BAB II_8.pdf
-
Upload
gilang-zagcyyii -
Category
Documents
-
view
43 -
download
2
Transcript of BAB II_8.pdf
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Lansia
a. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak
proporsional (Nugroho, 2008).
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang
saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang
menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum
proses menua di definisikan sebagai perubahan yang terkait waktu,
-
11
bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan tersebut
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan untuk dapat bertahan hidup (Nugroho, 2008).
b. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya
(Nugroho, 2008). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Tipe arif bijaksana
2) Tipe mandiri
3) Tipe tidak puas
4) Tipe pasrah
5) Tipe bingung
c. Tipe Kepribadian lansia
Menurut Kuntjoro dalam Azizah (2011) adalah sebagai berikut :
1) Tipe kepribadian konstruktif (constraction personality)
Orang ini memiliki integritas baik, menikmati hidupnya, toleransi
tinggi dan fleksibel. Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami
gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua, bisa menerima fakta
proses menua dan menghadapi masa pensiun dengan bijaksana dan
menghadapi kematian dengan penuh kesiapan fisik dan mental.
-
12
2) Tipe kepribadian mandiri (independent personality)
Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome,
apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi.
3) Tipe kepribadian tergantung (dependent personality)
Tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak
bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi sedih yang mendalam. Tipe lansia ini
senang mengalami pensiun, tidak punya inisiatif, pasif tetapi masih tau
diri dan masih dapat diterima oleh masyarakat.
4) Tipe kepribadian bermusuhan (hostile personality)
Lanjut usia pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak
puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang tidak
diperhitungkan sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menurun.
Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu
mengeluh dan curiga. Menjadi tua tidak ada yang dianggap baik, takut
mati dan iri hati dengan yang muda.
-
13
5) Tipe kepribadian defensive
Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak terkontrol, bersifat
kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa
pensiun.
6) Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality)
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya
sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
Selalu menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi dan merasa korban
dari keadaan.
d. Perubahan pada Lansia
1) Perubahan fisik
a) Sistem Indera
Lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa
lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh
atau dekat berkurang, penggunaan kacamata dan sistem
penerangan yang baik dapat digunakan. Sistem pendengaran,
presbiakusis (gengguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam (Nugroho,
2008).
b) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada kolagen merupakan penyebab turunnya
fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa
-
14
nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,
kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, berjalan dan
hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Azizah, 2011).
c) Sistem Kardovaskuler dan Respirasi
(1) Masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena
perubahan pada jaringan ikat, konsumsi oksigen pada tingkat
maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun (Azizah,
2011).
(2) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik napas lebih berat, ukuran alveoli melebar dan
jumlahnya berkurang, reflex dan kemampuan untuk batuk
berkurang (Nugroho, 2008).
d) Sistem Perkemihan
Menurut Ebersole dan Hess dalam Azizah (2011), pola
berkemih tidak normal, seperti banyak berkemih di malam hari,
sehingga mengharuskan mereka pergi ke toilet sepanjang malam.
Hal ini menunjukkan inkontinensia urin meningkat.
e) Sistem Saraf
Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Koordinasi keseimbangan,
-
15
kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan peningkatan waktu
reaksi (Surini dan Utomo dalam Azizah, 2011).
f) Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada laki-
laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur (Watson dalam Azizah,
2011).
2) Perubahan Kognitif
a) Memori (Daya Ingat, Ingatan)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari
yang lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka
pendek atau seketika (0-10 menit). Kenangan buruk (bisa kearah
demensia) (Nugroho, 2008).
b) Intelegentia Quocient (IQ)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal. Penampilan, persepsi, dan keterampilan psikomotor
berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan kerena
tekanan faktor waktu (Nugroho, 2008).
3) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial menurut Azizah (2011) meliputi :
a) Pensiun
-
16
b) Perubahan aspek kepribadian
c) Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
d) Perubahan Minat dan penurunan fungsi dan potensi seksual
e. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut burnside (1979), Duvall (1977), dan Havighurst (1953) yang
dikutip oleh potter dan Perry dalam Azizah (2011), ada tujuh kategori
utama tugas perkembangan lansia meliputi :
1) Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
2) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
3) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
4) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
5) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
6) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
2. Depresi
a. Pengertian
Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang paling umum
terjadi pada lansia. Seseorang dengan depresi dan khususnya lansia yang
mengalami depresi mengalami peningkatan resiko bunuh diri. Orang tua
yang mengalami depresi mungkin enggan untuk mengakui terjadinya
perubahan mood dan juga perasaan sedih (Menzel, 2008).
-
17
Menurut Nugroho (2008) depresi adalah suatu perasaan sedih dan
pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa
serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang
mendalam. Menurut Hudak dan Gallo dalam Azizah (2011), gangguan
depresi merupakan keluhan umum pada lanjut usia dan merupakan
penyebab tindakan bunuh diri. Sedangkan menurut Lau dan Eley dalam
Lewis et al (2011) depresi adalah gangguan yang kompleks dan
multifaktorial, merupakan efek yang melibatkan interaksi genetik dan
risiko lingkungan.
Depresi mayor adalah suasana hati (afek) yang sedih atau kehilangan
minat atau kesenangan dalam semua aktifitas selama sekurang-kurangnya
dua minggu yang disertai dengan beberapa gejala yang berhubungan,
seperti kehilangan berat badan dan kesulitan berkonsentrasi (Idrus, 2007).
Beck dalam Wibianto (2010) mendefinisikan depresi sebagai keadaan
abnormal organisme yang dimanifestasikan dengan tanda symptom-
simptom seperti menurunnya mood subjektif, rasa pesimis dan sikap
nihilstik, kehilangan kespontanan, dan gejala vegetative (seperti kehilangan
berat badandan gangguan tidur). Depresi juga merupakan kompleks
gangguan yang meliputi gangguan afeksi, kognisi motivasi dan komponen
perilaku.
Stuart dalam Setiawan (2011) berpendapat bahwa depresi atau
melankolia adalah suatu kesedihan dan perasaan yang berkepanjangan atau
-
18
abnormal. Dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena,
seperti tanda, gejala, sindrom, emosional, reaksi.
b. Etiologi
Etiologi depresi secara pasti belum diketahui, ada beberapa hipotesis
yang berhubungan dengan faktor biologik dan psikososial.
1) Faktor Biologik
a) Biogenik Amin. Biogenik amin ini dilepaskan dalam ruang sinaps
sebagai neurotransmiter. Neurotransmiter yang banyak berperan
pada depresi adalah norepinefrin dan serotonin ( Idrus, 2007 ).
b) Hormonal
Pada depresi ditemukan hiperaktivitas aksis sistem limbic
hipotalamus-hipofisis-adrenal yang menyebabkan peningkatan
sekresi kortisol. Selain itu juga ditemukan juga penurunan hormon
lain seperti GH, LH, FSH, dan testosterone ( Idrus, 2007 ).
c) Tidur
Pada depresi ditemukan peningkatan aktivitas rapid eye movement
(REM) pada fase awal memasuki tidur dan penurunan REM pada
fase latensi ( Idrus, 2007 ).
d) Genetik
Gangguan ini diturunkan dalam keluarga. Jika salah seorang dari
orang tua mempunyai riwayat depresi maka 27 % anaknya akan
menderita gangguan tersebut. Sedangkan bila kedua orang tuanya
-
19
menderita depresi maka kemungkinanya meningkat menjadi 50
75 % ( Idrus, 2007 ).
