BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN ...pemerintah, misalnya perjanjian ikatan dinas....
Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN ...pemerintah, misalnya perjanjian ikatan dinas....
24
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KURSUS MENGEMUDI
2.1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian
2.1.1. Istilah dan pengertian dari perjanjian
Perjanjian merupakan salah satu bagian dari Hukum perdata.Definisi Hukum
perdata bermacam-macam dan terdapat berbagai pendapat ang berbeda-beda
meskipun demikian perbedaan tersebut tidak bersifat prinsipil melainkan bersifat
penekanan saja. Contoh beberapa definisi Hukum perdata antara lain: menurut
Wiryono Prodjodikoro menyatakan bahwa Hukum perdata adalah “suatu rangkaian
Hukum antara orang-orang atau badan Hukum satu sama lain tentang hak dan
kewajiban”. Menurut Sudikno Mertokusumo Hukum perdata adalah “Hukum antar
perorangan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan antara yang satu dengan
yang lain di dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan masyarakat, di
mana pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing pihak”. Menurut Asis
Safioedin Hukum Perdata adalah “Hukum yang memuat peraturan dan ketentuan
Hukum yang meliputi hubungan Hukum antara yang satu dengan yang lain (antara
subjek Hukum yang satu dengan subjek Hukum yang lain) di dalam masyarakat yang
menitikberatkan kepada kepentingan perorangan”.
Menurut Soebekti Hukum perdata dalam arti luas meliputi semua Hukum
privat materiil, yaitu Hukum pokok yang mengatur kepentingan- kepentingan
perseorangan.
Hukum perdata dapat dapat dibagi menjadi 2 kategori, yakni :
25
1. Hukum perdata dalam arti yang luas adalah Kitab Undang-undang Hukum
Perdata atau Burgerlijk Wetboek dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang
atauWetbook Van Koophandel disertai pula dengan Peraturan Perundang-
undangan yang melengkapinya.
2. Hukum perdata dalam arti yang sempit adalah hanya Kitab Undang-undang
Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek1.
Buku III KUHPerdata merumuskan tentang perikatan (Van Verbintenissen)
yang memiliki sifat terbuka artinya isi dari perikatan dapat ditentukan oleh para pihak
dengan beberapa syarat yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan
dan undang-undang.Buku III KUHPerdata mengatur tentang verbintenissenrecht,
dimana tercakup pula istilah overeenkomst.Dikenal terjemahan dari verbintenis, yaitu
perikatan perutangan, perjanjian.sedangkan overeenkomstada 2 terjemahan aitu
perjanjian dan persetujuan.
Definisi perjanjian terdapat pada Pasal 1313 KUHPerdata yaitu sebagai
berikut “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.
2.1.2. Sumber-sumber Hukum perjanjian
a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Pasal 1338 KUHPerdata tentang asas kebebasan berkontrak (a) membuat,
tidak membuat perjanjian (b) mengadakan perjanjiandengan siapapun (c)
1 Handri Raharjo, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, cet. I, PT. Buku Kita Jakarta, h. 22
26
menentukan isi, persyaratan dan pelaksanaan perjanjian (d) menentukan
bentuk perjanjian;
Pasal 1233- Pasal 1312 KUHPerdata tentang perikatan pada umumnya;
Pasal 1313 – 1351 KUHPerdata tentang perikatan yang lahir dari perjanjian;
Pasal 1381-1456 tentang penghapusan perikatan;
Pasal 1457-1540 tentang jual beli
Pasal 1601-1617 tentang persetujuan untuk melakukan pekerjaan;
Pasal 1865-1894 pasal-pasal yang berkaitan dengan bukti tulisan.
b. Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
2.1.3. Asas-asas Hukum perjanjian
Hukum perjanjian memberlakukan beberapa asas diantaranya;
a. Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang bermakna bahwa setiap orang
bebas membuat perjanjian dengan siapa pun apa pun isinya dan bentuknya selama
tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan (Pasal 1337
dan 1338 KUHPerdata)
Jika dipahami secara seksama maka asas kebebasan berkontrak
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian
2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya
4. Menentukan bentuknya perjanjian yaitu serta tertulis atau lisan
27
b. Asas konselsualisme bermakna bahwa perjanjian lahir atau terjadi dengan adanya
kata sepakat (Pasal 1320, Pasal 1338 KUHPerdata)
c. Asas mengikatnya suatu perjanjian (pacta sunt seranda). Perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya (Pasal 1338
ayat 1 KUHPerdata)
d. Asas itikad baik (togoe dentrow) perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik
(Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata)
e. Asas kepribadian merupakan asas yang menyatakan bahwa pada umumnya tidak
seorang pun dapat mengadakan perjanjian keuali untuk dirinya sendiri.
