BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan...

21
1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DAN DESA ADAT 2.1. Tinjauan Tentang Sampah dan Pengelolaan Sampah 2.1.1. Pengertian dan Jenis Sampah Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah pada pasal 1 angka 1 pengertian sampah didefinisikan sebagai berikut: “Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.” Selanjutnya pasal 1 angka 2 yang dimaksud “sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.Slamet berpendapat bahwa sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. 1 Menurut Juli Soemirat Slamet, sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Sampah yang mudah membusuk terdiri dari zat-zat organik seperti sayuran, sisa daging, daun dan lain 1 Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008, Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, file:///C:/Users/User%20All/Downloads/140580742-Tesis-Peran-Serta- Masyarakat-Dalam-Pengelolaan-Sampah-Rumah-Tangga-Di-Semarang.pdf, Universitas Diponegoro, h. 18, diakses tanggal 18 Mei 2015

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan...

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

1

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DAN DESA

ADAT

2.1. Tinjauan Tentang Sampah dan Pengelolaan Sampah

2.1.1. Pengertian dan Jenis Sampah

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah pada pasal 1 angka 1 pengertian sampah didefinisikan sebagai berikut:

“Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang

berbentuk padat.” Selanjutnya pasal 1 angka 2 yang dimaksud “sampah spesifik

adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan

pengelolaan khusus.”

Slamet berpendapat bahwa sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari

manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat

organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang

dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.1

Menurut Juli Soemirat Slamet, sampah adalah segala sesuatu yang tidak

lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ada yang mudah

membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Sampah yang mudah

membusuk terdiri dari zat-zat organik seperti sayuran, sisa daging, daun dan lain

1 Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008, Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga, file:///C:/Users/User%20All/Downloads/140580742-Tesis-Peran-Serta-

Masyarakat-Dalam-Pengelolaan-Sampah-Rumah-Tangga-Di-Semarang.pdf, Universitas

Diponegoro, h. 18, diakses tanggal 18 Mei 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

2

sebagainya, sedangkan yang tidak mudah membusuk berupa plastik, kertas, karet,

logam, abu sisa pembakaran dan lain sebagainya.2 Maka dapat ditarik

kesimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu

yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang

umumnya berasal dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia

(termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis karena kotoran manusia

(human waste) tidak termasuk didalamnya dan umumnya bersifat padat (karena

air bekas tidak termasuk didalamnya).

Jenis-jenis sampah yang berada di lingkungan sangat beranekaragam jenis

dan karakteristiknya, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri,

sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan,

sampah peternakan, sampah institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya.

Menurut Gelbert dkk dalam Ni Komang Ayu Artiningsih sampah yang ada

di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber sebagai berikut.3

1. Sampah dari pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa

keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa

atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan

2 Hermawan Eko Wibowo, 2010, Perilaku Masyarakat Dalam mengelolaan Sampah

Permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak (Tesis),

http://eprints.undip.ac.id/23703/1/HERMAWAN_EKO_WIBOWO.pdf, Universitas Diponegoro,

diakses tanggal 19 mei 2015. 3 Ni Komang Ayu Artiningsih, Op.cit, h. 19, dikutip dari Gelbert M, Prihanto D. dan

Suprihatin A., 1996. Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan ” Wall Chart ”. Buku Panduan

Pendidikan Lingkungan Hidup, PPPGT/VEDC, Malang.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

3

sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering

(rubbsih), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun.

2. Sampah dari tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul

dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Tempat seperti ini

sangat berpotensi tinggi dalam memproduksi sampah. Jenis sampah yang

dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage),

sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah

berbahaya.

3. Sampah dari sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan,

jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit

dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur,

dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah

basah dan sampah kering.

4. Sampah dari industri

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu,

industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air

minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau

memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini

biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus

dan sampah berbahaya.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

4

5. Sampah pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun,

ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan

yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi

serangga tanaman.

Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian

kecil dari sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Maka hal ini menunjukan bahwa segala aktivitas dari kehidupan manusia tidak

terlepas dari adanya sampah.

Menurut Gelbert dkk dalam Ni Komang Ayu Artiningsih berdasarkan asalnya,

sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :4

1. Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan – bahan

hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable.

Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah

rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk

sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan,

pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit

buah, daun dan ranting.

2. Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non-

hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi

pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi :

sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah

kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar

anorganik tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme secara

keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat

diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah

tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng.

4 Ibid, h. 20.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

5

Berdasarkan Sifat Fisik

Menurut Gelbert dalam Ni Komang Ayu Artiningsih berdasarkan sifat fisiknya

sampah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:5

1. Sampah basah (garbage)

Sampah golongan ini merupakan sisa – sisa pengolahan atau sisa sisa

makanan dari rumah tangga atau merupakan timbulan hasil sisa

makanan, seperti sayur mayur, yang mempunyai sifat mudah membusuk,

sifat umumnya adalah mengandung air dan cepat membusuk sehingga

mudah menimbulkan bau.

2. Sampah kering (rubbish)

Sampah golongan ini memang diklompokkan menjadi 2 (dua) jenis :

- Golongan sampah tak lapuk. Sampah jenis ini benar-benar tak akan bisa

lapuk secara alami, sekalipun telah memakan waktu bertahun-tahun,

contohnya kaca dan mika.

- Golongan sampah tak mudah lapuk. Sekalipun sulit lapuk, sampah jenis

ini akan bisa lapuk perlahan-lahan secara alami. Sampah jenis ini masih

bisa dipisahkan lagi atas sampah yang mudah terbakar, contohnya seperti

kertas dan kayu, dan sampah tak mudah lapuk yang tidak bisa terbakar,

seperti kaleng dan kawat.

2.1.2. Pengelolaan Sampah

Pengertian tentang pengelolaan sampah menurut undang-undang No. 18

tahun 2008 pada pasal 1 angka 5 menyebutkan: “Pengelolaan sampah adalah

kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah.” Sampah yang merupakan sisa dari

kegiatan manusia harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran

lingkungan dan gangguan kesehatan. Pengelolaan sampah terkait dengan

pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan

dari material sampah yang mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari

kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap

5 Ibid, h. 21.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

6

kesehatan, lingkungan atau keindahan.6 Jadi yang dimaksud dengan pengelolaan

sampah ialah usaha untuk mengelola sampah dengan tujuan untuk menghilangkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan untuk mencapai tujuan yaitu

lingkungan yang bersih, sehat, dan teratur.

Pengurangan sampah yang dimaksud dalam Undang-Undang pengelolaan

sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah,

dan pemanfaatan kembali sampah. Untuk dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan

ini, masyarakat dan para pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatannya

diharapkan dapat menggunakan bahan yang menimbulkan sampah sedikit

mungkin, dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang, dan mudah diurai oleh

proses alam.7

Penanganan sampah yang dimaksud dalam Undang-Undang pengelolaan

sampah merupakan kegiatan yang diawali dengan pemilahan dalam bentuk

pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan sifat

sampah. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan

sampah terpadu, dan pengangkutan sampah dari tempat penampungan sampah

sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan

akhir. Kemudian sampah yang telah terkumpul di tempat pemrosesan akhir

dikelola dengan cara mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah

6 Putu Tuni Cakabawa Landra et. al, 2013, Efektifitas Penerapan Perda No. 5 tahun 2011

tentang Pengelolaan Sampah dalam Upaya Menjaga serta Memelihara Daya Dukung

Lingkungan di Provinsi Bali (Sampah sebagai Dampak, Ancaman dan Peluang), h. 15. 7 Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008,

http://www.pekanbaru.go.id/blh/index.php?option=com_content&view=article&id=38:pengelolaa

n-sampah-menurut-uu-no-18-tahun-2008, diakses tanggal 18 Mei 2015.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

7

dan/atau diproses untuk mengembalikan hasil pengolahan sebelumnya ke media

lingkungan secara aman.8

Semua usaha pengelolaan sampah ini memerlukan kesadaran dan peran

serta masyarakat. Selanjutnya, pengelolaan diajukan pada pengumpulan sampah

mulai dari produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan

membuat tempat pembuangan sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai

lingkungan, dan pengelolaan pada TPA. Sampah juga dapat diolah dulu baik

untuk memperkecil volume, untuk daur ulang atau dimanfaatkan kembali.