2) Faktor Psikososial
a) Peristiwa dalam kehidupan dan stres lingkungan. Para klinikus
percaya bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan penting
dalam terjadinya depresi ( Idrus, 2007 ).
b) Kepribadian premorbid Tipe kepribadian tertentu seperti
kepribadian dependen, obsesi kompulsif dan histrionik mempunyai
risiko lebih besar untuk menjadi depresi dibanding dengan
kepribadian anti sosial dan paranoid ( Idrus, 2007 ).
c) Faktor psiko-analitik. Menurut Karl Abraham manifestasi penyakit
depresi dicetuskan karena kehilangan objek libidinal di mana
terjadi penurunan fungsi ego ( Idrus, 2007 ).
c. Faktor Resiko Depresi
Menurut Kaplan dan Saddock dalam Setiawan (2011), faktor resiko
dari depresi dipengaruhi oleh :
1) Umur, rata-rata usia onset untuk depresi berat adalah kira-kira 40
tahun, 50 % dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 50
tahun. Gangguan depresif berat juga mungkin memiliki onset selama
masa anak-anak atau pada lanjut usia, walaupun hal tersebut jarang
terjadi.
-
20
2) Jenis kelamin, terdapat prevalensi gangguan depresi berat yang dua
kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Alasan adanya
perbedaan telah didalilkan sebagai melibatkan perbedaan hormonal,
perbedaan stressor psikososial bagi perempuan dan laki-laki.
3) Status perkawinan, pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi
paling sering pada orang-orang yang tidak memiliki hubungan
interpersonal yang erat atau karena perceraian atau berpisah dengan
pasangan.
4) Status fungsional baru, adanya perubahan seperti pindah ke lingkungan
baru, pekerjaan baru, hilangnya hubungan yang akrab, kondisi sakit,
adalah sebagian dari beberapa kejadian yang menyebabkan seseorang
menjadi depresi.
d. Tanda dan Gejala
Menurut Kelliat dalam Azizah (2011), perilaku yang berhubungan
dengan depresi meliputi beberapa aspek seperti :
1) Afektif
Kemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan,
kemurungan, rasa bersalah, ketidakberdayaan, keputusasaan, kesepian,
harga diri rendah, kesedihan.
-
21
2) Fisiologik
Nyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing,
keletihan, gangguan pencernaan, insomnia. Perubahan haid, makan
berlebihan/kurang, gangguan tidur, dan perubahan berat badan.
3) Kognitif
Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri
sendiri, pikiran yang destruktif tentang diri sendiri, pesimis,
ketidakpastian.
4) Perilaku
Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas, kecanduan
obat, intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat
tergantung, kebersihan diri yang kurang, isolasi sosial, mudah
menangis, dan menarik diri.
Menurut Maslim (2002) dalam PPDGJ-III, tingkatan depresi ada 3
berdasarkan gejala-gejalanya yaitu :
1) Depresi Ringan
Gejala :
a) Kehilangan minat dan kegembiraan.
b) Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
-
22
c) Konsentrasi dan perhatian yang kurang.
d) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.
e) Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu.
f) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukan.
2) Depresi Sedang
Gejala :
a) Kehilangan minat dan kegembiraan
b) Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
c) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
d) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
e) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
f) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
g) Lamanya gejala tersebut berlangsung minimum 2 minggu
h) Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga
3) Depresi Berat
Gejala :
a) Mood depresif
-
23
b) Kehilangan minat dan kegembiraan
c) Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
d) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
e) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
f) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
g) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
h) Tidur terganggu
i) Disertai waham, halusinasi
j) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu.
e. Bentuk Depresi
Depresi dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :
1) Depresi ringan (mild), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga
gejala utama ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala tambahan
yang sudah berlangsung sekurang-kurangnya selama dua minggu. Dan
tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya ( Idrus, 2007 ).
2) Depresi sedang (moderate), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari
tiga gejala utama ditambah sekurang-kurangnya tiga (sebaiknya
empat) gejala tambahan ( Idrus, 2007 ).
