BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013,...

36
39 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.1 Tinjauan Tentang Notaris 2.1.1 Sejarah notaris Notaris berasal dari bahasa Romawi yaitu Notarius yang memiliki arti sebagai juru tulis menulis. Nama Notarius berasal dari kata Nota Literaria yang artinya tanda tulisan (letter mark) atau karakter yang menyatakan suatu perkataan yang digunakan untuk menuliskan atau menggambarkan sesuatu. 46 Istilah ini lambat laun mempunyai arti berbeda dengan semula, diperkirakan pada abad kedua sesudah Masehi yang disebut dengan nama itu ialah mereka yang mengadakan pencatatan dengan tulisan cepat. 47 Di Italia Utara yang merupakan kota pusat perdagangan, notaris dikenal dengan sebutan Latijnse Notariaat. Karakteristik ataupun ciri-ciri dari lembaga ini yang kemudian tercermin dalam diri notaris saat ini yakni : 1. diangkat oleh penguasa umum ; 2. untuk kepentingan masyarakat umum ; dan 3. menerima uang jasanya (honorarium) dari masyarakat umum. 48 Di Indonesia, notaris sudah dikenal semenjak zaman Belanda ketika menjajah Indonesia. Dalam perkembangannya hukum Notariat yang diberlakukan di Belanda selanjutnya menjadi dasar dari peraturan perundang-undangan Notariat 46 R. Soegondo Notodisoerjo, 1993, Hukum Notariat Di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Perasada, Jakarta, hal. 12. 47 Ibid ., hal. 13. 48 G.H.S Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement) , Erlangga, Jakarta, hal. 3. 39

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013,...

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

39

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN

2.1 Tinjauan Tentang Notaris

2.1.1 Sejarah notaris

Notaris berasal dari bahasa Romawi yaitu Notarius yang memiliki arti

sebagai juru tulis menulis. Nama Notarius berasal dari kata Nota Literaria yang

artinya tanda tulisan (letter mark) atau karakter yang menyatakan suatu perkataan

yang digunakan untuk menuliskan atau menggambarkan sesuatu. 46 Istilah ini

lambat laun mempunyai arti berbeda dengan semula, diperkirakan pada abad

kedua sesudah Masehi yang disebut dengan nama itu ialah mereka yang

mengadakan pencatatan dengan tulisan cepat.47

Di Italia Utara yang merupakan kota pusat perdagangan, notaris dikenal

dengan sebutan Latijnse Notariaat. Karakteristik ataupun ciri-ciri dari lembaga ini

yang kemudian tercermin dalam diri notaris saat ini yakni :

1. diangkat oleh penguasa umum ;

2. untuk kepentingan masyarakat umum ; dan

3. menerima uang jasanya (honorarium) dari masyarakat umum.48

Di Indonesia, notaris sudah dikenal semenjak zaman Belanda ketika

menjajah Indonesia. Dalam perkembangannya hukum Notariat yang diberlakukan

di Belanda selanjutnya menjadi dasar dari peraturan perundang-undangan Notariat

46R. Soegondo Notodisoerjo, 1993, Hukum Notariat Di Indonesia, SuatuPenjelasan, Raja Grafindo Perasada, Jakarta, hal. 12.

47Ibid., hal. 13.48 G.H.S Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris

Reglement), Erlangga, Jakarta, hal. 3.

39

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

40

yang diberlakukan di Indonesia. 49 Pada waktu itu tepatnya pada tanggal 27

Agustus 1620, dibawah Pemerintah Belanda seseorang yang pertama kali diangkat

sebagai notaris adalah Meichior Kerchem. Sesudah pengangkatan yang dilakukan

oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen tersebut kemudian jumlah notaris

dalam Kota Jakarta ditambah, dan berhubung kebutuhan akan jasa notaris itu

sangat dibutuhkan yaitu tidak hanya dalam Kota Jakarta saja melainkan juga di

luar Kota Jakarta maka selanjutnya diangkat notaris-notaris oleh penguasa-

penguasa setempat. Dengan demikian mulailah notaris berkembang di wilayah

Indonesia.50

2.1.2 Notaris sebagai pejabat umum

Menurut Matome M. Ratiba dalam bukunya Convecaying Law for

Paralegals and Law Students menyebutkan : “Notary is a qualified attorneys

which is admitted by the court and is an officer of the court in both his office as

notary and attorney and as notary he enjoys special privileges.”51 Terjemahannya

yaitu notaris adalah pengacara yang berkualifikasi yang diakui oleh pengadilan

dan petugas pengadilan baik di kantor sebagai notaris dan pengacara dan sebagai

notaris ia menikmati hak-hak istimewa. Jabatan notaris hakikatnya ialah sebagai

pejabat umum (privatenotary)yang ditugaskan oleh kekuasaan umum untuk

melayani kebutuhan masyarakat akan alat bukti otentik yang memberikan

kepastian hubungan hukum keperdataan, jadi, sepanjang alat bukti otentik tetap

49Tan Thong Kie, 2000, Studi Notariat & Serba-serbi Praktek Notaris,Buku I, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal. 15.

50Ibid.,hal. 1651Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law

Students, bookboon.com, hal. 28.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

41

diperlukan oleh sistem hukum negara maka jabatan notaris akan tetap diperlukan

eksistensinya di tengah masyarakat.52Pasal 1 UUJN menyebutkan bahwa, “Notaris

adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan

kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.” Dalam

Pasal 1 angka 1 UUJN-P menegaskan bahwa “Notaris adalah pejabat umum yang

berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-

Undang lainnya.”

G.H.S. Lumban Tobing memberikan pengertian notaris adalah pejabat

umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua

perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum

atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta

otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan

grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu tidak

juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Notaris wajib

untuk merahasiakan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya dan tidak boleh

menyerahkan salinan-salinan dari akta-akta kepada orang-orang yang tidak

berkepentingan.53

Mendasarkan pada nilai moral dan nilai etik notaris, maka pengembanan

jabatan notaris adalah pelayanan kepada masyarakat (klien) secara mandiri dan

52Yanti Jacline Jennifer Tobing, 2010, Pengawasan Majelis PengawasNotaris Dalam Pelanggaran Jabatan dan Kode Etik Notaris (Studi Kasus MPPNomor 10/B/Mj.PPN/2009 Jo Putusan MPW Nomor 131/MPW-Jabar/2008),Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, Depok, hal. 12.

53G.H.S. Lumban Tobing, Op.Cit, hal. 31.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

42

tidak memihak dalam bidang kenotariatan yang pengembanannya dihayati sebagai

panggilan hidup bersumber pada semangat pengabdian terhadap sesama manusia

demi kepentingan umum serta berakar dalam penghormatan terhadap martabat

manusia pada umumnya dan martabat notaris pada khususnya. 54 Sedangkan

menurut Colenbrunder, notaris adalah pejabat yang berwenang untuk atas

permintaan mereka yang menyuruhnya mencatat semua yang dialami dalam suatu

akta dan menyaksikan (comtuleert) dalam akta tentang keadaan sesuatu barang

yang ditunjukkan kepadanya oleh kliennya.55

Menurut Habib Adjie, notaris merupakan suatu jabatan publik yang

mempunyai karakteristik yaitu sebagai jabatan. UUJN merupakan unifikasi di

bidang pengaturan jabatan notaris, artinya satu-satunya aturan hukum dalam

bentuk undang-undang yang mengatur jabatan notaris di Indonesia sehingga

segala hal yang berkaitan dengan jabatan notaris di Indonesia harus mengacu

kepada UUJN. Jabatan notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh

Negara. Menempatkan notaris sebagai pejabat umum merupakan suatu bidang

pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan,

fungsi, dan kewenangan tertentu serta bersifat berkesinambungan sebagai suatu

lingkungan pekerjaan tetap.56

54 Herlien Budiono, Notaris dan Kode Etiknya, (Disampaikan padaUpgrading dan Refreshing Course Nasional Ikatan Notaris Indonesia, 2007,Medan), hal. 3.

