BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR...

30
16 BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM A. Gambaran Umum Tentang Pondok Modern Gontor 1. Pengertian Pondok Modern Gontor Kata Pondok berasal dari kata funduq (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya. 1 Menurut Imam Zarkasyi pondok adalah lembaga pendidikan agama Islam dengan sistem asrama, dimana kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya. 2 Menurut Mastuhu, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman sehari-hari. 3 Nurcholis Madjid mendefinisikan pondok pesantren adalah lembaga yang mewujudkan proses wajar perkembangan sistem pendidikan Nasional. 4 H.M Arifin mengungkapkan bahwa pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar dengan sistem asrama (kampus) dimana santri-santri menerima pendidikan agama Islam melalui sistem pengajaran atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership 1 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986), hlm. 99. 2 Tim Penyusun, Biografi KH Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern, (ponorogo: Gontor Prss, 2006), hlm. 56. 3 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hlm. 55. 4 Nurcholis Madjid, Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren, dalam Dawam Raharjo (ed) Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985), hlm. 3

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR...

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

16

BAB II

TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR DAN

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

A. Gambaran Umum Tentang Pondok Modern Gontor

1. Pengertian Pondok Modern Gontor

Kata Pondok berasal dari kata funduq (Arab) yang berarti ruang

tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang merupakan tempat

penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya.1

Menurut Imam Zarkasyi pondok adalah lembaga pendidikan

agama Islam dengan sistem asrama, dimana kyai sebagai figur sentralnya,

masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama

Islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan

utamanya.2

Menurut Mastuhu, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan

Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan

mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral

keagamaan sebagai pedoman sehari-hari.3 Nurcholis Madjid

mendefinisikan pondok pesantren adalah lembaga yang mewujudkan

proses wajar perkembangan sistem pendidikan Nasional.4

H.M Arifin mengungkapkan bahwa pondok pesantren adalah

sebuah lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh

masyarakat sekitar dengan sistem asrama (kampus) dimana santri-santri

menerima pendidikan agama Islam melalui sistem pengajaran atau

madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership

1Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986), hlm. 99. 2Tim Penyusun, Biografi KH Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern,

(ponorogo: Gontor Prss, 2006), hlm. 56. 3Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hlm. 55. 4Nurcholis Madjid, Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren, dalam Dawam

Raharjo (ed) Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985), hlm. 3

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

17

seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat

karismatik serta in dependen dalam segala hal.5

Sedangkan modern adalah hal yang baru yang sifatnya mutakhir,6

Nurcholis Madjid mengatakan modern adalah zaman kekinian.7 Modern di

pondok modern Gontor adalah metode dan sistem pendidikan yang

diterapkan menganut sistem pendidikan klasikal yang terorganisisir dalam

bentuk perjenjangan dengan jangka waktu yang ditetapkan dan

diperkenalkan sistem ekstrakulikuler.8

Jadi pondok modern Gontor, adalah pondok modern yang

menggunakan sistem dan metodenya serta prasarananya sudah memakai

alat-alat mutakhir seperti komputer dan sebagainya yang menitik beratkan

pada masalah efisiensi dan efektifitas pendidikan.

2. Ciri-ciri Pondok Modern Gontor

Pembaharuan pondok modern Gontor yang dilakukan oleh Imam

Zarkasyi juga didasarkan pada hasil penelitian para ahli yang melihat

bahwa pondok modern Gontor dapat dibedakan dengan pesantren

tradisional.

Adapun pondok modern Gontor memiliki ciri-ciri kemodernannya

sebagai berikut: Pertama, dalam bidang metode dan sistem yang

diterapkan menganut sistem pendidikan klasikal yang terorganisir dalam

bentuk perjenjangan yang ditetapkan disamping secara klasikal juga

diperkenalkan sistem ekstra kurikuler, dan untuk terlaksananya kegiatan

tersebut diadakan sistem asrama, dengan sistem asrama ini dimaksudkan

agar tujuan dan asas pendidikan dapat dibina dan dikembangkan secara

efektif dan efisien.

5HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara,

1991), hlm. 240 6Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm.

652. 7Nurcholish Madjid, KH. Imam Zarkasyi: Peran dan Kertokohannya, dalam KH. Imam

Zarkasyi di Mata Ummat, (Ponorogo: Gontor Press, 1996), hlm. 965 8Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian Filsafat

Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2001), hlm. 203.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

18

Kedua, dalam bidang kurikulum, kurikulum pondok modern

Gontor adalah seratus persen pendidikan umum dan seratus persen

pendidikan agama, antara keduanya mempunyai muatan seimbang,

disamping pelajaran di kelas juga diajarkan itikad dan tatakrama yang

berupa kesopanan batin dan diberikan pelajaran keterampilan.

Ketiga, dalam bidang metodologi, pondok modern Gontor dalam

menggunakan metodenya adalah dengan menggunakan metode direct

method atau metode langsung yang diarahkan kepada penguasaan bahasa

secara aktif dengan cara memperbanyak latihan (drill) baik lisan maupun

tulisan. Dengan demikian, tekanan banyak diarahkan pada pembinaan

kemampuan anak untuk memfungsikan kalimat secara sempurna dan

bukan pada gramatika tanpa mampu berbahasa dengan baik.

Keempat, dalam bidang manajemen, demi kepentingan pendidikan

dan pengajaran Islam, lembaga pendidikan tidak dipegang oleh kyai

secara turun temurun akan tetapi sudah dipegang oleh badan wakaf,

struktur kepengurusan seluruhnya diserahkan kepada badan wakaf. Dalam

hal ini badan wakaf mempunyai program yang berkenaan dengan

pendidikan dan pengajaran, bidang peralatan dan pergedungan, bidang

perwakafan dan sumber dana, bidang kaderisasi serta bidang

kesejahteraan dengan demikian pengaturan jalannya organisasi pendidikan

menjadi dinamis, terbuka dan obyektif.

