BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Atas ...repository.ump.ac.id/4976/3/Bayu Seto...
Transcript of BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Atas ...repository.ump.ac.id/4976/3/Bayu Seto...
11
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
1. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru
yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur
saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara berurutan (Muttaqin, 2008).
Pengertian ISPAdalam Kamus Kesehatan (2013) adalah infeksi
yang terjadi pada saluran pernafasan bagian atas yang meliputi mulut,
hidung, tenggorokan, laring (kotak suara) dan trakea (batang
tenggorokan). ISPA paling umum adalah pilek.
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan
atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (Nelson, 2003).
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai
dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam
perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila
semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan
mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernafasan maka
11
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
12
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian
mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak
menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan
tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan (Depkes RI, 2008).
Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran
pernapasan dan akut seperti dalam penjelasan berikut:
a. Infeksi adalah masuknya bibit kiman atau mikroorganisme
kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah, dan pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis
mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru), dan organ adneksa
saluran pernapasan.
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun
untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA
proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI, 2000)
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
ISPA adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang berlangsung kurang
labih 14 hari yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru.
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
13
2. Penyebab
Menurut Noor (2008), terjadinya infeksi saluran pernafasan
akut pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain :
a. Faktor agent atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana
faktor ini yang menyebabkan adanya penyakit.
b. Faktor host dalam hal ini manusia sebagai objek dari penyakit
c. Faktor lingkungan dimana lingkungan sebagai medianya.
Sedangkan menurut Rahajoe (2008) faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya ISPA adalah dari segi faktor lingkungan
internal dan lingkungan eksternal, yaitu sebagai berikut:
a. Lingkungan internal
a) Penyediaan air bersih
b) Pencahayaan
c) Kebersihan lingkungan
d) Jenis lantai yang digunakan misalnya keramik ataukah masih
tanah karena untuk mempermudah dalam membersihkan
debunya.
e) Kepadatan hunian
f) Ada tidaknya kamar mandi dalam suatu rumah tangga
g) Jamban
h) Keluarga yang merokok
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
14
b. Lingkungan eksternal
a) Saluran pembuangan air limbah
b) Pembuangan sampah
c) Kebisingan
d) Pekarangan yang banyak ditanamin tumbuhan hijau, yang dapat
menyerap CO2 dan menggantinya dengan O2 sehingga
keluarga lebih segar dalam menghirupnya.
e) Jarak kandang ternak dengan rumah
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus
Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan
Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).
Yusnabeti (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada
hubungan antara konsentrasi partikel debu, suhu ruang kerja, masa
kerja, pemakaian alat pelindung diri, kebiasaan merokok dengan
kejadian ISPA.Budiono (2007) menambahkan dalam penelitianya yaitu
faktor yang memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru, yaitu
pekerja tidak selalu menggunakan masker, paparan partikel terhisap ≥
3 mg/m3, dan masa kerja ≥ 10 tahun.
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
15
Menurut Gold et all. (2005) juga menyatakan bahwa kebiasaan
merokok pada pekerja yang terpapar oleh debu memperbesar
kemungkinan untuk terjadinya gangguan fungsi paru.
Pekerja yang aktivitas pekerjaannya banyak terpapar oleh
partikel debu memerlukan alat pelindung diri berupa masker untuk
mereduksi jumlah partikel yang kemungkinan dapat terhirup. Masker
berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel yang
lebih besar ke dalam saluran pernafasan. Masker dapat terbuat dari
kain dengan ukuran pori-pori tertentu agar risiko paparan debu yang
dapat terinhalasi ke paru-paru sehingga terjadi pengendapan partikel
dan akhirnya mengurangi nilai KVP dapat diminimalisir (Carlisle,et.
all., 2000).
3. Klasifikasi ISPA
Menurut Depkes RI tahun (2008), klasifikasi dari ISPA adalah
sebagai berikut :
a. Ringan (bukan pneumonia)
Batuk tanpa pernafasan cepat / kurang dari 40 kali / menit, hidung
tersumbat / berair, tenggorokan merah, telinga berair.
b. Sedang (pneumonia sedang)
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari
telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen
dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis
servikal).