55 Van Voeve, 1998, Engelbrecht De Wetboeken wetten enVeroordeningen, Benevens de Grondwet van de Republiek Indonesie, Ichtiar Baru,Jakarta, hal. 882.

56Habib Adjie, 2008, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notarissebagai Pejabat Publik, Refika Aditama, Bandung, hal 32-34. (selanjutnya ditulisHabib Adjie I)

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

43

Pejabat umum yang dimaksudkan disini merupakan jabatan yang terkait

dengan unsur pemerintah yang diemban oleh seseorang yang merupakan pegawai

pemerintah. Tugas dan wewenang terkait jabatannya sebagai pejabat umum ini

merupakan wewenang yang diberikan secara khusus oleh peraturan perundang-

undangan untuk keperluan dan fungsi tertentu. 57 Namun pejabat umum tidak

hanya jabatan notaris saja. Terdapat jabatan lain yang merupakan pejabat umum,

salah satu contohnya adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yaitu pejabat

umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai

perbuatan hukum tertentu mengenai hak katas tanah atau hak milik Atas Satuan

Rumah Susun.

Notaris di dalam menjalankan tugas kewenangannya sebagai pejabat

umum memiliki ciri utama, yaitu pada kedudukannya yang tidak memihak dan

mandiri (independent), bahkan dengan tegas dikatakan “bukan sebagai salah satu

pihak”. Notaris selaku pejabat umum di dalam menjalankan fungsinya

memberikan pelayanan kepada masyarakat antara lain didalam pembuatan akta

autentik bukan merupakan pihak yang berkepentingan. Pada hakekatnya notaris

selaku pejabat umum hanyalah mengkonstatir atau merekam secara tertulis dan

autentik dari perbuatan hukum pihak-pihak yang berkepentingan. Notaris tidak

ada di dalamnya, yang melakukan perbuatan hukum itu adalah pihak-pihak yang

berkepentingan serta yang terikat dalam dan oleh isi perjanjian. Oleh karena itu,

akta notaris atau akta autentik tidak menjamin bahwa pihak-pihak “berkata benar”

57Ibid, hal. 17.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

44

tetapi yang dijamin oleh akta autentik adalah pihak-pihak “berkata benar” seperti

yang termuat di dalam akta perjanjian mereka.58

Keabsahan jabatan notaris sebagai pejabat umum juga bersumber dari

Pasal 1868 KUHPerdata yang menyatakan bahwa, “Suatu akta autentik ialah suatu

akta yang didalam bentuk yang ditentukan undang-undang dibuat oleh atau

dihadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta

dibuatnya”. Berdasarkan ketentuan ini jelas mempertegas bahwa suatu akta

autentik harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum, dan produk hukum

notaris berupa akta autentik adalah merupakan produk pejabat umum.

Akta autentik tidak dapat dilepaskan dengan kekuatan pembuktiannya.

Tujuan para penghadap datang ke hadapan notaris dan meminta menuangkannya

dalam akta autentik baik untuk dibuat oleh notaris atau oleh penghadap adalah

agar perbuatan hukum yang dilakukan mendapatkan kepastian hukum. Para pihak

dapat menjadikan kesepakatan yang telah dituangkan ke dalam akta autentik

sebagai alat bukti yang kuat dan sempurna. Pasal 1870 KUHPerdata mengatur

bahwa akta otentik memberikan kepastian di antara para pihak dan ahli warisnya

atau orang-orang yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna

tentang apa yang termuat di dalamnya.

Kekuatan pembuktian sempurna adalah kekuatan pembuktian pada alat

bukti yang menyebabkan nilai pembuktian pada alat bukti yang menyebabkan

nilai pembuktian pada alat bukti tersebut cukup pada dirinya sendiri. Cukup dalam

arti bahwa alat bukti tertentu tidak membutuhkan alat bukti lain untuk

58 Sjaifurrachman dan Habib Adjie, 2011, Aspek PertanggungjawabanNotaris Dalam Pembuatan Akta, Mandar Maju, Bandung, hal. 65.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

45

membuktikan suatu peristiwa, hubungan hukum, maupun hak dan kewajiban.

Sebagai contoh, sertipikat tanah sebagai akta otentik memiliki kekuatan

pembuktian sempurna untuk membuktikan hak milik seseorang atas tanah dalam

sertipikat tersebut, tanpa membutuhkan keterangan saksi atau alat bukti lainnya.59

Suatu akta merupakan suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat

untuk dapat dijadikan bukti bila ada suatu peristiwa dan ditanda tangani.60 Dengan

demikian, akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris diharapkan

mampu menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Menurut R.

Soegondo mengemukakan bahwa untuk dapat membuat akta autentik, seseorang

harus mempunyai kedudukan sebagai pejabat umum. Di Indonesia, seorang

advokat, meski pun ia seorang yang ahli dalam bidang hukum, tidak berwenang

untuk membuat akta autentik, karena itu tidak mempunyai kedudukan sebagai

pejabat umum. Sebaliknya seorang pegawai catatan sipil (Ambtenaarvande

Burgerlijke Stand) meskipun ia bukan ahli hukum, ia berhak membuat akta

otentik untuk hal-hal tertentu, misalnya untuk membuat akta kelahiran, akta

perkawinan, akta kematian. Hal tersebut karena pegawai catatan sipil oleh

undang-undang ditetapkan sebagai pejabat umum dan diberi wewenang untuk

membuat akta-akta tersebut.61

59 M.Natsir Asnawi, 2013, Hukum Pembuktian Perkara Perdata diIndonesia, kajian kontekstual mengenai system asas, prinsip, pembebanan danstandar pembuktian, UII Press, Jogyakarta, hal.43.

60 R. Subekti, 2001, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta,hal.48.

61R. Soegondo,Op.Cit., hal. 43.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

46

Akta autentik yang merupakan produk hukum notaris ini dibedakan

menjadi 2 (dua) jenis akta, yaitu Relaas Acte dan Partij Acte.Kedua akta ini

merupakan akta autentik, namun memiliki perbedaan yaitu :62

1. Relaas Acte atau Berita AcaraMerupakan akta yang dibuat berdasarkan permintaan para pihak, terkaitmencatat dan menuliskan segala sesuatu yang disaksikan, didengar dandialami secara langsung oleh notaris, terkait segala sesuatu yangdisampaikan dan dilakukan para pihak.

2. Partij Acte atau Akta PihakMerupakan akta yang dibuat dihadapan notaris berdasarkan keinginan parapihak yang dinyatakan dan disampaikan serta diterangkan sendiri oleh parapihak yang bersangkutan.

Berdasarkan Pasal 1868 KUHPerdata yang telah disebutkan diatas, akta

autentik harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang dan dibuat

oleh pejabat yang berwenang untuk itu. Akta autentik yang merupakan produk

hukum seorang notaris sebagai pejabat umum memiliki kekuatan pembuktian

yang penuh. Hal ini berdasarkan pada :

1. Kekuatan pembuktian lahir atau diri (Uitwendige Bewijskracht)

Kemampuan lahiriah akta autentik merupakan kemampuan akta itu

sendiri untuk membuktikan keabsahannya sebagai akta autentik. Jika dilihat dari

luar, sebagai akta autentik serta sesuai dengan aturan hukum yang sudah

ditentukan mengenai akta autentik, sampai terbukti sebaliknya, artinya sampai ada

yang membuktikan bahwa akta tersebut bukan akta autentik secara lahiriah.