Pengecualiannya terdapat di dalam Pasal 1317 KUHPerdata tentang janji untuk
pihak ketiga.
2.1.4. Unsur-unsur perjanjian
Menurut Asser dalam perjanjian terdiri dari bagian inti (essensialia) dan
bagian bukan inti (naturalia dan accidentalia)
a. Unsur essensialia merupakan unsur yang erat kaitannya dengan syarat sahnya
perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata) dan untuk mengetahui adatidaknya
perjanjian serta untuk mengetahui jenis perjanjiannya.
b. Unsur naturalia merupakan unsur yang lazimya ada sifat bawaan perjanjian,
sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian, misalnya menjamin terhadap
cacat tersembunyi
c. Unsur accidentalia merupakan unsur yang harus tegas diperjanjikan
2.1.5. Syarat sahnya suatu perjanjian
28
Syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata adalah
a. Sepakat (toestemming) kesesuaian, kecocokan pertemuan kehendak dari yang
mengadakan perjanjian atau pernyataan kehendak yang disetujui antara pihak-
pihak.2 Adapun unsur unsur dari kesepakatan meliputi :Offerta (penawaran)
adalah pernyataan pihak yang menawarkan dan Acceptasi (penerimaan) adalah
pernyataan pihak yang menerima penawaran.3
b. Kata sepakat harus diberikan secara bebas, dalam arti tidak ada paksaan,
penipuan, dan kekhilafan. Adapun masalah yang timbul dalam KUHPerdata
adalah cacat kehendak yaitu kehendak yang timbul tidak murni dari yang
bersangkutan. Tiga unsur cacat kehendak (Pasal 1321 KUHPerdata):
1. Kekhilafan/kekeliruan/kesesatan/dwaling (Pasal 1322 KUHPerdata). Sesaat
dianggap ada apabila pernyataan sesuai dengan kemauan tapi kemauan itu
didasarkan atas gambaran yang keliru baik mengenai orangnya (error in
persona) atau objeknya (error in substantia).
2. Paksaan / dwang (Pasal 1323- 1327 KUHPerdata). Pengertian paksaan adalah
kekerasan jasmani atau ancaman, sesuatu yang diperbolehkan Hukum yang
menimbulkan ketakutan kepada seseorang sehingga ia membuat perjanjian.4
2Mariam darus badrulzaman , 1996, K.U.H. Perdata Buku III, Hukum Perikatan Dengan
Penjelasan, Bandung: alumni , h.98 3Ibid.
4Handri Raharjo, op.cit, h. 50
29
3. Penipuan / bedraq (Pasal 1328 KUHPerdata) pihak yang menipu dengan daya
akalnya menanamkan suatu gambaran yang keliru tentang orangnya atau
objeknya sehingga pihak lain bergerak untuk menyepakati.
c. Perjanjian dapat dibatalkan apabila terjadi ketiga hal tersebut di atas. Dalam
perkembangannya muncul unsur cacat kehendak yang keempat yaitu
penyalahgunaan keadaan /undue influence(Burgerlijk Wetboektidak mengenal).
Pada hakikatnyanya ajaran penyalahgunaan keadaan bertumpu pada kedua hal
berikut, yaitu
1. Penyalahgunaan keunggulan ekonomi.
2. Penyalahgunaan keunggulan kejiwaan termasuk tentang psikologi,
pengetahuan, dan pengalaman.5
2.1.6. Pihak-pihak dalam perjanjian
Pihak – pihak dalam perjanjian adalah sebagai berikut:
a. Antara orang dengan orang;
b. Antara orang dengan badan usaha berbadan Hukum;
c. Antara orang dengan badan usaha bukan badan Hukum.
