HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama...

109
HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT TERHADAP ZONA BUDIDAYA BAHARI DESA KEMUJAN TNKJ NUR HANNAH MUTHOHHAROH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama...

Page 1: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA

RUMPUT LAUT TERHADAP ZONA BUDIDAYA BAHARI

DESA KEMUJAN TNKJ

NUR HANNAH MUTHOHHAROH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal
Page 3: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hak Kepemilikan dan

Persepsi Pembudidaya Rumput Laut terhadap Zona Budidaya Bahari Desa

Kemujan TNKJ adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Nur Hannah Muthohharoh

NIM I34100022

Page 4: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

ABSTRAK

NUR HANNAH MUTHOHHAROH. Hak Kepemilikan dan Persepsi Pembudidaya

Rumput Laut terhadap Zona Budidaya Bahari Desa Kemujan TNKJ. Dibimbing

oleh ARIF SATRIA.

Penelitian ini bertujuan menganalisis sistem hak kepemilikan lahan budi daya

rumput laut, persepsi mengenai Zona Budidaya Bahari, dan hubungan antara

persepsi dengan tingkat kepatuhan aturan Zona Budidaya Bahari. Metode penelitian

ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan

secara de jure pembudidaya rumput laut memiliki hak akses dan hak pemanfaatan,

namun secara de facto memiliki hak akses, hak pemanfaatan, hak pengelolaan, dan

hak eksklusi. Perbedaan ini menunjukkan bahwa hak kepemilikan masih belum

terdefinisi secara jelas, sehingga dapat memicu konflik hak kepemilikan. Secara

umum, pembudidaya rumput laut memiliki persepsi yang rendah mengenai Zona

Budidaya Bahari. Perbandingan pembudidaya rumput laut yang patuh dan tidak

patuh terhadap aturan perlindungan aturan biota adalah seimbang. Kepatuhan

terhadap aturan perlindungan biota dicirikan oleh moralitas. Selain itu, terdapat

motif lain yang melatarbelakangi kepatuhan. Hal ini berkaitan dengan hasil uji

hubungan yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara persepsi dan tingkat

kepatuhan mengenai Zona Budidaya Bahari.

Kata kunci: budi daya rumput laut, hak kepemilikan, persepsi, TNKJ

ABSTRACT

NUR HANNAH MUTHOHHAROH. Property Rights and Seaweed Cultivators

Perception of Budidaya Bahari Zone in Kemujan Village TNKJ. Supervised by

ARIF SATRIA.

This study aims to analyze the property right system of seaweed culture,

perception about Budidaya Bahari Zone, and the relationship between perception

and compliance level of Budidaya Bahari Zone rules. This study uses qualitative

and quantitative methods. The results shows as de jure, seaweed cultivators have

access right and withdrawl right, but as de facto, they have access right, withdrawl

right, management right, and exclusion right. This difference shows that the

property right is not clearly defined, so it can lead to conflict of property right. In

general, seaweed cultivators have a low perception of the biota protection rules. The

comparison between seaweed cultivators that comply and not comply the biota

protection rules is equal. The compliance is characterized by morality. In addition

there is another motive behind the compliance. This is related to correlation tests

that shows no relationship between the perception and the level of compliance of

Budidaya Bahari Zone.

Keywords: seaweed culture, property rights, perception, TNKJ

Page 5: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA

RUMPUT LAUT TERHADAP ZONA BUDIDAYA BAHARI

DESA KEMUJAN TNKJ

NUR HANNAH MUTHOHHAROH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

Judul Skripsi : Hak Kepemilikan dan Persepsi Pembudidaya Rumput Laut

terhadap Zona Budidaya Bahari Desa Kemujan TNKJ

Nama : Nur Hannah Muthohharoh

NIM : I34100022

Disetujui oleh

Dr Arif Satria, SP MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 7: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan skripsi yang berjudul

“Hak Kepemilikan dan Persepsi Pembudidaya Rumput Laut terhadap Zona

Budidaya Bahari Desa Kemujan TNKJ” dapat diselesaikan dengan baik. Laporan

skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik

karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis

menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta, khususnya Ayahanda

Muhammad Jawahir dan Ibunda Shofiyatin atas doa, dukungan, dan kasih sayang

yang telah diberikan. Dr Arif Satria, SP MSi selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan kritik dan saran, serta terselip berbagai motivasi dan inspirasi selama

proses penulisan laporan skripsi ini. Pembudidaya rumput laut Desa Kemujan pada

khususnya dan masyarakat Desa Kemujan pada umumnya yang telah membagi

cerita, pengalaman hidup, dan hal-hal baru. Balai Taman Nasional Karimunjawa

yang telah memberikan kesempatan dan bantuan bagi penulis untuk melaksanakan

penelitian di TNKJ. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah

memberikan bantuan biaya pendidikan dan penelitian. Sahabat, rekan-rekan

sebimbingan, keluarga besar Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi

Manusia (BEM FEMA) Kabinet Sinekologi dan Kabinet Trilogi, keluarga besar

Organisasi Mahasiswa Daerah IMAGORA, keluarga besar mahasiswa Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 47 atas

kebersamaannya selama ini, serta semua pihak yang telah memberikan dorongan,

doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan skripsi ini masih belum

sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis

harapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2014

Nur Hannah Muthohharoh

Page 8: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Kerangka Pemikiran 15

Hipotesis Penelitian 18

Definisi Konseptual 18

Definisi Operasional 19

PENDEKATAN LAPANGAN 223

Metode Penelitian 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Teknik Pemilihan Responden dan Informan 23

Teknik Pengumpulan Data 24

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 24

GAMBARAN UMUM DESA KEMUJAN 26

Kondisi Geografi dan Demografi 27

Kondisi Sosial dan Ekonomi 28

ZONA BUDIDAYA BAHARI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA 31

Taman Nasional Karimunjawa 31

Zona Budidaya Bahari 32

Aturan Zona Budidaya Bahari 33

Ikhtisar 34

BUDI DAYA RUMPUT LAUT DI DESA KEMUJAN 35

Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa Kemujan 35

Pola Penanaman Rumput Laut 37

Karakteristik Usaha Budi Daya Rumput Laut di Desa Kemujan 39

Permasalahan 39

Page 9: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

Ikhtisar 40

SISTEM HAK KEPEMILIKAN LAHAN BUDI DAYA RUMPUT LAUT DI

PERAIRAN PULAU KEMUJAN 42

Karakteristik Pemanfaatan Lahan Budi Daya Rumput Laut 44

Aturan Hak Kepemilikan 46

Hak Kepemilikan Berdasarkan Bundle of Rights 49

Potensi Konflik Hak Kepemilikan Sumber Daya 51

Ikhtisar 54

PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT MENGENAI ZONA

BUDIDAYA BAHARI 55

Persepsi Mengenai Aturan Perlindungan Biota 56

Persepsi Mengenai Sanksi Pelanggaran 57

Tingkat Kepatuhan Aturan Zona Budidaya Bahari 62

Ciri Kepatuhan Aturan Zona Budidaya Bahari 68

Legitimasi Aturan Zona Budidaya Bahari 70

Potensi Konflik Pengelolaan Sumber Daya 73

Ikhtisar 74

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN ATURAN

ZONA BUDIDAYA BAHARI 75

Hubungan Persepsi Aturan Perlindungan Karang dengan Tingkat Kepatuhan

Aturan Perlindungan Karang 77

Hubungan Persepsi Aturan Perlindungan Penyu dengan Tingkat Kepatuhan

Aturan Perlindungan Penyu 78

Hubungan Persepsi Sanksi Pelanggaran Perlindungan Karang dengan Tingkat

Kepatuhan Aturan Perlindungan Karang 79

Hubungan Persepsi Sanksi Pelanggaran Perlindungan Penyu dengan Tingkat

Kepatuhan Aturan Perlindungan Penyu 80

Hubungan Persepsi Mengenai Zona Budidaya Bahari dengan Tingkat

Kepatuhan Aturan Zona Budidaya Bahari 81

Ikhtisar 82

SIMPULAN DAN SARAN 83

Simpulan 83

Saran 84

DAFTAR PUSTAKA 85

LAMPIRAN 91

RIWAYAT HIDUP 97

Page 10: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

DAFTAR TABEL

1 Matriks karakteristik usaha budi daya rumput laut 7

2 Matriks jenis ideal rezim kepemilikan yang relevan dengan sumber daya

bersama 8

3 Matriks status kepemilikan sumber daya alam 10

4 Matriks kasus-kasus hak dan status kepemilikan sumber daya dalam kegiatan

budi daya perairan 11

5 Kasus-kasus potensi konflik dan konflik wilayah perairan dalam aktivitas

budi daya 15

6 Matriks stakeholder dan kepentingannya pada pengelolaan wilayah perairan

Pulau Kemujan 28

7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Kemujan menurut mata

pencaharian 29

8 Perbandingan zona yang difungsikan sebagai kegiatan budi daya tahun 2005

dan 2012 32

9 Matriks dasar hukum pemanfaatan zonasi Taman Nasional Karimunjawa 34

10 Karakteristik usaha budi daya rumput laut di Desa Kemujan 39

11 Kalender Musim penanaman rumput laut Desa Kemujan 41

12 Matriks rujukan aturan formal pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa 46

13 Matriks perbandingan rujukan aturan pemanfaatan wilayah perairan 47

14 Matriks aturan hak kepemilikan lahan budi daya rumput laut secara de

facto 49

15 Matriks tipe hak kepemilikan lahan budi daya rumput laut secara de jure dan

de facto 50

16 Jumlah dan persentase responden menurut pengetahuan definisi dan lokasi

Zona Budidaya bahari 55

17 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi aturan perlindungan

karang 56

18 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi aturan perlindungan

penyu 57

19 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi aturan perlindungan biota

58

20 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi sanksi pelanggaran

perlindungan karang 59

21 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi sanksi pelanggaran

perlindungan penyu 60

22 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi sanksi pelanggaran aturan

perlindungan biota 60

23 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi mengenai Zona Budidaya

Bahari 61

24 Jumlah dan persentase responden menurut keikutsertaan dalam sosialisasi

TNKJ 61

25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepatuhan aturan perlindungan karang 62

26 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepatuhan aturan

perlindungan penyu 63

Page 11: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

27 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepatuhan aturan

perlindungan biota 66

28 Jumlah dan persentase responden menurut keikutsertaan dalam mengawasi

aturan Zona Budidaya Bahari 66

29 Jumlah dan persentase responden menurut keikutsertaan dalam

mensosialisasikan aturan Zona Budidaya Bahari 67

30 Jumlah dan persentase responden menurut ciri kepatuhan aturan perlindungan

karang 68

31 Jumlah dan persentase responden menurut motif ketidakpatuhan aturan

perlindungan karang 69

32 Jumlah dan persentase responden menurut ciri kepatuhan aturan perlindungan

penyu 70

33 Jumlah dan persentase responden menurut motif ketidakpatuhan aturan

perlindungan penyu 70

34 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi aturan perlindungan

karang dan tingkat kepatuhan aturan pelindungan karang 78

35 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi aturan perlindungan

penyu dan tingkat kepatuhan aturan perlindungan penyu 78

36 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi sanksi pelanggaran

perlindungan karang dan tingkat kepatuhan aturan perlindungan karang 79

37 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi sanksi pelanggaran

perlindungan penyu dan tingkat kepatuhan aturan perlindungan penyu 80

38 Jumlah dan persentase persepsi Zona Budidaya Bahari dan tingkat kepatuhan

aturan perlindungan biota 81

DAFTAR GAMBAR

1 Klasifikasi umum sumber daya 9

2 Kerangka pemikiran 17

3 Sketsa penggunaan lahan yang sesuai di Dusun Batulawang 44

4 Sketsa penggunaan lahan yang sesuai di Dusun Telaga 45

5 Sketsa penggunaan lahan yang sesuai di Dusun Mrican 45

6 Sebaran lokasi budi daya rumput laut di perairan Pulau Kemujan 53

7 Pemasangan jaring dengan pelampung 65

8 Pemasangan jaring di bawah rumput laut 65

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Zona Budidaya Bahari di perairan Pulau Kemujan Taman Nasional

Karimunjawa 91

2 Kerangka sampling 92

3 Hasil uji korelasi 94

4 Dokumentasi 96

Page 12: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal
Page 13: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumput laut memiliki nilai komersial tinggi yang dapat dikembangkan di

wilayah perairan. Pusdatin KKP (2011) mencatat bahwa volume produksi

perikanan budi daya rumput laut mengalami kenaikan sebesar 9.96% yaitu sejumlah

3 915 017 ton menjadi 4 305 027 ton pada kurun waktu tahun 2010-2011. Kenaikan

volume produksi lebih tinggi jika dilihat dari tahun 2007-2011 yaitu sebesar

26.08%. Akan tetapi, volume produksi dalam negeri ini hanya mampu

menyumbang penyediaan rumput laut dunia sebesar 0.28% dari angka ekspor yang

dilakukan. Produksi rumput laut yang diekspor juga mengalami penurunan dari

tahun 2007-2008 sebesar 37.17%. Hal ini menyebabkan pemerintah menginisiasi

peningkatan produktivitas rumput laut melalui industrialisasi, didasarkan bahwa

bahwa potensi rumput laut di Indonesia belum dikembangkan secara optimal

(Pemerintah ... 2013).

Upaya pengembangan rumput laut tentunya membutuhkan penambahan

luasan wilayah budi daya, tidak terkecuali wilayah yang ditetapkan sebagai

kawasan konservasi. Salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan

konservasi dan berpotensi tinggi untuk budi daya rumput laut adalah kepulauan

Karimunjawa. Budi daya rumput laut di Karimunjawa mulai dikenalkan kepada

masyarakat pada tahun 2000 sebagai salah satu alternatif mata pencaharian untuk

menghindari kerusakan alam yang lebih tinggi akibat aktivitas penangkapan ikan

dan pemanfaatan kelautan lainnya (Setyaningsih 2011). Kepulauan Karimunjawa

ditetapkan sebagai taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan

Perkebunan No. 78/Kpt-II/1999 yang menggantikan statusnya sebagai kawasan

Cagar Alam. Sejalan dengan penetapan ini, maka pengelolaan kawasan Taman

Nasional Karimunjawa (selanjutnya disingkat menjadi TNKJ) harus didasarkan

pada penyusunan zonasi sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah

No. 28/2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian

Alam.

Sistem zonasi yang disusun di TNKJ telah mengalami dua kali perubahan dari

tahun 1989 dubah pada tahun 2005 dan kembali mengalami perubahan pada tahun

2012. Perubahan zonasi pada tahun 2005 didasarkan bahwa zonasi yang ditetapkan

belum mengakomodir berbagai kepentingan terutama dari aspek ekologi, sosial,

ekonomi, serta budaya termasuk kearifan lokal sehingga banyak terjadi tumpang

tindih kebijakan berbagai pihak, baik di tingkat propinsi maupun kabupaten.

Selanjutnya perubahan zonasi di tahun 2012 didasarkan bahwa zonasi yang telah

direvisi tahun 2005 belum mengakomodir pulau-pulau kecil yang ada di dalam

kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Selain itu, zonasi tersebut masih dianggap

kurang tepat baik luasan maupun letaknya (BTNKJ 2012). Terdapat sembilan zona

yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan

Konservasi Alam No: SK. 28/IV-ET/2012 Tentang Zonasi Taman Nasional

Karimunjawa, salah satunya adalah Zona Budidaya Bahari seluas 1 370.729 ha dari

total luasan wilayah penetapan taman nasional seluas 111 625 ha. Budi daya rumput laut menjadi salah satu potensi sumber daya kelautan yang

banyak dilakukan oleh masyarakat Karimunjawa dan tercatat mampu memberikan

Page 14: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

2

manfaat langsung yang diterima masyarakat mencapai 13 miliar rupiah per tahun

(Nababan et al. 2010 dikutip BTNKJ 2012). BTNKJ (2012) juga mencatat bahwa

terdapat 13 lokasi budi daya rumput laut yang ada di kawasan Taman Nasional

Karimunjawa. Luas masing-masing lokasi budi daya tersebut bervariasi dari 0.771

ha di Blok Legon Lele hingga 476.337 ha yang berada di sebelah barat Pulau

Kemujan. Secara keseluruhan hingga tahun 2009 terdapat 1 258.969 ha wilayah

perairan Taman Nasional Karimunjawa yang digunakan sebagai lokasi budi daya

rumput laut. Sebelum adanya perubahan zonasi tahun 2012, luasan tersebut telah

melebihi luas zona budi daya yang ada dan telah memanfaatkan kawasan zona lain

seperti zona pemanfaatan perikanan tradisional, padahal Kementerian Kelautan dan

Perikanan berkerjasama dengan pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten

Jepara mencanangkan gerakan peningkatan produksi perikanan melalui program

minapolitan (Setyaningsih 2011). Apabila hal ini terus dikembangkan, maka

memerlukan penambahan luasan wilayah perairan untuk budi daya rumput laut.

Budi daya rumput laut dapat dikembangkan di wilayah perairan dengan

spesifikasi tertentu. Wilayah perairan sendiri secara de facto dikenal sebagai

sumber daya akses terbuka dimana setiap orang mampu mengakses sumber daya

yang ada. Sifat sumber daya ini memicu kompetisi setiap pihak untuk

memanfaatkan potensi yang ada sehingga memungkinkan adanya penurunan

kemampuan sumber daya alam dalam memberikan manfaat bagi penggunanya.

Fenomena ini dijelaskan oleh Hardin yang dikutip Adhuri (2006) sebagai the

tragedy of the common. Konsep ini menjelaskan bahwa karena ketiadaan konsep

kepemilikan terhadap sumber daya laut, maka setiap orang akan berlomba dengan

mengeksploitasi sumber daya secara maksimal. Akibatnya akan terjadi eksploitasi

yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan sumber daya alam.

Konservasi merupakan salah satu alternatif pengelolaan untuk menghindari

terjadinya penurunan kualitas sumber daya alam, namun penetapannya masih

bersifat sentralistik. Pengelolaan TNKJ sebagai salah satu bentuk konservasi

termasuk dalam tipe sumber daya alam yang dikuasai negara atau disebut sebagai

state property (Berkes 1989). Penguasaan negara tercantum dalam UU No.5/1990

Tentang Konservasi Sumber daya Alam dan Ekosistem sebagai landasan hukum

pengelolaan TNKJ. Hartono et al. (2012) menjelaskan bahwa penetapan kawasan

konservasi secara sentralistik mampu mengubah sistem hak kepemilikan sumber

daya pesisir. Namun, penyusunan zonasi tetap memberikan akses pemanfaatan bagi

masyarakat. Pemanfaatan secara tradisional juga diatur dalam PP No. 28/2011 Pasal

49 ayat 3b mengenai perlunya pembuatan izin pemanfaatan wilayah konservasi.

Izin yang oleh pemerintah diberikan menunjukkan bahwa secara formal,

pemerintah membuka akses pemanfaatan dan memberikan hak pemanfaatan

berdasarkan kriteria tertentu. Pemberian akses bagi masyarakat untuk melakukan

budi daya rumput laut di TNKJ adalah melalui penetapan Zona Budidaya Bahari.

Pembudidaya rumput laut merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

memiliki sistem aturan dalam berbagai hal, termasuk pengelolaan sumber daya

alam. Masyarakat merupakan pihak yang terlibat dalam pemanfaatan sumber daya

alam bagi pemenuhan kebutuhan hidup dan berkembang pula aturan lokal (de facto)

yang juga mengatur hak kepemilikan sumber daya alam (Larson 2013). Apabila

tidak terdapat kejelasan hak, maka mampu memicu konflik sumber daya alam

hingga kerusakan lingkungan yang semakin parah, padahal wilayah konservasi

yang ditetapkan oleh pemerintah merupakan respon atas peningkatan kerusakan

Page 15: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

3

wilayah perairan yang terjadi. Hidayati (2009) menjelaskan bahwa upaya

pengembangan usaha budi daya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang,

Kabupetan Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan belum diimbangi dengan adanya

pengaturan dan penataan ruang perairan. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang

tindih dengan kegiatan lain, pertentangan antarsesama anggota masyarakat, serta

munculnya berbagai penyakit akibat padatnya aktivitas budi daya rumput laut.

Selain itu, pembudidaya rumput laut sebagai pengguna langsung berperan

dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan taman nasional melalui persepsi,

pemberian legitimasi, dan implementasi aturan. Menurut Jentoft (2000), aturan

pengelolaan sumber daya perikanan oleh pemerintah banyak dipengaruhi oleh

perspektif ilmu biologi dan konteks global, sehingga tinjauan dari sisi sosial sangat

penting dilakukan khususnya pada pengembangan budi daya rumput laut. Hal

penting lainnya adalah adanya dukungan dari masyarakat dalam implementasi

aturan-aturan yang telah disusun oleh pemerintah. Apabila terdapat perbedaan

pandangan antara masyaraktat dengan pihak pengelola juga mampu menimbulkan

konflik. Kaitannya dengan pengembangan budi daya rumput laut di TNKJ, penting

untuk dianalisis hak kepemilikan dan persepsi masyarakat terhadap Zona Budidaya

Bahari sebagai wilayah yang difungsikan sebagai budi daya rumput laut.

Perumusan Masalah

Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang potensial dikembangkan

di wilayah Kepulauan Karimunjawa. TNKJ dikelola oleh pemerintah sesuai dengan

UU No.5/1990 Tentang Konservasi. Masyarakat diberi akses pemanfaatan sumber

daya berdasarkan sistem zonasi. Namun pada kenyataannya metode budi daya

rumput laut memanfaatkan lahan perairan yang secara umum membuat batasan-

batasan wilayah perairan melalui tali yang difungsikan sebagai pengait bibit rumput

laut yang diduga sekaligus sebagai batas wilayah. Lokasi budi daya rumput laut di

wilayah Karimunjawa telah ditentukan berdasarkan sistem Zonasi TNKJ yang

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan

Konservasi Alam No: SK. 28/IV-ET/2012 Tentang Zonasi Taman Nasional

Karimunjawa yaitu dilaksanakan pada Zona Budidaya Bahari.

Sistem zonasi merupakan salah satu bentuk pengelolaan sumber daya alam

yang mengupayakan keseimbangan pembangunan dan konservasi. Masyarat turut

memiliki peran dalam mengupayakan keberhasilan konservasi melalui persepsi,

kepatuhan, dan pemberian legitimasi aturan. Berdasarkan uraian tersebut, maka

secara spesifik rumusan masalah penelitian ini meliputi:

1. bagaimana sistem hak kepemilikan lahan budi daya rumput laut di TNKJ?

2. bagaimana persepsi pembudidaya rumput laut mengenai zona Budidaya

Bahari? Apakah disertai dengan:

a. kepatuhan terhadap aturan Zona Budidaya Bahari? Apa ciri kepatuhan

yang menyertainya?

b. pemberian legitimasi aturan Zona Budidaya Bahari?

3. bagaimana hubungan antara persepsi dengan tingkat kepatuhan aturan

pengelolaan Zona Budidaya Bahari?

Page 16: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

4

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. sistem hak kepemilikan lahan budi daya rumput laut;

2. persepsi pembudidaya rumput laut, serta:

a. kepatuhan dan ciri kepatuhan terhadap aturan Zona Budidaya Bahari

b. pemberian legitimasi aturan Zona Budidaya Bahari

3. hubungan antara persepsi dengan tingkat kepatuhan aturan Zona Budidaya

Bahari;

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai sistem hak

kepemilikan sumber daya perairan dalam aktivitas budi daya rumput laut di wilayah

TNKJ. Secara lebih khusus, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya adalah:

1. Bagi kalangan akademisi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan mengenai sistem

hak kepemilikan lahan budi daya rumput laut di wilayah konservasi, persepsi

penetapan zonasi wilayah konservasi, kepatuhan aturan di wilayah konservasi,

dan bentuk legitimasi aturan pengelolaan kawasan konservasi.

2. Bagi pemerintah

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para pengambil kebijakan

(decision maker) dalam pencapaian tujuan konservasi dan pembangunan

berkelanjutan khususnya sektor perikanan dan kelautan. Kebijakan yang

dilakukan berkaitan pengelolaan wilayah konservasi yang dilakukan

berdasarkan perspektif ilmu sosial.

3. Bagi masyarakat

Penelitian ini mampu menambah wawasan masyarakat mengenai hal-hal

yang menjadi penentu hak kepemilikan sumber daya lahan budi daya rumput

laut serta peran masyarakat dalam pencapaian tujuan konservasi.

Page 17: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Wilayah Konservasi Kelautan

1) Pelaksanaan Konservasi Kelautan di Indonesia

Berdasarkan UU No. 1/2014 Tentang Perubahan UU No. 27/2007 Tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Konservasi Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil didefinisikan sebagai “... upaya perlindungan, pelestarian,

dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta ekosistemnya untuk

menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan Sumber Daya Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragamannya...”. Namun, Undang-undang No. 5/1990 Tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati masih menjadi referensi utama dalam pelaksanaan

konservasi baik pada sektor kehutanan dan perairan (Satria et al., 2006a). Hal ini

dikarenakan wewenang pengelolaan kawasan konservasi dalam bentuk taman

nasional kawasan kehutanan dan perairan masih berada pada Kementrian

Kehutanan.

Berdasarkan UU No. 5/1990, pelaksanaan konservasi dibedakan dalam

bentuk kawasan suaka alam (KSA) dan kawasan pelestarian alam (KPA). KSA

terdiri atas cagar alam dan suaka marga satwa, sedangkan KPA terdiri atas taman

nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Bentuk-bentuk konservasi

secara umum disertai dengan aturan pengelolaan berupa sistem zonasi. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 28/2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan

Kawasan Pelestarian Alam, zonasi pengelolaan kawasan taman nasional meliputi

zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, dan/atau zona lain sesuai dengan

keperluan masing-masing wilayah dan kriteria tertentu. Menurut Suparno (2009),

penyusunan zonasi dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: (1)

mempertimbangkan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah Pusat dan Daerah, kepentingan masyarakat dan hak-hak ulayat, serta

kepentingan yang bersifat khusus; (2) pendekatan bio-ekoregion dimana ekosistem

pesisir dibentuk oleh sub-ekosistem yang saling terkait satu sama lain; (3)

pengumpulan data dan informasi yang dapat digali dari persepsi masyarakat yang

hidup di sekitar ekosistem tersebut, terutama konteks historis.

Satria (2009a) memandang bahwa dalam perspektif ilmu sosial, konservasi

bukan suatu metode atau konsep yang berlaku secara universal, melainkan hasil

konstruksi sosial komunitas akademik di Barat yang berusaha diterapkan di negara

dunia ketiga. Padahal, sebenarnya setiap masyarakat telah memiliki konstruksi

sendiri atas konservasi. Penetapan kebijakan konservasi Indonesia sendiri masih

bersifat sentralistik. Wilayah konservasi yang ditetapkan secara sentralistik mampu

mengubah sistem hak kepemilikan sumber daya (Hartono et al. 2012).

Desentralisasi pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan mengalami

perjalanan evolusi yang dijelaskan oleh Satria dan Matsuda (2004) meliputi

dekonsentrasi, delegasi, dan devolusi. Devolusi menjadi bentuk desentralisasi yang

efektif seperti yang terjadi pada kasus awig-awig di Lombok Barat. Masyarakat lokal membuat aturan bersama secara tertulis dalam mengelola sumber daya

perikanan. Pelaksanaannya terbukti efektif dalam mengatasi permasalahan

Page 18: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

6

kerusakan sumber daya perikanan dan kelautan. Hal ini dikarenakan kesepakatan

dibuat dari bawah dan melibatkan partisipasi masyarakat lokal.

2) Konservasi dan Pembangunan Berkelanjutan

Berdasarkan Pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 32/1999 Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup, pembangunan berkelanjutan adalah “... upaya

sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi

ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta

keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan

generasi masa depan. ...” Pembangunan berkelanjutan menjadi paradigma

pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah didasarkan atas adanya berbagai

dampak lingkungan akibat aktivitas ekonomi.

Dorongan untuk meningkatkan produktivitas rumput laut terus dilakukan

oleh pemerintah salah satunya melalui program pengembangan minapolitan

(Minapolitan ... 2013). Pengembangan usaha budi daya rumput laut di wilayah

konservasi mengharuskan berbagai pertimbangan yang mengarah pada

keberlanjutan taman nasional. Adapun salah satu faktor yang memengaruhi

pengelolaan taman nasional adalah kelembagaan pengelolaan taman nasional

(Clifton 1993 dikutip Purwanti et al. 2008). Pengelolaan TNKJ sendiri saat ini

dilaksanakan berdasarkan prinsip kolaboratif (co-management), sehingga

kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang akuntabel. Hal yang

mencirikan kelembagaan yang akuntabel meliputi batas yurisdiksi, hak kepemilikan,

dan aturan representasi dari masing-masing stakeholder (Purwanti et al. 2008).

Karakteristik Usaha Budi Daya Rumpul Laut

Rumput laut tumbuh di daerah perairan yang dangkal dengan kondisi dasar

perairan berpasir, sedikit lumpur, atau campuran keduanya dan melekatkan dirinya

pada karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya (Hidayati 2009). Rumput

laut dihasilkan melalui aktivitas budi daya di wilayah perairan. Karakteristik usaha

budi daya rumput laut berhubungan dengan berbagai aspek. Apabila ditinjau dari

metode yang digunakan, usaha budi daya rumput laut secara umum menggunakan

metode sebagai berikut:

1) Metode dasar dilakukan dengan mengikat bibit tanaman pada karang atau

balok semen kemudian disebar pada dasar perairan (Kamlasi 2008).

2) Metode lepas dasar yang dilakukan di atas dasar perairan yang berpasir atau

pasir berlumpur dan terlindung dari hempasan gelombang besar (Sudradjat

2008 dikutip Setyaningsih 2011). Metode ini menggunakan kerangka yang

dibuat dari batok kayu atau bambu di dasar perairan untuk mengikat tali

(Anggadiredja 2006 dikutip Samad 2011; Kamlasi 2008).

3) Metode rakit apung yang dilakukan dengan cara mengikat rumput laut pada tali

dan diikatkan pada rakit apung yang terbuat dari bambu (Sudradjat 2008

dikutip Setyaningsih 2011).

4) Metode rawai dan dikenal dengan istilah longline yang menggunakan tali

panjang yang dibentangkan (Sudradjat 2008 dikutip Setyaningsih 2011;

Anggadiredja 2006 dikutip Samad 2011 ).

5) Metode jalur yang merupakan kombinasi antara metode rakit apung dengan

rawai (Sudradjat 2008 dikutip Setyaningsih 2011).

Page 19: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

7

Tabel 1 Matriks karakteristik usaha budi daya rumput laut

Aspek Kategori Klasifikasi

Teknis Lokasi Aktivitas budi daya di darat dan laut (Mansyur 2010)

Kedalaman Kedalaman yang sangat sesuai adalah 1-10 m (Sirajuddin

2008)

Sosial Relasi antarpihak Tenaga kerja dari anggota keluarga dan pelibatan

perempuan, adanya prinsip saling ketergantungan

antara petani rumput laut dengan pedagang

pengumpul (Hidayati, 2009)

Sistem patron-klien (Kurniawan 2003 dikutip

Hidayati 2009)

Rantai pemasaran Nelayan/petani rumput, pedagang pengumpul, pedagang

besar, dan eksportir (Hidayati 2009)

Ekonomi Skala usaha Musiman dan tahunan (Mansyur 2008)

Pemodal besar dan pemodal kecil (Hidayati 2009)

Metode yang digunakan disesuaikan dengan kondisi perairan yang berbeda

(Kamlasi 2008). Secara umum, budi daya rumput laut menggunakan lahan perairan

hingga dasar laut. Terdapat tali yang digunakan dalam metode budi daya rumput

laut berfungsi sebagai pengikat rumput laut. Karakteristik usaha budi daya rumput

laut juga dapat ditinjau dari aspek lainnya sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.

Rezim Kepemilikan Sumber Daya Alam

Menurut Sumardjono et al. (2009), “... rezim merupakan kelembagaan sosial

(social institution) yang mengatur aksi-aksi yang terlibat di dalam aktivitas atau sekelompok aktivitas tertentu ...”. Secara yuridis, penguasaan atas sumber daya

alam di Indonesia mengacu pada penguasaan oleh negara sebagaimana yang

tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 bahwa bumi dan air serta seluruh

kekayaan alam yang dikandung didalamnya dikuasai oleh negara. Menurut

Mawuntu (2012), hak penguasaan negara ialah negara melalui pemerintah memiliki

kewenangan untuk menentukan penggunaan, pemanfaatan dan hak atas sumber

daya alam dalam lingkup mengatur, mengurus, mengelola, dan mengawasi

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam.

Penguasaan oleh negara khususnya dalam sumber daya kelautan dan

perikanan terlihat pada masa Orde Baru, dimana sistem pemerintahan yang sedang

berlangsung adalah sistem sentralistik. Menurut Satria dan Matsuda (2004), sistem

sentralistik mampu mengakibatkan penurunan potensi sumber daya perikanan dan

kelautan, dikarenakan secara de facto, wilayah perairan bersifat terbuka sehingga

mendorong terjadinnya persaingan bebas. Lebih lanjut, Satria dan Matsuda (2004)

menjelaskan bahwa desentralisasi mulai diberlakukan berdasarkan UU No. 22/1999

Tentang Pemerintah Daerah. Perubahan sistem pemerintahan berpengaruh terhadap

rezim penguasaan atas sumber daya alam. Berkes (1989) membedakan rezim

kepemilikan sumber daya alam menjadi empat macam yang dijelaskan pada Tabel

2.