Dalam hal ini beban pembuktian ada pada pihak yang menyangkal atau

membantah kebenaran akta autentik tersebut. Parameter untuk menentukan akta

notaris sebagai akta autentik, yaitu tanda tangan dari notaris yang bersangkutan

62Habib Adjie I, Op.Cit., hal. 45.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

47

baik pada minuta dan salinan, dan adanya awal akta yang dimulai dari judul

sampai dengan akhir akta. Jika ada yang menilai bahwa suatu akta notaris tidak

memenuhi syarat sebagai akta, maka yang bersangkutan wajib membuktikan

bahwa akta tersebut secara lahiriah bukan akta autentik.63

Akta autentik dengan sendirinya mempunyai kekuatan untuk

membuktikan dirinya sendiri sebagai akta autentik berdasarkan ketentuan

perundang-undangan yang memenuhi syarat sebagai akta autentik dan sah

menurut hukum. Berdasarkan hal tersebut maka beban pembuktian terdapat pada

pihak yang membantah atau menyangkal keautentikan atau kebenaran akta

tersebut.

2. Kekuatan pembuktian formil (formele bewijskracht).

Akta notaris merupakan akta otentik yang membuktikan kebenaran yang

tercantum dalam akta tersebut yang dibuat berdasarkan keterangan dan kehendak

para pihak yang dinyatakan dihadapan pejabat yang berwenang yaitu notaris. Akta

notaris harus dapat menerangkan fakta dan memberi kepastian bahwa memang

benar para pihak telah menghadap dan menuangkan keinginan penghadap sesuai

dengan prosedur pembuatan akta.

Secara formal untuk membuktikan kebenaran tentang kepastian tentang hari,tanggal, bulan, tahun, pukul (waktu) menghadap, dan para pihak/penghadap,saksi dan notaris, serta membuktikan apa yang dilihat, disaksikan, didengaroleh notaris (pada akta pejabat), dan mencatatkan keterangan atau pernyataanpara pihak/penghadap (pada akta pihak). Jika aspek formal yangdipermasalahkan oleh para pihak, maka yang harus dibuktikan dari formalitassuatu akta yaitu harus dapat membuktikan ketidakbenaran hari, tanggal, bulan,tahun, dan pukul (waktu) menghadap, membuktikan ketidakbenaran mereka

63Aditia Warman, 2014, Kedudukan Akte Otentik Sebagai Salah SatuAlat Bukti Ditinjau Dari Sisi Pidana, Refleksi 106 Tahun Ikatan NotarisIndonesia, Badung, hal. 9.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

48

yang menghadap, membuktikan ketidakbenaran apa yang dilihat, disaksikandan didengar oleh notaris, juga harus dapat membuktikan ketidakbenaranpernyataan atau keterangan para pihak yang diberikan/disampaikan di hadapannotaris, dan ketidakbenaran tandatangan para pihak, saksi dan notaris ataupunprosedur pembuatan akta yang tidak dilakukan.64

3. Kekuatan pembuktian material (materiele bewijskracht).

Secara sederhana dapat dikatakan, akta autentik memiliki kekuatan untuk

memberikan kepastian terhadap isi atau materi aktadan sebagai alat bukti yang sah

secara hukum untuk membuktikan keterlibatan para pihak yang membuat akta

atau mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum, kecuali ada

pembuktian sebaliknya. Menurut Ahmadi Miru, apabila ada yang hendak

membantah kebenaran suatu akta autentik maka pihak yang membantah tersebut

harus membuktikan kepalsuan dari akta itu. Oleh karena itu, pembuktian akta

otentik disebut pembuktian kepalsuan.65

2.1.3 Kewenangan dan kewajiban notaris

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang terkait jabatan sebagai notaris

yang membuat suatu akta autentik sebagai alat bukti yang sempurna, seorang

notaris harus selalu mengacu pada ketentuan dalam UUJN, UUJN-P dan kode etik

profesi notaris. Dapat dilihat bahwa dalam melaksanakan tugas dan jabatan

notaris, terdapat kewenangan-kewenangan yang melekat pada jabatan notaris

antara lain yang terkait dengan :

64Ibid. hal. 10.65 Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak, Perancangan Kontrak, Raja

Grafindo Perkasa, Jakarta, hal. 15.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

49

a. Subjek

Hal ini berkaitan dengan subjek hukum yang berkepentingan terkait akta

yang akan dibuat yaitu orang (baik warga negara Indonesia atau warga negara

asing) atau badan hukum (badan hukum dalam negeri atau badan hukum asing).

Notaris berwenang membuat akta untuk setiap orang namun dengan pembatasan

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 52 UUJN bahwa :

Notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk diri, sendiri, isteri/suamiatau orang lain yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan notaris,baik karena perkawinan maupun hubungan darah dalam garis keturunanlurus kebawah dan/atau ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam gariske samping sampai dengan derajat ketiga, serta menjadi pihak untuk dirisendiri, maupun dalam suatu kedudukan ataupun dengan perantaraan kuasa.

b. Objek

Hal ini berkaitan dengan objek dari pembuatan akta yang menurut

peraturan perundang-undangan jabatan notaris diperbolehkan untuk dibuat oleh

seorang notaris dan merupakan kewenangan notaris. Sepanjang tidak dikecualikan

kepada pihak atau pejabat lain, atau notaris juga berwenang membuatnya

disamping dapat dibuat oleh pihak atau pejabat lain, sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 15 UUJN-P.

c. Waktu

Hal ini berkaitan dengan waktu pembuatan akta. Pembuatan akta yang

merupakan produk hukum notaris, harus dilakukan pada saat menjabat sebagai

notaris aktif, yang berarti tidak dalam keadaan cuti atau diberhentikan sementara

waktu.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

50

d. Tempat

Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) menentukan

bahwa tempat kedudukan notaris adalah kabupaten atau kota dan wilayah jabatan

notaris meliputi provinsi. Berdasarkan ketentuan tersebut maka notaris memiliki

kewenangan untuk membuat produk hukumnya hanya pada wilayah jabatannya.

Kewenangan terkait jabatan notaris diberikan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yang khusus mengatur mengenai jabatan

notaris. Wewenang yang diperoleh suatu jabatan memiliki beberapa sumber

yaitu:66

1. Atribusi, yaitu pemberian wewenang kepada suatu jabatan berdasarkan suatu

peraturan perundang-undangan.

2. Delegasi, merupakan pengalihan atau pemindahan wewenang yang ada

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3. Mandat, merupakan pengalihan sementara karena yang bersangkutan

berhalangan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa notaris

sebagai pejabat umum memperoleh wewenang secara atribusi. Wewenang ini

diberikan langsung oleh undang-undang yaitu UUJN dan UUJN-P secara

langsung. Kewenangan notaris terkait jabatannya diatur dalam Pasal 15 UUJN-P.

Aturan ini menegaskan bahwa:

(1) Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan,perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untukdinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan

66Habib Adjie I, Op.Cit.,hal 77.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

51

akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskanatau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkanoleh undang-undang.

(2) Notaris berwenang pula:a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat

di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam

buku khusus;c. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan

yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalamsurat yang bersangkutan;

d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;e. outlmemberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan

akta;f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; ataug. membuat akta risalah lelang.

