KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

89
KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN METODE LONGLINE DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI PERAIRAN KARIMUNJAWA HERYATI SETYANINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

Page 1: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT

Kappaphycus alvarezii DENGAN METODE LONGLINE

DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

DI PERAIRAN KARIMUNJAWA

HERYATI SETYANINGSIH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul: Kelayakan

Usaha Budi Daya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline

dan Strategi Pengembangannya di Perairan Karimunjawa merupakan hasil karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum

pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Juni 2011

Heryati Setyaningsih

F352074045

Page 3: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

ABSTRACT

One of Jepara regency water locations that have the potential of land

resources for the development of aquaculture is Karimunjawa waters. Seaweed is

the most widely cultivated in the Karimunjawa waters is Kappaphycus alvarezii,

because low venture capital, high market demand, low-cost production

technology, production cycle is short, post-harvest handling is easy and simple as

well as market share is still open. This study aims to (1) Evaluate the feasibility of

seaweed cultivation; (2) Identify factors that influence internal and external

business seaweed cultivation; (3) Develop appropriate strategies in business

development efforts to the cultivation of seaweed. Financial feasibility analysis

results show that seaweed cultivation efforts Kappaphycus alvarezii with longline

method in Karimunjawa waters financially profitable and feasible. This is

indicated by a positive NPV value of 30.81 million rupiah; B/C ratio (2.69), IRR

(47.58%); PBP 1.61 years; BEP 13.23 million rupiah or sales of 1,474 kg of dried

seaweed. With a total score value of the internal-external matrix of 2.52 and 2.83

shows an internal and external matrix of responses given by business seaweed

cultivation to the environment considered average. The combination of these two

values indicates that the position of the business lies in V cells or growth

strategies. The most appropriate strategies for business development is the

empowerment of members and business groups to increase their business (5.83),

and increased cultivation of technical skills for the improvement of product

quality (5.52). These three strategies can be implemented simultaneously as

mutually supporting one another.

Key words: business feasibility, development strategy, Karimunjawa, seaweed

Page 4: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

RINGKASAN

Heryati Setyaningsih. Kelayakan Usaha Budi daya Rumput Laut Kappaphycus

alvarezii dengan Metode Longline dan Strategi Pengembangannya di

Perairan Karimunjawa. Di bawah bimbingan Prof.Dr.Ir. Komar Sumantadinata,

M.Sc. dan Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, M.Si.

Salah satu lokasi perairan Kabupaten Jepara yang mempunyai potensi

sumberdaya lahan untuk pengembangan usaha budi daya perikanan adalah

perairan Karimunjawa. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara

melakukan berbagai upaya mengubah kebiasaan penduduk dalam mengambil dan

menjual karang-karang laut dengan memperkenalkan usaha budi daya rumput laut

dan sudah mulai dirintis sejak tahun 2000. Rumput laut yang paling banyak dibudi

dayakan di perairan Karimunjawa adalah jenis Kappaphycus alvarezii, karena

tergolong usaha rendah modal, permintaan pasar yang tinggi, teknologi

produksinya murah, siklus produksi yang singkat, penanganan pasca panen mudah

dan sederhana serta pangsa pasar masih terbuka.

Berkaitan hal tersebut, kajian ini bertujuan untuk (1) Mengevaluasi

kelayakan usaha budi daya rumput laut. (2) Mengidentifikasi faktor-faktor internal

dan eksternal yang mempengaruhi usaha budi daya rumput laut. (3) Menyusun

strategi yang tepat dalam upaya pengembangan usaha budi daya rumput laut.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: (1) kajian kepustakaan.

(2) kajian lapangan. Pengumpulan data primer diperoleh melalui survei lapangan

dengan penyebaran kuesioner dan wawancara. Pengumpulan data sekunder

diperoleh dari dokumen-dokumen atau monografi instansi-instansi berwenang

seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bappeda Kabupaten Jepara, Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jepara, instansi terkait lainnya baik di tingkat

kabupaten maupun provinsi dan laporan hasil studi dari berbagai lembaga/instansi

yang relevan.

Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha budi daya

rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode longline di perairan

Karimunjawa secara finansial menguntungkan dan layak dilaksanakan. Hal ini

ditunjukkan dengan tingkat bunga 14% diperoleh nilai NPV positif sebesar 30.81

juta rupiah; B/C ratio lebih dari satu (2.69); nilai IRR lebih besar dari tingkat

bunga yang disyaratkan sebesar 14 % yaitu 47.58 %; PBP selama 1.61 tahun; nilai

BEP 13.23 juta rupiah atau penjualan 1,474 kg rumput laut kering. Sedangkan

hasil analisis sensitifitas menunjukkan bahwa usaha budi daya rumput laut akan

merugikan dan tidak layak dilaksanakan apabila harga jual menurun hingga 30%

(6.29 ribu rupiah/kg) atau biaya yang dikeluarkan meningkat hingga 43% (29.77

juta rupiah/tahun) atau volume produksi menurun hingga 30% (3,748 kg/tahun).

Faktor strategis internal dalam pengembangan usaha budi daya rumput laut

di Karimunjawa yang menjadi kekuatan adalah: potensi lahan budi daya rumput

laut masih besar; sarana prasarana produksi mudah diperoleh; masa produksi

singkat; teknik budi daya sederhana; tenaga kerja dari lingkungan sekitar.

Sedangkan yang menjadi kelemahan adalah: kekurangan modal untuk

pengembangan usaha; hasil produksi belum optimal; kelompok usaha kurang

diberdayakan; sulit mendapatkan bibit berkualitas; pemilik usaha kurang inovatif.

Page 5: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

Faktor strategis eksternal dalam pengembangan usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa yang menjadi peluang adalah: persyaratan mutu produk yang mudah

dipenuhi; permintaan rumput laut sangat besar; hubungan baik dengan suplier;

citra positif rumput laut asal Karimunjawa; Kebijakan pemerintah yang

mendukung usaha. Adapun yang menjadi ancaman adalah: banyak pesaing dari

daerah lain; fluktuasi harga rumput laut dunia; adanya hama dan penyakit;

pengaruh perubahan musim.

Dengan total skor nilai pada matriks internal 2.52, usaha budi daya rumput

laut di perairan Karimunjawa memiliki faktor internal yang tergolong rataan.

Total skor nilai pada matriks eksternal 2.83 memperlihatkan respon yang

diberikan oleh usaha budi daya rumput laut kepada lingkungan eksternal

tergolong rataan. Perpaduan kedua nilai tersebut menunjukkan posisi usaha

terletak pada sel V atau strategi pertumbuhan.

Pemetaan posisi usaha sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi

dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi pada usaha budi daya

rumput laut di perairan Karimunjawa. Alternatif strategi yang dapat dilakukan

yaitu: memperluas lahan usaha budi daya, mengembangkan pengolahan hasil budi

daya, peningkatan keterampilan teknis budi daya untuk peningkatan mutu produk,

pemberdayaan anggota dan kelompok usaha untuk meningkatkan usahanya,

peningkatan akses permodalan, memperluas dan mempertahankan jaringan

pemasaran, mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada.

Strategi yang paling tepat dilakukan untuk pengembangan usaha adalah

pemberdayaan anggota dan kelompok usaha untuk meningkatkan usahanya (skor

5.83), memperluas lahan usaha budi daya (skor 5.65), dan peningkatan

keterampilan teknis budi daya untuk peningkatan mutu produk (skor 5.52). Ketiga

strategi tersebut dapat dilaksanakan bersamaan karena saling mendukung satu

dengan yang lain.

Page 6: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT

Kappaphycus alvarezii DENGAN METODE LONGLINE

DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

DI PERAIRAN KARIMUNJAWA

HERYATI SETYANINGSIH

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 8: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir: Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA

Page 9: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

Judul Tugas Akhir : Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline dan

Strategi Pengembangannya di Perairan Karimunjawa

Nama : Heryati Setyaningsih

NIM : F352074045

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc. Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, M.Si.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis MS,Dipl.Ing.DEA. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 07 Juni 2011 Tanggal Lulus:

Page 10: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan

rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang

berjudul: Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii

dengan Metode Longline dan Strategi Pengembangannya di Perairan

Karimunjawa. Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah syarat untuk

memperoleh gelar magister profesional dalam program studi Magister Profesional

Industri Kecil Menengah pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, berbagai pihak telah memberikan

bantuan dan masukan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata,

M.Sc. selaku pembimbing utama dan Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, M.Si selaku

pembimbing kedua yang telah memberikan banyak pengetahuan dan

bimbingannya yang sangat bermanfaat bagi penyusunan tugas akhir ini serta

kepada Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA selaku dosen penguji atas masukannya untuk

perbaikan tugas akhir ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

bapak, ibu, suami serta seluruh keluarga dan teman atas segala doa dan kasih

sayangnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih banyak

kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk

penyempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis menyampaikan banyak terima

kasih dan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juni 2011

Heryati Setyaningsih

F352074045

Page 11: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purworejo Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 05

Juni 1977 sebagai anak ke-6 dari 8 bersaudara pasangan Bapak Paino Hadi

Reksoadmodjo, BE dan Ibu Suwarni. Pada tahun 2005 penulis menikah dengan Ir.

Didi Sadili.

Penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta dengan program Sarjana (S1) pada tahun 1995 di Jurusan Perikanan

Program Studi Budi Daya Perairan dan lulus pada bulan Desember tahun 2000.

Penulis bekerja sebagai staf di Kementerian Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia mulai tahun 2001 dan sekarang di Sub Direktorat Pengawasan

Usaha Budi Daya. Penulis masuk kuliah di program studi Magister Profesional

Industri (MPI) IPB, angkatan X pada bulan Maret 2008. Dalam rangka

menyelesaikan tugas akhir di Sekolah Pascasarjana, penulis melaksanakan kajian

yang berjudul “Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii

dengan Metode Longline dan Strategi Pengembangannya di Perairan

Karimunjawa” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc. dan

Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, M.Si.

Page 12: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

I PENDAHULUAN ...…………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang .....………………………………………………. 1

1.2 Permasalahan ….………………………………………………... 3

1.3 Tujuan ..…………………………………………………………. 4

1.4 Manfaat ..………………………………………………………... 4

II TINJAUAN PUSTAKA ...……………………………………………... 5

2.1 Potensi Sumber Daya Rumput Laut ..…………………………… 5

2.2 Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut ...…………………... 6

2.3 Metode Pengambilan Sampel …………………………………... 12

2.4 Analisis Kelayakan Usaha ............................…………………… 12

2.5 Pengembangan Usaha Budi Daya Rumput Laut ...……………… 16

2.6 Strategi Pengembangan Usaha Budi Daya Rumput Laut ............. 17

III METODOLOGI KAJIAN ....................................................................... 24

3.1 Lokasi dan Waktu ......................................................................... 24

3.2 Metode Penarikan Sampel ............................................................ 24

3.3 Sumber Data ................................................................................. 24

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data......................................... 25

3.5 Analisis Data ................................................................................. 26

IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 28

4.1 Profil Usaha Budi Daya Rumput Laut .......................................... 28

4.2 Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut .................................. 32

4.3 Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ................. 43

4.4 Posisi Usaha Berdasarkan Matriks IE ........................................... 49

4.5 Rumusan Alternatif Strategi ......................................................... 53

V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 60

5.1 Simpulan ....................................................................................... 60

5.2 Saran ............................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

LAMPIRAN ..................................................................................................... 64

Page 13: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Penilaian bobot faktor strategi internal usaha .......................................... 18

2 Penilaian bobot faktor strategi eksternal usaha ........................................ 19

3 Matriks IFE ....………………………………………………………….. 19

4 Matriks EFE .................………………………………………………… 20

5 Matriks SWOT ......................................................................................... 21

6 Matriks QSP ............................................................................................. 23

7 Biaya investasi usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa ................ 39

8 Biaya operasional usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa ............ 40

9 Analisis sensitifitas usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa ……. 42

10 Faktor strategis internal usaha budi daya rumput laut di perairan

Karimunjawa ............................................................................................

49

11 Faktor strategis eksternal usaha budi daya rumput laut di perairan

Karimunjawa ............................................................................................

51

12 Penentuan alternatif strategi terbaik usaha budi daya rumput laut di

perairan Karimunjawa ..............................................................................

58

Page 14: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran kelayakan rumput laut dan strategi

pengembangannya di perairan Karimunjawa …......................................

27

2 Proses produksi rumput laut kering di perairan Karimunjawa ………… 30

3 Usaha budi daya rumput laut dengan metode rawai …………………… 33

4 Usaha perawatan selama masa pemeliharaan .....………………………. 35

5 Total Skor IFE_EFE usaha budi daya rumput laut di perairan

Karimunjawa ...........................................................................................

52

6 Matriks SWOT usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa.. 54

7 Produk olahan berbahan dasar rumput laut ……………………………. 55

Page 15: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kuesioner kajian untuk analisis kelayakan usaha budi daya rumput laut

di Karimunjawa …..……………………………………………………..

64

2 Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategis

internal dan eksternal …..………………………………………………..

69

3 Profil usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa ................................ 75

4 Pendapatan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa ...................... 76

5 Komponen biaya usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa ............. 77

6 Biaya investasi usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa ................. 78

7 Biaya operasional usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa ............ 79

8 Kelayakan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa ........................ 80

9 Hasil analisis sensitifitas usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa.. 81

10 Total skor pembobotan dan rating IFE usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa ............................................................................................

86

11 Total skor pembobotan dan rating EFE usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa ............................................................................................

87

12 Nilai faktor internal dan eksternal usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa …..………………………………………………………..

88

13 Alternatif strategi pengembangan usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa ............................................................................................

89

Page 16: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu lokasi perairan Kabupaten Jepara yang mempunyai potensi

sumber daya lahan untuk pengembangan usaha budi daya perikanan adalah

perairan Karimunjawa. Perairan Karimunjawa menjadi salah satu pusat perikanan

yang diandalkan oleh Kabupaten Jepara dalam pengembangan perekonomian di

kawasan tersebut. Secara geografis, Karimunjawa merupakan wilayah kepulauan

dengan potensi sumber daya hayati yang melimpah.

Permasalahan muncul disebabkan pemanfaatan sumber daya perikanan yang

cenderung berlebihan, seperti usaha penangkapan ikan terutama jenis ikan pelagis

kecil, penggunaan racun potas atau sianida dan jaring yang merusak ekosistem

terumbu karang. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Jepara melakukan berbagai upaya mengubah kebiasaan

penduduk dalam mengambil dan menjual karang-karang laut. Upaya tersebut

adalah dengan memperkenalkan usaha budi daya rumput laut sebagai solusi mata

pencarian penduduk yang tidak merusak ekosistem lingkungan dan sudah mulai

dirintis sejak tahun 2000. Usaha budi daya rumput laut tergolong usaha yang

padat karya sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Upaya memperkenalkan

rumput laut di perairan Karimunjawa memperoleh dukungan dari lembaga

pendidikan dan pelatihan terkait yang ada di Kabupaten Jepara, yaitu antara lain:

Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Payau, Laboratorium Pengembangan

Wilayah Pantai Universitas Diponegoro (LPWP-UNDIP), Fakultas Perikanan

UNDIP di Teluk Aur, Akademi Perikanan Kalinyamat dan Diklat Pertambakan.

Rumput laut merupakan salah satu komoditas utama perikanan budi daya

yang bernilai ekonomis tinggi dengan peluang pasar yang luas, baik nasional

maupun orientasi ekspor. Rumput laut dapat dibudi dayakan secara masal

sehingga menjadi salah satu komoditas strategis dalam program revitalisasi

perikanan yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Menurut data

pada Pusdatin KKP (2009), volume produksi perikanan budi daya rumput laut

Page 17: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

2

adalah 1,944,800 ton atau 55.07%. Produksi tersebut menduduki peringkat

pertama total produksi perikanan budi daya selain produk udang, ikan mas,

bandeng, nila, lele dan lainnya.

Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara (2008),

komoditas rumput laut Kabupaten Jepara merupakan produk unggulan sektor

perikanan dan kelautan. Rumput laut mulai dibudi dayakan secara intensif tahun

2003 dan telah menjadi salah satu kekuatan baru ekonomi masyarakat

Karimunjawa. Fakta bahwa jumlah penduduk sebanyak 8,687 jiwa dengan 111

RTP (Rumah Tangga Perikanan) yang melakukan usaha budi daya rumput laut.

Menurut data statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa tahun 2008,

rumput laut yang ditemukan dapat tumbuh dan berkembang di perairan

Karimunjawa antara lain jenis Kappaphycus sp. (Eucheuma sp.), Gracilaria sp.,

Gelidium sp., Hypnea sp. dan yang paling banyak dibudi dayakan di perairan

Karimunjawa adalah jenis Kappaphycus sp. (Kappaphycus alvarezii). Jenis ini

banyak dibudi dayakan karena tergolong usaha rendah modal, permintaan pasar

yang tinggi, teknologi produksinya murah, siklus produksi yang singkat,

penanganan pasca panen mudah dan sederhana serta pangsa pasar masih terbuka.

Menurut Pusdatin KKP (2009), Rumput laut berguna karena ekstrak

hidrokoloid yang dikandungnya banyak digunakan industri makanan, minuman,

kosmetik, cat, tekstil dan industri lainnya. Hidrokoloid adalah suatu polimer larut

dalam air, yang mampu membentuk koloid dan mampu mengentalkan larutan atau

mampu membentuk gel dari larutan tersebut. Di dalam rumput laut terdapat nilai

nutrisi yang cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27.8%),

protein (5.4%), karbohidrat (33.3%), lemak (8.6%) serat kasar (3%) dan abu

(22.25%). Selain itu juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin

(A, B, C, D, E dan K) dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan

selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium.

Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10 - 20 kali

lipat dibandingkan dengan tanaman darat. Zat-zat tersebut sangat baik untuk

dikonsumsi sehari-hari karena mempunyai fungsi dan peran penting untuk

menjaga dan mengatur metabolisme tubuh manusia.

Page 18: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

3

Sampai saat ini sebagian besar hasil rumput laut di Indonesia masih di

ekspor dalam bentuk rumput laut kering. Dilain pihak, Indonesia masih

mengimpor hasil olahan rumput laut untuk keperluan industri. Di masa mendatang

rumput laut masih mempunyai prospek cerah mengingat potensi pasar dan lahan

yang masih cukup luas serta usaha budi daya saat ini yang masih rendah. Kondisi

tersebut menunjukkan bahwa budi daya rumput laut belum berkembang dengan

baik mengingat luas kawasan perairan Karimunjawa memiliki sumber daya

perikanan yang besar. Kendala dalam pengembangan usaha budi daya rumput laut

di perairan Karimujawa diantaranya adalah masih terbatasnya data dan informasi

mengenai ketepatan kelayakan usahanya yang dapat dijadikan acuan dalam

pemanfaatan sumber daya tersebut secara optimal. Oleh karena itu, kajian

kelayakan usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa ini perlu

dilakukan dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, dan

juga agar dapat dirumuskan strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk

diterapkan pembudi daya rumput laut.