Perjanjian yang dibuat antara orang dengan orang atau dengan badan usaha
berbadan Hukum atau sebaliknya, secara formil maka:
5Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum kontrak innominaat di indonesia,Buku kesatu,
Jakarta : Sinar Grafika, h. 28
30
a. Orang yang cakap bertindak menurut Hukum, tidak bertindak sendiri, tetapi atas
kehendaknya sendiri dapat menunjuk kuasa, berdasarkan surat kuasa khususnya;
b. Badan usaha, diwakili oleh yang mempunyai kewenangan seperti disebutkan
diatas, tidak bertindak sendiri, tetapi atas kewenangannya itu dapat menunjuk
kuasa, berdasarkan surat kuasa khusus;
c. Orang yang belum dewasa tidak cakap bertindak menurut Hukum, dan orang
yang berada di bawah pengampunan secara Hukum akan diwakili oleh walinya
atau pengampunnya.6
2.1.7. Jenis-jenis perjanjian
Perjanjian menurut sumbernya :
a. Perjanjian yang bersumber dari Hukum keluarga. Misalnya perkawinan.
b. Perjanjian yang bersumber dari Hukum kebendaan, adalah perjanjian yang
berhubungan dengan peralihan Hukum benda.
c. Perjanjian obligatoir, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban.
d. Perjanjian yang bersumber dari Hukum acara.
e. Perjanjian yang bersumber dari Hukum publik.
Perjanjian menurut hak dan kewajiban para pihak dibedakan menjadi:
a. Perjanjian timbal balik, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok
bagi kedua belah pihak. Perjanjian ini ada 2 macam, yaitu timbal balik yang
sempurna dan tidak sempurna. Misalnya, perjanjian jual beli7.
6I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra,op.cit, h. 31
31
b. Perjanjian sepihak, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada satu
pihak saja, sedangkan pada pihak yang lain hanya ada hak contoh: hibah (Pasal
1666 KUHPerdata) dan perjanjian pemberian kuasa (Pasal1792 KUHPerdata)8.
Perjanjian menurut keuntungan salah satu pihak dan adanya prestasi pada
pihak yang lain, dibedakan menjadi:
a. Perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan
pada salah satu pihak. Contoh: perjanjian hibah9.
b. Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang
satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain dan antara kedua prestasi itu
ada hubungan menurut Hukum. Contoh: perjanjian jual beli, sewa menyewa, dan
lain-lain.
Perjanjian menurut namanya, dibedakan menjadi perjanjian
khusus/bernama/nominaat dan perjanjian umum /tidak bernama /innominaat
/perjanjian jenis baru (Pasal 1319 KUHPerdata)10
.
a. Perjanjian khusus/ bernama nominaat, adalah perjanjian yang memiliki nama dan
diatur dalam KUHPerdata11
. Contoh: perjanjian-perjanjian yang terdapat dalam
buku III Bab V-XVIII KUHPerdata.
7Mariam Darus Badrulzaman,op.cit, h. 90
8Djaja S Meliala, 2007, Perkembangan Hukum Perdata Tentang benda dan Hukum perikatan,
Bandung: Nuansa Aulia, h. 87 9Mariam Darus Badrulzaman,op.cit, h. 90
10Salim HS,op.cit, h. 18
11Djaja s. Meliala,op.cit,h. 88
32
b. Perjanjian umum/ tidak bernama/ innominaat perjanjian jenis baru, adalah
perjanjian yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyyarakat karena asas
kebebasan berkontrak dan perjanjian ini belum dikenal pada saat KUHPerdata
diundangkan12
. Contohnya: kontrak konstruksi, joint venture, perjanjian sewa
beli.
Perjanjian menurut bentuknya ada 2 macam, yaitu perjanjian lisan / tidak
tertulis dan perjanjian tertulis. Termasuk perjanjian lisan adalah :
a. Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para
pihak saja sudah cukup untuk timbulnya perjanjian yang bersangkutan.
b. Perjanjian riil, adalah perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadinya
penyerahan barang atau kata sepakat bersamaan dengan penyerahan barangnya.
Misalnya perjanjian penitipan barang dan perjanjian pinjam pakai.