Sedangkan ciri pondok tradisional adalah sebagai berikut:

Pertama, dalam bidang kurikulum pesantren tradisional hanya

mengerjakan pengetahuan agama, sehingga lulusannya tidak dapat

memasuki lapangan kerja yang mensyaratkan memiliki pengetahuan

umum, pengetahuan teknologi dan ketrampilan.

Kedua, dalam bidang metodologi pengajaran, pesantren tradisional

kurang dapat memberdayakan lulusannya. Para pelajar pesantren

tradisional diajari dengan berbagai macam ilmu bahasa arab dengan susah

payah dan menjelimet, tapi mereka tidak dapat berbicara dan menulis

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

19

bahasa arab dengan baik. Mereka terlihat minder dan kurang rasa percaya

diri.

Ketiga, dalam bidang manajemen, pesantren tradisional

menerapkan sistem manajemen yang sentralistik, tertutup, emosional dan

tidak demokratis. Semua hal yang berkaiatan dengan pesantren

sepenuhnya berada ditangani kiai yang memiliki otoritas penuh sampai ia

merasa tidak sanggup lagi atau meninggal dunia.9

3. Tujuan Pondok Modern Gontor

Pondok modern Gontor dalam proses perkembangannya masih

tetap disebut suatu lembaga keagamaan yang mengembangkan dan

mengajarkan ilmu agama Islam. Dengan segala dinamikanya pondok

modern Gontor dipandang sebagai lembaga yang merupakan pusat dari

perubahan-perubahan masyarakat lewat kegiatan dakwah Islam.

Pondok modern Gontor adalah lembaga pendidikan Islam yang

pada umumnya menyatakan tujuan pendidikannya dengan jelas, berbeda

dengan pesantren terutama pesantren-pesantren lama biasanya tidak

merumuskan secara eksplisit dasar dan tujuan pendidikannya. Namun

bukan berarti bahwa pendidikan pesantren itu berlangsung tanpa arah

yang dituju, hanya saja tujuan itu tidak dirumuskan secara sistematis dan

dinyatakan secara eksplisit.

Hal tersebut ada hubungannya dengan sifat kesederhanaan pondok

modern yang sesuai dengan dorongan berdirinya di mana kyai mengajar

dan santri belajar adalah semata-mata untuk ibadah dan tidak pernah

dikaitkan dengan orientasi tertentu dalam lapangan penghidupan atau

tingkatan dan jembatan tertentu dalam hirarki sosial atau birokrasi

kepegawaian.10

9Abudin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Isalm di Indonesia, (Jakarta:

Rajawali Press, 2005), 205-211. 10Ahmad Maghfurin, Pesantren Model Pendidikan Alternatif Masa Depan, dalam Ismail

SM (ed) Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 145

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

20

Tujuan pondok pesantren menurut Zamakhsari Dhofier adalah

untuk memperkaya pikiran murid dengan penjelasan-penjelasan, untuk

meningkatkan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai

nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku

yang jujur dan bermoral serta menyiapkan murid untuk hidup sederhana

dan bersih hati.11

Menurut Hasbullah tujuan pondok pesantren adalah membimbing

manusia menuju kepribadian muslim, mengarahkan masyarakat melalui

ilmu dan amal dan untuk mempersiapkan santri menjadi alim ilmu agama,

bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.12 Yusuf Faisal berpendapat

bahwa tujuan pondok pesantren ada tiga: Pertama, mencetak ulama yang

menguasai ilmu-ilmu agama. Kedua, mendidik muslim yang dapat

melaksanakan syari’at agama untuk mengisi, membina dan

mengembangkan peradaban Islam. Ketiga, mendidik santri agar memiliki

ketrampilan dasar yang relevan dengan masyarakat religius.13

Matsuhu mengungkapkan tujuan pondok pesantren adalah

menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat

bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi

kaula atau abdi masyarakat sekaligus menjadi rasul, yaitu menjadi pelayan

masyarakat sebagaimana kepribadian nabi Muhammad Saw (mengikuti

sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian,

menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam

ditengah-tengah masyarakat (‘izzul Islam wal Muslimin), dan mencintai

ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya

pengembangan kepribadian yang ingin dituju ialah kepribadian muhsin,

11Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES, 1994), hlm. 21. 12Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1985), hlm. 24-25 13Jusup Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995,

hlm. 183-184

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

21

bukan sekedar muslim.14 Nurcholis Madjid, merumuskan tentang tujuan

pondok pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki keteladanan

tinggi bahwa ajaran agama weltanschauung yang menyeluruh.15

Sedangkan tujuan pondok modern Gontor adalah mencetak santri

menjadi ulama intelek, intelek ulama, menjadi orang muttaqin, mu'min,

muslim, muhsin bahagia di dunia dan akhirat, pendidikan agama dan

umum seimbang, menjadikan manusia pembangunan rohani dan jasmani,

menjadi manusia serba guna dan serba bisa seperti pendidik, guru, ulama,

pegawai, wiraswasta, ABRI, petani dan lain-lain serta berkhidmat pada

bangsa dan negara.16

4. Elemen-elemen Pondok Modern Gontor

Sebagai komunitas tersendiri, pondok modern Gontor terdiri dari

kyai, santri dan pengurus pondok yang hidup bersama dalam satu kampus

berdasarkan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan

kebiasaan-kebiayasaannya sendiri, yang secara eksklusif berbeda dengan

masyarakat umum yang mengitarinya.17

Menurut Nurchalis Madjid pada mulanya pondok terdiri atas

seorang kyai dan seorang atau beberapa orang santri yang ditampung di

rumah kyai. Mereka bekerja untuk kyai di sawah atau di ladang dan

menggembalakan ternaknya. Ketika bekerja kehidupan mereka

ditanggung oleh kyai. Lama kelamaan semakin besar jumlah santri

mulailah para santri mendirikan bangunan-bangunan kecil tempat mereka

tinggal.