1.2. Permasalahan

Permintaan rumput laut dunia dinilai cukup baik dan nampaknya memiliki

prospek yang cerah di masa mendatang. Potensi lahan, teknologi budi daya yang

mudah, masa tanam pendek dan ketersediaan tenaga kerja setempat merupakan

modal potensial bagi perkembangan usaha budi daya rumput laut di perairan

Karimunjawa. Tetapi pada kenyataannya jumlah pembudi daya yang tertarik pada

usaha budi daya rumput laut masih rendah. Berdasarkan latar belakang kondisi

usaha tersebut, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Kurangnya informasi tentang usaha budi daya rumput laut.

2. Kelayakan usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa yang

dilakukan pembudi daya selama ini umumnya tidak direkapitulasi dengan

baik sehingga hasil analisis kelayakan usahanya tidak diketahui oleh

masyarakat yang belum mengenal usaha budi daya rumput laut.

3. Pembudi daya rumput laut belum mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan

eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan

kelemahan usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa untuk

menentukan strategi ke depannya.

Page 19: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

4

4. Strategi pengembangan usaha budi daya rumput laut masih kurang

terencana, pengembangan usaha masih dominan dipengaruhi harga rumput

laut. Strategi belum dirancang menjadi suatu struktur usaha yang dikelola

berorientasi pengembangan dari hulu sampai hilir sehingga rentan terhadap

perubahan ekonomi dan politik.

1.3. Tujuan

1. Mengevaluasi kelayakan usaha budi daya rumput laut.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

usaha budi daya rumput laut.

3. Menyusun strategi yang tepat dalam upaya pengembangan usaha budi daya

rumput laut.

1.4. Manfaaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil kajian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi mengenai pengelolaan dan pengembangan usaha

bagi pelaku usaha budi daya, baik perorangan maupun kelompok.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi setiap orang atau kelompok usaha dalam

meningkatkan usahanya.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku kebijakan, baik pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat dalam pengembangan usaha budi daya rumput

laut di perairan Karimunjawa.

4. Memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal

melalui usaha mikro, kecil dan menengah.

Page 20: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Sumber Daya Rumput Laut

Perairan Karimunjawa merupakan kawasan kepulauan dan memiliki daya

dukung bagi usaha budi daya rumput laut. Berdasarkan Keputusan Direktorat

Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: SK.79/IV/Set-3/2005

tanggal 30 Juni 2005 tentang Revisi Mintakat/Zonasi Taman Nasional Kepulauan

Karimunjawa, zona budi daya yang diperuntukkan untuk kepentingan budi daya

perikanan termasuk rumput laut seluas 788.21 hektar, meliputi perairan Pulau

Karimunjawa, Pulau Kemojan, Pulau Menjangan Besar, Pulau Parang dan Pulau

Nyamuk.

Saat ini pemanfaatan rumput laut sangat terbatas pada jenis yang telah

umum dikenal saja, yaitu jenis rumput laut Carrageenophytes, yaitu jenis rumput

laut penghasil karagenan seperti Kappaphycus alvarezii, Gracilaria sp., dan

Euchema spinosum. Rumput laut jenis Kappaphicus alvarezii atau dulu lebih

dikenal dengan sebutan Eucheuma cottonii dan biasa dipakai dalam dunia

perdagangan nasional maupun internasional. Ciri fisik Kappaphycus alvarezii

adalah keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau

kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor

lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu

penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan (Aslan

1998). Kappaphycus alvarezii tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat

berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk

rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar

matahari (Sudradjat 2008). Umumnya Kappaphycus alvarezii tumbuh dengan

baik di daerah pantai berkarang. Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh

aliran air laut.

Doty (1985) dalam Parenrengi et al. (2006) mengemukakan bahwa

Kappaphycus sp. merupakan rumput laut yang secara luas diperdagangkan untuk

keperluan industri, baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. Oleh karena itu

Page 21: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

6

Kappaphycus sp. paling banyak dibudi dayakan oleh masyarakat pantai. Jenis ini

paling banyak diusahakan karena mengandung karagenan yang tinggi. Ismail et

al. (2009) mengemukakan bahwa karagenan merupakan polisakarida yang

diekstraksi dari rumput laut merah dan dibedakan dengan agar berdasarkan

kandungan sulfatnya. Karagenan mengandung minimal 18% sulfat sedang agar-

agar hanya mengandung sulfat 3 – 4%. Karagenan memiliki kekuatan gel serta

rendeman yang tinggi. Karagenan banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan

dalam industri makanan, minuman, farmasi, keramik, tekstil dan kosmetik serta

digunakan sebagai bahan stabilisator, pengental, pembentuk gel, pengikat dan

pencegah kristalisasi dalam industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik

dan lain-lain.

2.2. Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut

Menurut Umar (1997), kelayakan usaha dimaksudkan sebagai perkiraan

tentang laba rugi yang terkait dengan pengoperasian usaha. Secara umum aspek

yang dikaji dalam studi kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi,

pemasaran dan keuangan.

2.2.1. Aspek Teknis Produksi

Rumput laut adalah tumbuhan tingkat rendah makro algae yang secara

alami hidup di dasar laut dan melekat pada substrat. Sebagai tumbuhan,

rumput laut membutuhkan cahaya matahari dan hara (nutrien) untuk

membangun biomasa melalui aktifitas fotosintesis. Oleh karena itu salah

satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan budi daya rumput laut

adalah pemilihan lokasi, sehingga sering dikatakan kunci keberhasilan budi

daya rumput laut terletak pada ketepatan pemilihan lokasi. Hal ini dapat

dimengerti karena relatif sulit untuk membuat perlakuan tertentu terhadap

kondisi ekologi perairan laut yang selalu dinamis sehingga besarnya hasil

produksi rumput laut di beberapa daerah sangat bervariasi. Menurut

Sudradjat (2008), penentuan lokasi harus memperhitungkan beberapa faktor

penting, antara lain: (1) Terlindung dari gelombang besar dan badai, sebab

rumput laut mudah patah apabila terus menerus dihantam gelombang; (2)

Terlindung dari ancaman predator, seperti ikan buntal, ikan beronang,

bintang laut, bulu babi, penyu dan ikan besar lainnya serta burung laut; (3)

Page 22: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

7

Terlindung dari ancaman pencemaran seperti dekat muara sungai, buangan

limbah industri, aktivitas pertanian dan limbah rumah tangga; dan (4)

Terlindung dari hilir mudik lalu lintas kapal karena selain akan

menimbulkan riak-riak gelombang juga buangan kapal (minyak, solar, dan

lain-lain) akan mencemari area pemeliharaan. Selain faktor tersebut,

ketersediaan bibit alami rumput laut, dasar perairan yang berupa pecahan-

pecahan karang dan pasir kasar, kedalaman sekitar 2 – 15 m, kadar garam

28 – 34 ppt dengan nilai optimum 33 ppt, kecerahan lebih dari 1.5 m

(Akma et al. 2008).

Metode budi daya rumput laut yang dikenal secara umum adalah: 1)

metode lepas dasar yang dilakukan di atas dasar perairan yang berpasir atau

pasir berlumpur dan terlindung dari hempasan gelombang besar; 2) metode

rakit apung yang dilakukan dengan cara mengikat rumput laut pada tali dan

diikatkan pada rakit apung yang terbuat dari bambu; 3) metode rawai dan

dikenal dengan istilah longline yang menggunakan tali panjang yang

dibentangkan; dan 4) metode jalur yang merupakan kombinasi antara

metode rakit apung dengan rawai (Sudradjat 2008). Metode rawai pada

prinsipnya hampir sama dengan metode rakit tetapi tidak menggunakan

bambu sebagai rakit, tetapi menggunakan tali plastik dan botol minuman

bekas sebagai pelampungnya.

Menurut Afrianto dan Evi (1993), saat ini hampir di semua perairan

Indonesia cocok untuk budi daya menggunakan metode rawai dan

diterapkan pembudi daya rumpul laut. Umumnya pembudi daya telah

beralih dari sistem rakit ke sistem rawai yang lebih memberikan harapan

peningkatan produksi lebih besar. Sistem rawai memungkinkan

pemanfaatan ruang lebih luas pada kedalaman yang sangat bervariasi antara

5 – 50 m. Hal ini dikuatkan oleh Anggadiredja et al. (2006), bahwa metode

rawai merupakan cara yang paling banyak diminati petani rumput laut

karena disamping fleksibel dalam pemilihan lokasi, juga biaya yang

dikeluarkan relatif murah. Keuntungan dari metode ini adalah tanaman

terbebas dari hama bulu babi, pertumbuhannya lebih cepat dan lebih murah

Page 23: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

8

ongkos materialnya. Metode ini dimasyarakatkan karena selain lebih

ekonomis juga dapat diterapkan di perairan yang agak dalam.

Keuntungan metode rawai antara lain: tanaman cukup menerima sinar

matahari, tanaman lebih tahan terhadap perubahan kualitas air, terbebas

dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan, pertumbuhannya

lebih cepat, cara kerjanya lebih mudah, biayanya lebih murah, dan kualitas

rumput laut yang dihasilkan baik. Metode budi daya yang diterapkan oleh

pembudi daya rumput laut di Karimunjawa dilakukan dengan penggunaan

metode rawai yang telah disesuaikan dengan kondisi geografi lokasi budi

daya, yaitu dengan mengikat rumput laut pada tali yang direntangkan di

atas atau diantara tanaman karang.

Pengelolaan budi daya rumput laut meliputi penyediaan bibit,

penanganan bibit selama pengangkutan, penanaman bibit dan perawatan

tanaman. Akma et al. (2008) menyebutkan bahwa bibit rumput laut dari

Karimunjawa termasuk bibit unggul dan kriteria bibit yang baik adalah

rumpun bercabang banyak dan rimbun, tidak terdapat bercak putih dan

tidak terkelupas, warna spesifik, segar, sehat, masih muda, umur 25 – 35

hari, memberikan indikasi pertumbuhan yang baik dengan laju

pertumbuhannya 3 – 5% per hari dan berat bibit 50 – 100 g per ikatan

dengan jarak tanam tidak kurang dari 25 cm. Kepadatan penanaman bibit

rumput laut tergantung dari jenis dan metode budi daya yang digunakan.

Penanaman dilakukan segera setelah selesai pengikatan, dengan tujuan

agar bibit masih segar dan tidak lama berada di darat. Menurut Sudradjat

(2008), penanganan bibit selama pengangkutan juga harus dijaga. Hal ini

dilakukan agar bibit tetap lembab/basah tetapi tidak sampai meneteskan air,

diusahakan tidak terkena air tawar, hujan, embun, minyak dan kotoran lain

karena dapat merusak bibit, tidak boleh terkena sinar matahari secara

langsung dan diletakkan pada daerah yang jauh dari sumber panas seperti

mesin perahu/mobil.

Menurut Syaputra (2005), rumput laut merupakan organisme laut yang

memiliki syarat-syarat lingkungan tertentu agar dapat hidup dan tumbuh

dengan baik. Semakin sesuai kondisi lingkungan perairan dengan areal

Page 24: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

9

yang akan dibudi dayakan akan semakin baik pertumbuhannya dan juga

hasil yang diperoleh. Menurut DJPB KKP (2004a), kegiatan pemeliharaan

meliputi: pembersihan tali dan tanaman dari kotoran, tumbuhan dan hewan

pengganggu; menyulam/menyisip tanaman yang mati atau terlepas dari

ikatan pada minggu pertama setelah rumput laut ditanam; mengganti tali,

patok, pelampung yang lapuk/rusak; menguatkan tali ikatan dan tali jangkar

yang sudah goyah; menggoyang atau membersihkan lumpur yang melekat

pada tanaman dan tali; serta pemantauan pertumbuhan rumput laut secara

berkala. Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus

konstruksi budi daya dan tanaman. Pemeliharaan dilakukan saat ombak

besar maupun saat air laut tenang. Kerusakan patok, jangkar, tali ris, tali ris

utama dan pelampung disebabkan oleh ombak besar atau daya tahan

rumput laut menurun sehingga harus segera diperbaiki. Bila ditunda

berakibat makin banyak yang hilang sehingga kerugian semakin besar.

Hama dan penyakit merupakan hal yang berbeda. Ditinjau dari

definisinya, hama mencakup semua organisme yang bersifat mematikan

organisme yang ditumpanginya secara langsung. Dengan demikian, selain

sebagai predator, hama juga sebagai competitor di lingkungan tempatnya

berada. Sedangkan penyakit dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi

dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup

sedangkan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup, seperti

lingkungan, pakan, keturunan dan penanganan (Supriyadi dan Tim Lentera

2008).

Menurut Sudradjat (2008), hama dalam usaha budi daya rumput laut

antara lain ikan baronang, bintang laut, bulu babi dan penyu. Pengendalian

hama terutama ikan dan penyu dengan cara penempatan lokasi di kawasan

luas dan menghindari masa migrasi ikan tersebut. Penyakit ice-ice

merupakan kendala utama budi daya rumput laut. Gejala yang terlihat

antara lain perubahan warna rumput laut menjadi pucat atau tidak cerah

bahkan menjadi putih dan membusuk serta pertumbuhan lambat. Penyakit

tersebut terutama disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti arus, suhu

dan kecerahan. Pengendaliannya dengan cara pemindahan lokasi budi daya

Page 25: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

10

yang lebih baik kondisi airnya. Menurut DJPB KKP (2004a), pengelolaan

kualitas air bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang optimal. Oleh

karena itu penempatan rawai harus memperhatikan arah arus agar sirkulasi

oksigen dan makanan dapat menyebar secara merata. Di samping itu perlu

diperhatikan pembuangan limbah atau pencemaran rumah tangga atau

industri.

Mutu rumput laut tidak hanya dipengaruhi oleh teknik atau metode

budi dayanya saja, pemanenan juga merupakan hal terpenting dalam

menentukan mutu rumput laut seperti penentuan umur panen, cara panen

dan keadaan cuaca pada saat pemanenan. Panen dapat dibedakan

berdasarkan tujuannya yaitu untuk bibit dan untuk produksi. Panen untuk

bibit dilakukan pada saat rumput laut berumur 25 – 35 hari dengan

memperhatikan persyaratan bibit yang berkualitas baik, sedangkan panen

untuk produksi dilakukan pada umur 45 hari agar kandungan karagenannya

bernilai optimum (DJPB KKP 2004a).

Menurut Sudradjat (2008), panen sebaiknya dilakukan pada cuaca

cerah agar kualitas rumput laut yang dihasilkan lebih terjamin, sebaliknya

apabila saat mendung dapat mengakibatkan fermentasi sehingga mutunya

menurun. Panen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara selektif atau

parsial dan secara keseluruhan. Panen secara selektif dilakukan dengan cara

memotong tanaman secara langsung tanpa melepas ikatan tali ris.

Keuntungan cara ini adalah penghematan tali rafia pengikat rumput laut

tetapi memerlukan waktu kerja yang relatif lama. Sementara itu, cara panen

keseluruhan dilakukan dengan mengangkat seluruh tanaman hasil

pemeliharaan dan dibawa ke darat sehingga waktu kerja yang diperlukan

relatif lebih singkat dibanding cara panen selektif. Namun untuk

penanaman bibit selanjutnya harus dilakukan dari awal dengan mengikat

bibit ke tali ris dan memasang kembali ke lokasi budi daya.

Penanganan dan pengolahan rumput laut pada pasca panen memegang

peranan yang sangat penting dalam industri rumput laut. Kegiatan pasca

panen sangat menentukan mutu rumput laut kering yang dihasilkan sebagai

bahan baku industri selanjutnya. Kegiatan penanganan ini harus dilakukan

Page 26: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

11

secara seksama baik dari pemanenan, pencucian, pengeringan bahkan

sampai pengepakan dan penyimpanannya. Perlakuan sebelum pengeringan

dilakukan sesuai permintaan pasar, yaitu: langsung dijemur sesudah panen,

terlebih dulu dicuci dengan air tawar atau dilakukan fermentasi terlebih

dahulu.

Penanganan hasil panen ini juga harus disesuaikan dengan kegiatan

pengolahan selanjutnya. Kegiatan pengolahan ditujukan untuk menciptakan

suatu produk yang lebih bernilai ekonomis daripada bahan mentahnya.

Dalam arti, produk olahan apa yang akan dihasilkan dari jenis rumput laut

yang dipanen. Hal ini tentu saja agar mutu rumput laut yang dihasilkan

sebagai bahan baku sesuai dengan standar produksi industri pengolahannya

dan menghasilkan produk olahan yang berkualitas baik.

2.2.2. Aspek Pasar

Pemasaran menurut Kotler dan Susanto (1999), merupakan proses

sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan

kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan

menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Pemasaran merupakan

sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang dituju untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa

yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun

pembeli potensial. Pemahaman konsep pemasaran mendukung manajemen

perusahaan untuk mengadaptasi setiap perubahan pasar dan pesaing melalui

perencanaan strategi. Menurut Kotler dan Amstrong (2001) tercapainya

tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan

pasar sasaran dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien

daripada yang dilakukan oleh pesaing. Aspek pemasaran meliputi kondisi

permintaan, penawaran, harga, persaingan dan peluang pasar serta proyeksi

pemasaran produk.

2.2.3. Aspek Keuangan

Investasi membutuhkan permodalan dan besar-kecilnya modal

bergantung pada skala dan luas usaha yang akan dikerjakan. Modal

sebagai salah satu fungsi investasi dapat diperoleh dari pinjaman atau

Page 27: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

12

modal sendiri. Investasi yang memberikan pengembalian modal tinggi

dan jangka waktu pengembalian yang relatif pendek menjadi harapan

setiap investor. Sebaliknya, jika pengembalian modal rendah apalagi

jika lebih rendah dibandingkan tingkat bunga yang berlaku, investor

akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.

Jika investor menggunakan modal pinjaman dengan pengembalian

modal yang lebih rendah daripada suku bunga bank, berarti investor

akan mengalami kerugian akibat membayar selisih kekurangannya. Jika

ternyata proyek yang dijalankan mengalami kegagalan atau berhenti di

tengah jalan, berarti kerugian yang terjadi akan lebih besar lagi. Investasi

selalu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Oleh karena itu, sebelum

melakukan investasi, sudah selayaknya dilakukan analisis kelayakan

usaha secara mendalam.

2.3. Metode Pengambilan Sampel

Banyak rumus pengambilan sampel penelitian yang dapat digunakan untuk

menentukan jumlah sampel penelitian. Pada prinsipnya penggunaan rumus-rumus

penarikan sampel penelitian digunakan untuk mempermudah teknis penelitian.

Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan

menjadi nomor satu karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi. Walau

jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih

bermanfaat. Untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari populasi (Mustafa

2000). Jika ukuran populasinya di atas 1000, sampel sekitar 10% sudah cukup,

tetapi jika ukuran populasinya sekitar 100 maka jumlah sampel yang harus

diambil agar hasilnya mewakili populasi yaitu paling sedikit 30%, dan kalau

ukuran populasinya 30, maka sampelnya harus 100% (Gay dan Diehl 1992 dalam

Mustafa 2000).

2.4. Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana

manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil

analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan,

apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam

Page 28: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

13

penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan

dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial

benefit. Penentuan layak atau tidaknya suatu usaha adalah dengan cara

membandingkan masing-masing nilai kriteria kelayakan dengan batas-batas

kelayakannya (Kadariah et al. 1999).

Analisis keuangan dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan

tersebut layak atau tidak dengan melihat lima kriteria investasi yaitu Net Present

Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR),

Pay Back Period (PBP) dan Break Even Point (BEP). Pendekatan analisis

keuangan yang digunakan, yaitu:

2.4.1. Analisis Keuntungan

Komponen biaya total terdiri dari biaya variabel (biaya tidak tetap) dan

biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah secara

proporsional dengan perubahan aktivitas, dengan kata lain biaya variabel adalah

biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, akan

tetapi biaya variabel per unit sifatnya konstan. Sedangkan biaya yang selalu tetap

secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas (Garrison dan Noreen

2001).

π = TR – TC

Keterangan:

π = Keuntungan

TR = penerimaan total usaha

TC = biaya total usaha

2.4.2. Analisis Finansial

a. Net Present Value (NPV)

Analisis aliran kas dilakukan untuk mengetahui besarnya arus kas yang

diperoleh dari selisih penerimaan dan biaya. Arus penerimaan bersih

sekarang (NPV) menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama

umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu

sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu.

Notasinya sebagai berikut:

Page 29: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

14

nt

itt

tt

i

CBNPV

)1(

)(

Keterangan:

B = Manfaat penerimaan tiap tahun

C = Biaya yang dikeluarkan tiap tahun

t = Tahun kegiatan usaha (t = 1,2,...n)

i = Tingkat diskon yang berlaku Kriteria NPV yaitu:

NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan

NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tetapi juga tidak rugi (manfaat diperoleh

hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan sehingga pelaksanaan

proyek berdasarkan penilaian subyektif pengambilan keputusan)

NPV < 0, maka proyek rugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Menurut Gittinger (1996), Net B/C menunjukkan tingkat besarnya

tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Dapat

juga dikatakan untuk mengetahui sejauh mana hasil/penerimaan yang

diperoleh dari penggunaan biaya usaha selama periode tertentu. Notasinya

sebagai berikut:

Keterangan:

B t = Manfaat penerimaan tahun ke-t (Rp)

C t = Biaya yang dikeluarkan tahun ke-t (Rp)

N = umur ekonomis usaha (tahun)

i = tingkat suku bunga (%)

t = periode investasi (i = 1,2,...n)

Kriteria kelayakan pada metode ini adalah:

Net B/C > 1, usaha dianggap layak

Net B/C = 1, merupakan titik impas

Net B/C < 1, usaha tidak layak.

c. Internal Rate of Return (IRR)

Tingkat pengembalian internal (IRR) merupakan tingkat bunga

maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan usaha untuk sumber daya

yang digunakan dan ditunjukkan dengan persentase serta menunjukkan

tolok ukur keberhasilan proyek (Gittinger 1996). IRR adalah tingkat bunga

(untuk Bt-Ct > 0)

(untuk Bt-Ct < 0)

n

tt

ii

n

tt

tt

i

BC

i

CB

CBNet

0

0

)1(

)1(

Page 30: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

15

yang membuat arus penerimaan bersih sekarang (NPV) sama dengan nol

(Kadariah et al. 1999). Notasinya sebagai berikut :

Keterangan :

NPV1 = Nilai NPV yang positif (Rp)

NPV2 = Nilai NPV yang negatif (Rp)

i1 = tingkat suku bunga nilai NPV yang positif (%)

i2 = tingkat suku bunga nilai NPV yang negatif (%)

i* = IRR (%)

Kriteria IRR yaitu :

IRR > tingkat suku bunga, berarti usaha layak dilaksanakan

IRR < tingkat suku bunga, berarti usaha tidak layak dilaksanakan.

d. Pay Back Period (PBP)

Penghitungan PBP untuk mengetahui jumlah periode (tahun) yang

diperlukan untuk mengembalikan (menutup) ongkos investasi awal dengan

tingkat pengembalian tertentu (Giyatmi et al. 2003). Perhitungan PBP ini

menggunakan rasio keuntungan dan biaya dengan nilai sekarang. Jika nilai

perbandingan keuntungan dengan biaya lebih besar atau sama dengan 1,

proyek tersebut dapat dijalankan (Umar 1997). Notasinya sebagai berikut:

1n1n CB

mnPBP

Keterangan:

n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt - Ct negatif terakhir

m = nilai kumulatif Bt - Ct negatif terakhir

Bn+1 = nilai sekarang penerimaan bruto pada tahun n + 1

Cn+1 = nilai sekarang biaya bruto tahun n + 1

e. Break Even Point (BEP)

BEP adalah suatu cara untuk dapat menetapkan tingkat produksi

dimana penjualan sama dengan biaya-biaya. Proyek dikatakan impas jika

jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan

jumlah biaya yang ditanggung, sehingga proyek tersebut tidak menderita

kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil penjualan produk

tidak dapat melampaui titik ini, maka proyek yang bersangkutan tidak dapat

memberikan laba (Kadariah et al. 1999). Notasinya sebagai berikut:

)(* 12

21

1 iiNPVNPV

NPVii

Page 31: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

16

PenerimaanTotal

VariabelBiaya1

TetapBiayaBEP

2.4.3. Analisis Sensitifitas

Analisis sensitifitas dilakukan untuk melihat seberapa jauh proyek dapat

dilaksanakan mengikuti perubahan harga, baik biaya produksi maupun harga jual

produk atau kelemahan estimasi hasil produksi. Parameter yang biasanya berubah

dan perubahannya dapat mempengaruhi keputusan adalah biaya investasi, aliran

kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat pajak dan sebagainya. Analisis sensitifitas

juga dilakukan apabila terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau

manfaat (Pramudya 2002).

2.5. Pengembangan Usaha Budi Daya Rumput Laut

Menurut Hubeis (2008), pengembangan usaha kecil, menengah dan

koperasi tergantung pada beberapa faktor, antara lain: (1) Kemampuan usaha

kecil, menengah dan koperasi dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi

berbasis lokal; (2) Kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dalam

peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing; (3) Menghasilkan produk

yang bermutu dan berorientasi pasar domestik maupun ekspor; (4) Berbasis bahan

baku domestik; dan (5) Substitusi impor.

Dalam pembangunan di wilayah pesisir, salah satu pengembangan kegiatan

ekonomi yang sedang digalakkan pemerintah adalah pengembangan budi daya

rumput laut. Melalui program ini diharapkan dapat merangsang terjadinya

pertumbuhan ekonomi wilayah akibat meningkatnya pendapatan masyarakat

setempat dan juga dapat digunakan untuk mempertahankan kelestarian lingkungan

perairan pantai (DJPB KKP 2004b).

Pengembangan budi daya rumput laut merupakan salah satu alternatif

pemberdayaan masyarakat pesisir yang mempunyai keunggulan dalam hal: (1)

produk yang dihasilkan mempunyai kegunaan yang beragam, (2) tersedianya

lahan untuk budi daya yang cukup luas, serta (3) mudahnya teknologi budi daya

yang diperlukan (Pusdatin KKP 2009).

Menurut Sudradjat (2008), pengembangan budi daya rumput laut yang ada

saat ini masih terfokus pada aspek teknis produksi dan belum banyak

Page 32: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

17

memperhatikan aspek pemasaran dan keuangan. Budi daya laut yang

berkelanjutan harus memperhatikan tahapan perencanaan meliputi tatanan

praproduksi, teknik produksi, penanganan hasil, pemasaran dan keuangan.

2.6. Strategi Pengembangan Usaha Budi Daya Rumput Laut

Menurut Rangkuti (2006), organisasi bisnis apapun bahkan termasuk

organisasi masyarakat berbasis komoditi dapat dianalisis untuk mencari posisi dan

titik kelebihan dan kekurangan mereka untuk mencapai tujuan yang dikehendaki

bersama. David (2004) mengatakan bahwa ada tiga tahapan yang harus dilalui

dalam proses perumusan strategi pengembangan perusahaan, yaitu: tahap input,

tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Tahap input merangkum

informasi-informasi yang diperlukan dalam formulasi strategi dengan melakukan

identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan dengan matriks Internal

Faktor Evaluation (IFE) dan External Faktor Evaluation (EFE). Tahap

selanjutnya adalah analisis matriks matriks Internal-External (IE) untuk melihat

kondisi dan posisi usaha saat ini. Langkah selanjutnya adalah analisis matriks

Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) untuk memilih

alternatif strategi yang tepat bagi usaha. Untuk mengetahui strategi yang terbaik

dari alternatif strategi yang dihasilkan dengan menggunakan analisis matriks

Quantitative Strategic Planning (QSP).

2.6.1. Matriks IFE dan EFE serta Matriks IE

Analisis secara deskriptif dilakukan dengan menggunakan matriks IFE,

EFE dan IE. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam menghadapi lingkungan internal dan eksternalnya dengan cara

mendapatkan angka yang menggambarkan kondisi perusahaan terhadap kondisi

lingkungannya. Langkah yang ringkas dalam melakukan penilaian internal adalah

dengan menggunakan matriks IFE. Sedangkan untuk mengarahkan perumusan

strategi yang merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya,

demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan tingkat

persaingan digunakan matriks EFE (David, 2004).

Menurut Rangkuti (2006) matriks IFE dan EFE diolah dengan

menggunakan beberapa langkah sebagai berikut:

Page 33: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

18

1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan

Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal,

yaitu dengan mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi.

Kekuatan diidentifikasi terlebih dahulu, baru kemudian perlu dikenali

kelemahan organisasi. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan persentase,

rasio atau angka perbandingan. Faktor eksternal perusahaan diidentifikasi

dengan mendata semua peluang dan ancaman organisasi. Data eksternal

perusahaan diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner dan diskusi dengan

pihak manajemen perusahaan serta data penunjang lainnya. Hasil kedua

identifikasi faktor-faktor diatas menjadi faktor penentu internal dan eksternal

yang selanjutnya akan diberikan bobot dan rating.

2. Penentuan Bobot Setiap Peubah

Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-

faktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau

pakar dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan. Metode

tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor

penentu internal dan eksternal. Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat

pada Tabel 1 dan 2. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala

1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: (1) 1 = Jika

indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal; (2) 2 = Jika

indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal; dan (3) 3 = Jika

indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal. Bobot setiap

peubah diperoleh dengan menentukan nilai rataan dari setiap peubah terhadap

jumlah nilai keseluruhan peubah.

Tabel 1 Penilaian bobot faktor strategi internal usaha

Faktor Strategis Internal A B C D …. Total

A

B

C

D

……..

Total

Page 34: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

19

Tabel 2 Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B C D …. Total

A

B

C

D

……..

Total

3. Penentuan Peringkat (Rating)

Penentuan rating dilakukan terhadap peubah-peubah hasil analisis situasi

perusahaan. Hasil pembobotan dan rating dimasukkan dalam Tabel 3 dan 4.

Faktor kelemahan, dimana skala 1 berarti kelemahan utama dan skala 2 berarti

kelemahan kecil. Faktor kekuatan, dimana skala 3 berarti kekuatan kecil dan

skala 4 berarti kekuatan utama. Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan

dengan nilai rataan rating pada tiap-tiap faktor dan semua hasil kali tersebut

dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Skala

nilai rating yang digunakan untuk matriks IFE yaitu: 1 = kelemahan utama, 2

= kelemahan kecil, 3 = kekuatan kecil, dan 4 = kekuatan utama.

Tabel 3 Matriks IFE

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

A. Kekuatan :

1.

5.

B. Kelemahan :

1.

5.

Total (A+B)

Pengaruh masing-masing peubah terhadap kondisi perusahaan diukur

dengan menggunakan nilai rating dengan skala 1, 2, 3 dan 4 terhadap masing-

masing faktor strategis. Skala nilai rating untuk matriks EFE adalah 1 =

rendah, respon kurang; 2 = rendah, respon sama dengan rata-rata; 3 = tinggi,

respon diatas rata-rata; dan 4 = sangat tinggi, respon superior. Faktor ancaman

merupakan kebalikan dari faktor peluang, dimana skala 1 berarti sangat tinggi,

respon superior terhadap perusahaan dan skala 4 berarti rendah, respon kurang

terhadap perusahaan.

Page 35: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

20

Tabel 4 Matriks EFE

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor

A. Peluang :

1.

5.

B. Ancaman :

1.

5.

Total (A+B)

Gabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks IE yang berisikan

sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari

matriks-matriks IFE dan EFE. Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk

memperoleh strategi pengembangan usaha yang lebih detail. Diagram tersebut

dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya

kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu: a)

Strategi pertumbuhan, adalah strategi yang merupakan pertumbuhan

perusahaan itu sendiri; b) Strategi stabilitas, adalah strategi yang diterapkan

tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan; dan c) Strategi

pengurangan, adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang

dilakukan perusahaan.

2.6.2. Matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan. Matriks ini

dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

yang dimilikinya. Analisis SWOT terdiri dari Strengths (kekuatan), yaitu sumber

daya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan

kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kekuatan dapat terkandung

dalam sumber daya keuangan, citra perusahaan, kepemimpinan pasar. Weaknees

(kelemahan), yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,

keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif

perusahaan seperti keterampilan pemasaran dan keterikatan hubungan kerja.

Opportunities (peluang) yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam

lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah

Page 36: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

21

satu sumber peluang seperti segmen pasar yang tadinya terabaikan. Threats

(ancaman) yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan

perusahaan, seperti masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar dan

sebagainya (Rangkuti 2006).

Menurut Hubeis (2008), komponen analisis SWOT juga dapat diartikan

sebagai: a) Kekuatan adalah sumber daya atau kapasitas perusahaan yang dapat

digunakan secara efektif dalam mencapai tujuannya; b) Kelemahan adalah

keterbatasan, toleransi ataupun cacat dari perusahaan yang dapat menghambat

pencapaian tujuannya; c) Peluang adalah situasi mendukung dalam perusahaan

yang digambarkan dari kecenderungan atau perubahan sejenis atau pandangan

yang dibutuhkan untuk meningkatkan permintaan produk/jasa dan memungkinkan

organisasi meningkatkan posisi melalui kegiatan suplai; dan d) Ancaman adalah

situasi tidak mendukung/hambatan, kendala atau berbagai unsur eksternal lainnya

dalam lingkungan perusahaan yang potensial untuk merusak strategi yang telah

disusun, sehingga menimbulkan masalah, kerusakan atau kekeliruan. Penilaian

internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki oleh perusahaan.

Matriks SWOT menghasilkan 4 sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu

strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T, seperti terlihat pada

Tabel 5.

Tabel 5 Matriks SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL

STRENGTH – S

Daftar 5-10 faktor-faktor

kekuatan

WEAKNESS – W

Daftar 5-10 faktor-faktor

kelemahan

OPPORTUNITIES – O

Daftar 5-10 faktor-faktor

Peluang

STRATEGI S – O

Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

STRATEGI W – O

Atasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang

THREATS – T

Daftar 5-10 faktor-faktor

Ancaman

STRATEGI S – T

Gunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman

STRATEGI W – T

Meminimalkan

Kelemahan dan

menghindari ancaman

Sumber : Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus Bisnis, Rangkuti (2006)

Page 37: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

22

Terdapat 8 tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu:

1. Penentuan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan.

2. Penentuan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan.

3. Penentuan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan.

4. Penentuan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan.

5. Penyesuaian kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi S – O.

6. Penyesuaian kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi W – O.

7. Penyesuaian kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi S – T.

8. Penyesuaian kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi W – T.

2.6.3. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP)

Tahap terakhir dari perumusan strategi adalah tahap keputusan, dimana alat

analisis yang digunakan dalam tahap ini adalah matriks QSP. Matriks ini

menggunakan masukan dari tahap input dan tahap pemaduan untuk memutuskan

strategi mana yang terbaik (David 2004). Matriks QSP merupakan alat yang

memungkinkan untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif,

berdasarkan faktor-faktor sukses internal dan eksternal yang telah dikenali

sebelumnya.

Matriks QSP terdiri dari empat komponen, antara lain: (1) Bobot, yang

diberikan sama dengan yang ada pada matriks IFE dan matriks EFE, (2) Nilai

daya tarik, (3) Total nilai daya tarik, dan (4) Jumlah total nilai daya tarik. Matriks

QSM dapat dilihat pada Tabel 6. Menurut David (2004) ada enam langkah yang

diperlukan untuk mengembangkan matriks QSP adalah sebagai berikut:

Langkah 1 : Mendaftarkan peluang atau ancaman eksternal dan kekuatan atau

kelemahan internal perusahaan dalam kolom kiri matriks QSP.

Langkah 2 : Memberikan bobot untuk setiap faktor internal dan eksternal.

Bobot sama dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE.

Page 38: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

23

Langkah 3 : Memeriksa tahap kedua (pemanduan) matriks dan

mengidentifikasi strategi alternatif yang dapat dipertimbangkan

perusahaan untuk diimplementasikan.

Langkah 4 : Menetapkan Nilai Daya Tarik (AS) yang menunjukkan daya tarik

relatif setiap strategi dalam alternatif set tertentu. Nilai daya tarik

tersebut adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup

menarik, 4 = amat menarik.

Langkah 5 : Menghitung Total Nilai Daya Tarik dengan mengalikan bobot

dengan nilai daya tarik.

Langkah 6 : Menghitung jumlah Total Nilai Daya Tarik. Jumlah ini

mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap

strategi. Semakin tinggi nilai menunjukkan strategi tersebut

semakin menarik dan sebaliknya.

Tabel 6 Matriks QSP

Keterangan:

AS = Nilai Daya Tarik; TAS = Total Nilai Daya Tarik.

Faktor-faktor Kunci Bobot

Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2

AS1 TAS1 AS2 TAS2

Peluang

Ancaman

Kekuatan

Kelemahan

Jumlah Total Nilai Daya Tarik

Page 39: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

III. METODOLOGI KAJIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penentuan lokasi kajian secara sengaja (purposive) yaitu pada sentra budi

daya rumput laut di perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa

Tengah, dengan pertimbangan bahwa di perairan Karimunjawa merupakan lokasi

budi daya rumput laut yang cukup terkenal sebagai produsen rumput laut

Indonesia. Waktu kajian berlangsung selama 10 bulan dari bulan Maret sampai

dengan Desember 2010.