Page 20: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

8

Tabel 2 Matriks jenis ideal rezim kepemilikan yang relevan dengan sumber

daya bersama

Jenis rezim Definisi

Open acces

(res nullius)

(Grotius [tahun tidak

diketahui] dikutip Berkes

1989)

Bebas untuk semua; hak penggunaan sumber daya tidak eksklusif

dan tidak dapat dipindahtangankan (Grima et al. [tahun tidak

diketahui] dikutip Berkes 1989); hak ini dimiliki bersama tetapi

memiliki akses terbuka untuk semua orang (dan karena itu properti

tidak pada satu orang) (Gibbs dan Bromley [tahun tidak diketahui]

dikutip Berkes 1989).

State property

(res publica)

Kepemilikan dan kontrol pengelolaan dipegang oleh negara bangsa

atau yang berada di pihak atas; sumberdaya publik yang digunakan-

dan hak akses belum ditentukan (Berkes 1989)

Communal property

(res communes)

Penggunaan hak untuk sumber daya dikendalikan oleh kelompok

yang dapat diidentifikasi dan tidak dimiliki secara pribadi atau

dikelola oleh pemerintah; terdapat aturan tentang siapa yang dapat

menggunakan sumber daya, siapa yang dibatasi dari penggunaan

sumber daya, dan bagaimana sumber daya harus digunakan (Jacobs

dan Munro (1987); Bromley (1985) dikutip Berkes (1989); sistem

pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat; milik bersama

(Bishop (1975); Bromley (1985); Ostrom (1986); bromley (1989)

dikutip Berkes (1989).

Sumber: Berkes (1989)

Melengkapi konsep rezim private property pada Tabel 2, Bromley [tahun

tidak diketahui] dikutip Satria (2009a) menjelaskan bahwa terdapat empat rezim

kepemilikan sumber daya alam, salah satunya adalah rezim swasta (baik individual

maupun korporat). Rezim kepemilikan ini biasanya merupakan hak kepemilikan

yang bersifat temporal (dalam jangka waktu tertentu) karena izin pemanfaatan yang

diberikan oleh pemerintah. Selain itu, dijelaskan pula bahwa rezim sumber daya

alam yang lainnya meliputi sumber daya akses terbuka, rezim negara, dan rezim

komunal.

Aturan Hak Kepemilikan Sumber Daya Alam

Salah satu hal yang mempengaruhi hak kepemilikan adalah adanya aturan hak

kepemilikan (Hanna dan Munasinghe 1995). Aturan pengelolaan sumber daya alam

menunjukkan bahwa pada kenyataannya hakikat hak tenurial dapat dipandang

secara de jure dan de facto. Hak menurut undang-undang atau de jure berkenaan

dengan seperangkat aturan yang dibuat dan dilindungi oleh negara (misalnya, bukti

kepemilikan yang terdaftar, kontrak konsesi, peraturan perundang-undangan

tentang kehutanan). Hak de facto merupakan pola interaksi yang ditetapkan di luar

lingkup hukum formal. Hak dalam kenyataannya jauh lebih rumit dari yang

ditetapkan pada hukum secara de jure. Seperangkat hak mungkin mencakup

gabungan hak yang didefinisikan oleh hukum perundang-undangan (de jure) dan

hak dengan definisi setempat (Larson 2013).

Apabila objek sumber daya yang diperebutkan berada di wilayah konservasi,

maka penetapan hak kepemilikan juga erat kaitannya dengan aturan mengenai

wilayah konservasi. Penetapan aturan hak kepemilikan sangat erat kaitannya

dengan peran pemerintah. Prinsip pemerintahan yang sesuai adalah pemerintahan yang dapat memastikan peraturan yang konsisten di berbagai tingkat kewenangan

dan mengoordinasikan antara yurisdiksi (Hanna dan Munasinghe 1995).

Page 21: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

9

Sistem Hak Kepemilikan Sumber Daya Alam

Sistem hak kepemilikan sumber daya seringkali diartikan sebagai mekanisme

sosial yang memberikan wewenang, serta mengikat individu dalam suatu

masyarakat atas kepemilikan wewenangnya. Sistem hak kepemilikan sumber daya

dan pola pengelolaan sumber daya juga dapat dipandang sebagai suatu kesatuan

dari struktur hak dan kewajiban. Kesatuan struktur hak dan kewajiban ini dikenal

lebih jauh dengan konsep hak kepemilikan atau property right (Bromley 1991

dikutip Priyatna 2013). Hanna dan Munasinghe (1995) menyebutkan “humans

interact with their environment through systems of property right that are

embedded in social, political, cultural, and economic context”. Hal ini

menunjukkan bahwa hak kepemilikan merupakan hasil dari interaksi manusia

dengan lingkungan yang berkaitan dalam suatu sistem politik, budaya, dan sosial

ekonomi. Selanjutnya Hanna dan Munasinghe (1995) juga menjelaskan bahwa

pemahaman mengenai rezim hak kepemilikan merupakan hal yang penting dalam

mengimplementasikan perlindungan lingkungan.

Ostrom (1994) menjelaskan bahwa karakteristik sumber daya alam erat

dengan dua atribut penting yaitu exclusion dan subtractability. Atribut exclusion

merupakan kemampuan suatu pihak dalam membatasi pihak lain yang ingin

memanfaatkan sumber daya alam, sedangkan subtractability merupakan

tersedianya kesempatan bagi pihak lain yang ingin memanfaatkan sumber daya

alam. Kombinasi tinggi-rendahnya derajat kedua atribut tersebut memunculkan

klasifikasi sumber daya (Gambar 1).

Subtractability

Rendah Tinggi

Exclusion

Sulit Public Goods Common Pool Resource

Mudah Toll Goods Private Goods

Sumber: Ostrom (1994)

Gambar 1 Klasifikasi umum sumber daya

Berdasarkan klasifikasi tipe sumber daya menurut Ostrom (1994),

disimpulkan bahwa tipe sumber daya alam dibedakan menjadi empat, meliputi:

1) Private Goods (Barang Pribadi), ditandai dengan kemudahan mengeksklusi

yang bersifat relatif.

2) Public Goods (Barang Publik), merupakan kebalikan dari Private Goods

berdasarkan atribut exclusion dan subtractability. Barang publik memiliki

derajat kesulitan pada atribut exclusion, sehingga sulit membatasi pihak lain.

3) Toll Goods (disebut juga sebagai Club Goods—barang kelompok) sebagai

barang yang dapat dibagi dengan barang pribadi dan relatif mudah berdasarkan

atribut exclusion.

4) Common-Pool Resources (Sumber Daya Bersama) sebagai barang yang dapat

dibagi dengan barang pribadi (menyediakan kesempatan secara terbuka) dan

memiliki atribut exclusion yang rendah.

Page 22: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

10

Menurut Dharmawan (2003), tipe sumber daya erat kaitannya dengan hak

pemilikan atau status penguasaan sumber daya (property rights). Bromley (1991)

dikutip Priyatna (2013) menyebutkan bahwa unsur-unsur atau komponen-

komponen property right dalam pengelolaan sumber daya meliputi: (1) klaim

kepemilikan; (2) batas wilayah pengelolaan dan pemanfaatan; (3) pemegang

wewenang dan pendistribusian hak pengelolaan dan pemanfaatan; dan (4) aturan

pengelolaan dan pemanfaatan (rules of the game). Kunci utama dari hak

kepemilikan sumber daya didasarkan pada bundle of rights (sekumpulan hak dan

kewajiban). Ostrom dan Schlager (1990) dikutip Satria (2009a) mengklasifikasikan

hak kepemilikan berdasarkan konsep bundle of rights meliputi:

1) Hak akses (Access right): hak untuk masuk ke wilayah sumber daya yang

memiliki batas-batas yang jelas dan untuk menikmati manfaat non-ekstraktif.

2) Hak pemanfaatan (Withdrawl right): hak untuk memanfaatkan sumber daya

atau hak untuk berproduksi.

3) Hak pengelolaan (Management right): hak untuk menentukan aturan

operasional pemanfaatan sumber daya.

4) Hak eksklusi (Exclussion right): hak untuk menentukan siapa yang boleh

memiliki hak akses dan bagaimana hak akses tersebut dialihkan ke pihak lain.

5) Hak pengalihan (Alienation right): hak untuk menjual atau menyewakan

sebagian atau seluruh hak-hak kolektif tersebut di atas.

Kombinasi hak kepemilikan tersebut menunjukkan status kepemilikan

sumber daya alam (Ostrom dan Schlager 1996 dikutip Satria 2009a). Adapun status

yang melekat berdasarkan tipe hak kepemilikan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Matriks status kepemilikan sumber daya alam

Tipe hak Owner Proprietor Claimant Authorized

user

Authorized

entrant

Akses X X X X X

Pemanfaatan X X X X

Pengelolaan X X X

Eksklusi X X

Pengalihan X

Sumber: Ostrom dan Schlager (1996) dikutip Satria (2009a)

Beberapa hasil penelitian mengeni pemanfaatan lahan budi daya perairan

beserta hak dan status sumber daya alam disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4

menunjukkan, tipe hak kepemilikan atas sumber daya alam oleh masyarakat

setempat adalah hak pemanfaatan (withdrawl right) dan status yang dimiliki adalah

sebagai pengguna (user). Terdapat perbedaan yang nyata pada pengelolaan oleh

pihak swasta, bahwa hak kepemilikan atas sumber daya alam adalah hak pengalihan

(alienation right) dan status yang dimiliki adalah sebagai owner.

Page 23: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

11

Tabel 4 Matriks kasus-kasus hak dan status kepemilikan sumber daya dalam

kegiatan budi daya perairan

No. Kasus Tipe hak/Status

kepemilikan Deskripsi

1. Budi daya rumput laut

di Gugus Kepulauan

Kaledupa, Kabupaten

Wakatobi (Mansyur,

2010)

Hak pemanfaatan

(withdrawl

right)/authorized

user

Pembudidaya menempati lokasi perairan

berdasarkan hak agunan (hanya memiliki

hak pemanfaatan).

2. Budi daya ikan dalam

keramba jaring apung

(KJA) di Waduk

Jatiluhur (Priyatna,

2013)

Hak pemanfaatan

(withdrawl right)/

authorized user

Pembudidaya memiliki hak untuk

memanfaatkan melalui SIUP (Surat Izin

Usaha Perikanan) dan disertai dengan

rekomendasi Teknik berupa SPPAP (Surat

Perjanjian Pemanfaatan Area Perairan)

dengan masa berlaku satu tahun.

3. Budi daya mutiara

oleh perusahaan di

Desa Gondang dan

Jenggala, Lombok

Barat (Satria et al.

2005)

Hak pengalihan

(alienation

right)/owner

Hak pemilikan diberikan secara formal

kepada perusahaan oleh Pemerintah

Provinsi disertai kewajiban untuk

membayar pajak.

4. Lahan budi daya

rumput laut sebagai

mahar perkawinan di

Kabupaten Bantaeng-

Sulawesi Selatan (Nur

dan Saleng [tahun

tidak diketahui])

Hak pengalihan

(alienation

right)/owner

Pembudidaya rumput laut dapat diakui

penguasaannya dengan syarat menetapkan

batas lahan dan mempunyai SIUP, namun

bukan sebagai bentuk pemilikan. Fakta

yang terjadi menunjukkan bahwa lahan

budi daya rumput laut dapat digunakan

sebagai mahar dan diberikan pada pihak

lain.

Persepsi Penetapan Zonasi Taman Nasional

Menurut Saptorini (1989) dikutip Mardijono (2008), persepsi adalah suatu

proses mental yang rumit dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan

stimulus yang masuk sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus

tersebut. Persepsi masyarakat mampu menunjukkan keberhasilan pengelolaan

taman nasional (Wahyuni dan Mamonto 2012). Taman nasional dikelola

berdasarkan sistem zonasi sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan

Pemerintah No. 28/2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan

Pelestarian Alam. Taman nasional merupakan salah satu bentuk pelaksanaan

konservasi, sehingga persepsi terhadap zonasi taman nasional juga sejalan dengan

persepsi terhadap wilayah konservasi. Terdapat beberapa hal yang berhubungan

dengan persepsi terhadap konservasi. Mardijono (2008) menjelaskan bahwa

persepsi terhadap konservasi berhubungan dengan pengetahuan lokasi zonasi,

aturan yang berlaku, dan sanksi pelanggaran.

Kepatuhan

Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai tunduk atau patuh pada ajaran atau

aturan (Muliari dan Setiawan 2011). Kepatuhan dalam menjalankan aturan

merupakan salah satu atribut keberlanjutan penatakelolaan kawasan konservasi

(Bawole et al. 2011). Namun pada kenyataannya, aturan yang telah disusun pada

pengelolaan wilayah konservasi tidak selamanya berjalan dengan baik. Bawole et

Page 24: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

12

al. (2011) juga menjelaskan bahwa kurangnya sumber daya (dana dan transportasi)

untuk mengelola dan menegakkan peraturan-peraturan pemerintah menjadi

masalah. Agar pengelolaan wilayah konservasi mampu berjalan dengan baik maka

harus melibatkan berbagai pihak yang terkait. Pelibatan masyarakat lokal dalam

penyusunan aturan mampu mendorong tingkat kepatuhan terhadap aturan.

Masyarakat didorong untuk melakukan pemantauan dan pengontrolan terhadap

aktivtas pemanfaatan sumber daya kelautan.

Aturan yang dibuat merupakan salah satu bentuk sarana pengendalian.

Etzioni (1982) dikutip Kolopaking (2003) membedakan tiga kategori sarana

pengendalian atau disebut juga sebagai basis otoritas organisasi, yaitu:

1) sistem pengendalian yang menerapkan sarana fisik yang memaksa (seperti

penggunaan senjata, penjara), disebut coersive-authority/wewenang mutlak;

2) sistem pengendalian yang menerapkan ganjaran material (seperti ganjaran

uang atau barang lain), disebut utilitarian authority/wewenang utiliter yang

mengutamakan pertimbangan untung dan rugi; dan

3) sistem pengendalian yang menerapkan simbol-simbol atau ganjaran nilai

(seperti prestise, tanda jasa atau tanda penghargaan), disebut normative

authority yang menggunakan kekuatan sosial.

Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam suatu organisasi menerapkan

lebih dari satu sistem pengendalian (Kolopaking 2003). Menurut Etzioni (1982)

dikutip Kolopaking (2003), sarana pengendalian yang mampu menumbuhkan

tanggung-jawab berturut-turut adalah sarana pengendalian simbolik, utilitarian dan

koersif. Tanggapan atas adanya sarana pengendalian tersebut menimbulkan ciri

kepatuhan atau bentuk partisipasi, yaitu:

1) partisipasi dengan ciri kepatuhan alienatif (alienative atau keterlibatan

terpaksa);

2) partisipasi dengan ciri kepatuhan kalkulatif (calculative atau pertimbangan

dengan balas jasa setimpal dengan tawaran kegiatan yang disediakan oleh

organisasi); dan

3) partisipasi dengan ciri kepatuhan moral (keterlibatan dengan dasar mengemban

dan menghargai atau rela membantu organisasi).

Ciri kepatuhan yang ideal dari sarana pengendalian tersebut umumnya

menggambarkan bahwa sistem pengendalian koersif diikuti oleh ciri kepatuhan

alienatif, sistem pengendalian utilitarian diikuti oleh ciri kepatuhan kalkulatif, dan

sistem pengendalian normatif diikuti oleh ciri kepatuhan moral. Efek dari sarana

pengendalian terhadap ciri kepatuhan anggota organisasi sangat bergantung dari

latar belakang sosial budaya masyarakat (Kolopaking 2003).

Legitimasi

Penetapan Zona Budidaya Bahari disertai dengan aturan pengelolaannya.

Aturan merupakan produk hukum yang menurut Beetham dikutip Jentoft (2000)

tidak hanya dipahami sebagai pembenaran terhadap aturan itu sendiri (legalitas),

melainkan perlu mempertimbangkan pembenaran yang didasarkan pada prinsip

moral dan nilai-nilai (legitimasi). Kaitannya dengan hal ini, Jentoft (2000)

menjelaskan bahwa sistem pengelolaan yang dimaksud harus didasarkan pada

standar rasionalitas dan keadilan. Apabila tidak memenuhi, maka masyarakat akan

sulit menerima sistem pengelolaan. Sistem pengelolaan yang memiliki legitimasi

Page 25: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

13

dapat dilihat dari kesan yang diciptakan oleh seseorang (dilihat dari perspektif

masyarakat).

Jentoft (2000) membedakan legitimasi menjadi dua macam, yaitu legitimasi

internal dan eksternal. Masyarakat yang terlibat langsung dalam pembuatan

keputusan (internal) mampu meningkatkan legitimasi, sedangkan yang tidak

terlibat dalam pengambilan keputusan (eksternal) mungkin akan memandang

sebagai suatu kesalahan. Adanya perbedaan pandangan dari masyarakat dan

pemerintah menunjukkan terjadinya krisis legitimasi. Masyarakat menganggap

pentingnya pengelolaan didasarkan pada rasionalitas dan kepentingan dalam

konteks lokal, sedangkan pemerintah menganggap pengelolaan didasarkan pada

rasionalitas dan efisiensi dari perspektif global. Menurut Jentoft (1989) dikutip

Satria et al. (2006b), krisis legitimasi dapat dianalisis berdasarkan empat indikator

meliputi:

1) Content of regulation (Isi aturan)

2) Distribution effect (Distribusi dampak)

3) Making the regulation (Pembuatan aturan)

4) Implementation of regulation (Pelaksanaan aturan)

Pengelolaan TNKJ saat ini dilaksanakan berdasarkan prinsip kolaboratif (co-

management) (Purwanti et al. 2008). Jentoft et al. (1998) mendefinisikan prinsip

kolaboratif (co-management) sebagai “the collaborative and participatory process

of regulatory decision-making among representatives of user-groups, government

agencies and research institutions”. Jentoft et al. (1998) juga menjelaskan apabila

merujuk pada pilar institusi secara normatif, maka co-management diharapkan

mampu meningkatkan legitimasi dan kepatuhan karena masyarakat cenderung

mendukung skema pengelolaan sumber daya alam. Keterlibatan masyarakat

mampu meningkatkan kepatuhan karena mereka lebih tahu, berkomitmen, dan

mendukung aturan. Hal ini diungkapkan oleh Hall (1972) dikutip Jentoft et al.

(1998), “compliance is also enhanced because users are likely to become more

knowledgeable of, committed to, and supportive of regulations if they have had a

say in the process”.

Pengelolaan secara co-management salah satunya dapat dilihat dari

penyusunan zonasi TNKJ yang menghasilkan aturan pengelolaan. Zonasi yang

ditetapkan saat ini merupakan hasil revisi dari penetapan sebelumnya dikarenakan

berbagai masalah yang dihadapi. Adapun perubahan zonasi disusun melalui

beberapa tahapan meliputi persiapan, pengumpulan dan analisa data, penyusunan

draft rancangan revisi zonasi, konsultasi publik, dan pengiriman dokumen (BTNKJ

2012). Masyarakat dilibatkan dalam proses konsultasi publik yang dibagi menjadi

tingkat kecamatan dan tingkat desa. Jentoft (2000) berpendapat bahwa legitimasi

aturan mendukung kepatuhan, bahwa nelayan akan mematuhi aturan dan peraturan

jika mereka menganggap sah atas sistem pengelolaan.

Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul

(Limbong 2012). Satria (2002) berpendapat bahwa secara sosiologis, kajian konflik

merupakan bagian dari kajian proses sosial. Proses sosial yang dimaksud terdiri atas

dua bentuk, yaitu proses sosial yang bersifat asosiatif (mendekatkan) dan ada pula

proses sosial yang bersifat disosiatif (menjauhkan), dimana konflik merupakan

proses sosial yang disosiatif. Fisher et. al (2000) dikutip Shaliza (2003)

Page 26: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

14

mendefinisikan konflik secara luas, yaitu hubungan antara dua pihak atau lebih

(individu atau kelompok) yang memiliki atau yang merasa memiliki sasaran-

sasaran yang tidak sejalan. Ketidakseimbangan hubungan yang dapat menyebabkan

timbulnya konflik, salah satunya adalah akses yang tidak seimbang terhadap

sumber daya dan ketidakseimbangan kekuasaan.

Studi mengenai konflik wilayah pesisir dan laut masih banyak pada sektor

perikanan (kenelayanan). Secara khusus, Satria (2009b) mengidentifikasikan

konflik kenelayanan berdasarkan penyebabnya menjadi 7 (tujuh) tipologi konflik.

Tipologi konflik yang relevan dengan penelitian ini meliputi:

1. Konflik kepemilikan sumber daya, adalah konflik yang terjadi sebagai akibat

dari isu kepemilikan sumber daya, dimana kepemilikan laut serta ikan tidak

dapat terdefinisi secara jelas milik siapa.

2. Konflik pengelolaan sumber daya, adalah konflik yang terjadi akibat

pelanggaran aturan pengelolaan serta adanya isu-isu tentang siapa yang berhak

mengelola sumber daya perikanan atau sumber daya laut.

Konflik juga dipandang sebagai suatu proses dan dapat diidentifikasi melalui

tahapan-tahapan tertentu sebagaimana yang dijelaskan oleh Limbong (2012)

meliputi:

1. Konflik yang bersifat laten. Konflik ini tidak terjadi seketika, tetapi potensi

untuk memunculkan konflik dalam organisasi tetap ada, yaitu bersifat laten,

oleh karena operasi organisasi itu sendiri.

2. Konflik yang dipersepsikan. Tahap ini terjadi ketika suatu kelompok atau

subunit menganggap atau mempunyai persepsi bahwa tujuannya mulai

dihalangi oleh tindakan dari kelompok lain.

3. Konflik yang dirasakan. Pada tahap ini, subunit atau kelompok yang sedang

mengalami konflik dengan cepat mengembangkan tanggapan emosional ke

arah satu sama lainnya.

4. Konflik yang dimanifestasikan. Tahap ini terjadi jika suatu subunit kembali

mencoba untuk menghalangi tujuan dari subunit lainnya. Wujud konflik ini

dapat bermacam-macam dengan bentuk yang paling sering terjadi adalah agresi.

5. Ekor konflik. Tahap ini menunjukkan cara masing-masing kelompok bereaksi

terhadap konflik yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang.

Tahapan konflik di atas menggambarkan bahwa konflik terjadi dalam suatu

rangkain (kronologis). Kondisi sebelum kemunculan konflik dapat dipahami

sebagai potensi konflik. Tipologi konflik kenelayanan menurut Satria (2009b) yang

disebutkan sebelumnya, dapat dijadikan sebagai dasar dalam menganalisis konflik

pada sektor budi daya perairan. Beberapa kasus potensi konflik dan konflik yang

terjadi dalam pemanfaatan perairan disajikan dalam Tabel 5.

Page 27: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

15

Tabel 5 Kasus-kasus potensi konflik dan konflik wilayah perairan dalam

aktivitas budi daya

No. Kasus Tipologi Konflik Deskripsi

1. Potensi konflik antara

pemerintah dengan

masyarakat lokal di

Desa Gondang dan

Jenggala, Lombok Barat

(Satria et al. 2005)

Konflik

kepemilikan

sumber daya

Pemerintah provinsi memberikan hak

kepemilikan kepada perusahaan

mutiara (pearl-culture) berdasarkan

aturan formal, sedangkan aturan lokal

yang mengklaim penguasaan sumber

daya alam secara bersama tidak diakui

oleh pemerintah.

2. Konflik antara

pembudidaya kerang

hijau dan nelayan di

Kalibaru, Jakarta Utara

(Kurniasari et al. 2012)

Konflik

kepemilikan

sumber daya

Nelayan masuk ke dalam wilayah

perairan yang terdapat bagan kerang

hijau. Hal ini disebabkan tidak adanya

kejelasan hak antara nelayan dengan

pembudidaya kerang hijau.

3. Konflik masyarakat

pesisir (pembudidaya

ikan di tambak) dengan

Pemerintah Pusat

(Dephutbun) dalam

pemanfaatan lahan

wilayah pesisir

Kecamatan Muara

Gembong, Bekasi

(Yulianti 2006)

Konflik

kepemilikan

sumber daya

Secara legal, lahan dikuasai oleh

Departemen Kehutanan berdasarkan

penunjukan dan pengukuhan yang

dilakukan oleh Departemen Pertanian

dan Agraria melalui SK Mentan No.

92/UM/54 Tahun 1057. Faktanya,

kurang lebih 97% lahan kehutanan

yang berupa mangrove sudah

terkonversi menjadi lahan tambak.

Bukti kepemilikan berupa girik dan

sertifikat oleh waga yang diterbitkan

oleh pemerintah desa dan pemerintah

kabupaten dianggap tidak sah.

Kerangka Pemikiran

Budi daya rumput yang dikembangkan di wilayah TNKJ hanya

diperbolehkan pada Zona Budidaya Bahari. Wewenang pengelolaan TNKJ berada

di tangan pemerintah yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional

Karimunjawa (BTNKJ). Pemerintah berkuasa atas pengelolaan TNKJ, namun

dalam kenyataannya berkembang pula hak kepemilikan yang jauh lebih rumit dari

penetapan hukum secara de jure (Larson 2013). Hak kepemilikan dikategorikan

menjadi hak akses (access right), hak pemanfaatan (withdrawl right), hak

pengelolaan (management right), hak eksklusi (exclussion right), dan hak

pengalihan (alienation right) (Ostrom dan Schlager 1990 dikutip Satria 2009a).

Hak-hak kolektif yang teridentifikasi dapat menunjukkan status pembudidaya

rumput laut meliputi authorized entrant, authorized user, claimant, proprietor, dan

owner (Ostrom dan Schlager 1996 dikutip Satria (2009a).

Hak kepemilikan diduga berpengaruh terhadap cara pandang atau persepsi

pembudidaya rumput laut terhadap pengelolaan TNKJ yang dilaksanakan dalam

bentuk sistem zonasi. Penetapan zonasi juga penting mengakomodir kepentingan

masyarakat serta pandangan atau persepsi masyarakat mengenai zonasi yang ditetapkan. Persepsi masyarakat terhadap penetapan Zona Budidaya Bahari dalam

penelitian ini dilihat dari aturan yang berlaku dan sanksi pelanggaran pada Zona

Budidaya Bahari.

Page 28: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

16

Analisa mengenai persepsi pembudidaya rumput laut terhadap penetapan

zonasi saja tidak cukup. Kepatuhan terhadap aturan pengelolaan penting dalam

mendukung keberhasilan tujuan taman nasional. Masyarakat dilibatkan dalam

penyusunan zonasi dalam kegiatan konsultasi publik. Merujuk pada Hall (1972)

dikutip Jentoft et al. (1998) masyarakat yang terlibat dalam pembuatan aturan akan

lebih tahu, berkomitmen, dan mendukung aturan. Konsep ini dapat diperluas untuk

mengukur tingkat kepatuhan terhadap aturan Zona Budidaya Bahari melalui

tingkatan mematuhi, ikut mengawasi, dan ikut mensosialisasikan. Kepatuhan yang

ditunjukkan oleh pembudidaya rumput laut dapat dianalisis berdasarkan ciri

kepatuhan yang menyertainya meliputi ciri kepatuhan alienatif, kalkulatif, dan

moral. Selain itu, pengakuan (legitimasi) terhadap aturan Zona Budidaya Bahari

serta pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan juga dianalisis mengingat

pembudidaya rumput laut merupakan pihak pemanfaat langsung. Secara ringkas,

kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.

Page 29: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

17

Keterangan:

: Memengaruhi

: Menimbulkan

: Berhubungan

: Pengujian

secara statistik

Tipe hak kepemilikan budi

daya rumput laut

Hak akses (Access right)

Hak pemanfaatan

(Withdrawl right)

Hak pengelolaan

(Management right)

Hak eksklusi (Exclusion

right)

Hak pengalihan

(Alienation right)

Status Pembudidaya Rumput

Laut

Authorized entrant

Authorized user

Claimant

Proprietor

Owner

Persepsi Penetapan Zona

Budidaya Bahari di TNKJ

Aturan yang berlaku

Sanksi pelanggaran

Penetapan Zonasi TNKJ

(Zona Budidaya Bahari)

Tingkat Kepatuhan Aturan

Zona Budidaya Bahari

Legitimasi

1) Content of regulation

2) Distribution effect

3) Making the regulation

4) Implementation of regulation

Ciri Kepatuhan (Bentuk

Partisipasi)

Alienatif

Kalkulatif

Moral

Gambar 2 Kerangka pemikiran

Page 30: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

18

18

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini

meliputi:

1) Hipotesis pengarah:

a. Diduga, hak kepemilikan lahan budi daya rumput laut memengaruhi

persepsi terhadap penetapan Zona Budidaya Bahari.

b. Diduga, legitimasi aturan memengaruhi tingkat kepatuhan aturan

pengelolaan Zona Budidaya Bahari.

c. Diduga, kepatuhan aturan pengelolaan Zona Budidaya Bahari berhubungan

dengan ciri kepatuhan tertentu.

2) Hipotesis uji:

Diduga, persepsi penetapan Zona Budidaya Bahari di TNKJ berhubungan

dengan tingkat kepatuhan terhadap aturan pengelolaan zonasi.

Definisi Konseptual

1) Hak Kepemilikan adalah bentuk mekanisme sosial yang memberikan

wewenang kepemilikan kepada individu disertai kewajiban atas kepemilikan

sumber daya alam. Menurut Ostrom dan Schlager (1990) dikutip Satria (2009a),

hak kepemilikan dibagi menjadi lima macam meliputi:

a. Hak akses (Access right) adalah hak untuk masuk ke wilayah sumber daya

yang memiliki batas-batas yang jelas dan untuk menikmati manfaat non-

ekstraktif.

b. Hak pemanfaatan (Withdrawl right) adalah hak untuk memanfaatkan

sumber daya atau hak untuk berproduksi.

c. Hak pengelolaan (Management right) adalah hak untuk menentukan aturan

operasional pemanfaatan sumber daya.

d. Hak eksklusi (Exclussion right) adalah hak untuk menentukan siapa yang

boleh memiliki hak akses dan bagaimana hak akses tersebut dialihkan ke

pihak lain.

e. Hak pengalihan (Alienation right) adalah hak untuk menjual atau

menyewakan sebagian atau seluruh hak-hak kolektif tersebut di atas.

2) Status adalah tempat atau posisi individu dalam suatu masyarakat berkaitan

dengan hak kepemilikan yang dimiliki. Menurut Ostrom dan Schlager (1990)

dikutip Satria (2009a), status dibagi menjadi lima macam meliputi: a. Authorized entrant adalah pembudidaya rumput laut yang hanya memiliki

hak akses.

b. Authorized user adalah pembudidaya rumput laut yang memiliki hak akses

dan hak pemanfaatan.

c. Claimant adalah pembudidaya rumput laut yang memiliki hak akses, hak

pemanfaatan, dan hak pengelolaan.

d. Proprietor adalah pembudidaya rumput laut yang memiliki hak akses, hak

pemanfaatan, hak pengelolaan, dan hak eksklusi

e. Owner adalah pembudidaya rumput laut yang memiliki hak akses, hak

pemanfaatan, hak pengelolaan, eksklusi, dan hak pengalihan.

Page 31: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

19

3) Ciri kepatuhan atau bentuk partisipasi adalah motif atau latar belakang tindakan

kepatuhan aturan pengelolaan Zona Budidaya Bahari. Ciri kepatuhan dianalisis

secara deskriptif menurut hasil kepatuhan responden terhadap aturan

perlindungan biota yang termasuk dalam kategori “Patuh”. Ciri kepatuhan dapat

dibedakan menjadi tiga yaitu ciri kepatuhan alienatif, kalkulatif, dan moral.

a. Ciri kepatuhan alienatif adalah ciri kepatuhan yang ditunjukkan oleh

adanya keterlibatan yang terpaksa (Etzioni 1982 dikutip Kolopaking 2003).

b. Ciri kepatuhan kalkulatif adalah ciri kepatuhan yang ditunjukkan oleh

adanya keterlibatan dengan balas jasa setimpal apabila mengikuti aturan

yang berlaku (Etzioni 1982 dikutip Kolopaking 2003).

c. Ciri kepatuhan moral adalah ciri kepatuhan yang ditunjukkan oleh adanya

keterlibatan dengan dasar mengemban dan menghargai atau rela membantu

(Etzioni 1982 dikutip Kolopaking 2003).

4) Legitimasi adalah pengakuan yang diberikan pembudidaya rumput laut

terhadap aturan pengelolaan Zona Budidaya Bahari bersumber dari kesan yang

diciptakan.