Secara teknis pengelolaan sampah berupa kegiatan dengan cara

pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan.9 Pemusnahan sampah

secara umum berupa penimbunan (landfill), pembakaran (incineration), dan

pengomposan. Pemilahan sampah dapat dilakukan secara meknik (memakai alat)

maupun manual (dengan tangan). Sampah yang tidak dapat diolah lebih lanjut

(residu) dapat dilakukan dengan cara penimbunan atau pemusnahan. Sistem

pembuangan dan pemusnahan yang direkomendasikan adalah dengan sistem

insinerasi terkontrol atau dengan lahan urug saniter (sanitary landfill). Cara ini

dapat pula digunakan untuk memperbaiki lahan yang berbentuk jurang dan

lainnya sehingga lahan tersebut dapat lebih bermanfaat.10

Paradigma baru dalam pengelolaan sampah lebih menekankan pada

pengurangan sampah dari sumber untuk mengurangi jumlah timbulan sampah

serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah. Maka dari itu,

8 Ibid. 9 Putu Tuni Cakabawa Landra et. al, loc.cit. 10 Ibid. h. 16

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

8

prinsip dan program Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kabupaten Badung

memiliki tata cara pengelolaan sampah dengan cara 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

sejalan dengan pengelolaan sampah yang menitikberatkan pada pengurangan

sampah dari sumbernya. Dinas Kebersihan dan Pertamanan kabupaten badung

menjelaskan bahwa pengelolaan sampah dengan cara 3R dapat diuraikan sebagai

berikut:11

1. Prinsip pertama adalah Reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya untuk

mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat

dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat

melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup

konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan

banyak sampah menjadi hemat/efisien dan hanya menghasilkan sedikit

sampah.

2. Prinsip kedua adalah Reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau

material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan),

seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol

bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan demikian reuse

akan memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan

pemanfaatan kembali barang secara langsung.

3. Prinsip ke tiga adalah Recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan

yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru

setelah melalui proses pengolahan. Beberapa sampah dapat didaur ulang

11 Mewujudkan Beautiful Badung Yang Bersih dan Berbunga,

http://www.dkp.badungkab.go.id/, diakses tanggal 18 Mei 2015.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

9

secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi dan alat

yang sederhana, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain

lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa

makanan untuk dijadikan kompos.

2.2. Tinjauan Tentang Desa Adat

2.2.1. Pengertian Desa dan Desa Adat

Desa dalam pengertian ini menunjuk kepada suatu wilayah yang dihuni

oleh penduduk yang beragama Hindu kecuali di beberapa desa dalam kota atau

desa-desa yang terletak di pinggir pantai yang penduduknya sudah heterogen dan

terdiri dari berbagai umat beragama. “Desa” dapat berarti suatu wilayah

pemukiman penduduk yang beragama Hindu seperti misalnya, Desa Pelitan, Desa

Penestanaan dll. Desa dapat berarti organisasi pemerintahan terendah langsung

dibawah camat contohnya: Desa Bedulu, Kelurahan Bitra dll. Selain itu desa juga

dapat berarti situasi seperti dalam ungkapan desa kala patra yang berarti tempat,

waktu dan keadaan.12

Menurut Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa bahwa

yang dimaksud dengan desa adalah:

“Desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/ atau hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.”

12 Wayan P. Windia, 2003, Membangun Desa Adat Bali Yang Sejuk,Yayasan Bali Jani, h. 1.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

10

Pemerintah Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014

menjelaskan bahwa pemerintah desa merupakan penyelengaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah Desa dan Badan Permusyawarahan Desa dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun unsur-unsur desa menurut Sutarjo Kartohadikusumo, ada 3 unsur

penting yang harus dimiliki oleh sebuah desa yaitu :13

1. Daerah

Dalam unsur daerah ini terdiri dari tanah yang produktif, lokasi, luas dan

batas merupakan lingkungan geografis.

2. Penduduk

Dalam unsur penduduk ini terdiri dari jumlah penduduk, pertambahan

penduduk, persebaran penduduk dan mata pencaharian penduduk

3. Tata Kehidupan

Dalam unsur tata kehidupan ini, pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan

pergaulan warga desa termasuk seluk beluk kehidupan masyarakat desa.