Kewenangan notaris yang diatur dalam Pasal 15 UUJN-P tersebut dapat

dibedakan menjadi beberapa kewenangan. Sebagaimana diketahui bahwa

kewenangan notaris merupakan kewenangan atribusi, maka kewenangan tersebut

diatur secara tegas oleh peraturan perundang-undangan. Kewenangan-

kewenangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan ini yang

menjadi dasar dalam melaksanakan tugas dan jabatan notaris. Kewenangan

tersebut apabila disimpulkan maka menjadi beberapa kewenangan yaitu :67

1. Kewenangan Umum Notaris

Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) UUJN-P menentukan bahwa kewenangan

notaris adalah membuat akta secara umum. Namun dengan pembatasan, yaitu :

a. Tidak dikecualikan terhadap pejabat lain yang ditetapkan undang-undang.

b. Perbuatan, perjanjian maupun ketetapan yang terkait dengan pembuatanakta harus berdasarkan pada hukum dan kehendak para pihak.

c. Terkait subjek hukum yang berkepentingan dalam akta harusberdasarkan kehendak para pihak.

67Op.Cit.,hal. 78.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

52

2. Kewenangan Khusus Notaris

Terkait dengan wewenang notaris dalam membuat akta terkait tindakan

hukum tertentu. Hal ini berdasarkan pada Pasal 15 ayat (2) UUJN-P seperti yang

telah disebutkan sebelumnya.

3. Kewenangan Notaris Yang Akan Ditentukan Kemudian

Merupakan kewenangan lain yang akan ditentukan kemudian berdasarkan

peraturan perundang-undangan dengan pembatasannya. Hal ini berdasarkan Pasal

15 ayat (3) UUJN-P yang menegaskan mengenai wewenang lain (selain ayat (1)

dan (2)) yang akan ditentukan kemudian berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

Berikutnya mengenai kewajiban notaris ini diatur secara lengkap dalam

Pasal 16 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UUJN-P yang menegaskan bahwa :

(1) Dalam menjalankan jabatannya, notaris berkewajiban:a. bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga

kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;b. membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya

sebagai bagian dari Protokol Notaris;c. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta

berdasarkan Minuta Akta;d. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-

Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;e. merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan

segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuaidengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukanlain;

f. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi bukuyang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlahakta tidak dapat dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilidmenjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta,bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku;

g. membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidakditerimanya surat berharga;

h. membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutanwaktu pembuatan akta setiap bulan;

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

53

i. mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h ataudaftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat WasiatDepartemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidangkenotariatan dalam waktu 5 (lima) had pada minggu pertama setiapbulan berikutnya;

j. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat padasetiap akhir bulan;

k. mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara RepublikIndonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama,jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan;

l. membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri olehpaling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itujuga oleh penghadap, saksi, dan notaris;

m.menerima magang calon notaris.(2) Kewajiban menyimpan Minuta Akta sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan aktainoriginali.

(3) Akta in originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :a. Akta pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun.b. Akta penawaran pembayaran tunai.c. Akta protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat

berharga.d. Akta kuasa.e. Akta keterangan kepemilikan.f. Akta lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Uraian dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a di atas ada disebutkan bahwa

seorang notaris wajib bertindak jujur, seksama dan tidak memihak. Kejujuran

merupakan hal yang penting karena jika seorang notaris bertindak dengan

ketidakjujuran maka akan banyak kejadian yang merugikan klien bahkan akan

menurunkan ketidakpercayaan klien terhadap notaris tersebut, dan keseksamaan

bertindak merupakan salah satu hal yang juga harus selalu dilakukan seorang

notaris.68

68Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, 2009, Ke Notaris, Raih Asa,Sukses, Jakarta, hal. 41.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

54

2.1.4 Kode etik profesi notaris

Profesi hukum dituntut untuk memiliki rasa kepekaan atas nilai keadilan

dan kebenaran serta mewujudkan kepastian hukum bagi pencapaian

dan pemeliharaan ketertiban masyarakat. Selain itu, profesi hukum berkewajiban

selalu mengusahakan dengan penuh kesadaran yang bermoral untuk mengetahui

segala aturan hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.Secara ilmiah bagi

tegaknya hukum dan keadilan dan terutama diperuntukan bagi mereka yang

membutuhkannya.

Menurut Abdulkadir Muhammad, khusus bagi profesi hukum sebagai

profesi terhormat, terdapat nilai-nilai profesi yang harus ditaati oleh mereka, yaitu

sebagai berikut :69

a. Kejujuran

b. Otentik

c. Bertanggung jawab

d. Kemandirian moral

e. Keberanian moral.

Etika menyentuh unsur paling hakiki dari diri manusia yakni nurani

(soul). Seperti rambu lalu lintas, etika memberi arah kepada seriap manusia untuk

69Munir Fuady, 2005, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim,Jaksa, Advokat,Notaris, Kurator, dan Pengurus), Citra Aditya Bakti, Bandung,hal.4.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

55

mencapai tujuan yang diinginkannya. Tanpa adanya etika, manusia tidak akan

menjadi mahkluk mulia yang memberi keberkatan pada seluruh alam.70

Moral adalah akhlak, budi pekerti yang berkaitan dengan baik buruk yang

diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. Hati nurani

merupakan kesadaran yang diucapkan manusia dalam menjawab pertanyaan,

apakah sesuatu yang dilakukannya adalah perbuatan baik ataukah tidak baik, etis

ataukah tidak etis. Sedangkan integritas adalah kesadaran atas fungsi yang

diemban manusia di dalam masyarakat tanpa dipengaruhi oleh apapun.71 Integritas

adalah hasil akhir dari pergulatan moral dan hati nurani yang terjadi di dalam diri

seorang notaris sehingga ia secara teguh mampu menjalankan tugas dan

tanggungjawabnya sebagai pejabat umum yang mengemban sebagian tugas

negara dan berpaku pada hukum yuridis formal yakni UUJN dan kode etik notaris.

Hubungan antara kode etik dengan UUJN terdapat dalam Pasal 4 mengenai

sumpah jabatan. Notaris melalui sumpahnya berjanji untuk menjaga sikap,

tingkah lakunya dan akan menjalankan kewajibannya sesuai dengan kode etik

profesi, kehormatan, martabat dan tanggung jawabnya sebagai notaris.

Kode etik notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh

perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut

“perkumpulan” berdasar keputusan kongres perkumpulan dan atau yang

ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur

70 Evie Murniaty, 2010, Tanggung Jawab Notaris Dalam Hal TerjadiPelanggaran Kode Etik, Program Studi Magister Kenotariatan Pasca SarjanaUniversitas Diponegoro, Semarang, hal. 47.

71 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2008, Jati Diri NotarisIndonesia Dulu, Sekarang, Dan Di Masa Datang, Gramedia Pustaka, Jakarta,hal. 193.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

56

tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua

anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai

notaris, termasuk di dalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti,

dan Notaris Pengganti Khusus”. Pengaturan mengenai kode etik notaris

diperlukan sebagai pegangan notaris dalam melaksanakan jabatannya. Sebab

seorang notaris dalam menjalankan jabatannya akan mendapat banyak tantangan

seperti ingin cepat memperoleh uang atau untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,

hal tersebut akan berpengaruh terhadap setiap akta yang dibuatnya dan juga

berpengaruh terhadap masyarakat yang menggunakan jasa notaris. 72

Notaris berkewajiban untuk mempunyai sikap, perilaku, perbuatan atau

tindakan yang menjaga dan memelihara citra serta wibawa lembaga notariat dan

menjunjung tinggi harkat dan martabat notaris, tidak melakukan yang sebaliknya

sehingga dapat menurunkan citra, wibawa maupun harkat dan martabat notaris.