Dengan demikian lembaga pendidikan Islam yang disebut pondok,

sekurangnya ada empat elemen diantaranya kyai, santri, masjid, pondok18.

14Matsuhu, op.cit., hlm. 56 15Nurcholis Madjid, Belik-Belik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:

Paramadina, 1997), hlm. 18 16Ali Murtadlo, Gontor Masa Lampau dan KH. Imam Zarkasyi Sebagai Figur

Pengajarnya, dalam KH. Imam Zarkasyi di Mata Umat, (Ponorogo: Gontor Press, 1996), 734. 17Nurcholis Madjid, op.cit., hlm. 571 18Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam Studi Tentang Daya Tahan

Pesantren Tradisional, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993), hlm. 89

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

22

Mestuhu berpendapat bahwa elemen pondok itu terbagi menjadi tiga:

Pertama, kyai, ustadz, santri, dan pengurus. Kedua, masjid, rumah kyai,

rumah ustadz, pondok, gedung. Ketiga, tujuan, kurikulum, sumber belajar,

yaitu kitab, buku-buku, dan sumber belajar lainnya.19 Sementara

Zamaksari Dhofir menyebutkan, bahwa pesantren mempunyai lima

elemen yaitu kyai, masjid, pondok dan pengajaran kitab-kitab Islam.20

a. Kyai

Keberadaan Kyai dalam pondok sangat urgen dan esensial

karena dia adalah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin

dan terkadang juga pemilik pondok. Seorang guru di suatu pondok,

kata Geertz, dan setiap sarjana dalam ilmu keislaman pada umumnya

dapat disebut kyai.

Keterangan Geertz yang sangat dikenal dengan teorinya

mengenai verian santri, abangan, dan priyayi dalam budaya jawa.21

Secara sepintas saja sudah menunjukkan pada kekurangan, tidak setiap

guru dalam pondok, sekalipun guru agama, dapat disebut kyai. Banyak

syarat yang harus ditambahkan pada seorang guru di pondok untuk

disebut kyai, antara lain dari segi ilmu, kualitas kepribadian atau

kepemimpinan.22

Menurut asal usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa

dipakai untuk 3 jenis gelar yang saling berbeda diantaranya:

1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-arang yang dianggap

keramat misalnya, Kyai Garuda Kencana, dipakai untuk sebutan

kereta Emas yang ada di Kraton Yogyakarta.

2. Gelar kehormatan untuk orang tua pada umumnya.

19Mastuhu, op.cit., hlm. 58 20Zamakhsari Dhofier, op-cit., hlm. 44. 21Clifford Geertz, The Religion of Java, (New York: Thr Free Press, 1960), hlm. 134 22Dawam Raharjo, Intelektual Intelligensi dan Perilaku Politik Bangsa, (Bandung:

Mizan, 1993, hlm. 171

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

23

3. Gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam

yang memimpin pesantren dan mengajar kepada santrinya.23

Kyai dalam pembahasan ini mengacu kepada pengertian

ketiga, walaupun sebenarnya predikat kyai saat ini tidak lagi hanya

diperuntukkan bagi yang memiliki pesantren saja, sudah banyak juga

predikat kyai digunakan oleh ulama yang tidak memiliki pondok.24

Dalam sebuah pondok kyai seringkali mempunyai power dan

authority yang mutlak. Tidak seorangpun santri atau orang lain yang

dapat melawan otoritas kyai kecuali kyai yang lebih besar

pengaruhnya.

Para santri selalu mengharap dan berpikir bahwa kyai yang

dianutnya merupakan orang yang penuh self confident, baik dalam

pengetahuan Islam, maupun dalam otoritas dan manajemen pondok.25

Oleh Karena itu perkembangan dan maju mundurnya pondok salah

satunya ditentukan oleh kapabilitas kyainya. Banyak pondok yang

gulung tikar karena ditinggal kyainya, sementara itu dia tidak

memiliki penerus yang dapat meneruskan perjuangannya. Disamping

itu, seorang kyai menguasai atas diri para santrinya, tidak hanya waktu

di pondok, untuk seumur hidupnya akan senantiasa terikat dengan

kyainya, minimal sebagai inspirasi dan sebagai penunjang moral

dalam kehidupan dirinya. Dalam urusan menentukan pekerjaan,

membagi harta pusaka, bahkan dalam memilih jodoh seorang santri

merasakan kewajiban moral untuk konsultasi dan mengikuti petunjuk-

petunjuk kyainya.26

b. Santri

Santri adalah siswa yang belajar di pondok, santri dapat

digolongkan menjadi dua kelompok: a). Santri mukim yaitu santri

23Zamakhsari Dhofir, op.cit., hlm. 55 24Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah,

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), hlm. 14-15 25Zamakhsari, op.cit., hlm. 56 26Abdurahman Wahid, Menggerakan Tradisi, (Yogyakarta: LKIS, 2001), hlm. 7

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

24

yang berasal dari daerah jauh yang tidak memungkinkan untuk pulang

kerumahnya, maka dia mondok di pesantren. b). Santri kalong yaitu

santri yang berasal dari desa di sekeliling pondok yang biasanya tidak

menetap di pondok, mereka pulang pergi dari rumahnya sendiri.27

Seorang santri pergi dan menetap di pondok karena berbagai

alasan diantaranya:

a. Ia ingin mempelajari kitab-kitab yang membahas Islam secara

mendalam di bawah bimbingan kyai.

b. Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan di pondok.

c. Ia ingin memusatkan studinya di pondok tanpa disibukkan oleh

tugas sehari-hari di rumah.28

c. Pondok

Pondok pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan

dimana para santri tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan

Kyai. Pondok untuk para santri tersebut berada dalam lingkungan

komplek dimana Kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan

masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan untuk kegiatan

keagamaan lainnya. Komplek pondok biasanya dikelilingi oleh

tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri.29

Ada beberapa alasan kenapa pondok harus menyediakan

asrama bagi para santri, pertama, kemasyhuran seorang kyai dan

kedalaman pengetahuannya tentang Islam menarik santri-santri dari

jauh. Untuk tafaqquh al-Din dari kyai tersebut, para santri harus

meninggalkan rumahnya dan menetap di pondok. Kedua, hampir

semua pondok berada di desa dimana tidak ada akomodasi yang cukup

untuk menampung para santri dengan demikian perlulah adanya

asrama bagi para santri, hubungan timbal balik ini ibarat seorang anak

dengan orang tuanya. Hubungan ini menggerakkan hati kyai untuk

27Zamakhsari, op.cit., hlm. 51-52 28Ibid 29Zamakhasari Dhofir, Tradisi Pesantren op. Cit. hal. 44

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

25

mendirikan pondok sebagai manifestasi rasa tanggung jawab terhadap

santrinya.30 Dengan adanya pondok, memungkinkan kyai dan para

ustadznya melakukan controlling selama 24 jam, ini berarti

pendidikan di pondok tidak hanya meliputi domain kognitif tetapi juga

afektif dan psikomotorik.31

d. Masjid

Kalau diruntut dari awal mulanya pada zaman nabi

Muhammad Saw. masjid tidak hanya dijadikan untuk melakukan

ibadah fardiyah tetapi juga berfungsi sosial yakni mempererat

hubungan antar umat Islam. Disamping itu juga dimanfaatkan untuk

menjelaskan wahyu yang telah diterima Nabi kepada sahabat dan

memberikan jawaban atas pertanyaan para sahabat dalam berbagai

masalah. Sedangkan masa khalifah masjid digunakan sebagai pusat

pemerintahan, mengatur strategi, menyelenggarakan administrasi

negara.

Begitu urgen dan esensi masjid, maka tidak salah jika

Zamakhsari dalam Magnum Opusnya, tradisi pesantren menetapkan

masjid sebagai salah satu pilar pondok.

Fungsi masjid tidak hanya untuk shalat, tapi juga memiliki

fungsi lain seperti pendidikan dan sebagainya. pondok mutlak

memerlukan masjid, tetapi difungsikan sebagai tempat

berlangsungnya proses belajar mengajar, hingga saat ini, kyai sering

mempergunakan masjid sebagai tempat membaca kitab-kitab Islam, di

samping itu para santri memfungsikan masjid sebagai tempat

menghafalkan, mengulang pelajaran dan juga tempat istirahat para

santri.32

30Ibid. hal. 46-47 31Abdullah Faqih, makalah, Pesantren sekolah dan sekolah pesantren. Tp, hal 17 32Hadair, Historisitas, op. cit., hal 17

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

26

e. Pengajian Kitab-kitab Islam

Martin Van Brunessen mengakui bahwa salah satu Great

Tradition di Indonesia adalah tradisi pengajaran agama Islam yang ada

di pondok Jawa. Alasan pokok munculnya pondok ini adalah untuk

mentransmisikan pendidikan agama Islam sebagaimana yang telah

ditulis berabad-abad yang lalu.33

Substansi kitab-kitab Islam yang diajarkan di pondok

umumnya berkisar pada teologi Asya’riyah, fiqih madzhab Syafi’i dan

ajaran etika dan tasawuf al-Ghazali, disamping itu pelajaran ilmu alat

yang berupa gramatika berbahasa arab (nahwu sorof) menjadi unsur

penting.34 Pada umumnya kitab-kitab yang dijadikan rujukan adalah

kitab yang sudah ada sebelum masuknya Islam ke Indonesia. Dengan

demikian proses transmisi ilmu-ilmu Islam dalam arti rujukan kepada

kitab berbahasa Arab telah ditemukan pada pondok di Indonesia.35

Sejalan dengan itu, Martin Van Brunessen menegaskan bahwa:

Tradisi kitab-kitab Islam jelas dilakukan di Indonesia dengan

berbahasa Arab, dan sebagian besar ditulis sebelum Islam terbesar di

Indonesia.36 Kitab-kitab bahasa Arab yang menjadi rujukan dalam

proses transmisi ilmu-ilmu Islam di pondok pada umumnya di bawa

oleh Wandering Santries dan jamaah haji yang sengaja mengunjungi

timur tengah, khususnya Makkah dan Madinah, disamping mereka

menunaikan ibadah haji juga berkesempatan mengunjungi pusat-pusat

keilmuan untuk menggali ilmu keislaman. Dalam jaringan ulama abad

17 dan 18 terdapat sejumlah murid Jawi yang menuntut ilmu di Timur

Tengah khususnya Makkah dan Madinah, setelah mereka menuntut

ilmu tersebut sebagian besar dari mereka kembali ke Nusantara. Disini

33Martin Van Brunnessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, (Bandung: Mizan,

1995), hlm. 17 34Nurchalis Madjid, Belik-Belik Pesantren, op.cit., hlm. 91 35Ibid., hlm. 19 36Martin Van Brunessen, op.cit., hlm. 17

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

27

mereka menjadi transmisi utama tradisi intelektual keagamaan tradisi

Islam dari pusat keislaman di timur Tengah ke Nusantara.37

5. Fungsi Pondok Modern Gontor

Pondok modern Gontor tidak hanya berfungsi sebagai lembaga

pendidikan tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran

agama. Sebagai lembaga pendidikan, pondok modern Gontor

menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah, sekolah umum dan

perguruan tinggi), dan pendidikan non formal yang secara khusus

mengajarkan agama yang sangat kuat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran

ulama fiqih, hadits, tafsir, tauhid dan tasawuf.38

Sebagai sebuah lembaga sosial, pondok modern Gontor memiliki

kelenturan dan resistensi dalam menghadapi setiap perubahan zaman.