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
16
c. Berat (pneumonia berat)
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di
taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, sianosis dan
adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke
dalam.
4. Tanda dan Gejala
Penyakit ISPA adalah penyakit yang timbul karena
menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena
kelelahan atau stres. Bakteri dan virus penyebab ISPA di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan, yaitu tenggorokan
dan hidung. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus,
hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Akhirnya
terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada jaringan
tertentu hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri dan gangguan fungsi
karena bakteri dan virus di daerah tersebut maka kemungkinan
peradangan menjadi parah semakin besar dan cepat. Infeksi dapat
menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan sesak atau pernafasan
terhambat, oksigen yang dihirup berkurang. Infeksi lebih lanjut
membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah.
Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5
hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis,
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
17
infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis
dan pneumonia (Halim, 2000).
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam,
pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus
(muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret,
stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), hipoksia (kurang
oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat
pertolongan dan mengakibatkan kematian (Nelson, 2003).
B. ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)
1. Pengertian
Alat pelindung diri untuk pekerja adalah alat pelindung untuk
pekerja agar aman dari bahaya atau kecelakaan akibat melakukan
suatu pekerjaannya. Alat pelindung diri untuk pekerja di Indonesia
sangat banyak sekali permasalahannya dan masih dirasakan banyak
kekurangannya (Husaeri, 2003).
APD yang baik adalah APD yang memenuhi standar keamanan
dan kenyamanan bagi pekerja (Safety and acceptation), apabila
pekerja memakai APD yang tidak nyaman dan tidak bermanfaat maka
pekerja enggan memakai, hanya berpura-pura sebagai syarat agar
masih diperbolehkan untuk bekerja atau menghindari sanksi
perusahaan (Khumaidah, 2009).
Adipatra(2013) dalam penelitianya menyatakan bahwa Pekerja
yang mengalami kapasitas paru tidak normal menurut penggunaan
masker dengan persentase tertinggi adalah pada pekerja yang tidak
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
18
memakai masker pada saat bekerja sebesar 59.1% (13 orang).
Penggunaan masker dengan persentase terendah adalah pada pekerja
yang memakai masker pada saat bekerja yaitu sebesar 40% (4 orang).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yusnabeti(2010) menyatakan bahwa dari 43 pekerja mebel yang
mengalami ISPA, hampir semua pekerja tidak menggunakan alat
perlindungan diri, seperti masker atau penutup hidung yang lain. Hasil
pengamatan dan wawancara, penggunaan masker selama kerja dapat
mengganggu kenyamanan pekerja. Pekerja di lokasi penelitian hanya
menggunakan masker jika kayu yang diolah berupa kayu kering oven
karena debu dari kayu tersebut lebih tajam mempengaruhi mata dan
pernapasan.
2. Jenis APD
Menurut Budiono (2002), APD yang tepat bagi tenaga kerja yang
berada pada lingkungan kerja dengan paparan debu berkonsentrasi
tinggi adalah:
1. Masker
Masker untuk melindungi dari debu atau partikel-partikel yang
lebih kasar yang masuk ke dalam saluran pernafasan. Masker
terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.
2. Respirator
Respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut,
uap, logam, asap dan gas. Alat ini dibedakan menjadi :
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
19
a. Respirator pemurni udara
Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap
kontaminan dengan toksisitas rendah sebelum memasuki
sistem pernafasan. Alat pembersihnya terdiri dari filter untuk
menangkap debu dari udara atau tabung kimia yang menyerap
gas, uap dan kabut.
b. Respirator penyalur udara
Membersihkan aliran udara yang terkontaminasi secara terus
menerus. Udara dapat dipompa dari sumber yang jauh
(dihubungkan dengan selang tahan tekanan) atau dari
persediaan yang portable (seperti tabung yang berisi udara
bersih atau oksigen). Jenis ini biasa dikenal dengan SCBA (Self
Contained Breathing Apparatus) atau alat pernafasan mandiri.
Digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun atau
kekurangan oksigen.
Pemakaian masker oleh pekerja pembuat batu bata yang
udaranya banyak mengandung asap dan debu, merupakan upaya
mengurangi masuknya partikel debu ke dalam saluran pernafasan.
