BAB II_8.pdf

28
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lansia a. Pengertian Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008). Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008). Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum proses menua di definisikan sebagai perubahan yang terkait waktu,

Transcript of BAB II_8.pdf

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Lansia

    a. Pengertian

    Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

    kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,

    tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

    permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang

    berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,

    dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).

    Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

    kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut

    memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan

    semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak

    proporsional (Nugroho, 2008).

    Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang

    saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang

    menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum

    proses menua di definisikan sebagai perubahan yang terkait waktu,

  • 11

    bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan tersebut

    dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap

    lingkungan untuk dapat bertahan hidup (Nugroho, 2008).

    b. Tipe Lansia

    Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman

    hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya

    (Nugroho, 2008). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

    1) Tipe arif bijaksana

    2) Tipe mandiri

    3) Tipe tidak puas

    4) Tipe pasrah

    5) Tipe bingung

    c. Tipe Kepribadian lansia

    Menurut Kuntjoro dalam Azizah (2011) adalah sebagai berikut :

    1) Tipe kepribadian konstruktif (constraction personality)

    Orang ini memiliki integritas baik, menikmati hidupnya, toleransi

    tinggi dan fleksibel. Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami

    gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua, bisa menerima fakta

    proses menua dan menghadapi masa pensiun dengan bijaksana dan

    menghadapi kematian dengan penuh kesiapan fisik dan mental.

  • 12

    2) Tipe kepribadian mandiri (independent personality)

    Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome,

    apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat

    memberikan otonomi.

    3) Tipe kepribadian tergantung (dependent personality)

    Tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila

    kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak

    bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang

    ditinggalkan akan menjadi sedih yang mendalam. Tipe lansia ini

    senang mengalami pensiun, tidak punya inisiatif, pasif tetapi masih tau

    diri dan masih dapat diterima oleh masyarakat.

    4) Tipe kepribadian bermusuhan (hostile personality)

    Lanjut usia pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak

    puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang tidak

    diperhitungkan sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menurun.

    Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu

    mengeluh dan curiga. Menjadi tua tidak ada yang dianggap baik, takut

    mati dan iri hati dengan yang muda.

  • 13

    5) Tipe kepribadian defensive

    Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak terkontrol, bersifat

    kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa

    pensiun.

    6) Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality)

    Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya

    sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

    Selalu menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi dan merasa korban

    dari keadaan.

    d. Perubahan pada Lansia

    1) Perubahan fisik

    a) Sistem Indera

    Lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa

    lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh

    atau dekat berkurang, penggunaan kacamata dan sistem

    penerangan yang baik dapat digunakan. Sistem pendengaran,

    presbiakusis (gengguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya

    kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam (Nugroho,

    2008).

    b) Sistem Muskuloskeletal

    Perubahan pada kolagen merupakan penyebab turunnya

    fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa

  • 14

    nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,

    kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, berjalan dan

    hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Azizah, 2011).

    c) Sistem Kardovaskuler dan Respirasi

    (1) Masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi

    dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena

    perubahan pada jaringan ikat, konsumsi oksigen pada tingkat

    maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun (Azizah,

    2011).

    (2) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,

    menarik napas lebih berat, ukuran alveoli melebar dan

    jumlahnya berkurang, reflex dan kemampuan untuk batuk

    berkurang (Nugroho, 2008).

    d) Sistem Perkemihan

    Menurut Ebersole dan Hess dalam Azizah (2011), pola

    berkemih tidak normal, seperti banyak berkemih di malam hari,

    sehingga mengharuskan mereka pergi ke toilet sepanjang malam.

    Hal ini menunjukkan inkontinensia urin meningkat.

    e) Sistem Saraf

    Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan

    dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Koordinasi keseimbangan,

  • 15

    kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan peningkatan waktu

    reaksi (Surini dan Utomo dalam Azizah, 2011).

    f) Sistem Reproduksi

    Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan

    menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada laki-

    laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun

    adanya penurunan secara berangsur-angsur (Watson dalam Azizah,

    2011).