Untuk menentang kolonialisme, pondok modern Gontor melakukan uzlah

(menghindari atau menutup diri) terhadap sistem yang dibawa oleh

kolonialisme termasuk pendidikan. dan kini, agar tetap relevan bagi

kehidupan masyarakat, pondok modern Gontor membuka diri dengan

mengadopsi sistem sekolah.

Pondok modern Gontor melakukan perubahan secara bertahap,

perlahan, dan hampir sulit untuk diamati. Para kyai berlapang dada

mengadakan modernisasi lembaga ditengah perubahan masyarakat Jawa,

tanpa meninggalkan sisi positif sistem pendidikan Islam tradisional. Selain

itu perubahan yang memang perlu dilakukan dijaga agar tidak merusak

segi positif yang dimiliki oleh kehidupan pedesaan. 39

Dengan demikian sejauh menyangkut fungsinya, pondok modern

Gontor jelas mempunyai peran penting dalam peningkatan kualitas SDM.

Sesuai dengan cirinya sebagai pendidikan agama, secara ideal pondok

modern Gontor berfungsi dalam menyiapkan SDM yang berkualitas

tinggi, baik dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi

37Ayumardi Azra, Jaringan Ulama, hlm. 17 38Mastuhu, op. cit., hlm. 59. 39Nurcholis Madjid, Belik-Belik Pesantren, op. cit., hlm. 124.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

28

maupun dalam hal karakter, sikap moral, penghayatan dan pengamalan

ajaran agama, sehingga pondok modern secara ideal berfungsi membina

dan menyiapkan anak didik yang berilmu, berteknologi, berketrampilan

tinggi sekaligus beriman dan beramal saleh.

Efektifitas pondok modern Gontor yang berfungsi sebagai lembaga

penyiaran agama menjadikan agen of change sebenarnya terbentuk karena

sejak awal keberadaannya pondok modern Gontor juga menempatkan diri

sebagai pusat belajar masyarakat, community learning center. Seperti

dicontohkan oleh Gus Dur tentang pondok pesantren Denanyar Jombang.

Seminggu sekali kaum ibu dari daerah sekitar pondok, dan desa-desa lain

datang ke masjid pesantren untuk mengikuti pengajian yang diberikan

oleh kyai yang diundang pesantren. Kegiatan ini sudah bertahun-tahun dan

tidak pernah surut.40

Sehubungan dengan fungsi pesantren tersebut, maka pondok modern

Gontor memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan masyarakat umum.

Masyarakat umum memandang pondok modern Gontor sebagai komunitas

khusus yang ideal terutama dalam bidang kehidupan moral keagamaan.

Sehingga pondok modern Gontor tampak memiliki semacam daerah

pengaruh sendiri yaitu komunitas-komunitas dalam masyarakat, sesuai

dengan aliran yang dibawanya.

B. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam

11.. KKuurriikkuulluumm

aa.. Pengertian Kurikulum dan Fungsi Kurikulum

Kurikulum secara sederhana adalah semua yang secara nyata

terjadi dalam proses pendidikan di sekolah,,4411 dapat juga diartikan an

organized set of formal education and // or training intention4422

40Norcholis Madjid, Belik-Belik Pesantren, op.cit., hlm. 125 4411AAhhmmaadd TTaaffssiirr,, IIllmmuu PPeennddiiddiikkaann ddaallaamm PPeerrssppeekkttiiff IIssllaamm,, ((BBaanndduunngg:: RReemmaajjaa RRoossddaa

KKaarryyaa,, 11999944)),, cceett.. IIII,, hhllmm.. 5533.. 4422DDaavviidd PPrraatttt,, CCuurrrriiccuulluumm;; DDeessiiggnn aanndd DDeevveellooppmmeenntt,, ((FFlloorriiddaa:: HHaarrccoouurrtt BBrraaccee

JJoovvaannoovviicchh IInncc..,, 11998800)),, hhllmm.. 44..

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

29

pengorganisasian komponen pendidikan formal dan // atau rancangan

komponen belajar.. Lebih jelasnya kurikulum adalah suatu rencana

yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah

bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan

beserta staf pengajarnya..4433

Oemar Hamalik mendefinisikan bahwa kurikulum merupakan

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.44

Adapun fungsi kurikulum terbagi dalam beberapa sudut

pandang:

a. Kurikulum bagi tujuan pendidikan maka fungsi kurikulum sebagai

alat atau jembatan untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Kurikulum bagi peserta didik maka fungsi kurikulum merupakan

konsumsi bagi mereka (peserta didik) sehingga diharapkan peserta

didik mempunyai tambahan ilmu pengetahuan

c. Kurikulum bagi pendidik (guru)

a) Menjadi pedoman kerja dalam menyusun dan

mengorganisasikan pengalaman belajar para anak didik

b) Menjadi pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap

perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah

pengalaman yang diberikan.45

Dengan fungsi-fungsi kurikulum diatas, sangat penting para

pemikir pendidikan dan pemerhati pendidikan untuk mereformulasikan

kurikulum yang bisa diharapkan menjawab persoalan pendidikan

terlebih negara. Karena maju mundurnya negara juga disebabkan oleh

mundurnya mutu pendidikan dan mutu pendidikan mengalami

4433NNaassuuttiioonn,, KKuurriikkuulluumm ddaann PPeennggaajjaarraann,, ((BBaanndduunngg:: BBuummii AAkkssaarraa,, 11999999)),, hhllmm.. 55.. 44Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, PT Bumi Aksara, 1995, hlm

18. 45Hendyat Saetopo, Pembinaandan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara,

1986), hlm. 18

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

30

kemunduran disebabkan oleh beberapa hal diantaranya “kurikulum

yang selalu berubah secara erratic.46

b. Asas-asas Kurikulum

Untuk menjadikan kurikulum yang berbobot maka jangan

sampai meninggalkan asas-asas kurikulum. Dimana asas-asas

kurikulum mempunyai fleksibelitas sesuai dengan kemajuan zaman

yang setiap saat berubah.