Seorang notaris yang melakukan profesinya harus berperilaku profesional,

berkepribadian baik dan menjunjung tinggi martabat kehormatan notaris dan

berkewajiban menghormati rekan dan saling menjaga dan membela kehormatan

nama baik korps atau organisasi. Sebagai notaris, ia bertanggungjawab terhadap

profesi yang dilakukannya, dalam hal ini kode etik profesi.73 Dalam memberikan

pelayanannya, profesional itu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada

masyarakat.Bertanggung jawab kepada diri sendiri, artinya dia bekerja karena

72Didi Santoso, 2009, Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan AktaYang Memuat Dua Perbuatan Hukum (Analisis Putusan Mahkamah AgungNomor 1440.K/PDT/1996), Program Studi Magister Kenotariatan Pasca SarjanaUniversitas Diponegoro, Semarang, hal. 37.

73Ignatius Ridwan Widyadharma, 1994, Hukum Profesi tentang ProfesiHukum, Ananta, Semarang, hal. 133-134.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

57

integritas moral, intelektual dan profesional sebagai bagian dari kehidupannya.

Dalam memberikan pelayanan, seorang profesional selalu mempertahankan cita-

cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati nuraninya, bukan karena

sekedar hobi belaka. Bertanggung jawab kepada masyarakat, artinya kesediaan

memberikan pelayanan sebaik mungkin tanpa membedakan antara pelayanan

bayaran dan pelayanan cuma-cuma serta menghasilkan layanan yang bermutu,

yang berdampak positif bagi masyarakat. Pelayanan yang diberikan tidak semata-

mata bermotif mencari keuntungan, melainkan juga pengabdian kepada sesama

manusia. Bertanggung jawab juga berani menanggung segala resiko yang timbul

akibat dari pelayanannya itu. Kelalaian dalam melaksanakan profesi menimbulkan

dampak yang membahayakan atau mungkin merugikan diri sendiri, orang lain dan

berdosa kepada Tuhan.74

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa sebagai seorang notaris

harus selalu mengacu pada ketentuan dalam peraturan perundangan yaitu UUJN

jo UUJN-P dan Kode Etik Profesi Notaris. Hal ini karena selain jabatan sebagai

pejabat umum, notaris adalah merupakan salah satu profesi hukum sehingga

sangat perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku profesi. Notaris

diharapkan memiliki integritas moral yang mantap, bersikap jujur terhadap klien

maupun diri sendiri, sadar akan batas-batas kewenangannya dan tidak bertindak

semata-mata berdasarkan pertimbangan uang.75

74Abdulkadir Muhamad, Op.Cit, hal. 60.75Liliana Tedjosaputro, 2003, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Aneka

Ilmu, Semarang, hal. 93.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

58

2.2 Tinjauan Tentang Perjanjian

2.2.1 Pengertian perjanjian

Perjanjian dapat dilakukan secara lisan dan dapat dilakukan secara

tertulis.Perjanjian lisan masih sering terjadi di lingkungan masyarakat adat,

sedangkan perjanjian tertulis lazimnya dilakukan masyarakat modern dalam dunia

usaha/bisnis dengan hubungan hukum yang lebih kompleks. Menurut M. Yahya

Harahap, ”Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian : suatu hubungan

hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan

hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada

pihak lain untuk menunaikan prestasi”.76

A.Pitlo (yang dikutip oleh R.Setiwan) memakai istilah perikatan untuk

verbentenisberpendapat : ”Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat

harta kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu

berhak (kreditur) dan pihak yang lain berkewajiban (debitur) atas sesuatu

prestasi”.77 Selanjutnya Subekti berpendapat : ” Perikatan adalah suatu hubungan

hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak

pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan yang

lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu”.78

Kemudian Sudikno Mertokusumo, mengartikan perjanjian adalah suatu

hubungan hukum antara dua pihak atau lebih yang didasarkan pada kata sepakat

76M.Yahya Harahap, 1986, Segi–segi Hukum Perjanjian, Cetakan kedua,Alumni, Bandung, hal. 6.

77R. Setiawan, 1999, Pokok–Pokok Hukum Perikatan, Putra A Bardin,Bandung, hal. 2.

78 R. Subekti, 1989, Pokok–Pokok Hukum Perdata, Cetakan XXII,Intermasa, Jakarta, hal. 122.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

59

untuk menimbulkan akibat hukum. 79 Sedangkan Wirjono Prodjodikoro,

mengartikan perjanjian sebagai suatu perbuatan hukum mengenai harta kekayaan

antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk

melakukan sesuatu hal atau tidak untuk melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak

lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.80

Berdasarkan beberapa pandangan dari para sarjana tersebut diatas, bahwa

perjanjian adalah suatu peristiwa yang timbul dari suatu hubungan antara dua

orang atau lebih yang saling mengikatkan dirinya untuk melaksanakan suatu hal

dalam lapangan harta kekayaan. Apabila pengertian tersebut dihubungkan dengan

pengertian yang ditentukan oleh Pasal 1313 KUHPerdata disebutkan bahwa

perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Pengertian perjanjian yang diberikan oleh Pasal 1313 KUHPerdata,

mengandung beberapa kelemahan, yakni :81

1. Hanya menyangkut satu pihak saja, hal ini dapat diketahui dari rumusan

”satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih

lainnya”. Dengan kata ”mengikatkan” sifatnya hanya datang dari satu pihak

saja sehingga perumusan itu seharusnya ”saling mengikatkan diri”, jadi ada

kesepakatan/konsensus antara pihak-pihak .

79Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Cet.Ketiga, Liberty, Jogyakarta, hal. 97.

80 Wirjono Prodjodikoro, 1985, Hukum Perdata tentang PersetujuanTertentu, Sumur, Bandung, hal. 11.

81 I Wayan Werasmana Sanjaya, 2013, Perjanjian Nominee SebagaiSarana Penguasaan Hak Milik Atas Tanah Oleh Warga Negara Asing DalamPerspektif Hukum Perjanjian Indonesia, Program Pasca Sarjana UniversitasUdayana, Denpasar, hal. 45-46.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

60

2. Kata ”perbuatan” meliputi juga hal-hal yang tanpa konsensus, sedang

pengertian ”perbuatan” dalam hal ini dimaksudkan juga/termasuk tindakan

melaksanakan tugas tanpa kuasa (zaakwaarneming), perbuatan melawan

hukum (onrechtmatigedaad) yang tidak mengandung suatu konsensus,

sehingga karenanya seharusnya dipakai kata ”persetujuan”.

3. Pengertian ”perjanjian” dalam rumusan pasal tersebut dipandang terlalu luas,

karena meliputi juga melangsungkan perkawinan, perjanjian kawin, dimana

perjanjian-perjanjian tersebut termasuk/diatur dalam lapangan hukum keluarga

sedang yang dimaksud dan yang dikehendaki oleh Buku III KUHPerdata

adalah perjanjian antara kreditur dengan debitur, yakni perjanjian dalam

lapangan harta kekayaan saja.