-
24
3) Depresi berat (severe), jika terdapat tiga gejala utama ditambah
sekurang-kurangnya empat gejala tambahan, beberapa di antaranya
harus berintensitas berat ( Idrus, 2007 ).
f. Penatalaksanaan Depresi
Penatalaksanaan depresi menurut Agus dalam Setiawan (2011) antara
lain yaitu :
1) Terapi Fisik
Pemberian anti-depresan pada usia lanjut, sama seperti pemberian
psikotropika pada umumnya harus hati-hati. Umumnya diperlukan
dosis yang leebih kecil daripada orang dewasakarena dikhawatirkan
terjadi akumulasi akibat fungsi ginjal yang sudah kurang baik.
2) Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan gangguan
depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien adalah sangat
penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, diantaranya
ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada lanjut usia.
Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk
meredakan perasaan frustasi dan putus asa, merubah dan memperbaiki
sikap atau struktur dalam keluarga yang menghambat proses
penyembuhan pasien.
-
25
3) Terapi kognitif-perilaku
Bertujuan mengubah pola pikirpasien yang selalu negatif (persepsi diri
yang buruk, masa depan yang suram, dunia yang tak ramah, diri yang
tak berguna lagi, tak mampu dan sebagainya) ke arah pola piker yang
netral atau positif. Ternyata pasien lanjut usia dengan depresi dapat
menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara
singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas,
terapi kognitif-perilaku bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir.
4) Terapi Seni
Menurut The American Art Therapy Association dalam
Mukhlis (2011), terapi seni banyak digunakan sebagai sarana
menyelesaikan konflik emosional, meningkatkan kesadaran diri,
mengembangkan keterampilan sosial, mengontrol perilaku,
menyelesaikan permasalahan, mengurangi kecemasan, mengerahkan
realitas, meningkatkan harga diri dan berbagai gangguan psikologis
lainnya. Sedangkan menurut Case dan Dalley dalam Mukhlis (2011),
terapi seni merupakan salah satu jenis dari berbagai jenis terapi
ekspresif melibatkan individu dalam aktivitas kreatif dalam bentuk
penciptaan (karya atau produk) seni.
Holt dan Kaiser dalam Mukhlis (2011) mengatakan bahwa
melalui aktifitas seni tersebut individu diasumsikan mendapat media
-
26
paling aman untuk memfasilitasi komunikasi melalui eksplorasi
pikiran, persepsi, keyakinan, dan pengalaman, khususnya emosi.
g. Pengukuran Tingkat Depresi
Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan
gejala yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi harus dilakukan
pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan dapat
dipercaya serta valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada lansia
(Azizah, 2011).
Geriatric Depression Scale (GDS) dan Beck Depression Inventory
(BDI). Tetapi alat yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
Beck Depression Inventory (BDI). Beck Depression Inventory (BDI)
merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan untuk
mengukur tingkat keparahan depresi. BDI dikembangkan untuk menilai
jenis dan tingkat keparahan depresi berdasarkan gejala (Beck dalam Ahn
jo et al, 2006).
Instrumen ini terdiri dari 21 item yang memuat tentang kesedihan
pesimisme, perasaan gagal, perasaan tidak puas, perasaan bersalah atau
berdosa, perasaan dihukum, rasa benci pada diri sendiri, mudah
tersinggung,menarik diri dari lingkungan sosial, tidak mampu mengambil
keputusan, penyimpangan citra tubuh, kelambanan dalam bekerja,
menangis, gangguan tidur, kelelahan, hilangnya nafsu makan, penurunan
berat badan, kecemasan fisik, dan penurunan libido (Setiawan, 2011).
-
27
3. Terapi Clay
a. Pengertian
Clay dalam arti sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat
dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan
yang nantinya bisa dibuat aneka bentuk. Clay juga merupakan salah satu
alat permainan edukatif (APE), dikatakan termasuk APE karena clay dapat
mendorong aktivitas dan kreativitas (Eliyawati dalam Listiana, 2012).