Secara garis besar ada empat hal yang mendasari kurikulum

adalah sebagai berikut:

1. Asas Filosofis: berangkat dari tujuan pendidikan suatu negara

sesuai dengan falsafah negara

2. Asas Psikologis: anak (peserta didik) yang berperan sebagai objek

sekaligus subyek tentang psikologis perkembangan dan belajar

peserta didik

3. Asas sosiologis: masyarakat merupakan faktor penting penunjang

dunia pendidikan namun, jangan dijadikan society centered

education

4. Asas organisatoris: kurikulum hendaknya bisa di organisasikan

dengan baik dan tepat.47

Satu hal yang patut kita cermati setelah mengetahui asas-asas

kurikulum, bahwa kurikulum hanyalah mungkin baik untuk suatu

masyarakat tertentu dan masa tertentu, sebanding dengan

perkembangan IPTEK yang mengubah masyarakat, dengan sendirinya

kurikulum harus disesuaikan dengan tuntutan zaman.

c. Evaluasi Kurikulum

Evaluasi pada dasarnya adalah proses penentuan nilai sesuatu

berdasarkan kriteria tertentu. Dalam proses tersebut tercakup usaha

46Mochtar Buchari, Transformasi Pendidikan, (Jakarta: IKIP Muhamadiyah Press, 1995),

hlm. 24. 47Nasution, M.A, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 11.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

31

mencari dan mengumpulkan data atau informasi, yang diperlukan

sebagai dasar dalam menentukan nilai sesuatu yang menjadi obyek

evaluasi seperti: program, prosedur, cara, pendekatan dan sebagainya.

Evaluasi merupakan usaha yang sulit dan kompleks karena

banyaknya aspek yang harus di evaluasi, banyaknya orang yang

terlibat dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Itulah

sebabnya evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli dalam

mengembangkannya48. Demikian pula komponen-komponen

kurikulum yang di Evaluasi sangat luas, program evaluasi kurikulum

bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses

pembelanjaannya, tetapi desain dan implementasi kurikulum,

kemampuan kerja guru, kemajuan siswa, sumber belajar dan lain

sebagainya49.

Sejalan dengan pengertian dan lingkup evaluasi di atas,

evaluasi kurikulum akan menjadi tugas dan tanggung jawab semua

pihak mulai dari unsur rencana, pelaksanaan, pembinaan, dan

pengembangan kurikulum pada setiap tahap ataupun tingkatan, mulai

tingkat pusat, daerah sampai ditingkat sekolah50. Ini berarti para

kepala sekolah dan guru sebagai unsur pelaksana kurikulum di sekolah

harus terlibat dalam evaluasi di sekolah.

2. Pendidikan Islam

a. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam bahasa Indonesia kata pendidikan merupakan kata jadian

yang berasal dari kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran an yang

48Nasution. MA., Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Citra Aditea Bakti, 1993),

hlm: 130. 49Nana Syaudih. S., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung, PT. Remaja

Rosdja Karya, 2000), hlm: 173. 50Nana Sujana., Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung, PT.

Sinar Baru, 1991), hlm.129.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

32

berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok dalam usaha mendewasakan manusia.51

Hamdani Ali menyatakan bahwa pendidikan adalah segala usaha

dan perubahan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya,

pengetahuannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk

memungkinkan melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan dengan

sesama manusia dengan sebaik-baiknya. Dalam definisi ini terlihat

jelas bahwa pendidikan harus mampu mempersiapkan generasi muda

agar dapat melakukan fungsi hidupnya di tengah-tengah masyarakat.52

Menurut F. J. McDonald pendidikan adalah ”a process or an

activity which is directed at producting desireable changes in the

behavior of human beings”53 (pendidikan adalah sebuah proses atau

aktivitas yang menunjukkan pada proses perubahan yang diinginkan di

dalam tingkah laku manusia)

Syaikh Mustafa al-Ghulayani mengatakan bahwa pendidikan

adalah:

التربية هى غرس األخلاق الفاضلة ىف نفوس الناشـئين وسقـيها بماء الإرشاد حىت تصبح ملكة من ملكات النفس مث تكون ثمراتها الفضيلة واخلير , والنصيحة

. وحب العمل لنـفع الوطنPendidikan adalah penanaman akhlak yang mulia dalam jiwa anak didik serta mengarahkannya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga menjadi suatu kecenderungan dari beberapa kecenderungan jiwa yang akan membutuhkan keutamaan, kebaikan dan cinta beramal agar berguna bagi tanah air.54

Dalam bahasa Arab paling tidak ada tiga kata yang dipakai untuk

menunjukan kepada konotasi pendidikan yaitu ta’lim, ta’dib dan

tarbiyah. Kata ta’lim berarti memberikan pelajaran, pengetahuan dan

sebagainya. Sementara itu kata ta’dib berarti mendidik, dalam bahasa

51Purwadarminta, op.cit., hlm. 204 52 Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1987), hlm. 8. 53F. J. McDonald, Educational Psychology, (San Fransisco: Wadsworth Publishing

Company, Inc., 1959), hlm. 4. 54Syaikh Mustofa al-Ghulayani, Idhatun an-Nasihin, (Bairut: al-Maktabah al-Asyriyah

littaba’ati wa an-Nasr, 1953), hlm. 185.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

33

Arab, kata ini lebih ditunjukan kepada pembinaan akhlak dan budi

pekerti. Dan istilah tarbiyah ini mencakup pengertian mendidik,

mengajar, mengasuh dan sebagainya.55

Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan pendidikan dalam hal ini pendidikan Islam yang meliputi

unsur-unsur memelihara dan mengembangkan potensi atau fitrah anak

didik secara bertahap sesuai dengan perkembangan.

Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan Islam ditinjau

dari tiga pendekatan, yaitu; (1) menganggap pendidikan sebagai

pengembangan potensi (2) cenderung melihatnya sebagai pewarisan

budaya (3) menganggapnya sebagai interaksi antara potensi dan

budaya.56

Berbeda dengan Jalaludin dalam bukunya “Teologi Pendidikan”

mengemukakan bahwa konsep pendidikan dalam Islam itu dapat

dilihat dari dua sudut pandang, yaitu konsep pendidikan Islam secara

umum dan konsep pendidikan Islam secara khusus. Konsep pendidikan

Islam secara umum adalah usaha pembinaan dan pengembangan

potensi manusia secara optimal sesuai dengan statusnya, dengan

berpedoman kepada syariat Islam dan disampaikan oleh Rasul Allah

agar manusia dapat berperan sebagai pengabdi Allah yang setia dengan

segala aktivitasnya guna tercipta suatu kondisi kehidupan Islami yang

ideal, selamat, aman, sejahtera dan berkualitas, serta memperoleh

jaminan (kesejahteraan) hidup di dunia dan jaminan bagi kehidupan

yang baik di akhirat. Sedangkan pendidikan Islam secara khusus

adalah usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi

manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk

sosial secara bertahap sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

55Erwati Aziz, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,

2003), hlm. 24-25. 56Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, (Jakarta: Al-Husna,

1988), hlm. 59.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

34

perkembangannya, jenis kelamin, bakat, tingkat kecerdasan serta

potensi spiritual yang dimiliki masing-masing secara maksimal.57

Zuhairini dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam”

mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan

kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran

Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikirkan, memutuskan

dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertanggung jawab

sesuai dengan nilai-nilai Islam.58

Athiyah al-Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan Islam lebih

mengarah kepada penanaman akhlak, fadhilah, kesopanan, serta

kejujuran bagi peserta didik, disamping transfer of knowledge.59

b. Dasar Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dipahami dan

dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung

dalam sumber dasarnya, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. 60 Di

samping itu pendidikan Islam dipandang sebagai suatu model

transformasi nilai-nilai Islam yang bertujuan mendidik manusia secara

transparan supaya hidup dalam jati diri Islami, tentu memerlukan dasar

dan landasan kerja untuk memberi arah dan pedoman ke arah mana

transformasi dilakukan. Kecuali landasan tersebut bisa diletakkan pada

posisi sebagai sumber inspirasi untuk lebih mengukuhkan jalannya

proses pendidikan.61

57Jalaluddin, Teknologi Pendidikan, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 72-

75. 58Zuhaerini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 152. 59M. Athiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Falasafatuha, (Beirut: Dar al-

Fikr, t.t.), hlm. 22. 60Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengaktifkan PAI Di Sekolah),

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 29. 61Ahmad, Warid Khan, Membebaskan Pendidikan Islam, Istimewa Dan Wacana,

(Yogyakarta, 2002), hlm. 166.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

35

Banyak dijumpai di beberapa literatur,62 dasar pendidikan

Islam selalu diidentikkan dengan dasar Islam, yakni Al Qur’an dan Al

Hadits. Kemudian landasan tersebut dapat dikembangkan dengan

ijtihad, al maslahah al mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya.63

Dalam hal ini Marimba mengibaratkan bahwa pendidikan bagaikan

bangunan, maka isi Al Qur’an dan Al Haditslah yang menjadi

fundamennya.64

Ketiga landasan tersebut ditetapkan dan diaplikasikan secara

hirarki sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Al Turmudzi

berikut ini:

نرو عمن عارث بالح نع ن الثقفيوأبي ع نة عبعش نع كيعا وثندح ادنا هثندحرجال من أصحاب معاذ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم بعث معاذا إلى اليمن

ضي فقال أقضي بما في كتاب الله قال فإن لم يكن في كتاب الله فقال كيف تق قال فبسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم قال فإن لم يكن في سنة رسول الله

قال أج لمسه وليع لى اللهول الله صسول رسر فقلله الذي و دمأيي قال الحر هدت لمسه وليع لى اللهرواه الترمذى ىف كتاب األحكام (ص(

“Rasulullah saw. mengutus Muadz ke Yaman. Kemudian, beliau bertanya “Bagaimana kamu memutuskan suatu masalah ?”. Ia (Muadz) menjawab,”Ya Rasulallah saya memutuskan dengan apa yang ada dalam al-Qur'an”, Rasulallah saw. kembali bertanya, “Apabila suatu masalah tidak dijelaskan oleh al-Qur'an ?”. Muadz menjawab, ”Saya akan memutuskan dengan sunah Rasulallah saw.” Rasulallah saw. kembali bertanya ”Apabila persoalan tidak dijelaskan pada sunah Rasulallah saw. Muadz menjawab “ saya berijtihad dengan ra’yu (rasio). Kemudian, Rasulallah saw. bersabda,”segala puji bagi Allah SWT yang telah membearikan taufik kepada utusan Rasul-Nya”. (HR. At Turmudzi).65

62Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1994), hlm. 37. 63Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), cet. II, hlm.