Sedangkan yang termasuk perjanjian tertulis yaitu :
a. Perjanjian standart atau baku adalah perjanjian yang berbentuk tertulis berupa
formulir yang isinya telah dibakukan terlebih dahulu secara sepihak oleh
produsen, serta bersifat masal, tanpa mempertimbangkan kondisi yang dimiliki
konsumen13
.
b. Perjanjian formal adalah perjanjian yang telah ditetapkan dengan formalitas
tertentu14
. Misalnya perjanjian perdamaian yang harus secara tertulis (Pasal 1851
12
Handri Raharjo,op.cit, h.61 13
Djaja S. Meliala,op.cit, h. 90 14
R. Subekti, op.cit, h. 16
33
KUHPerdata), perjanjian hibah dengan akta notaris. Akta yaitu surat yang diberi
tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasardari pada
suatu hak atau perikatan yang dibuat sejak semua dengan sengaja untuk
pembuktian.15
Akta dapat dibagi menjadi 2 yaitu: akta autentik dan akta dibawah
tangan. Akta autentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang
berwenang yang memuat tentang adanya peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar
adanya hak atau perikatan dan mengikat bagi pembuatnya ataupun bagi pihak
ketiga, sedangkan akta dibawah tangan adalah akta yang pembuatnya
dilaksanakan sendiri oleh para pihak atau tidak ada campur tangan dari pejabat.16
Perjanjian-pejanjian yang istimewa sifatnya menurut Mariam Darus Badrulzaman
yaitu:
a. Perjanjian liberaltoir adalah perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari
kewajiban yang ada. Misalnya, pembebasan hutang (Pasal 1438 KUHPerdata)
b. Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian dimana para pihak menentukan
pembuktian apakah yang berlaku di antara mereka.
c. Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian asuransi (Pasal 1774
KUHPerdata)
d. Perjanjian publik, adalah perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh
Hukum publik, karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa atau
pemerintah, misalnya perjanjian ikatan dinas.
15
Handri Raharjo,op.cit, h. 64
16
Handri Raharjo,op.cit,h. 66
34
e. Perjanjian campuran / contractus sui generis (Pasal 1601 C KUHPerdata)
perjanjian ini terdapat unsur-unsur dari beberapa perjanjian bernama yang terjalin
menjadi satu sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan sebagai
pejanjian yang berdiri sendiri-sendiri. Contoh, perjanjian antara pemilik hotel
dengan tamu.
f. Perjanjian penanggungan (borgtocht) adalah suatu persetujuan di mana pihak
ketiga demi kepentingan kreditur mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan
debitur, bila debitur tidak memenuhi perikatannya (Pasal 1820 KUHPerdata).
g. Perjanjian garansi (Pasal1316 KUHPerdata)dan derden beding (Pasal 1317
KUHPerdata). Perjanjian garansi adalah suatu perjanjian di mana orang yang
menjamin pihak lain, bahwa seorang pihak ketiga yang ada diluar perjanjian atau
bukan pihak dalam perjanjian yang bersangkutanakan melakukan sesuatu atau
tidak akan melakukan sesuatu dan kalau sampai terjadi pihak ketiga tidak
memenuhi kewajibannya, maka ia akan bertanggung jawab untuk itu.17
Sedangkan derden beding (janji pihak ketiga) berdasarkan asas pribadi suatu
perjanjian berlaku bagi pihak yang megadakan perjanjian itu sendiri (Pasal 1315
jo Pasal 1340 KUHPerdata) dan para pihak tidak dapat mengadakan perjanjian
yang mengikat pihak ketiga, kecuali dalam apa yang disebut janji guna pihak
ketiga (Pasal 1317 KUHPerdata).
17
J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Buku 1,Bandung
PT. Citra Aditya Bakti, h. 97
35
Perjanjian menurut sifatnya dibedakan menjadi 2 yaitu : perjanjian pokok
adalah perjanjian yang utama dan perjanjian acessoir adalah perjanjian tambahan
yang mengikuti perjanjian utama/pokok, misalnya perjanjian pembebanan hak
tanggungan atau fidusia.18
Sedangkan penggolongan yang lain adalah didasarkan
pada hak kebendaan dan kewajiban yang ditimbulkan dari adanya kewajiban tersebut:
a. Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang baru meletakan hak dan kewajiban
kepada masing-masing pihak dan belum memindahkan hak milik;
b. Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seseorang menyerahkan
haknya atas sesuatu kepada pihak lain, misalnya peralihan hak milik.19
2.1.8. Objek perjanjian
Pasal 1332 KUHPerdata merumuskan bahwa “Hanya barang-barang yang
dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian”. barang yang dapat
diperdagangkan ini mengandung pengertian luas, karena yang dapat diperdagangkan
ternyata tidaklah hanya barang yang tampak oleh mata, seperti tanah, mobil dll, tetapi
ternyata juga barang yang tidak tampak oleh mata juga dapat diperdagangkan,
misalnya jasa konsultasi Hukum, jasa konsultasi kesehatan, dan jasa konsultasi
lainnya.20
18
Salim HS, op.cit, h. 20
19
Handri Raharjo,op.cit, h.68 20
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, op.cit, h. 33
36
Jadi yang menjadi objek perjanjian adalah barang dan jasa.Seiring
perkembangan teknologi dan bertambahnya kebutuhan dari masyarakat, jasa
dijadikan sebagai salah satu objek dari perjanjian.