Dengan mengenakan masker, diharapkan pembuat batu bata
melindungi dari kemungkinan terjadinya gangguan pernafasan
akibat terpapar udara yang kadar debunya tinggi.
Menurut Ernawati (2008) perlindungan tenaga kerja melalui
usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
20
kerja adalah sangat diutamakan. Alat-alat demikian harus
memenuhi persyaratan: enak dipakai, tidak mengganggu kerja,
memberi perlindungan yang efektif terhadap jenis bahaya. Jenis
alat proteksi diri, antara lain :
a. Untuk kepala, pengikat dan penutup rambut, topi dari berbagai
bahan.
b. Untuk mata, kaca mata dari berbagai bahan.
c. Untuk muka, perisai muka.
d. Untuk tangan dan jari, sarung tangan, bidal jari,
e. Untuk kaki, sepatu dan sendal,
f. Untuk alat pernapasan, respirator atau master khusus,
g. Untuk telinga, sumbat telinga atau tutup telinga,
h. Untuk tubuh, pakaian kerja yang memenuhi persyaratan
sesuaikandengan jenis pekerjaan.
3. Kriteria APD
Menurut Budiono (2002), cara-cara pemilihan APD harus
dilakukan secara hati-hati dan memenuhi beberapa kriteria yang
diperlukan antara lain:
1. APD harus memberikan perlindungan yang baik terhadap bahaya-
bahaya yang dihadapi tenaga kerja.
2. APD harus memenuhi standar yang telah ditetapkan
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
21
3. APD tidak menimbulkan bahaya tambahan yang lain bagi
pemakaiannya yang dikarenakan bentuk atau bahannya yang tidak
tepat atau salah penggunaan
4. APD harus tahan untuk jangka pemakaian yang cukup lama dan
bersifat fleksibel.
C. KEBIASAAN MEROKOK
1. Pengertian kebiasan merokok
Menurut Sumadi (2001) kebiasaan adalah respon yang
berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau
sejenis.Merokok adalah sebuah kebiasaan orang dewasa yang
berdampak buruk bagi tubuh si pengkonsumsinya.Sari (2003)
menjelaskan bahwa kebiasan merokok adalah aktivitas menghisap atau
menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.
Kesehatan yang kian mengkuatirkan di Indonesia adalah
semakin banyaknya jumlah perokok yang berarti semakin banyak
penderita gangguan kesehatan akibat merokok ataupun menghirup
asap rokok yang umumnya adalah perempuan dan anak-anak. Hal ini
tidak bisa dianggap sepele karena beberapa penelitian memperlihatkan
bahwa justru perokok pasiflah yang mengalami risiko lebih besar
daripada perokok sesungguhnya (Dachroni, 2003).
Menurut Purwadarminta (2005) mendefinisikan perilaku
merokok sebagai aktifitas menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri
adalah gulungan tembakau yang berbalut dengan nipah atau kertas.
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
22
Asap rokok yang diisap oleh perokok adalah asap mainstream
sedangkan asap dari ujung rokok yang terbakar dinamakan asap
sidestream. Polusi udara yang diakibatkan oleh asap sidestream dan
asap mainstream yang sudah terekstrasi dinamakan asap tangan kedua
atau asap tembakau lingkungan. Mereka yang menghisap asap inilah
yang dinamakan perokok pasif atau perokok terpaksa (Adningsih,
2003).
Adipatra(2013) dalam penelitianya menyatakan bahwa pekerja
yang mengalami kapasitas paru tidak normal menurut kebiasaan
merokok dengan persentase tertinggi adalah pada pekerja dengan
kategori perokok sebesar 59.3% (16 orang). Kebiasaan merokok
dengan persentase terendah adalah pada pekerja dengan kategori bukan
perokok sebesar 20% (1 orang).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan kebiasan
merokok adalah aktifitas mengisap rokok yang berulang-ulang
dilakukan oleh seseorang pembuat batu bata.
2. Tipe perokok
Sivan Thomas dalam Mu’tadin (2002) mengungkapkan ada empat
tipe perilaku merokok:
a. Perilaku merokok yang di pengaruhi oleh perasaan positf.