3.2. Metode Penarikan Sampel

Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) di Kecamatan Karimunjawa

sebanyak 111 RTP sehingga jumlah responden yang digunakan dalam kajian ini

sebanyak 35 orang, yang berdomisili di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemojan.

Responden terdiri dari 30 pembudi daya, 2 pedagang pengumpul dan 3 ketua

kelompok usaha bersama. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan

metode judgement sampling, yaitu memilih responden yang paling tepat untuk

dimintai informasi yang dibutuhkan. Responden ditentukan berdasarkan anggapan

bahwa mereka masih bisa mewakili karakteristik populasi pembudi daya rumput

laut di perairan Karimunjawa.

3.3. Sumber Data

Sumber data untuk kajian ini adalah data internal dan data eksternal. Data

internal berasal dari responden dan menggambarkan keadaan responden, yaitu

pembudi daya, pedagang pengumpul dan ketua kelompok usaha. Data eksternal

diperoleh dari luar responden, seperti pabrik penampung bahan baku rumput laut

dan instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang dilibatkan dalam pengisian

kuesioner adalah pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara dan

dosen Akademi Perikanan Kalinyamat Jepara yang dianggap pakar dan memiliki

kapasitas sebagai pengambil keputusan dalam pengembangan usaha budi daya

rumput laut di Karimunjawa.

Page 40: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

25

3.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: (1) kajian kepustakaan.

Kajian kepustakaan ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data tertentu berupa

hasil kajian/penelitian, buku-buku ilmiah, surat kabar, buletin, brosur dan artikel

yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kelayakan

dan strategi pengembangan usaha budi daya rumput laut Kappaphycus alvarezi di

perairan Karimunjawa; (2) kajian lapangan. Kajian ini dilakukan dengan

melakukan pengamatan secara langsung pada sentra-sentra usaha budi daya

rumput laut di Karimunjawa. Data dan informasi yang diambil antara lain

deskripsi usaha, kegiatan usaha, sejarah singkat usaha, profil pembudi daya dan

pembiayaan usaha budi daya rumput laut.

Data dan informasi yang dibutuhkan berupa data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer diperoleh melalui survei lapangan dan wawancara.

Survei lapangan dengan penyebaran kuesioner, yang meliputi: (1) kuesioner untuk

data profil dan komponen biaya usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa

(Lampiran 1); (2) kuesioner untuk penilaian bobot dan rating faktor strategis

internal dan eksternal (Lampiran 2). Pengumpulan data sekunder diperoleh dari

dokumen-dokumen atau monografi instansi-instansi berwenang seperti

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bappeda Kabupaten Jepara, Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jepara, dinas dan instansi terkait lainnya baik

di tingkat kabupaten maupun provinsi dan laporan hasil studi dari berbagai

lembaga/instansi yang relevan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: (1) wawancara, yaitu

cara pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab dengan berdasarkan

panduan daftar pertanyaan yang diajukan antara penulis dengan pembudi daya

rumput laut, pedagang pengumpul dan ketua kelompok usaha bersama serta

instansi terkait yang memiliki data yang berhubungan dengan masalah yang

dikaji; (2) pengamatan, yaitu suatu pengamatan secara langsung terhadap masalah

yang dikaji dan penyebaran kuesioner dengan maksud untuk memperoleh

keterangan-keterangan selama kajian.

Page 41: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

26

3.5. Analisis Data

Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diolah

dengan bantuan komputer dengan aplikasi Microsoft Excel. Data disajikan dalam

bentuk tabulasi untuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas bagi

pengembangan usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa. Analisis

data yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis keuangan berdasarkan

kriteria nilai keuntungan dan analisis finansial berdasarkan kriteria nilai NPV, B/C

ratio, IRR, PBP dan BEP. Data yang dikumpulkan meliputi laporan pembiayaan

usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa. Data yang diperoleh membantu

dasar pembuatan analisis, khususnya keuntungan yang diperoleh. Analisis

hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan

dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil operasional

usaha. Tahap selanjutnya dilakukan análisis sensitifitas untuk mengetahui

seberapa sensitif suatu keputusan terhadap perubahan faktor atau parameter yang

mempengaruhi pada setiap pengambilan keputusan. Metode analisis data ini

bukan merupakan solusi terbaik bagi usaha, namun dapat menjadi salah satu

alternatif bagi perencanaan peningkatan usaha di masa mendatang, dengan tetap

mempertahankan kondisi dan potensi yang baik serta berkesinambungan.

Analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan analisis secara deskriptif

terhadap aspek teknis produksi, lingkungan pemasaran dan pengembangan usaha

budi daya rumput laut. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan secara

keseluruhan usaha budi daya rumput laut termasuk kondisi lingkungan internal

dan eksternal yang sedang dialami oleh pembudi daya. Hasil identifikasi faktor

lingkungan internal dan eksternal usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa

selanjutnya dievaluasi dengan matriks IFE dan matriks EFE. Hasil evaluasi matrik

IFE dan EFE selanjutnya dipetakan menurut matriks IE untuk melihat posisi

usaha dalam suatu diagram. Untuk mempermudah perumusan alternatif strategi

dan strategi yang paling menarik bagi pengembangan usaha budi daya rumput laut

di Karimunjawa digunakan matriks SWOT dan matriks QSP. Adapun kerangka

pemikiran analisis kelayakan usaha budi daya rumput laut Kappaphycus alvarezii

dengan metode longline dan strategi pengembangannya di perairan Karimunjawa

dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 42: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

27

Gambar 1 Kerangka pemikiran kelayakan usaha budi daya rumput laut dan

strategi pengembangannya di Karimunjawa.

Aspek keuangan:

1. Jumlah produksi,

2. Harga jual,

3. Biaya investasi,

4. Biaya tetap,

5. Biaya tidak tetap,

6. Laba usaha.

Identifikasi faktor

internal dan

eksternal:

1. Teknologi,

2. Pesaing,

3. Modal,

4. Tenaga kerja,

5. Konsumen,

6. Potensi lahan,

7. Sarana prasarana,

8. Musim,

9. Kebijakan

Net Present Value (NPV),

Net Benefit Cost Ratio (Net

B/C),

Internal Rate of Return

(IRR),

Pay Back Period (PBP),

Break Even Point (BEP).

1. Matriks Internal Faktor

Evaluation (IFE) dan

External Faktor

Evaluation (EFE).

2. Matriks Internal-

External (IE).

3. Matriks Strengths,

Weaknesses,

Opportunities and

Threats (SWOT).

4. Matriks Quantitative

Strategic Planning

(QSP).

Kelayakan usaha

Posisi usaha

berdasarkan matriks

IE:

Rumusan strategi

Data Parameter Target tujuan

Page 43: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Usaha Budi Daya Rumput Laut

Hasil kajian lapangan yang menunjukkan profil usaha budi daya rumput

laut Kappaphycus alvarezii dengan metode longline di Karimunjawa sebagaimana

disajikan dalam Lampiran 3.

4.1.1. Lokasi dan riwayat usaha

Lokasi usaha budi daya yang dijadikan objek kajian adalah di Pulau

Karimunjawa dan Pulau Kemojan. Pada lokasi tersebut ditemukan paling

banyak pembudi daya rumput laut. Hal ini sesuai dengan data Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jepara (2008) bahwa pembudi daya

rumput laut di perairan Karimunjawa sampai tahun 2009 terkonsentrasi

pada tiga desa, yaitu Karimunjawa, Kemojan dan Parang. Usaha budi daya

rumput laut di 3 desa tersebut mulai serentak dilaksanakan tahun 2007 dan

telah menjadi salah satu kekuatan baru ekonomi masyarakat Karimunjawa.

Komoditas rumput laut mulai dibudi dayakan secara intensif tahun 2003.

Berdasarkan hasil wawancara, usaha budi daya telah dilaksanakan sejak

tahun 2002 namun mengalami pasang surut usaha karena harga di pasaran

anjlok sehingga sempat berhenti beberapa tahun dan tahun 2007 mulai

serentak dilaksanakan lagi ketika terjadi lonjakan harga dan kebutuhan

rumput laut dunia.

Penduduk Karimunjawa berasal dari suku Jawa, Bugis, Madura dan

yang bekerja di bidang perikanan sebagian besar berasal dari suku Bugis

dan Madura. Hal ini menunjukkan bahwa usaha perikanan dan kelautan di

Kecamatan Karimunjawa masih dikuasai oleh budaya bahari suku Bugis

dan Madura. Berdasar hasil kajian, usaha budi daya rumput laut yang

dijadikan sebagai pekerjaan pokok sebanyak 16 responden atau 45.71%,

sedangkan pekerjaan sampingan sebanyak 19 responden atau 54.29%.

Sebagian besar pekerjaan pokok responden adalah nelayan, membuat ikan

kering, bertani, beternak kambing atau sapi, membuat tempe, minyak

Page 44: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

29

kelapa, bata merah, tukang reparasi, dan lain-lain sehingga budi daya

rumput laut masih menjadi kegiatan sampingan. Hal ini menunjukkan

bahwa potensi sumber daya manusia dan lahan perairan di Kecamatan

Karimunjawa yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan dikelilingi laut masih

belum dimanfaatkan secara optimal.

4.1.2. Bibit

Bibit rumput laut jenis K. alvarezii yang digunakan oleh responden di

Karimunjawa berasal dari Karimunjawa sendiri, yaitu dari

pengembangbiakan secara vegetatif (83%), introduksi dari strain Phillipina

yang berukuran lebih besar (14%) dan dari pembibit luar daerah seperti

Ambon (3%). Harga bibit rumput laut di Karimunjawa sekitar Rp1,200.00 -

Rp1,700.00 per kg sedangkan bibit dengan kualitas baik adalah Rp3,000.00

per kg. Kualitas baik yang dimaksud adalah ukuran bibit lebih besar dan

penampakan warna dan bentuknya sangat segar dibanding rata-rata bibit

yang beredar. Dalam mendapatkan bahan baku/bibit, baik responden

perorangan (tidak ikut kelompok usaha) maupun yang menjadi anggota

kelompok usaha tidak mendapatkan kendala. Bibit diperoleh dari

Karimunjawa karena jumlah penjual bibit cukup banyak sehingga ada

kebebasan bagi para responden untuk membeli. Responden membeli bibit

dari penjual bibit secara tunai dan sebagian lagi ada yang dengan perjanjian

dibayar kemudian dengan tenggang waktu tertentu. Akan tetapi tidak ada

kesepakatan untuk menjual hasil produksinya ke penjual bibit walaupun

tidak menutup kemungkinan jika harganya cocok mereka juga menjual

produknya ke penjual bibit. Adanya sistem pembayaran dengan tenggang

waktu tersebut dimungkinkan oleh penjual bibit karena tenggang waktu

yang disepakati juga tidak terlalu lama. Bibit digunakan secara terus

menerus bahkan hingga 3 tahun masa usaha budi daya.

4.1.3. Hama dan penyakit

Permasalahan yang ditemui dalam usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa antara lain penyakit, hama tanaman dan hama binatang. Hal

itu ditunjukkan dengan 91.18% responden menyatakan bahwa sebagai

penyebab kerusakan usaha adalah penyakit ice-ice, atau lebih dikenal

Page 45: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

30

dengan penyakit putih di kalangan masyarakat Karimunjawa. Responden

yang menyatakan sebagai penyebab kerusakan adalah lumut gotho atau

lumut kutu sebanyak 85.29%, 2.94% responden menyatakan penyu sebagai

penyebab kerusakan dan 2.94% menyebutkan ikan baronang sebagai

penyebab kerusakan.

4.1.4. Penanganan hasil panen

Jumlah hari tanam rumput laut di perairan Karimunjawa/umur panen

pada 40 – 60 hari tanam, dengan rata-rata 47 hari tanam. Bagan alir proses

produksi rumput laut kering di perairan Karimunjawa dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2 Proses produksi rumput laut kering di perairan Karimunjawa.

Proses produksi rumput laut kering yang dilakukan responden adalah

sebagai berikut:

a. Rumput laut setelah dipanen dibersihkan dari kotoran yang menempel

seperti pasir, lumut, dan lain-lain kemudidan dijemur sampai kering.

b. Apabila cuaca bagus, penjemuran membutuhkan waktu 3 hari.

Penjemuran menggunakan rak para-para dan rumput laut tidak

Penjemuran

Pencucian dengan

air tawar Pencucian dengan

air laut

Penjemuran/dikering anginkan

Pengayakan

Pengemasan

karagenan

Rumput laut kering

agar

Rumput laut basah

Page 46: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

31

ditumpuk. Rumput laut yang telah kering akan keluar butir-butir

garam/berwarna putih.

c. Pencucian dilakukan setelah rumput laut kering. Sebagai bahan baku

agar-agar, rumput laut kering dicuci dengan air tawar. Sedangkan

untuk karagenan, rumput laut dicuci dengan air laut.

d. Rumput laut yang sudah dicuci bersih dikeringkan lagi 1 hari. Apabila

hujan turun, maka rumput laut dapat dimasukkan ke dalam ruangan

untuk dikering-anginkan.

e. Rumput laut yang telah mengalami pengeringan kedua diayak untuk

menghilangkan kotoran yang masih menempel.

f. Rumput laut yang telah kering dimasukkan ke karung plastik. Apabila

dipadatkan, dalam 1 karung dapat terisi 50 kg, sedangkan apabila

tidak dipadatkan hanya berisi 40 kg rumput laut kering. Di bagian

karung ditulis nama/jenis rumput laut, nomor karung dan berat bersih.

Produksi rumput laut yang dihasilkan pembudi daya dijual dalam

bentuk basah, kering tawar dan kering asin namun umumnya dijual dalam

bentuk olahan kering tawar atau kering asin. Hasil wawancara di lapangan

menunjukkan pembudi daya tidak menjual rumput laut basah kepada

pedagang pengumpul karena harga rumput laut basah sangat rendah, yaitu

sekitar Rp800.00 – 1,100.00 per kg. Penjualan dalam bentuk kering asin ini

walaupun harga per satuannya relatif murah namun nilai jualnya lebih baik

dibanding nilai jual rumput laut kering tawar. Dari sisi pembudi daya,

penjualan rumput laut kering asin atau tawar tergantung permintaan

pedagang pengumpul dan persyaratannya. Pembeli rumput laut kering asin

umumnya tidak memberi persyaratan yang ketat seperti kadar air dan kadar

kotoran terhadap produk yang dibelinya. Produk hasil pembudi daya

dibersihkan atau diolah kembali oleh pedagang pengumpul supaya

persyaratan kadar air dan kadar kotoran produk terpenuhi pada saat

pengiriman ke pabrik.

4.1.5. Keikutsertaan dalam kelompok usaha bersama

Sebanyak 69% responden telah tergabung dalam kelompok usaha

bersama dengan kelompok yang berbeda-beda. Kelompok usaha bersama

Page 47: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

32

yang dilibatkan dalam kajian ini adalah kelompok Usaha Baru, Tropikana

Gam, Suka Damai, Gon Bajak, Sukarela, Mitra Alam dan Alga Jaya.

Kerjasama dilakukan oleh sesama kelompok, antar kelompok maupun

dengan pedagang pengumpul. Fasilitas juga diberikan kepada unit usaha

yang tergabung dalam kelompok oleh pemerintah pusat dan kabupaten,

pedagang pengumpul dan kelompok itu sendiri. Selama menjadi anggota

kelompok usaha bersama, pembudi daya diikutsertakan dalam kegiatan

studi banding dan bekerjasama dalam hal modal, penentuan harga,

pemasaran, penyediaan sarana produksi dan cara budi daya rumput laut.

4.1.6. Luasan usaha

Lahan perairan yang digunakan sebagai lokasi usaha budi daya

rumput laut pada kajian ini adalah rata-rata seluas 2,407 m2. Penggunaan

lahan perairan di Kecamatan Karimunjawa untuk budi daya rumput laut

belum dikenakan biaya sewa atau pajak lahan, sedangkan pembudi daya

rumput laut yang menjadi anggota kelompok usaha dan mengelola tanaman

rumput laut milik kelompok dikenakan biaya Rp30,000.00/tahun oleh

pemilik usaha/ketua kelompok. Lokasi lahan perairan untuk usaha budi

daya rumput laut tidak terlalu jauh dari tempat tinggal penduduk sehingga

memudahkan dalam hal pemantauan.

4.2. Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut

Secara umum aspek yang dikaji dalam analisis kelayakan usaha meliputi

aspek teknis produksi, pasar dan keuangan.

4.2.1. Aspek teknis produksi

Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii paling banyak dibudi

dayakan di Kepulauan Karimunjawa karena secara geografis perairan di

sana memiliki tingkat keterlindungan arus yang baik. Pulau-pulau kecil

yang banyak terdapat di kepulauan tersebut dapat menjadi pelindung

sehingga arus atau pergerakan air laut menjadi tidak terlalu kencang dan

tidak mengganggu pertumbuhan rumput laut yang dibudi dayakan.

Sebelum penggunaan metode rawai, pembudi daya mencoba berbagai

metode lain seperti metode lepas dasar, metode rakit apung dan metode

jalur. Namun pada akhirnya gagal, antara lain karena dasar perairan yang

Page 48: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

33

tidak cocok, metode yang tidak efisien dan harga produksi mahal sehingga

saat ini metode yang digunakan di perairan Karimunjawa adalah metode

rawai, seperti terlihat pada Gambar 3. Proses pembuatan rawai yang

dilakukan pembudi daya adalah tali nilon atau tali poly ethylen (PE) pada

ujung-ujungnya diikat pada pelampung (botol plastik air minum) dan

ditambatkan pada jangkar. Tiap 5 – 10 m diberi pelampung. Tanaman

diikat pada tali nilon pada jarak 25 cm, satu bentang tali dengan lainnya 1 –

2 m. Panjang bentangan tali antara 100 – 125 m. Metode budi daya rawai

digunakan oleh pembudi daya di perairan Karimunjawa karena

pembuatannya membutuhkan bahan-bahan yang mudah didapat, ringan,

praktis dan biaya yang dikeluarkan lebih murah daripada metode rakit.

Gambar 3 Usaha budi daya rumput laut dengan metode rawai.

Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan, bibit rumput laut yang

digunakan responden di perairan Karimunjawa dikembangbiakkan secara

berulang-ulang (pola stek), bahkan sampai digunakan selama 3 tahun. Hal

ini berpengaruh terhadap mutu hasil panen berikutnya karena penggunaan

bibit yang sudah beberapa kali dipanen menjadi kurang produktif dalam

pertumbuhan. Oleh karena itu pembudi daya perlu dibina mengenai cara

berbudi daya rumput laut yang tepat, seperti pembiakan bibit melalui

anakan agar mutu hasil panen berikutnya tetap stabil.