2.2. Tinjauan Umum Kursus Mengemudi
2.2.1. Pengertian kursus mengemudi
Kursus merupakan bagian dari perkembangan pendidikan dimasyarakat.
Kursus mengemudi dapat dikategorikan sebagai jenis pendidikan non formal yang
dapat memberikan solusi bagi masyarakat yang perekonomiannya bergerak dalam
bidang pengangkutan orang ataupun barang. Tidak hanya dari sektor ekonomi, faktor
sosial pun dapat tertunjang dengan mengikuti pendidikan nonformal.Definisi dari
kursus mengemudi tidak diatur secara khusus di dalam peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia. Namun dalam kamus besar bahasa indonesia kata
“Kursus” memiliki makna tersendiri. Kursus adalah pelajaran tentang suatu
pengetahuan atau keterampilan yang diberikan dalam waktu singkat atau lembaga
diluar sekolah yang memberikan pelajaran serta pengetahuan atau keterampilan
dalam waktu singkat.21
Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi
yang bertujuan memberdayakan diri.22
Pendidikan non formal terkait erat dengan
lembaga yang melaksanakan dan menyelenggarakan kegiatan kursus
21Dapartemen Pendidikan Nasional, 2011, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi Keempat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta h. 763 22
Nurani Soyomukti, 2013, Teori-Teori Pendidikan, cet I, Ar-ruzz Media, Jogjakarta, h. 27
37
tersebut.Lembaga adalah badan atau organisasi yang bertujuan melakukan suatu
penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.
Demi kepercayaan, keamanan, serta kenyamanan bagi pengikut serta dalam
pendidikan nonformal maka penting untuk mengetahui akreditasi dari lembaga yang
bersangkutan. Akreditasi adalah pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang
diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi
syarat kebakuan atau kriteria tertentu.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 ayat 12 merumuskan bahwa : “Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang”. Kemudian dalam Pasal 26 ayat 4 menjelaskan bahwa yang termasuk
dalam Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis.
Kursus mengemudi dapat dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.Karena dalam undang-undang tersebut
telah diatur mengenai pihak-pihak dan lembaga tertentu yang diperbolehkan untuk
memberikan pelatihan khusus mengemudi kepada peserta didik.Pasal 78 ayat 1
merumuskan bahwa :“Pendidikan dan pelatihan mengemudi diselenggarakan oleh
lembaga yang mendapat izin dan terakreditasi dari Pemerintah”. oleh lembaga yang
mendapat izin dan terakreditasi dari Pemerintah. Serta pada Pasal 253 ayat (2)
merumuskan bahwa :
38
Pengembangan sumber daya manusia di bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pendidikan dan
pelatihan oleh:
a. Pemerintah;
b. Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan/atau
c. lembaga swasta yang terakreditasi.
Dengan demikian kursus mengemudi merupakan pemberikan pengetahuan
dan keterampilan dalam waktu singkat diluar pendidikan formal yang ada dan khusus
dalam bidang pengetahuan dan keterampilan dalam mengemudi.
2.2.2. Pihak-pihak dalam kursus mengemudi
Suatu perjanjian selalu akan melibatkan dua pihak atau lebih, para pihak
terlibat di dalam suatu perjanjian tidak lepas dari identitas. Secara umum subjek
Hukum dari pendidikan nonformal yang berbentuk kursus dan khusus dalam bidang
mengemudi adalah pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum, yaitu
pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak
dalam perjanjian pendidikan nonformal kursus mengemudi, yang terdiri atas :
a. Pihak penyedia kursus
Pihak yang berkewajiban untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar
baik secara praktik ataupun teori mengemudi serta berhak atas biaya pendidikan
yang disepakati.
b. Pihak pengguna jasa kursus mengemudi
Pihak yang berkewajiban untuk membayar biaya pendidikan nonformal kursus
mengemudi.Serta berhak mendapatkan pelatihan dan bimbingan mengemudi oleh
penyedia jasa.