Clay adalah semacam bahan yang menyerupai lilin, lembut, mudah
dibentuk, dapat mengeras, mengering dengan sendirinya, dan bersifat anti
racun. Penggunaannya aman bagi siapapun, termasuk anak-anak. Clay
memiliki struktur yang sangat liat sehingga sangat mudah dibentuk
menjadi apapun. Hanya dengan mengeringkannya, maka clay yang sudah
dibentuk akan mengeras ( Monica, 2007).
Di antara terapi seni, terapi clay mempunyai kontribusi yang besar
dalam proses terapi. Penyembuhan melalui terapi clay diantaranya yaitu
tanggap terhadap perasaan, mengekspresikan perasaan, mengetahui
sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui, dapat melihat yang tidak
terlihat, memahami sesuatu yang tidak dapat dipahami, meraba ekspresi
(Sherwood, 2004).
Clay adalah bahan yang sering digunakan dalam terapi seni dan
psikoterapi. Banyak yang menganjurkan penggunaan clay sebagai alat
dalam proses terapi individu dan kelompok. Produk clay yang dikenal
-
28
dalam sejak jaman prasejarah yaitu dalam bentuk vas, pot, dan simbolis
tokoh-tokoh, termasuk juga tokoh-tokoh manusia (Sholt dan Gavron,
2006). Menurut Sholt dan Gavron (2006) tujuan terapi clay diantaranya :
1) Memfasilitasi ekspresi emosi
Clay digambarkan sebagai alat untuk memfasilitasi dan
memungkinkan dalam mengekspresikan perasaan. Dalam proses
pembuatan clay terdapat beberapa teknik yang dapat mengekspresikan
rasa marah, seperti menggaruk, menggenggam, menusuk, melempar,
dan sebagainya.
2) Memfasilitasi katarsiss
Jorstad dan Anderson dalam Sholt dan Gavron (2006)
menggambarkan sebuah efek katarsis dari penggunaan clay dalam
psikoterapi. Intensitas keterlibatan emosional saat bekerja dengan clay
akan membangkitkan suatu respon afektif, seperti kenangan, pikiran,
dan fantasi.
3) Mengungkap kesadaran
Salah satu aspek dari efek katarsis adalah untuk membawa ide-
ide, perasaan, keinginan, dan kenangan dari masa lalu.
4) Memfasilitasi ekspresi yang kaya dan mendalam.
Clay bekerja sebagai alat komunikasi, clay dapat
mengekspresikan makna tentang kepemilikan, misteri, jebakan,
kesempurnaan, dendam, dan kebodohan.
-
29
5) Memfasilitasi komunikasi.
Jorstad (1965) melaporkan bahwa komunikasi verbal menjadi
lebih mudah, pengalaman dan wawasan meningkat dalam situasi
terapi.
6) Konkretisasi dan simbolisasi
Konkretisasi mengacu pada proses di mana pikiran, perasaan,
fantasi, dan konflik yang diwujudkan dalam benda-benda konkret.
Lowenfeld dalam Henley dan David R (1991) menggambarkan
penggunaan clay sebagai sarana untuk mengembangkan kesadaran diri,
citra diri, dan konsep diri, dan sebagai sarana memperkuat hubungan
antara diri sendiri dan orang lain.
Dalam terapi clay, sebuah format terstruktur bekerja yang termasuk
pembukaan, kerja, diskusi, dan penutupan. Kegiatan terapi diadakan di
sebuah ruangan yang cukup terang, tenang, dan nyaman (Yaretzky,
Abraham,Levinson dan Malca, 1996).
b. Jenis Clay
Adonan clay merupakan sejenis adonan menyerupai adonan keramik.
Clay yang telah dibentuk bisa mengeras dan bisa dimanfaatkan sebagai
hiasan sesuai kebutuhan (Indira, 2007).