Penyakit yang paling banyak ditemukan menyerang tanaman rumput

laut adalah ice-ice. Penyebab penyakit ini adalah arus laut dan suhu yang

berubah-ubah. Kecerahan air yang sangat tinggi dan rendahnya kelarutan

Page 49: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

34

unsur hara nitrat dalam perairan juga merupakan penyebab munculnya

penyakit tersebut. Pencegahan yang dilakukan pembudi daya di

Karimunjawa antara lain dengan menggeser lokasi penanaman ke perairan

yang lebih sehat kualitas airnya. Adapun rumput laut yang telah terserang

penyakit ice-ice biasanya langsung dipotong pada bagian yang terserang

dan rumput laut yang masih sehat segera dipanen walaupun umur tanaman

kurang dari 47 hari. Apabila penyakit telah menyebar diseluruh badan

tanaman, rumput laut diangkat ke daratan dan dibuang karena busuk.

Hama tumbuhan yang sering mengganggu pertumbuhan rumput laut

di perairan Karimunjawa adalah lumut gotho. Penyebab munculnya lumut

ini adalah kualitas air yang kurang baik, seperti tidak adanya arus laut

sehingga kondisi perairan statis. Hal itu memacu pertumbuhan lumut yang

menempel di thallus rumput laut. Penanganan yang biasa dilakukan

pembudi daya antara lain menyiangi lumut yang menempel, menggoyang-

goyangkan rumput laut agar lumut yang menempel terlepas, memotong

thallus rumput laut yang sudah busuk.

Hama binatang yang menyerang tanaman rumput laut antara lain: ikan

baronang dan penyu. Kedua binatang tersebut sangat menyukai tumbuhan

laut bagi sumber makanannya. Pencegahan yang dilakukan responden

dalam menghadapi hama binatang antara lain dengan melingkupi tanaman

rumput laut dengan menggunakan jaring. Namun penggunaan jaring ini

tidak dilakukan oleh semua responden karena pertimbangan biaya investasi.

Solusi dalam penggunaan jaring untuk menghalangi hama binatang dapat

juga diterapkan namun agar efisien sebaiknya pembudi daya menempatkan

areal budi dayanya di lokasi yang terhindar dari jalur migrasi ikan baronang

dan penyu.

Hama dan penyakit pada budi daya rumput laut dapat menurunkan

produksi hingga 50%. Berdasarkan pemecahan masalah hama dan penyakit

yang menyerang tanaman rumput laut, diketahui bahwa pembudi daya

rumput laut di perairan Karimunjawa telah mengantisipasi ancaman dalam

berbudi daya dan penanganan yang dilakukan telah sesuai dengan teknik

budi daya rumput laut. Berdasar hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

Page 50: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

35

penentuan lokasi usaha budi daya merupakan salah satu faktor utama dalam

keberhasilan usaha. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk

melakukan penanaman, pembudi daya sebaiknya mengikuti persyaratan

dalam pemilihan lokasi budi daya seperti yang telah diuraikan dalam Bab

Tinjauan Pustaka.

Adapun terkait dengan pengaruh perubahan musim dan keamanan

lahan usaha budi daya, pembudi daya hendaknya meningkatkan

kewaspadaan dengan melakukan pemantauan secara terus-menerus dan

bekerjasama dengan pembudi daya lain disekitarnya. Keberhasilan usaha

budi daya rumput laut harus didukung usaha perawatan selama masa

pemeliharaan, seperti terlihat dalam Gambar 4, bukan hanya terhadap

tanaman itu sendiri tapi juga fasilitas budi daya yang digunakan. Oleh

karena itu peranan pembudi daya dituntut untuk selalu mengawasi rumput

laut yang dibudi dayakan sehingga kemungkinan adanya kerusakan

khususnya kekuatan alam dapat diperkecil.

Gambar 4 Usaha perawatan selama masa pemeliharaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang pengumpul bahwa

usaha budi daya rumput laut sangat baik untuk dikembangkan, karena dapat

memberdayakan masyarakat lebih mandiri dan dapat menciptakan lapangan

kerja sehingga pendapatan keluarga meningkat. Usaha budi daya rumput

laut dapat memberikan alternatif usaha, baik sebagai sampingan maupun

pokok berskala besar, yang sifatnya mudah, tidak memerlukan modal besar,

murah dan ramah lingkungan. Semua orang dapat dengan mudah belajar

Page 51: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

36

membudi dayakan rumput laut karena yang terpenting adalah ketekunan

dan ketelitian. Berhasil tidaknya budi daya rumput laut sangat tergantung

dari pengalaman masing-masing pembudi daya, disamping itu juga perlu

ketekunan dan keuletan untuk mau belajar mencari upaya agar dapat

meningkatkan hasil produksi sehingga hasil produksi dari musim tanam ke

musim tanam berikutnya dapat mengalami peningkatan, baik mutu maupun

jumlahnya.

4.2.2. Aspek pasar

Hasil panen rumput laut di Karimunjawa dijual dalam bentuk rumput

laut kering setelah dijemur selama 3 sampai 4 hari. Rendeman rumput laut

umumnya hanya sekitar 12%. Rumput laut kering dikemas dalam karung-

karung plastik untuk dijual kepada para pedagang pengumpul atau kepada

koperasi yang selanjutnya dijual kepada pabrik pengolahan rumput laut di

beberapa kota.

Produk akhir dari hasil panen rumput laut basah adalah rumput laut

kering. Pengolahan lanjutan dari rumput laut kering menjadi produk olahan

seperti rumput laut kering tawar, sirup, manisan, jelly dan dodol hanya

dilakukan oleh 11 responden atau 31.43%. Hasil olahan dijual di warung-

warung tempat penjualan cinderamata khas Karimunjawa. Kemasan yang

digunakan baru sebatas untuk melindungi produk belum sampai untuk

memperbaiki penampilan produk, yaitu dengan plastik dan diberi label dari

kertas yang dicetak terpisah dari plastik pembungkus.

Permintaan pasar rumput laut hasil produksi perairan Karimunjawa

antara lain melalui PT. Indo Carrageen yang beralamat di Jalan Veteran

nomor 11 – 23 Gresik, Jawa Timur. Berapapun hasil rumput laut diterima

pihak pabrik karena pabrik membutuhkan bahan baku rumput laut dalam

jumlah besar, asalkan memenuhi persyaratan. PT. Indo Carrageen

melakukan pembelian rumput laut dalam bentuk kering asin dengan

spesifikasi kadar air 35 – 37% dan kadar kekotoran maksimal 2%. Rumput

laut yang lembab dengan kadar air lebih dari 18% akan mengakibatkan

rumput laut mengalami fermentasi dan menimbulkan bau yang tidak

diharapkan. Mutu produk yang dihasilkan oleh pembudi daya rumput laut

Page 52: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

37

di Karimunjawa cukup baik dengan tingkat retour (pengembalian produk

rusak) oleh pabrik olahan di bawah 10%. Pada kelompok usaha sudah ada

struktur organisasi yang jelas sehingga sudah ada semacam Quality Control

di usaha tersebut. Hal-hal yang diperhatikan untuk mengatasi permasalahan

kegagalan penjualan oleh pembudi daya adalah umur panen, cara panen

serta penanganan pasca panen. Oleh karena itu pembudi daya harus

melakukan langkah yang tepat dalam berbudi daya rumput laut agar hasil

budi dayanya laku di pasaran.

Pembudi daya yang belum bergabung dalam kelompok usaha

memiliki kebebasan dalam memasarkan produknya. Produk yang

dihasilkan dijual kepada pedagang pengumpul yang menawarkan harga

paling tinggi. Sedangkan bagi pembudi daya yang telah tergabung dalam

kelompok usaha, mereka tidak lagi memikirkan produknya dijual kemana

karena ditangani oleh kelompok yang telah menjalin kerjasama dengan

pedagang pengumpul atau ketua kelompok tersebut merupakan pedagang

pengumpul juga. Pembayaran dilakukan di muka, artinya produk dibayar

setelah produk dihitung dan diterima pedagang pengumpul.

4.2.3. Aspek keuangan

a. Pendapatan

Usaha budi daya rumput laut mempunyai 2 musim, yaitu musim

bagus dan musim kurang bagus akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi.

Selama 1 tahun usaha budi daya rumput laut mengalami 3 kali musim

bagus. Pada musim bagus, rata-rata per musim tanam menggunakan

bentangan sebanyak 20 buah dengan panjang 125 m. Dengan ukuran

tersebut dapat dihasilkan rumput laut basah sebanyak 14,792 kg yang

kemudian diambil sebanyak 500 kg untuk dijadikan bibit pada musim

tanam berikutnya. Rumput laut basah kemudian dikeringkan selama 3

sampai 4 hari menjadi 1,286 kg rumput laut kering. Harga rumput laut di

tingkat pembudi daya untuk rumput laut basah adalah Rp1,059.00 per kg,

sedangkan harga rumput laut kering adalah Rp9,324.00 per kg.

Musim kurang bagus untuk usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa terjadi 2 kali dalam 1 tahun. Pada musim kurang bagus rata-

Page 53: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

38

rata responden mengurangi luasan usaha budi daya. Setiap musim tanam

pada saat musim kurang bagus, jumlah bentang yang digunakan rata-rata 16

buah dengan panjang bentang 100 m. Hasil produksi rumput laut basah

sebanyak 7,609 kg (dikurangi 400 kg untuk bibit) dan sisanya dikeringkan

menghasilkan 748 kg rumput laut kering. Harga jual rumput laut basah

adalah Rp943.00 per kg sedangkan harga rumput laut kering adalah

Rp8,471.00 per kg.

Berdasarkan data hasil produksi dan harga jual rumput laut kering

pada musim bagus (3 kali musim tanam) diperoleh perhitungan

penerimaan/pendapatan sebesar 35.97 juta rupiah per tahun. Sedangkan

pada musim kurang bagus (2 kali musim tanam) diperoleh 12.67 juta rupiah

per tahun. Total penerimaan dari hasil usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa sebesar 48.64 juta rupiah per tahun atau 18.32 juta rupiah per

musim tanam atau 4.05 juta rupiah per bulan (Lampiran 3 dan 4).

b. Analisis finansial

Kurangnya pengetahuan bisnis responden seperti perhitungan

kelayakan usaha menjadi kendala tersendiri. Hal ini terjadi karena data

produksi, pemasaran dan arus keluar masuk uang tidak tercatat dengan rapi.

Dari aspek keuangan, modal yang dimiliki pembudi daya berasal dari

pinjaman bank, milik sendiri, milik kelompok, bantuan dari pemerintah

atau lembaga lain, hutang kepada tetangga atau hutang kepada pedagang

pengumpul.

Perhitungan kelayakan finansial usaha budi daya rumput laut

menggunakan lima kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back

Period (PBP) dan Break Event Point (BEP). Terlebih dahulu dibahas

mengenai biaya investasi dan biaya operasional termasuk biaya penyusutan.

Modal usaha budi daya rumput laut dijabarkan dalam komponen investasi

untuk kegiatan penanaman dan kegiatan penanganan hasil panen

(Lampiran 5).

Kegiatan penanaman membutuhkan bahan-bahan seperti tali untuk

kapling dan bentangan, tali jangkar, tali rafia, pelampung, patok kayu,

Page 54: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

39

perahu, jangkar dan bibit rumput laut. Adapun untuk kegiatan penanganan

hasil panen membutuhkan bahan-bahan seperti para-para, waring, terpal,

keranjang, karung plastik, timbangan dan kalkulator. Total biaya investasi

untuk usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa adalah sebesar 10.20

juta rupiah. Rincian biaya investasi usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Biaya investasi usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa

Komponen Investasi Unit Jumlah Investasi

(Rp)

Kegiatan penanaman

Tali kapling/bentang 5 mm 4 roll 121,472

Tali jangkar 10 mm 9 oll 323,055

Tali rafia (pengikat rumput laut) 13 roll 246,584

Pelampung (botol air minum) 500 buah 150,000

Patok kayu 20 batang 298,340

Perahu 1 buah 2,000,000

Jangkar (besi 10 kg) 8 unit 1,607,416

Bibit 500 kg 716,000

Kegiatan penanganan panen

Para-para (1 x 10) m2 10 buah 2,612,500

Waring (1,2 x 100) m2 1 roll 350,000

Terpal (2 x 100) m2 1 roll 400,000

Keranjang 10 buah 750,000

Karung Plastik (50 kg) 30 buah 102,500

Timbangan 1 buah 475,000

Kalkulator 1 buah 50,000

Investasi total 10,202,367

Biaya operasional usaha budi daya rumput laut per tahun yaitu

sebesar 10.61 juta rupiah atau sebesar 2.12 juta rupiah per musim tanam.

Biaya operasional tersebut terdiri dari biaya tetap yaitu biaya penyusutan

dan biaya tidak tetap yaitu upah tenaga kerja lepas dan penggantian

pelampung (botol air minum). Rincian biaya operasional seperti tercantum

pada Tabel 8.

Dari analisis perhitungan komponen-komponen biaya seperti

dicantumkan dalam Lampiran 6 dan 7 didapatkan total biaya pengeluaran

yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional untuk produksi

rumput laut per tahun adalah sebesar 20.82 juta rupiah.

Page 55: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

40

Tabel 8 Biaya operasional usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa

Jenis Biaya Biaya/ Tahun (Rp)

Biaya tetap

Penyusutan 3,037,188

Total biaya tetap 3,037,188

Biaya tidak tetap

Tenaga pengikat bibit (4 orang) 2,400,000

Tenaga penanaman (3 orang) 641,250

Tenaga pemeliharaan (1 orang) 2, 400,000

Tenaga pemanenan (3 orang) 1,050,000

Tenaga penjemuran (1 orang) 640,000

Tenaga pengangkutan (2 orang) 300,000

Penggantian botol aqua (100 buah) 150,000

Total biaya tidak tetap 7,581,250

Total biaya operasional 10,618,438

Adapun nilai kriteria kelayakan finansial usaha budi daya rumput laut

di Karimunjawa sebagai berikut:

1. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan nilai sekarang dari sejumlah uang dimasa yang akan

datang dan dikonversikan kemasa sekarang dengan menggunakan tingkat

bunga terpilih, atau selisih antara nilai sekarang dari investasi dengan nilai

sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan tingkat suku bunga 14%

(Lampiran 8) diperoleh nilai NPV 30.81 juta rupiah. Hal ini menunjukkan

bahwa keuntungan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa selama 3

tahun umur investasi mendatangkan keuntungan sebesar 30.81 juta rupiah.

Akumulasi nilai NPV positif mengindikasikan bahwa usaha budi daya

rumput laut di Karimunjawa menguntungkan dan layak dikelola.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Perbandingan untung dan biaya dapat ditentukan sebagai

perbandingan nilai keuntungan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen.

Berdasarkan analisis perhitungan Net B/C Ratio (Lampiran 8) diperoleh

nilai Net B/C Ratio 2.69. Nilai Net B/C Ratio lebih besar dari 1

menunjukkan bahwa usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa layak

dilaksanakan bila dilihat baik dari dampak sosial yang ditimbulkannya

maupun dari segi finansialnya.

Page 56: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

41

3. Internal Rate of Return (IRR)

Metode tingkat bunga pengembalian (IRR) ini digunakan untuk

mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang

diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan

investasi awal. Nilai IRR usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa dari

perhitungan NPV1; DF 14% dan nilai NPV2; DF 20% (Lampiran 8)

diperoleh IRR 47.58% dimana nilai ini lebih besar dari suku bunga bank

komersial yang berlaku saat melakukan kajian, yaitu 14%. IRR lebih besar

dari bunga bank komersial mengindikasikan bahwa usaha budi daya rumput

laut di Karimunjawa layak dilaksanakan.

4. Pay Back Period (PBP)

PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)

pengembalian investasi suatu usaha. Berdasarkan analisis perhitungan, PBP

usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa 1.61 tahun atau 19 bulan

(Lampiran 8). Dengan biaya investasi 10.20 juta rupiah dan umur

ekonomis usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa selama 3 tahun

maka proyek ini dapat dikembalikan melalui arus kas selama 1.61 tahun.

Nilai 1.61 tersebut lebih pendek dari jangka waktu umur ekonomis proyek

investasi, hal ini mengindikasikan bahwa usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa layak dikembangkan.

5. Break Event Point (BEP)

BEP merupakan suatu gambaran kondisi produksi yang harus dicapai

untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil

penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya

yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian, tetapi

juga tidak memperoleh laba. Berdasarkan analisis perhitungan BEP

(Lampiran 8) diketahui bahwa titik impas untuk usaha budi daya rumput

laut di Karimunjawa pada penjualan senilai 13.23 juta rupiah atau dapat

juga dikatakan bahwa diperlukan penjualan sebesar 1,474 kg rumput laut

kering untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan

keuntungan.

Page 57: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

42

c. Analisis sensitifitas

Analisis sensitifitas yang dilakukan dilihat dari sejauh mana usaha

budi daya rumput laut di Karimunjawa layak untuk dilaksanakan, jika

terjadi perubahan harga jual (P), biaya (I) atau hasil produksi (V). Asumsi

yang digunakan dalam analisis sensitifitas ini adalah apabila terjadi

kenaikan biaya sebesar 10% atau harga jual dan hasil produksi masing-

masing mengalami penurunan 5%. Dari perhitungan tersebut dapat

diketahui batas-batas nilai kelayakan untuk usaha budi daya rumput laut di

Karimunjawa. Hasil perhitungan untuk analisis sensitifitas disajikan dalam

Tabel 9.

Tabel 9 Analisis sensitifitas usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa

Indikator NPV

(Rp)

Net B/C

Ratio

IRR

(%)

PBP

(tahun)

BEP

(Rp)

BEP

(kg)

P -5% 25,664,046 2.41 45.71 1.71 13,239,813 1,551

P -30% -110,428 0.99 13.59 5.76 13,240,029 2,106

I +10% 23,591,045 2.17 43.77 1.83 14,563,792 1,621

I +43% -261,010 0.99 13.31 5.48 18,933,039 2.108

V -5% 25,664,046 2.41 45.71 1.71 13,239,800 1,474

V -30% -110,428 0.99 13.59 5.76 13,239,887 1,474

Keterangan: V = Volume Produksi; P = Harga Output/Harga Jual; I = Harga Input/Biaya.

Tabel 9 menunjukkan bahwa perubahan pada harga jual atau volume

produksi sebesar 5% akan menurunkan nilai NPV sebesar 17% menjadi

25.66 juta rupiah dari kondisi normal. Pada penurunan harga jual 5% akan

berakibat pada BEP atau kondisi titik impas yang dicapai pada penjualan

1,551 kg sedangkan pada penurunan volume produksi sebesar 5%, titik

impas dicapai pada penjualan 1,474 kg. Faktor biaya sangat berpengaruh

banyak perhitungan analisis usaha. Pada kenaikan biaya sebesar 10% akan

menurunkan nilai NPV hingga 23.59 juta rupiah atau penurunan sebesar

23% dari kondisi normal. Berdasarkan perhitungan terhadap perubahan

pada ketiga asumsi tersebut menunjukkan nilai perubahan yang terjadi

masih dapat ditoleransi, dalam arti usaha budi daya rumput laut masih

menguntungkan dan layak dilaksanakan.