Definisi Operasional

1) Persepsi penetapan zonasi adalah penilaian responden mengenai penetapan

Zona Budidaya Bahari di TNKJ. Variabel persepsi penetapan zonasi diukur

melalui aturan perlindungan biota dan sanksi pelanggaran.

a. Aturan perlindungan biota adalah penilaian responden mengenai adanya

larangan mengambil, mengganggu, dan memindahkan biota baik yang baik

yang masih hidup atau mati beserta bagian-bagiannya, dibedakan persepsi

mengenai aturan perlindungan karang dan aturan perlindungan penyu. Data

diperoleh dari kuesioner menggunakan tingkat ukuran ordinal yang

mengurutkan tingkatan atau gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif

dan menggunakan skala likert dengan skor Sangat Tidak Setuju (1), Tidak

Setuju (2), Setuju (3), dan Sangat Setuju (4).

i) Aturan perlindungan karang adalah penilaian responden mengenai

adanya larangan mengambil, mengganggu, dan memindahkan karang

baik yang masih hidup atau mati beserta bagian-bagiannya.

- Rendah (skor 1) : total skor jawaban antara 3-6

- Sedang (skor 2) : total skor jawaban antara 7-9

- Tinggi (skor 3) : total skor jawaban antara 10-12

ii) Aturan perlindungan karang adalah penilaian responden mengenai

adanya larangan mengambil, mengganggu, dan memindahkan karang

baik yang masih hidup atau mati beserta bagian-bagiannya.

- Rendah (skor 1) : total skor jawaban antara 3-6

- Sedang (skor 2) : total skor jawaban antara 7-9

- Tinggi (skor 3) : total skor jawaban antara 10-12

Persepsi aturan perlindungan biota diukur secara akumulatif berdasarkan

total skor jawaban sub variabel persepsi aturan perlindungan karang dan

penyu, sehingga diperoleh rentang:

i) Rendah (skor 1) : total skor jawaban antara 6-12

ii) Sedang (skor 2) : total skor jawaban antara 13-18

Page 32: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

20

iii) Tinggi (skor 3) : total skor jawaban antara 19-24

b. Sanksi pelanggaran adalah penilaian responden mengenai adanya hukuman

yang dikenakan bagi pihak yang melanggar aturan perlindungan biota,

dibedakan mengenai aturan perlindungan karang dan penyu. Data diperoleh

dari kuesioner menggunakan tingkat ukuran ordinal yang mengurutkan

tingkatan atau gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif dan

menggunakan skala likert dengan skor Sangat Tidak Setuju (1), Tidak

Setuju (2), Setuju (3), dan Sangat Setuju (4).

i) Sanksi pelanggaran perlindungan karang adalah penilaian responden

mengenai adanya hukuman yang dikenakan bagi pihak yang melanggar

aturan perlindungan karang.

- Rendah (skor 1) : total skor jawaban antara 2-4

- Sedang (skor 2) : total skor jawaban antara 5-6

- Tinggi (skor 3) : total skor jawaban antara 7-8

ii) Sanksi pelanggaran perlindungan karang adalah penilaian responden

mengenai adanya hukuman yang dikenakan bagi pihak yang melanggar

aturan perlindungan karang.

- Rendah (skor 1) : total skor jawaban antara 2-4

- Sedang (skor 2) : total skor jawaban antara 5-6

- Tinggi (skor 3) : total skor jawaban antara 7-8

Persepsi sanksi pelanggaran aturan perlindungan biota diukur secara

akumulatif berdasarkan total skor jawaban sub variabel persepsi sanksi

perlindungan karang dan penyu, sehingga diperoleh rentang:

i) Rendah (skor 1) : total skor jawaban antara 4-8

ii) Sedang (skor 2) : total skor jawaban antara 9-12

iii) Tinggi (skor 3) : total skor jawaban antara 4-8

Persepsi Zona Budidaya Bahari diukur secara akumulatif berdasarkan total

skor rentang (hasil standarisasi) masing-masing variabel persepsi aturan

perlindungan biota dan sanksi pelanggaran perlindungan biota, sehingga

diperoleh rentang:

a. Rendah (skor 1) : total skor rentang antara 2-3

b. Sedang (skor 2) : total skor rentang antara 4-5

c. Tinggi : total skor rentang adalah 6

2) Kepatuhan adalah perilaku tunduk dan melaksanakan aturan perlindungan

biota yang dibagi menjadi beberapa tingkatan meliputi mematuhi aturan,

mengawasi aturan, mensosialisasikan aturan.

a. Mematuhi aturan adalah perilaku melaksanakan aturan perlindungan biota,

dibedakan mengenai aturan perlindungan karang dan penyu. Data diperoleh

dari kuesioner menggunakan tingkat ukuran ordinal dengan skor Ya (2) dan

Tidak (1).

i) Mematuhi aturan perlindungan karang adalah perilaku melaksanakan

aturan perlindungan karang

- Tidak patuh (skor 1) : total skor jawaban antara 3-4

- Patuh (skor 2) : total skor jawaban antara 5-6

ii) Mematuhi aturan perlindungan penyu adalah perilaku melaksanakan

aturan perlindungan penyu

- Tidak patuh (skor 1) : total skor jawaban antara 3-4

- Patuh (skor 2) : total skor jawaban antara 5-6

Page 33: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

21

Kepatuhan aturan perlindungan biota diukur secara akumulatif berdasarkan

total skor jawaban sub variabel kepatuhan aturan perlindungan karang dan

penyu, sehingga diperoleh rentang:

i) Tidak patuh (skor 1) : total skor jawaban antara 6-9

ii) Patuh (skor 2) : total skor jawaban antara 10-12

b. Mengawasi aturan adalah keterlibatan responden dalam melakukan

pemantauan pelaksanaan aturan perlindungan biota. Data diperoleh dari

kuesioner menggunakan tingkat ukuran ordinal dengan skor Ya (2) dan

Tidak (1).

i) Tidak mengawasi (skor 1) : total skor jawaban antara 2-3

ii) Ikut mengawasi (skor 2) : total skor jawaban adalah 4

c. Mensosialisasikan aturan adalah perilaku responden yang mengajak pihak

lain untuk mematuhi aturan perlindungan biota. Data diperoleh dari

kuesioner menggunakan tingkat ukuran ordinal dengan skor Ya (2) dan

Tidak (1).

i) Tidak mensosialisasikan (skor 1) : total skor jawaban antara 2-3

ii) Mensosialisasikan (skor 2) : total skor jawaban adalah 4

Page 34: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

22

Page 35: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

23

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksplanatori dan deskriptif.

Penelitian eksplanatori dilakukan dengan menjelaskan hubungan antarvariabel-

variabel melalui pengujian hipotesa, sedangkan penelitian deskriptif dilakukan

dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan

pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 1989). Metode yang digunakan

adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk

menggali informasi secara emik mengenai sistem hak kepemilikan lahan budi daya

rumput laut dan legitimasi aturan pengelolaan Zona Budidaya Bahari. Metode

kuantitatif digunakan untuk mencari hubungan antaravariabel yang diuji, yaitu

hubungan persepsi masyarakat mengenai penetapan Zona Budidaya Bahari dengan

tingkat kepatuhan aturan pengelolaan Zona Budidaya Bahari, sedangkan ciri

kepatuhan dianalisis secara deskriptif. Ciri kepatuhan diketahui berdasarkan hasil

variabel tingkat kepatuhan yang menunjukkan kategori “Patuh”. Selain itu

dianalisis pula motif ketidakpatuhan responden terhadap aturan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa,

Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Lampiran 1). Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

secara sengaja (purposive) dengan beberapa alasan meliputi:

1. Perairan Pulau Kemujan ditemukan paling banyak pembudidaya rumput laut

dan lokasi yang paling sesuai bagi pengembangan budi daya rumput laut

(Samad 2011).

2. Perairan Pulau Kemujan termasuk dalam Kepulauan Karimunjawa yang

ditetapkan sebagai Zona Budidaya Bahari di TNKJ (BTNKJ 2012).

3. Luasan perairan Pulau Kemujan merupakan wilayah terluas yang ditetapkan

sebagai Zona Budidaya Bahari di TNKJ yaitu seluas 432.421 ha (BTNKJ

2010b).

Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan April 2014. Selama kurun

waktu tersebut, peneliti melakukan pengumpulan data dengan tinggal bersama

objek penelitian di lapangan.

Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pembudidaya rumput laut di Desa

Kemujan, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kerangka

sampling yang diambil adalah seluruh pembudidaya rumput laut yang tergabung

dalam kelompok tani rumput laut di Desa Kemujan yaitu sebanyak 14 kelompok dengan total jumlah anggota 145 orang (Lampiran 2). Unit penelitian yang diteliti

adalah individu yang bermatapencaharian sebagai pembudidaya rumput laut.

Page 36: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

24

Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

simple random sampling sebanyak 40 orang.

Informan dalam penelitian ini meliputi pihak BTNKJ, Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Jepara, aparat desa, tokoh masyarakat, dan pembudidaya

rumput laut. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

dan bola salju (snowball sampling). Teknik purposive digunakan untuk menentukan

informan dari pihak BTNKJ dan Dinas Kelautan dan Perikanan, sedangkan teknik

bola salju untuk masyarakat Desa Kemujan yang berkaitan dengan budi daya

rumput laut. Teknik bola salju diawali dengan mengenali informan kunci terlebih

dahulu kemudian meminta mereka untuk memperkenalkan informan lain yang

dapat diwawancarai. Informan kunci dipilih secara sengaja (purposive) yaitu pihak-

pihak yang dikenal memiliki pengaruh dalam masyarakat (Aulia dan Dharmawan

2010). Informan kunci yang pertama kali diwawancarai adalah pihak aparat desa.

Teknik Pengumpulan Data

Metode kualitatif dengan cara wawancara mendalam menggunakan pedoman

wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD), observasi, dan studi

literatur. Metode kuantitatif dilakukan melalui wawancara dengan instrumen

kuesioner. Selain itu, keterangan di luar pertanyaan kuesioner yang dijelaskan oleh

responden dapat mendukung data kuantitatif yang dituliskan dalam slip. Slip adalah

potongan kertas yang disediakan khusus jika ada keterangan kualitatif tambahan

yang diberikan oleh responden (Singarimbun dan Effendi 1989). Data yang

dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

pengumpulannya dilakukan sendiri oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dengan

mempelajari dokumen-dokumen dari berbagai lembaga yang terkait dengan

pengelolaan TNKJ meliputi Kantor Desa Kemujan, Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Jepara, Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ), dokumen

kenegaraan (undang-undang, peraturan pemerintah, dan lain-lain), buku, internet,

jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis, dan laporan penelitian yang ada kaitannya

dengan penelitian ini.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan

program komputer Microsoft Excel dan SPSS 20 for Windows. Program Microsoft

Excel digunakan untuk menyusun data sesuai masing-masing variabel dan

memberikan kode skor pada masing-masing variabel. Program SPSS 20 for

Windows digunakan untuk mengolah data hingga dihasilkan tabel frekuensi,

tabulasi silang, dan uji korelasi. Selanjutnya data dianalisis dan diinterpretasikan

untuk melihat fakta yang terjadi dari hasil tabulasi silang dan didukung dengan uji

korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan antara persepsi mengenai Zona

Budidaya Bahari dengan tingkat kepatuhan terhadap aturan yang berlaku.

Data kuantitatif juga didukung dengan data kualitatif yang dianalisis melalui

tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan

verifikasi (Silalahi 2009). Menurut Silalahi (2009), reduksi data merupakan suatu

Page 37: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

25

bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu, dan mengorganisasikan data hingga diperoleh kesimpulan. Penyajian

data yaitu menyampaikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

merupakan analisis hasil keteraturan data dan melakukan tinjauan ulang terhadap

catatan-catatan selama di lapang.

Page 38: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

26

Page 39: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

27

GAMBARAN UMUM DESA KEMUJAN

Kondisi Geografi dan Demografi

Secara administratif, Desa Kemujan termasuk dalam wilayah Kecamatan

Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Karimunjawa

berbentuk kepulauan yang terdiri atas 27 pulau. Dari 27 Pulau tersebut, hanya 4

pulau yang dihuni oleh penduduk yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau

Parang, dan Pulau Nyamuk. Masing-masing pulau secara administratif dijadikan

sebagai satu wilayah desa. Desa Kemujan terbagi menjadi 4 dusun, 5 Rukun Warga

(RW) dan 20 Rukun Tetangga (RT). Keempat dusun tersebut adalah Dusun

Kemujan, Dusun Telaga, Dusun Batu Lawang, dan Dusun Mrican. Batas wilayah

Desa Kemujan antara lain: 1) sebelah utara berbatasan dengan wilayah perairan; 2)

sebelah timur berbatasan dengan wilayah perairan; 3) sebelah selatan berbatasan

dengan Desa Karimunjawa; 4) sebelah barat berbatasan dengan wilayah perairan

(Lampiran 1).

Berdasarkan pengamatan penulis, Desa Kemujan termasuk dalam wilayah

dataran rendah hingga bertemu dengan wilayah perairan. Pola pemanfaatan lahan

darat oleh penduduk di Desa kemujan meliputi wilayah pemukiman, kebun, dan

fasilitas umum. Wilayah pemukiman masyarakat masih terbilang tidak padat

penduduk. Pola pemukiman umumnya mengelompok dalam satu keluarga besar

dan suku tertentu. Tanah-tanah milik warga umumnya dimanfaatkan sebagai kebun

yang ditanami pohon, sayur, atau buah-buahan untuk dikonsumsi sendiri. Fasilitas

umum yang berada di Desa Kemujan antara lain tempat ibadah, lapangan,

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Bandar Udara Dewadaru. Selain

itu, desa Kemujan juga langsung berbatasan dengan wilayah perairan. Wilayah

perairan Pulau Kemujan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber mata

pencaharian dan sarana rekreasi.

Desa Kemujan memiliki potensi sumber daya alam baik di wilayah daratan

maupun perairan yang termasuk dalam wilayah TNKJ. TNKJ ditetapkan melalui

SK Menhutbun No 78/Kpts-II/1999 yang meliputi 22 pulau (meliputi wilayah

daratan dan perairan). Merujuk pada hal tersebut, maka pengelolaan wilayah Desa

Kemujan terikat pada aturan Taman Nasional yang dikelola berdasarkan Sistem

Zonasi. Saat ini, zonasi yang berlaku merupakan hasil revisi zonasi sebelumnya

pada tahun 1989 yang direvisi pada tahun 2005, kemudian kembali mengalami

revisi pada tahun 2012. Merujuk pada sistem zonasi tahun 2012, wilayah perairan

Pulau Kemujan termasuk ke dalam beberapa zona meliputi Zona Budidaya Bahari,

Zona Perikanan Tradisional, dan Zona Perlindungan. Penelitian ini mengkaji

mengenai Zona Budidaya Bahari di perairan Pulau Kemujan. Total luas perairan

Pulau Kemujan yang ditetapkan sebagai Zona Budidaya Bahari seluas 432.421 ha

(BTNKJ 2010b). Jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Kemujan tercatat hingga

bulan November 2011 adalah sebanyak 917 KK dengan jumlah penduduk sebanyak

2 967 meliputi 1 511 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1 546 jiwa berjenis kelamin

perempuan.

Page 40: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

28

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Penduduk Desa Kemujan dari aspek sosial dapat dilihat dari sisi agama yang

dianut, ragam suku budaya, dan pola interaksi antarstakeholder yang berkepentigan

dalam pengelolaan Desa Kemujan. Mayoritas penduduk beragama Islam dengan

jumlah sebanyak 2 950 orang dan Protestan sebanyak 17 orang. Sementara itu,

penduduk yang bermukim di Desa Kemujan berasal dari berbagai suku meliputi

suku Jawa, Bugis, dan Madura. Penduduk mampu hidup berdampingan dalam

keragaman suku tersebut. Saat ini, umumnya penduduk Desa Kemujan merupakan

masyarakat asli yang dilahirkan di Desa Kemujan, namun masih memiliki ikatan

keturunan dari suku orangtua atau pendahulunya. Bahasa sehari-hari yang sering

digunakan oleh masyarakat sesuai dengan asal suku masing-masing.

Sehubungan dengan adanya potensi sumber daya alam, khususnya sumber

daya perairan yang dimiliki oleh Desa Kemujan, terdapat berbagai stakeholder

lainnya yang turut berpengaruh sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6, stakeholder dapat dibedakan menjadi stakeholder internal dan

eksternal. Stakeholder internal adalah masyarakat asli Desa Kemujan yang

berkepentingan terhadap potensi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari, sedangkan stakeholder eksternal adalah pihak luar yang berkepentingan

baik dalam pengelolaan sumber daya alam maupun kepentingan pemanfaatan

sumber daya alam.

Tabel 6 Matriks stakeholder dan kepentingannya pada pengelolaan wilayah

perairan Pulau Kemujan

Stakeholder Kepentingan

Nelayan Menangkap ikan di perairan Pulau Kemujan

Pembudidaya rumput laut Membudidayakan rumput laut di wilayah perairan Pulau

Kemujan

Balai Taman Nasional

Karimunjawa (BTNKJ)

Melaksanakan kebijakan konservasi di perairan Pulau

Kemujan

Dinas Kelautan dan Perikanan Meningkatkan produktivitas potensi perairan Pulau

Kemujan

Pengusaha pariwisata Investasi dan melakukan usaha pariwisata di perairan

Pulau Kemujan

Tabel 6 menunjukkan bahwa masing-masing stakeholder memiliki

kepentingan berbeda. Relasi yang terbentuk di antara stakeholder tersebut juga

berbeda. Pembudidaya rumput laut relatif memiliki hubungan baik dengan nelayan,

sedangkan pembudidaya rumput laut memiliki respon masing-masing (pro dan

kontra) atas kehadiran BTNKJ yang membawa misi konservasi. Pembudidaya

rumput laut juga relatif memiliki hubungan baik dengan Dinas Kelautan dan

Perikanan kabupaten Jepara atas adanya bantuan sarana produksi rumput laut,

sedangkan dengan pengusaha pariwisata tidak terlalu banyak terjadi kontak.

Ragam mata pencaharian penduduk desa Kemujan meliputi petani, nelayan,

pengusaha, pengrajin/industri kecil, buruh, pedagang, pengangkutan, PNS, pensiunan, dan peternak sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7

menunjukkan mata pencaharian penduduk Desa Kemujan didominasi sebagai

peternak, nelayan, dan petani. Menurut penuturan salah satu perangkat desa,

pembudidaya rumput laut sendiri dikategorikan dalam nelayan. Ragam mata

pencaharian penduduk merupakan bentuk adaptasi dari kondisi geografi Desa

Page 41: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

29

Kemujan yang yang berada dalam lingkup Kepulauan Karimunjawa. Penduduk

Desa Kemujan masih banyak menggantungkan hidupnya pada potensi alam baik di

wilayah daratan maupun perairan. Hal ini dikarenakan jarak wilayah Kepulauan

Karimunjawa terbilang cukup jauh dari pusat-pusat industri.

Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Kemujan menurut mata

pencaharian

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Petani pemilik sawah 407 18.33

Petani penggarap tanah 51 2.29

Nelayan 475 21.39

Pengusaha 12 0.55

Pengrajin/Industri Kecil 55 2.48

Buruh bangunan 153 6.89

Pedagang 22 0.99

Pengangkutan 34 1.53

PNS/TNI 36 1.62

Pensiunan 3 0.13

Peternak sapi 105 4.73

Peternak kambing 159 7.16

Peternak ayam 675 30.42

Peternak itik 33 1.49

Jumlah 2220 100

Sumber: Profil Desa Kemujan 2011 (diolah)

Mata pencaharian penduduk Desa Kemujan masih mengandalkan cara-cara

tradisional pada ketiga mata pencaharian yang mayoritas dilakukan tersebut.

Ternak yang dikembangkan penduduk umumnya hanya dibiarkan mencari makan

sendiri di kebun milik penduduk dan sekitarnya. Aktivitas penangkapan ikan juga

lebih banyak didominasi alat tangkap tradisional seperti bubu, pancing, dan jaring.

Aktivitas pertanian berupa padi sawah dan buah-buahan yang ditanam di kebun

milik penduduk. Hasil panen umumnya dikonsumsi sendiri, sedangkan bahan

pangan pokok lainnya banyak diimpor dari wilayah Kabupaten Jepara

menggunakan alat transportasi laut. Sementara itu, salah satu mata pencaharian

yang cukup menjanjikan di Desa Kemujan adalah budi daya rumput laut.

Ikhtisar

Desa Kemujan termasuk dalam wilayah Kecamatan Karimunjawa,

Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penduduk sebanyak 2 967

meliputi 1 511 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1 546 jiwa berjenis kelamin

perempuan. Desa Kemujan terbagi menjadi 4 Dusun, 5 Rukun Warga (RW) dan 20

Rukun Tetangga (RT). Desa Kemujan termasuk dalam wilayah dataran rendah

hingga bertemu dengan wilayah perairan. Pola pemanfaatan lahan darat oleh

penduduk di Desa kemujan meliputi wilayah pemukiman, kebun, dan fasilitas

Page 42: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

30

umum. Wilayah perairan Pulau Kemujan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

sumber mata pencaharian dan sarana rekreasi. Wilayah perairan Pulau Kemujan

termasuk ke dalam beberapa zona meliputi Zona Budidaya Bahari, Zona Perikanan

Tradisional, dan Zona Perlindungan TNKJ.

Mayoritas penduduk beragama Islam meliputi 2 950 orang dan Protestan

sebanyak 17 orang. Penduduk berasal dari berbagai suku meliputi suku Jawa, Bugis,

dan Madura. Mata pencaharian penduduk Desa Kemujan didominasi sebagai

peternak, nelayan, dan petani. Salah satu mata pencaharian yang cukup menjanjikan

di Desa Kemujan adalah budi daya rumput laut. Pembudidaya rumput laut sendiri

dalam pendataan desa termasuk dalam kategori nelayan.

Page 43: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

31

ZONA BUDIDAYA BAHARI TAMAN NASIONAL

KARIMUNJAWA

Taman Nasional Karimunjawa

Kawasan Karimunjawa pada awalnya ditetapkan sebagai Cagar Alam Laut

Karimunjawa pada tanggal 9 April 1986 melalui SK Menhut No 123/Kpts-II/1986

(BTNKJ 2012). Berdasarkan UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya, Cagar Alam didefinisikan sebagai “kawasan suaka

alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan

ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya

berlangsung secara alami”. Merujuk pada definisi tersebut, maka kawasan

Karimunjawa secara murni difungsikan sebagai kawasan perlindungan. Di sisi lain,

terdapat berbagai pihak yang turut berkepentingan terhadap sumber daya kawasan

Karimunjawa, sehingga status kawasan Karimunjawa diubah menjadi Taman

Nasional Karimunjawa SK Menhutbun No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari

1999. Selanjutnya, pada tahun 2001, seluruh kawasan perairan di TN Karimunjawa

ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam perairan melalui Keputusan Menteri

Kehutanan No.74/Kpts-II/2001 (BTNKJ 2012).

Berdasarkan UU No. 5/1990, kawasan pelestarian alam (KPA) didefinisikan

sebagai “kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang

mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya”. Taman nasional termasuk dalam

kategori KPA didefinisikan sebagai “kawasan pelestarian alam yang mempunyai

ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata, dan

rekreasi”. Zonasi sebagai bentuk pengelolaan kawasan taman nasional terdiri dari

zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan.

Zonasi TNKJ yang berlaku saat ini merupakan hasil revisi zonasi yang telah

ditetapkan sejak tahun 1989 direvisi pada tahun 2005 dan kembali mengalami revisi

pada tahun 2012. Adapun pembagian zonasi kawasan TNKJ berdasarkan sistem

zonasi ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan

Konservasi Alam No: SK. 28/IV-ET/2012 Tentang Zonasi Taman Nasional

Karimunjawa terbagi menjadi sembilan zona meliputi:

1) Zona Inti;

2) Zona Rimba;

3) Zona Perlindungan Bahari;

4) Zona Pemanfaatan Darat;

5) Zona Pemanfaatan Wisata Bahari;

6) Zona Budidaya Bahari;

7) Zona Religi, Budaya dan Sejarah;

8) Zona Rehabilitasi; dan

9) Zona Tradisional Perikanan.

Kawasan TNKJ dikelola oleh Kementrian Kehutanan dengan Balai Taman

Nasional Karimunjawa (BTNKJ) sebagai unit pengelola (Unit Pelaksana Teknis

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen

Page 44: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

32

Kehutanan). BTNKJ termasuk balai taman nasional tipe B yang terdiri atas Sub

Bagian Tata Usaha, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I, Seksi

Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTN) II, dan Kelompok Jabatan

Fungsional (BTNKJ 2013). Namun dalam pengelolaannya tetap melibatkan

instansi setempat yang terkait.

Zona Budidaya Bahari

Berbagai kegiatan perlindungan dan pemanfaatan dilakukan di wilayah

perairan Pulau Kemujan. Merujuk pada visi TNKJ yaitu, “Taman Nasional

Karimunjawa sebagai keterwakilan ekosistem pantai utara Pulau Jawa yang lestari

untuk kesejahteraan masyarakat” yang diimplementasikan ke dalam salah satu misi

yaitu “mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang

lestari untuk kesejahteraan masyarakat”, maka pengelolaan TNKJ mutlak harus

memperhatikan kondisi masyarakat setempat. Masyarakat Desa Kemujan yang

mayoritas menggantungkan hidupnya pada budi daya rumput laut turut diakomodir

kepentingannya yang diwujudkan dalam sistem zonasi TNKJ. Adapun zona yang

difungsikan sebagai kegiatan budi daya adalah Zona Budidaya Bahari. Zona yang

difungsikan sebagai aktivitas budi daya juga mengelami perubahan seiring dengan

revisi zonasi yang telah dilakukan (Tabel 2).

Tabel 8 menunjukkan bahwa terjadi penambahan luasan zona di lokasi baru

yang difungsikan sebagai kegiatan budi daya (Zona Budidaya Bahari). Hal ini

didasarkan semakin tingginya minat masyarakat terhadap sektor budi daya rumput

laut. BTNKJ (2012) mencatat bahwa dari 788.213 ha luasan zona budi daya (zonasi

tahun 2005), kawasan yang lebih banyak digunakan untuk budi daya rumput laut.

Berdasarkan sistem zonasi tahun 2012, luas Zona Budidaya Bahari di perairan

Pulau Kemujan adalah 432.421 ha (BTNKJ 2010b).

Tabel 8 Perbandingan zona yang difungsikan sebagai kegiatan budi daya tahun

2005 dan 2012

Tahun Dasar hukum Luas total

kawasan

(ha)

Nama

peruntukan

zona untuk

budi daya

Luas (ha) Lokasi

2005 Keputusan Dirjen

Perlindungan

Hutan dan

Konservasi Alam

No.SK.79/IV/Set-

3/2005

111 625 Zona

Budidaya

788.213 Perairan P.

Karimunjawa, P.

Kemujan, P.

Menjangan Besar, P.

Parang dan P. Nyamuk

2012 Keputusan

Direktur Jenderal

Perlindungan dan

Konservasi Alam

No: SK. 28/IV-

ET/2012

111 625 Zona

Budidaya

Bahari

1 370.729 Perairan P.

Karimunjawa, perairan

P. Kemujan, perairan

P. Menjangan Besar,

perairan P. Parang dan

perairan P. Nyamuk,

perairan P. Karang

Besi bagian utara

Sumber: BTNKJ 2012 (diolah)

Page 45: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

33

Aturan Zona Budidaya Bahari

Zona Budidaya Bahari difungsikan untuk mendukung kepentingan budi daya

perikanan seperti budi daya rumput laut, karamba jaring apung dan sebagainya oleh

masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan aspek konservasi. Kegiatan yang

diperbolehkan adalah budi daya rumput laut, karamba jaring apung dan sebagainya,

sedangkan kegiatan yang tidak diperbolehkan adalah secara sengaja atau tidak

sengaja mengambil, mengganggu atau memindahkan biota baik yang masih hidup

atau mati beserta bagian-bagiannya (BTNKJ 2012). Lokasi Zona Budidaya Bahari

di wilayah perairan Pulau Kemujan berada di sebelah utara (Dusun Batulawang

hingga Dusun Mrican) dan sebagian timur (perairan Pelabuhan Bajak-Dusun

Batulawang dan Dusun Kemujan) Pulau Kemujan (Lampiran 1).

Berdasarkan pengamatan penulis, keberadaan biota laut di perairan Kemujan

yang berpengaruh terhadap kegiatan budi daya rumput laut adalah terumbu karang

dan penyu. Keberadaan ekosistem tersebut sangat penting untuk menjaga kestabilan

sistem hidrologi dan iklim mikro wilayah kepulauan Karimunjawa. Hilang atau

rusaknya salah satu ekosistem yang ada akan menyebabkan ketidakseimbangan

fungsi ekosistem lainnya. Ekosistem terumbu karang terdiri dari 3 tipe terumbu,

yaitu terumbu karang pantai (fringing reef), penghalang (barrier reef) dan beberapa

taka (patch reef) (BTNKJ 2012). Tercatat hingga akhir tahun 2013, BTNKJ telah

melaksanakan program rehabilitasi karang di wilayah perairan Pulau Kemujan

menggunakan metode transplantasi terumbu karang menggunakan 6 400 fragmen

karang dengan 1 600 unit substrat transplantasi (BTNKJ 2013). Bagi kegiatan budi

daya rumput laut, keberadaan terumbu karang penting untuk penahan ombak yang

terlalu besar, selain itu beberapa pembudidaya juga menggunakan terumbu karang

untuk mengikatkan tali jangkar. Namun, penanaman rumput laut di perairan

dangkal diupayakan pada perairan yang berpasir agar tidak dimakan oleh ikan yang

tinggal di terumbu karang.

Kawasan TNKJ juga sebagai habitat penyu dengan jenis penyu Hijau

(Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) (BTNKJ 2012). Pada

tahun 2012 bahkan dijumpai pula perjumpaan Penyu Lekang (Lepidochelys

olivaceae) di Pulau Geleang dan perairan Pulau Kemujan. BTNKJ melakukan

upaya pengelolaan penyu dengan mengidentifikasi tempat bertelur dan upaya

penetasan semi alami yang berlokasi di Pantai Barakuda di SPTN I Kemujan dan

di Pulau Menjangan Besar di SPTN II (BTNKJ 2012). Penyu dewasa menyebar di

wilayah perairan termasuk wilayah perairan pulau Kemujan yang banyak

dimanfaatkan untuk budi daya rumput laut. Baik karang maupun penyu merupakan

biota yang dilindungi dalam kawasan TNKJ. Adapun dasar hukum pemanfaatan

zona TNKJ adalah UU No. 5/1990 (Tabel 9).

Page 46: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

34

Tabel 9 Matriks dasar hukum pemanfaatan zonasi Taman Nasional

Karimunjawa

Aspek Pasal Bunyi Sanksi

Pemanfaatan

lokasi sesuai

fungsi zonasi

Pasal

33 (3)

Setiap orang dilarang melakukan kegiatan

yang tidak sesuai dengan fungsi zona

pemanfaatan dan zona lain dari taman

nasional, taman hutan raya, dan taman wisata

alam

Kurungan paling

lama 1 (satu)

tahun dan denda

paling banyak Rp

50 000 000 (lima

puluh juta rupiah)

(UU No5/1990

Pasal 40 (4)

Perlindungan

satwa

Pasal

21 (2)

Setiap orang dilarang untuk:

a. menangkap, melukai, membunuh,

menyimpan, memiliki, memelihara,

mengangkut, dan memperniagakan satwa

yang dilindungi dalam keadaan hidup;

b. menyimpan, memiliki, memelihara,

mengangkut, dan memperniagakan satwa

yang dilindungi dalam keadaan mati;

c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari

suatu tempat di Indonesia ke tempat lain

di dalam atau di luar Indonesia;

d. memperniagakan, menyimpan atau

memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian

lain satwa yang dilindungi atau barang-

barang yang dibuat dari bagian-bagian

satwa tersebut atau mengeluarkannya dari

suatu tempat di Indonesia ke tempat lain

di dalam atau di luar Indonesia;

e. mengambil, merusak, memusnahkan,

memperniagakan, menyimpan atau

memiliki telur dan/atau sarang satwa yang

dilindungi.

Kurungan paling

lama 1 (satu)

tahun dan denda

paling banyak Rp

50 000 000 (lima

puluh juta rupiah)

(UU No5/1990

Pasal 40 (4)

Ikhtisar

TNKJ termasuk dalam kawasan pelestarian alam yang dikelola berdasarkan

sistem zonasi. Sistem zonasi TNKJ telah mengalami dua kali revisi yaitu pada tahun

1989 direvisi pada tahun 2005 dan kembali mengalami revisi pada tahun 2012.

Sistem zonasi yang berlaku saat ini didasarkan pada Surat Keputusan Direktur

Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam No: SK. 28/IV-ET/2012 yang

membagi zonasi menjadi sembilan zona, salah satunya adalah Zona Budidaya

Bahari. Total luas kawasan Zona Budidaya Bahari adalah 1 370.729 ha, sedangkan

di perairan Pulau Kemujan seluas 432.431 ha. Zona Budidaya Bahari difungsikan

untuk mendukung kepentingan budi daya perikanan. Kegiatan yang diperbolehkan

adalah budi daya rumput laut, karamba jaring apung dan sebagainya, sedangkan

aktifitas yang tidak diperbolehkan adalah secara sengaja atau tidak sengaja

mengambil, mengganggu atau memindahkan biota baik yang masih hidup atau mati

beserta bagian-bagiannya. Keberadaan biota laut di perairan Kemujan yang

berpengaruh terhadap kegiatan budi daya rumput laut adalah keberadaan terumbu

karang dan penyu. Pelanggaran aturan Zona Budidaya Bahari dikenai sanksi berupa

kurungan dan denda sesuai dengan pasal 21 (2) dan 33 (3) UU No. 5/1990.