Ada beberapa jenis clay, diantaranya adalah :
-
30
1) Lilin Malam ( color clay)
Lilin mainan fisiknya lentur dan halus, membuatnya mudah
dibentuk menjadi apa saja, sudah mempunyai warna dan tidak bisa
mengeras (Stephani, 2010).
2) Paper clay
Paper clay dibuat dari campuran kertas yang direndam dalam
air dan lem. Clay ini biasanya berwarna putih dan harus diberi cat
apabila ingin menghasilkan clay yang berwarna-warni,dan dapat
mengeras dengan cara diangin-anginkan. Adapun paperclay
merupakan clay yang pengeringannya dilakukan di udara terbuka
(Indira, 2007).
3) Plastisin Clay (Clay Tepung)
Plastisin clay dapat dibuat sendiri dengan menggunakan
tepung maizena, tapioka, tepung beras, dan benzoate yang
dicampur lem putih (Indira, 2006). Menurut Eliyawati dalam
Listiana, (2012), Clay tepung merupakan salah satu alat permainan
edukatif (APE), Clay dapat mengembangkan aspek perkembangan,
mendorong aktivitas dan kreatvitas.
Dalam bukunya yang berjudul Kreasi Daur Ulang Membuat
Clay, Paluzi (2007) menyebutkan bentuk dasar clay-plastisin (clay
tepung) ada beberapa macam seperti bulat telur, tetes air, spiral,
bulat, keriting, tabung, tali, tetes air dua sisi, dan gulung.
-
31
4) Polymer Clay
Polymerclay merupakan clay yang sering digunakan untuk
membuat karakter. Polymerclay ini terdiri dari berbagai macam
warna. Proses pengeringan polymerclay harus dipanggang dalam
oven atau dibakar dalam pembakaran khusus (Indira, 2007).
5) Clay Asli (Tanah Liat)
Tanah liat dengan sifatnya yang mudah dibentuk, lunak dan
elastis banyak digunakan untuk barang-barang kerajinan. Mulai
dari yang kasar seperti tungku, sampai dengan yang halus, seperti
guci hiasan (Subarnas, 2007).
c. Teknik Dasar Membuat Clay
Ada beberapa teknik dasar dalam pembuatan clay, menurut Schubert
(2009) ada sepuluh teknik dasar dalam pembuatan clay diantaranya
adalah:
1) Menggulung
Teknik ini digunakan untuk membuat bulatan menggunakan kedua
telapak tangan
2) Menggilas
Membentuk lembaran menggunakan kayu bulat atau spidol. Ada
dua macam teknik menggilas. Pertama menggilas dengan
ketebalan yang sesuai dengan keinginan sendiri. Kedua, menggilas
dengan pengukur ketebalan.
-
32
3) Menekan
a) Menekan dengan telunjuk. Letakkan malam diatas meja lalu
tekan dengan telunjuk.
b) Menekan dengan telunjuk disertai tarikan. Letakkan malam
diatas mejadan tekan dengan jari telunjuk kemudian terik
kebawah.
c) Menekan dengan telunjuk dan telapak tangan. Letakkan malam
ditengah telapak tangan, kemudian tekan dengan jari telunjuk.
d) Menekan dengan jempol. Letakkan malam diatas meja atau
jepit diantara jempol dan telunjuk, kemudian tekan dengan
jempol.
e) Menekan dengan tumit telapak tangan. Letakkan malam diatas
mika atau meja kemudian tekan dengan tumit telapak tangan
f) Menekan dengan alat seperti pensil, tutup botol, kancing, baut
dan sisir. Letakkan malam diatas mika atau meja, kemudian
tekan menggunakan alat dengan bantuan telaak tangan.
4) Meremas
Meremas-remas atau menekan dengan ujung jari sampai menjadi
bentuk yang diinginkan.