    2) Perubahan Kognitif

    a) Memori (Daya Ingat, Ingatan)

    Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari

    yang lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka

    pendek atau seketika (0-10 menit). Kenangan buruk (bisa kearah

    demensia) (Nugroho, 2008).

    b) Intelegentia Quocient (IQ)

    IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan

    verbal. Penampilan, persepsi, dan keterampilan psikomotor

    berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan kerena

    tekanan faktor waktu (Nugroho, 2008).

    3) Perubahan Psikososial

    Perubahan psikososial menurut Azizah (2011) meliputi :

    a) Pensiun

  • 16

    b) Perubahan aspek kepribadian

    c) Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

    d) Perubahan Minat dan penurunan fungsi dan potensi seksual

    e. Tugas Perkembangan Lansia

    Menurut burnside (1979), Duvall (1977), dan Havighurst (1953) yang

    dikutip oleh potter dan Perry dalam Azizah (2011), ada tujuh kategori

    utama tugas perkembangan lansia meliputi :

    1) Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

    2) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan

    3) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

    4) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup

    5) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

    6) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

    2. Depresi

    a. Pengertian

    Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang paling umum

    terjadi pada lansia. Seseorang dengan depresi dan khususnya lansia yang

    mengalami depresi mengalami peningkatan resiko bunuh diri. Orang tua

    yang mengalami depresi mungkin enggan untuk mengakui terjadinya

    perubahan mood dan juga perasaan sedih (Menzel, 2008).

  • 17

    Menurut Nugroho (2008) depresi adalah suatu perasaan sedih dan

    pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa

    serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang

    mendalam. Menurut Hudak dan Gallo dalam Azizah (2011), gangguan

    depresi merupakan keluhan umum pada lanjut usia dan merupakan

    penyebab tindakan bunuh diri. Sedangkan menurut Lau dan Eley dalam

    Lewis et al (2011) depresi adalah gangguan yang kompleks dan

    multifaktorial, merupakan efek yang melibatkan interaksi genetik dan

    risiko lingkungan.

    Depresi mayor adalah suasana hati (afek) yang sedih atau kehilangan

    minat atau kesenangan dalam semua aktifitas selama sekurang-kurangnya

    dua minggu yang disertai dengan beberapa gejala yang berhubungan,

    seperti kehilangan berat badan dan kesulitan berkonsentrasi (Idrus, 2007).

    Beck dalam Wibianto (2010) mendefinisikan depresi sebagai keadaan

    abnormal organisme yang dimanifestasikan dengan tanda symptom-

    simptom seperti menurunnya mood subjektif, rasa pesimis dan sikap

    nihilstik, kehilangan kespontanan, dan gejala vegetative (seperti kehilangan

    berat badandan gangguan tidur). Depresi juga merupakan kompleks

    gangguan yang meliputi gangguan afeksi, kognisi motivasi dan komponen

    perilaku.

    Stuart dalam Setiawan (2011) berpendapat bahwa depresi atau

    melankolia adalah suatu kesedihan dan perasaan yang berkepanjangan atau

  • 18

    abnormal. Dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena,

    seperti tanda, gejala, sindrom, emosional, reaksi.

    b. Etiologi

    Etiologi depresi secara pasti belum diketahui, ada beberapa hipotesis

    yang berhubungan dengan faktor biologik dan psikososial.

    1) Faktor Biologik

    a) Biogenik Amin. Biogenik amin ini dilepaskan dalam ruang sinaps

    sebagai neurotransmiter. Neurotransmiter yang banyak berperan

    pada depresi adalah norepinefrin dan serotonin ( Idrus, 2007 ).

    b) Hormonal

    Pada depresi ditemukan hiperaktivitas aksis sistem limbic

    hipotalamus-hipofisis-adrenal yang menyebabkan peningkatan

    sekresi kortisol. Selain itu juga ditemukan juga penurunan hormon

    lain seperti GH, LH, FSH, dan testosterone ( Idrus, 2007 ).

    c) Tidur

    Pada depresi ditemukan peningkatan aktivitas rapid eye movement

    (REM) pada fase awal memasuki tidur dan penurunan REM pada

    fase latensi ( Idrus, 2007 ).

    d) Genetik

    Gangguan ini diturunkan dalam keluarga. Jika salah seorang dari

    orang tua mempunyai riwayat depresi maka 27 % anaknya akan

    menderita gangguan tersebut. Sedangkan bila kedua orang tuanya

  • 19

    menderita depresi maka kemungkinanya meningkat menjadi 50

    75 % ( Idrus, 2007 ).