Page 47: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

35

BUDI DAYA RUMPUT LAUT DI DESA KEMUJAN

Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa Kemujan

Budi daya rumput laut mulai berkembang di Desa Kemujan sekitar tahun

1993. Hingga tahun 2014, sektor budi daya rumput laut mengalami perkembangan

yang fluktuatif. Tahun 1993, budi daya rumput laut di Desa Kemujan (perairan

Pulau Kemujan) hanya dilakukan oleh beberapa orang yang berpusat di perairan

Dusun Mrican. Kendala yang dihadapi pada waktu tersebut adalah belum adanya

rantai pemasaran yang jelas dari hasil panen yang diperoleh, sehingga aktivitas budi

daya rumput laut sempat terhenti. Budi daya rumput laut kembali berkembang

sekitar tahun 2000 setelah kedatangan beberapa pengepul besar (bos) yang berasal

dari luar Karimunjawa, mendorong masyarakat untuk kembali mengembangkan

budi daya rumput laut melalui pengepul lokal (pengepul).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Setyaningsih (2011) bahwa budi daya

rumput laut di Karimunjawa mulai dikenalkan kepada masyarakat pada tahun 2000.

Keberadaan bos cukup menjanjikan sehingga terdapat peluang diterimanya hasil

panen rumput laut dari Desa Kemujan di pasar. Dorongan mengembangkan budi

daya rumput laut ditunjukkan dengan memberikan pinjaman modal usaha bagi

setiap orang yang mau melakukan budi daya rumput laut. Rumput laut kemudian

menjadi primadona di Desa Kemujan dan perlahan terus mengalami kenaikan harga.

Pada awal perkembangan rumput laut, kisaran harga rumput laut basah adalah

Rp600/kg. Hingga saat ini, Pembudidaya umumnya menjual rumput laut basah

kepada pengepul dengan kisaran harga mulai Rp1 2000 sampai Rp1 300/kg,

sedangkan harga jual rumput laut kering mulai Rp11 000 sampai Rp13 000/kg.

Kenaikan harga rumput laut banyak menarik minat masyarakat untuk

membudidayakan rumput laut.

Desa Kemujan yang diwakili oleh Kelompok Pembudidaya Rumput Laut

Alga Jaya (Dusun Mrican) pernah tercatat menjuarai kompetisi budi daya rumput

laut yang diselenggarakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara

dan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007. Pemerintah memberikan bantuan

sarana produksi rumput laut atas prestasi yang diraih. Hal ini kemudian mendorong

masyarakat lainnya turut melakukan budi daya rumput laut. Hingga kurun waktu

tahun 2013, bantuan pemerintah yang telah diberikan antara lain pada tahun 2012

kepada satu kelompok, dan tahun 2013 pada dua kelompok. Bantuan pemerintah

masih terbatas pada beberapa kelompok dengan kualifikasi tertentu.

Perkembangan jumlah pembudidaya rumput laut lebih banyak dikarenakan

adanya bantuan modal dari pengepul. Kondisi ini kemudian memunculkan

hubungan patron klien antara pembudidaya rumput laut dengan pengepul.

Pembudidaya rumput laut terikat kepada pengepul dan diharuskan menjual hasil

panen kepada pengepul yang bersangkutan apabila masih memiliki hutang.

Akibatnya, harga rumput laut yang dijual oleh pembudidaya juga ditentukan oleh

pengepul. sebagaimana yang disampaikan melalui cuplikan hasil wawancara

berikut:

Page 48: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

36

“Petani kene ketergantungan, coro arep mandiri angel. Nek aku mbok

we’i, mbok tuntun, yo ngadek, nek tibo yo junjaten. Dadi pola pikire

isih ngonoiku. Dadi durung ono kepikiran aku tuku tali dewe utowo

taruhlah nggolek bakul dewe. Dadi nduwe jragan, jragan kene lokal.

Adapun harga yo wes kono, mbok regani murah mbok regani larang yo

wes kuwe, padahal sakjane dia iso rong-ewu iso telung-ewu kan nek iso

ngadek dewe. Jenenge barang diwei kan ngono” (IMT, Pembudidaya

Rumput Laut).

– “(Petani di sini ketergantungan, jika ingin mandiri susah. Jika saya

kamu beri, kamu tuntun, saya berdiri, jika jatuh ya kamu angkat. Jadi

pola pikirnya masih seperti itu. Jadi belum terfikir saya beli tali sendiri

atau taruhlah mencari pembeli sendiri. Jadi memiliki bos, bos di sini

lokal. Adapun harga dari mereka, kamu beri murah kamu beri mahal

terserah kamu, padahal seharusnya dia bisa dua ribu-tiga ribu kalau

berdiri sendiri. Namanya barang diberi kan seperti itu” (IMT,

Pembudidaya Rumput Laut).

Perkembangan jumlah pembudidaya rumput laut juga menambah luasan

lahan budi daya yang diperlukan. Perkembangan paling tinggi tercatat pada tahun

2010 dimana hampir seluruh masyarakat Desa Kemujan beralih mata pencaharian

dari nelayan menjadi budi daya rumput laut. Kondisi yang sama juga terjadi di Desa

karimunjawa dan Desa Parang yang juga merasakan keuntungan dan kemudahan

membudidayakan rumput laut. Hal ini membawa dampak positif bagi kelangsungan

konservasi karena mengurangi tingkat degradasi wilayah perairan akibat praktik

penangkapan ikan yang desdruktif. Namun di sisi lain, perkembangan budi daya

rumput laut juga membawa dampak negatif yaitu adanya tekanan terhadap zonasi

(BTNKJ 2010a). Tercatat pada tahun 2009, terdapat 1 258.969 ha wilayah perairan

Taman Nasional Karimunjawa yang digunakan sebagai lokasi budi daya rumput

laut. Ini berarti luasan yang digunakan telah melebihi luas zona budi daya yang ada

dan telah memanfaatkan kawasan zona lain (BTNKJ 2012)1.

Setelah mengalami kejayaan pada kisaran tahun 2010, sektor budi daya

rumput laut di Karimunjawa mengalami penurunan drastis akibat terserang

penyakit ice-ice2 dan lumut gotho3 pada rumput laut. Namun penurunan jumlah

pembudidaya rumput laut secara drastis tidak terjadi di desa Kemujan. Masyarakat

Kemujan menjadikan budi daya rumput laut sebagai mata pencaharian utama dan

sampingan. Diantara ketiga lainnya, masyarakat Kemujan yang masih

mempertahankan usaha budi daya rumput laut. Hal ini dikarenakan telah adanya

kenyamanan dan kemudahan dalam melakukan budi daya rumput laut. Menurut

penuturan salah seorang pembudidaya rumput laut masyarakat Desa Kemujan terus

1 Pada tahun 2009, pengelolaan kawasan TNKJ masih mengacu pada aturan zonasi yang

ditetapkan pada tahun 2005 dengan luas zona budi daya seluas 788,213 ha. 2 Ice-ice adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang bagian pangkal

batang rumput laut sehingga menyebabkan batang menjadi patah dan rumput laut jatuh ke dasar laut.

Penduduk setempat biasa menyebut sebagai penyakit putih-putih, karena bagian batang yang

diserang berwarna putih. 3 Lumut gotho (sebutan penduduk setempat) menyerang hampir seluruh bagian rumput laut

dengan cara menempel pada rumput laut. Lumut gotho menyebabkan pertumbuhan rumput laut

menjadi lambat.

Page 49: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

37

bertahan dikarenakan tidak ada pilihan lain dalam mencari pekerjaan. Berbeda

dengan wilayah desa lainnya terdapat pilihan ragam mata pencaharian lain.

Hingga tahun 2014, sebagian besar masyarakat Desa Kemujan melakukan

kegiatan budi daya rumput laut yang terkonsentrasi di Dusun Batulawang, Telaga,

dan Mrican. Jumlah pembudidaya rumput laut yang tergabung dalam kelompok tani

rumput laut adalah 145 orang. Di samping itu masih banyak pembudidaya rumput

laut yang belum bergabung dalam kelompok. Kelompok tani rumput laut dibentuk

sebagai salah satu langkah pengajuan bantuan sarana produksi rumput laut kepada

pemerintah. Budi daya rumput laut yang dikembangkan oleh masyarakat Desa

Kemujan tidak hanya dilakukan oleh laki-laki. Perempuan juga turun andil dalam

usaha ini mulai dari penanaman hingga pasca panen.

Pola Penanaman Rumput Laut

Jenis rumput laut yang banyak dibudi dayakan di wilayah perairan Pulau

Kemujan adalah Euchema cottonii. Metode yang digunakan adalah metode longline.

Metode ini membutuhkan sedikitnya 3 (Tiga) macam tali, yaitu tali jangkar (Ø 5 –

6 mm), tali pancang (Ø 3 – 4 mm) dan tali ikat (Ø 1 – 1,5 mm). Tali ikat ini bisa

diganti dengan tali rafia, yang berfungsi untuk mengikat rumput laut pada tali

pancang. Agar tali bisa mengapung di permukaan maka dibutuhkan pelampung.

Masyarakat Karimunjawa memanfaatkan botol-botol bekas minuman sebagai

pelampung (BTNKJ 2010a). Tahapan penanaman rumput laut meliputi:

1) Persiapan lahan, alat, dan bahan.

Persiapan lahan dilakukan dengan menentukan lahan yang akan digunakan.

Pembudidaya yang baru pertama kali membudidayakan rumput laut mencari lahan

yang masih kosong. Hal ini penting agar tidak tumpang tindih dengan pembudidaya

lainnya. Pemilihan lahan biasanya terlebih dahulu menanyakan dengan

pembudidaya rumput laut yang telah beroperasi terlebih dahulu. Lahan yang kosong

ditandai dengan tidak adanya tali jangkar atau peralatan rumput laut lainnya.

Terdapat berbagai kriteria pemilihan lahan yang sesuai untuk budi daya rumput laut

yaitu: a) lahan berpasir jika di wilayah dangkal (3–5 m) dan lahan yang ditumbuhi

karang jika di perairan dalam (7–10 m); b) frekuensi tiupan angin yang sedang; dan

c) frekuensi ombak yang sedang. Setelah terpilih lahan yang sesuai, pembudidaya

umumnya memberikan tanda-tanda batas wilayah mereka menggunakan tanda yang

mudah dikenali seperti bendera atau pelampung.

Pembudidaya rumput laut memasang tali jangkar terlebih dahulu setelah

penentuan lahan. Umunya kegiatan ini dibantu oleh pembudidaya lainnya yang

sudah mahir. Tali jangkar merupakan tali utama sebagai pengikat tali pancang.

Sebelum tali pancang diikat pada tali jangkar, terlebih dahulu dipasangkan dengan

tali ikat yang umumnya menggunakan tali rafia. Pemasangan tali rafia dilakukan di

darat dengan jarak antartali sekitar satu jengkal. Panjang masing-masing tali yang

digunakan diperkirakan berdasarkan kondisi wilayah perairan. Persiapan bibit

rumput laut oleh pembudidaya dengan menyediakan bibit yang dapat diperoleh

dengan membeli dari pembudidaya lainnya atau mengambil bagian dari rumput laut

yang sudah sebelumnya ditanam, yang biasa disebut sebagai mencar. Umumnya

pembudidaya menggunakan bibit lokal dan bibit bantuan dari Dinas Kelautan dan

Page 50: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

38

Perikanan Provinsi Jawa Tengah yang berasal dari lampung. Menurut penuturan

pembudidaya, pertumbuhan rumput laut lebih baik yang berasal dari Lampung.

2) Penanaman

Teknik penanaman bibit rumput laut adalah dengan mengikatkan bibit rumput

laut pada tali ikat. Umumnya pembudidaya langsung mengikatkan bibit rumput laut

di perairan, namun beberapa pembudidaya mengikat bibit rumput laut saat di darat

dengan alasan kenyamanan. Penanaman rumput laut di wilayah perairan

menggunakan alat bantu jukong4. Penanaman 1 kuintal bibit dapat dilakukan pada

kisaran satu minggu.

3) Perawatan

Perawatan rumput laut mudah dilakukan. Pembudidaya melakukan

pengecekan di lokasi penanaman disesuaikan dengan kondisi musim dan cuaca.

Bentuk perawatan adalah dengan membersihkan tali rumput laut dan rumput laut

dari serangan lumut dan penyakit ice-ice. Lumut yang dapat dibersihkan disebut

dengan lumut penthol yang tidak merugikan rumput laut, sedang kan lumut yang

menyebabkan pertumbuhan rumput laut terhenti adalah lumut gotho. Hingga saat

ini belum ditemukan penanganan seragan lumut gotho, sehingga apabila rumput lat

terserang lumut ini maka pembudidaya lebih memilih untuk memanen. Perawatan

rumput laut yang terkena serangan penyakitt ice-ice adalah dengan memutus bagian

yang terserang sehingga tidak menjalar pada bagian lainnya.

4) Pemanenan

Masa tunggu dari masa tanam hingga panen antara 45-60 hari. Teknik

pemanenan dilakukan dengan melepaskan rumput laut dari ikatan tali. Agar

mempercepat proses panen, rumput laut ditarik hingga terlepas dari tali pengikat.

Pemanenan biasa dilakukan oleh dua orang yang menaiki satu jukong. Rumput laut

kemudian dikumpulkan di atas jukong untuk ditimbang di darat. Pembudidaya

rumput laut umumnya menjuat rumput laut basah kepada pengepul.

5) Pengeringan

Proses pengeringan menjadi tanggung jawab pengepul. Pengeringan rumput

laut dilakukan dengan menjemur rumput laut di atas papan yang berlubang mulai

dari pagi hingga sore hari. Pengepul umumnya menyewa jasa pembudidaya lainnya

untuk memikul rumput laut saat penimbangan hingga pengeringan. Biasanya

pengeringan dilakukan oleh sesama pembudidaya yang berjenis kelamin

perempuan untuk sampingan. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan rumput

laut antara 4-6 hari bergantung pada kondisi cuaca. Rumput laut kering disimpan di

gudang untuk menunggu waktu pengiriman.

4 Jukong adalah sebutan untuk sampan yang dioperasikan menggunakan kayuh. Jukong biasa

dimanfaatkan sebagai alat transportasi budi daya rumput laut mulai dari tahap penanaman,

perawatan hingga panen. Jukong juga digunakan untuk mencari ikan atau alat transportasi di wilayah

perairan yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Page 51: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

39

Karakteristik Usaha Budi Daya Rumput Laut di Desa Kemujan

Budi daya rumput laut di desa Kemujan yang terus dikembangkan oleh

masyarakat memiliki karaktristik yang dapat dikategorikan berdasarkan aspek

teknis, sosial, dan ekonomi. Aspek teknis meliputi metode, lokasi, dan kedalaman.

Aspek sosial meliputi relasi antarpihak dan stratifikasi pembudidaya rumput laut,

sedangkan aspek ekonomi dilihat dari modal yang digunakan oleh pembudidaya

dalam melaksanakan usaha budi daya rumput laut. Secara ringkas karakteristik

usaha budi daya rumput laut di Desa kemujan dijelaskan pada Tabel 10.

Berdasarkan karakteristik tersebut, aspek yang menarik untuk dikaji adalah metode

budi daya rumput laut dan stratifikasi pembudidaya rumput laut. Metode budi daya

rumput laut yang digunakan berhubungan dengan karakteristik pemanfaatan lahan

yang akan dibahas pada bab selanjutnya, sedangkan stratifikasi pembudidaya

rumput laut mampu menjadi dasar analisis potensi konflik hak kepemilikan yang

dibahas pada bab selanjutnya.

Tabel 10 Karakteristik usaha budi daya rumput laut di Desa Kemujan

Aspek Kategori Karakteristik

Teknis Metode Longline

Lokasi Di laut

Kedalaman 2-7 meter

Sosial Relasi antarpihak Sistem patron-klien antara pembudidaya rumput laut

dengan pengepul dan bos

Statifikasi

pembudidaya

rumput laut

Pembudidaya rumput laut yang hanya menanam (Tipe

1)

Pembudidaya rumput laut yang menanam sekaligus

menjadi pengepul (Tipe 2)

Pembudidaya rumput laut yang menanam dan

menjabat sebagai ketua kelompok (Tipe 3)

Pembudidaya rumput laut yang menanam, menjadi

pengepul, dan menjabat sebagai ketua kelompok

(Tipe 4)

Ekonomi Modal usaha Modal pribadi

Modal pinjaman

Modal pribadi dan pinjaman

Permasalahan

Selain kualitas bibit, pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh berbagai

hal diantaranya arus dan angin (Samad 2011). Dalam kurun waktu satu tahun,

musim dan pola angin musim yang bertiup di perairan berbeda di bulan-bulan

tertentu. Angin yang bertiup di wilayah perairan juga berpengaruh terhadap

kecepatan arus. Kombinasi angin musim dan arus berpengaruh terhadap adanya

penyakit ice-ice dan terserang lumut gotho. Informasi mengenai pola musim dalam

satu tahun menggunakan tenik Kalender Musim dengan metode Focus Group

Discussion. Adapun Kalender Musim budi daya rumput laut Desa Kemujan dapat

dilihat pada Tabel 11.

Page 52: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

40

Selain permasalahan produktifitas rumput laut, permasalahan lain yang

muncul berkaitan dengan status perairan Pulau Kemujan yang termasuk dalam

kawasan TNKJ. Sehubungan dengan hal ini, maka pemanfaatannya didasarkan atas

aturan zonasi TNKJ. Aturan zonasi memuat pemanfaatan suatu wilayah sesuai

dengan peruntukannya serta adanya perlindungan biota. Zona yang difungsikan

untuk aktivitas budi daya rumput adalah Zona Budidaya Bahari. Lokasi Zona

Budidaya Bahari di perairan Pulau Kemujan dibatasi, sehingga memperkecil akses

pemanfaatan lahan untuk budi daya rumput laut. Selain itu, adanya aturan

perlindungan karang dan penyu menjadi hambatan bagi pembudidaya rumput laut.

Beberapa pembudidaya rumput laut memanfaatkan karang sebagai pengikat tali

jangkar di dasar perairan, sedangkan keberadaan penyu merupakan hama pemakan

sekaligus perusak rumput laut.

Ikhtisar

Budi daya rumput laut mulai berkembang di Desa Kemujan sekitar tahun

1993. Belum adanya rantai pemasaran yang jelas mengakibatkan budi daya rumput

laut sempat terhenti. Perkembangan terjadi pada tahun 2000 setelah kedatangan

beberapa pengepul besar (bos) yang memberikan modal usaha kepada pengepul

lokal (pengepul) dan pembudidaya. Pemerintah juga mendorong perkembangan

budi daya rumput laut melalui bantuan sarana produksi yang telah diberikan mulai

tahun 2007 hingga 2013 kepada kelompok tani rumput laut berdasarkan kualifikasi

tertentu. Perkembangan paling tinggi tercatat pada tahun 2010 dimana hampir

seluruh masyarakat Desa Kemujan beralih matapencaharian dari nelayan menjadi

budi daya rumput laut. Sekitar tahun 2012 kembali mengalami penurunan produksi

akibat terserang penyakit ice-ice dan lumut gotho. Hingga tahun 2014, sebagian besar

masyarakat Desa Kemujan masih melakukan kegiatan budi daya rumput laut yang

terkonsentrasi di Dusun Batulawang, Telaga, dan Mrican. Penanaman rumput laut

dilakukan melalui: 1) persiapan lahan, alat, dan bahan; 2) penanaman; 3) perawatan;

4) pemanenan; dan 5) pengeringan. Karakteristik usaha budi daya rumput laut di

Desa Kemujan dikategorikan ke dalam aspek teknis, sosial, dan ekonomi.

Permasalahan yang dihadapi meliputi: 1) rumput laut terserang penyakit ice-ice dan

lumut gotho pada musim tertentu; 2) terbatasnya akses pemanfaatan Zona Budidaya

Bahari; dan 3) adanya perlindungan karang dan penyu.

Page 53: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

41

Tabel 11 Kalender Musim penanaman rumput laut Desa Kemujan

Bulan

Aspek

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des

Musim Hujan Hujan Hujan Hujan-

Kemarau

Kemarau Kemarau Kemarau Kemarau Kemarau Kemarau-

Hujan

Hujan Hujan

Angin Barat

kencang

Barat

kencang

Barat agak

teduh

Barat

teduh

Barat

teduh

Barat

teduh

(peralihan

angin

timur)

Timur

kencang

Timur

kencang

Timur

agak teduh

Timur

teduh

Timur

teduh

Timur

teduh

(peralihan

angin

barat)

Ombak Besar Besar Cukup

besar

Teduh Teduh Cukup

besar

Besar Besar Cukup

besar

Teduh Teduh Cukup

besar

Lumut Gotho Sedikit Sedikit Mulai

meningkat

Banyak Banyak Mulai

berkurang

Sedikit Sedikit Mulai

meningkat

Banyak Banyak Mulai

berkurang

Ice-ice Sedikit Sedikit Mulai

meningkat

Banyak Banyak Mulai

berkurang

Sedikit Sedikit Mulai

meningkat

Banyak Banyak Mulai

berkurang

Pertumbuhan

rumput laut

Cepat Cepat Berkurang Lambat Lambat Meningkat Cepat Cepat Berkurang Lambat Lambat Meningkat

Masa tanam-

panen

± 45 hari ± 45

hari

± 45 hari ± 60 hari ± 60 hari ± 45 hari ± 45 hari ± 45 hari ± 45 hari ± 60 hari ± 60

hari

± 45 hari

Page 54: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

42

Page 55: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

43

SISTEM HAK KEPEMILIKAN LAHAN BUDI DAYA RUMPUT

LAUT DI PERAIRAN PULAU KEMUJAN

“Laut itu kan bukan untuk dibatasi. Laut itu untuk semua warga yang

menginginkan. Jadi yang mau membuat ya silakan ...” (ERM,

Pembudidaya Rumput Laut).

Wilayah perairan memiliki karakteristik yang khas dibanding wilayah

daratan. Analisis karakteristik sumber daya perairan berdasarkan klasifikasi tipe

sumber daya alam menurut Ostrom (1994) adalah memiliki derajat exclusion yang

rendah dan subtractability yang tinggi, sehingga sumber daya perairan termasuk

dalam klasifikasi sumber daya bersama (common-pool resources). Kutipan

wawancara di atas memperlihatkan bagaimana masyarakat menganggap sumber

daya perairan adalah sumber daya yang boleh dimanfaatkan oleh siapa saja (rezim

open access). Berkes (1996) dikutip Priyatna (2013) berpendapat bahwa dalam

kenyataannya sangatlah sulit mendapatkan jenis sumber daya bersifat common-pool

resources yang murni ke dalam salah satu rezim kepemilikan sumber daya. Secara

hukum, wilayah perairan di Indonesia adalah milik negara (state property) menurut

Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3. Perairan Pulau Kemujan termasuk

dalam kawasan TNKJ sebagai salah satu bentuk Kawasan Pelestarian Alam (KPA)

yang pengelolaannya dilakukan oleh negara (Pasal 34 ayat 10 UU No. 5/1990).

Sistem zonasi diberlakukan sebagai bentuk pengelolaan TNKJ yang dibagi menjadi

sembilan zona, salah satunya adalah Zona Budidaya Bahari yang diperuntukkan

bagi kegiatan budi daya.

“... andaikan sebuah rumah anggaplah itu Karimunjawa, di dalam

rumah itu kan ada ruang-ruang khusus yang memiiki fungsi berbeda,

misalnya ruang tamu untuk menyambut tamu. Tetapi kan tamu itu

tidak boleh masuk lebih dalam lagi tanpa seizin yang punya rumah.

Apalagi ke kamar tidur misalnya. Dan isi kamar ini kan tidak semua

orang bisa tau atau mengambil barang tertentu. Ada bagian rumah

lainnya yang untuk menopang hidup penghuninya, misalnya dapur.

Dapur untuk memproduksi makanan. Begitu pula disini, kalau

dianalogikan seperti itu... ” (MYD, BTNKJ).

Ilustrasi tersebut menjelaskan bahwa zonasi ditetapkan dengan peruntukan

dan fungsinya masing-masing. Terdapat wilayah yang harus dijaga dan terdapat

wilayah yang boleh dimanfaatkan atas dasar kriteria tertentu 5 . Secara umum

masyarakat telah mengakui penetapan wilayah Kepulauan Karimunjawa sebagai

kawasan taman nasional dan mengakui keberadaan BTNKJ sebagai pengelola.

Sosialisasi yang terencana telah dilaksanakan mengenai sistem zonasi yang berlaku,

namun masih terfokus pada sosialisasi mengenai zona inti dan perlindungan satwa.

Permasalahan muncul karena masyarakat menganggap bahwa wilayah

perairan selain zona inti dapat dimanfaatkan secara bebas. Hal ini juga terjadi pada

5 Metode penentuan zona dengan memberikan skor penilaian pada kriteria ekologi, sosial,

dan ekonomi (BTNKJ 2012)

Page 56: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

44

pemanfaatan wilayah perairan untuk kegiatan budi daya rumput laut. Wilayah

perairan selain zona inti dianggap terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkan.

Hal ini memicu pemanfaatan wilayah perairan yang tidak sesuai dengan

peruntukannya. Padahal, sistem zonasi merupakan bentuk pengelolaan yang

ditujukan untuk menjaga keseimbangan lingkungan seiring dengan pemafaatan

yang dilakukan.

Karakteristik Pemanfaatan Lahan Budi Daya Rumput Laut

Metode budi daya rumput laut yang digunakan di perairan Pulau Kemujan

adalah metode longline. Metode ini memanfaatkan wilayah perairan mulai dari

permukaan hingga dasar laut. Bagian permukaan merupakan tempat tumbuhnya

rumput laut, sedangkan pada wilayah dasar laut terdapat tali jangkar sebagai tali

pengikat tali pancang. Rumput laut pada tali yang dibentangkan di perairan

(kondisi yang ideal adalah berada di bawah permukaan air). Pembudidaya rumput

laut menggunakan botol-botol bekas yang diikatkan pada tali pancang agar tidak

tenggelam. Panjang tali pancang yang digunakan antara 70 sampai 120 meter

dengan jarak antar tali pancang 1 sampai 2 meter bergantung kondisi perairan.

Pembudidaya rumput laut menempati lahan yang masih kosong dan dinilai

sesuai untuk pertumbuhan rumput laut (“siapa cepat, dia dapat”). Umumnya

pembudidaya juga memilih lokasi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah.

Apabila pembudidaya ingin menambah jumlah tali yang dimiliki, maka strategi

yang dilakukan adalah mencari lokasi yang masih kosong atau memperkecil jarak

antartali yang sebelumnya sudah dipasang. Pola pemanfaatan lahan umumnya

mengelompok berdasarkan hubungan kekerabatan. Bab sebelumnya telah

membahas pola tanam rumput laut yang dipetakan melalui kalender musim (Tabel

11). Adanya perubahan musim berpengaruh terhadap pola pemakaian lahan yang

berbeda di ketiga dusun. Beberapa pembudidaya melakukan strategi berpindah

lahan pada musim-musim tertentu (Gambar 3, 4, dan 5).

Gambar 3 Sketsa penggunaan lahan yang sesuai di Dusun Batulawang

Keterangan: x x x x x : Lahan yang sesuai

pada musim barat

x x x x x : Lahan yang sesuai

pada musim timur

Page 57: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

45

Gambar 4 Sketsa penggunaan lahan yang sesuai di Dusun Telaga

Gambar 5 Sketsa penggunaan lahan yang sesuai di Dusun Mrican

Di Dusun Batulawang (Gambar 3), lokasi yang sesuai saat musim barat

berada pada lokasi yang ditandai dengan tanda silang (x) berwarna biru, sedangkan

saat musim timur ditandai dengan warna merah. Berpindahnya lokasi budi daya

rumput laut juga terjadi di Dusun Mrican (Gambar 5), lokasi yang sesuai saat musim

barat berada pada lokasi yang ditandai dengan tanda silang (x) berwarna biru,

sedangkan saat musim timur ditandai dengan warna merah. Sedangkan di Dusun

Telaga (Gambar 4), pembudidaya tetap membudidayakan rumput laut di lokasi

yang sama. Hal ini dikarenakan pengaruh musim di perairan Dusun Telaga tidak

terlalu berpengaruh drastis, sehingga pembudidaya memilih untuk bertahan dan

melakukan perawatan rumput laut untuk menangani hama penyakit.

Berpindahnya lokasi budi daya menggambarkan bahwa setiap pembudidaya

dapat memiliki lebih dari satu lokasi. Pembudidaya tetap meninggalkan tali jangkar

dan pelampung tali jangkar di lokasi yang tidak digunakan saat musim tidak

mendukung pertumbuhan rumput laut. Tali jangkar sengaja tetap dibiarkan di

wilayah perairan agar lokasi tidak ditempati pembudidaya lainnya, disamping

pemasangan tali jangkar yang sulit dilakukan. Sedangkan tali pancang diambil

untuk dibersihkan dan digunakan di lokasi lainnya yang sesuai dengan musim

tertentu. Hal ini diungkapkan oleh salah satu pembudidaya sebagai berikut:

Keterangan: x x x x x : Lahan yang sesuai

pada musim barat

x x x x x : Lahan yang sesuai

pada musim timur

Keterangan: x x x x x : Lahan yang sesuai

pada musim barat dan

musim timur

Page 58: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

46

“... taline digowo muleh kabeh, dadi karek umpal-umpal (lan) tali

jangkar...” (PMN, Pembudidaya Rumput Laut).

– “talinya dibawa pulang semua, jadi tinggal pelampung (dan) tali

jangkar...” (PMN, Pembudidaya Rumput Laut).

Aturan Hak Kepemilikan

Aturan Hak Kepemilikan Secara De Jure

Sesuai dengan Larson (2013), hak menurut undang-undang atau de jure

berkenaan dengan seperangkat aturan yang dibuat dan dilindungi oleh negara

(misalnya, bukti kepemilikan yang terdaftar, kontrak konsesi, peraturan perundang-

undangan tentang kehutanan). Aturan formal (de jure) yang telah dibuat oleh

pemerintah berkaitan dengan pengelolaan wilayah konservasi khususnya TNKJ dan

pemanfaatan sumber daya kelautan yang disajikan pada Tabel 12. Menurut Satria

et al. (2006), Undang-undang No. 5/1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati masih menjadi referensi utama dalam pelaksanaan konservasi. Hal ini

dikarenakan wewenang pengelolaan kawasan konservasi dalam bentuk taman

nasional kawasan kehutanan dan perairan masih berada pada Kementrian

Kehutanan.

Tabel 12 Matriks rujukan aturan formal pengelolaan Taman Nasional

Karimunjawa

Sumber Isi

UU No 5/1990 Tentang

Konservasi Sumber Daya Alam

dan Ekosistem

Pasal 34 (1): Pengelolaan taman nasional, taman hutan raya,

dan taman wisata alam dilaksanakan oleh Pemerintah.

SK Dirjen PHKA No: SK.

28/IV-SET/2012 Tentang

Zonasi Taman Nasional

Karimunjawa Direktur Jenderal

Perlindungan Hutan dan

Konsevasi Alam

Pembagian zonasi Taman Nasional Karimunjawa seluas 111

625 hektar menjadi sembilan zona meliputi zona inti, zona

rimba, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan darat,

zona pemanfaatan wisata bahari, Zona Budidaya Bahari,

zona religi budaya dan sejarah, zona rehabilitasi, dan zona

tradisional perikanan.

PP No. 28/2011 Tentang

Pengelolaan Kawasan Suaka

Alam dan Kawasan Pelestarian

Alam

Pasal 49 (3b): Pemberdayaan masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui pemberian izin

untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok

pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisional, serta izin

pengusahaan jasa wisata alam.

Berdasarkan Tabel 12, secara ringkas bahwa wewenang pengelolaan TNKJ

dilakukan oleh pemerintah. Namun masyarakat tetap diberikan akses pemanfaatan

sesuai dengan kriteria penetapan sistem zonasi TNKJ. Pemanfaatan oleh

masyarakat yang masih menggunakan cara-cara tradisional juga diatur dalam PP

No. 28/2011 bahwa diperlukannya izin yang diajukan kepada pengelola. Namun

aturan teknis mengenai izin pemanfaatan tradisional wilayah TNKJ oleh

masyarakat belum disusun dan belum menjadi prioritas oleh pihak pengelola dalam

konteks pengelolaan TNKJ. Adapun saat ini, pengelolaan wilayah konservasi

kelautan, khususnya dalam bentuk taman nasional menjadi arena yang direbutkan

oleh Kementrian Kehutanan yang saat ini memegang wewenang pengelolaan dan

Page 59: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

47

Kementrian Kelautan dan Perikanan yang melingkupi pengelolaan wilayah

kelautan. Aturan mengenai pemanfaatan wilayah kelautan sendiri telah disusun

melalui UU No. 1/2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 27/2007

Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Undang-undang ini

membawa pembaruan bagi aturan pemanfaatan wilayah perairan yang semula

berupa Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) yang diubah menjadi Izin Lokasi

(Pasal 16:1, 20:2, dan 71:1). Kedua rujukan aturan tersebut sama-sama mengatur

izin pemanfaatan tradisional di wilayah perairan, namun masih terdapat kelemahan

masing-masing aturan sebagaimana yang dibandingkan pada Tabel 13.