Dari hasil analisis lebih lanjut didapatkan nilai NPV negatif yang

berarti usaha budi daya rumput laut merugikan dan tidak layak

Page 58: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

43

dilaksanakan, yaitu apabila harga jual menurun hingga 30%

(Rp6,288.00/kg) atau biaya yang dikeluarkan meningkat hingga 43%

(29.77 juta rupiah/tahun) atau volume produksi menurun hingga 30%

(3,748 kg/tahun). Rincian perhitungan analisis sensitifitas disajikan pada

Lampiran 9.

4.3. Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

4.3.1. Kekuatan

a. Potensi lahan budi daya masih besar

Budi daya rumput laut di kepulauan Karimunjawa memanfaatkan

perairan pantai dengan metode rawai. Potensi perairan keseluruhan

mencapai 1.159 ha dengan tingkat pemanfaatan baru 275 ha atau 23.73%.

Hal ini terlihat dari total pemanfaatan lahan untuk budi daya masih rendah

sehingga lahan perairan yang dapat dimanfaatkan masih sangat besar,

mencapai 884 ha atau 76.27%. Kondisi ini merupakan peluang sekaligus

tantangan di masa depan dalam meningkatkan pemanfaatan lahan dan

peningkatan kapasitas produksi.

b. Sarana prasarana produksi mudah diperoleh

Sarana produksi utama yang dibutuhkan dalam usaha budi daya

rumput laut dengan metode rawai adalah tali, pelampung, bibit, jangkar,

perahu dan patok kayu. Bibit berasal dari daerah sekitar dan kadang berasal

dari anakan hasil budi daya sendiri. Tali yang digunakan untuk mengikat

bibit rumput laut tahan sekitar 5 - 6 kali panen (1 tahun). Sedangkan

pelampung yang digunakan adalah dari botol air minum. Patok

menggunakan bambu yang diambil dari sekitar lokasi usaha. Perahu dan

bahan-bahan untuk membuat jangkar diperoleh dari toko di ibu kota

kecamatan Karimunjawa atau di Kabupaten Jepara.

c. Masa produksi singkat

Masa produksi rumput laut dalam 1 siklus mencapai 2 bulan dari

sejak persiapan hingga pemanenan. Waktu yang singkat tersebut menjadi

daya tarik yang kuat bagi penduduk Kecamatan Karimunjawa untuk

membudi dayakan rumput laut.

Page 59: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

44

d. Teknik budi daya sederhana

Rumput laut merupakan organisme yang tidak memerlukan pupuk

karena memperoleh makanan melalui aliran air yang melewatinya, atau

melalui sintesa bahan makanan di sekitarnya dengan bantuan sinar

matahari. Rumput laut juga tidak memerlukan obat-obatan pembasmi hama

dan penyakit. Oleh karena itu budi daya rumput laut sangat mudah

dipelajari karena tidak memerlukan teknologi tinggi.

e. Tenaga kerja dari lingkungan sekitar

Jumlah penduduk di Kecamatan Karimunjawa tahun 2008 sebanyak

8,687 jiwa dengan jumlah pembudi daya laut mencapai 111 RTP (rumah

tangga perikanan). Berdasarkan data tersebut diyakini bahwa tenaga kerja

khususnya tenaga mengikat bibit dan tenaga panen sangat mudah

ditemukan karena tidak memerlukan keahlian khusus. Usaha budi daya

rumput laut di perairan Karimunjawa membutuhkan tenaga kerja setempat

sedikitnya 1 orang dalam satu musim tanam. Rata-rata tenaga kerja pada

usaha budi daya rumput laut bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi

budi daya dan memiliki kemauan bekerja. Hal ini dapat menghemat biaya

karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi dari tempat

tinggal ke lokasi usaha. Usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa yang

mampu menyediakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan

masyarakat, menjamin keberlanjutan peningkatan produksi rumput laut

serta memberikan kontribusi nyata bagi perolehan devisa negara.

4.3.2. Kelemahan

a. Kekurangan modal untuk pengembangan usaha

Kesulitan modal berupa uang menjadikan para pembudi daya

tergantung kepada pedagang pengumpul karena mereka meminjam uang

kepada pedagang pengumpul sehingga sebagian hasil panen dibayar untuk

menutup hutang modal usaha. Pembudi daya rumput laut belum dapat

sepenuhnya terbebas dari hutang para lintah darat dan pedagang pengumpul

padahal sektor perbankan sudah dilibatkan dalam pemanfaatan potensi

rumput laut. Fasilitas perbankan sudah ada namun pembudi daya belum

Page 60: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

45

memanfaatkan secara maksimal karena terbentur oleh faktor prosedural

perbankan.

b. Hasil produksi belum optimal

Produksi rumput laut di perairan karimunjawa belum dimanfaatkan

secara maksimal antara lain disebabkan kualitas bibit yang rendah dan

jumlah bentang rumput laut yang digunakan masih sedikit, antara 16 – 20

bentang, padahal sumber daya lahan perairan yang belum dimanfaatkan

masih sekitar 884 ha.

c. Kelompok usaha kurang diberdayakan

Keberadaan kelompok usaha sangat penting terutama bagi pihak

pemegang kebijakan karena akses pemberdayaan masyarakat melalui

kelompok-kelompok masyarakat dan bukan perorangan. Kelompok usaha

di Karimunjawa secara umum belum terbangun dengan baik di masing-

masing kawasan. Keberadaan kelompok usaha dalam usaha budi daya

rumput laut di Karimunjawa sangat berpengaruh bagi pembudi daya karena

membantu menguatkan perekonomian sehingga usaha tetap berjalan dan

adanya transfer keterampilan teknis produksi dan ekonomi. Pembudi daya

yang belum tergabung dalam kelompok usaha berpengaruh juga terhadap

efektifitas pola pendampingan baik dari pemerintah maupun swasta.

Lembaga penunjang seperti koperasi pembudi daya belum terbentuk

padahal sangat penting dalam rangka membantu mempermudah para

pembudi daya dan kelompok usaha untuk memperoleh akses produksi,

permodalan dan akses pasar.

d. Sulit mendapatkan bibit berkualitas

Penggunaan bibit unggul di awal penanaman sangat berpengaruh

terhadap mutu produk rumput laut yang dihasilkan. Investasi usaha

penyedia bibit rumput laut belum berkembang secara serentak dan

komersial. Pembudi daya rumput laut yang membeli bibit dari pembudi

daya bibit yang ternyata merupakan pembudi daya rumput laut juga. Secara

umum pembudi daya rumput laut di lokasi kajian masih menggunakan bibit

rumput laut dari hasil panen sendiri (pola stek).

Page 61: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

46

e. Pemilik usaha kurang inovatif

Hasil panen rumput laut basah hanya dikeringkan menjadi rumput laut

kering tawar dan kering asin. Tindak lanjut dari pengeringan tersebut

hampir semua pembudi daya langsung dijual ke pedagang pengumpul tanpa

diolah menjadi produk bernilai ekonomi lebih tinggi, padahal bahan baku

rumput laut tersebut dapat diolah menjadi bernilai ekonomi tinggi, seperti

agar kertas, es krim potong dan cair, sirup, manisan, tepung agar dan dodol.

Mental kewirausahaan yang belum dimiliki para pemilik usaha turut

mempengaruhi faktor ini dalam mengembangkan usahanya.

4.3.3. Peluang

a. Persyaratan mutu produk yang mudah dipenuhi

Pabrik atau penampung bahan baku pada umumnya menampung

semua hasil produksi rumput laut dari Karimunjawa, dengan persyaratan

rumput laut kering mengandung kadar air 35 – 37% dan tingkat kekotoran

maksimal 2%. Untuk mendapatkan rumput laut dengan persyaratan mutu

tersebut, cukup dengan penjemuran yang maksimal dan pengayakan.

b. Permintaan rumput laut sangat besar

Banyaknya permintaan pasar untuk Kappaphycus alvarezii

mengakibatkan pesatnya perkembangan budi daya rumput laut di perairan

Karimunjawa. Permintaan rumput laut dunia untuk industri semakin

meningkat dengan telah ditemukannya beberapa teknologi pengolahan dari

bahan baku rumput laut. Pabrik pengolah rumput laut siap menampung

berapapun jumlah rumput laut kering yang dihasilkan oleh pembudi daya

dari Karimunjawa. Selain itu juga faktor Karimunjawa sebagai daerah

wisata mengakibatkan kebutuhan cinderamata khas Karimunjawa

meningkat, salah satunya produk olahan rumput laut asal Karimunjawa. Hal

ini merupakan peluang usaha yang sangat besar bagi usaha budi daya

rumput laut.

c. Hubungan baik dengan suplier

Pemasaran rumput laut di Karimunjawa sangat mudah karena

pedagang pengumpul merupakan penduduk Karimunjawa. Hubungan baik

antara pembudi daya dengan pedagang pengumpul dan pedagang

Page 62: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

47

pengumpul dengan pabrik berpengaruh pada penentuan harga yang

disepakati kedua belah pihak dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan.

Pembudi daya juga dapat membayar pinjaman modal kepada kelompok

usaha atau pedagang pengumpul setelah panen. Pola kemitraan pasar yang

terbentuk bersifat fleksibel sehingga masih diperlukan pendampingan guna

memperkuat pola yang dibangun sehingga dapat berjalan saling

menguntungkan.

d. Citra positif rumput laut asal Karimunjawa

Sampai saat ini, hasil produksi rumput laut asal Karimunjawa terkenal

memiliki kandungan air, tingkat kekotoran dan rendeman yang telah

disyaratkan pabrikan di tingkat dunia. Selain itu penanganan rumput laut

pada saat praproduksi, produksi dan pasca produksi juga masih dalam batas

wajar tanpa menggunakan bahan-bahan yang dilarang seperti pestisida,

pemutih dan obat-obatan.

e. Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha

Pemerintah kabupaten Jepara telah menetapkan komoditas utama

rumput laut sebagai produk unggulan. Basis produksi rumput laut di

kabupaten Jepara adalah di perairan Karimunjawa. Kementerian Kelautan

dan Perikanan berkerjasama dengan pemerintah propinsi dan kabupaten

mencanangkan gerakan peningkatan produksi perikanan melalui program

minapolitan. Program minapolitan adalah program yang menggerakkan

perekonomian dari sektor perikanan dan kelautan yang menjadi unggulan di

tiap-tiap daerah. Kebijakan pemerintah ini merupakan peluang yang sangat

besar bagi pengembangan usaha budi daya rumput laut. Dukungan

pemerintah daerah dan pemerintah pusat sangat banyak, antara lain:

pemberian bantuan modal; peningkatan kualitas sumber daya manuasia

melalui bimbingan teknis; penyediaan bibit dan sarana produksi;

pendampingan teknologi, penanganan penyakit, pengolahan dan pemasaran

hasil produksi. Tahun 2009 pemerintah Kabupaten Jepara telah

mengalokasikan kegiatan pengembangan pemasaran produk perikanan

Kepulauan Karimunjawa dengan tujuan menumbuhkan mekanisme

pemasaran rumput laut di Karimunjawa.

Page 63: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

48

4.3.4. Ancaman

a. Banyak pesaing dari daerah lain

Saat ini daerah penghasil rumput laut Kappaphycus alvarezii yang

sudah dikenal di Indonesia antara lain di Tambeanga dan Saponda

(Sulawesi Tenggara); Takalar, Bantaeng, Janeponto, Bulukumba dan

Selayar (Sulawesi Selatan); Madura; Bali; Nusa Tenggara Barat; Nusa

Tenggara Timur dan Maluku.

b. Fluktuasi harga di tingkat dunia

Fluktuasi harga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Apabila

permintaan rumput laut dari luar daerah dan dari luar negeri seperti China

meningkat sehingga pasokan bahan baku rumput laut seringkali mengalami

kekosongan. Hal tersebut memacu fluktuasi harga rumput laut di pasaran.

Sedangkan perekonomian dunia yang lesu menyebabkan daya beli rumput

laut menurun dan berakibat harga rumput laut dipasaran menjadi murah.

Selain itu juga orientasi ekspor masih dalam bentuk bahan baku (kering

asin) menyebabkan posisi tawar rendah serta pengendali harga ditentukan

oleh pabrik pengolah di luar negeri.

c. Adanya hama dan penyakit

Perubahan lingkungan yang fluktuatif menyebabkan timbulnya hama

dan penyakit sehingga berpengaruh terhadap kapasitas produksi. Saat ini

belum ada teknologi terhadap penanggulangan penyakit ice-ice karena

kegiatan budi daya rumput laut bersifat budi daya terbuka sehingga

perlakuan secara kimiawi sulit dilakukan. Lumut menyerang pada saat

kondisi perairan terjadi fluktuasi suhu yang tinggi serta arus laut yang

tenang. Lumut menjadi faktor kegagalan panen karena melekat kuat pada

batang rumput laut sehingga sulit dibersihkan. Kondisi perairan

Karimunjawa yang masih terjaga berdampak pada melimpahnya sumber

daya perikanan dan kelautan, termasuk ikan baronang dan penyu yang

berperan juga sebagai pemakan tanaman rumput laut.

d. Pengaruh perubahan musim

Perubahan musim dan pengaruh pemanasan global juga

mempengaruhi pola tanam rumput laut karena kualitas perairan menurun

Page 64: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

49

dan gelombang tinggi sehingga kurang sesuai bagi pertumbuhan rumput

laut. Akibat dari perubahan musim seperti gelombang tinggi selama masa

berproduksi adalah ikatan pelampung, bibit rumput laut, patok kayu dan

jangkar menjadi lebih longgar apabila pada pengikatan awal kurang kuat.

Ikatan yang longgar tersebut semakin lama mengakibatkan pelampung,

bibit rumput laut, patok kayu dan jangkar terlepas sehingga apabila tidak

dilakukan pengontrolan akan merugikan usaha.

4.4. Posisi Usaha Berdasarkan Matriks IE

4.4.1. Matriks IFE

Identifikasi terhadap faktor-faktor internal usaha berupa kekuatan dan

kelemahan berpengaruh terhadap pengembangan usaha budi daya rumput

laut di perairan Karimunjawa. Hasil identifikasi faktor-faktor internal

didapatkan total skor pembobotan seperti tercantum dalam Lampiran 10.

Dengan memasukkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai

faktor strategis internal, selanjutnya diberikan bobot serta rating untuk

setiap faktor, maka dapat diperoleh total skor nilai seperti terlihat pada

Tabel 10.

Tabel 10 Faktor strategis internal usaha budi daya rumput laut di perairan

Karimunjawa

No Faktor Internal Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb)

Kekuatan:

1 Potensi lahan budi daya masih besar 0.08 4 0.34

2 Sarana prasarana produksi mudah diperoleh 0.07 3 0.20

3 Masa produksi singkat 0.10 4 0.40

4 Teknik budi daya sederhana 0.11 4 0.45

5 Tenaga kerja dari lingkungan sekitar 0.05 4 0.22

Kelemahan: 1 Kekurangan modal untuk pengembangan usaha 0.12 2 0.25

2 Hasil produksi belum optimal 0.08 2 0.17

3 Kelompok usaha kurang diberdayakan 0.13 1 0.13

4 Sulit mendapatkan bibit berkualitas 0.12 2 0.24

5 Pemilik usaha kurang inovatif 0.12 1 0.12

Jumlah 1.00 2.52

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa faktor teknik budi daya yang

sederhana diakui sebagai faktor paling penting dalam kegiatan produksi

dengan bobot 0.11 dan rating 4 sehingga skor nilai yang diperoleh 0.45.

Page 65: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

50

Teknik budi daya yang sederhana merupakan kekuatan utama yang

dimiliki. Faktor tersebut terkait dengan faktor masa produksi yang singkat

(skor nilai 0.40). Kedua faktor tersebut dilaksanakan karena potensi lahan

budi daya masih besar, yang dibuktikan dengan perolehan nilai 0.34.

Penggunaan tenaga kerja dari lingkungan sekitar lokasi usaha lebih menjadi

perhatian bagi kekuatan usaha dibanding sarana dan prasarana produksi

yang mudah diperoleh. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor nilai 0.22

untuk faktor tenaga kerja dari lingkungan sekitar dan 0.20 untuk faktor

sarana prasarana produksi.

Tabel 10 juga menggambarkan peringat nilai dari faktor kelemahan

usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa. Kelemahan terbesar

yang terdeteksi adalah faktor pemilik usaha yang kurang inovatif, dengan

skor nilai sebesar 0.12. Faktor pemilik usaha kurang inovatif merupakan

faktor kelemahan yang sangat kuat bagi usaha sehingga perlu

diminimalkan. Faktor kelemahan kedua dan ketiga adalah kelompok usaha

kurang diberdayakan dengan skor nilai 0.13 dan hasil produksi belum

optimal (skor nilai 0.17). Adapun faktor sulit mendapatkan bibit berkualitas

(skor nilai 0.24) dan faktor kekurangan modal untuk pengembangan usaha

(skor nilai 0.25) turut serta mempengaruhi usaha budi daya rumput laut di

perairan Karimunjawa.

Dari hasil analisis perhitungan faktor-faktor internal didapatkan total

skor nilai sebesar 2.52 (Lampiran 12). Nilai ini berada di atas nilai rata-

rata sebesar 2.5 yang menunjukkan posisi internal perusahaan yang cukup

kuat, dimana perusahaan memiliki kemampuan diatas rata-rata dalam

memanfaatkan kekuatan dan mengantisipasi kelemahan internal (David

2004).

4.4.2. Matriks External Faktor Evaluation (EFE)

Hasil identifikasi faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan

ancaman kemudian dilakukan pembobotan serta peringkat (rating)

sebagaimana disajikan dalam Lampiran 11 dan hasil faktor strategis

eksternal diperoleh hasil seperti terlihat Tabel 11.

Page 66: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

51

Identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal usaha berupa peluang dan

ancaman berpengaruh terhadap pengembangan usaha budi daya rumput laut

di perairan Karimunjawa. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut terlihat

bahwa persyaratan mutu produk yang mudah dipenuhi (skor 0.58)

merupakan peluang utama dalam pengembangan usaha budi daya rumput

laut di perairan Karimunjawa dan didukung juga oleh permintaan rumput

laut yang sangat besar, (skor 0.56). Skor 0.35 untuk kebijakan pemerintah

yang mendukung usaha, terutama dukungan pemerintah daerah dalam

membantu pembudi daya dan penyerapan tenaga kerja setempat dalam

memacu produksi rumput laut di perairan Karimunjawa. Peluang dengan

skor 0.33 diraih dari citra positif rumput laut asal Karimunjawa, dan

hubungan baik antara pembudi daya dengan pedagang pengumpul atau

pihak pabrik (skor 0.31). Faktor-faktor tersebut merupakan peluang yang

bagus bagi pengembangan usaha budi daya rumput laut di perairan

Karimunjawa.