    2) Faktor Psikososial

    a) Peristiwa dalam kehidupan dan stres lingkungan. Para klinikus

    percaya bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan penting

    dalam terjadinya depresi ( Idrus, 2007 ).

    b) Kepribadian premorbid Tipe kepribadian tertentu seperti

    kepribadian dependen, obsesi kompulsif dan histrionik mempunyai

    risiko lebih besar untuk menjadi depresi dibanding dengan

    kepribadian anti sosial dan paranoid ( Idrus, 2007 ).

    c) Faktor psiko-analitik. Menurut Karl Abraham manifestasi penyakit

    depresi dicetuskan karena kehilangan objek libidinal di mana

    terjadi penurunan fungsi ego ( Idrus, 2007 ).

    c. Faktor Resiko Depresi

    Menurut Kaplan dan Saddock dalam Setiawan (2011), faktor resiko

    dari depresi dipengaruhi oleh :

    1) Umur, rata-rata usia onset untuk depresi berat adalah kira-kira 40

    tahun, 50 % dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 50

    tahun. Gangguan depresif berat juga mungkin memiliki onset selama

    masa anak-anak atau pada lanjut usia, walaupun hal tersebut jarang

    terjadi.

  • 20

    2) Jenis kelamin, terdapat prevalensi gangguan depresi berat yang dua

    kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Alasan adanya

    perbedaan telah didalilkan sebagai melibatkan perbedaan hormonal,

    perbedaan stressor psikososial bagi perempuan dan laki-laki.

    3) Status perkawinan, pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi

    paling sering pada orang-orang yang tidak memiliki hubungan

    interpersonal yang erat atau karena perceraian atau berpisah dengan

    pasangan.

    4) Status fungsional baru, adanya perubahan seperti pindah ke lingkungan

    baru, pekerjaan baru, hilangnya hubungan yang akrab, kondisi sakit,

    adalah sebagian dari beberapa kejadian yang menyebabkan seseorang

    menjadi depresi.

    d. Tanda dan Gejala

    Menurut Kelliat dalam Azizah (2011), perilaku yang berhubungan

    dengan depresi meliputi beberapa aspek seperti :

    1) Afektif

    Kemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan,

    kemurungan, rasa bersalah, ketidakberdayaan, keputusasaan, kesepian,

    harga diri rendah, kesedihan.

  • 21

    2) Fisiologik

    Nyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing,

    keletihan, gangguan pencernaan, insomnia. Perubahan haid, makan

    berlebihan/kurang, gangguan tidur, dan perubahan berat badan.

    3) Kognitif

    Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,

    kehilangan minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri

    sendiri, pikiran yang destruktif tentang diri sendiri, pesimis,

    ketidakpastian.

    4) Perilaku

    Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas, kecanduan

    obat, intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat

    tergantung, kebersihan diri yang kurang, isolasi sosial, mudah

    menangis, dan menarik diri.

    Menurut Maslim (2002) dalam PPDGJ-III, tingkatan depresi ada 3

    berdasarkan gejala-gejalanya yaitu :

    1) Depresi Ringan

    Gejala :

    a) Kehilangan minat dan kegembiraan.

    b) Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah

    lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan

    menurunnya aktivitas.

  • 22

    c) Konsentrasi dan perhatian yang kurang.

    d) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.

    e) Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2

    minggu.

    f) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang

    biasa dilakukan.

    2) Depresi Sedang

    Gejala :

    a) Kehilangan minat dan kegembiraan

    b) Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah

    lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan

    menurunnya aktivitas

    c) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

    d) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

    e) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

    f) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

    g) Lamanya gejala tersebut berlangsung minimum 2 minggu

    h) Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial,

    pekerjaan dan urusan rumah tangga

    3) Depresi Berat

    Gejala :

    a) Mood depresif

  • 23

    b) Kehilangan minat dan kegembiraan

    c) Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah

    lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan

    menurunnya aktivitas

    d) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

    e) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

    f) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

    g) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri

    h) Tidur terganggu

    i) Disertai waham, halusinasi

    j) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu.

    e. Bentuk Depresi

    Depresi dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :

    1) Depresi ringan (mild), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga

    gejala utama ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala tambahan

    yang sudah berlangsung sekurang-kurangnya selama dua minggu. Dan

    tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya ( Idrus, 2007 ).