Tabel 13 Matriks perbandingan rujukan aturan pemanfaatan wilayah perairan

Aspek UU No 5/1990 dan PP No.

28/2011

UU No. 1/2014

Wewenang

Pengelolaan

Kementrian Kehutanan Kementrian Kelautan dan

Perikanan

Bentuk Pemanfaatan

Wilayah Perairan

Izin Pemanfaatan Tradisional Izin Lokasi

Kelemahan Belum terdapat aturan teknis

yang spesifik mengatur izin

pemanfaatan tradisional.

Belum terdapat aturan lanjutan

dalam bentuk Pereturan

Pemerintah (PP).

Belum terdapat aturan teknis

yang spesifik mengatur Izin

Lokasi.

Kedua aturan rujukan tersebut menunjukkan bahwa secara umum mengatur

izin pemanfaatan wilayah perairan yag dilakukan oleh masyarakat setempat,

sehingga hal ini memberikan akses pemanfaatan bagi masyarakat setempat. Namun,

kejelasan aturan lanjutan mengenai pemberian izin masih belum ditetapkan

sehingga aturan tersebut masih memiliki kelemahan. Hal krusial mengenai masalah

izin pemanfaatan diantaranya adalah pemberian izin kepada siapa yang memenuhi

persyaratan, batas waktu, dan batas luas wilayah pemanfaatan. Apabila hal ini

menjadi prioritas dalam pengelolaan wilayah perairan maka mampu memberikan

kejelasan hak kepemilikan sumber daya. Selain itu, pemegang otoritas pengelolaan

juga menentukan arah kebijakan pengelolaan TNKJ yang saat ini meliputi wilayah

daratan dan lautan. Berdasarkan bentuk geografisnya, maka idealnya terdapat dua

pihak yang berwenang pada pengelolaan wilayah darat (Kementrian Kehutanan)

dan wilayah laut (Kementrian Kelautan dan Perikanan). Hal ini menuntut kesiapan

pemegang otoritas dalam menjalankan kebijakan lintas sektor.

Aturan Hak Kepemilikan Secara De Facto Menurut Larson (2013), hak de facto merupakan pola interaksi yang

ditetapkan di luar lingkup hukum formal. Karakteristik pemanfaatan lahan budi

daya rumput laut dapat dijadikan sebagai dasar analisis aturan pemanfaatan lahan

secara de facto. Metode longline dalam budi daya rumput laut memanfaatkan

wilayah perairan mulai dari permukaan hingga dasar laut. Kondisi ini

mengakibatkan pembudidaya mampu mengklaim lahan perairan melalui batas-

batas tali rumput laut sebagai wilayah miliknya. Klaim atas hak kepemilikan

merupakan salah satu unsur hak kepemilikan (Bromley 1991 dikutip Priyatna

2013).

Page 60: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

48

Terdapat dua tipe klaim lahan budi daya rumput laut: pertama, lahan yang

sedang digunakan secara aktif untuk berproduksi. Lahan demikian tidak boleh

digunakan oleh pembudidaya lainnya dan kedua, lahan yang sedang pasif

berproduksi akibat pergantian musim. Tali pancang dan tali ikat diambil untuk

digunkakan di lokasi yang sesuai, sedangkan tali jangkar yang tetap dibiarkan di

lahan pasif. Hal ini dilakukan selain karena pemasangannya sulit, juga bertujuan

untuk memberi tanda bagi pembudidaya bahwa pada musim selanjutnya akan

digunakan kembali untuk berproduksi, sehingga pembudidaya lainnya juga tidak

diperbolehkan menempati lahan tersebut.

“... (taline) ijek, nek ora diijekake engko dienggoni uwong. Kan ora

pemajekan si? nek ijek ono taline mboten wantun” (YOS,

Pembudidaya Rumput Laut).

– “... (talinya) masih, kalau tidak dibiarkan nanti ditempati orang lain.

Tidak ada pajaknya kan? Kalau masih ada talinya tidak berani” (YOS,

Pembudidaya Rumput Laut).

Kedua tipe klaim lahan budi daya tersebut terbentuk tanpa adanya perumusan

aturan secara bersama antarpembudidaya rumput laut. Ketentuan penggunaan lahan

berdasarkan kebiasaan yang pada akhirnya melembaga. Antarpembudidaya rumput

laut sama-sama tahu ketentuan bahwa lahan yang telah ditempati oleh seorang

pembudidaya tidak dapat lagi digunakan oleh pembudidaya lainnya. Apabila

seorang pembudidaya baru ingin menggunakan lahan, maka mencari sendiri lahan

yang masih kosong. Sedangkan pembudidaya yang ingin meningkatkan produksi

rumput laut atau penambahan tali juga dapat dilakukan dengan mencari lahan lain

yang masih kosong atau dengan mempersempit jarak antartali apabila masih

memungkinkan.

“Kalau minta itu juga dikasih, tapi bilang dulu. Ndak boleh langsung

masang itu. Bilang dulu, (misal) ‘Tempatnya bapak sudah ndak

ditempati? Kalo boleh tak tempati’ ...” (RTA, Pembudidaya Rumput

Laut).

Pembudidaya dapat membatasi pihak lain untuk memanfaatkan lahan yang

“dimilikinya”. Namun, terdapat pengecualian bagi pembudidaya lain yang telah

mendapatkan izin untuk menempati lahan pasif “milik” seorang pembudidaya

sebagaimana yang dijelaskan pada kutipan wawancara tersebut. Apabila tanpa

meminta izin maka dapat menimbulkan konflik pemanfaatan lahan. Hal ini

diungkapkan oleh salah seorang informan sebagai berikut:

“...(tali) jangkar-jangkar nek ono sing nandur kok di tanduri uwong

yo sengketa” (IMT, Pembudidaya Rumput Laut).

– “...(tali) jangkar apabila ditanami kemudian ditanami oleh orang

lain akan menyebabkan sengketa” (IMT, Pembudidaya Rumput Laut).

Secara ringkas, aturan secara de facto penggunaan lahan perairan untuk budi

daya rumput laut yang berkembang di masyarakat disajikan pada Tabel 14.

Page 61: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

49

Tabel 14 Matriks aturan hak kepemilikan lahan budi daya rumput laut secara de

facto

Tipe klaim lahan Deskripsi Aturan

Lahan aktif Lahan yang sedang digunakan

secara aktif berproduksi tidak

dapat digunakan oleh

pembudidaya lainnya.

1) Pembudidaya rumput laut yang akan

memulai budi daya rumput laut

memilih lahan yang masih kosong

(“siapa cepat, dia dapat”);

2) penambahan tali untuk peningkatan

produktivitas rumput laut juga

dilakukan di lahan yang masih kosong

atau memperkecil jarak tali di lahan

yang sebelumnya sudah dipasang;

Lahan pasif Lahan yang sedang tidak

digunakan untuk berproduksi

akibat pergantian musim

dapat digunakan oleh

pembudidaya lainnya dengan

aturan tertentu.

1) Pembudidaya lain tidak diperbolehkan

memanfaatkan lahan yang masih

terdapat tali jangkar milik

pembudidaya sebelumnya (aturan

pemanfaatan lahan sama dengan lahan

aktif pada poin 1 dan 2);

2) pembudidaya lain diperbolehkan

menggunakan lahan apabila

mendapatkan izin dari pembudidaya

yang sebelumnya menempati lahan.

Hak Kepemilikan Berdasarkan Bundle of Rights

Wilayah konservasi yang ditetapkan secara sentralistik mampu mengubah

sistem hak kepemilikan sumber daya (Hartono et al. 2012). Hal ini terjadi pula di

kawasan TNKJ yang sebelumnya berstatus sebagai cagar alam. Pengelolaan

kawasan TNKJ menjadi tanggung jawab pemerintah (UU No. 5/1990).

Implementasinya berupa adanya aturan-aturan pengelolaan kawasan TNKJ. Sistem

zonasi sebagaimana bentuk pengelolaan TNKJ adalah perwujudan dari tiga fungsi

taman nasional sebagai KPA meliputi perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara

lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (Pasal 1 ayat 13 UU No. 5/1990).

Dari ketiga fungsi tersebut, Zona Budidaya Bahari memerankan fungsi yang ketiga

yaitu sebagai kawasan pemanfaatan secara lestari. Konteks pemanfaatan yang

dilakukan adalah pemanfaatan yang dilakukan secara lestari, sehingga masih terikat

pada hukum yang berlaku. Pemberian akses kepada masyarakat untuk

memanfaatkan kawasan Zona Budidaya Bahari sesuai dengan peruntukannya

menunjukkan bahwa secara hukum (de jure) pembudidaya rumput laut diberikan

hak pemanfaatan. Namun pada kenyataannya, terdapat sekumpulan hak (bundle of

rights) lainnya yang dapat dimiliki oleh pembudidaya rumput laut melalui

mekanisme sosial.

Merujuk pada Hanna dan Munasinghe (1995), hak kepemilikan merupakan

hasil dari interaksi manusia dengan lingkungan yang berkaitan dalam suatu sistem

politik, budaya, dan sosial ekonomi. Sistem hak kepemilikan sumber daya juga dapat dipandang sebagai suatu kesatuan dari struktur hak dan kewajiban (Bromley

1991 dikutip Priyatna 2013). Masyarakat merupakan pihak yang terlibat dalam

pemanfaatan sumber daya alam bagi penemuhan kebutuhan hidup dan berkembang

Page 62: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

50

pula aturan lokal (de facto) yang juga mengatur hak kepemilikan sumber daya alam

(Larson 2013). Hal ini menunjukkan bahwa hak kepemilikan akan dipengaruhi pola

interaksi manusia dengan lingkungannya yang mewujud menjadi hak kepemilikan

secara de facto.

Merujuk pada teori hak kepemilikan Ostrom dan Schlager (1990) dikutip

Satria (2009a), terdapat lima tipe hak kepemilikan meliputi hak akses, hak

pemanfaatan, hak pengelolaan, hak eksklusi, dan hak pengalihan. Berdasarkan

kelima tipe hak tersebut, tipe hak yang dimiliki oleh pembudidaya rumput laut dapat

dianalisis berdasarkan aturan hukum (de jure) dan aturan yang berkembang dalam

masyarakat melalui mekanisme sosial (de facto) yang disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Matriks tipe hak kepemilikan lahan budi daya rumput laut secara de

jure dan de facto

Kategori Tipe hak Deskripsi

Hak berdasarkan aturan

hukum (de jure)

Hak akses Pembudidaya rumput laut diperbolehkan untuk

memasuki wilayah Zona Budidaa Baharit.

Hak

pemanfaatan

Zona Budidaya Bahari difungsikan untuk

aktivitas budi daya perikanan, termasuk budi daya

rumput laut.

Hak berdasarkan

mekanisme sosial (de

facto)

Hak akses Pembudidaya rumput laut mampu memasuki

wilayah perairan.

Hak

pemanfaatan

Pembudidaya rumput laut mampu mengambil

manfaat wilayah perairan untuk berproduksi.

Hak

pengelolaan

Terdapat aturan penggunaan lahan budi daya

rumput laut yang berkembang di masyarakat

(Tabel 11).

Hak eksklusi Pembudidaya rumput laut dapat menentukan

siapa yang boleh memasuki dan memanfaatkan

wilayah lahan budi daya rumput laut yang diklaim

sebagai “miliknya”.

Tabel 15 menunjukkan bahwa secara hukum (de jure) pembudidaya rumput

laut diberikan hak pemanfaatan namun secara de facto pembudidaya rumput laut

memiliki sekumpulan hak meliputi hak akses, hak pemanfaatan, hak pengelolaan,

dan hak eksklusi. Ostrom dan Schlager (1990) dikutip Satria (2009a)

mendefinisikan hak eksklusi sebagai hak untuk menentukan siapa yang boleh

memiliki hak akses dan bagaimana hak akses tersebut dialihkan ke pihak lain. Hak

akses yaitu hak untuk masuk ke wilayah sumber daya yang memiliki batas-batas

yang jelas dan untuk menikmati manfaat non-ekstraktif. Namun, hak yang dapat

diberikan kepada pembudidaya lainnya tidak sebatas hak akses, namun juga hak

pemanfaatan. Hak pemanfaatan didefinisikan sebagai hak untuk memanfaatkan

sumber daya atau hak untuk berproduksi.

Selanjutnya, Ostrom dan Schlager (1996) dikutip Satria (2009a) juga

menjelaskan bahwa sekumpulan hak yang dimiliki mampu menunjukkan status

kepemilikan sumber daya alam (Tabel 3). Sesuai dengan Tabel 3, status

kepemilikan sumber daya alam ditentukan berdasarkan sekumpulan hak yang

dimiliki. Pembudidaya rumput laut secara de facto memiliki hak akses hingga hak

eksklusi, sehingga dapat dikategorikan pada status Proprietor. Ostrom dan Schlager

(1996) dikutip Priyatna (2013) mendefinisikan Proprietor sebagai “Proprietor are

Page 63: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

51

defined as individuals who possess collective-choice rights to participate in

management and exclusion. Proprietors authorize who may access resources and

how resources may be utilized; however, they do not have the right to alienate either

of these collective-choice rights”.

Potensi Konflik Hak Kepemilikan Sumber Daya

Secara de facto, wilayah perairan termasuk dalam sumber daya akses terbuka.

Secara umum masyarakat Desa Kemujan juga menganggap bahwa wilayah perairan

Kemujan boleh dimanfaatkan oleh siapa saja, meskipun masyarakat mengetahui

bahwa secara hukum wilayah perairan Pulau Kemujan termasuk dalam kawasan

TNKJ. Terdapat perbedaan hak kepemilikan lahan budi daya rumput laut yang

bersumber dari rujukan aturan secara de jure dan de facto, sehingga hal tersebut

menunjukkan bahwa hak kepemilikan masih belum terdefinisi secara jelas. Satria

(2009b) menyebutkan bahwa fenomena tersebut mampu menjadi pemicu konflik

hak kepemilikan sumber daya. Konflik sebagai suatu proses sosial melibatkan

hubungan antarpihak tertentu yang dalam kasus budi daya rumput laut di desa

kemujan teridentifikasi ke dalam tahapan potensi konflik. Adapun pihak yang

terlibat adalah sesama pembudidaya rumput laut dan pihak pengelola (BTNKJ).

Potensi konflik kepemilikan sumber daya perairan budi daya rumput laut di perairan

Pulau Kemujan dibedakan menjadi konflik horizontal dan konflik vertikal.

Potensi Konflik Horizontal

Potensi konflik horizontal terjadi antarsesama pembudidaya rumput laut yang

dalam kasus ini terjadi akibat adanya perbedaan kekuatan diantara keduanya. Hal

ini dikenal sebagai statifikasi sosial yang didefinisikan sebagai pembagian

masyarakat ke dalam lapisan-lapisan orang yang memiliki sumber-sumber langka

tapi diinginkan secara tidak sama (unequal), kesempatan hidup yang tidak sama,

dan pengaruh sosial yang tidak sama (Beteille 1985 dikutip Prasodjo dan Pandjaitan

2003). Munculnya stratifikasi sosial adalah karena adanya kedudukan yang

memberi ketidaksamaan dalam mengakses atau memiliki sesuatu yang dihargai

masyarakat, kesematan hidup (life-chances) yang tidak sama dan pengaruh sosial

yang tidak sama. Stratifikasi pembudidaya rumput laut berdasarkan Tabel 10

meliputi:

1. Pembudidaya rumput laut yang hanya menanam (Tipe 1)

2. Pembudidaya rumput laut yang menanam sekaligus menjadi pengepul (Tipe 2)

3. Pembudidaya rumput laut yang menanam dan menjabat sebagai ketua

kelompok (Tipe 3)

4. Pembudidaya rumput laut yang menanam, menjadi pengepul, dan menjabat

sebagai ketua kelompok (Tipe 4)

Stratifikasi pembudidaya rumput laut juga menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan kekuatan yang dimiliki masing-masing tipe. Tipe 4 merupakan tipe

dengan strata yang paling tinggi dimana seorang pembudidaya rumput laut

memiliki akses yang lebih banyak terhadap moda produksi. Semakin banyak moda

produksi yang dimiliki oleh pembudidaya rumput laut, maka semakin banyak

memanfaatkan lahan perairan. Hal ini mampu menimbulkan dominasi pemanfaatan

lahan perairan yang mampu memicu potensi konflik, sehingga pembudidaya

Page 64: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

52

rumput laut Tipe 1 merupakan pihak yang paling rentan terpinggirkan. Kasus

dominasi penggunaan lahan telah terjadi antara dua orang pembudidaya rumput laut

dimana salah satunya memiliki moda produksi yang lebih banyak (Pembudidaya

A) dibanding pembudidanya yang menjadi lawannya (Pembudidaya B).

Pembudidaya A melakukan penambahan jumlah tali yang ditempatkan di sebagian

lahan “milik” pembudidaya B, sehingga sempat menimbulkan perselisihan di antara

keduanya.

Tabel 14 menunjukkan aturan lokal (de facto) mengenai hak kepemilikan

lahan budi daya rumput laut di perairan Pulau Kemujan. Aturan yang berkembang

membebaskan seorang pembudidaya rumput laut untuk menggunakan lahan yang

masih kosong serta belum terdapat batasan penggunaan luas lahan dan waktu

penggunaan lahan. Hal ini menunjukkan belum terdapat kejelasan penggunaan

lahan budi daya rumput laut yang juga mampu memicu konflik hak kepemilikan.

Potensi Konflik Vertikal

Potensi konflik vertikal terjadi antara pembudidaya rumput laut dengan

BTNKJ sebagai unit pengelola TNKJ. Hal yang teridentifikasi mampu memicu

terjadinya konflik hak kepemilikan dalam kasus ini terjadi akibat ketidaksesuaian

penggunaan lokasi budi daya rumput dengan batas Zona Budidaya Bahari.

Penggunaan lokasi diluar zona dapat terjadi karena dan terjadinya delegitimasi

aturan Zona Budidaya Bahari oleh pembudidaya rumput laut. Sebaliknya, BTNKJ

juga tidak memberikan legitimasi aturan lokal tentang hak kepemilikan lahan.

Berdasarkan sistem zonasi tahun 2012, luas Zona Budidaya Bahari di perairan

Pulau Kemujan adalah 432.421 ha meliputi perairan sebelah utara Pulau Kemujan

dan sebagian perairan sebelah selatan Dusun Batulawang (BTNKJ 2010b). Batas

Zona Budidaya Bahari Pulau Kemujan dengan zona lainnya (Zona Perikanan

Tradisional) ditandai dengan barisan terumbu karang di sepanjang perairan. Secara

umum pembudidaya rumput laut tidak mengetahui batas-batas Zona Budidaya

Bahari, sehingga hal ini memicu penggunaan lokasi budi daya rumput laut di luar

batas peruntukan zona yang ditetapkan. Gambar 6 menunjukkan sebaran lokasi budi

daya rumput laut di perairan Pulau Kemujan mulai dari perairan Dusun Batulawang

hingga Dusun Mrican6. Penggunaan lokasi budi daya rumput laut didasarkan atas

kesesuaian spesifikasi lokasi untuk budi daya rumput laut.

6 Pemetaan mengacu pada Peta Zonasi TNKJ 2012 dan pembuatan sketsa didasarkan hasil

wawancara mendalam, observasi lapang, dan focus group discussion (FGD). Pemetaan ini masih

memiliki kelemahan karena belum mampu menunjukkan ketepatan lokasi budi daya rumput laut

dengan batas Zona Budidaya Bahari.

Page 65: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

53

Gambar 6 Sebaran lokasi budi daya rumput laut di perairan Pulau Kemujan

Gambar 6 menunjukkan bahwa penggunaan lokasi budi daya rumput laut

telah melebihi batas Zona Budidaya Bahari. Hal ini menjadi isu yang kontroversial

karena keberadaan aturan Zona Budidaya Bahari jelas telah dilanggar. Hal ini

dikarenakan ketidaktahuan adanya aturan batasan zona yang diperuntukan bagi

aktivitas budi daya, salah satunya budi daya rumput laut. Pembudidaya rumput laut

justru menentang adanya pembatasan wilayah yang difungsikan sebagai aktivitas

budi daya karena merasa bahwa wilayah perairan boleh dimanfaatkan oleh siapa

saja dan penggunaan lokasi budi daya rumput laut didasarkan atas kesesuaian

dengan spesifikasi lahan tertentu. Spesifikasi lahan yang sesuai bagi pengembangan

rumput laut adalah yang saat ini banyak digunakan oleh pembudidaya (Gambar 6).

Hal ini diungkapkan oleh salah seorang pembudidaya rumput laut, sebagai berikut:

“Mbiyen pokoe dilarang nandur neng cedake zona inti atau di zona inti.

Ndak ada zona khusus untuk rumput laut. Saiki wes orak, wes nandur

neng endi wae karena dia hanya melarang doang. Lha terus nek rak

oleh kabeh ndung lapo? Tapi nek ndekne gelem ngandani ‘kue neng

kene yo le, neng kene luwih apik’, ngono yo iso seiringan karo

masyarakat” (IMT, Pembudidaya Rumput Laut).

– “Dulu pokoknya dilarang menanam di dekat zona inti atau di zona

inti. Tidak ada zona khusus untuk rumput laut. Sekarang sudah tidak,

sudah menanam di mana saja karena dia hanya melarang. Kalau tidak

boleh kami harus bekerja apa? Tapi kalau dia mau memebri tahu ‘kamu

di sini ya, di sini lebih bagus’, seperti itu bisa seiringan dengan

masyarakat” (IMT, Pembudidaya Rumput Laut).

Fenomena tersebut menunjukkan kelemahan aturan Zona Budidaya Bahari

khususnya yang mengatur batasan peruntukan zona yang direspon negatif oleh

masyarakat. Pembatasan zonasi dinilai tidak sejalan dengan perkembangan isu di

masyarakat. Sebaliknya, BTNKJ sebagai unit pengelola juga tidak memberikan

pengakuan terhadap berkembangnya aturan lokal mengenai hak kepemilikan lahan

budi daya rumput laut. Hal ini dikarenakan pengelolaan TNKJ didasarkan pada

Keterangan: : Terumbu karang

: Zona Budidaya Bahari

: Penggunaan lahan

yang sesuai Zona

Budidaya Bahari

: Penggunaan lahan di

luar Zona Budidaya

Bahari

Page 66: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

54

aturan-aturan hukum formal yang secara jelas hanya memberikan akses

pemanfaatan bagi masyarakat. Perbedaan pandangan inilah yang menyebabkan hak

kepemilikan tidak mampu teridentiifikasi secara jelas, sehingga mampu memicu

terjadinya konflik vertikal.

Ikhtisar

Sumber daya perairan termasuk dalam klasifikasi sumber daya bersama

(common-pool resources). Secara de facto, masyarakat menganggap bahwa sumber

daya perairan Pulau Kemujan dapat dimanfaatkan oleh siapa saja (rezim open

access). Padahal, wilayah perairan Pulau Kemujan yang termasuk dalam kawasan

TNKJ secara yuridis adalah milik dan dikelola oleh negara, sehingga rezim

pengelolaannya adalah rezim negara (state property). Metode budi daya rumput laut

yang digunakan di perairan Pulau Kemujan adalah metode longline yang mampu

menimbulkan kalim lahan. Terdapat dua pola klaim lahan budi daya rumput laut:

pertama, lahan yang sedang digunakan secara aktif untuk berproduksi dan lahan

yang sedang pasif berproduksi akibat pergantian musim. Secara hukum (de jure)

pembudidaya rumput laut diberikan hak pemanfaatan. Berdasarkan sekumpulan

hak (bundle of right) yang dimiliki pembudidaya rumput laut, tipe hak yang dimiliki

meliputi hak akses, pemanfaatan, pengelolaan, dan eksklusi. Sehubungan dengan

kumpulan hak yang dimiliki, status pembudidaya rumput laut dikategorikan sebagai

Proprietor. Aturan lokal yang berkembang mengenai hak kepemilikan lahan budi

daya rumput laut menempatkan pembudidaya rumput laut yang hanya menanam

rumput laut menjadi pihak yang terpinggirkan akibat dominasi dari pembudidaya

rumput laut dengan moda produksi yang lebih tinggi. Selain itu, adanya perbedaan

rujukan aturan hak kepemilikan menimbulkan ketidakjelaan hak kepemilikan yang

selanjutnya mampu menjadi pemicu konflik hak kepemilikan.

Page 67: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

55

PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT MENGENAI

ZONA BUDIDAYA BAHARI

Zona Budidaya Bahari yang diperuntukkan bagi aktivitas budi daya harus

dikelola secara lestari. Pembudidaya rumput laut sebagai pihak yang berhubungan

langsung dengan pemanfaatan sumber daya perairan turut memiliki peran dalam

pengelolaan Zona Budidaya Bahari. Aktivitas budi daya rumput laut yang

berorientasi pada produksi harus dihadapkan pada misi konservasi. Hal inilah yang

selanjutnya memunculkan persepsi dalam memandang sumber daya perairan.

Menurut Wahyuni dan Mamonto (2012), persepsi masyarakat mampu

menunjukkan keberhasilan pengelolaan taman nasional, sehingga dalam hal ini

persepsi pembudidaya rumput laut juga sebagai salah satu atribut keberhasilan

pengelolaan Zona Budidaya Bahari. Persepsi merupakan suatu proses mental yang

rumit dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang

masuk sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut

(Saptorini 1989) dikutip Mardijono 2008). Berdasarkan definisi tersebut, maka

persepsi dapat muncul apabila seseorang mengetahui objek yang dipersepsikan.

Namun dalam penelitian ini, semua responden tidak mengetahui mengenai definisi

dan lokasi yang ditetapkan sebagai Zona Budidaya Bahari (Tabel 16).

Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut pengetahuan definisi dan

lokasi Zona Budidaya bahari

Aspek Tidak tahu Tahu Total

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Definisi Zona

Budidaya Bahari

40 100 0 0 40 100

Lokasi Zona

Budidaya Bahari

40 100 0 0 40 100

Hal tersebut dapat terjadi karena pihak BTNKJ belum pernah melakukan

sosialisasi mengenai Zona Budidaya Bahari. Berbagai cara dilakukukan oleh

BTNKJ salah satunya dengan membentuk Sentra Penyuluh Kehutanan Pedesaan

(SPKP) yang beranggotakan perwakilan masyarakat untuk melaksanakan peran

sosialisasi. Sosialisasi dilakukan melalui penyuluhan tatap muka dengan jadwal

terencana. Namun, materi sosialisasi hingga saat ini masih difokuskan pada

sosialisasi mengenai zona inti dan perlindungan biota. Selain itu, di wilayah

perairan Pulau Kemujan belum ada tanda batas Zona Budidaya Bahari dengan zona

lainnya. Pemberian tanda batas masih difokuskan pada zona-zona inti.

Ketidaktahuan pembudidaya rumput laut berdampak pada penggunaan lahan yang

tidak sesuai dengan lokasi penetapan Zona Budidaya Bahari di wilayah perairan

Pulau Kemujan. Lahan budi daya rumput laut telah meluas hingga Zona Perikanan

Tradisional (Gambar 6). Lokasi merupakan hak yang krusial karena tujuan dari penyusunan sistem zonasi adalah pembagian wilayah berdasarkan fungsi tertentu.

Selain lokasi, aturan Zona Budidaya Bahari juga memuat aturan perlindungan biota,

sehingga variabel yang dibahas dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai

aturan perlindungan biota dan sanksi yang menyertainya.

Page 68: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

56

Persepsi Mengenai Aturan Perlindungan Biota

Selain batas-batas lokasi, terdapat aturan lain yang berlaku di Zona Budidaya

Bahari yaitu adanya larangan mengambil, mengganggu atau memindahkan biota

secara sengaja atau tidak sengaja baik yang masih hidup atau mati beserta bagian-

bagiannya (BTNKJ 2012). Terdapat dua kategori biota yaitu biota yang dilindungi

dan tidak dilindungi sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 4 (1) PP No.7/1999

Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Biota yang dilindungi tidak

diperbolehkan diambil, diganggu, dan pindahkan di semua zona, sedangkan biota

yang tidak dilindungi diperbolehkan selain di zona inti.

“Kalau yang dilindungi dimana saja tempat nggak boleh. Tapi kalau

yang tidak dilindungi di zona inti nggak boleh, kalau dibawa keluar

nggak boleh.” (SMD, BTNKJ)

Aturan tersebut secara umum diketahui masyarakat dari berbagai kegiatan

sosialisasi baik yang diselenggarakan secara terjadwal oleh BTKJ, media sosialisasi,

dan dari mulut ke mulut. Sebaran keberadaan biota tertentu belum diketahui secara

pasti. Berdasarkan pengamatan, biota dilindungi yang ditemukan di perairan Pulau

Kemujan adalah karang dan penyu. Keberadaan karang dan penyu juga

berpengaruh terhadap kegiatan budi daya rumput laut.

Persepsi Mengenai Aturan Perlindungan Karang

Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu dari lima perwakilan tipe

ekosistem di kawasan TNKJ. Terumbu karang memiliki berbagai fungsi

diantaranya sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak, sebagai habitat ikan,

tempat mencari makan dan asuhan, dan tempat pemijahan biota (Bengen 2000

dikutip Andono 2004). Berbagai fungsi tersebut mengharuskan upaya perlindungan

karang. Di sisi lain, wilayah perairan juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

sumber mata pencaharian salah satunya adalah budi daya rumput laut. Keberadaan

terumbu karang turut memberikan pengaruh terhadap aktivitas budi daya rumput

laut. Persepsi pembudidaya rumput laut mengenai aturan perlindungan karang

ditunjukkan pada Tabel 17.

Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi aturan perlindungan

karang

Persepsi aturan perlindungan karang Jumlah Persentase (%)

Rendah 2 5.0

Sedang 25 62.5

Tinggi 13 32.5

Total 40 100

Tabel 17 menunjukkan sebesar 5% responden memiliki persepsi rendah, 62.5% sedang, dan 32.5% tinggi mengenai perlindungan karang. Persentase

tertinggi berada pada kategori sedang. Hal ini diakui oleh responden karena adanya

berbagai fungsi karang dalam wilayah perairan, khususnya pada aktivitas budi daya

rumput laut. Dampak positif keberadaan terumbu karang adalah sesuai fungsinya

Page 69: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

57

yaitu sebagai penahan ombak. Ombak yang terlalu besar mengakibatkan rumput

laut jatuh ke dasar laut. Sedangkan dampak negatif keberadaan terumbu karang di

wilayah perairan dangkal adalah berkurangnya hasil produksi rumput laut.

Sebagaimana fungsi terumbu karang lainnya adalah sebagai sebagai habitat ikan7.

Ikan yang tinggal di sekitar terumbu karang menjadi hama pemakan rumput laut,

sedangkan di perairan dalam ikan tidak mampu menjangkau rumput laut hingga

permukaan air. Hal ini diungkapkan seperti pada kutipan wawancara berikut:

“... Resikone nek cedak karang dipangan iwak smadar iku mau. Hewan

naluri makane dia hanya makan yang terbaik, dadi sing dimakan

smadar iku tetep nek soko gizi kandungene sing apik.” (IMT,

Pembudidaya Rumput Laut)

– “... Resiko apabila dekat dengan karang akan dimakan ikan smadar

tadi. Naluri hewan adalah memakan makanan yang terbaik, jadi yang

dimakan smadar itu apabila (dilihat) dari kandungan gizinya adalah

yang terbaik.” (IMT, Pembudidaya Rumput Laut)

Namun hal ini tidak menjadi kendala yang besar bagi pembudidaya rumput

laut. Hal ini dapat diantisipasi oleh pembudidaya rumput laut dengan cara

menghindari terumbu karang apabila lokasi budi daya rumput laut berada di

perairan dangkal.

“Lokasi cari yang ndak ada karangnya. Kalau ada karangnya kita

belokkan talinya. Kalau airnya dalam ada karangnya sih ndak

masalah.” (AGM, Pembudidaya Rumput Laut)

– “Lokasi (di)cari yang tidak ada karang. Apabila terdapat karang, kita

belokkan tali. Apabila (lokasi) di perairan dalam dan terdapat karang

tidak menjadi masalah.” (AGM, Pembudidaya Rumput Laut).

Persepsi Mengenai Aturan Perlindungan Penyu

Terdapat tiga jenis penyu yang ditemukan tinggal di perairan TNKJ meliputi

Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate), dan Penyu

Lekang (Lepidochelys olivaceae) (BTNKJ 2012). Persepsi pembudidaya rumput

laut mengenai aturan perlindungan penyu ditunjukkan pada Tabel 18.

Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi aturan perlindungan

penyu

Persepsi aturan perlindungan penyu Jumlah Persentase (%)

Rendah 31 77.5

Sedang 7 17.5

Tinggi 2 5.0

Total 40 100

Tabel 18 menunjukkan sebesar 77.5% responden memiliki persepsi rendah, 17.5% sedang, dan 5% tinggi mengenai perlindungan penyu. Berbeda dengan

persepsi mengenai perlindungan karang, pada aspek perlindungan penyu persentase

7 Jenis ikan yang menjadi hama rumput laut biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan

sebutan ikan smadar.

