BAB II Typhoid.doc

27
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Typhoid adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bacteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Payer’s Patch (Mansjoer, 2001) Bakteri typhoid ditemukan di dalam makanan di dalam tinja dan air kemih penderita.Penyebaran bakteri kedalam makanan dan minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih.Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan (Rizky, 2011). Hingga saat ini penyakit tyhoid masih merupakan masalah kesehatan di Negara-negara tropis termasuk Indonesia. Kejadian typhoid di dunia sekitar 16 juta kasus tiap tahunnya, 7 juta kasus terjadi di Asia Tenggara, dengan angka kematian 600.000. Di Belanda kejadian typhoid hanya 0,4-0,7 per 100.000 per tahun. Kejadian typhoid di Indonesia sekitar 740-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun, dengan angka kematian 3,1 – 10,4 %. Di Jawa Timur angka kejadian typhoid di puskesmas dan beberapa Rumah Sakit berturut-turut 4000 kasus perbulan dan 1000 kasus perbulan dengan angka kematian 2% (Nafikalis, 2011).

Transcript of BAB II Typhoid.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangTyphoid adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bacteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Payers Patch (Mansjoer, 2001)Bakteri typhoid ditemukan di dalam makanan di dalam tinja dan air kemih penderita.Penyebaran bakteri kedalam makanan dan minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih.Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan (Rizky, 2011).Hingga saat ini penyakit tyhoid masih merupakan masalah kesehatan di Negara-negara tropis termasuk Indonesia. Kejadian typhoid di dunia sekitar 16 juta kasus tiap tahunnya, 7 juta kasus terjadi di Asia Tenggara, dengan angka kematian 600.000. Di Belanda kejadian typhoid hanya 0,4-0,7 per 100.000 per tahun. Kejadian typhoid di Indonesia sekitar 740-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun, dengan angka kematian 3,1 10,4 %. Di Jawa Timur angka kejadian typhoid di puskesmas dan beberapa Rumah Sakit berturut-turut 4000 kasus perbulan dan 1000 kasus perbulan dengan angka kematian 2% (Nafikalis, 2011).Salmonella diketahui terdiri atas banyak sekali serotype, tetapi pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi 17 golongan berdasarkan antigen O (somatik) yang dimilikinya. Dari golongan-golongan itu ternyata hanya 5 golongan yang penting untuk infeksi pada manusia yaitu golongan A, B, C, D, dan E. disamping antigen O, Salmonella juga mempunyai antigen H yang terdapat pada flagella, dan antigen Vi yang biasanya tidak dipakai untuk menentukan diagnosis infeksi, tetapi hanya dipakai untuk mendeteksi carrier

Gambaran klinis typhoid seringkali tidak sensitive dalam penegakan diagnosis, jadi diperlukan konfirmasi pemeriksaan laboratorium (Haniah, 2011).

Oleh karena itu, melihat dari paparan yang sudah dijelaskan di atas. Maka melalui makalah ini, penulis mencoba menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit demam thyfoid. Sebagai tenaga kesehatan, bidan salah satunya dapat membantu dokter dalam melakuan pengkajian dengan lengkap dan cermat serta pemeriksaan dengan tepat sehingga dapat ditgakkannya diagnosa yang pasti sehingga penanganan dapat dilakuakan dengan cepat dan tepat. Diharapkan dengan adanya makalah ini, mahasiswa dapat mengerti dan memahami bagaimana cara merawat anak dengan penyakit demam thyfoid.B. Tujuan

1. Tujuan Umum Diharapkan mahasiswa kebidanan mampu memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit typhoidsesuai dengan kewenangan dan konsep dasar asuhan secara komprehensif dan optimal

2. Tujuan Khusus

Melalui laporan asuhan keperawatan ini mahasiswa Pendidikan Bidan diharapkan mampu untuk :