Dalam pelaksanaanya ketiga unsur desa ini tidak bisa terlepas antara satu

yang lain, artinya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan unsur

daerah, penduduk dan tata kehidupan merupakan satu kesatuan hidup, penduduk

menggunakan kemungkinan yang disediakan oleh daerah itu guna

mempertahankan hidup. Tata kehidupan, dalam artian yang baik memberikan

jaminan akan ketentraman dan keserasian hidup bersama di desa.14 Unsur lain

yang termasuk unsur desa yaitu, unsur letak, letak suatu desa pada umumnya

selalu jauh dari kota atau dari pusat keramaian dan pemerintahan. Peninjauan ke

13 Sutardjo Kartihadikusomo, 1990, Hubungan Pemerintah Pusatdan Daerah, Tesis,

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,Semarang, 2008, h.35. 14 Made Suwandi, 1999, Otonomi dan Kewenangan Desa, Bina Aksara, Jakarta, h. 46.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

11

desa-desa atau perjalanan ke desa sama artinya dengan menjauhi kehidupan di kota

dan lebih mendekati daerah-daerah yang menonton dan sunyi. Desa-desa yang

pada perbatasan kota mempunyai kemampuan berkembang yang lebih banyak dari

pada desa-desa di pedalaman.15 Hal ini disebabkan unsur letak dari suatu desa

sangat menentukan besar kecilnya pengembangan suatu desa terhadap desa-desa

lainnya. Desa yang terletak jauh dari perbatasan kota mempunyai sedikit hambatan

baik itu berupa hambatan akses untuk menjangkau desa tersebut maupun hambatan

mengenai informasi yang sangat sulit didapat.16

Pengertian Desa Adat

Batasan tentang Desa Adat dapat ditemukan dalam Peraturan Daerah No. 3

Tahun 2001 pada pasal 1 angka 4 sebagai berikut:

“Desa pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat provinsi Bali yang

mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata karma pergaulan hidup

masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan kahyangan tiga

atau kahyangan desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan

sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri.”

Sebagai kesatuan masyarakat hukum adat, yang artinya Desa adat diikat

oleh adat istiadat atau hukum adat yang tumbuh dan berkembang dalam

lingkungan masyarakat setempat. Hukum adat yang lebih dikenal dengan awig-

awig adalah merupakan pedoman dasar dari desa adat dalam pemerintahannya.17

Wirta Griadhi mengemukakan bahwa desa adat, merupakan “suatu

persekutuan hukum yang keberadaannya dilandasi oleh adanya kehendak bersama

15 H.M. Aries Djainuri, 2004, Sistem Pemerintahan Desa Karya, PT Citra Aditya Bakti, h.

29. 16 Ibid, h. 30. 17 I Made Suasthawa Dharmayuda, op.cit. h. 18.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

12

dari orang-orang yang karena tuntutan kodratnya harus hidup bersama-sama

dalam suatu wadah yang dapat mempermudah dalam mewujudkan

kepentingannya, dengan demikian lahirnya desa adat dapat dikatakan karena

tuntutan kodrati dari manusia”.18

Ciri-ciri dari hukum adat yaitu:

a. Tidak tertulis dalam bentuk perundangan dan tidak dikodifikasi.

b. Tidak tersusun secara sistematis.

c. Tidak dihimpun dalam bentuk kitab perundangan.

d. Tidak tertatur.

e. Keputusannya tidak memakai konsideran (pertimbangan).

f. Pasal-pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai

penjelasan.19

Hukum adat merupakan produk dari budaya yang mengandung substansi

tentang nilai-nilai budaya cipta, karsa, rasa manusia. Dalam arti bahwa hukum

adat lahir dari kesadaran atas kebutuhan dan keinginan manusia untuk hidup

secara adil dan beradab sebagai aktualisasi peradaban manusia. Selain itu hukum

adat juga merupakan produk sosial yaitu sebagai hasil kerja bersama

(kesepakatan) dan merupakan karya bersama secara bersama (milik sosial) dari

suatu masyarakat hukum adat.20 Jadi adat adalah kebiasaan masyarakat, dan

kelompok-kelompok masyarakat lambat laun menjadikan adat itu sebagai adat

yang seharusnya berlaku bagi semua anggota masyarakat sehingga menjadi

18I Ketut Wirta Griadhi, 1981, Peranan Otonomi Desa Adat dalam Pembangunan, dalam