    2) Depresi sedang (moderate), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari

    tiga gejala utama ditambah sekurang-kurangnya tiga (sebaiknya

    empat) gejala tambahan ( Idrus, 2007 ).

  • 24

    3) Depresi berat (severe), jika terdapat tiga gejala utama ditambah

    sekurang-kurangnya empat gejala tambahan, beberapa di antaranya

    harus berintensitas berat ( Idrus, 2007 ).

    f. Penatalaksanaan Depresi

    Penatalaksanaan depresi menurut Agus dalam Setiawan (2011) antara

    lain yaitu :

    1) Terapi Fisik

    Pemberian anti-depresan pada usia lanjut, sama seperti pemberian

    psikotropika pada umumnya harus hati-hati. Umumnya diperlukan

    dosis yang leebih kecil daripada orang dewasakarena dikhawatirkan

    terjadi akumulasi akibat fungsi ginjal yang sudah kurang baik.

    2) Terapi keluarga

    Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan gangguan

    depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien adalah sangat

    penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, diantaranya

    ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada lanjut usia.

    Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk

    meredakan perasaan frustasi dan putus asa, merubah dan memperbaiki

    sikap atau struktur dalam keluarga yang menghambat proses

    penyembuhan pasien.

  • 25

    3) Terapi kognitif-perilaku

    Bertujuan mengubah pola pikirpasien yang selalu negatif (persepsi diri

    yang buruk, masa depan yang suram, dunia yang tak ramah, diri yang

    tak berguna lagi, tak mampu dan sebagainya) ke arah pola piker yang

    netral atau positif. Ternyata pasien lanjut usia dengan depresi dapat

    menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara

    singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas,

    terapi kognitif-perilaku bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir.

    4) Terapi Seni

    Menurut The American Art Therapy Association dalam

    Mukhlis (2011), terapi seni banyak digunakan sebagai sarana

    menyelesaikan konflik emosional, meningkatkan kesadaran diri,

    mengembangkan keterampilan sosial, mengontrol perilaku,

    menyelesaikan permasalahan, mengurangi kecemasan, mengerahkan

    realitas, meningkatkan harga diri dan berbagai gangguan psikologis

    lainnya. Sedangkan menurut Case dan Dalley dalam Mukhlis (2011),

    terapi seni merupakan salah satu jenis dari berbagai jenis terapi

    ekspresif melibatkan individu dalam aktivitas kreatif dalam bentuk

    penciptaan (karya atau produk) seni.

    Holt dan Kaiser dalam Mukhlis (2011) mengatakan bahwa

    melalui aktifitas seni tersebut individu diasumsikan mendapat media

  • 26

    paling aman untuk memfasilitasi komunikasi melalui eksplorasi

    pikiran, persepsi, keyakinan, dan pengalaman, khususnya emosi.

    g. Pengukuran Tingkat Depresi

    Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan

    gejala yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi harus dilakukan

    pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan dapat

    dipercaya serta valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada lansia

    (Azizah, 2011).

    Geriatric Depression Scale (GDS) dan Beck Depression Inventory

    (BDI). Tetapi alat yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

    Beck Depression Inventory (BDI). Beck Depression Inventory (BDI)

    merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan untuk

    mengukur tingkat keparahan depresi. BDI dikembangkan untuk menilai

    jenis dan tingkat keparahan depresi berdasarkan gejala (Beck dalam Ahn

    jo et al, 2006).

    Instrumen ini terdiri dari 21 item yang memuat tentang kesedihan

    pesimisme, perasaan gagal, perasaan tidak puas, perasaan bersalah atau

    berdosa, perasaan dihukum, rasa benci pada diri sendiri, mudah

    tersinggung,menarik diri dari lingkungan sosial, tidak mampu mengambil

    keputusan, penyimpangan citra tubuh, kelambanan dalam bekerja,

    menangis, gangguan tidur, kelelahan, hilangnya nafsu makan, penurunan

    berat badan, kecemasan fisik, dan penurunan libido (Setiawan, 2011).