Page 70: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

58

persepsi tertinggi berada pada kategori rendah. Hal ini disebabkan karena

keberadaan penyu hanya memberikan dampak negatif bagi pembudidaya rumput

laut. Pembudidaya rumput laut menganggap bahwa penyu yang biasa disebut

dengan pendok merupakan hama pemakan sekaligus perusak rumput laut

sebagaimana yang dijelaskan pada kutipan wawancara berikut:

“Pendok niku mriki (menunjuk arah bahu) kan wonten kepete sing

depan belakang to, lha niku sing depan ngempet terus mlampah, terus

rontok. Dipadang mboten dipadang nggih rontok...” (MZD,

Pembudidaya Rumput Laut).

– “Penyu itu di bagian ini (menunjuk arah bahu) terdapat ‘kepet’ yang

depan dan belakang kan, nah itu yang depan mengempit lalu berjalan,

lalu rontok. Dimakan tidak dimakan ya rontok...” (MZD, Pembudidaya

Rumput Laut).

Umumnya fenomena penyu dalam memakan rumput laut terjadi pada malam

hari saat tidak diawasi oleh pembudidaya rumput laut. Kerugian yang diperoleh

oleh pembudidaya rumput laut terbilang besar. Penyu mampu menghabiskan

rumput laut pada satu tali yang kurang lebih berisi satu ton rumput laut yang sudah

tumbuh besar. Hal ini dapat terjadi karena selain memakan, rumput laut juga dapat

patah dan rontok ke dasar perairan akibat terkena bagian lengannya8. Lengan yang

dimiliki penyu di dua bagian sisi mampu sekaligus merontokkan rumput laut di dua

tali yang berdekatan saat berenang searah dengan tali. Hal ini diungkapkan oleh

salah seorang pembudidaya rumput laut:

“Pas kulo nanem ten timur niku telas kok, des! kantun taline.” (Solikun,

53 Tahun).

– “Ketika saya menanam di bagian timur itu habis, hingga semua!

Tinggal talinya.” (Solikun, 53 Tahun)

Berdasarkan uraian masing-masing sub variabel persepsi aturan perlindungan

karang dan penyu, maka dapat diketahui total frekuensi dan persentase persepsi

responden mengenai aturan perlindungan biota yang disajikan dalam Tabel 19.

Tabel 19 menunjukkan sebesar 47.5% responden memiliki persepsi rendah, 37.5%

sedang, dan 15% tinggi mengenai aturan perlindungan biota. Persentase tertinggi

berada pada kategori rendah (47.5%).

Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi aturan perlindungan

biota

Persepsi aturan perlindungan biota Jumlah Persentase (%)

Rendah 19 47.5

Sedang 15 37.5

Tinggi 6 15

Total 40 100

Tabel 19 merepresentasikan bahwa secara umum pembudidaya rumput laut

memiliki persepsi yang rendah mengenai aturan perlindungan biota. Hal ini

8 Pembudidaya rumput laut menyebut lengan penyu dengan sebutan kepet.

Page 71: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

59

menunjukkan bahwa pembudidaya rumput laut tidak menyetujui adanya aturan

perlindungan biota. Keberadaan biota dianggap mengganggu aktivitas budi daya

rumput laut. Tabel 19 merupakan penggabungan hasil persepsi mengenai aturan

perlindungan karang dan penyu, sehingga persepsi mengenai masing-masing biota

(karang dan penyu) secara spesifik dapat dilihat pada pembahasan pada masing-

masing sub sub bab pada sub bab ini. Kategori rendah berada pada persepsi

mengenai aturan perlidungan penyu, sedangkan mengenai aturan perlindungan

karang berada pada kategori sedang.

Persepsi Mengenai Sanksi Pelanggaran

Sesuai dengan UU No. 5/1990 Tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati

sebagai dasar hukum pelaksanaan konservasi di TNKJ, terdapat berbagai aturan

yang disertai dengan sanksi pelanggaran (Tabel 9). Selain persepsi mengenai aturan

yang dibuat, penting pula menganalisis persepsi mengenai sanksi yang menyertai

pelanggaran aturan pengelolaan Zona Budidaya Bahari. Seluruh responden tidak

mengetahui secara pasti ancaman sanksi pelanggaran aturan khususnya di Zona

Budidaya Bahari. Namun secara umum, responden mengetahui adanya ancaman

hukuman berupa kurungan penjara dan denda dari informasi yang diperoleh melalui

sosialisasi, mulut ke mulut, maupun melihat secara langsung kejadian penangkapan

pihak yang melanggar.

Persepsi Mengenai Sanksi Pelanggaran Perlindungan Karang

Persepsi pembudidaya rumput laut mengenai sanksi pelanggaran

perlindungan karang disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20 menunjukkan sebesar

47.5% responden memiliki persepsi rendah, 37.5% sedang, dan 15% tinggi

mengenai sanksi pelanggaran perlindungan karang. Persentase terbesar pada

kategori rendah dikarenakan responden beranggapan bahwa aktivitas pemanfaatan

karang di perairan Pulau Kemujan tidak mengancam kelestarian terumbu karang,

sehingga tidak sebanding apabila harus menerima sanksi kurungan dan denda.

Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi sanksi pelanggaran

perlindungan karang

Persepsi sanksi pelanggaran aturan

perlindungan karang

Jumlah Persentase (%)

Rendah 19 47.5

Sedang 15 37.5

Tinggi 6 15.0

Total 40 100

Selain itu, apabila terdapat pihak yang melakukan aktivitas yang mampu

mengancam kelestarian terumbu karang, maka sepatutnya mendapatkan sanksi.

Aktivitas yang banyak menyebabkan kerusakan karang diantaranya penggunaan

alat tangkap yang merusak terumbu karang seperti apotasium dan pukat harimau,

sedangkan aktivitas budi daya rumput laut tidak menyebabkan kerusakan terumbu

karang yang signifikan.

Page 72: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

60

Persepsi Mengenai Sanksi Pelanggaran Perlindungan Penyu

Persepsi pembudidaya rumput laut mengenai sanksi pelanggaran

perlindungan penyu disajikan dalam Tabel 21. Tabel 21 menunjukkan sebesar 90%

responden memiliki persepsi rendah, 5% sedang, dan 5% rendah mengenai sanksi

pelanggaran perlindungan penyu. Persentase terbesar pada kategori rendah

dikarenakan responden menganggap penyu merupakan hama pemakan sekaligus

perusak rumput laut.

Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi sanksi pelanggaran

perlindungan penyu

Persepsi sanksi pelanggaran aturan

perlindungan penyu

Jumlah Persentase (%)

Rendah 36 90.0

Sedang 2 5.0

Tinggi 2 5.0

Total 40 100

Pembudidaya rumput laut menganggap bahwa di perairan bebas (bukan

termasuk wilayah zona inti), keberadaan penyu yang merugikan pembudidaya perlu

dimusnahkan. Sebagai pihak yang mengalami kerugian, pembudidaya rumput laut

merasa perlu diberikan kompensasi, bukan sanksi. Hal ini mampu memicu

terjadinya pelanggaran aturan perlindungan penyu yang semakin tinggi.

“Entah itu, ndak pernah juga saya dengar (sanksi pelanggaran Zona

Budidaya Bahari), kecuali kita mengambil di lokasi yang masuk zona.

Itu kan kena di lokasi kerja” (ABI, Pembudidaya Rumput Laut).

– “Entah itu, saya juga tidak pernah mendengar (sanksi pelanggaran

Zona Budidaya Bahari), kecuali kita mengambil di lokasi yang

termasuk ke dalam zona. Hal itu terjadi di lokasi kerja” (ABI,

Pembudidaya Rumput Laut).

Berdasarkan uraian masing-masing sub variabel persepsi saknsi pelanggaran

perlindungan karang dan penyu, maka dapat diketahui total frekuensi dan

persentase parsepsi responden mengenai sanksi pelanggaran perlindungan biota

yang disajikan dalam Tabel 22. Tabel 22 menunjukkan sebesar 65% responden

memiliki persepsi rendah, 30% sedang, dan 5% tinggi mengenai aturan

perlindungan biota. Persentase tertinggi berada pada kategori rendah (65%).

Tabel 22 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi sanksi pelanggaran

aturan perlindungan biota

Persepsi sanksi pelanggaran aturan

perlindungan biota

Jumlah Persentase (%)

Rendah 26 65

Sedang 12 30

Tinggi 2 5

Total 40 100

Tabel 22 merepresentasikan bahwa secara umum pembudidaya rumput laut

memiliki persepsi yang rendah mengenai sanksi pelanggaran aturan perlindungan

Page 73: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

61

biota. Hal ini menunjukkan bahwa pembudidaya rumput laut tidak menyetujui

adanya pemberian sanksi bagi pelanggar aturan perlindungan biota. Tabel 22

merupakan penggabungan hasil persepsi mengenai sanksi pelanggaran aturan

perlindungan karang dan penyu, sehingga persepsi mengenai sanksi pelanggaran

aturan masing-masing biota (karang dan penyu) secara spesifik dapat dilihat pada

pembahasan pada masing-masing sub sub bab pada sub bab ini. Kedua persepsi

mengenai sanksi perlindungan biota berada pada kategori rendah. Berdasarkan

uraian masing-masing sub variabel persepsi mengenai Zona Budidaya bahari, maka

dapat diakumulasikan persepsi mengenai zona Budidaya Bahari sebagaimana yang

ditunjukkan pada Tabel 23.

Tabel 23 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi mengenai Zona

Budidaya Bahari

Persepsi mengenai Zona Budidaya Bahari Jumlah Persentase (%)

Rendah 26 65

Sedang 12 30

Tinggi 2 5

Total 40 100

Tabel 23 menunjukkan bahwa secara umum pembudidaya rumput laut

memiliki persepsi yang rendah mengenai Zona Budidaya Bahari, namun persepsi

mengenai Zona Budidaya bahari secara spesifik dapat dilihat pada pembahasan

pada masing-masing sub bab pada bab ini. Bab sebelumnya menguraikan mengenai

sistem hak kepelilikan lahan budi daya rumput laut. Penulis juga merumuskan

hipotesis pengarah yang menduga adanya pengaruh hak kepemilikan lahan budi

daya rumput laut terhadap persepsi mengenai Zona Budidaya Bahari. Namun pada

penelitian ini, persepsi pembudidaya rumput laut lebih banyak dipengaruhi oleh

adanya faktor keikutsertaan dalam mengikuti sosialisasi. Keikutsertaan

pembudidaya rumput laut dalam sosialisasi tergolong minim sebagaimana yang

ditampilkan pada Tabel 24.

Tabel 24 Jumlah dan persentase responden menurut keikutsertaan dalam

sosialisasi TNKJ Keikutsertaan sosialisasi TNKJ Jumlah Persentase (%)

Belum pernah mengikuti 34 85

Pernah mengikuti 6 15

Total 40 100

Tabel 24 menunjukkan bahwa keikutsertaan pembudidaya rumput laut masih

minim karena kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan oleh BTNKJ difokuskan

pada perwakilan masyarakat, sedangkan fungsi penyuluhan yang lebih luas

dimandatkan pada SPKP. Pembudidaya rumput laut yang pernah mengikuti

sosialisasi cenderung menerima misi konservasi dan memiliki persepsi yang tinggi

mengenai Zona Budiaya Bahari. Terlebih lagi apabila keikutsertaan dalam

mengikuti sosialisasi lebih dari 1 kali.

“ ... Saya pernah dapet pelatihan 3 hari di sana, jadi saya tahu persis

barang yangg dilindungi, misalnya penyu. ... Saya sadar kalau penyu

dilindungi. ... Kehadiran BTN sangat membantu, dulu banyak sekali

Page 74: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

62

perusak-perusak karang. Seandainya ndak ada BTN ya hancur lah

Karimun” (HRD, Pembudidaya rumput laut).

Tingkat Kepatuhan Aturan Zona Budidaya Bahari

Aturan pengelolaan Zona Budidaya Bahari TNKJ dibuat tentu ditujukan

untuk mencapai tujuan konservasi, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan

kerja sama antar berbagai pihak termasuk masyarakat. Kepatuhan merupakan

tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan (Muliari dan Setiawan 2011). Kepatuhan

pembudidaya rumput laut merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan

aturan Zona Budidaya Bahari sebagaimana yang diungkapkan oleh Bawole et al.

(2011) bahwa kepatuhan dalam menjalankan aturan merupakan salah satu atribut

keberlanjutan penatakelolaan kawasan konservasi. Tanpa adanya penegakan aturan,

maka dapat dikatakan bahwa aturan yang dibuat mengalami “kemandulan”.

Sub bab ini membahas megenai tingkat kepatuhan pembudidaya rumput laut

terhadap aturan perlindungan karang dan penyu. Kedua biota tersebut merupakan

biota dilindungi yang ditemukan di wilayah Perairan Kemujan dan memengaruhi

aktivitas budi daya rumput laut. Hasil temuan akan menunjukkan dua kategori

responden yaitu “Patuh” dan “Tidak Patuh”. Selain itu, dianalisis pula jenjang

kepatuhan yang lebih tinggi yaitu keikutsertaan responden dalam pengawasan dan

sosialisasi aturan. Sub bab sebelumnya menjelaskan bahwa semua responden tidak

mengetahui mengenai aturan Zona Budidaya Bahari, sehingga variabel tingkat

kepatuhan yang diukur adalah berdasrakan pengetahuan yang sudah diketahui

secara umum yaitu perlindungan karang dan penyu. Bagian akhir sub bab ini berisi

ikhtisar yang memuat penjelasan secara ringkas.

Tingkat Kepatuhan Perlindungan Karang

Tingkat kepatuhan terhadap perlindungan karang disajikan dalam Tabel 25.

Tabel 25 menunjukkan sebesar 15% responden termasuk dalam kategori “Tidak

Patuh” dan 8% “Patuh” terhadap aturan perlindungan karang. Persentase terbesar

pada kategori “Patuh” selain dikarenakan pentingnya menjaga kelestarian karang,

pembudidaya rumput laut beranggapan dampak negatif yang ditimbulkan

keberadaan karang masih dapat ditanggulangi.

Tabel 25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepatuhan aturan

perlindungan karang

Tingkat kepatuhan aturan perlindungan karang Jumlah Persentase (%)

Tidak Patuh 6 15

Patuh 34 85

Total 40 100

Karang diperlukan sebagai penahan ombak agak rumput laut tidak jatuh ke

dasar laut dan dampak positif yang umumnya juga di rasakan masyarakat

Karimunjawa atas fungsi karang lainnya. Hal ini diungkapkan dalam kutipan

wawancara berikut:

Page 75: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

63

“yo ngonoiku nek karange do rusak kan bahaya si mbak, iso keno

ombak gede mbelu neng darat ngino kuwi.” (MRP, Pembudidaya

Rumput Laut)

– “ya kalau seperti karangnya rusak bisa membahayakan mbak, bisa

terkena ombak yang besar masuk ke darat seperti itu.” (MRP,

Pembudidaya Rumput Laut)

Sebesar 15% termasuk dalam kategori “Tidak Patuh” dikarenakan responden

menggunakan karang sebagai pengait tali jangkar di dasar laut. Jenis karang yang

digunakan untuk pengait tali jangkar adalah karang yang berukuran besar agar tali

jangkar tidak mudah lepas. Namun tidak semua pembudidaya menggunakan karang

sebagai pengait tali jangkar. Sebagai gantinya dapat digunakan kayu dengan ukuran

panjang sekitar 1 m, lebar 15 cm, dan tebal 3 cm bergantung dengan kondisi wilayah

perairan. Ujung kayu dibuat runcing agar mudah ditancapkan ke dalam pasir.

“Ngeneiki nek karange dipindah, kan ora mati sih. Malah urip tambah

mberu.” (MLS, Pembudidaya Rumput Laut)

– “Seperti ini kalau karangnya dipindah, tidak akan mati. Justru hidup

tambah banyak.” (MLS, Pembudidaya Rumput Laut)

Kutipan wawancara di atas menggambarkan bahwa pembudidaya rumput laut

tidak menganggap penggunaan karang sebagai pengait tali jangkar sebagai masalah

besar. Apabila karang dipindahkan dari tempat asalnya ke lokasi budi daya rumput

laut maka karang akan tetap hidup, bahkan akan berkembang biak. Pengalaman ini

diperoleh dari aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan yang menggunakan alat

tangkap bubu9. Pembudidaya rumput laut juga merasakan dampak penggunaan

bubu oleh nelayan yang mampu memperbanyak jumlah karang. Kerusakan karang

yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh penggunaan apotasium dan pemutihan

karang (bleaching) akibat penurunan permukaan air laut.

Tingkat Kepatuhan Perlindungan Penyu

Hasil tingkat kepatuhan terhadap perlindungan penyu disajikan dalam Tabel

26. Tabel 26 menunjukkan sebesar 57.5% responden termasuk dalam kategori

“Tidak Patuh” dan 47.5% “Patuh” terhadap aturan perlindungan karang. Persentase

terbesar pada kategori “ Tidak Patuh”.

Tabel 26 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepatuhan aturan

perlindungan penyu

Tingkat kepatuhan aturan perlindungan penyu Jumlah Persentase (%)

Tidak Patuh 23 57.5

Patuh 17 47.5

Total 40 100

Ketidakpatuhan ditunjukkan adanya beberapa kegiatan pelanggaran aturan

perlindungan penyu diantaranya: pertama, dengan cara memasang jebakan penyu

9 Bubu merupakan jenis alat tangkap berupa perangkap yang terbuat dari bambu atau kawat

besi. Bubu diletakkan di dasar laut kemudian dikelilingi dengan karang. Penggunaan karang

menjebak ikan agar masuk ke dalam perangkap.

Page 76: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

64

kemudian menangkap penyu secara hidup lalu disembelih ketika sampai di darat;

dan kedua, memasang jebakan penyu dan membiarkan penyu tetap hidup di

perairan dalam kondisi terluka. Pemasangan jebakan pada kedua kegiatan

pelanggaran dianggap sebagai strategi pembasmian hama rumput laut. Jebakan

digunakan agar penyu jera dan tidak kembali ke lokasi budi daya rumput laut.

Jebakan yang digunakan oleh pembudidaya rumput laut dengan menggunakan

pancing berukuran besar10. Pancing dikaitkan di tali pancang yang ditutup dengan

rumput laut untuk mengelabuhi penyu.

“... nok ager-agere iku. Diganduli pancing-pancing ngono. Lha ikupun

bertentangan karo BTN. Masalahe (penyu adalah) hewan yang

dilindungi.” (IMT, Pembudidaya Rumput Laut)

– “... di rumput laut tersebut. Dikaitkan pancing-pancing begitu. Itupun

bertentangan dengan BTN. Masalahnya (penyu adalah) hewan yang

dilindungi.” (IMT, Pembudidaya Rumput Laut)

Pada tipe pelanggaran pertama, penyu disembelih ketika berada di darat.

Daging penyu dapat dikonsumsi sendiri oleh pembudidaya rumput laut atau

diberikan kepada orang lain yang menginginkan. Sedangkan pada tipe pelanggaran

kedua, penyu sengaja dibiarkan tetap hidup karena pembudidaya tidak

mengonsumsi penyu atau merasa kesulitan membawa penyu ke daratan. Selain

kedua pelanggaran tersebut, terdapat pembudidaya rumput laut yang menangkap

penyu dan menyerahkan kepada BTNKJ. Pembudidaya yang menyerahkan penyu

kepada BTNKJ diberikan reward sebagai bentuk apresiasi sebagaimana yang

diungkapkan pada kutipan wawancara berikut:

“... tapi yang jelas sebenarnya kalau mereka melaporkan dan

memberikan kepada kita akan kita lepas. Disamping itu, akan kita beri

kompensasi apalah entah rokok atau apa. Kita bukan membeli tapi

untuk menghargai.” (STS, BTNKJ)

Selain kedua strategi di atas, salah satu kelompok tani rumput laut yaitu

Kelompok Tani Sumber Maega menggunakan jaring untuk menghindari penyu.

Strategi ini baru baru dilakukan di lokasi Kebun Bibit11. Kebun bibit merupakan

salah satu strategi pengembangan produktivitas rumput laut yang didanai oleh

pemerintah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah.

Lokasi ini dikelola oleh kelompok yang bertempat di perairan Dusun Batu Lawang.

Lokasi yang digunakan berada di perairan dalam yang mendapatkan ancaman

keberadaan penyu lebih besar daripada di wilayah dangkal. Lokasi sengaja dipilih

di perairan dalam agar mendapatkan hasil yang optimal. Pemasangan jaring

dilakukan bulan Februari 2014 dengan membentangkan jaring di bawah tali

pancang. Jaring diikatkan pada jangkar agar tidak terbawa ombak dan diikatkan

pada pelampung agar tidak tenggelam (Gambar 7 dan 8).

10 Pancing yang digunakan adalah pancing dengan ukuran nomr satu. 11 Kebun Bibit merupakan salah satu program yang diajukan oleh Kelompok Tani Sumber

Maega kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Kelompok Tani Sumber Maga

mengajukan permohonan bantuan sarana produksi rumput laut, salah satunya adalah jaring penahan

penyu.

Page 77: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

65

Gambar 8 Pemasangan jaring di bawah rumput laut

Strategi tersebut dinilai berhasil untuk mencegah penyu yang akan memasuki

lokasi budi daya rumput laut. Kelompok Tani Sumber Maega berencana menambah

satu lokasi baru dengan strategi yang sama. Hingga penelitian ini dilakukan, 7 ekor

penyu terjebak dalam jaring dan tidak dapat keluar. Pembudidaya membantu

mengeluarkan penyu dan membiarkan hidup di perairan. Namun sekitar 2 ekor

diantaranya ditemukan dalam kondisi mati. Menurut pembudidaya rumput laut,

strategi ini bukan termasuk pelanggaran aturan perlindungan penyu, karena tujuan

pemasangan jaring adalah untuk melindungi rumput laut, bukan sengaja untuk

menangkap penyu. Hal ini diungkapkan oleh pembudidaya sebagai berikut:

“Kita kan ndak ngambil sih, kita kan ngelindungi tanaman kita, kalo

ndak dilindungi kan habis. Kecuali kita memang nangkap penyunya ya

ndak boleh. Coba Mbak pikir, apa kita salah?” (DYT, Pembudidaya

Rumput Laut)

Pengembangan strategi ini dilaksanakan di wilayah perairan dalam (di luar

karang) telah melewati batas Zona Budidaya Bahari. Hal ini menunjukkan bahwa

pengelolaan wilayah TNKJ khususnya pada aktivitas budi daya rumput laut masih

besifat parsial. Pengembangan produktivitas rumput laut oleh Dinas Kelautan dan

Perikanan (DKP) masih belum memperhatikan aspek zonasi TNKJ, padahal

pelaksanaan strategi ini telah melewati berbagai tahap meliputi pengajuan rencana

oleh kelompok, penilaian kelayakan oleh DKP, serta pemantauan. Pemantauan

dilaksanakan dengan mengobservasi secara langsung lokasi Kebun Bibit.

Gambar 7 Pemasangan jaring dengan pelampung

Page 78: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

66

Berdasarkan uraian masing-masing sub variabel tingkat kepatuhan aturan

perlindungan karang dan penyu, maka dapat diketahui total jumlah dan persentase

tingkat kepatuhan aturan perlindungan biota yang disajikan dalam Tabel 27. Tabel

27 menunjukkan sebesar 50% responden termasuk kategori “Tidak Patuh” dan 50%

kategori “Patuh.

Tabel 27 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepatuhan aturan

perlindungan biota

Tingkat kepatuhan aturan perlindungan biota Jumlah Persentase (%)

Tidak Patuh 20 50

Patuh 20 50

Total 40 100

Tabel 27 merepresentasikan bahwa perbandingan pembudidaya rumput laut

yang mematuhi dan tidak mematuhi aturan perlindungan biota adalah sama. Tabel

27 merupakan penggabungan hasil tingkat kepatuhan aturan perlindungan karang

dan penyu, sehingga tingkat kepatuhan masing-masing biota (karang dan penyu)

secara spesifik dapat dilihat pada pembahasan pada masing-masing sub sub bab.

Kepatuhan pembudidaya rumput laut pada masing-masing biota dilatarbelakangi

oleh hal yang berbeda.

Pengawasan Aturan

Pengawasan aturan merupakan salah satu hal yang mampu menentukan

keberhasilan pelaksanaan pengelolaan Zona Budidaya Bahari. Jadwal patroli yang

direncanakan oleh BTNKJ dalam satu tahun adalah sebanyak dua kali di wilayah

darat dan dua kali di wilayah laut. Hal ini disebabkan karena terbatasnya sumber

dana. BTKJ membentuk Masyarakat Mitra Polhut (MMP) untuk membantu

pelaksanaan patroli. Jadwal patroli bersama MMP dilaksanakan sebanyak enam

kali dalam satu tahun. Selain itu, BTNKJ menghimbau masyarakat untuk ikut

mengawasi pelanggaran yang mungkin terjadi. Keikutsertaan masyarakat dalam

mengawasi aturan merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari kepatuhan atas aturan

yang dibuat. Tabel 28 menunjukkan keikutsertaan pembudidaya rumput laut dalam

pengawasan aturan di Zona Budidaya Bahari perairan Pulau Kemujan.

Tabel 28 Jumlah dan persentase responden menurut keikutsertaan dalam

mengawasi aturan Zona Budidaya Bahari

Keikutsertaan dalam mengawasi aturan Zona

Budidaya Bahari

Jumlah Persentase (%)

Tidak Mengawasi 39 97.5

Mengawasi 1 2.5

Total 40 100

Tabel 28 menunjukkan sebesar 97.5% responden termasuk dalam kategori

“Tidak Mengawasi” dan 2.5% “Mengawasi” pelaksanaan aturan Zona Budidaya

Bahari di perairan Pulau Kemujan. Persentase tertinggi berada pada kategori “Tidak Mengawasi”. Hal ini dikarenakan oleh berbagai hal, pertama sebagian besar

pembudidaya rumput laut berpersepsi rendah mengenai aturan pengelolaan Zona

Budidaya Bahari, kedua pelanggaran yang terjadi dilakukan oleh kerabat dekat

sesama pembudidaya rumput laut, dan ketiga pembudidaya rumput laut

Page 79: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

67

“menyerahkan” tugas pengawasan kepada pihak pengelola sebagai sebagai suatu

keharusan atas gaji yang diterima pengelola, sebagaimana dalam kutipan

wawancara berikut:

“... Masak malah dibebankan sama masyarakat itu wong kita ndak

dapat gaji, dia yang dapat gaji dari pemerintah. Kan aneh dek, lucu.”

(KRD, Pembudidaya Rumput Laut)

– “. Malah dibebankan kepada masyarakat toh kita tidak mendapat gaji,

dia yang mendapatka gaji dari pemerintah. Seperti itu aneh dek, lucu.”

(KRD, Pembudidaya Rumput Laut)

Pandangan di tingkat pengelola terjadi sebaliknya, atas dasar konservasi

seharusnya masyarakat secara sadar menjaga kelestarian sumber daya alam sebagai

tempat tinggal mereka. Pengelola beranggapan masyarakat adalah pihak yang

sebenarnya diuntungkan atas dilaksanakannya konservasi, karena upaya

perlindungan ditujukan bagi keberlangsungan kehidupan di masa mendatang.

Perbedaan persepsi mengakibatkan relasi diantara keduanya menjadi tidak saling

bertemu bahkan menimbulkan kecurigaan satu sama lain.

Sosialisasi Aturan

Selain pengawasan, keikutsertaan masyarakat dalam mensosialisasikan

aturan pengelolaan Zona Budidaya Bahari juga menunjukkan tingkatan yang lebih

tinggi dari kepatuhan dan pengawasan. Sosilisasi aturan juga menentukan

keberhasilan pengelolaan Zona Budidaya Bahari. Keikutsertaan responden dalam

mensosialisasikan aturan disajikan dalam Tabel 29.

Tabel 29 Jumlah dan persentase responden menurut keikutsertaan dalam

mensosialisasikan aturan Zona Budidaya Bahari

Keikutsertaan dalam mensosialisasikan aturan

Zona Budidaya Bahari

Jumlah Persentase (%)

Tidak Mensosialisasikan 39 97.5

Mnsosialisasikan 1 2.5

Total 40 100

Tabel 29 menunjukkan sebesar 97.5% responden termasuk dalam kategori

“Tidak Mensosialisasikan” dan 2.5% “Mensosialisasikan” aturan Zona Budidaya

Bahari di perairan Pulau Kemujan. Persentase tertinggi berada pada kategori “Tidak

Mensosialisasikan”. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal: pertama rendahnya

persepsi mengenai aturan pengelolaan Zona Budidaya Bahari; kedua, aturan yang

berlaku dianggap bertentangan dengan kebutuhan pembudidaya rumput laut; dan

ketiga, rendahnya kepercayaan terhadap pihak pengelola.

Sosialisasi mengenai aturan pengelolaan TNKJ dilakukan melalui berbagai

cara meliputi penyuluhan langsung dan melalui berbagai media seperti poster,

pamflet, dan lain-lain. Tugas penyuluhan dilaksanakan oleh Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP) yang merupakan organisasi bentukan BTNKJ. SPKP

beranggotakan perwakilan masyarakat. SPKP Desa Kemujan melakukan

penyuluhan secara terencana. Hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan

penyuluhan salah satunya adalah peserta mampu mengajak sesama anggota

masyarakat untuk mematuhi aturan pengelolaan TNKJ. Namun, pembudidaya

Page 80: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

68

rumput laut enggan memberitahukan dan mengajak masyarakat lainnya untuk

melaksanakan aturan. Hal ini juga disebabkan adanya krisis kepercayaan pada

beberapa anggota SPKP, sebagaimana kutipan wawancara berikut:

“... Penyuluhan BTN itu tokoh-tokoh tertentu, sedangkan tokoh-tokoh

itu tau neng laut, cuman bukan pemain laut.” (IMT, Pembudidaya

Rumput Laut)

– “Penyuluhan BTN (dilaksanakan) oleh tokoh-tokoh tertentu,

sedangkan tokoh-tokoh itu pernah ke laut, tetapi bukan pemain laut.”

(IMT, Pembudidaya Rumput Laut)

Ciri Kepatuhan Aturan Zona Budidaya Bahari

Aturan merupakan salah satu produk kelembagaan atau organisasi yang

dalam hal ini adalah BTNKJ sebagai unit pengelola. Aturan yang dibuat juga

dipahami sebagai salah satu bentuk sarana pengendalian bagi seluruh pihak yang

terlibat. Tanggapan anggota atas adanya sarana pengendalian tersebut

menimbulkan ciri kepatuhan atau bentuk partisipasi.

Ciri Kepatuhan Aturan Perlindungan Karang

Tabel 25 menunjukan sebanyak 34 responden atau 85% responden termasuk

dalam kategori “Patuh” terhadap aturan perlindungan karang. Ciri kepatuhan yang

menyertai atas kepatuhan aturan perlindungan karang ditunjukkan pada Tabel 30.

Tabel 30 menunjukkan dari responden yang mematuhi aturan perlindungan karang,

ciri kepatuhan yang menyertai adalah sebesar 2.94% dengan ciri kepatuhan alienatif,

0% kalkulatif, dan 97.06% moral.

Tabel 30 Jumlah dan persentase responden menurut ciri kepatuhan aturan

perlindungan karang

Ciri kepatuhan aturan perlindungan karang Jumlah Persentase (%)

Alienatif 1 2.94

Kalkulatif 0 0

Moral 33 97.06

Total 34 100

Persentase tertingggi ciri kepatuhan aturan perlindungan karang terdapat pada

kategori “Moral” yang dapat diartikan bahwa responden menghargai atau rela

membantu aturan yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena adanya kesadaran akan

fungsi karang baik secara umum maupun bagi aktivitas budi daya rumput laut,

sebagaimana diungkapkan dalam kutipan wawancara berikut:

“... Nek wong-wong tuwo sih wes podo ngerti, rak usah dikandani. ... .

Ya kan nek rak ono karange iso keno tsunami, wes ora ono

perlindungan. Ombake kan mecah neng karang.” (MRP, Pembudidaya

Rumput Laut)

– “... Kalau orang-orang tua sudah saling tahu, tidak perlu

diberitahu. ... . kalau tidak ada karang bisa terkena tsunami, sudah

Page 81: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

69

tidak ada perlindungan. Ombak akan pecah karena keberadaan

karang.” (MRP, Pembudidaya Rumput Laut)

Selain itu responden juga merespon positif adanya berbagai kegiatan

pemulihan kondisi dan pengembangbiakan karang oleh BTNKJ. Responden

menerima kehadiran BTNKJ yang membawa misi konservasi. Hal ini diungkapkan

pada kutipan wawancara berikut:

“... Ono mek iki rak entuk mek iku rak entuk. Ngonoiku nek tak pikir yo

ono benere.” (PMN, Pembudidaya Rumput Laut)

– “Ada (larangan) ambil ini tidak boleh, ambil itu tidak boleh. Seperti

itu kalu saya pikir ada benarnya juga.” (PMN, Pembudidaya Rumput

Laut)

Berdasarkan Tabel 25, diketahui sebanyak 6 orang atau 15% responden

termasuk dalam kategori “Tidak Patuh” terhadap aturan perlindungan karang.