Dengan merokok seorang merasakan penambahan rasa yang
positif, ada tiga sub tipe:
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
23
1) Perilaku merokok hanya untuk menambah kenikmatan yang
sudah di dapat,misalnya merokok setelah minum kopi atau
makan.
2) Perilaku merokok hanya di lakukan sekedar untuk
menyenangkan perasaan.
3) Kenikmatan yang di peroleh dengan memegang rokok. Hal ini
sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan
menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau.
Sedangkan untuk menghisapnya hanya di perlukan waktu
beberap menit saja.
b. Perilaku merokok yang dapat dipengaruhi oleh perasaan negatif.
Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi
perasaan negatif.
c. Perilaku merokokyang adiktif.
Perokok yang sudah ketagihaan akan menambah dosis rokok yang
di gunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
berkurang.Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli
rokok.
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
Mereka menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaan
mereka tetapi karena merokok sudah menjadi kebiasaan rutin.
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
24
3. Zat berbahaya yang terkandung dalam rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan
setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan.
Racun utama pada rokok, yaitu:
a. Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan
peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu
kanker paru-paru yang mematikan. Komponen ini terdapat didalam
asap rokok dan juga didalam tembakau yang tidak dibakar.
Nikotin diserap melalui paru-paru dan kecepatan absorpsinya
hampir sama dengan masuknya nikotin secara intravena. Nikotin
masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10
detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh
bagian otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar
keseluruh bagian tubuh dalam waktu 15-20 menit pada waktu
penghisapan terakhir (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).
b. Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap
rokok,tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat
menumbuhkankanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok
inilah yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker.Sumber
tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik
lain yang terbakar (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
25
c. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun
yang tidak berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah,
membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Kandungannya di
dalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada paru-paru
mempunyai daya pengikat dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200
kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2) dengan
hemoglobin (Hb) membuat darah tidak 18mampu mengikat
oksigen (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).
4. Intensitas merokok
Menurut Smet (dalam Kemala, 2007) ada tiga tipe perokok
yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap.
Tiga tipe perokok tersebut adalah:
a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam
sehari.
b. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
c. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
5. Bahaya merokok
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luciana
(2010) menyatakan bahwa risiko terjadinya ISPA pada pekerja mebel
yang merokok di daerah penelitian jumlahnya lebih besar yaitu
sebanyak 42 (47,7%). Hasil statistik juga menunjukkan hubungan
antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan ISPA dan hubungan
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
26
masa merokok dengan kejadian ISPA. Rokok meningkatkan kelainan
paru. Asap rokok menyebabkan iritansi persisten pada saluran
pernapasan, perubahan struktur jaringan paru-paru. Perubahan anatomi
saluran pernapasan akan timbul perubahan fungsi paru-paru. Hal ini
menjadi dasar terjadinya obstruksi paru menahun.
Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan
memperbesar risiko anggota keluarga menderita sakit, seperti
gangguan pernapasan, memperburuk asma dan memperberat penyakit
anginapectoris serta dapat meningkatkan resiko untuk mendapat
serangan ISPA khususnya pada balita. Anak-anak yang orang tuanya
perokok lebih mudah terkena penyakit saluran pernapasan seperti flu,
asma pneumonia dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Gas
berbahaya dalam asap rokok merangsang pembentukan lendir, debu
dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat dikeluarkan, menyebabkan
bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin di jaringan paru
mengakibatkan daya pompa paru berkurang, udara tertahan di paru-
paru dan mengakibatkan pecahnya kantong udara (Dachroni, 2002).
Salah satu hal yang paling penting untuk di kontrol pada orang
dengangangguan fungsi paru adalah kebiasaan merokok. Penggunaan
tembakau olehpekerja dan populasi umum menunjukkan
kecenderungan peningkatan diseluruh dunia. Dari tahun 1920-1966
konsumsi tembakau dalam berbagaibentuk terus meningkat di tempat
kerja, dengan kandungan bahan kimia yangefek biologinya belum
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
27
banyak diteiliti. Rokok mengandung sejumlah besarbahan berbahaya,
yaitu kurang lebih sebanyak 4000 bahan yang telahdiidentifikasi
(Mhase, 2003).