  • 27

    3. Terapi Clay

    a. Pengertian

    Clay dalam arti sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat

    dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan

    yang nantinya bisa dibuat aneka bentuk. Clay juga merupakan salah satu

    alat permainan edukatif (APE), dikatakan termasuk APE karena clay dapat

    mendorong aktivitas dan kreativitas (Eliyawati dalam Listiana, 2012).

    Clay adalah semacam bahan yang menyerupai lilin, lembut, mudah

    dibentuk, dapat mengeras, mengering dengan sendirinya, dan bersifat anti

    racun. Penggunaannya aman bagi siapapun, termasuk anak-anak. Clay

    memiliki struktur yang sangat liat sehingga sangat mudah dibentuk

    menjadi apapun. Hanya dengan mengeringkannya, maka clay yang sudah

    dibentuk akan mengeras ( Monica, 2007).

    Di antara terapi seni, terapi clay mempunyai kontribusi yang besar

    dalam proses terapi. Penyembuhan melalui terapi clay diantaranya yaitu

    tanggap terhadap perasaan, mengekspresikan perasaan, mengetahui

    sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui, dapat melihat yang tidak

    terlihat, memahami sesuatu yang tidak dapat dipahami, meraba ekspresi

    (Sherwood, 2004).

    Clay adalah bahan yang sering digunakan dalam terapi seni dan

    psikoterapi. Banyak yang menganjurkan penggunaan clay sebagai alat

    dalam proses terapi individu dan kelompok. Produk clay yang dikenal

  • 28

    dalam sejak jaman prasejarah yaitu dalam bentuk vas, pot, dan simbolis

    tokoh-tokoh, termasuk juga tokoh-tokoh manusia (Sholt dan Gavron,

    2006). Menurut Sholt dan Gavron (2006) tujuan terapi clay diantaranya :

    1) Memfasilitasi ekspresi emosi

    Clay digambarkan sebagai alat untuk memfasilitasi dan

    memungkinkan dalam mengekspresikan perasaan. Dalam proses

    pembuatan clay terdapat beberapa teknik yang dapat mengekspresikan

    rasa marah, seperti menggaruk, menggenggam, menusuk, melempar,

    dan sebagainya.

    2) Memfasilitasi katarsiss

    Jorstad dan Anderson dalam Sholt dan Gavron (2006)

    menggambarkan sebuah efek katarsis dari penggunaan clay dalam

    psikoterapi. Intensitas keterlibatan emosional saat bekerja dengan clay

    akan membangkitkan suatu respon afektif, seperti kenangan, pikiran,

    dan fantasi.

    3) Mengungkap kesadaran

    Salah satu aspek dari efek katarsis adalah untuk membawa ide-

    ide, perasaan, keinginan, dan kenangan dari masa lalu.

    4) Memfasilitasi ekspresi yang kaya dan mendalam.

    Clay bekerja sebagai alat komunikasi, clay dapat

    mengekspresikan makna tentang kepemilikan, misteri, jebakan,

    kesempurnaan, dendam, dan kebodohan.

  • 29

    5) Memfasilitasi komunikasi.

    Jorstad (1965) melaporkan bahwa komunikasi verbal menjadi

    lebih mudah, pengalaman dan wawasan meningkat dalam situasi

    terapi.

    6) Konkretisasi dan simbolisasi

    Konkretisasi mengacu pada proses di mana pikiran, perasaan,

    fantasi, dan konflik yang diwujudkan dalam benda-benda konkret.

    Lowenfeld dalam Henley dan David R (1991) menggambarkan

    penggunaan clay sebagai sarana untuk mengembangkan kesadaran diri,

    citra diri, dan konsep diri, dan sebagai sarana memperkuat hubungan

    antara diri sendiri dan orang lain.

    Dalam terapi clay, sebuah format terstruktur bekerja yang termasuk

    pembukaan, kerja, diskusi, dan penutupan. Kegiatan terapi diadakan di

    sebuah ruangan yang cukup terang, tenang, dan nyaman (Yaretzky,

    Abraham,Levinson dan Malca, 1996).

    b. Jenis Clay

    Adonan clay merupakan sejenis adonan menyerupai adonan keramik.