Dari pendapat-pendapat sarjana diatas tentang perjanjian dan pengertian

perjanjian yang diberikan oleh Pasal 1313 KUHPerdata dengan segala

kekurangannya, maka akhirnya dapatlah dikemukakan bahwa perjanjian adalah

suatu hubungan hukum dalam bidang harta kekayaan antara dua pihak dimana

pihak yang satu (kreditur) berhak atas prestasi sedang pihak yang lain (debitur)

berkewajiban untuk memenuhi prestasi dan pada umumnya bertanggungjawab

atas prestasi tersebut. Sedangkan penggunaan istilah perjanjian maupun

persetujuan menurut Abdulkadir Muhamad tidaklah dipermasalahkan, karena

perjanjian yang dimaksud tiada lain adalah persetujuan yang terdapat dalam Pasal

1313 KUHPerdata atau lebih lengkapnya beliau mengatakan : ”Perjanjian adalah

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

61

suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri

untuk saling melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan”.82

2.2.2 Bentuk bentuk perjanjian

Bentuk perjanjian dapat dibagi menjadi empat, yaitu :83

1. Perjanjian

Perjanjian adalah perjanjian yang sepenuhnya tunduk kepada ketentuan

Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Para pihak dalam membuat perjanjian mempunyai kedudukan yang sama

dan atas kehendak bebas membuat perjanjian, dan apa yang dikehendaki

secara sama dan secara terang diketahui oleh kedua belah pihak. Misalnya,

perjanjian jual-beli, perjanjian sewa menyewa, dan lain-lain.

2. Perjanjian baku

Menurut Abdul Kadir Muhammad, istilah perjanjian baku dialih bahasakan

dari istilah yang dikenal dalam bahasa Belanda yaitu “standard contract”.

Kata baku atau standar artinya tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau

pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan

pengusaha, yang dibakukan dalam perjanjian baku ialah meliputi model,

rumusan, dan ukuran.84

82Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung,hal.77.

83I Ketut Artadi, I Dewa Njo.man Rai Asmara Putra, 2010, ImplementasiKetentuan-Ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak, UdayanaUniversity Press, Denpasar, hal. 36.

84Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti,Bandung, hal. 87.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

62

Perjanjian baku adalah perjanjian yang klausul-klausulnya telah

ditetapkan atau dirancang oleh salah satu pihak. Perjanjian baku, lebih tepat

disebut kontrak baku, sebab dibuat secara tertulis, disiapkan seragam untuk

banyak orang, lazimnya untuk satu objek perjanjian dan satu prestasi. Pihak yang

menyiapkan kontrak baku, berada di pihak yang kuat (kreditor), menyiapkan

format dan isi kontrak terlebih dahulu, dan pihak lain tinggal menyetujui atau

prestasi yang ditawarkan tersebut. Pihak lain yaitu debitor, umumnya disebut

“Adherent”, ia tidak turut serta dalam menyusun kontrak, ia tidak mempunyai

pilihan. Dalam hal penyusun kontrak (kreditor) mempunyai kedudukan monopoli.

Terserah mau mengikuti atau menolak. Penyusun kontrak bebas dalam membuat

redaksinya, sehingga pihak lawan berada dalam keadaan di bawah kekuasaannya.

3. Perjanjian tersamar (perjanjian kuasi)85

Perjanjian kuasi atau kuasi kontrak (impliedcontract, quasicontract)

adalah suatu perjanjian di mana karena sifat peristiwanya para pihak dianggap

patut mengetahui oleh hukum bahwa sudah terikat kepada suatu perjanjian.

Bentuk perjanjian tersamar ini secara tidak langsung diatur di dalam Pasal 1339

KUHPerdata berbunyi :“suatu perjanjian tidak saja mengikat untuk hal-hal yang

dengan tegas dinyatakan didalamnya, akan tetapi untuk segala sesuatu yang

menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan dan kebiasaan atau undang-

undang”.

Perjanjian tersamar ini sering terjadi pada pelayanan umum, misalnya di

rumah sakit, Pasien kecelakaan berat, diantar masuk ke ruang gawat darurat, dan

85I Ketut Artadi, I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, Op.Cit, hal. 41-42.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

63

dokter langsung memberikan pertolongan untuk menyelamatkan nyawa pasien,

(karena sifat peristiwa, sesuai kebiasaan dan kepatutan) para pihak itu (dokter dan

keluarga pasien) dianggap mengetahui oleh hukum bahwa mereka sudah terikat

kepada suatu perjanjian (yaitu dokter harus sungguh-sungguh memberikan

pertolongan tanpa menunggu kesepakatan pasien, dan pasien yang ditolong juga

wajib membayar jasa dokter walaupun tidak terdapat kesepakatan yang jelas).

Seseorang masuk ke rumah makan, dihidangkan makanan, dan membayar sesuai

tariff, tanpa ada kesepakatan sebelumnya atau tanpa tawar menawar sesudahnya

(para pihak sesuai kebiasaan dan kepatutan) dan oleh hukum dianggap

mengetahui bahwa mereka terikat hak dan kewajiban.

4. Perjanjian Simulasi

Perjanjian simulasi adalah perjanjian di mana para pihak menyatakan

keadaan yang berbeda dengan perjanjian yang diadakan sebelumnya.86 Terdapat

dua macam simulasi :

1) Purwahid Patrik menyebutkan Simulasi mutlak, yaitu bahwa dengan

perjanjian pura-pura itu hubungan hukum antara mereka tidak ada perubahan

apa-apa perjanjian jual beli tetapi tidak akan terjadi perubahan hak milik atas

barang.87 Sedangkan I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra

menyebutkan Perjanjian simulasi absolute, apabila para pihak membuat

perjanjian yang terhadap pihak luar menimbulkan kesan yang berbeda dengan

perjanjian yang oleh para pihak yang secara diam-diam mengingkarinya.

86Herlien Budiono, 2008, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di bidangKenotariatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, hal.377.

87Purwahid Patrik, 1994, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju,Semarang, hal. 57.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

64

Contoh si A membeli tanah dari si B. namun si A kemudian membuat

perjanjian yang isinya pengakuan bahwa tanah itu sebetulnya milik si C

(orang asing). Jadi, B dalam perjanjian sebelumnya memberi kesan kepada

pihak ketiga seakan-akan tanah itu miliknya, kemudian secara diam-diam ia

mengingkarinya dengan membuat perjanjian yang berisi pernyataan dengan

si C (orang asing) bahwa sebetulnya tanah itu milik si C.88

2) Berikutnya yaitu simulasi relatif bahwa dengan perjanjian pura-pura itu ada

terjadi hal lain ; Perjanjian jual beli tetapi yang dimaksud perjanjian hibah

sebenarnya disini tidak terjadi persesuaian antara kehendak dan

pernyataannya.89 Para pihak menghendaki akibat hukumnya, tetapi memakai

bentuk hukum lain. (Perjanjian simulasi relative).90

Perjanjian simulasi terutama perjanjian simulasi absolute tergolong

kepada perjnjian yang causanya tidak halal.Yang dimaksud dengan perjanjian

simulasi yaitu perjanjian dibuat karena sebab yang palsu (Pasal 1335

KUHPerdata), dimana para pihak membuat perjanjian dengan maksud

menyembunyikan tujuan sebenarnya, sehingga perjanjian yang demikian

batal demi hukum (Putusan Pengadilan Negeri Gianyar Bali

No.34/PDT.G/2002/PN.GIR, tanggal 18 Juli 2002).91

Perjanjian simulasi sepanjang tidak dibatalkan oleh pengadilan

mempunyai kekuatan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1873

KUHPerdata berbunyi : ”Persetujuan-persetujuan lebih lanjut yang dibuat dalam

88I Ketut Artadi, I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, Loc.Cit.89 Purwahid Patrik, Loc.Cit.90I Ketut Artadi, I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, Loc.Cit.91Op.Cit, hal. 43.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

65

suatu akta tersendiri, yang bertentangan dengan akta asli, hanya memberikan bukti

antara para pihak yang turut serta ahli warisnya atau orang yang mendapat hak

dari padanya, tetapi tidak berlaku terhadap orang-orang pihak ketiga”. Misalnya,

dalam contoh di atas perjanjian yang menyatakan bahwa sebetulnya tanah tersebut

milik si C (orang asing), dan perjanjian ini hanya berlaku antara si C dan si B,

maka pihak ketiga bank tidak terikat dengan perjanjian yang dibuat antara si A

dan si C, dalam hal ini bank tetap dianggap sebagai pemegang jaminan yang sah,

dan keberatan si C tidak mempunyai kekuatan hukum.92

2.2.3 Syarat Sahnya Perjanjian

Syarat sahnya suatu perjanjian adalah harus memenuhi seluruh ketentuan

syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Jika salah satu syarat tidak

dipenuhi maka perjanjian itu tidak sah.Hal ini dikarenakan syarat sahnya

perjanjian berlaku secara kumulatif, dan bukan limitatif. Seluruh ketentuan yang

diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya suatu perjanjian,

yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri;

2. Kecakapan untuk membuat perjanjian;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal

Menurut Mariam Badrulzaman ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata ayat

(1) adalah memberi petunjuk bahwa perjanjian dipengaruhi oleh asas

konsensualisme. Kemudian Pasal 1320 ayat (2) KUHPerdata mencerminkan

92Op.Cit.