D. MASA KERJA
Menurut Morgan dan Parkes waktu yang dibutuhkan seseorang
yangterpapar oleh debu untuk terjadinya gangguan fungsi paru kurang
lebih 10tahun(Faidawati, 2003). Beberapa bahan dalam cat yang dapat
menyebabkan penyakit paruseperti kanker paru antara lain yaitu timah,
chromium, molybdenum,asbestos, arsenic, titanium dan mineral oil
(polycyclic aromatic hydrocarbon)merupakan bahan karsinogen. Bahan
tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh.Pajanan kronik dari bahan
karsinogen tersebut membutuhkan waktu lamauntuk dapat menyebabkan
kanker. Lama waktu pajanan akan meningkatkan risiko kanker paru.
Penelitian Droste et al menunjukkan bahwa molybdenum,khromium dan
mineral oil sangat behubungan dengan kanker paru dankejadian kanker
paru akan meningkat setelah pajanan lebih dari 20 - 30 tahun
(Wahyuningsih, 2003)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yusnabeti(2010) menyatakan bahwa pekerja yang bekerja ≥10 tahun lebih
berisiko terkena ISPA dibandingkan dengan pekerja yang bekerja <10
tahun.
Data jumlah jam kerja per minggu pada aktivitas pekerja terpapar
debudapat digunakan untuk memperkirakan kumulatif paparan yang
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
28
diterima olehseorang pekerja. Timbulnya gangguan fungsi paru pada
pekerja pembuat batu bata dapat sangat tergantung pada lamanya paparan
serta dosis paparan yangditerima. Paparan dengan kadar rendah dalam
waktu lama tidak segera menunjukkan adanya gangguan fungsi paru.
Hubungan antara paparandan efek ini sangat bergantung pada tiga hal
yaitu
1. Kadar debu dalam udara.
2. Paparan kumulatif (penjumlahan kadar dalam udara dan
lamanyapaparan).
3. Waktu tinggal atau lamanya debu berada dalam paru.
Paparan dengan kadar rendah dalam jangka waktu lama
menyebabkanpenyakit yang kurang berat dibandingkan paparan terhadap
kadar tinggi dalamwaktu singkat (WHO, 2000).
Adipatra(2013) dalam penelitianya menyatakan bahwa Kapasitas
paru tidak normal menurut masa kerja dengan persentase tertinggi adalah
pada pekerja dengan masa kerja 5-9 tahun sebesar 77.8% (7 orang). Dan
masa kerja dengan persentase terendah adalah pada pekerja dengan masa
kerja 1-4 tahun sebesar 42.9% (3 orang).
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
29
E. KERANGKA TEORI
Berdasarkan teori diatas, maka peneliti membuat kerangka teori
yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Rahajoe (2008), Luciana (2010) dan Budiono (2007)
Penyebab terjadinya ISPA
yaitu:
- Faktor lingkungan internal
a. Air bersih
b. Kebersihan lingkungan
c. Kebiasaan merokok
- Faktor lingkungan eksternal
a. Masa Kerja
b. Alat perlindungan diri
(masker)
c. Udara/Debu
d. Kebisingan
Kejadian ISPA pada pembuata batu bata
Tanda dan Gejala:
- Demam,
- Pusing,
- Lemas,
- Tidak nafsu makan,
- Muntah
- Takut cahaya
- Gelisah,
- Batuk,
- Keluar sekret,
- Kurang oksigen
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014
30
F. KERANGKA KONSEP
Dalam melakukan penelitian ini peneliti membuat kerangka konsep
yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
G. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian infeksi saluran
pernapasan pada pembuat batu bata di Desa Ledug Kabupaten
Banyumas.
b. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan infeksi saluran
pernapasan pada pembuat batu bata di Desa Ledug Kabupaten
Banyumas.
c. Ada hubungan antara penggunaan alat perlindungan diri dengan
infeksi saluran pernapasan pada pembuat batu bata di Desa Ledug
Kabupaten Banyumas.
- Masa Kerja
- Alat Perlindungan
Diri
- Kebiasaan Merokok
Kejadian ISPA pada pembuata batu bata
Hubungan Antara Masa..., Bayu Seto Rindi Atmojo, Keperawatan S1 UMP, 2014