39
c. Pihak pemerintah kelembagaan pendidikan nonformal
Pihak yang berkewajiban untuk mengawasi metode pembelajaran dan pelatihan
dari lembaga pendidik nonformal.
2.2.3. Fungsi kursus mengemudi
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3 merumuskan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
Manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Pendidikan nonformal dapat berfungsi untuk mempromosikan meningkatkan
kesadaran diantara orang-orang yang membutuhkan perubahan sosial23
. Pendidikan
nonormal yang memuat komponen kuat munculnya kesadaran dan secara bertahap
mengembangkan dalam diri pelajar rasa bertanggung jawab dalam proses
pembaharuan. Lembaga pendidikan non formal memberikan ruang kesadaran baru
pada masyarakat, bahwa upaya pendidikan bukan sekedar kegiatan untuk meraih
sertifikasi atau legalitas semata. Melainkan juga upaya pendidikan sejatinya
merupakan kegiatan penyerapan dan internalisasi ilmu, yang pada akhirnya
diharapkan mampu membawa peningkatan taraf kehidupan bagi individu maupun
masyarakat dalam berbagai aspek. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
23 M.Sardjan Kadir, 1982, Perencanaan Pendidikan Nonformal, Usana Offset Printing,
Surabaya, h. 89
40
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 2 merumuskan bahwa:
“Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional”.
2.2.4. Asas-asas kursus mengemudi
Kursus mengemudi yang dikategorikan sebagai pendidikan nonformal yang
memiliki hubungan erat dalam memperbaiki kualitas diri dari individu.Berikut
merupakan asas-asas yang terkait dalam pendidikan.
1. Asas inovasi
Salah satu tuntutan pembaharuan pendidikan adalah adanya potensi daripada
usaha yang ditempuh didalam penyempurnaan sistem pendidikan luar sekolah sesuai
dengan sasaran yang dikehendaki.Hoyle, seorang guru besar pada The Open
Universitydi Inggris menempatkan pengertian inovasi sebagai salah satu elemen
didalam pengertian “perubahan”.Hoyle juga menambahkan bahwa perubahan adalah
istilah generasi yang meliputi serangkaian konsep atau pengertian serta menekankan
bahwa menggunakan kata inovasi sebagai benda umum untuk menunjukkan objek,
ide, maupun praktek baru.Jadi dapat dikatakan bahwa istilah inovasi tidak dapat
dipisahkan dari perkataan yaitu “ide baru” ke benda baru.24
2. Asas wawasan masa depan
24 Ieda Joebaidah, 2012, Asas-Asas Pendidikan Non-
Formal,http://joebaidahasibuand.blogspot.co.id/2012/05/asas-pls.html. diakses tanggal 20 Oktober
2015
41
Didalam merencanakan dan mengembangkan program-program pendidikan
formal ataupun nonformal tingkatan minimal itu harus selalu dihubungkan dengan
jenis dan tingkat pengetahuan.Sikap serta jenis dan tingkat keterampilan yang harus
dikuasai oleh seseorang anggota masyarakat.Studi kasus yang telah banyak dilakukan
terhadap program pendidikan formal menunjukkan bahwa secara potensi sasaran
populasi pendidikan nonformal meliputi
a. Semua anggota masyarakat yang tidak mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti program pendidikan formal disekolah.
b. Semua anggota masyarakat yang karena satu dan lain tidak dapat
menyelesaikan studi pada tingkat pendidikan tertentu secara bulat (drop out).
c. Anggota masyarakat yang meskipun telah menyelesaikan studi pada tingkat
pendidikan tertentu masih menganggap perlu untuk mendapatkan pendidikan
melalui program pendidikan nonformal. Hal ini disebabkan oleh semakin
majunya perkembangan ekonomi dan teknologi, serta keinginan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta produktivitas sebagai
warga negara.
Proses penyusunan kebijakan pendidikan nonformal yang berorientasi kemasa
depan dapat dilakukan sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Meyer dan
Greenwood melaluilangkah-langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan umum yaitu memilih dan menentukan tujuan-tujuan yang
luas dan berjangka panjang.