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

66

bahwa setiap orang untuk membuat perjanjian dibatasi oleh kecakapannya, artinya

orang yang tidak cakap menurut hukum tidak mempunyai kebebasan untuk

membuat perjanjian. Selanjutnya dalam Pasal 1320 ayat (4) jo. Pasal 1337

KUHPerdata yang dengan jelas menyebutkan bahwa para pihak tidak bebas untuk

mengadakan perjanjian yang menyangkut klausa yang dilarang oleh undang-

undang atau bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Konsekuensi

hukum bila perjanjian dibuat bertentangan dengan kausa tersebut adalah dapat

menjadi penyebab perjanjian bersangkutan tidak sah..93

Perjanjian timbul karena adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Kesepakatan kedua belah pihak tersebut telah memenuhi pada syarat sahnya

perjanjian sebagaimana dimaksud pada Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:94

a. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian

(consensus). Persetujuan kehendak adalah kesepakatan, seia sekata antara

pihak-pihak mengenai pokok perjanjian yang dibuat itu. Persetujuan

kehendak itu bersifat bebas, artinya betul-betul atas kemauan sukarela

pihak-pihak, tidak ada paksaan sama sekali dari pihak manapun. Sebelum

ada persetujuan, biasanya pihak-pihak mengadakan perundingan.

b. Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity).

Menurut ketentuan Pasal 1330 KUHPerdata dikatakan tidak cakap

membuat perjanjian ialah orang yang belum dewasa, di bawah

pengampuan dan wanita bersuami. Tapi sebagai perkembangannya wanita

93 Mariam Badrulzaman, 1994, Asas Kebebasan Berkontrak danKaitannya Dengan Perjanjian Baku (Standar), Alumni, Bandung, hal. 43.

94 A. Qiram Syamsuddin Meliala, 2001, Hukum Perjanjian, Liberty,Bandung, hal. 56-58.

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

67

yang telah bersuami sudah dianggap cakap dalam melakukan perbuatan

hukum.

c. Ada suatu hal tertentu (a certain subject matter). Suatu hal tertentu

merupakan pokok perjanjian, merupakan prestasi yang perlu dipenuhi

dalam suatu perjanjian, merupakan pokok perjanjian. Prestasi itu harus

tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Apa yang

diperjanjikan juga harus jelas, ditentukan jenisnya, jumlahnya boleh tidak

disebutkan asal dapat dihitung atau ditetapkan.

Syarat bahwa prestasi itu harus tertentu atau dapat ditentukan,

gunanya ialah untuk menetapkan hak dan kewajiban kedua belah pihak,

jika timbul perselisihan dalam melaksanakan perjanjian. Jika prestasi itu

kabur, sehingga perjanjian itu tidak dapat dilaksanakan, maka dianggap

tidak ada objek perjanjian. Akibat tidak dipenuhi syarat ini, maka

perjanjian batal demi hukum (voidnietig).

Ada suatu sebab yang halal (legal cause), artinya, merupakan

sebab dalam arti perjanjian itu sendiri yang menggambarkan tujuan yang

akan dicapai oleh pihak-pihak. Undang-undang tidak memperdulikan apa

yang menjadi sebab orang mengadakan perjanjian, yang diperhatikan atau

diawasi oleh undang-undang ialah isi dari perjanjian itu, yang

menggambarkan tujuan yang akan dicapai, apakah dilarang oleh undang-

undang atau tidak, apakah bertentangan dengan ketertiban umum dan

kesusilaan atau tidak.

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

68

2.3 Tentang Kebatalan

2.3.1 Pengertian Kebatalan95

Dalam KUHPerdata ada banyak peristilahan menyangkut kebatalan

misalnya :

- Pasal 412 KUHPerdata memakai kata “batal dan tak berdaya”.

- Pasal 879 KUHPerdata memakai kata “batal dan tak berhargalah”.

- Pasal 1335 KUHPerdata memakai kata “tidak mempunyai kekuatan”.

- Pasal 1446 KUHPerdata memakai kata “batal demi hukum dan harus

dinyatakan batal”.

- Pasal 1450 KUHPerdata memakai kata “pembatalan”.

- Pasal 1553 KUHPerdata memakai kata “gugur demi hukum”.

- Pasal 1334, 1554 KUHPerdata memakai kata “tidak diperkenankan”.

- Pasal 1154 memakai kata “tidak diperkenankan” dan “batal”.

Namun demikian, istilah apapun yang dipakai oleh undang-undang

kesemuanya mengandung arti batal (nietig). Kebatalan dapat dibagi dua, yaitu :

1. Melanggar syarat-syarat subjektif sahnya perjanjian (syarat yang ditentukan

dalam Pasal 1320 ayat (1) dan (2) KUHPerdata), mengakibatkan perjanjian

dapat dibatalkan (vernietigbaarheid).

2. Melanggar syarat-syarat objektif sahnya perjanjian (syarat yang ditentukan

dalam Pasal 1320 ayat (3) dan (4) KUHPerdata), mengakibatkan perjanjian

batal demi hukum (nietigbaarheid).

95I Ketut Artadi, I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, Op.Cit, hal. 61.

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

69

Untuk perjanjian yang dapat dibatalkan, amar putusan hakim akan

berbunyi “membatalkan” sifatnya constitutip (membuat hukum). Sedangkan untuk

perjanjian batal demi hukum, amar putusan hakim akan berbunyi : “menyatakan

batal” sifatnya deklaratoir (menunjuk kepada hukum).

2.3.2 Dapat dibatalkan (Vernietigbaarheid)

Perjanjian dapat dibatalkan apabila melanggar syarat subjektif sahnya

perjanjian, yaitu :

1. Melanggar ketentuan Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata (sepakat mereka yang

mengikatkan diri). Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata menyatakan perjanjian

adalah sah apabila di antara para pihak sepakat mengikatkan diri. Tiada

sepakat yang sah (cacat kehendak/wilsgbrek) apabila diberikan karena

kekilapan, paksaan dan penipuan (Pasal 1321 KUHPerdata). Perikatan-

perikatan yang dibuat dengan kekilapan, paksaan dan penipuan menerbitkan

suatu tuntutan untuk membatalkan (Pasal 1449 KUHPerdata).

Dasar Hukumnya :96

a. Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata menentukan Perjanjian sah apabila

sepakat mereka yang mengikatkan diri.

b. Pasal 1321 KUHPerdata menentukan Tiada sepakat yang sah apabila

diberikan karena kekilapan (dwaling), paksaan (dwang) dan penipuan

(bedrog).

96Op.Cit, hal. 63.