5) Melinting
Menggunakan beberapa jari tangan , telapak tangan, atau alat
untuk membuat lintingan panjang atau bulatan.
-
33
6) Menggunting
Potong langsung malam dengan gunting atau tempelkan lilin
malam pada kain kasa , lalu gunting.
7) Memotong
Potong malam dengan alat ukir atau lembaran mika menjadi
bentuk yang diinginkan.
8) Mengukir
Ukir malam dengan alt ukir atau pensil.
9) Menyambung
Sambung langsung antar malam atau gunakan bantuan tusuk gigi
atau sedotan.
10) Menempel
Temple malam yang sudah atau belum dibentuk ke tempat yang
diinginkan
d. Pembuatan Clay
Indira (2006) dalam bukunya yang berjudul Kreasi Plastisin
menjelaskan bahan-bahan, peralatan dan cara membuat adonan clay-
plastisin. Peralatan yang diperlukan antara lain :
1) Lem Putih
2) Cat semprot bening
3) Pemotong adonan
4) Pulpen gel
-
34
5) Cat poster
Bahan adonan :
1) 1 kg tepung tapioca
2) 1 kg lem putih
3) 3 sendok makan benzoat
4) 2 buah sabun wangi warna putih
Cara membuat adonan :
1) Campur semua tepung kemudian diayak
2) Campur tepung dengan lem, kemudian uleni hingga rata.
Cara mewarnai :
1) Untuk membuat warna yang gelap, seperti warna merah, hijau tua,
atau biru tua, campurkan lebih banyak cat air.
2) Untuk warna yang lebih muda, terlebih dulu campurkan adonan
plastisin dengan warna putih, kemudian campurkan dengan warna
yang diinginkan. Sesudah adonan mengering warnanya akan
terlihat lebih tua.
-
35
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Depresi
a. Depresi ringan
b. Depresi sedang c. Depresi berat
(Idrus, 2007)
Terapi Clay
Terapi clay merupakan terapi dengan tujuan untuk memfasilitasi ekspresi emosi, memfasilitasi katarsis, mengungkap kesadaran, memfasilitasi ekspresi yang kaya dan mendalam, memfasilitasi komunikasi, konkretisasi dan simbolisasi (Sholt dan Gavron , 2006)
Faktor yang mempengaruhi depresi
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Status Perkawinan 4. Status fungsional baru :
lingkungan baru, kondisi sakit
(Kaplan dan Saddock dalam Setiawan, 2011)
Alat ukur depresi
1. Geriatric Depression Scale (GDS)
2. Beck Depression Inventory (Beck dalam Ahn jo et al, 2006)
Jenis-Jenis Clay :
1. Lilin malam/color clay (Stephani, 2010).
2. Plastisine clay/Clay tepung (Indira, 2006).
3. Clay asli/tanah liat (Subarnas, 2007)
4. Paper clay (Indira, 2007). 5. Polymer clay (Indira, 2007).
-
36
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Variabel Independent variable Dependent
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
D. Hipotesis
Menurut Saefuddin, A., Notodiputro, K. Anwar., Alamudi, A., dan Sadik,
K. (2009) dalam buku mereka yang berjudul satitiska dasar, hipotesis adalah
pernyataan tentative mengenai parameter peubah acak. Hipotesis menurut asal
katanya berarti pernyataan mengenai sesuatu yang tersembunyi sesuatu yang
tidak diketahui kebenarannya secara pasti.hipotesis biasanya dinyatakkan dalam
Terapi Clay
Tingkat Depresi Lansia
Variable Pengganggu
a. Lingkungan b. Aktivitas fisik c. Penyakit lain
-
37
bentuk pernyataan mengenai parameter paubah tertentu, hipotesis penelitian yaitu
hipotesis yang akan diselidiki kebenarannya melalui suatu penelitian.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ada pengaruh terapi clay dalam menurunkan tingkat depresi
lansia di unit rehabilitasi sosial Dewanata Cilacap.