Kertha Patrika No. 54 Tahun XVII Maret 1981, h. 58. 19 Muhammad Bushar, 2004, Pokok-Pokok Hukum Adat, PT Penebar Swadaya, Jakarta, h.5 20 Djamanat Samosir, 2013, Hukum Adat Indonesia, Penerbit Nuansa Aulia, Bandung, h. 2

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

13

“hukum adat”. Jadi hukum adat adalah adat yang diterima dan harus dilaksanakan

dalam masyarakat bersangkutan.21

Disamping ikatan hukum adat, desa adat juga diikat oleh tradisi dan tata

krama. Tradisi adalah kebiasaan luhur dari leluhur yang diwariskan secara turun

temurun. Sedangkan tata karma adalah etika pergaulan, yang juga merupakan

norma dalam kehidupan bermasyarakat. Hanya ditegaskan bahwa tradisi dan tata

karma itu berasal dari budaya atau ajaran agama hindu.22

Desa adat mempunyai hak untuk mengurus rumah tangganya sendiri, ini

artinya desa adat mempunyai otonomi. Hak dari desa adat mengurus rumah

tangganya bersumber dari hukum adat, tidak berasal dari kekuasaan pemerintahan

yang lebih tinggi, sehingga isi dari otonomi desa adat seakan akan tidak terbatas.23

Secara garis besar otonomi desa adat mencakup:

- Membuat aturan sendiri (dalam hal ini berupa awig-awig)

- Melaksanakan sendiri peraturan yang dibuat (melalui prajuru)

- Mengadili dan menyelesaikan sendiri (dalam lembaga Kertha Desa)

- Melakukan pengamanan sendiri (melalui pekemitan, pegebagan, dan

pecalangan).24

Adat menurut masyarakat Bali adalah pokok pangkat kehidupan kelompok

masyarakat adat di Bali berdasarkan pada penuangan dari falsafah agama Hindu

disebut Tri Hita Karana atau yaitu upaya umum masyarakat untuk berusaha

menegakan keseimbangan hubungan antara warga masyarakat itu sendiri, upaya

penegakan keseimbangan hubungan warga masyarakat dalam kelompok

21 Hilman Hadikusuma, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Penerbit Mandar

Maju, Bandung, h.1. 22 I Made Suasthawa Dharmayuda, op.cit, h. 18. 23 Ibid. 24 Ibid h.19-20.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

14

masyarakat dan keseimbangan masyarakat keseluruhan dengan alam Ke-

Tuhanan.25

Perananan Desa Adat

Pengertian peranan disini adalah mengacu pada fungsi–fungsi yang

dijalankan oleh desa adat sebagai satu kesatuan. Desa adat merupakan kesatuan

masyarakat hukum adat yang bersifat sosial keagamaan dan sosial

kemasyarakatan. Dari kedudukan gandanya ini, kemudian desa adat ditentukan

fungsinya sebagai berikut:26

a. Membantu pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah

desa/pemerintah kelurahan dalam kelancaran dan pelaksanaan

pembangunan disegala bidang terutama dibidang keagamaan,

kebudayaan dan kemasyarakatan;

b. Melaksanakan hukum adat dan adat istiadat dalam desa adat;

c. Memberikan kedudukan hukum adat terhadap hal-hal yang

berhubungan dengan kepentingan hubungan sosial keperdataan dan

keagamaan;

d. Membina dan mengembangkan nilai- nilai adat bali dalam rangka

memperkaya, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan

nasional pada umumnya dan kebudayaan bali pada khususnya,

berdasarkan paras paros salunglung sabayantaka/musyawarah

untuk mufakat;

e. Menjaga, memelihara dan memanfaatkan kekayaan desa adat untuk

kesejahteraan masyarakat desa adat.

Peranan desa adat tersebut dikaitkan dengan pelaksanaan pengelolaan

sampah, peran desa adat di Kabupaten Badung secara tidak langsung telah

membantu pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah desa/pemerintah

kelurahan dalam kelancaran dan pelaksanaan pembangunan untuk tercapainya

25 I ketut Artadi, 2012, Hukum Adat Bali dengan Aneka Masalahnya, Bali: Pustaka Bali

Post, hlm.3 26 I Made Suasthawa Dharmayuda, op.cit, h.20-21.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

15

pelestarian lingkungan dengan cara pengelolaan sampah yang dilakukan oleh desa

adat di Kabupaten Badung.