Page 32: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

70

c. Pasal 1449 KUHPerdata menentukan : Perikatan-perikatan yang dibuat

dengan kekhilapan, paksaan dan penipuan menerbitkan suatu tuntutan

untuk membatalkan.

d. Pasal 1322 KUHPerdata menentukan Perjanjian batal kalau terjadi

kekhilapan mengenai hakihat barang yang menjadi pokok perjanjian.

2. Melanggar syarat subjektif sahnya perjanjian, yaitu melanggar Pasal 1320

ayat (2) KUHPerdata (kecakapan membuat perjanjian). Melanggar Pasal 1320

ayat (2) KUHPerdata (cakap bertindak menurut hukum). Pasal 1320 ayat (2)

KUHPerdata menentukan bahwa perjanjian adalah sah apabila para pihak

cakap dalam membuaut suatu perjanjian. Orang yang belum dewasa adalah

tidak cakap bertindak menurut hukum. Dasar Hukumnya adalah sebagai

berikut :97

a. Pasal 330 jo. Pasal 1330 KUHPerdata menentukan bahwa orang yang

belum dewasa, yaitu apabila belum berumur 21 tahun dan tidak terlebih

dahulu kawin (Pasal 330 KUHPerdata) adalah tidak cakap bertindak

menurut hukum (Pasal 1330 KUHPerdata)

b. Pasal 897 KUHPerdata menentukan bahwa orang yang belum berumur

18 tahun, adalah tidak cakap membuat wasiat.

c. Pasal 6a Pedoman Pengisian Akta Jual Beli Badan Pertanahan Nasional

menentukan bahwa belum dewasa/tidak cakap melakukan perbuatan

pengisian akta jual beli, apabila belum berumur 21 tahun.

97Op.Cit, hal. 64.

Page 33: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

71

d. Pasal 7 UU nomor 1 Tahun 1974 menentukan bahwa belum dewasa/tidak

cakap untuk kawin apabila belum berumur 19 tahun bagi pria dan belum

berumur 16 tahun bagi wanita

e. Pasal 433 jo.Pasal 1330 KUPerdata, menentukan bahwa orang yang berada

di bawah pengampuan adalah orang dewasa yang selalu ada dalam

keadaan dungu, sakit otak, mata gelap, boros (Pasal 433 KUHPerdata)

adalah tidak cakap membuat perjanjian (Pasal 1330 KUHPerdata)

f. Pasal 1446 KUHPerdata menentukan bahwa semua perikatan yang dibuat

oleh orang yang belum dewasa dan orang yang berada di bawah

pengampuan harus dinyatakan batal.

2.3.3 Batal demi hukum (Neitigbaarheid)

Perjanjian batal demi hukum apabila perjanjian itu melanggar syarat-

syarat obyektif sahnya suatu perjanjian, yaitu :

1. Melanggar ketentuan Pasal 1320 ayat (3) KUHPerdata (suatu hal tertentu).

Suatu hal tertentu yang dimaksudkan adalah bahwa obyek perjanjian

tersebut haruslah tertentu, dapat ditentukan yaitu suatu barang yang dapat

diperdagangkan, dan dapat ditentukan jenisnya jelas, tidak kabur.

Dasar hukumnya :98

- Pasal 1332 KUHPerdata berbunyi “hanya barang-barang yang dpaat

diperdagangkan saja dapat menjadi pokok perjanjian”.

Dengan demikian, perjanjian perdagangan orang, perjanjian yang

menjadikan orang sebagai objek adalah batal demi hukum.

98Op.Cit, hal. 67.

Page 34: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

72

- Pasal 1333 KUHPerdata berbunyi “suatu perjanjian harus mempunyai

sebagai pokok suatu barang yang palinh sedikit ditentukan jenisnya”.

Dengan demikian, perjanjian yang tidak menentukan jumlah barang, atau

kalau barang tidak bergerak (tanah), tidak menentukan lokasinya, luasnya,

batas-batasnya, adalah batal demi hukum.

2. Melanggar ketentuan Pasal 1320 ayat (4) KUHPerdata (suatu sebab yang

halal).

Suatu sebab yang halal apabila perjanjian itu dibuat berdasarkan kepada

sebab yang sah dan dibenarkan oleh undang-undang, dan tidak melanggar

ketentuan tentang isi dari perjanjian, misalnya :

- Dilarang mencantumkan dalam suatu perjanjian suatu syarat yang tidak

mungkin dilaksanakan (Pasal 1254 KUHPerdata)

- Dilarang membuat perjanjian tanpa sebab, sebab yang palsu, melanggar

Undang-undang, bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan

ketertiban umum (Pasal 1335 jo. Pasal 1337 KUHPerdata)

Pasal 1254 KUHPerdata berbunyi “semua syarat yang bertujuan untuk

melaksanakan suatu yang tidak mungkin terlaksana, bertentangan dengan

kesusilaan baik, atau sesuatu yang dilarang oleh undang-undang adalah batal,

bahwa perjanjian yang digantungkan padanya tak berdaya”. Pasal ini menekankan

kepada “syarat yang tidak mungkin dilaksanakan”, sedangkan sebab bertentangan

dengan kesusilaan, bertentangan dengan undang-undang dan bertentangan dengan

ketertiban umum sudah diatur dalam Pasal 1335 KUHPerdata yang digolongkan

sebagai sebab terlarang sebagaimana dijelaskan oleh Pasal 1337 KUHPerdata

Page 35: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

73

berbunyi “suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-

undang atau sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban

umum”. Contohnya adalah sebagai berikut :

- Pasal 1335 KUHPerdata tentang perjanjian dibuat karena sebab yang

palsu, misalnya si A berjanji untuk membayar utang kepada si B, padahal

ia tidak pernah meminjam uang kepada si B, melainkan ia meminjam

uang kepada si C. Perjanjian Simulasi (Pasal 1837 KUHPerdata) dalam

praktik pengadilan lazim digolongkan kepada perjanjian yang dibuat

karena sebab yang palsu.99

- Pasal 1335 jo. Pasal 1337 KUHPerdata, suatu perjanjian melanggar

undang-undang, misalnya A membeli tanah Hak Milik dari si B namun si

A kemudian membuat perjanjian yang isinya pengakuan bahwa tanah itu

sebetulnya milik si C (orang asing) yang menurut hukum tidak memenuhi

syarat sebagai pemegang Hak Milik. Jadi, B dalam perjanjian sebelumnya

memberi kesan kepada pihak ketiga seakan-akan tanah itu miliknya,

kemudian secara diam-diam ia mengingkarinya dengan membuat

perjanjian yang berisi pernyataan dengan si C (orang asing) bahwa

sebetulnya tanah itu milik si C (orang asing).100

- Pasal 1335 jo.Pasal 1337 KUHPerdata, suatu perjanjian melanggar

kesusilaan yang baik. Suatu perjanjian melanggar kesusilaan yang baik,

apabila perjanjian itu bertentangan dengan penghargaan terhadap martabat

manusia misal : Perjanjian yang menjadikan orang sebagai objek, seperti

99Op.Cit, hal. 69.100Op.Cit, hal. 42.

Page 36: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN PERJANJIAN 2.pdf50Ibid.,hal. 16 51Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students, bookboon.com, hal. 28. 41 diperlukan

74

perjanjian pembagian anak di antara suami istri, perjanjian jual beli anak,

perjanjian perdagangan perempuan, perjanjian jual beli organ tubuh.

- Pasal 1335 jo. Pasal 1337 KUHPerdata, suatu perjanjian melanggar

ketertiban umum. Suatu perjanjian melanggar ketertiban umum adalah

perjanjian yang bertentangan dengan asas-asas pokok fundamental dari

tatanan masyarakat yang tertib.