1. Mengetahui tentang konsep typhoid2. Mengetahui tentang manajemen asuhan keperawatan pada typhoid3. Melakukan pengkajian subjektif dan data objektif pada pasien dengan typhoid4. Menganalisa data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis potensial yang mungkin timbul pada pasien dengan typhoid5. Menentukan identifikasi kebutuhan segera pada kasus typhoid6. Merencanakan Asuhan keperawatan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan pasien dengan typhoid7. Mengimplementasikan Asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun padapasien dengan typhoid8. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada pasien dengan typhoid9. Melakukan pendokumentasian hasil Asuhan keperawatanpasien dengan typhoidC. Manfaat

1. Bagi PenyusunLaporan asuhan keperawatan ini merupakan dasar pengetahuan bagi penulis mengenai tifoid dan asuhannya, sehingga penyusun dapat memberikan asuhan pada klien dengan tifoid beserta keluarganya sesuai dengan kewenangan penyusun sebagai mahasiswa pendidikan bidan.

2. Bagi Institusi PendidikanSebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan dalam asuhan keperawatan pada anak.3. Bagi Tempat PraktekHasil penulisan diharapkan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu pelayanan kesehatan.D. Pelaksanaan

Hari/Tanggal: Senin 10 November 29 November 2014

Tempat

: Poli anak RSU Haji Surabaya BAB II TINJAUAN KASUS

2.1 PENGERTIAN

1. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2013).2. Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonela typhosa ditandai dengan demam 1 minggu (Nafikalis, 2011).3. Demam typhoid (Typhoid Fever: Typhus Abdominalis: Enteric Fever) adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C, paratyphoid biasanya gejala lebih ringan dengan gambaran klinis sama (Purnawan Junadi, 2001).4. Typhoid adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bacteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Payers Patch (Mansjoer, 2001)5. Demam typoid (enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (FK, Unair 1996).

2.2 EPIDEMOLOGI

Demam tifoid dapat menginfeksi semua orang dan tidak ada perbedaan yang nyata antara insiden pada laki-laki dan perempuan.Insiden pasien demam tifoid dengan usia 12 30 tahun 70 80 %, usia 31 40 tahun 10 20 %, usia > 40 tahun 5 10 %. Menurut penelitian Simanjuntak, C.H, dkk (1989) di Paseh, Jawa Barat terdapat 77 % penderita demam tifoid pada umur 3 19 tahun dan tertinggi pada umur 10 -15 tahun dengan insiden rate 687,9 per 100.000 penduduk. Insiden rate pada umur 0 3 tahun sebesar 263 per 100.000 penduduk.

Demam tifoid tersebar di seluruh dunia. Pada tahun 2000, insiden rate demam tifoid di Amerika Latin 53 per 100.000 penduduk dan di Asia Tenggara 110 per 100.000 penduduk.6 Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun, di Jakarta Utara pada tahun 2001, insiden rate demam tifoid 680 per 100.000 penduduk dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 1.426 per 100.000 penduduk.

1. Faktor yang mempengaruhi (determinan)

Host

Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella thypi.Terjadinya penularan Salmonella thypi sebagian besar melalui makanan/minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau carrier yang biasanya keluar bersamadengan tinja atau urine.Dapat juga terjadi trasmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam bakterimia kepada bayinya.Penelitian yang dilakukan oleh Heru Laksono (2009) dengan desain case control , mengatakan bahwa kebiasaan jajan di luar mempunyai resiko terkena penyakit demam tifoid pada anak 3,6 kali lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan tidak jajan diluar (OR=3,65) dan anak yang mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan beresiko terkena penyakit demam tifoid 2,7 lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (OR=2,7). Agent

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi.Jumlah kuman yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105 109 kuman yang tertelan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.Semakin besar jumlah Salmonella thypi yang tertelan, maka semakin pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid. Environment

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah.Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran demam tifoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Lubis, R. di RSUD. Dr. Soetomo (2000) dengan desain case control , mengatakan bahwa higiene perorangan yang kurang, mempunyai resiko terkena penyakit demam tifoid 20,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang higiene perorangan yang baik (OR=20,8) dan kualitas air minum yangtercemar berat coliform beresiko 6,4 kali lebih besar terkena penyakit demam tifoid dibandingkan dengan yang kualitas air minumnya tidak tercemar berat coliform (OR=6,4)Sedangkan cara penularan typhoid dikenal dengan istilah 5F yaitu : Food (makanan), Fingers (jari tangan atau kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan Feces.