    Clay yang telah dibentuk bisa mengeras dan bisa dimanfaatkan sebagai

    hiasan sesuai kebutuhan (Indira, 2007).

    Ada beberapa jenis clay, diantaranya adalah :

  • 30

    1) Lilin Malam ( color clay)

    Lilin mainan fisiknya lentur dan halus, membuatnya mudah

    dibentuk menjadi apa saja, sudah mempunyai warna dan tidak bisa

    mengeras (Stephani, 2010).

    2) Paper clay

    Paper clay dibuat dari campuran kertas yang direndam dalam

    air dan lem. Clay ini biasanya berwarna putih dan harus diberi cat

    apabila ingin menghasilkan clay yang berwarna-warni,dan dapat

    mengeras dengan cara diangin-anginkan. Adapun paperclay

    merupakan clay yang pengeringannya dilakukan di udara terbuka

    (Indira, 2007).

    3) Plastisin Clay (Clay Tepung)

    Plastisin clay dapat dibuat sendiri dengan menggunakan

    tepung maizena, tapioka, tepung beras, dan benzoate yang

    dicampur lem putih (Indira, 2006). Menurut Eliyawati dalam

    Listiana, (2012), Clay tepung merupakan salah satu alat permainan

    edukatif (APE), Clay dapat mengembangkan aspek perkembangan,

    mendorong aktivitas dan kreatvitas.

    Dalam bukunya yang berjudul Kreasi Daur Ulang Membuat

    Clay, Paluzi (2007) menyebutkan bentuk dasar clay-plastisin (clay

    tepung) ada beberapa macam seperti bulat telur, tetes air, spiral,

    bulat, keriting, tabung, tali, tetes air dua sisi, dan gulung.

  • 31

    4) Polymer Clay

    Polymerclay merupakan clay yang sering digunakan untuk

    membuat karakter. Polymerclay ini terdiri dari berbagai macam

    warna. Proses pengeringan polymerclay harus dipanggang dalam

    oven atau dibakar dalam pembakaran khusus (Indira, 2007).

    5) Clay Asli (Tanah Liat)

    Tanah liat dengan sifatnya yang mudah dibentuk, lunak dan

    elastis banyak digunakan untuk barang-barang kerajinan. Mulai

    dari yang kasar seperti tungku, sampai dengan yang halus, seperti

    guci hiasan (Subarnas, 2007).

    c. Teknik Dasar Membuat Clay

    Ada beberapa teknik dasar dalam pembuatan clay, menurut Schubert

    (2009) ada sepuluh teknik dasar dalam pembuatan clay diantaranya

    adalah:

    1) Menggulung

    Teknik ini digunakan untuk membuat bulatan menggunakan kedua

    telapak tangan

    2) Menggilas

    Membentuk lembaran menggunakan kayu bulat atau spidol. Ada

    dua macam teknik menggilas. Pertama menggilas dengan

    ketebalan yang sesuai dengan keinginan sendiri. Kedua, menggilas

    dengan pengukur ketebalan.

  • 32

    3) Menekan

    a) Menekan dengan telunjuk. Letakkan malam diatas meja lalu

    tekan dengan telunjuk.

    b) Menekan dengan telunjuk disertai tarikan. Letakkan malam

    diatas mejadan tekan dengan jari telunjuk kemudian terik

    kebawah.

    c) Menekan dengan telunjuk dan telapak tangan. Letakkan malam

    ditengah telapak tangan, kemudian tekan dengan jari telunjuk.

    d) Menekan dengan jempol. Letakkan malam diatas meja atau

    jepit diantara jempol dan telunjuk, kemudian tekan dengan

    jempol.

    e) Menekan dengan tumit telapak tangan. Letakkan malam diatas

    mika atau meja kemudian tekan dengan tumit telapak tangan

    f) Menekan dengan alat seperti pensil, tutup botol, kancing, baut

    dan sisir. Letakkan malam diatas mika atau meja, kemudian

    tekan menggunakan alat dengan bantuan telaak tangan.

    4) Meremas

    Meremas-remas atau menekan dengan ujung jari sampai menjadi

    bentuk yang diinginkan.

    5) Melinting

    Menggunakan beberapa jari tangan , telapak tangan, atau alat

    untuk membuat lintingan panjang atau bulatan.

