah satu jenis ikan air laut yang

memiliki nilai ekonomis  yang cukup tinggi. Ikan kakap merah banyak dijumpai

di perairan Indonesia dan selama ini banyak didapatkan hanya dari alam. Selain

melalui penangkapan produksi kakap merah dapat juga diperoleh melalui usaha

budidaya, namun sampai saat ini ketersediaan benih di alam masih tergantung dari

faktor musiman (Supria dan Ruswantoro, 2011).

Beberapa kelemahan apabila usaha budidaya tergantung dari benih yang

berasal dari alam antara lain kualitas dan kuantitas yang kurang terjamin karena

sifat pemijahan yang musiman, oleh karena itu perlu diupayakan melalui kegiatan

pembenihan pada bak terkontrol sehingga, kebutuhan benih kakap merah yang

semula hanya tergantung dari ketersediaan di alam dapat memenuhi untuk

kegiatan budidaya.

Keberhasilan dalam kegiatan pembenihan kakap merah sangat ditentukan

oleh beberapa faktor diantaranya penanganan induk, metode pemijahan,

penanganan telur, pemeliharaan larva, dan penyadiaan pakan alami yang tepat

mutu baik ukuran, jumlah dan jadwal pemberiannya. Untuk itu perlu dilakukan

upaya penanganan secara tepat untuk memperoleh hasil secara optimal dalam

kegiatan pembenihan pada bak terkontrol secara kontinyu, sehingga kegiatan

budidaya dapat berjalan secara lancar tanpa tergantung ketersediaan benih dari

Page 5: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

alam dan diharapkan dapat mendorong tercapainya visi Kementerian Kelautan dan

Perikanan.

1.2       Tujuan 

            Tujuan penulisan Tugas Akhir berdasarkan kegiatan Praktik Kerja Lapang

adalah :  

        1) Menambah pengetahuan tentang teknik pembenihan ikan kakap merah 

secara masal.

      2) Mengetahui jumlah telur (fekunditas) dan derajat penetasan (HR) ikan

kakap merah  dalam pemijahan secara masal. 

        3) Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan derajat

penetasan telur kakap merah.

1.3       Kontribusi

Laporan Tugas Akhir  ini diharapkan sebagai salah satu penyaluran ilmu

teknologi tepat guna terhadap masyarakat secara umum dan memberikan

pengetahuan bagi penulis tentang  pembenihan ikan kakap merah (Lutjanus

argentimaculatus forsskal) secara masal.

kerapu tikus

Ikan Kerapu Tikus  tersebar luas di Pasifik Barat mulai dari bagian Selatan

Jepang, Guam, Nicobar sampai Broome. Di Indonesia ikan Kerapu Tikus banyak

ditemukan di wilayah perairan teluk banten, ujung Kulon, Kepulauan Riau,

Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimun, Jawa, Madura, Kalimantan, dan Nusa

Tenggara.

Ikan Kerapu Tikus  banyak dijumpai di perairan batu karang atau daerah

karang berlumpur, hidup pada kedalaman 40-60 meter. Dalam siklus hidupnya

ikan muda dan larva hidup di dasar perairan berupa pasir karang yang banyak

ditumbuhi padang lamun dengan kedalaman 0,5-3 meter, menginjak dewasa ikan

ini bermigrasi menuju perairan yang lebih dalam yang biasanya berpindah pada

Page 6: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

siang dan senja hari. Telur dan larva bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan

dewasa bersifat demersal.

Menurut Breet dan Groves (1979, ikan Kerapu bersifat stenohaline yaitu

mempunyai kemampuan beradaptasi dengan lingkungan perairan berkadar garam

rendah. Disamping itu ikan ini juga bersifat nocturnal, yaitu bersembunyi di liang-

liang karang pada siang hari dan aktif bergerak pada malam hari.

Siklus Reproduksi

Kerapu Tikus bersifat hemaprodit protogini, yaitu pada perkembangan

mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah

menjadi jantan apabila tumbuh menjadi lebih besar atau bertambah tua umurnya.

Induk ikan Kerapu Tikus yang di tangkap dialam berukuran kecil dan umurnya

berjenis kelamin betina. Induk akan mengalami kematangan kelamin sepanjang

tahun. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, telur ikan Kerapu bebek dan macan

berbentuk bulat tanpa kerutan, cenderung bergerombol pada kondisi tanpa aerasi,

kuning telurnya tersebar merata. Telur transparan dengan diameter sekitar 850

mikron dan tidak mempunyai rongga telur.