Feces dan muntah dari penderita typhoid dapat enularkan kuman S.Typhi kepada orang lain.kuman tersebut dapat ditularkan melalui minuman terkontaminasi dan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap di makanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya dengan mencuci tangan maka makanan yang tercemar oleh S. Typhi, akibatnya orang yang sehat dapat menjadi sakit (Haniah, 2011).

2.3 ETIOLOGI (Rampengan, 2013)

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/Eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negative, motif dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu tubuh sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70oC atau pun oleh antiseptic. Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia. Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu :

1. Antige O+ Onhe Hauch= antigen somatic (tidak menyebar).

2. Antigen H = Hauch (menyebar) , terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.

3. Antigen V1 = kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubiuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut agglutinin. Salmonella typhosa juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.

Ada 3 spesies utama, yaitu:

Salmonella typhosa (satu serotipe)

Salmonella choleraesius ( satu serotipe)

Salmonella enteretidis ( lebih dari 1500 serotipe) 2.4 PATOFISIOLOGI (Rampengan, 2013)

Kuman Salmonella masuk bersama makanan/ minuman. Setelah berada dalam usus halus, kuman mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman melewat pembuluh limfe masuk ke dalam darah (bacteremia primer) menuju organ retikuloendotelial system (RES) terutama hati dan limpa. Ditempat ini, kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi, berkisar 5-9 hari, kuman kembali masuk ke darah menyebar keseluruh tubuh ( bacteremia sekunder), dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa bacteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama ddengan antigen somatic (lipoposakarida), yang semula diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala-gejala dari demam tifoid.

Pada penelitian lebih lanjut ternyata endotoksin hanya mempunyai peranan membantu proses peradangan local. Pada keadaan tersebut, kuman ini berkembang.

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhosa dan endotoksinnya yang merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator dihipotalamus yang mengakibatkan timbulnya demem.

Akhir-akhirr ini peneliti mengajukan pathogenesis terjadinya manifestasi klinis sebagai berikut: Makrofag pada penderita akan menghasilkan substansi aktif yang disebut monokin, selanjutnya monokin ini dapat menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang system imun, instabilitas vaskuler, depresi sum-sum tulang, dan panas.

Perubahan hispatologi pada umumnya ditemukan infiltrasi jaringan oleh makrofag yang mengadung eritrosit, kuman, limfosit yang sudah berdegenerasi yang dikenal sebagai sel tifoid. Bila sel-sel ini beragregasi, terbentuklah nodul. Nodul ini sering didapatkan dalam usus halus, jaringan limfe, mesenterium, limpa, hati, sum-sum tulang dan organ-organ yang terinfeksi.

Kelainan utama terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang hiperplasi (minggu petama), nekrosis (minggu kedua), dan ulserasi ( minggu ketiga)serta bila sembuh tanpa adanya pembentukan jaringan prut. Sifat ulkus berbentuk bulat lonjong serta sejajar dengan sumbu panjang usus dan ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan bahkan pergorasi. Gambaran tersebut tidak didapatkan pada kasus demam tifoid yang menyerang bayi maupun tifoid kongenital.Peran Endotoksin

Peran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdektesinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan. Diduga endotoksin dari Salmonella typhosa menstimulasi magrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sitem vaskulaar yang tidak stabil, demam, depresi sum-sum tulang, kelinan pada darah dan juga menstimulasi system imunologis. Respons Imunologis

Pada demam tipoid terjasi respons humoral maupun seluler, baik di tingkat local (gastrointestinal) maupun sistemik. Akan tetapi bagaimana mekanisme imunologis ini dalam menimbulkan kekebalan maupun eliminasi terhadap Salmonella typhosa tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa imunitas seluler lebih berperan.