Menyadari akan peranan penting dari desa adat dalam bidang agama,

idiologi negara, sosio kultural, ekonomi dan pertahanan keamanan, maka desa

adat perlu dibina dalam arti diberdayakan, dilestarikan dan dikembangkan dengan

maksud meningkatkan peranan adat istiadat dan lembaga adat didaerah dalam

menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, kelangsungan

pembangunan, dan peningkatan ketahanan nasional, serta turut mendorong upaya

mensejahterakan warga masyarakat setempat. Disamping itu bertujuan pula untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat guna kelancaran penyelengaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan masyarakat di daerah,

terutama di desa/kelurahan sehingga warga masyarakat setempat merasa

terpanggil untuk turut serta bertanggung jawab atas kesejahteraan hidup

masyarakat dan lingkungannya.27

2.2.2. Dasar Hukum Pengaturan Desa serta Desa Adat di Bali

Dasar Hukum Pengaturan Desa

Desa/Marga diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 18b ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut:

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang

diatur dalam undang-undang”. Negara Republik Indonesia menghormati

27 Ibid.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

16

kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dengan segala hak dan asal-usul

daerah tersebut yang mempunyai susunan asli sehingga dianggap istimewa oleh

negara.28 Selanjutnya dasar hukum pengaturan Desa dilihat dalam Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah dirubah dan diatur

dalam Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang

diatur pada pasal 371-372.

Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita

kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Desa dalam susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa.

Pada pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pengaturan Desa bertujuan:

a. memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada

dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

b. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam

sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan

bagi seluruh rakyat Indonesia;

c. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat

Desa;

d. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk

pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;

e. membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif,

terbuka, serta bertanggung jawab;

f. meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna

mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;

g. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna

mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial

sebagai bagian dari ketahanan nasional;

28 Wijaya, HAW, 2002, Pemerintah Desa/ Marga: Berdasarkan Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah (Suatu Telah Administrasi Negara), PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h.23.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

17

h. memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi

kesenjangan pembangunan nasional; dan

i. memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

Dasar hukum pengaturan Desa Adat di Bali

Eksistensi Desa Adat, secara yuridis formal tertuang dalam Peraturan

Daerah Propinsi Bali No. 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi, dan Peran

Desa Adat sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Dalam Propinsi Daerah

Tingkat I Bali (selanjutnya disebut dengan Perda Desa Adat). Di dalam Pasal 1 (e)

Perda Desa Adat menyebutkan bahwa:

“Desa Adat adalah Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Propinsi Daerah

Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata karma

pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam Ikatan

Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai wilayah tertentu dan

harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri”.

Dengan latar belakang perubahan sosial dan dicabutnya Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, dan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, maka

diadakan pula perubahan terhadap Perda Desa Adat sesuai kebutuhan masyarakat

Bali. Undang-Undang tersebut adalah Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3

Tahun 2001, yang kemudian dirubah dengan Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun

2003 tentang Desa Pakraman. Pasal 1 angka 4 dari Perda Desa Pakraman

menyebutkan bahwa:

“Desa Pakraman adalah Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Propinsi Bali

yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup

masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan kahyangan tiga

atau kahyangan desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan

sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri”.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

18

Dari pengertian yang diberikan oleh Peraturan Daerah nomor 6 tahun 1986

dan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tersebut, maka jelaslah bahwa istilah

desa adat dan istilah desa pakraman mempunyai pengertian yang sama, walaupun

ada sedikit pergeseran pada salah satu pembentuk sekaligus pengikat desa

pakraman, yaitu pada unsur parhyangan. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 06

Tahun 1986, keberadaan Kahyangan Tiga adalah faktor mutlak yang harus

dimiliki oleh suatu komunitas untuk dapat disebut sebagai desa pakraman. Konsep

kahyangan tiga ini jelas, yaitu tiga kahyangan (pura) yang terdiri dari Pura Desa,

Pura Puseh, dan Pura Dalem. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun

2001, keberadaan kahyangan tiga menjadi fakultatif, karena prinsip yang

digunakan adalah “Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa”. Dengan demikian,

keberadaan kahyangan tiga tidak lagi menjadi persyaratan mutlak sepanjang sudah

ada Kahyangan Desa yang mengikat komunitas tersebut dalam suatu wadah desa

pakraman.