Terdapat berbagai motif ketidakpatuhan responden terhadap aturan perlindungan

karang yang disajikan pada Tabel 31.

Tabel 31 Jumlah dan persentase responden menurut motif ketidakpatuhan aturan

perlindungan karang

Motif ketidakpatuhan aturan perlindungan

karang

Jumlah Persentase (%)

Terdesak kebutuhan 5 83.33

Apatis terhadap aturan 1 16.67

Total 6 100

Tabel 31 menunjukkan responden yang tidak mematuhi aturan perlindungan

karang dilatarbelakangi oleh kondisi terdesak oleh kebutuhan (83.33%).

Pembudidaya rumput laut memanfaatkan karang sebagai pengikat tali jangkar di

lokasi yang berpasir. Tidak semua pembudidaya rumput laut melakukan hal ini.

Penggunaan karang sebagai pengikat tali jangkar dapat diganti dengan kayu.

Sehubungan yang telah dijelaskan pada bab tingkat kepatuhan aturan perlindungan

karang, pembudidaya rumput laut tidak menganggap hal ini sebagai sebuah

pelanggaran. Karang yang dipindahkan dari tempat asalnya ke lokasi budi daya

rumput laut akan tetap hidup, bahkan akan berkembang biak.

Ciri Kepatuhan Aturan Perlindungan Penyu

Berdasarkan Tabel 26, diketahui sebanyak 17 responden atau 47.5%

responden termasuk dalam kategori “Patuh” terhadap aturan perlindungan penyu.

Ciri kepatuhan yang menyertai orang responden atas kepatuhan aturan

perlindungan penyu ditunjukkan pada Tabel 32. Tabel 32 menunjukkan dari

responden yang mematuhi aturan perlindungan penyu, ciri kepatuhan yang

menyertai adalah sebesar 29.41% dengan ciri kepatuhan alienatif, 0% kalkulatif, dan 70.59% moral.

Page 82: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

70

Tabel 32 Jumlah dan persentase responden menurut ciri kepatuhan aturan

perlindungan penyu

Ciri kepatuhan aturan perlindungan penyu Jumlah Persentase (%)

Alienatif 5 29.41

Kalkulatif 0 0

Moral 12 70.59

Total 17 100

Berdasarkan Tabel 26, diketahui sebanyak 23 responden atau 57.5%

responden termasuk dalam kategori “Tidak Patuh” terhadap aturan perlindungan

penyu. Terdapat berbagai hal yang menjadi alasan ketidakpatuhan responden

terhadap aturan perlindungan penyu yang disajikan pada Tabel 33. Persentase

tertinggi pada kategori pertama yaitu penyu merupakan hama bagi rumput laut

(95.65). Selain itu sebanyak 4.35% menyatakan apatis terhadap aturan.

Tabel 33 Jumlah dan persentase responden menurut motif ketidakpatuhan aturan

perlindungan penyu

Alasan ketidakpatuhan responden terhadap

aturan perlindungan penyu

Jumlah Persentase (%)

Hama rumput laut 22 95.65

Apatis terhadap aturan 1 4.35

Total 23 100

Legitimasi Aturan Zona Budidaya Bahari

Aturan yang dibuat oleh pemerintah seringkali bersifat top down, namun

dalam penyusunan sistem zonasi TNKJ berupaya memberi ruang partisipasi bagi

masyarakat melalui proses konsultasi publik. Konsultasi publik yang

diselenggarakan dimaksudkan untuk menghimpun aspirasi masyarakat mengenai

lokasi-lokasi yang ditetapkan sebagai zona-zona tertentu, namun tidak semua

anggota masyarakat terlibat dalam proses tersebut. Dibedakan dua pihak yang

terlibat dalam penyusunan aturan zonasi yaitu pihak internal (masyarakat yang

terlibat) dan pihak eksternal (masyarakat yang tidak terlibat). Kaitannya dengan hal

tersebut, legitimasi aturan yang dihasilkan juga dibedakan menjadi legitimasi

internal dan eksternal (Jentoft 2000). Masyarakat yang terlibat langsung dalam

pembuatan keputusan (internal) mampu meningkatkan legitimasi, sedangkan yang

tidak terlibat dalam pengambilan keputusan (eksternal) mungkin akan memandang

aturan sebagai suatu kesalahan.

Konsultasi publik yang diselenggarakan di Desa Kemujan dihadiri oleh

perwakilan masyarakat (BTNKJ 2010b). Poin utama hasil konsultasi publik yang

dilakukan terfokus pada penetapan wilayah sebagai zona inti. Pembahasan pada

konsultasi publik yang diselenggarakan menunjukkan masih adanya kelemahan,

yaitu tidak adanya pembahasan mengenai Zona Budidaya Bahari, padahal wilayah

perairan Pulau Kemujan merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam Zona

Budidaya Bahari. Tidak terlibatnya pembudidaya rumput laut dan ketidaktahuan

mengenai Zona Budidaya Bahari mampu memicu terjadinya perbedaan persepsi

dengan pembuat kebijakan.

Page 83: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

71

Adanya perbedaan pandangan dari masyarakat dan pemerintah sebagaimana

yang dijelaskan pada bab persepsi mampu menyebabkan terjadinya krisis legitimasi.

Masyarakat menganggap pentingnya pengelolaan didasarkan pada rasionalitas dan

kepentingan dalam konteks lokal, sedangkan pemerintah menganggap pengelolaan

didasarkan pada rasionalitas dan efisiensi dari perspektif global. Terjadinya krisis

legitimasi terhadap aturan Zona Budidaya Bahari diananlisis berdasarkan empat

indikator menurut Jentoft (1989) dikutip Satria et al. (2006b) meliputi isi aturan,

distribusi dampak, pembuatan aturan, dan pelaksanaan aturan.

Krisis Legitimasi Zona Budidaya Bahari

1) Isi Aturan

Aturan yang berlaku pada Zona Budidaya Bahari meliputi dua hal yaitu

aturan pemanfaatan wilayah perairan bagi kepentingan budi daya dan perlindungan

biota. Pertama, sehubungan dengan pembahasan pada bab persepsi sebelumnya,

pembudidaya rumput laut belum mengetahui kawasan yang ditetapkan sebagai

Zona Budidaya Bahari. Ketidaktahuan pembudidaya rumput laut jelas

menunjukkan adanya kritis legitimasi aturan penetapan kawasan perairan Pulau

Kemujan sebagai Zona Budidaya Bahari. Hal ini juga ditunjukkan dengan

meluasnya lokasi budi daya rumput laut hingga keluar batas wilayah Zona

Budidaya Bahari (Gambar 6). Kedua, aturan perlindungan biota yang dibahas

dalam penelitian ini meliputi aturan perlindungan karang dan perlindungan penyu.

Krisis legitimasi terjadi pada aturan perlindungan penyu dikarenakan keberadaan

penyu merupakan hama pemakan dan perusak rumput laut. Dalam konteks

perlindungan, pembudidaya rumput laut memberikan penilaian yang salah apabila

penyu dibiarkan bebas di wilayah perairan, sebagaimana yang diungkapkan pada

kutipan wawancara berikut:

“Cuman nek opo yo, nek wong Jowo ngarani ‘bahasa pokrol, bahasa

samin 12 ’, kalo memang itu hewan yang dilindungi, kenapa tidak

dikandangi? Utowo didokok ning tempat perlindungan.” (IMT,

Pembudidaya Rumput Laut)

– “Cuma kalau apa ya, kalau orang Jawa mengistilahkan ‘bahasa

pokrol, bahasa samin’, kalau memang itu hewan dilindungi, mengapa

tidak diberi kandang? Atau ditempatkan di tempat perlindungan.”

(IMT, Pembudidaya Rumput Laut)

Pandangan yang berbeda diungkapkan oleh pihak BTNKJ sebagai pengelola.

Perlindungan penyu merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam kerangka

konservasi. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan penetasan semi alami

dan membiarkan penyu hidup di habitat yang lestari, sehingga pembatasan habitat

penyu tidak memungkinkan dilakukan. Kerugian yang diperoleh oleh pembudidaya

rumput laut juga dinilai sebagai akobat dari berkurangnya Sargassum yang

sebelumnya merupakan makanan bagi penyu. Namun keberadaan Sargassum

menurun drastis setelah diperjualbelikan oleh masyarakat setempat.

12 Bahasa pokrol atau samin dalam hal ini perumpamaan sebagai orang dengan tingkat

kemampuan berfikir yang rendah.

Page 84: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

72

“... Habis kita mau gimana, masak mau ngandang penyu kan nggak

bisa juga. Kalau nelayan suruh mageri juga nggak bisa. .... Sebenernya

nggak itu (rumput laut) makannya, kerangkam (Sargassum). Tapi

sudah diambili tahun kemarin. Pas booming diambili dan dijual sama

masyarakat, ada pengepulnya dulu. Otomatis makannanya habis trus

kan dia (penyu) ngrayah itu, rumput laut.” (SMD, BTNKJ)

– “... Habis kita mau bagaimana, masak mau memberi kandang penyu

juga tidak bisa. Kalau nelayan disuruh memberi pagar juga tidak

bisa. ... sebenarnya bukan itu (rumput laut) makanannya, Sargassum.

Tetapi sudah diambil tahun kemarin. Ketika booming diambil dan

dijual oleh mesyarakat, ada pengepulnya dul. Otomatis makanannya

habis lalu dia (penyu) menjarah itu, rumput laut.” (SMD, BTNKJ)

2) Distribusi Dampak

Aturan lokasi yang ditetapkan sebagai Zona Budidaya Bahari tidak memihak

pada pembudidaya rumput laut. Batas wilayah Zona Budidaya Bahari adalah

sebelah utara perairan Pulau Batu Lawang hingga batas Pulau Mrico (Lampiran 1)

dan sebagian selatan dusun Batulawang. Penggunaan lokasi rumput laut telah

meluas hingga perairan sebelah barat Dusun Mrican (Gambar 6). Wilayah ini tidak

ditetapkan sebagai Zona Budidaya Bahari karena merupakan wilayah lalu lintas

kapal pariwisata (Lampiran 1). Kegiatan izin jasa pariwisata telah diatur melalui

SK No: P-12/IV-SET/2011 tentang Pedoman Persyaratan Administrasi dan Teknis

Permohonan Izin Pengusahaan Pariwisata alam di Suaka Marga, Taman Nasional,

Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata alam, sedangkan aturan teknis mengenai

izin pemanfaatan tradisional masih belum memiliki aturan yang spesifik.

Mengacu pada indikator distribusi dampak, perlindungan penyu bias terhadap

misi konservasi. Pembudidaya rumput laut menjadi pihak yang mengalami

kerugian. Solusi penyerahan penyu yang tertangkap kepada BTNKJ juga tidak

memuaskan pembudidaya rumput laut, sebagaimana yang diungkapkan pada

kutipan wawancara berikut:

“... maunya cuma melarang, dia ndak mau tanggung jawab. Kalo

merusak kan kita rugi, ndak mau dia ganti kerugian. Tapi dilarang.

Dulu ada, orang cuma dikasih uang 20 ribu. Buat apa itu 20 ribu, orang

rusak ratusan ribu. Sekarang kalau ada yang dapat langsung dikasih

mati, urusannya belakangan.” (ABI, Pembudidaya Rumput Laut)

3) Pembuatan Aturan

Krisis legitimasi juga dapat dilihat dari minimnya partisipasi pembudidaya

rumput laut dalam pembuatan aturan. Penentuan zonasi sebagaimana berdasarkan

UU No. 5/1990 dan PP No. 28/2011 disesuaikan dengan kondisi kawasan taman

nasional. Analisis permasalahan telah dilakukan oleh BTNKJ untuk menghimpun

data yang mendukung (BTNKJ 2012), namun pada penyusunan zonasi, partisipasi

masyarakat khususnya pembudidaya rumput laut masih minim. Minimnya

partisipasi pembudidaya rumput laut mengakibatkan kurang adanya pembahasan

pada aturan Zona Budidaya Bahari dan permasalahan yang dialami13.

13 Hasil pembahasan pada proses Konsultasi Publik Desa Kemujan menitikberatkan pada: 1)

Perlunya peningkatan pengamanan di zona inti dan zona perlindungan; 2) larangan penggunaan

Page 85: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

73

4) Pelaksanaan Aturan

Krisis legitimasi berdasarkan indikator pelaksanaan aturan juga dianalisis dari

aturan lokasi Zona Budidaya Bahari dan Perlindungan Penyu. Lemahnya aturan

Zona Budidaya Bahari dikarenakan masih minimnya perhatian pengelola terhadap

aktivitas budi daya rumput laut. Penggunaan lahan perairan secara tradisional

apabila merujuk pada PP No. 28/2011 Pasal 49 ayat 3b harus disertai dengan izin

pemanfaatan. Namun hingga kini belum terdapat aturan lanjutan mengenai izin

pemanfaatan tradisonal oleh masyarakat.

Pengaruh Legitimasi terhadap Kepatuhan

Jentoft (2000) berpendapat bahwa legitimasi aturan mendukung kepatuhan.

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan aturan mampu meningkatkan legitimasi

yang selanjutnya mampu meningkatkan kepatuhan karena mereka lebih tahu,

berkomitmen, dan mendukung aturan (Hall 1972 dikutip Jentoft et al. 1998).

Masyarakat dilibatkan dalam proses konsultasi publik dalam penyusunan revisi

zonasi TNKJ, namun keikutsertaan pembudidaya rumput laut masih bersifat minim.

Keikutsertaan dalam mengikuti sosialisasi zonasi juga minim. Selain itu, informasi

mengenai pengelolaan TNKJ yang disosialisasikan masih fokus pada Zona Inti dan

Zona Perlindungan. Hal inilah yang mengakibatkan ketidaktahuan pembudidaya

rumput laut mengenai aturan pengelolaan TNKJ. Apabila aturan tidak diketahui dan

dipahami, maka sulit untuk mendapatkan dukungan dan komitmen pelaksanaan

aturan dari pembudidaya rumput laut. Krisis legitimasi dapat terjadi karena

pembudidaya rumput laut tidak terlibat dalam proses pembuatan aturan, sehingga

aturan dianggap jauh dari keadilan dan menimbulkan kesan penolakan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebanyak 85% responden mematuhi aturan

perlindungan karang dan 57.5% tidak mematuhi aturan perlindungan penyu. Secara

umum pembudidaya rumput laut mematuhi aturan perlindungan karang

dilatarbelakangi oleh hal lain di luar legitimasi seperti yang yang telah dijelaskan

pada sub bab Ciri Kepatuhan yang banyak dicirikan pada moralitas. Ketidakpatuhan

pembudidaya rumput laut berhubungan dengan adanya krisis legitimasi yang terjadi

pada aturan perlindungan penyu. Hal ini menunjukkan bahwa krisis legitimasi

berpengaruh terhadap kepatuhan aturan perlindungan penyu.

Potensi Konflik Pengelolaan Sumber Daya

Berdasarkan uraian pada sub bab sebelumnya, secara umum pembudidaya

rumput laut memiliki persepsi rendah pada sanksi pelanggaran aturan biota, padahal

sanksi merupakan suatu bentuk sarana pengendalian yang menjadi tombak utama

dibuatnya suatu aturan. Persepsi yang rendah mengenai sanksi yang ditetapkan juga

merepresentasikan bahwa pembudidaya rumput laut tidak memiliki rasa takut

terhadap sanksi yang akan diterima jika melanggar aturan. Selain itu, kepatuhan

aturan perlindungan biota juga menunjukkan bahwa lebih banyak pembudidaya

rumput laut tidak mematuhi aturan perlindungan penyu karena keberadaan penyu

menimbulkan kerugian bagi pembudidaya rumput laut.

jaring muroami dan alat tangkap kompresor; 3) larangan masuknya nelayan luar di wilayah TNKJ;

4) penentuan tanda batas; dan 5) pengurangan/penambahan lokasi zona inti (BTNKJ 2012b).

Page 86: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

74

Pandangan yang berbeda dimiliki oleh BTNKJ sebagai pihak pengelola yang

mengemban misi konservasi. Aturan yang dibuat belum mampu memuaskan

pembudidaya rumput laut, sehingga pembudidaya rumput laut justru merespon

negatif berupa pelanggaran aturan. Hal ini terjadi karena aturan dibuat dan

dilaksanakan secara sepihak. Konsultasi publik yang diselenggarakan guna

menyusun aturan pengelolaan TNKJ masih memiliki kelemahan. Selain itu, aturan

yang sudah terbentuk belum “dimasyarakatkan” sehingga pelaksanaan misi

konservasi belum menjadi kepentingan bersama. Isu pelanggaran yang

kemungkinan akan terus dilakukan menjadi isu kontroversial dalam kasus ini

karena mampu menjadi pemicu konflik sumber daya.

Menurut Satria (2009b), konflik pengelolaan sumber daya adalah konflik

yang terjadi akibat pelanggaran aturan pengelolaan serta adanya isu-isu tentang

siapa yang berhak mengelola sumber daya perikanan atau sumber daya laut.

Pelanggaran aturan dalam kasus ini terjadi salam dua hal yaitu pelanggaran zonasi

dan pelanggaran aturan perlindungan penyu. Pelanggaran zonasi terjadi karena

batas-batas zona belum diketahui oleh pembudidaya rumput laut, sedangkan

pelanggaran aturan perlindungan penyu terjadi karena keberadaan penyu

menimbulkan kerugian bagi pembudidaya rumput laut. Ketidaktahuan mengenai

zonasi dan krisis legitimasi terhadap aturan perlindungan penyu mampu memicu

penolakan aturan yang dibuat oleh pihak pengelola.

Selain itu, kejelasan pengelolaan TNKJ khususnya pada aktivitas budi daya

rumput laut juga mampu memicu konflik sumber daya. BTNKJ merupakan pihak

yang berwenang untuk mengelola kawasan TNKJ, namun masih terdapat pihak-

pihak lain yang juga berkepentingan dalam memanfaatkan potensi wilayah perairan

TNKJ khususnya perairan Pulau Kemujan, salah satunya adalah Dinas Kelautan

dan Perikanan (DKP). DKP sesuai dengan perannya berkepentingan untuk

mengembangkan produktivitas potensi kelautan termasuk sektor budi daya rumput

laut. Salah satu kasus upaya pengembangan budi daya rumput laut yang dimotori

oleh DKP masih bersifat parsial, yaitu pengembangan Kebun Bibit yang

dilaksanakan di luar zonasi. Pengelolaan sumber daya yang masih bersifat sektoral

akan mengedepankan kepentingan masing-masing pihak. Apabila hal ini tidak

mampu dikelola dengan baik maka mampu memicu timbulnya konflik dan

menghambat pencapaian tujuan TNKJ.

Pembudidaya rumput laut yang cenderung tidak memberikan legitimasi

pada aturan pengelolaan Zona Budidaya Bahari juga merepresentasikan sikap

“kurang menerima” keberadaan BTNKJ yang memiliki wewenang sebagai

pengelola. Hal ini salah satunya dipengaruhi adanya pandangan terhadap sumber

daya perairan yang bersifat terbuka (open access) sehingga pembudidaya rumput

laut juga merasa memiliki hak untuk memanfaatkan sumber daya yang ada tanpa

adanya pembatasan dari pihak lain. Sebaliknya, respon positif diberikan kepada

DKP karena program-program pengembangan produktivitas rumput laut dianggap

sejalan dengan kebutuhan pembudidaya rumput laut.

Ikhtisar

Budi daya rumput laut yang berorientasi pada produksi harus dihadapkan

pada misi konservasi. Hal inilah yang selanjutnya memunculkan persepsi mengenai

Page 87: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

75

Zona Budidaya Bahari. Secara umum pembudidaya rumput laut memiliki persepsi

sedang terhadap aturan perlindungan karang (62.5%), sedangkan pada aturan

perlindungan penyu termasuk kategori rendah (77.5%). Secara umum pembudidaya

rumput laut memiliki persepsi yang rendah terhadap sanksi pelanggaran aturan

perlindungan karang (47.5%) dan pada sanksi pelanggaran aturan perlindungan

penyu (90%). Hasil akumulasi sub variabel persepsi mengenai Zona Budidaya

Bahari dengan persentase tertinggi pada kategori rendah (65%).

Secara umum pembudidaya rumput laut mematuhi aturan perlindungan

karang (85%), namun tidak mematuhi aturan perlindungan penyu (57.5%). Total

tingkat kepatuhan responden terhadap aturan perlindungan biota yang menempati

persentase tertinggi adalah kategori Patuh (72.5%). Keikutsertaan masyarakat

dalam mengawasi dan mensosialisasikan aturan merupakan tingkatan yang lebih

tinggi dari kepatuhan atas aturan yang dibuat. Sebanyak 97.5% pembudidaya

rumput laut termasuk dalam kategori “Tidak Mengawasi” dan 97.5% termasuk

dalam kategori “Tidak Mensosialisasikan” aturan Zona Budidaya Bahari di perairan

Pulau Kemujan. Ciri kepatuhan dianalisis dari jumlah responden yang termasuk

dalam kategori “Patuh”. Ciri kepatuhan aturan perlindungan karang dan penyu

secara umum atas dasar moralitas.

Perbedaan pandangan dari masyarakat dan pemerintah mampu menyebabkan

terjadinya krisis legitimasi. Berdasarkan aspek isi aturan, krisis legitimasi terjadi

pada aturan perlindungan penyu. Berdasarkan aspek distribui dampak, penetapan

lokasi Zona Budidaya Bahari di perairan Pulau Kemujan tidak memihak pada

pembudidaya rumput laut. Selain itu, perlindungan penyu bias terhadap misi

konservasi menempatkan pembudidaya rumput laut sebagai pihak yang mengalami

kerugian. Krisis legitimasi juga terjadi dari minimnya partisipasi pembudidaya

rumput laut dalam pembuatan aturan. Selain itu, perhatian pengelola terhadap

aktivitas budi daya rumput laut masih minim. Analisis mengenai persepsi,

kepatuhan dan legitimasi aturan Zona Budidaya Bahari pada penelitian ini mampu

menjadi pemicu konflik sumber daya alam.

Page 88: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

76

Page 89: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

77

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN

ATURAN ZONA BUDIDAYA BAHARI

Persepsi dan kepatuhan merupakan dua hal yang berbeda. Apabila persepsi

merupakan proses mental, maka kepatuhan adalah wujud tindakan dari seseorang.

Tindakan merupakan tahapan dimana pengetahuan/informasi mulai dilaksanakan

seseorang dalam suatu tingkah laku individu yang disesuaikan dengan kebutuhan

dan motivasinya (Ahmadi 1991 dikutip Sepdianti 2006). Tidak selamanya tidakan

seseorang merupakan representasi dari persepsi atas suatu stimulus yang dalam hal

ini adalah mengenai penetapan Zona Budidaya Bahari. Bab sebelumnya telah

diuraikan pembahasan hasil persepsi pembudidaya rumput laut mengenai aturan,

sanksi pelanggaran aturan Zona Budidaya Bahari, dan tingkat kepatuhan aturan

yang berlaku. Analisis tabulasi silang berdasarkan persentase tertinggi pertemuan

variabel x dan y yang menempati posisi tertinggi di setiap kolom.

Hasil analisa tabulasi silang didukung dengan uji korelasi Rank Spearman

untuk mengetahui signifikansi hubungan antarvariabel, kekuatan signifikasi, dan

selang kepercayaan. Signifikansi menunjukkan ada atau tidaknya hubungan

antarvariabel yang diketahui apabila nilai sig (2-tailed) < 0,05 (Bungin 2001 dikutip

Lubis 2013). Kekuatan signifikansi diketahui dari nilai Corelation Coefficient yang

dijelaskan oleh Bungin (2001) dikutip Lubis (2013) dengan kriteria:

1) +0.70 – +ke atas : hubungan positif yang sangat kuat

2) +0.50 – +0.69 : hubungan positif yang mantap

3) +0.30 – +0.49 : hubungan positif yang sedang

4) +0.10 – +0.29 : hubungan positif yang tak berarti

5) -0.0 – -0.09 : hubungan negatif tak berarti

6) -0.01 – -0.29 : hubungan negatif yang rendah

7) -0.30 – -0.49 : hubungan negatif yang sedang

8) -0.50 – -0.59 : hubungan negatif yang mantap

9) -0.70 – -ke bawah : hubungan negatif yang sangat kuat

Hubungan Persepsi Aturan Perlindungan Karang dengan Tingkat

Kepatuhan Aturan Perlindungan Karang

Tabel 34 menunjukkan bahwa kombinasi antara variabel persepsi aturan

perlindungan karang yang sedang dengan tingkat kepatuhan yang termasuk kategori

patuh memiliki frekuensi tertinggi (n=21). Hasil tabulasi silang kurang mampu

menunjukkan hubungan dikarenakan frekuensi dan persentase di masing-masing

kolom yang tertinggi menunjukkan pola mendatar yaitu pada kategori persepsi

aturan perlindungan karang yang sedang. Interpretasi hasil tersebut adalah sebagian

responden dengan persepsi yang sedang menunjukkan tindakan mematuhi aturan

dan lebih banyak yang tidak mematuhi aturan. Uji korelasi dilakukan untuk melihat

hubungan dan kekuatan hubungan.

Page 90: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

78

Tabel 34 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi aturan perlindungan

karang dan tingkat kepatuhan aturan pelindungan karang

Persepsi aturan

perlindungan

Karang

Tingkat kepatuhan aturan perlindungan karang Total

Tidak Patuh Patuh

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Rendah 2 33.33 0 0 2 5

Sedang 4 66.67 21 61.76 25 62.5

Tinggi 0 0 13 38.26 13 32.5

Total 6 100 34 100 40 100

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara

persepsi tentang perlindungan karang dengan tingkat kepatuhan perlindungan

karang yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0.006. Nilai tersebut

memenuhi kriteria batas signifikansi hubungan sebesar < 0.05. Hubungan kedua

variabel tersebut termasuk dalam kategori hubungan sedang yang ditunjukkan dari

nilai Correlation Coefficient sebesar 0.428 dan nilai alpha 0.01 menunjukkan

selang kepercayaan sebesar 99%. Hubungan yang ditunjukkan adalah hubungan

timbal balik yang berarti bahwa variabel persepsi tentang aturan perlindungan

karang berhubungan dengan kepatuhan perlindungan karang, dan sebaliknya.

Kategori hubungan termasuk dalam kategori sedang dikarenakan tidak selalu

persepsi pembudidaya rumput laut diwujudkan dalam tindakan yang bersesuaian.

Terdapat motif lain diluar persepsi yaitu kebutuhan pemanfaatan karang sebagai

salah satu sarana produksi rumput laut. Karang dimanfaatkan oleh pembudidaya

rumput laut sebagai pengikat tali jangkar di dasar laut.

Hubungan Persepsi Aturan Perlindungan Penyu dengan Tingkat Kepatuhan

Aturan Perlindungan Penyu

Tabel 35 menunjukkan bahwa kombinasi antara variabel persepsi aturan

perlingdungan penyu yang rendah dengan tingkat kepatuhan yang termasuk

kategori tidak patuh menempati frekuensi tertinggi (n=23). Hasil tabulasi silang

kurang mampu menunjukkan hubungan dikarenakan frekuensi dan persentase di

masing-masing kolom yang tertinggi menunjukkan pola mendatar yaitu pada

kategori persepsi aturan perlindungan penyu yang rendah. Interpretasi hasil

tersebut adalah sebagian responden dengan persepsi yang rendah menunjukkan

tindakan mematuhi aturan dan lebih banyak yang tidak mematuhi aturan. Uji

korelasi dilakukan untuk melihat hubungan dan kekuatan hubungan.

Tabel 35 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi aturan perlindungan

penyu dan tingkat kepatuhan aturan perlindungan penyu

Persepsi aturan

perlindungan

Penyu

Tingkat kepatuhan aturan perlindungan penyu Total

Tidak patuh Patuh

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Rendah 23 100 8 47.06 31 77.5

Sedang 0 0 7 41.18 7 175

Tinggi 0 0 2 11.76 2 5

Total 23 100 17 100 40 100

Page 91: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

79

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara

persepsi tentang perlindungan penyu dengan tingkat kepatuhan perlindungan penyu

yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0.000. Nilai tersebut memenuhi

kriteria batas signifikansi hubungan sebesar < 0.05. Hubungan kedua variabel

tersebut termasuk dalam kategori hubungan mantap yang ditunjukkan dari nilai

Correlation Coefficient sebesar 0.623 dan nilai alpha 0.01 menunjukkan selang

kepercayaan sebesar 99%. Hubungan yang ditunjukkan adalah hubungan timbal

balik yang berarti bahwa variabel persepsi tentang aturan perlindungan penyu

berhubungan dengan kepatuhan perlindungan penyu, dan sebaliknya. Kategori

hubungan termasuk dalam kategori mantap dikarenakan secara umum persepsi

mengenai aturan perlindungan penyu yang rendah ditunjukkan dengan tindakan

yang tidak mematuhi aturan.

Hubungan Persepsi Sanksi Pelanggaran Perlindungan Karang dengan

Tingkat Kepatuhan Aturan Perlindungan Karang

Tabel 36 menunjukkan bahwa kombinasi antara variabel persepsi tentang

sanksi pelanggaran perlindungan karang yang rendah dengan tingkat kepatuhan

yang termasuk kategori patuh menempati frekuensi tertinggi (n=15). Hasil tabulasi

silang kurang mampu menunjukkan hubungan dikarenakan frekuensi dan

persentase di masing-masing kolom yang tertinggi menunjukkan pola mendatar

yaitu pada kategori persepsi mengenai sanksi pelanggaran aturan perlindungan

karang yang rendah. Interpretasi hasil tersebut adalah sebagian responden dengan

persepsi yang rendah menunjukkan tindakan tidak mematuhi aturan dan lebih

banyak yang mematuhi aturan. Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan dan

kekuatan hubungan.

Tabel 36 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi sanksi pelanggaran

perlindungan karang dan tingkat kepatuhan aturan perlindungan karang

Persepsi sanksi

pelanggaran perlindungan

karang

Tingkat kepatuhan aturan perlindungan

karang

Total

Tidak patuh Patuh

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Rendah 4 67 15 44.12 19 47.5

Sedang 2 33.33 13 38.23 15 37.5

Tinggi 0 0 6 17.65 6 15

Total 6 100 34 100 40 100

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan

antara persepsi tentang sanksi pelanggaran perlindungan karang dengan tingkat

kepatuhan perlindungan karang yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar

0.235. Nilai tersebut tidak memenuhi kriteria batas signifikansi hubungan sebesar

< 0.05. Persepsi mengenai sanksi perlindungan karang tidak mampu menunjukkan tingkat kepatuhan karang. Tabel 36 juga menjelaskan demikian, kombinasi persepsi

mengenai sanksi pelanggaran yang rendah dengan tingkat kepatuhan dalam

Page 92: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

80

kategori patuh menempati persentase tertinggi. Terdapat variabel di luar persepsi

yang dimungkinkan memiliki hubungan dengan tingkat kepatuhan.

Responden beranggapan bahwa pemanfaatan karang di wilayah perairan

Pulau Kemujan tidak mengancam kelestarian ekosistem karang. Pemanfaatan

karang sebagai pengikat tali jangkar di dasar laut dalam jumlah yang sedikit,

sehingga apabila tindakan tersebut mendapat hukuman dirasa kurang tepat.

Hubungan Persepsi Sanksi Pelanggaran Perlindungan Penyu dengan

Tingkat Kepatuhan Aturan Perlindungan Penyu

Tabel 37 menunjukkan bahwa kombinasi antara variabel persepsi tentang

sanksi pelanggaran perlindungan karang yang rendah dengan tingkat kepatuhan

yang termasuk kategori patuh menempati persentase tertinggi (n=24). Hasil tabulasi

silang kurang mampu menunjukkan hubungan dikarenakan frekuensi dan

persentase di masing-masing kolom yang tertinggi menunjukkan pola mendatar

yaitu pada kategori persepsi mengenai sanksi pelanggaran aturan perlindungan

penyu yang rendah. Interpretasi hasil tersebut adalah sebagian responden dengan

persepsi yang rendah menunjukkan tindakan tidak mematuhi aturan dan lebih

banyak yang mematuhi aturan. Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan dan

kekuatan hubungan.

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara

persepsi tentang sanksi pelanggaran perlindungan penyu dengan tingkat kepatuhan

perlindungan penyu yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0.014. Nilai

tersebut memenuhi kriteria batas signifikansi hubungan sebesar < 0.05. Hubungan

kedua variabel tersebut termasuk dalam kategori hubungan sedang yang

ditunjukkan dari nilai Correlation Coefficient sebesar 0.387 dan nilai alpha 0.05

menunjukkan selang kepercayaan sebesar 95%. Hubungan yang ditunjukkan adalah

hubungan timbal balik yang berarti bahwa variabel persepsi tentang sanksi

pelanggaran aturan perlindungan penyu berhubungan dengan kepatuhan

perlindungan penyu, dan sebaliknya. Kategori hubungan termasuk dalam kategori

sedang dikarenakan persepsi mengenai sanksi pelanggaran aturan perlindungan

penyu tidak selalu ditunjukkan dengan tindakan mematuhi aturan. Terdapat

variabel di luar persepsi yang dimungkinkan memiliki hubungan dengan tingkat

kepatuhan.