2.5 MANIFESTASI KLINISManefestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih bervariasi dibandingkan dengan penderita dewasa. Bila perpegang hanya pada gejala atau tanda klinis, akan lebih sulit untuk menegakkan diagnosis demam typoid pada anak, terutama pada penderita ang lebih muda, seperti pada tipoid kongenital ataupun tipoid pada bayi.

Masa inkubsai rata-rata bervariasi antara 7-20 hari, dengan masa inkubsai terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari. Dikatakan bahwa masa inkubasi mempunyai kolerasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan umum, status gizi serta status immunologis penderita.Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, secara garis besar gejala-gejala yang tibul dapat dikelompokkan :

Demam satu minggu atau lebih

Ganguan saluran pencernaan

Gangguan kesadaran

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya, seperti:

Demam

Nyeri kepala

Anoreksia

Mual

Muntah

Diare

Konstipasi

Setelah minggu kedua gejala/tanda klinis semakin jelas berupa :

- demam remiten

- lidah tifoid ( kotor ditengah, tepid an ujung merah dan tremor)- hepatomegaly- Splenomegaly

- perut kembung

- Mungkin disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai komaDemam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti pada orang dewasa, kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa stepwise pattern, dapat pula mendadak,tinggi dan remiten ( 39-41oC) serta dapat pula bersifat ireguler terutama pada bayi dan tifoid kongenital.

Roseola lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal minggu kedua. Merupakan suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2-4 mm, berwarna merah pucat serta hilang pada penekanan. Roseola ini merupakan emboli kuman yang ada didalamnya mengandung kuman Salmonella, dan terutama didapatkan di daerah perut, dada, kadang-kadang di bokong, ataupun bagian fleksor lengan atas.Typhoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah. Pada umumnya bersifat fatal, tetapi pernah dilaporkan tifoid kongenital dapat lahir hidup dampai beberapa hari dengan gejala tidak khas serta menyerupai sepsis neonatorum. Pada type kongenital kuman dapat ditemukan dalam darah, hati, limpa, namun tidak didapatkan kelainan patologis pada usus. Hal ini menjelaskan bahwa tifoid kongenital penularannya melalui darah dan secara cepat menimbulkan gejala sepsis pada janin. Demam tifoid pada anak di bawah usia 2 tahun jarang dilaporkan. Bila terjadi gambaran klinisnya berbeda dengan anak yang lebih besar. Kejadiannya sering mendadak disertai panas tinggi, muntah, kejang, dan tanda rangsangan meningeal. Pada pemeriksaan darah terlihat leukositosis (20.000-25.000/mm3), limpa sering teraba pada pemeriksaan fisik. Perjalanan penyakit lebih pendek, lebih bervariasi, sering tidak melebihi 2 minggu, angka kematiannya tinggi (12,5%). Diagnose ditegakan dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah dan faeses (Rampengan, 2013).Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar antara 3-30 hari, tergantung terutama pada besar inokulum yang tertelan. Manifestasi klinis tergantung umur (Behrman, et al.1996) :a. Neonatus

Disamping kemampuannya menyebabkan aborsi dan persalinan prematur, demam enterik selama kehamilan dapat ditularkan secara vertikal. Penyakit neonatal biasanya mulai dalam 3 hari persalinan. Muntah, diare dan kembung sering ada. Suhu bervariasi tetapi dapat setinggi 40,5oC. Dapat terjadi kejang-kejang. Hepatomegali, ikterus, anoreksia dan kehilangan berat badan mungkin nyata.b. Bayi dan anak muda (