  • 33

    6) Menggunting

    Potong langsung malam dengan gunting atau tempelkan lilin

    malam pada kain kasa , lalu gunting.

    7) Memotong

    Potong malam dengan alat ukir atau lembaran mika menjadi

    bentuk yang diinginkan.

    8) Mengukir

    Ukir malam dengan alt ukir atau pensil.

    9) Menyambung

    Sambung langsung antar malam atau gunakan bantuan tusuk gigi

    atau sedotan.

    10) Menempel

    Temple malam yang sudah atau belum dibentuk ke tempat yang

    diinginkan

    d. Pembuatan Clay

    Indira (2006) dalam bukunya yang berjudul Kreasi Plastisin

    menjelaskan bahan-bahan, peralatan dan cara membuat adonan clay-

    plastisin. Peralatan yang diperlukan antara lain :

    1) Lem Putih

    2) Cat semprot bening

    3) Pemotong adonan

    4) Pulpen gel

  • 34

    5) Cat poster

    Bahan adonan :

    1) 1 kg tepung tapioca

    2) 1 kg lem putih

    3) 3 sendok makan benzoat

    4) 2 buah sabun wangi warna putih

    Cara membuat adonan :

    1) Campur semua tepung kemudian diayak

    2) Campur tepung dengan lem, kemudian uleni hingga rata.

    Cara mewarnai :

    1) Untuk membuat warna yang gelap, seperti warna merah, hijau tua,

    atau biru tua, campurkan lebih banyak cat air.

    2) Untuk warna yang lebih muda, terlebih dulu campurkan adonan

    plastisin dengan warna putih, kemudian campurkan dengan warna

    yang diinginkan. Sesudah adonan mengering warnanya akan

    terlihat lebih tua.

  • 35

    B. Kerangka Teori

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    Depresi

    a. Depresi ringan

    b. Depresi sedang c. Depresi berat

    (Idrus, 2007)

    Terapi Clay

    Terapi clay merupakan terapi dengan tujuan untuk memfasilitasi ekspresi emosi, memfasilitasi katarsis, mengungkap kesadaran, memfasilitasi ekspresi yang kaya dan mendalam, memfasilitasi komunikasi, konkretisasi dan simbolisasi (Sholt dan Gavron , 2006)

    Faktor yang mempengaruhi depresi

    1. Umur

    2. Jenis Kelamin

    3. Status Perkawinan 4. Status fungsional baru :

    lingkungan baru, kondisi sakit

    (Kaplan dan Saddock dalam Setiawan, 2011)

    Alat ukur depresi

    1. Geriatric Depression Scale (GDS)

    2. Beck Depression Inventory (Beck dalam Ahn jo et al, 2006)

    Jenis-Jenis Clay :

    1. Lilin malam/color clay (Stephani, 2010).

    2. Plastisine clay/Clay tepung (Indira, 2006).

    3. Clay asli/tanah liat (Subarnas, 2007)

    4. Paper clay (Indira, 2007). 5. Polymer clay (Indira, 2007).

  • 36

    C. Kerangka Konsep

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

    Variabel Independent variable Dependent

    Keterangan :

    = Variabel yang diteliti

    = Variabel yang tidak diteliti

    D. Hipotesis

    Menurut Saefuddin, A., Notodiputro, K. Anwar., Alamudi, A., dan Sadik,

    K. (2009) dalam buku mereka yang berjudul satitiska dasar, hipotesis adalah

    pernyataan tentative mengenai parameter peubah acak. Hipotesis menurut asal

    katanya berarti pernyataan mengenai sesuatu yang tersembunyi sesuatu yang

    tidak diketahui kebenarannya secara pasti.hipotesis biasanya dinyatakkan dalam

    Terapi Clay

    Tingkat Depresi Lansia

    Variable Pengganggu

    a. Lingkungan b. Aktivitas fisik c. Penyakit lain

  • 37

    bentuk pernyataan mengenai parameter paubah tertentu, hipotesis penelitian yaitu

    hipotesis yang akan diselidiki kebenarannya melalui suatu penelitian.

    Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis yang diajukan dalam

    penelitian ini adalah ada pengaruh terapi clay dalam menurunkan tingkat depresi

    lansia di unit rehabilitasi sosial Dewanata Cilacap.