42
2. Menilai kebutuhan yaitu menentukan perkiraan kebutuhan terhadap pendidikan
nonformal dimasa depan serta masyarakat industri dan informasi.
3. Menetapkan tujuan-tujuan khusus adalah memilih dan menetapkan target-
target khusus, biasanya bersifat kuantitatif dan dapat diukur walaupun tidak
mengabaikan analisa kualitatif, serta dapat dilaksanakan dalam perspektif
waktu tertentu.
4. Merancang kegiatan alternatif merupakan upaya kreatif untuk mengidentifikasi
berbagai kegiatan atau cara yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan
khusus.
5. Memperkirakan konsekuensi merupakan upaya menganalisis berbagai
kemungkinan pengaruh positif dan pengaruh negatif dari kegiatan alternatif.
6. Menetapkan komponen-komponen program kegiatan yaitu memilih dan
menentukan perangkat yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan
kegiatan.
7. Melaksanakan kegiatan mencakup pelaksanaan kegiatan alternatif yang terdiri
atas urutan tindakan yang direncanakan tersendiri dalam perencanaan
administratif kegiatan tersebut.
8. Mengevaluasi menetapkan hasil nyata dan proses kegiatan yang telah dipilih.
9. Mengkaji umpan balik untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan umum
telah tercapai.
3. Asas kebutuhan
43
Kebutuhan hidup manusia merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Dalam
buku yang berjudul “motivation and personality” Maslow menjelaskan lima tingkatan
kebutuhan yang harus dan dapat dipenuhi oleh manusia dalam mempertahankan dan
mengembangkan kehidupannya. Lima tingkatan kebutuhan itu dimulai dari
kebutuhan fisiologis/dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan
penghargaan, dan hingga ketingkat paling tinggi yaitu kebutuhan aktualitas diri.
Terpenuhinya kebutuhan dasar merupakan syarat bagi seseorang untuk memenuhi
tingkat kebutuhan lainnya sehingga pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan
aktualisasi diri. Dalam mengoperasionalkan arti kebutuhan, pakar psikologi
Bradshaw mengklasifikasi kebutuhan kedalam empat tipe yaitu:
1. Kebutuhan normatif timbul apabila seseorang atau suatu kelompok orang
berada dalam keadaan dibawah suatu ukuran yang telah ditetapkan.
2. Kebutuhan terasa didefinisikan melalui wawancara dengan seseorang atau
sekelompok yang mengenai apa yang mereka inginkan.
3. Kebutuhan yang dinyatakan merupakan kebutuhan hampir sama dengan
keperluan dalam konsep ekonomi.
4. Kebutuhan banding akan timbul apabila karakteristik suatu populasi yang
tidak menerima suatu layanan dalam keadaan hampir sama dengan
karakteristik populasi lain yang memperoleh layanan.
Dalam pendidikan nonformal, identifikasi kebutuhan yang diantisipasi ini
akan membantu dalam mempersiapkan peserta didik agar mampu memantau
44
lingkungan dan memahami kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dimasa
depan. Kebutuhan ini juga sangat diperlukan oleh para perencana pendidikan dan
pembangunan untuk menghindari kekagetan dimasa depan dalam perkembangan dan
hasil pendidikan dimasa depan.
4. Asas relevansi
Asas relevansi dengan pembangunan telah memberikan tekanan pada
pentingnya program-program pendidikan nonformal yang dikaitkan secara erat
dengan pembangunan masyarakat. Asas relevansi dengan pembangunan masyarakat
mengandung tiga makna:
1. Bahwa kehadiran pendidikan nonformal didasarkan atas kebutuhan masyarakat
dan muncul karena tuntutan pembangunan masyarakat.
2. Program-program pendidikan nonformal berfungsi menggarap pengembangan
sumber daya manusia yang menjadi pelaku utama dalam pembangunan
masyarakat dan sekaligus menerima pengaruh dari pembangunan masyarakat itu.
3. Istilah pendidikan nonformal lahir dimasyarakat industri.
Salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh pendidikan nonformal dalam
pembangunan masyarakat adalah tumbuhnya masyarakat gemar belajar (learning
society).Kegiatan untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar diawali oleh upaya
membelajarkan masyarakat dalam aspek ekonomi.Sehingga mereka mampu
melakukan fungsi penyediaan sarana, produksi, dan pemasaran hasil.