Panjang larva yang baru menetas 2,068 mm. Pembentukan sirip punggung

mulai terjadi pada hari pertama. Hari kedua sirip dada mulai terbentuk dan

jaringan usus berkembang sampai ke anus. Hari ketiga mulai terjadi pigmentasi

saluran pencernaan bagian atas dan mulut mulai membuka. Hari keempat kuning

telur sudah habis terabsorpsi. Periode perkembangan larva kerapu tikus sampai

pada tahap metamorfosis penuh membutuhkan waktu 35-40 hari.

Pertumbuhan Ikan

Menurut Effendi (1978) dalam Veni Darmawiyanti.dkk (2003),

menyatakan bahwa pertumbuhan meliputi pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan

relatif. Pertumbuhan mutlak yaitu pertumbuhan panjang atau bobot yang dicapai

dalam satu periode waktu tertentu, sedangkan pertumbuhan relatif adalah panjang

Page 7: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

atau bobot yang dicapai dalam satu periode waktu tertentu dihubungkan dengan

panjang atau bobot ikan pada awal periode tersebut.

Menurut Huet (1971) dalam Veni Darmawiyanti.dkk (2003), Pertumbuhan

ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal (sifat genetik, umur,

jenis kelamin, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan pakan

buatan) dan faktor eksternal (suhu, pakan, oksigen terlarut, dan pH air). Faktor

eksternal yang sangat berpengaruh adalah suhu dan pakan. Selanjutnya setiap

faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ikan selalu diasosiasikan dengan

suatu sindrom perubahan fisiologis.

Pakan dan Kebiasaan Makan

Menurut Kompiang (1996) dalam Veni Darmawiyanti.dkk (2003), pakan

adalah salah satu faktor biologis yang sangat penting bagi ikan. Ketersediaan

pakan merupakan salah satu persyaratan mutlak bagi berhasilnya usaha budidaya

ikan. Sebagaimana diketahui, semua makhluk hidup memerlukan makanan untuk

menunjang kelangsungan hidupnya. Pada garis besarnya pakan merupakan

sumber protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

Menurut Randall (1987), berdasarkan kebiasaan makannya ikan kerapu

menempati struktur tropik teratas dalam piramida rantai makanan  dan salah satu

sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat kanibal tapi pada ikan kerapu tikus sifat

kanibal tidak seburuk pada ikan kerapu macan dan ikan kerapu lumpur.

Menurut Syamsul Akbar (2000), Ikan Kerapu adalah jenis ikan buas

(karnivora). Sifat kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan, terutama terlihat

pada ikan kerapu stadia awal. Dari pengamatan isi perut ikan kerapu kecil

diketahui kandungan di dalamnya didominasi oleh golongan krustacea (uang-

udangan dan kepiting) sebanyak 83% dan ikan-ikanan sebesar 17%. Namun

semakin besar ukran ikan kerapu, komposisi isi perutnya cenderung didominasi

oleh ikan-ikanan. Jenis udang krosok (Parapeneus sp.), udang dogol

(Metapenaeus sp.), dan udang jerbung (Penaeus merguiensis). Sementara dari

Page 8: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

kelompok ikan-ikanan yang ditemui pada umumnya adalah ikan teri (Stelopterus

sp.), beronang (Sinagus sp.), tembang (Sardinella sp.), belanak (Mugil sp.), jenaha

(Luthanus sp.), dan cumi-cumi (Loligo sp.) dalam jumlah kecil.

Pemilihan Lokasi Budidaya

Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pembesaran ikan kerapu

adalah pemilihan lokasi yang tepat. Keberadaan lokasi banyak mengandung

resiko, bermasalah dan tidak memenuhi persyaratan ekologis hendaknya

dihindari, karena akan menjadi faktor pembatas. Lokasi yang memenuhi

persyaratan secara teknis, merupakan aset yang tidak ternilai harganya karena

mampu mendukung kesinambungan usaha dan target produksi. Faktor pemilihan

lokasi yang tepat meliputi dua faktor, yaitu persyaratan umum dan persyaratan

kualitas air.

Ikan cobia

Ikan Cobia (Rachycentron canadum) dapat dijadikan spesies kandidat

dalam aquaculture karena pertumbuhannya relatif cepat, relatif tahan terhadap

serangan penyakit dan memiliki kualitas daging yang bagus. Selain hal tersebut di

atas, ikan Cobia merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis. Daging cobia

dipasarkan dalam bentuk beku, cocok untuk diasap atau bahan pembuatan

Sashimi. Pasar Asia selain tertarik pada dagingnya, juga tertarik pada gonad,

stomach dan kepala untuk dimasak menjadi soup.