Tabel 11 Faktor strategis eksternal usaha budi daya rumput laut di perairan

Karimunjawa

No Faktor Eksternal Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb)

Peluang:

1 Persyaratan mutu produk yang mudah dipenuhi 0.15 4 0.58

2 Permintaan rumput laut sangat besar 0.14 4 0.56

3 Hubungan baik dengan supplier 0.10 3 0.31

4 Citra positif rumput laut asal Karimunjawa 0.08 4 0.33

5 Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha 0.12 3 0.35

Ancaman: 1 Banyak pesaing dari daerah lain 0.10 2 0.19

2 Fluktuasi harga rumput laut di tingkat dunia 0.10 2 0.21

3 Adanya hama dan penyakit 0.13 1 0.13

4 Pengaruh perubahan musim 0.08 2 0.15

Jumlah 1.00 2.83

Ancaman yang kuat bagi kelangsungan usaha budi daya rumput laut

di perairan Karimunjawa adalah adanya hama dan penyakit. Hal ini

dibuktikan dengan perolehan rating 1 (paling rendah) dan menghasilkan

skor 0.13. Faktor ancaman kedua yang membayangi usaha adalah adanya

dan pengaruh perubahan musim (skor 0.15). Faktor banyaknya pesaing dari

daerah lain ternyata lebih kuat dibanding faktor fluktuasi harga rumput laut

Page 67: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

52

di tingkat dunia dengan perolehan skor nilai 0.19 dan 0.21. Fluktuasi harga

di tingkat dunia menyebabkan pembudi daya enggan melanjutkan usahanya

sewaktu harga rumput laut dunia sedang turun.

Hasil analisis perhitungan faktor-faktor eksternal didapatkan total

skor nilai sebesar 2.83 (Lampiran 12). Nilai ini berada di atas nilai rata-

rata sebesar 2.5 yang menunjukkan posisi eksternal perusahaan yang cukup

kuat, dimana perusahaan memiliki kemampuan diatas rata-rata dalam

memanfaatkan peluang dan mengantisipasi ancaman eksternal (David,

2004).

4.4.3. Matriks IE

Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi

usaha di tingkat pembudi daya yang lebih detail. Hasil evaluasi matriks

internal selanjutnya digabungkan dengan hasil evaluasi matrik eksternal

yang menghasilkan matriks IE. Dengan menggunakan Matriks IE maka

posisi usaha dipetakan dalam diagram untuk mempermudah merumuskan

alternatif strategi pengembangan usaha bagi pembudi daya rumput laut di

Karimunjawa. Penentuan posisi strategi pada matriks IE didasarkan pada

hasil total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai EFE

pada sumbu y (David 2004). Nilai IFE yang diperoleh dari usaha budi daya

rumput laut di Karimunjawa sebesar 2.52 dan nilai EFE sebesar 2.83. Nilai

tersebut dipetakan seperti dalam Gambar 5.

Total Skor IFE Kuat Rataan Lemah

4.0 3.0 2.52 2.0 1.0

To

tal

Sk

or

EF

E

Tinggi

3.0

I

II

III

Pertumbuhan

Pertumbuhan Penciutan

Rataan

2.83

V

VI

2.0 IV

Stabilitas

Pertumbuhan/

Stabilitas

Penciutan

Rendah

1.0

VII

VIII

IX

Pertumbuhan Pertumbuhan

Likuidasi

Gambar 5 Total skor IFE_EFE usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa.

Page 68: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

53

Pemetaan posisi usaha sangat penting bagi pemilihan alternatif

strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi. Dengan

total skor nilai pada matriks internal 2.52 maka usaha budi daya rumput

laut di perairan Karimunjawa memiliki faktor internal yang tergolong

sedang atau rataan. Total skor nilai matriks eksternal 2.83 memperlihatkan

respon yang diberikan oleh usaha budi daya rumput laut kepada lingkungan

eksternal tergolong rataan. Perpaduan dari kedua nilai tersebut

menunjukkan bahwa strategi utama bagi pengembangan usaha terletak pada

sel V. Sel V dikelompokkan dalam strategi pertumbuhan melalui integrasi

horizontal, yaitu suatu kegiatan untuk memperluas usaha dengan cara

membangun di lokasi yang lain dan meningkatkan jenis produk serta jasa.

Strategi pertumbuhan pada sel V merupakan pertumbuhan usaha itu sendiri.

Didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit

atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara perluasan

lahan usaha, mengembangkan produk melalui proses pengolahan,

menambah mutu produk atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas.

Berdasarkan hasil kajian, usaha yang memiliki kinerja yang baik cenderung

konsentrasi agar dapat tumbuh, baik secara internal melalui sumber

dayanya sendiri atau secara eksternal melalui sumber daya dari luar

(Rangkuti 2006). Hasil matriks IE selanjutnya digunakan untuk

merumuskan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT.

4.5. Rumusan Alternatif Strategi

Penyusunan strategi pada matriks SWOT disesuaikan dengan hasil yang

diperoleh dari matriks IE, yaitu strategi peningkatan mutu dan perluasan usaha.

Hasil analisis SWOT untuk usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa

seperti terlihat pada Gambar 6.

1. Memperluas lahan usaha budi daya (S1, S2, S4, S5, O1, O2, O5)

Potensi lahan budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa

meliputi perairan Pulau Karimunjawa, Pulau Kemojan, Pulau Menjangan

Besar, Pulau Parang dan Pulau Nyamuk. Melihat potensi lahan, sumber

daya manusia dan pasar masih sangat besar maka potensi sumber daya yang

ada perlu diberdayakan. Berdasarkan aspek kekuatan dan peluang yang ada,

Page 69: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

54

maka usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa

memungkinkan untuk dilakukan peningkatan produksi lebih besar daripada

hasil yang saat ini sudah diraih, yaitu dengan perluasan lahan usaha.

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S)

1. Potensi lahan budi

daya masih besar

2. Sarana prasarana

produksi mudah

diperoleh

3. Masa produksi singkat

4. Teknik budi daya

sederhana

5. Tenaga kerja dari

lingkungan sekitar

Kelemahan (W)

1. Kekurangan modal untuk

pengembangan usaha

2. Hasil produksi belum

optimal

3. Kelompok usaha kurang

diberdayakan

4. Sulit mendapatkan bibit

berkualitas

5. Pemilik usaha kurang

inovatif

Peluang (O)

1. Persyaratan mutu produk yang

mudah dipenuhi

2. Permintaan rumput laut sangat

besar

3. Hubungan baik dengan suplier

4. Citra positif rumput laut asal

Karimunjawa

5. Kebijakan pemerintah yang

mendukung usaha

Strategi S-O

1. Memperluas lahan

usaha budi daya (S1,

S2, S4, S5, O1, O2,

O5).

2. Mengembangkan

pengolahan hasil budi

daya (S2, S4, S5, O2,

O4, O5).

Strategi W-O

1. Peningkatan keterampilan

teknis budi daya untuk

peningkatan mutu produk

(W2, W3, W4, W5, O1,

O4, O5).

2. Pemberdayaan anggota

dan kelompok usaha untuk

meningkatkan usahanya

(W3, W5, O1, O3, O5).

Ancaman (T)

1. Banyak pesaing dari daerah lain

2. Fluktuasi harga rumput laut

dunia

3. Adanya hama dan penyakit

4. Pengaruh perubahan musim

Strategi S-T

Mengoptimalkan

kapasitas produksi yang

ada (S1, S2, S4, T4, T5).

Strategi W-T

1. Peningkatan akses

permodalan (W1, W2,

W3, T1, T2).

2. Memperluas dan

mempertahankan jaringan

pemasaran (W1, W3, T1,

T2).

Gambar 6 Matriks SWOT usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa.

2. Mengembangkan pengolahan hasil budi daya (S2, S4, S5, O2, O4, O5)

Dengan kekuatan yang dimiliki usaha budi daya rumput laut di

perairan Karimunjawa seperti sarana prasarana produksi mudah diperoleh,

teknik budi daya sederhana dan tenaga kerja dari lingkungan sekitar serta

didukung oleh pangsa pasar yang masih luas dan dukungan kebijakan

pemerintah maka hasil panen rumput laut yang selama ini hanya berupa

rumput laut kering asin akan lebih bernilai lagi apabila dilakukan

peningkatan jenis produk serta jasa seperti pengolahan rumput laut. Rumput

laut kering masih merupakan bahan baku yang harus diolah lagi menjadi

Page 70: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

55

berbagai produk olahan berbahan dasar karagenan seperti dodol, sirup, es

krim, minuman jelly (Gambar 7).

Gambar 7 Produk olahan berbahan dasar rumput laut.

3. Peningkatan keterampilan teknis budi daya untuk peningkatan mutu

produk (W2, W3, W4, W5, O1, O4, O5)

Permasalahan yang dihadapi dalam memacu pertumbuhan rumput laut

adalah karena tidak adanya bibit berkualitas. Mengingat potensi sumber

daya rumput laut alam masih sangat besar di perairan Karimunjawa, maka

pola perbanyakan dengan cara generatif/anakan sangat dianjurkan untuk

dilakukan agar pertumbuhan rumput laut menjadi lebih cepat daripada

menggunakan bibit yang sama berulang-ulang. Bimbingan dan pembinaan

dari instansi terkait kepada pembudi daya rumput laut tentang aspek biologi

dari produk yang dibudi dayakan serta teknik budi daya dan operasionalnya

mulai dari perencanaan, proses produksi, panen dan penanganan hasil

panen serta pemasaran. Kegiatan sebaiknya diikuti pembudi daya,

pengolah, pedagang pengumpul, pengusaha, masyarakat dan pemerintah

sebagai fasilitator perikanan. Pihak pabrik juga perlu melakukan pembinaan

kepada pembudi daya sebagai penyuplai kebutuhan bahan baku sehingga

mutu produk tetap terjamin. Peran lembaga penelitian juga sangat penting

sebagai pengembangan dan penyalur ilmu pengembangan dan teknologi.

Begitu juga peran Perguruan Tinggi diharapkan mampu meningkatkan

mutu rumput laut yang dihasilkan.

Page 71: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

56

4. Pemberdayaan anggota dan kelompok usaha bersama untuk

meningkatkan usahanya (W3, W5, O1, O3, O5)

Salah satu kelemahan industri rumput laut adalah kelembagaan

kelompok-kelompok usaha yang ada tidak berjalan dengan baik. Hal ini

disebabkan kurangnya pembinaan dari pemerintah, tidak adanya kepastian

prospek usaha dan peraturan yang memberatkan kelompok usaha. Terkait

hal tersebut maka salah satu program pemerintah yaitu pengembangan

sumber daya manusia kelautan dan perikanan dilakukan sebagai upaya

pembinaan dalam meningkatkan jiwa wirausaha bagi pembudi daya rumput

laut di perairan Karimunjawa.

Pemberdayaan masyarakat melalui proses pendidikan untuk merubah

pola pikir masyarakat yang awalnya menganggap budi daya rumput laut

suatu usaha yang tidak memiliki prospek secara ekonomis, padahal bila

dikelola dengan baik budi daya rumput laut dapat menjadi sumber

pendapatan baru yang prospektif bagi masyarakat nelayan. Kebijakan,

regulasi dan sistem yang ada juga perlu ditinjau kembali agar dapat

memfasilitasi kepentingan pemerintah dan industri. Oleh sebab itu

pemerintah baik pusat maupun daerah perlu mengaktifkan kembali

kelompok-kelompok usaha dan terus melakukan pembinaan agar timbul

gairah dan inisiatif untuk terus berkembang mendukung industri dalam hal

penyediaan bahan baku ataupun olahan. Dengan memperkuat kelembagaan

kelompok usaha secara terintegrasi maka pengembangan usaha budi daya

rumput laut dapat terwujud.

5. Peningkatan akses permodalan (W1, W2, W3, T1, T2)

Pembudi daya dituntut untuk meningkatkan kemampuan diri dalam

menghadapi daya saing produk rumput laut yang dibudi dayakan. Pencarian

sumber dana baru harus dilakukan dengan berkoordinasi dengan

pemerintah ataupun pihak lain. Pemerintah telah menerapkan program

peningkatan perikanan budi daya seperti bantuan permodalan usaha melalui

Kredit Ketahanan Pangan (KKP), kredit Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir (PEMP), kredit bergulir Upaya Khusus Perikanan

(UPSUS) yang bersyarat ringan dan berbunga rendah serta Program

Page 72: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

57

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan Perikanan

(PNPM Mandiri-KP). Melalui kelompok usaha bersama, pembudi daya

dapat menjalin kerjasama dengan pihak lembaga keuangan tersebut.

6. Memperluas dan mempertahankan jaringan pemasaran (W1, W3, T1,

T2)

Informasi yang lebih memadai mengenai potensi produk yang laku di

pasaran sangat penting bagi pembudi daya. Informasi pasar yang lengkap

juga akan memudahkan penentuan jaringan pemasaran yang sesuai untuk

dikembangkan agar dapat menjangkau seluruh potensi pasar yang ada.

Pembudi daya perlu menjalin kerjasama dengan pabrik dalam hal

kelancaran pasokan bahan baku yang diperlukan industri guna mendukung

kapasitas produksi.

7. Mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada (S1, S2, S4, T4, T5)

Komoditi rumput laut mampu menyokong kemandirian ekonomi

bangsa apabila dapat membudi dayakan, memproduksi dan mengelola

sendiri hasil rumput laut hingga dikonsumsi masyarakat Indonesia. Selain

dapat mensejahterakan pembudi daya rumput laut, jika tingkat konsumsi

rumput laut masyarakat sudah meningkat, lapangan kerja akan terbuka

lebar di sektor industri pengolahan rumput laut. Hal ini sesuai dengan

pemikiran pihak perusahaan/pabrik bahwa kedepan direncanakan

membangun pabrik pengolah di Indonesia. Untuk memenuhi rencana

tersebut, pihak perusahaan harus menguasai 20% bahan baku rumput laut di

seluruh Indonesia. Dengan menguasai 20% bahan baku rumput laut di

Indonesia, maka pengendalian harga tidak tergantung pada pabrik pengolah

di China, namun dapat mengendalikan stabilitas harga di dalam negeri yang

berpengaruh terhadap peningkatan posisi tawar pembudi daya.

Peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan dengan berbagai

cara, seperti: (a) Meningkatkan mutu produksi, (b) Memunculkan ciri khas

produk untuk mengantisipasi persaingan usaha, (c) Untuk menghindari

kerusakan fisik sarana budi daya dan tanaman rumput laut, maka pemilihan

lokasi terlindung dari dari arus besar dan sebaiknya tidak menimbulkan

Page 73: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

58

konflik kepentingan, baik dengan peraturan perundangan yang ada maupun

dengan masyarakat perikanan. Aktifitas masyarakat perikanan seperti

penangkapan ikan, pemasangan bubu, bagan, dan lain-lain. Sedangkan

aspek peraturan perundangan adalah adanya kawasan konservasi, dimana

sebagian perairan Karimunjawa merupakan kawasan Taman Nasional

Karimunjawa; dan (d) Upaya pengamanan baik secara perorangan maupun

kelompok harus dilakukan dalam menghindari pencurian, bukan hanya

terhadap tanaman itu sendiri tapi juga fasilitas budi daya yang digunakan.

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh

pembudi daya, selanjutnya dilakukan pemilihan alternatif strategi yang paling

menarik untuk diimplementasikan dengan menggunakan matriks QSP. Strategi

yang terpilih untuk diimplementasikan adalah berdasarkan hasil perhitungan

analisis QSP sebagaimana tercantum dalam Lampiran 13. Adapun hasil

penentuan alternatif strategi terbaik usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa

dapat dilihat Tabel 12.

Tabel 12 Penentuan alternatif strategi terbaik usaha budi daya rumput laut di

perairan Karimunjawa

Alternatif Strategi Keterkaitan Bobot Peringkat

Strategi S-O

Memperluas lahan usaha budi daya. S1, S2, S4, S5, O1, O2,

O5

5.65 II

Mengembangkan pengolahan hasil budi daya. S2, S4, S5, O2, O4, O5

5.17 IV

Strategi W-O

Peningkatan keterampilan teknis budi daya

untuk peningkatan mutu produk.

W2, W3, W4, W5, O1,

O4, O5

5.52

III

Pemberdayaan anggota dan kelompok usaha

untuk meningkatkan usahanya.

W3, W5, O1, O3, O5 5.83 I

Strategi W-T

Peningkatan akses permodalan. W1, W2, W3, T1, T2

4.33 VI

Memperluas dan mempertahankan jaringan

pemasaran.

W1, W3, T1, T2 4.12 VII

Strategi S-T

Mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada.

S1, S2, S4, T4, T5 4.59 V

Page 74: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

59

Berdasarkan analisis tersebut, strategi yang paling tepat untuk

pengembangan usaha budi daya rumput laut di perairan Karimunjawa adalah

pemberdayaan anggota dan kelompok usaha bersama untuk meningkatkan

usahanya (skor 5.83), memperluas lahan usaha budi daya (skor 5.65) dan

peningkatan keterampilan teknis budi daya untuk peningkatan mutu produk,

dengan mempertahankan komitmen manajemen terhadap mutu produk dan

mensosialisasikannya kepada seluruh pembudi daya (skor 5.52). Ketiga strategi

tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena saling mendukung satu

dengan yang lainnya.

Page 75: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha budi daya

rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode longline di perairan

Karimunjawa secara finansial menguntungkan dan layak dilaksanakan, namun

keuntungan yang diperoleh belum cukup untuk pengembangan usaha. Hal ini

ditunjukkan dengan tingkat suku bunga 14% diperoleh nilai NPV positif sebesar

30.81 juta rupiah; B/C ratio > 1 (2.69); nilai IRR lebih besar dari tingkat suku

bunga yang disyaratkan sebesar 14% yaitu 47.58%; PBP selama 1.61 tahun

(sekitar 19 bulan); nilai BEP diperoleh pada 13.23 juta rupiah atau penjualan

sebanyak 1,474 kg rumput laut kering. Sedangkan hasil analisis sensitifitas

menunjukkan bahwa usaha budi daya rumput laut akan merugikan dan tidak layak

dilaksanakan apabila harga jual menurun hingga 30% (6.29 ribu rupiah/kg) atau

biaya yang dikeluarkan meningkat hingga 43% (29.77 juta rupiah/tahun) atau

volume produksi menurun hingga 30% (3,748 kg/tahun).