Tabel 37 Jumlah dan persentase responden menurut persepsi sanksi pelanggaran

perlindungan penyu dan tingkat kepatuhan aturan perlindungan penyu

Ppersepsi sanksi

pelanggaran perlindungan

penyu

Tingkat kepatuhan aturan perlindungan

penyu

Total

Tidak patuh Patuh

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Rendah 23 100 13 76.48 36 90

Sedang 0 0 2 11.76 2 5

Tinggi 0 0 2 11.76 2 5

Total 23 100 17 100 40 100

Page 93: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

81

Anggapan bahwa keberadaan penyu merupakan hama pemakan dan perusak

rumput laut juga menjadi alasan bahwa tidak diperlukan sanksi bagi pihak yang

melanggar. Tingkat kepatuhan yang ditunjukkan didasarkan atas berbagai motif

yang secara rinci dibahas pada sub bab Ciri Kepatuhan.

Hubungan Persepsi Mengenai Zona Budidaya Bahari dengan Tingkat

Kepatuhan Aturan Zona Budidaya Bahari

Tabel 38 menunjukkan bahwa kombinasi antara variabel persepsi mengenai

Zona Budidaya Bahari yang rendah dengan tingkat kepatuhan yang termasuk

kategori patuh memiliki frekuensi tertinggi (n=14). Hasil tabulasi silang kurang

mampu menunjukkan hubungan dikarenakan frekuensi dan persentase di masing-

masing kolom yang tertinggi menunjukkan pola mendatar yaitu pada kategori

persepsi mengenai mengenai Zona Budidaya Bahari yang rendah. Interpretasi hasil

tersebut adalah sebagian responden dengan persepsi yang rendah menunjukkan

tindakan tidak mematuhi aturan dan lebih banyak yang mematuhi aturan. Uji

korelasi dilakukan untuk melihat hubungan dan kekuatan hubungan.

Tabel 38 Jumlah dan persentase persepsi Zona Budidaya Bahari dan tingkat

kepatuhan aturan perlindungan biota

Persepsi Zona budidaya

Bahari

Tingkat kepatuhan aturan perlindungan

biota

Total

Tidak patuh Patuh

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

Rendah 14 70 12 60 26 65

Sedang 6 30 6 30 12 30

Tinggi 0 0 2 10 2 5

Total 20 100 20 100 40 100

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan

antara persepsi mengenai Zona Budidaya Bahari dengan tingkat kepatuhan

perlindungan biota yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0.407. Nilai

tersebut tidak memenuhi kriteria batas signifikansi hubungan sebesar < 0.05.

Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini ditolak.

Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut, maka untuk menjawab hipotesis uji yang

dirumuskan pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

H1 : Terdapat hubungan antara persepsi mengenai Zona Budidaya Bahari dengan

tingkat kepatuhan aturan Zona Budidaya Bahari

H0 : Tidak terdapat hubungan antara persepsi mengenai Zona Budidaya Bahari

dengan tingkat kepatuhan aturan Zona Budidaya Bahari

Nilai signifikansi sebesar 0.407 menunjukkan tidak terdapat hubungan antara

persepsi mengenai Zona Budidaya Bahari dengan tingkat kepatuhan perlindungan

biota, sehingga H1 ditolak dan H0 diterima. Hasil tersebut merupakan akumulasi

kedua variabel dari masing-masing sub variabel, sehingga untuk mengetahui hubungan masing-masing hubungan sub variabel dapat dilihat pada pembahasan

masing-masing sub sub bab pada bab ini. Apabila melihat signifikasi hubungan

Page 94: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

82

pada masing-masing sub variabel maka terdapat sub variabel yang memenuhi

hipoteis yaitu:

1) hubungan persepsi aturan perlindungan karang dengan tingkat kepatuhan

aturan perlindungan karang;

2) hubungan persepsi aturan perlindungan penyu dengan tingkat kepatuhan aturan

perlindungan penyu; dan

3) hubungan persepsi sanksi pelanggaran aturan perlindungan penyu dengan

tingkat kepatuhan aturan perlindungan penyu.

Ikhtisar

Persepsi dan kepatuhan merupakan dua hal yang berbeda. Apabila persepsi

merupakan proses mental, maka kepatuhan adalah wujud tindakan dari seseorang.

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara persepsi

tentang perlindungan karang dengan tingkat kepatuhan perlindungan karang,

persepsi tentang perlindungan penyu dengan tingkat kepatuhan aturan perlindungan

penyu, dan persepsi mengenai sanksi pelanggaran aturan perlindungan penyu

dengan tingkat kepatuhan aturan perlindungan penyu. Namun, hasil uji korelasi

Rank Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara persepsi mengenai

sanksi pelanggaran aturan perlindungan karang dengan tingkat kepatuhan aturan

perlindungan karang. Hasil uji korelasi Rank Spearman pada akumulasi masing-

masing sub variabel menunjukkan tidak terdapat hubungan antara persepsi

mengenai Zona Budidaya Bahari dengan tingkat kepatuhan aturan perlindungan

biota.

Page 95: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

83

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Secara hukum (de jure), pembudidaya rumput laut diberikan hak pemanfaatan,

namun secara de facto pembudidaya rumput laut memiliki sekumpulan hak (bundle

of right) melalui klaim lahan. Berdasarkan Teori Ostrom (1990), pembudidaya

rumput laut memiliki hak akses, hak pemanfaatan, hak pengelolaan, dan hak

eksklusi sehingga dapat dikategorikan ke dalam status sebagai Proprietor.

Perbedaan hak kepemilikan lahan budi daya rumput laut yang bersumber dari

rujukan aturan secara de jure dan de facto menunjukkan bahwa hak kepemilikan

masih belum terdefinisi secara jelas, sehingga mampu memicu konflik hak

kepemilikan.

Budi daya rumput laut yang berorientasi pada produksi harus dihadapkan

pada misi konservasi, sehingga memunculkan persepsi dalam memandang sumber

daya perairan. Secara umum pembudidaya rumput laut berpersepsi sedang terhadap

aturan perlindungan karang, namun berpersepsi rendah terhadap aturan

perlindungan penyu, sanksi pelanggaran aturan perlindungan karang, dan sanksi

pelanggaran aturan perlindungan penyu. Berdasarkan hal tersebut, persepsi

mengenai Zona Budidaya Bahari termasuk dalam kategori rendah. Secara umum

pembudidaya rumput laut mematuhi aturan perlindungan karang, namun tidak

mematuhi aturan perlindungan penyu. Hasil akumulasi keduanya menunjukkan

tingkat kepatuhan terhadap aturan perlindungan biota yang secara umum termasuk

kategori Patuh. Kepatuhan yang ditunjukkan dicirikan oleh moralitas.

Perbedaan pandangan dari masyarakat dan pemerintah mampu menyebabkan

terjadinya krisis legitimasi. Berdasarkan aspek isi aturan, krisis legitimasi terjadi

pada aturan perlindungan penyu. Berdasarkan aspek distribusi dampak, penetapan

lokasi Zona Budidaya Bahari di perairan Pulau Kemujan tidak memihak pada

pembudidaya rumput laut. Selain itu, perlindungan penyu bias terhadap misi

konservasi menempatkan pembudidaya rumput laut sebagai pihak yang mengalami

kerugian. Partisipasi pembudidaya rumput laut masih minim dalam pembuatan

aturan. Selain itu, perhatian pengelola terhadap aktivitas budi daya rumput laut

masih minim. Ketidakpatuhan yang ditunjukkan dan adanya perbedaan pandangan

menjadi pemicu konflik sumber daya alam.

Terdapat hubungan antara persepsi tentang perlindungan karang dengan

tingkat kepatuhan perlindungan karang, persepsi tentang perlindungan penyu

dengan tingkat kepatuhan aturan perlindungan penyu, dan persepsi mengenai sanksi

pelanggaran aturan perlindungan penyu dengan tingkat kepatuhan perlindungan

penyu. Namun, tidak terdapat hubungan antara persepsi mengenai sanksi

pelanggaran aturan perlindungan karang dengan tingkat kepatuhan perlindungan

karang. Hasil uji korelasi pada akumulasi masing-masing sub variabel

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara persepsi mengenai Zona Budidaya

Bahari dengan tingkat kepatuhan aturan perlindungan biota.

Page 96: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

84

Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis dibagi menjadi saran untuk

pengelolaan Zona Budidaya bahari TNKJ dan saran pengembangan penelitian.

Saran bagi pengelolaan Zona Budidaya bahari khususnya ditujukan bagi BTNKJ

sebagai pihak pengelola. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh pembudidaya

rumput laut tidak mengetahui Zona Budidaya Bahari beserta aturannya, sehingga

diperlukan penyusunan kembali strategi sosialisasi Zona Budidaya Bahari yang

mampu membangkitkan kesadaran kritis pembudidaya rumput laut atas pentingnya

konservasi. Kesadaran kritis perlu dibangun secara menyeluruh karena pada hasil

penelitian juga menemukan bahwa kesadaran mematuhi aturan masih dimiliki oleh

sebagian pembudidaya rumput laut. Sosialisasi juga perlu diiringi dengan penataan

kembali pelaksanaan aturan Zona Budidaya Bahari yang mampu mendefinisikan

hak dan kewajiban pembudidaya rumput laut atas pertimbangan rasionalitas dan

keadilan. Perlu dipersiapkan strategi pemanfaatan wilayah Zona Budidaya Bahari

untuk mengatasi konflik pemanfaatan lahan dan ekspolitasi yang berlebihan apabila

penambahan luasan budi daya rumput laut terus terjadi. Peningkatan partisipasi

pembudidaya rumput laut mutlak diperlukan dalam pengawasan, dan sosialisasi

aturan. Selain itu, diperlukan komitmen dan kesiapan pihak pengelola untuk

pengawasan dan penegakan hukum. Hal ini terkait dengan hasil penelitian bahwa

sebagian pembudidaya rumput laut yang belum menjumpai penyu memilii

kecenderungan untuk melanggar aturan.

Saran berikutnya adalah perlunya dilakukan penelitian mengenai distribusi

hak kepemilikan sumber daya perairan pada berbagai aktor yang terlibat. Hal ini

perlu diketahui agar mampu menunjukkan distribusi hak kepemilikan tidak hanya

pada satu aktor pengguna. Selain itu, diperlukan pula analisis mengenai kesesuaian

penggunaan lahan budi daya rumput laut berdasarkan batas Zona Budidaya Bahari.

Hal ini penting untuk mengetahui keefektifan penetapan lokasi Zona Budidaya

Bahari.

Page 97: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

85

DAFTAR PUSTAKA

Adhuri DS. 2006. Setelah reformasi: memahami konflik-konflik perikanan

“kontemporer”. Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

1(2):205-217.

Aulia TOS, Dharmawan AH. 2010. Kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya

air di Kampung Kuta. Sodality [Internet]. [diunduh 2014 Mar 9]; 4(3): 345-355.

Tersedia pada:

https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5839/4504.

Andono G. 2004. Kajian Kesesuaian dan Pengelolaan Kawasan Konservasi

Terumbu Karang di Pulau Pramuka, Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu, DKI Jakarta. [tesis]. [Internet]. [diunduh 2014 Jun 16]. [Institut

Pertanian Bogor]. Tersedia pada:

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/7623/2004gan.pdf?seq

uence=4.

Bawole R, Yulianda F, Bengen DG, Fachrudin A. 2011. Keberlanjutan

penatakelolaan zona pemanfaatan tradisional dalam kawasan konservasi laut

Taman Nasional Teluk Cendrawasih Papua Barat. JMHT [Internet]. [diunduh

2012 Mar 9]; XVII(2): 71-78. Tersedia pada:

https://journal.ipb.ac.id/index.php/jmht/article/download/3979/2718.

Berkes F. 1989. Common Property Resources. Great Britain (GB): Belhaven Press.

[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2010a. Analisis Dampak Budi Daya

Rumput Laut terhadap Kawasan SPTN II Karimunjawa. Semarang (ID):

BTNKJ.

[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2010b. Konsultasi Publik Desa

Kemujan-Revisi Zonasi TN Karimunjawa Tahun 2010. Semarang (ID): BTNKJ.

[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2012. Zonasi Taman Nasional

Karimunjawa. Semarang (ID): BTNKJ.

[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2013. Statistik Balai Taman

Nasional Karimunjawa Tahun 2013. Semarang (ID): BTNKJ.

Dharmawan AH, Daryanto A. 2003. Pengelolaan sumber daya perikanan dalam era

otonomi daerah: ruang kekuasaan dan model manajemen sumber daya ekonomi

(the revolutive movement for rural democratization). Sosial Ekonomi

Pertanian. 16(1):21-35.

[Dir. PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2012.

Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi alam

No: SK. 28/IV-SET/2012 Tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa.

Jakarta (ID): Dir. PHKA.

Hanna S, Munasinghe M. 1995 . Property Rights in a Social and Ecological

Context: Case Studies And Design Applications. [Buku Elektronik]. [Internet].

[diunduh 2014 Feb 26]. Tersedia pada:

http://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=OFVk3vW8vJ8C&oi=fnd&p

g=PP5&dq=property+right+by+world+bank&ots=_uM4VcU7Mu&sig=yIlee

9nOAlGT3maEb9ruS6LrpPs&redir_esc=y#v=onepage&q=property%20right%20by%20world%20bank&f=false.

Hartono TT, Kartodiharjdo H, Purbayanto A, Satria A. 2012. Rezim hak

kepemilikan dan akses terhadap sumber daya lahan bagi efektivitas insitusi

Page 98: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

86

pengelolaan kawasan konservasi penyu. Sosial Ekonomi Kelautan dan

Perikanan [Internet]. [diunduh 2013 Des 13]; 7(2): 165-175. Tersedia pada:

http://www.bbrse.kkp.go.id/publikasi/jurnal_2012_v7_no2_(4)_full.pdf.

Hidayati W. 2009. Analisis struktur, perilaku dan keragaan pasar rumput laut

Eucheuma cottoni: kasus di Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar,

Provinsi Sulawesi Selatan. [tesis]. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 12]. [Institut

Pertanian Bogor]. Tersedia pada:

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43873.

Jentoft S, McCay BJ, Wilson DC. 1998. Social theory and fisheries co-management.

Marine Policy [Internet]. [diunduh 2014 Mar 19]; 22(4-5): 423-436. Tersedia

pada: http://dx.doi.org/10.1016/S0308-597X(97)00040-7.

Jentoft S. 2000. Legitimacy and disappointment in fisheries management. Marine

Policy [Internet]. [dikutip pada tanggal 14 maret 2014]; 24 (2000) 141-148.

Dapat diunduh dari: http://dx.doi.org/10.1016/S0308-597X(99)00025-1.

Kamlasi Y. 2008. Kajian ekologis dan biologi untuk pengembangan budi daya

rumput laut (Eucheuma cottinii) di Kecamatan Kupang Barat Kabupaten

Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. [tesis]. [Internet]. [diunduh 2013 Des

27]. [Institut Pertanian Bogor]. Tersedia pada:

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11666.

[Kemenhut] Kementrian Kehutanan. 1999. Keputusan Menteri Kehutanan dan

Perkebunan No. 78/Kpt-II/1999 Tentang Revisi Zonasi/Mintakat Taman

Nasional Kepulauan Karimunjawa. Jakarta (ID): Kemenhut.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2004. Keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor: KEP.02/MEN/2004 Tentang Perizinan Usaha

Pembudidayaan Ikan. Jakarta (ID): KKP.

Kolopaking LM. 2003. Organisasi dan birokrasi. Di dalam: Nasdian FT, Sitorus F,

Sumarti T, Dharmawan AH, Nawireja IK, editor. Sosiologi Umum. Bogor (ID):

IPB Press.

Kurniasari N, Satria A, Rusli S. 2012. Konflik dan potensi konflik dalam

pengelolaan sumber daya kerang hijau di Kalibaru Jakarta Utara. Sosial

Ekonomi Kelautan dan Perikanan [Internet]. [diunduh 2013 Des 13]; 7(2):215-

207. Tersedia pada:

http://www.bbrse.kkp.go.id/publikasi/jurnal_2012_v7_no2_(7)_full.pdf.

Larson AM. 2013. Hak tenurial dan akses ke hutan: manual pelatihan untuk

penelitian. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 27]. Tersedia pada:

http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BLarson1302.pdf.

Limbong B. 2012. Konflik Pertanahan. Jakarta (ID): Margaretha Pustaka.

Lubis FLS. 2013. Perilaku ekonomi nelayan rajungan dalam kerangka

industrialisasi perikanan. [skripsi]. [Internet]. [diunduh 2014 Mei 22]. [Institut

Pertanian Bogor]. Tersedia pada:

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/65055/I13fls.pdf?sequ

ence=1.

Mansyur K. 2008. Pengelolaan sumberdaya Pulau Lingayan untuk pengembangan

budi daya rumput laut dan ikan kerapu. [tesis]. [Internet]. [diunduh 2014 Jan

12]. [Institut Pertanian Bogor]. Tersedia

pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/9774.

Mansyur A. 2010. Pengelolaan perairan pesisir gugus pulau kaledupa untuk usaha

budi daya rumput laut. [tesis]. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 8]. [Institut

Page 99: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

87

Pertanian Bogor]. Tersedia pada:

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/40871.

Mardijono. 2008. Persepsi dan partisipasi nelayan terhadap pengelolaan kawasan

konservasi laut Kota Batam. [tesis]. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 23]. [Institut

Pertanian Bogor]. Tersedia pada:

http://eprints.undip.ac.id/18092/1/Mardijono.pdf.

Mawuntu JR. 2012. Konsep penguasaan negara berdasarkan pasal 33 UUD 1945

dan putusan mahkamah konstitusi. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 8]. XX(3):11-

21. Tersedia pada:

http://repo.unsrat.ac.id/273/1/KONSEP_PENGUASAAN_NEGARA_BERD

ASARKAN__PASAL_33_UUD_1945__DAN_PUTUSAN_MAHKAMAH_

KONSTITUSI.pdf.

Minapolitan rumput laut Parigi Moutong tingkatkan kesejahteraan pembudidaya.

2013. [Internet]. [diunduh 2013 Des 13]. Tersedia pada:

http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/10152/MINAPOLITAN-RUMPUT-

LAUT-PARIGI-MOUTONG-TINGKATKAN-KESEJAHTERAAN-

PEMBUDIDAYA/?category_id=91.

Muliari NK, Setiawan PE. 2011. Pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan

kesadaran wajib pajak pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di

kantor pelayanan pajak pratama Denpasar Timur. Ilmiah Akuntasi dan Bisnis

[Internet]. [diunduh 2014 Mar 9]; 6(1):1-23. Tersedia pada:

http://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/article/view/2641/1855.

Nur S, Saleng A. 2013. Aspek sosioyuridis lahan budi daya rumput laut sebagai

mahar perkawinan di kabupaten bantaeng-sulawesi selatan. [Internet].

[diunduh 2013 Feb 26]. Tersedia pada:

http://222.124.222.229/handle/123456789/5941.

Ostrom E, Gardner R, Walker J. 1994. Rules, games, and common-pool resources.

United States of America (US): The University of Michigan Press.

Pemerintah Desa Kemujan. 2011. Monografi Desa Kemujan Kecamatan

Karimunjawa Kabupaten Kepara.

Pemerintah Dorong Industrialisasi Rumput Laut. 2013. [Internet]. [diunduh 2014

Jan 13]. Tersedia pada:

http://www.antaranews.com/berita/398899/pemerintah-dorong-industrialisasi-

rumput-laut.

Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Undang-undang No. 5 Tahun 1990 Tentang

Konservasi Sumber daya Alam dan Ekosistem. Jakarta (ID): Sekretariat

Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-undang Nomor 32/1999 Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999

Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta (ID): Sekretariat

Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan pelestarian Alam.

Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Undang-undang No. 1 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Undang-undang No. 27/2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Page 100: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

88

Prasodjo NW, Pandjaitan NK. 2003. Organisasi dan birokrasi. Di dalam: Nasdian

FT, Sitorus F, Sumarti T, Dharmawan AH, Nawireja IK, editor. Sosiologi

Umum. Bogor (ID): IPB Press.

Priyatna FN. 2013. Kontestasi kepentingan dalam pengelolaan sumber daya

perairan Waduk Djuanda, Jatiluhur. [tesis]. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 8].

[Institut Pertanian Bogor]. Tersedia pada:

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/40871.

Purwanti F, Alikodra HS, Basuni S, Soedharma D. 2008. Pengembangan co-

management Taman Nasional Karimunjawa. Ilmu Kelautan [Internet].

[diunduh 2014 Feb 17]; 13 (3):159-166. Tersedia pada:

http://eprints.undip.ac.id/1426/1/07_%230908%23_Frida_Purwanti_159_-

166.pdf

[Pusdatin KKP] Pusat Data Statistik dan Informasi Kementrian Kelautan dan

Perikanan. 2011. Kelautan dan perikanan dalam angka 2011. [Internet].

[diunduh 2014 Jan 14]. Tersedia pada:

statistik.kkp.go.id/index.php/arsip/file/37/kpda11_ok_r06_v02.pdf/. 100 hal.

Samad F. 2011. Analisis kesesuaian lahan budi daya rumput laut menggunakan

penginderaan jauh dan SIG di Taman Nasional Karimunjawa. [skripsi].

[Internet]. [diunduh 2013 Des 27]. [Institut Pertanian Bogor]. Tersedia pada:

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47156.

Satria A. 2002. Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta (ID): PT. Pustaka Cidesindo.

Satria A. 2009a. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. Bogor (ID): IPB Press.

Satria A. 2009b. Ekologi Politik Nelayan. Yogyakarta (ID): PT. LkiS Printing

Cemerlang.

Satria A, Matsuda Y. 2004. Decentralization of fisheries management in Indonesia.

Marine Policy [Internet]. [diunduh 2014 jan 8]; 28 (5):437-450. Tersedia pada:

10.1016/j.marpol.2003.11.001.

Satria A, Matsuda Y, Sano M. 2005. Contractual solution to the tragedy of property

right in coastal fisheries. Marine Policy [Internet]. [diunduh 2013 Nov 6]; 30:

226-236. Tersedia pada: 10.1016/j.marpol.2005.01.003.

Satria A, Sano M, Shima H. 2006a. Politics of marine conservation area in

Indonesia: from a centralised to a decentralised system. Environment and

Sustainable Development [Internet]. [diunduh 2014 Jan 8]. 5(3):240-261.

Tersedia pada:

http://inderscience.metapress.com/index/D90K84MD41NYU394.pdf.

Satria A, Matsuda Y, Sano M. 2006b. Questioning community based coral reef

management systems: case study of awig-awig in Gili Indah, Indonesia.

Environment, Development, and Sustainability [Internet]. [diunduh 2014 Jan

8]. Tersedia pada: 10.1007/s10668-005-0909-9.

Sepdianty AE. 2006. Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. [skripsi].

[Internet]. [diunduh 2014 Jun 16]. [Institut Pertanian Bogor]. Tersedia pada:

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/50441/A06aes.pdf?seq

uence=1.

Setyaningsih H. 2011. Kelayakan usaha budi daya rumput laut Kappaphycus

alvarezii dengan metode longline dan strategi pengembangannya di perairan

Karimunjawa. [tesis]. [Internet]. [diunduh 2014 Des 27]. [Institut Pertanian

Bogor]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/52405.

Page 101: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

89

Shaliza F et al. 2003. Dimensi Agraria Masyarakat Pesisir: Sebuah Wacana

Menuju Reforma Agraria Kelautan. Bogor (ID): Program Studi Sosiologi

Pedesaan program Pascasarjana IPB.

Silalahi U. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung (ID): PT. Refika Aditama.

Singarimbun M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Singarumbun M, Effendi S,

editor. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): Lembaga Penelitian,

Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Sirajuddin M. 2008. Analisa ruang ekologi untuk pengelompokan zona

pengembangan budi daya rumput laut (Eucheuma cottonii) di Teluk Waworada

Kabupaten Bima. [tesis]. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 12]. [Institut Pertanian

Bogor]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/10027.

Sumardjono MS, Ismail N, Rustiadi E, Damai AA. 2009. Final report kajian kritis

undang-undang terkait penataan ruang dan sumber daya alam. Jakarta (ID):

Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan

ESP2 – DANIDA.

Suparno. 2009. Zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai salah satu

dokumen penting untuk disusun oleh pemerintah daerah

propinsi/kabupaten/kota. Mangrove dan Pesisir. IX(1):1-8.

Wahyuni NI, Mamonto R. 2012. Persepsi masyarakat terhadap taman nasional dan

sumberdaya hutan: studi kasus Blok Aketawaje, Taman Nasional Aketajawe

Lolobata. Info BPK Manado [Internet]. [diunduh 2014 Feb 24]; 2(1): 1-16.

Tersedia pada: http://forda-

mof.org/files/Persepsi_Masyarakat_terhadap_Taman_Nasional_dan_Sumberda

ya.pdf.

Page 102: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

90

Page 103: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

91

Lampiran 1 Peta Zona Budidaya Bahari di perairan Pulau Kemujan Taman

Nasional Karimunjawa

Keterangan: : Zona Budidaya

Bahari : Terumbu

karang

Page 104: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

92

Lampiran 2 Kerangka samplinga

No Nama

1 MMR

2 MIY

3 SLY

4 ABZ

5 BUK

6 ABM

7 SBN

8 SBR

9 RSM

10 MKR

11 SGY

12 AGS

13 JND

14 NRT

15 RSD

16 MFU

17 MRH

18 SEK

19 MLS

20 SUM

21 ABR

22 RKL

23 ALR

24 MUS

25 SNR

26 MST

27 STN

28 NFT

29 YTM

30 SLS

31 TPK

32 ASW

33 ASD

34 SAD

35 SHR

36 IMT

37 RDH

38 TMS

39 NGT

40 STW

No Nama

41 SWN

42 HWS

43 ARF

44 JUN

45 ASN

46 MTS

47 SHO

48 MUA

49 NRO

50 CHM

51 DDI

52 SFH

53 SYD

54 ABK

55 YON

56 NHZ

57 KHM

58 MZD

59 ERM

60 TGR

61 JMR

62 AKD

63 JRM

64 ABH

65 RBN

66 MIS

67 SGY

68 SDY

69 SYH

70 WLA

71 RNA

72 PMN

73 NUA

74 SLK

75 PRT

76 YOS

77 AND

78 DKR

79 YAT

80 DRS

Page 105: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

93

No Nama

81 KYT

82 MUR

83 RBY

84 JKS

85 RAM

86 ABI

87 SLW

88 MIS

89 KRD

90 SRT

91 MNW

92 EDS

93 IND

94 ABW

95 SUL

96 ABY

97 MSF

98 JDK

99 IRM

100 MMR

101 NRD

102 AHM

103 SYR

104 HRD

105 MST

106 MMS

107 RTA

108 ZEA

109 USM

110 AGM

111 SKR

112 LHM

113 SMR

No Nama

114 BNT

115 ANR

116 HBB

117 SDR

118 STK

119 TNR

120 SPY

121 JKP

122 MUT

123 STN

124 MOA

125 ABS

126 SHR

127 SMK

128 NJH

129 ABM

130 IDR

131 NGT

132 JMY

133 MRP

134 UMN

135 MSH

136 SYO

137 MHG

138 NUR

139 NRD

140 ADK

141 DYT

142 ZAN

143 SYD

144 MHM

145 SHT

aWarna kuning merupakan responden yang dipilih menggunakan teknik simple

random sampling.

Page 106: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

94

Lampiran 3 Hasil uji korelasi

Hasil Uji Korelasi Persepsi Aturan Perlindungan Karang dengan Tingkat

Kepatuhan Aturan Perlindungan Karang

Correlations

PERSEPSI

ATURAN

KARANG

KEPATUHAN

KARANG

Spearman's

rho

PERSEPSI ATURAN

KARANG

Correlation Coefficient 1,000 ,428**

Sig. (2-tailed) . ,006

N 40 40

KEPATUHAN

KARANG

Correlation Coefficient ,428** 1,000

Sig. (2-tailed) ,006 .

N 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil Uji Korelasi Persepsi Aturan Perlindungan Penyu dengan Tingkat

Kepatuhan Aturan Perlindungan Penyu

Correlations

PERSEPSI

ATURAN

PENYU

KEPATUHAN

PENYU

Spearman's

rho

PERSEPSI

ATURAN PENYU

Correlation Coefficient 1,000 ,351*

Sig. (2-tailed) . ,026

N 40 40

KEPATUHAN

PENYU

Correlation Coefficient ,351* 1,000

Sig. (2-tailed) ,026 .

N 40 40

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil Uji Korelasi Persepsi Sanksi Pelanggaran Perlindungan Karang dengan

Tingkat Kepatuhan Aturan Perlindungan Karang

Correlations

PERSEPSI

SANKSI

KARANG

KEPATUHAN

KARANG

Spearman's

rho

PERSEPSI SANKSI

KARANG

Correlation Coefficient 1,000 ,192

Sig. (2-tailed) . ,235

N 40 40

KEPATUHAN

KARANG

Correlation Coefficient ,192 1,000

Sig. (2-tailed) ,235 .

N 40 40

Page 107: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

95

Hasil Uji Korelasi Persepsi Sanksi Pelanggaran Perlindungan Penyu dengan

Tingkat Kepatuhan Aturan Perlindungan Penyu

Correlations

PERSEPSI

SANKSI

PENYU

KEPATUHAN

PENYU

Spearman's

rho

PERSEPSI SANKSI

PENYU

Correlation Coefficient 1,000 ,378*

Sig. (2-tailed) . ,014

N 40 40

KEPATUHAN

PENYU

Correlation Coefficient ,378* 1,000

Sig. (2-tailed) ,014 .

N 40 40

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil Uji Korelasi Persepsi Responden Mengenai Zona Budidaya Bahari dengan

Tingkat Kepatuhan Aturan Zona Budidaya Bahari

Correlations

PERSEPSI

ZONA

BUDIDAYA

BAHARI

KEPATUHAN

ATURAN

Spearman's

rho

PERSEPSI ZONA

BUDIDAYA

BAHARI

Correlation Coefficient 1,000 ,135

Sig. (2-tailed) . ,407

N 40 40

KEPATUHAN

ATURAN

Correlation Coefficient ,135 1,000

Sig. (2-tailed) ,407 .

N 40 40

Page 108: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

96

Lampiran 4 Dokumentasi

Budi daya rumput laut di perairan Pulau

Kemujan

Proses mengikat bibit rumput laut pada

tali pancang

Penimbangan rumput laut setelah panen

Proses pengeringan rumput laut Tali pancang dan tali ikat – sarana

produksi rumput laut

Persiapan penggunaan jaring untuk

melindungi rumput laut dari penyu

Proses memanen rumput laut

Observasi dan wawancara di lokasi budi

daya rumput laut

Page 109: HAK KEPEMILIKAN DAN PERSEPSI PEMBUDIDAYA RUMPUT … · doa, semangat, bantuan, dan kerja sama kepada ... Sejarah Perkembangan Budi Daya Rumput Laut di Desa ... 2 Matriks jenis ideal

97

RIWAYAT HIDUP

Nur Hannah Muthohharoh dilahirkan di Jepara pada tanggal 24 Februari

1993. Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara yang lahir dari

pasangan Muhammad Jawahir dan Shofiyatin. Penulis memulai pendidikannya di

Raudhatul Athfal (RA) Nahdlatul Ulama’ pada tahun 1997-1998, kemudian

melanjutkan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Huda Tegalsambi pada tahun

1998-2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Jepara pada tahun 2004-2007,

dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jepara pada tahun 2007-2010. Penulis

melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia.

Penulis tidak hanya menekuni aktivitas akademik selama menimba ilmu di

Institut Pertanian Bogor, namun juga aktif di berbagai organisasi, kepanitiaan, dan

kegiatan di luar bidang akademik. Penulis memulai pengalaman berorganisasi di

Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Mahasiswa Bogor Jepara (OMDA

IMAGORA) sebagai Bendahara pada tahun 2010-2012. Penulis juga mengikuti

Unit Kegatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Agriaswara

pada tahun 2010-2011 dan bergabung dalam konser angkatan pada tahun 2011.

Penulis juga aktif menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi

Manusia (BEM FEMA) sebagai sekretaris Departemen Sosial dan Lingkungan

(Sosling) pada kepengurusan tahun 2011-2012. Penulis melanjutkan kontribusinya

di organisasi yang sama yaitu BEM FEMA di kepengurusan tahun 2012-2013 dan

menjabat sebagai Sekretaris Umum.

Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan beberapa acara yang

diselenggarakan di tingkat IPB, diantaranya sebagai Penanggung Jawab Laskar

Tani (PJLT) Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB angkatan

48 tahun 2011, divisi Acara pada kegiatan I-Share Himasiera tahun 2011, sekretaris

kegiatan Desa Mitra Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (Samisaena) pada tahun

2012, sekretaris kegiatan Kemah Riset (Keris) pada tahun 2012, sekretaris kegiatan

FEMA Care and Share pada tahun 2012, sekretaris kegiatan Indonesian Ecology

Expo (INDEX) pada tahun 2012, divisi Acara pada kegiatan Masa Perkenalan

Fakultas Ekologi Manusia tahun 2012, sekretaris Penanggung Jawab Anggota

Kelompok pada kegiatan Masa Perkenalan Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat tahun 2012, dan sekretaris kegiatan Canvasing IPB

pada tahun 2012. Selain itu penulis juga menjadi asisten Mata Kuliah Dasar-dasar

Komunikasi selama tiga kali periode.