Dengan terbukanya peluang pasar untuk ikan Cobia, maka mendorong

masyarakat untuk menyediakan ikan melalui usaha budidaya. Usaha budidaya

akan berjalan, apabila benih dengan kualitas baik tersedia secara kontinyu dan

berkesinambungan. Dengan keberhasilan rekayasa teknologi pembenihan  ikan

cobia di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, maka

membuka peluang berkembanganya usaha budidaya ikan cobia.

Ikan badut

Penggemar film animasi Finding Nemo pasti tidak asing lagi dengan sosok

ikan badut atau clown fish. Tokoh utama film tersebut memang terlihat lucu,

lincah, dan menggemaskan.

Page 9: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

“Ikan ini juga tergolong jinak,” kata Silvester Basi Dhoe, Koordinator

Perbenihan, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Ikan

badut merupakan salah satu anggota famili Pomacentridae, dan yang paling

dikenal saat ini adalah dari spesies Amphiprion ocellaris, si Nemo dalam film

animasi tersebut.

Ciri khas spesies ini mempunyai warna oranye cerah dengan hiasan garis

putih pada bagian kepala, badan, dan pangkal ekor. Di alam bebas, keluarga ikan

badut mencapai 29 spesies berwarna menyala, seperti kuning, oranye, kemerahan,

hitam, dan putih dan semakin dipercantik dengan motif garis putih atau hitam

pada tubuhnya.

Di laut lepas, ikan ini hidup di sekitar terumbu karang dan daerah pantai

dengan kedalaman laut kurang dari 50 m yang berair jernih. “Kalau hobi

menyelam, pada kedalaman 7—15 m, biasa kita temukan anemon, istilahnya

daerah soft coral. Nah, dia bersimbiosis dengan anemon itu,” tambah Silvester.

Padahal bagi ikan jenis lain, anemon laut berbahaya karena tentakel beracun

sehingga tidak sembarang menjadi tempat hidup. Anemon laut dan ikan badut

ternyata menjalin hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

Racun pada tentakel anemon laut yang dapat membunuh ikan dari spesies

lain tidak berpengaruh pada sang Nemo. Pasalnya, tubuh ikan ini dilapisi lendir

yang kebal terhadap sengatan tentakel. Jika ikan ini dipisahkan dengan anemon

selama beberapa jam saja, kekebalan tubuhnya akan hilang, dan membutuhkan

waktu lagi untuk mengembalikan kekebalan tubuhnya. “Tanpa anemon ini dia

tidak bisa apa-apa, tidak bisa melangsungkan hidupnya dengan baik,” jelas pria

asal Flores ini.

Sebaliknya bagi anemon, makanan ikan badut berupa invertebrata kecil

yang melekat pada tentakelnya membantu anemon terbebas dari parasit.

Invertebrata ini umumnya membahayakan anemon. Selain itu, kotoran ikan badut

juga memberikan nutrisi bagi anemon. Namun, setiap ikan badut berhubungan

dengan jenis anemon tersendiri yang cocok sebagai tempat hidupnya.

Sudah Dibudidayakan

Page 10: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

Banyaknya permintaan pasar terhadap ikan badut membuat penangkapan

ikan ini dari habitat aslinya semakin meningkat, bahkan terjadi eksploitasi yang

tidak terkendali. Akibatnya, saat ini ikan badut sudah dikelompokkan sebagai

biota yang dilindungi. Menurut Silvester, budidaya ini dilakukan untuk

menghindari terjadinya penangkapan secara besar-besaran ikan badut di laut

lepas.

Benih ikan badut yang berasal dari alam dipelihara dalam bak semen,

fiberglas, atau akuarium. Agar pertumbuhannya optimal, lingkungan tumbuh ikan

badut pun disesuaikan dengan keadaannya di alam, tapi tanpa anemon. Seperti

penuturan Kadek Ari, peneliti ikan badut di tempat yang sama, “Berkaitan dengan

konservasi, kami memanfaatkan sisa-sisa paralon. Sebisa mungkin karang mati

pun nggak saya pakai. Takutnya malah nanti orang sengaja mematikan karang.”

Penggunaan paralon ini berfungsi sebagai rumah bagi ikan badut. “Yang penting

dia merasa nyaman, kalau tidak ‘kan dia liar,” tambah Kadek.