2.2.5. Manfaat kursus mengemudi
45
Pendidikan pelatihan tidak lain adalah untuk mengefektifkan pembekalan
keterampilan bagi anak didik, didalam kehidupan masyarakat, keterampilan
merupakan hal paling pokok untuk dapat menjadi bekal kehidupan yang lebih baik.25
Penyelenggaraan pendidikan nonformal khususnya dalam bidang mengemudi
memberikan beberapa manfaat dalam beberapa hal, diantaranya :
1. Keadilan dalam kesempatan pendidikan
Pendidikan nonformal tidak hanya ditujuan bagi masyarakat yang telah mengikuti
pendidikan formal saja.Seluruh kalangan masyarakan boleh mengikuti pendidikan
nonformal.Kursus memberikan kesempatan bagi masyarakat yang tidak dapat
mengikuti sistem pendidikan formal namun berkesempatan untuk menempuh
pendidikan keterampilan berbagai bidang.
2. Efisiensi dalam biaya pendidikan
Masyarakat yang dinamis dituntut untuk selalu mengetahui perkembangan
tehnologi yang ada baik itu dalam bidang transportasi, kuliner, sains, dll.Kursus
mengemudi yang mengkhususkan perkembangan dalam bidang keterampilan
dapat memberi jaminan bagi masyarakat yang tidak mengikuti pendidikan formal
untuk bersaing didunia kerja. Biaya yang lebih sedikit namun memiliki kualitas
yang kurang lebih sama dengan pendidikan formal.
3. Upaya untuk mengurangi pengangguran
25
Mohammad Saroni, 2013, Pendidikan untuk Orang Miskin Membuka Keran Keadilan
dalam Kesempatan Pendidikan, cet I, Ar-Ruzz Jogjakarta, h. 125
46
Kebutuhan akan kerja menuntut masyarakat memiliki keterampilan dan
pengalaman yang lebih banyak. Pendidikan nonformal merupakan kesempatan
untuk menambah pengetahuan pendidikan dalam bidang keterampilan.Dengan
mengikuti kursus atau lembaga pendidikan nonformal lainnya dapat memberikan
keterampilan bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi pengangguran.
4. Pengembangan sumber daya manusia
Pendidikan nonformal seperti kursus dan lembaga lain akan menumbuhkan dan
mengembangkan profesionalisme dalam bidang transportasi khususnya sangat
besar artinya dalam pembinaan sumber daya manusia yang berkuaitas.
2.2.6. Tujuan kursus mengemudi
Salah satu wujud perkembangan suatu negara dilihat dari pendidikan
masyarakatnya.Biaya pendidikan formal yang tidak sedikit berakibat pada kesulitan
masyarakat kita bersaing didunia kerja.Tujuan umum pendidikan adalah pedoman
umum bagi pendidik untuk menentukan tujuan-tujuan khusus yang sifatnya
sementara26
.Maksudnya stiap tujuan khusus yang telah tercapai sebagian atau
seluruhnya adalah alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang baru.Pendidikan
nonformal bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat dari berbagai
kalangan untuk menempuh pendidikan dan mendapatkan pelatihan dan bimbingan
diluar pendidikan formal.
26 HM. Hafi Anshari, 1983, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, h. 48
47
Santoso S.Hamijoyo menyatakan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah
adalah supaya individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan alamnya
dapat secara bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong kearah
kemajuan.Tujuan yang ingin dicapai ialah memperbaiki kehidupan atau taraf
hidup.Artinya segala sesuatu yang dikerjakan orang-orang tersebut hendaknya
bermanfaat untuk kehidupan mereka dan bisa memperbaiki taraf hidup mereka.
Pendidikan nonformal kursus mengemudi memiliki beberapa tujuan diantaranya :
1. Masyarakat dari barbagai kalangan sosial baik laki-laki ataupun perempuan dapat
memperbaiki kualitas diri dan kualitas sosialnya masing-masing.
2. Memberikan rasa aman dan nyaman berkendara. Pendidikan nonformal ini telah
memberikan pelatihan dan bimbingan dalam bidang mengemudi.
3. Memberikan kesempatan bagi lembaga-lembaga swasta untuk menciptakan
lembaga yang membantu memperbaiki tata tertib berlalu lintas bagi masyarakat
dalam berkendara.