Keberadaan masyarakat hukum adat diakui berdasarkan Pasal 18B ayat (2)

UUD 1945 yang menyatakan bahwa: “Negara mengakui dan menghormati

kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya

sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang”.

Keberadaan desa adat di Bali juga tidak dapat dipisahkan dengan ajaran agama

hindu sebagai landasan filosifis dan religious adat istiadat masyarakatnya. Konsep

Tri Hita Karana yang telah melembaga pada desa-desa adat di Bali mendasari

persekutuan teritorial dan persekutuan hidup atas kepentingan bersama dalam

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

19

masyarakat, serta persekutuan dalam kesamaan kepercayaan menuju Sang Hyang

Widhi.29

Kehidupan sosial budaya desa adat dilandasi filsafah Tri Hita Karana.

Secara arfiah konsep Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kesejahteraan atau

kebahagiaan yang perlu diseimbangkan dan diharmoniskan yaitu hubungan

manusia dengan Tuhan (Parhyangan), hubungan manusia dengan manusia

(Pawongan), dan manusia dengan lingkungan (Palemahan).30 Menurut Wiana

(2004) bahwa hakekat Tri Hita Karana adalah sikap hidup yang seimbang antara

memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia serta mengembangkan

kasih sayang pada alam lingkungan. Konsep Tri Hita Karana dalam palemahan

yaitu hubungan manusia dengan lingkungan merupakan konsep yang sangat baik.

Unsur palemahan hubungan manusia dengan lingkungan berkaitan dengan

menjaga keindahan dan kebersihan lingkungan salah satunya dengan cara

pengelolaan sampah. Pemerintah telah mengupayakan sistem pengelolaan sampah

ditiap daerah dengan cara mengatur dan membuat peraturan daerah seperti di

Kabupaten Badung memiliki peraturan daerah nomor 7 Tahun 2013 tentang

pengelolaan sampah. Selain pemerintah dan pemerintahan daerah peran serta

masyarakat serta desa adat sangat membantu dalam pengelolaan sampah, ini di

atur langsung dalam perda Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2013 pasal 40.

29 I Gusti Agung Ngurah Putra Ambara, 2006, Eksistensi Tanah-Tanah Milik Pura Desa

Pakraman di Kota Denpasar,

http://eprints.undip.ac.id/17667/1/I_Gusti_Agung_Ngurah_Putra_Ambara.pdf, h. 19, tanggal akses

21 Mei 2015. 30 I Made Putra Ariana, 2011, Respon Masyarakat Setempat Terhadap Tempat Pembuangan

Akhir Di Desa Temesi Kabupaten Gianyar,(Tesis),

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-256-1225324117-

respons%20masyarakat%20setempat%20terhadap%20keberadaan%20tempat%20pembuangan%2

0akhir%20di%20desa%20temesi%20kabupaten%20.pdf, diakses tanggal 03-06-2015.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.

20

Bentuk peran masyarakat serta desa adat dalam pasal ini yaitu ikut menjaga

kebersihan lingkungan, aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan,

pemilahan, pengangkutan, dan pengolahan sampah serta masyarakat/ desa adat

dapat memberian saran, usul, pengaduan, pertimbangan, dan pendapat dalam

upaya peningkatan pengelolaan sampah di wilayahnya.

Konsep dari palemahan ini mengajarkan manusia untuk peduli alam

lingkungannya. Filosofi Tri Hita Karana dalam kenyataannya dilingkungan desa-

desa pakraman yang ada di Bali sangat variatif, demikian pula mengenai struktur

organisasinya. Terlepas dari variasi-variasi yang ada, satu hal yang melekat pada

semua desa pakraman di Bali adalah bahwa desa pakraman adalah organisasi

sosial relegius yang otonom, yaitu berhak mengurus rumah tangganya sendiri.

Otonomi desa pakraman ini mempunyai landasan yang kuat, disamping

bersumber dari kodratnya sendiri (otonomi asli) juga bersumber pada kekuasaan

negara karena dalam struktur kenegaraan mendapat pengakuan secara yuridis

berdasarkan konstitusi (Pasal 18B UUD 1945). Dalam perspektif lokal, otonomi

desa pakraman mendapat penegasan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun

2001 tentang Desa Pakraman dalam Pasal 1 angka 4.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH … · 2017. 4. 1. · lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. 2.2.