Hasil identifikasi faktor internal terdapat lima kekuatan dan lima

kelemahan, sementara pada faktor lingkungan eksternal terdapat lima peluang dan

empat ancaman. Perpaduan Nilai IFE sebesar 2.52 dan nilai EFE sebesar 2.83

dalam matriks IE menunjukkan bahwa posisi usaha terletak pada sel V, yaitu sel

pertumbuhan.

Strategi pengembangan usaha budi daya rumput laut Kappaphycus alvarezii

dengan metode longline di perairan Karimunjawa yang paling tepat dilakukan

adalah pemberdayaan anggota dan kelompok usaha bersama untuk meningkatkan

usahanya (skor 5.83), memperluas lahan usaha budi daya (skor nilai 5.65), dan

peningkatan keterampilan teknis budi daya untuk peningkatan mutu produk (skor

nilai 5.52). Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena

saling mendukung satu dengan yang lain.

Page 76: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

61

5.2. Saran

Pemerintah perlu memfasilitasi pembentukan koperasi yang khusus

memfasilitasi kebutuhan usaha budi daya rumput laut Kappaphycus alvarezii

dengan metode longline di perairan Karimunjawa. Hal tersebut dapat

diimplementasikan kepada kelompok usaha, dengan membantu mendapatkan

akses produksi seperti penyediaan kebun bibit rumput laut, pelatihan teknis budi

daya rumput laut supaya produk yang dihasilkan berkualitas dan akses pemodalan

sehingga produktivitas dan kapasitas usaha dapat ditingkatkan.

Langkah selanjutnya setelah terbentuknya koperasi adalah perlunya

memaksimalkan peran pendampingan dalam bentuk kemandirian dan

kelembagaan kelompok usaha serta kelembagaan penunjang lainnya.

Page 77: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E dan Evi L. 1993. Budidaya Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta

Akma, Sugeng R, Ilham. 2008. Teknologi Manajemen Budidaya Rumput Laut

(Kapphaphycus alvarezii). Takalar

Anggadiredja JT, A Zatnika, H Purwoto, S. Istini. 2006. Rumput Laut:

Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan

Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta. 147hal

Aslan LM. 1998. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius. 97hal

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. 2008. Jepara dalam Angka. Jepara

Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2008. Statistik Balai Taman Nasional

Karimunjawa tahun 2008. Semarang

David FR. 2004. Konsep Manajemen Strategis. Penerjemah: Hamdy Hadi. Edisi

VII. Prenhallindo, Jakarta.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara. 2008. Buku Saku. Jepara

(DJPB KKP) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan

Perikanan. 2004a. Pedoman Umum Budidaya Rumput Laut di Laut. Jakarta

(DJPB KKP) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan

Perikanan. 2004b. Strategi Pengembangan Potensi Rumput Laut Nasional

untuk Mendukung Usaha Pembudidayaan dan Pengolahan Hasil Rumput

Laut. Jakarta

(DJPHKA) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Keputusan Nomor: SK.79/IV/Set-3/2005 tanggal 30 Juni 2005 tentang

Revisi Mintakat/Zonasi Taman Nasional Kepulauan Karimunjawa. Jakarta

Garrison RH dan EW Noreen. 2001. Akutansi Manajerial. Salemba Empat.

Jakarta

Gittinger JP. 1996. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian (Terjemahan).

Jakarta: UI Press. 579hal

Giyatmi, AH Purnomo, M Hubeis. 2003. Analisis Produk Unggulan Agroindustri

Perikanan Laut di Kabupaten Rembang. Jurnal Penelitian Perikanan

Indonesia; 9 (6): 75 – 87

Page 78: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

63

Hubeis M. 2008. Modul 8: Pengelolaan Industri. Bahan Kuliah PS MPI, SPS IPB,

Bogor.

Ismail T, Laili I, Nanik DJ. 2009. Etanol dari Molases Menggunakan Zymomonas

Mobilis yang Dimobilisasi dengan k-Karaginan dengan Faktor Tertentu.

Prosiding Seminar Nasional XIV Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS. Surabaya

Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia

Kotler P dan AB Susanto. 1999. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis,

Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat, Jakarta.

Kotler P dan G Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran (Terjemahan).

Erlangga. Jakarta.

Mustafa H. 2000. Teknik Sampling. home.unpar.ac.id/~hasan/sampling.doc (12

Februari 2010)

Parenrengi A, Sulaeman, E Suryati, A Tenriulo. 2006. Karakteristik Genetika

Rumput Laut Kappaphycus alvarezii yang Dibudidayakan di Sulawesi

Selatan. Jurnal Riset Aquakultur; 1(1): 1 – 11

Pramudya B. 2002. Ekonomi Teknik. JICA-DGHE/IPB project/ADAET. Bogor

(Pusdatin KKP) Pusat Data, Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan

Perikanan. 2009. Indikator Kelautan dan Perikanan Agustus 2009. Jakarta

Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta

Sudradjat A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Jakarta:

Penebar Swadaya. 171p

Supriyadi dan Tim Lentera. 2008. Mewaspadai dan Menanggulangi Penyakit

pada Lou Han. Penerbit Agromedia Wisata. Halaman 8 – 9

Sutomo B. 2006. Manfaat Rumput Laut, Cegah Kanker dan Antioksidan.

http://budiboga.blogspot.com/2006/05/manfaat-rumput-laut-cegah-kanker-

dan.html (23 Juli 2009)

Syaputra Y. 2005. Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Budidaya Rumput

Laut Eucheuma cotonii pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda dan

Perlakuan Jarak Tanam di Teluk Lhok Seudu. [Tesis]. Bogor: Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 91p

Umar H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis. Teknik Menganalisa Kelayakan Rencana

Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Page 79: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

Lampiran 1.

Kuesioner kajian untuk analisis kelayakan usaha budi daya rumput

laut di Karimunjawa

Dimohon agar kuesioner ini dapat diisi secara obyektif dan benar, karena data ini akan

digunakan untuk kajian dengan tujuan ilmiah sehingga diperlukan data yang valid dan

akurat. Terima kasih atas kerjasamanya.

Peneliti :

Heryati Setyaningsih

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 80: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

65

Nomor :

Tanggal:

Data Personal

Nama :

Umur :

Kegiatan penanaman

No Barang/tenaga yg

dibutuhkan

Jumlah Satuan Harga

Satuan (Rp)

Umur

barang

(tahun)

Harga Sisa

(Rp)

Keterangan

lain

1 Tali no .......…

(kapling/pematang)

Roll

2 Tali no ……. (jangkar) Roll

3 Tali rafia (pengikat

rumput laut)

Roll

4 Pelampung (botol aqua

besar atau kecil)

Buah

5 Patok kayu Batang

6 Perahu Buah

7 Jangkar

(besi besar ……...kg)

Buah

8 Bibit …….

9 Dll (tuliskan) …….

10 …….. …….

11 …….. …….

Kegiatan pemanenan

No Barang/tenaga yg

dibutuhkan

Jumlah Satuan Harga

Satuan (Rp)

Umur

barang

(tahun)

Harga

Sisa (Rp)

Keterangan

lain

1 Para-para ukuran

..…..x…....m2

Buah

2 Terpal ukuran

..…..x..…. m2

.........

3 Karung Plastik

ukuran…....kg

Buah

4 Dll (tuliskan) ........

5 …….. …….

6 …….. …….

7 …….. …….

Umur barang adalah kondisi ketika secara teknis barang tersebut masih dapat dipakai

tetapi sudah tidak efisien karena biaya perawatan lebih mahal atau barang tersebut

sudah ketinggalan jaman.

Harga tersisa adalah nilai uang yang diterima jika barang tersebut dijual kepada

orang lain, ketika barang tersebut masih dapat dipakai tetapi sudah tidak efisien

karena biaya perawatan lebih mahal atau barang tersebut sudah ketinggalan jaman.

Page 81: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

66

Biaya tidak tetap yang dibutuhkan untuk 100 bentang rumput laut:

No Barang/tenaga yg

dibutuhkan

Jumlah Satuan Harga

Satuan

(Rp)

Harga /

musim

tanam (Rp)

Harga

per tahun

(Rp)

Keterangan

lain

1 Tenaga mengikat bibit ……..

2 Tenaga penanaman ……..

3 Penggantian botol aqua ……..

4 Tenaga panen ……..

5 Biaya penjemuran hasil

panen

……..

6 Biaya angkut ke rumah ……..

7 Dll (tuliskan) ……..

Biaya tidak tetap adalah biaya produksi yang jumlahnya berubah sesuai dengan

jumlah produksi yang dihasilkan

1. Sejak kapan mulai usaha budi daya rumput laut: …………….………………

2. Menjadi pembudi daya rumput laut merupakan kerja sambilan atau pokok: …

3. Luas lahan yang dimiliki….........……….. m2/musim tanam

4. Lahan milik sendiri /perusahaan/kelompok/sewa:..............................................

5. Biaya sewa/pajak lahan: Rp. ……………./tahun

6. Bibit

a. Asal:.................................................................................

b. Jenis:.................................................................................

c. Apakah bibit hanya dibeli satu kali pada awal usaha dan selanjutnya tidak

dilakukan lagi pembelian bibit? ………………………..

d. Jika bibit digunakan beberapa kali dalam musim tanam, sampai berapa

kali musim tanam? …….........................................................

7. Dalam satu tahun, musim bagus……….kali; musim kurang bagus…...…..kali

8. Pada musim bagus

a. Jumlah bentang sebanyak …………………. buah

b. Panjang bentang ………….m

c. Produksi rumput laut basah ………………....kg/musim tanam

d. Produksi rumput laut kering ………………...kg/musim tanam

e. Musim tanam ………….….hari

f. Harga jual rumput laut basah Rp. ……….…../kg

g. Harga jual rumput laut kering Rp. …………../kg

Page 82: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

67

9. Pada musim kurang bagus

a. Jumlah bentang sebanyak …………………...buah

b. Panjang bentang ………….m

c. Produksi rumput laut basah ………………….kg/musim tanam

d. Produksi rumput laut kering ………………....kg/musim tanam

e. Musim tanam ……………..hari

f. Harga jual rumput laut basah Rp. ……………/kg

g. Harga jual rumput laut kering Rp. ………….../kg

10. Hama dan Penyakit

a. Penyakit………………………………sebab…......….…………………....

penanganannya……………….....................................................................

b. Penyakit ………………………………sebab………...…………………...

penanganannya…………………………………………………………….

11. Adakah proses pengolahan setelah rumput laut dijemur dan kering?

a. Rumput laut kering diolah menjadi………………..............................……

b. Biaya pengolahannya Rp. ……………………/kg

12. Pemasaran

a. Dipasarkan ke............................................………………………………..

b. Harga Rp. …………../kg

13. Faktor kegagalan pada proses:

a. Produksi:…………………………………………………………………..

b. Pengolahan:……………………………………………………………….

c. Pemanenan:………………………………………………………………..

d. Pemasaran:………………………………………………………………...

14. Pernahkah study banding?

a. tentang teknis produksi rumput laut?

b. tentang pentingnya bergabung dalam kelembagaan kelompok usaha?

c. difasilitasi oleh:………………………........................................................

15. Kerjasama usaha

a. adakah kerjasama dengan pihak lain?.........................................................

b. dengan.........................................................................................................

c. dalam hal.....................................................................................................

Page 83: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

68

16. Apakah sudah bergabung dalam suatu Kelompok Usaha Bersama?..................

17. Nama kelompoknya:…………………………………………………………...

18. Fasilitas/bantuan berasal dari siapa saja ……………………………………….

19. Fasilitas/bantuan apa saja yang diberikan? .....................................................

..........................................................................................................................

20. Apa perbedaan antara sebelum dan sesudah ikut kelompok…………………...

………………………………………………………………………………….

Page 84: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

Lampiran 2. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategis

internal dan eksternal

Dimohon agar kuesioner ini dapat diisi secara obyektif dan benar, karena data ini akan

digunakan untuk penelitian tesis dengan tujuan ilmiah sehingga diperlukan data yang

valid dan akurat. Terima kasih atas kerjasamanya.

Peneliti :

Heryati Setyaningsih

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 85: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

70

KUESIONER UNTUK PAKAR

Nomor :

Tanggal :

Nama :

Jabatan :

Instansi :

1. Bagaimana pemda memandang pembudi daya rumput laut?

2. Bagaimana meningkatkan produktivitasnya?

3. Bagaimana meningkatkan kapasitas produksinya?

4. Komoditas apa saja yang ditingkatkan dan menjadi penggerak ekonomi lokal?

5. Solusi yang dilakukan:

6. Kebijakan terkait dengan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa:

7. Permasalahan yang dihadapi

a. SDM

b. Pengelolaan usaha budi daya rumput laut

c. Modal

d.

8. Apa saja kekuatan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa?

9. Apa saja kelemahan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa?

10. Apa saja ancaman usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa?

11. Apa saja peluang usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa?

Page 86: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

71

Kuesioner penentuan bobot dan rating faktor internal dan eksternal

Pemberian nilai peringkat terhadap peluang

Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kemampuan usaha dalam meraih

peluang yang ada.

Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut :

Nilai 4, Jika usaha mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam meraih

peluang.

Nilai 3, Jika usaha mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih peluang.

Nilai 2, Jika usaha mempunyai kemampuan sedang dalam meraih peluang.

Nilai 1, Jika usaha mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam meraih

peluang.

Menurut Bapak/Ibu bagaimana kemampuan usaha dalam memanfaatkan peluang

berikut:

Peluang 4 3 2 1

Persyaratan mutu produk yang mudah dipenuhi

Permintaan rumput laut sangat besar

Hubungan baik dengan supplier

Citra positif rumput laut asal Karimunjawa

Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha

Pemberian nilai peringkat terhadap ancaman

Pemberian nilai peringkat didasarkan pada besarnya ancaman dalam

mempengaruhi keberadaan usaha.

Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut :

Nilai 1, Jika faktor ancaman sangat kuat mempengaruhi usaha.

Nilai 2, Jika faktor ancaman kuat mempengaruhi usaha.

Nilai 3, Jika faktor ancaman akan memberikan pengaruh biasa terhadap usaha.

Nilai 4, Jika faktor ancaman tidak akan memberikan pengaruh terhadap usaha.

Menurut Bapak/Ibu bagaimana usaha dipengaruhi oleh faktor ancaman berikut:

Ancaman 4 3 2 1

Banyak pesaing dari daerah lain

Fluktuasi harga rumput laut di tingkat dunia

Adanya hama dan penyakit

Pengaruh perubahan musim

Page 87: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

72

Pemberian nilai peringkat terhadap kekuatan

Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kekuatan usaha dibandingkan pesaing

utama atau rata-rata usaha.

Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut :

Nilai 4, Jika faktor tersebut sangat baik bila dibandingkan dengan usaha pesaing.

Nilai 3, Jika faktor tersebut baik bila dibandingkan dengan usaha pesaing.

Nilai 2, Jika faktor tersebut cukup baik bila dibandingkan dengan usaha pesaing.

Nilai 1, Jika faktor tersebut tidak lebih baik bila dibandingkan dengan usaha

pesaing.

Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi usaha bila dibandingkan dengan usaha

pesaing utama atau rata-rata usaha dalam hal faktor kekuatan yang dimiliki usaha:

Kekuatan 4 3 2 1

Potensi lahan budi daya masih besar

Sarana prasarana produksi mudah diperoleh

Masa produksi singkat

Teknik budi daya sederhana

Tenaga kerja dari lingkungan sekitar

Pemberian nilai peringkat terhadap kelemahan

Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kelemahan usaha dibandingkan

pesaing utama atau rata-rata.

Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut :

Nilai 1, Jika faktor tersebut lebih lemah bila dibandingkan dengan usaha pesaing.

Nilai 2, Jika faktor tesebut sedang bila dibandingkan dengan usaha pesaing.

Nilai 3, Jika faktor tersebut tidak lebih lemah bila dibandingkan dengan usaha

pesaing.

Nilai 4, Jika faktor tersebut sangat tidak lebih lemah bila dibandingkan dengan

usaha pesaing.

Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi usaha bila dibandingkan dengan usaha

pesaing utama atau rata-rata usaha dalam hal faktor-faktor kelemahan yang

dimiliki usaha:

Kelemahan 4 3 2 1

Kekurangan modal untuk pengembangan usaha

Hasil produksi belum optimal

Kelompok usaha kurang diberdayakan

Sulit mendapatkan bibit berkualitas

Pemilik usaha kurang inovatif

Page 88: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

73

Pembobotan terhadap peluang dan ancaman

Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor

secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap usaha budi daya

rumput laut.

Contoh:

1. “Banyak pesaing dari daerah lain” (B pada baris/vertikal) lebih penting

daripada “Fluktuasi harga di tingkat dunia” (A pada kolom/horizontal), maka

nilainya = 1.

2. “Banyak pesaing dari daerah lain” (B pada baris/vertikal) sama penting

daripada “Fluktuasi harga di tingkat dunia” (A pada kolom/horizontal), maka

nilainya = 2.

3. “Banyak pesaing dari daerah lain” (B pada baris/vertikal) tidak lebih penting

daripada “Fluktuasi harga di tingkat dunia” (A pada kolom/horizontal), maka

nilainya = 3.

Catatan:

Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 terhadap kolom

dan harus konsisten.

Faktor Penentu A B C D E F G H I

Persyaratan mutu produk mudah dipenuhi

A

Permintaan rumput laut sangat besar

B

Hubungan baik dengan supplier

C

Citra positif rumput laut asal Karimunjawa

D

Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha

E

Banyak pesaing dari daerah lain

F

Fluktuasi harga rumput laut di tingkat dunia

G

Adanya hama dan penyakit

H

Pengaruh perubahan musim

I

Pembobotan terhadap kekuatan dan kelemahan

Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor

secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap usaha budi daya

rumput laut.

Contoh:

1. “Masa produksi singkat” (B pada baris/vertikal) lebih penting daripada

“Teknik budi daya sederhana” (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 1.

Page 89: KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus ...

74

2. “Masa produksi singkat” (B pada baris/vertikal) sama penting daripada

“Teknik budi daya sederhana” (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 2.

3. “Masa produksi singkat” (B pada baris/vertikal) tidak lebih penting daripada

“Teknik budi daya sederhana” (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 3.

Catatan:

Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 (huruf cetak

miring) terhadap kolom 1 (huruf cetak tegak) dan harus konsisten.

Faktor Penentu A B C D E F G H I J

Potensi lahan budi daya masih besar

A

Sarana prasarana produksi mudah

diperoleh

B

Masa produksi singkat

C

Teknik budi daya sederhana

D

Tenaga kerja dari lingkungan sekitar

E

Kekurangan modal untuk pengembangan

usaha

F

Hasil produksi belum optimal

G

Kelompok usaha kurang diberdayakan

H

Sulit mendapatkan bibit berkualitas

I

Pemilik usaha kurang inovatif

J