Tahapan pertama budidaya ikan badut ini adalagi pemeliharaan calon

induk. Dari benih berukuran 1,5 cm hingga siap dijadikan induk yang siap

dikawinkan dan bertelur, dibutuhkan waktu selama 6 bulan. Saat itu ukuran ikan

badut berkisar 4—5 cm. Pakan yang diberikan berupa pellet. “Kita biasanya

menggunakan pellet kerapu karena pellet untuk ikan laut masih belum banyak,”

kata Kadek.

Ikan badut hasil budidaya dengan hasil tangkapan di alam juga menjalani

masa adaptasi yang berbeda saat dipindahkan ke akuarium. Menurut Kadek,

“Kalau ikan liar, butuh masa adaptasi sampai 3 bulan, baru dia mau makan

pelletnya. Untuk bersahabat bahkan butuh waktu tiga bulan. Sedangkan ikan

budidaya sudah tidak perlu adaptasi lagi, satu jam di akuarium dia sudah mau

makan pellet.”

Semua Jantan

Keunikan lain dari ikan badut ini seluruhnya terlahir berkelamin jantan.

“Dalam satu populasi, yang terbesar dalam populasi tersebut akan terpilih menjadi

betina. Itu kalau di alam. Nanti kalau sang betina ini mati, akan digantikan oleh

yang paling besar, (dia) mengalami perubahan jenis kelamin,” papar Kadek.

Page 11: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

Jika sudah menemukan pasangannya, ikan badut ini akan setia. “Jadi saya

kurang setuju dengan istilah poliandri yang banyak dipakai, dia sangat setia.

Bahkan kalau belum cocok, dia tidak mau memijah,” ujar sarjana biologi ini. Ikan

badut liar bahkan membutuhkan waktu sekitar 3 bulan hanya untuk perjodohan.

“Dari perjodohan hingga dia mau memijah mungkin sekitar 5—6 bulan,”

tambahnya.

Induk ikan badut meletakkan telur secara rapi. Telur yang telah tertata

dibersihkan dan dirawat dengan mengibaskan ekor dan menyemprotkan air

melalui mulut di sekitar telur. Telur ini dierami selama 9—10 hari, dan menetas

pada pagi hari antara pukul 05.00 hingga 08.00. Sekali bertelur sekitar 400—500

butir. “Yang akan menjadi larva dari 500 itu sekitar 300—400,” urai Kadek.

Mudah Dirawat

Sang Nemo bukan tergolong ikan yang sulit dalam perawatannya. Ikan badut

yang telah berukuran lebih dari 3 cm dapat diberikan pakan buatan lebih banyak

dibandingkan pakan hidup. “Itu rekomendasi kita, sekitar umur 4—5 bulan, dia

sudah bisa makan pellet berukuran besar yang kemungkinan besar di pasar ada,”

imbuh Kadek.

Kualitas dan kejernihan air juga perlu diperhatikan dalam pemeliharaan. Air

harus dijaga tetap jernih dengan kualitas optimal. “Yang penting di situ ada filter,

ini untuk mempertahankan higienisnya. Jernih ‘kan belum tentu higienis,” cetus

Kadek. Toleransi ikan badut terhadap suhu cukup tinggi. Suhu air yang baik

berkisar 26o—32ºC, kadar garam 27—32 ppt, serta pH pada kisaran normal

cenderung basa, yaitu 7,8—8,5.

Kuda laut.

Kuda laut adalah hewan yang telah mengalami evolusi sejak 40 juta tahun

lalu (Fritzhe, 1997). Diistilahkan ke dalam genus Hippocampus berasal dari

bahasa Yunani yang berarti binatang laut berbentuk kepala kuda, (hippos = kepala

kuda ; campus = binatang laut).

Page 12: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

Di Indonesia kuda laut di kenal dengan sebutan tangkur kuda yang

merupakan salah satu jenis ikan laut kecil yang yang sangat berbeda dengan jenis

ikan lainnya yaitu kepala kuda laut mempunyai mahkota, tubuh agak pipih dan

melengkung, seluruh tubuh terbungkus oleh semacam baju baja yang terdiri atas

lempengan – lempengan tulang atau cincin – cincin, mata kecil dan sama lebar,

mempunyai moncong, ekor lebih panjang dari kepala dan tubuh serta dapat

memegang, sirip dada

pendek dan lebar, sirip punggung cukup besar, sedang sirip anal kecil dan

sirip ekor tidak ada (Nontji 1993; Hansen and Cummins, 2002) (Gambar 1).

Selanjutnya Nova (1997) menyatakan bahwa kuda laut memiliki kepala seperti

seekor kuda, tegak lurus dengan badannya yang di atasnya terdapat mahkota atau

biasa disebut coronet, sama kekhasannya seperti suatu sidik jari manusia. Juga

seperti halnya kadal, kuda laut memiliki mata yang dapat bergerak bebas, sangat

membantu untuk survival dan taktik pemangsaan. Kuda laut memiliki ekor yang

dapat dililitkan seperti halnya monyet.

Gambar 3. Hyppocampus barbouri

Menurut Dames (2000), ukuran tubuh kuda laut relatif kecil dan komposisi

badannya unik membuat mereka hampir tidak mampu berenang, merupakan

satusatunya ikan yang mampu ditangkap langsung dengan tangan. Selanjutnya

Anonim (2002) menyatakan bahwa panjang kuda laut antara 5 cm – 36 cm

tergantung jenisnya. Taksonomi kuda laut menurut Hidayat dan Silfester (1998)

adalah sebagai berikut :

Phylum            : Chordata

Sub Phylum     : Vertebrata

Class                : Pisces

Sub Class        : Teleostomi

Ordo                : Gasterosteiformes

Page 13: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

Family             : Syngnathidae

Genus              : Hippocampus

Species            : Hippocampus spp

Kuda laut tidak mempunyai sisik seperti halnya ikan lain, tetapi lebih

miripkulit yang diregangkan di atas serangkaian plat tulang, yang memberikan

kenampakanbercincin pada perut dan tubuhnya.

Menurut Simon and Schuster (1997), warna dasar kuda laut berubah –

ubah dari dominan putih menjadi kuning tanah, kadang – kadang punya bintik –

bintik atau garis terang atau gelap. Perubahan tersebut secara perlahan – lahan dari

ujung keujung tergantung pada intensitas cahaya.Walaupun sebagian besar kuda

laut mempunyai warna kecoklat-coklatan alami, warna campuran abu-abu dan

coklat atau bahkan warna hitam agar sesuai dengan lingkungannya, ternyata kuda

laut dapat berubah warna seperti halnya bunglon selama mendekati dan meminang

pasangannya, dan juga untuk bersembunyi dari pemangsa. Ada juga beberapa

jenis yang dapat membuat diri mereka menjadi oranye berpendar hingga ungu

pekat (Hidayat dan Silfester, 1998). Selanjutnya Al Qadri dkk (1998) menyatakan

bahwa perbedaan warna pada kuda laut bukan berarti berbeda jenis, kuda laut

termasuk salah satu hewan yang sering dan sangat mudah berganti warna.

Perbedaan jenis – jenis kuda laut yang paling menonjol adalah terdapatnya duri –

duri atau tulang yang muncul pada setiap cincin (ring) di tubuh dan mahkotanya,

perbedaan lainnya adalah bentuk badannya ada yang langsing dan lebih panjang

dan ada juga yang besar dan lebar.

2.2  ASPEK BIOLOGI

Menurut Al Qodri (1999) sejauh ini beberapa karakteristik biologi kuda laut  yang

telah dipelajari yaitu penyebarannya sedikit atau jarang, jarak habitat yang kecil

dan setia pada pasangan. Semua karakteristik ini menjadikan kuda laut sulit untuk

didapatkan dalam jumlah besar.

Page 14: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

Aspek biologi yang menarik pada kuda laut jantan adalah terdapat kantong

pengeraman telur yang terletak di bawah perut yang dipersembahkan oleh kuda

laut betina. Kantong pengeraman ini terletak di bagian depan dan mempunyai

lubang yang dapat ditutup. Bagian dalam dari kantong pengeraman dapat

mengeluarkan zat yang menjadi makanan bagi anak – anak yang baru menetas.

Anak kuda laut yang baru keluar sudah mempunyai kemampuan untuk berenang

sendiri (Hidayat dan Silfester,1998).

Menurut Mann (1998) kebanyakan spesies kuda laut menghasilkan telur

sekitar 100 – 200 butir, bahkan ada yang mencapai 600 butir telur, induk jantan

akan mengerami anak – anaknya selama 10 – 14 hari di dalam kantong

pengeraman yang

dilengkapi jaringan semacam plasenta untuk suplai oksigen. Tingkah laku kuda

laut pada umumnya berenang ke atas dengan sangat lambat dan tidak seperti cara

berenang ikan pada umumnya. Untuk mengimbangi kemampuan berenang yang

lambat, kuda laut memiliki mulut berbentuk tabung (Moyle and Joseph, 1998).

Selanjutnya Al Qodri dkk (1999) menyatakan bahwa kuda laut adalah hewan

diurnal yaitu hewan aktif pada siang hari atau selama ada penyinaran cahaya

matahari sedang pada malam hari kurang aktif sebagai contoh Hippocampus

whitei di Australia dan Austria. Waktu pemijahan berlangsung baik pada pagi,

siang atau sore hari. Pada siang hari kuda laut melakukan semua aktivitas

kehidupannya secara aktif. Berdasarkan perilaku makannya, kuda laut adalah

pemangsa yang pasif yaitu menunggu makanan yang lewat dan menyerang

mangsanya dengan cara menghisap sampai masuk ke moncongnya. Kamuflase

lingkungan yang baik akan mengelabui mangsanya. Kuda laut akan mencernakan

apapun yang kecil hingga cukup muat dengan mulutnya, kebanyakan crustacea

kecil seperti amphipods, tetapi juga anak-anak ikan dan invertebrata lainnya

(Anonim, 2002).

Page 15: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

Induk kuda laut diperkirakan mempunyai sedikit pemangsa sehubungan dengan

kemampuan menyamar, dengan cara menetap di suatu tempat dan duri pada

tubuhnya yang tak menimbulkan selera. Namun mereka pernah ditemukan di

dalam perut ikan-ikan pelagis besar seperti ikan tuna. Mereka juga dimakan oleh

pinguin dan burung-burung air lainnya. Kuda laut bahkan pernah ditemukan di

dalam perut penyu.

Kepiting mungkin merupakan predator yang paling mengancam. Kuda laut muda

adalah yang paling banyak dijadikan mangsa oleh ikan-ikan lain. Untuk beberapa

populasi kuda laut, manusia merupakan pemangsa yang terbesar (Lourie et al,

1999).

Menurut Hansen and Cummins (2002), arus dapat mengganggu populasi kuda

laut, buangan limbah di tepi pantai dan yang terapung di permukaan menyebabkan

banyak individu kuda laut yang mati dan yang lainnya menghilang. Jangka hidup

alami untuk kuda laut belum diketahui secara pasti. Kebanyakan perkiraan berasal

dari pengamatan di akuarium atau di laboratorium. Jangka hidup yang dikenali

untuk kuda laut sekitar satu tahun untuk jenis yang lebih kecil, sampai rata-rata

tiga hingga lima tahun untuk jenis yang lebih besar (Dames, 2000).

Sebagian besar jenis kuda laut adalah monogami dengan cara membentukikatan

pasangan yang berakhir pada musim perkembangbiakan (dan bahkan ada yang

berakhir setelah beberapa musim perkembangbiakan), walaupun beberapa jenis

tidak mungkin membentuk pasangan yang terikat (Lourie et al, 1999; Dames,

2000).

2.3 ASPEK EKONOMIS

Kuda laut mempunyai nilai pasaran baik di dalam maupun di luar negeri.

Karena memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat yang memanfaatkan

sumberdaya hayati laut tersebut, maka sumberdaya kuda laut harus dikelola secara

baik dan lestari.

Page 16: Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut

Manfaat kuda laut adalah sebagai obat tradisional, ikan akuarium, cinderamata,

dan makanan tonic. Obat Tradisional Cina (TCM) merupakan pasar

terbesar untuk perdagangan kuda laut (Hansen and Cummins, 2002). Pada

berbagai zaman di seluruh sejarah medis barat, kuda laut digunakan untuk

membantu produksi air susu ibu, menyembuhkan kebotakan, rabies, lepra

danpenyakit anjing gila, dan akan menyebabkan kematian jika dicampur dengan

anggur (Whitley, 1998). Di jepang kuda laut digunakan sebagai jimat bagi ibu –

ibu hamil dengan harapan dapat melahirkan bayi dengan lancar dan selamat

(Okamura and Amaoka, 1997). Untuk masa sekarang ini pengobatan timur telah

mengeringkan dan menggiling kuda laut yang digunakan sebagai obat gejala-

gejala penyakit mulai dari impotensi, sakit asma, jantung, ginjal, kulit dan gondok

(Lourie et al, 1999).

2.3.1 HAMBATAN DAN GANGGUAN

A: KE KURANGAN DANA

B: KE KURANGAN OBAT FAKSIN

2.3.2 CARA MENGATASI HAMBATAN DAN GANGGUAN

Dengan cara menaikan tongkat di pasang jaring agar sampah tidak masuk

dan pengaliran menjadi lancar