19. 64Ahmad D. Marimba, op.cit.,hlm. 35. 65Imam Turmudzi, Sunan Turmudzi, Juz. III, (Libanon: Darul Fikr, 1994), hlm. 616.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

36

1) Al-Qur'an

Al-Qur’an merupakan bentuk mashdar dari qara’a qira’atan

qur’ana ( yang makna sinonimnya dengan kata ( قرأنا- قراءة –فرأ

qira’ah (قراءة), yang secara etimologi berarti bacaan. Secara

terminologis menurut Syekh Ali al-Shabuni yang penulis kutip dari

Abdul Djalal al-Qur’an adalah kalam Allah yang mu’jiz, diturunkan

kepada Nabi dan Rasul penghabisan dengan perantaraan Malaikat

terpercaya Jibril tertulis dalam mushhaf yang dinukilkan kepada kita

secara mutawattir, yang aktivitas membacanya merupakan ibadah,

yang dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.66

Pendidikan dan pembelajaran merupakan usaha atau tindakan

untuk membentuk manusia yang utuh, oleh karena itu dapatlah

dikategorikan dalam ruang lingkup muamalah. Pendidikan sangat

penting karena itu menentukan corak dan bentuk moral dalam

kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun secara kolektif.67

Di dalam al-Qur'an banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip

yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai

contoh dapat dibaca kisah Luqman mengajari anaknya dalam surat

Luqman ayat 12-19, cerita ini menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadah sosial dan ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus menggunakan

sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang

pendidikan Islam. Dengan kata lain, pendidikan Islam harus

berlandaskan ayat-ayat al-Qur'an yang penafsirannya dapat dilakukan

berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan.68

66H. Abdul Djalal, H.A., Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 11. 67Irfan Abdul Gahfar dan Muhammad Jamil, Reformulasi Rancangan Pembelajaran PAI,

(Jakarta: Nur Insani, 2003), hlm. 78 68Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., hlm. 20.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

37

2) Al-Hadits

Setelah al-Qur'an, pendidikan Islam menjadikan al-Hadits

sebagai dasar dan sumber kurikulum. Seperti al-Qur'an, al-Hadits juga

berisi akidah dan syari’ah. Sunnah berisi petunjuk untuk kemaslahatan

hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina manusia

menjadi manusia seutuhnya.

Dalam dunia pendidikan, al-Hadits memiliki dua manfaat

pokok. Manfaat pertama, al-Hadits mampu menjelaskan konsep dan

kesempurnaan pendidikan Islam sesuai dengan konsep al-Qur'an, serta

lebih terinci. Kedua al-Hadits dapat menjadi contoh yang tepat dalam

penentuan metode pendidikan, misalnya, kita dapat menjadikan

kehidupan Rasulallah saw. dengan para sahabat ataupun anak-anak

sebagai sarana penanaman keimanan.69

3) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmu syari’at Islam

untuk menetapkan atau menentukan sesuatu syariat Islam dalam hal-

hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur'an dan al-

Hadits. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek

kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman dan

mengikuti al-Qur'an dan al-Hadits.70

Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum

yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulallah saw. wafat.

Dari pengertian di atas dapat dianalogikan dalam ruang lingkup

pendidikan bahwa yang dijadikan sebagai landasan pendidikan Islam

adalah “suatu kreatifitas pikiran, perenungan, penalaran dan penelitian

dari para pakar (ilmuwan) pendidikan dan pembelajaran”. dengan kata

69Abdurahmanan-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah sekolah Dan Masyarakat, Ter.

Shihabuddin, (Jakarta: Gema InsaniPress, 1995), hlm. 32. 70Ibid

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

38

lain, temuan teori-teori pendidikan dan pembelajaran dari pakar-pakar

pendidikan yang dilandasi jiwa-jiwa Qur’an.

Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman

yang semakin maju, terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja di

bidang materi atau isi, melainkan juga di bidang sistem dalam artinya

yang luas. Di samping itu ijtihad semakin perlu sebab ajaran Islam

yang terdapat dalam al-Qur'an dan al-Hadits adalah bersifat pokok-

pokok dan prinsip-prinsipnya saja.

4) Ra’yu

Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik mengenai nilai-

nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola tingkah laku, organisasi,

susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam

masyarakat, kekuasaan dan kewenangan, maupun interaksi sosial, dan

lain sebagainya.

Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami

perubahan sesuai dengan perubahan yang terjadi di dalam

masyarakat.71 Pendidikan ini dianggap sebagai asas terkuat dalam

pembentukan manusia seutuhnya, yang menunaikan hak setiap orang

yang memiliki hak dalam kehidupan, termasuk mendorongnya untuk

menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya secara sempurna.

Melalui upaya tersebut akan tercipta manusia seutuhnya, sebagai

bantuan pertama untuk membangun pondasi Islam, dan dengan

mengendalikan dirinya, akan berdiri daulah Islamiyah yang kuat dan

kokoh. Dengan kultur, posisi dan eksistensinya, maka bangsa lain akan

tunduk kepadanya.72

Menurut an-Nahlawi sebagai salah seorang intelektual muslim

yang mengambil konklusi bahwa pendidikan berarti:

71Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 46. 72Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiatul aulad fi al-Islam terj. Saefullah Kamalie Pedoman

Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Asy-Syifa, 1981), hlm. 123.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

39

1. Proses yang mempunyai tujuan, sasaran dan objek

2. Secara mutlak, pendidik yang hakiki hanyalah Allah, Pencipta

fitrah dan Pemberi berbagai potensi. Dia-lah yang memberlakukan

hukum dan tahapan perkembangan serta tahapan interaksinya, dan

hukum-hukum untuk mewujudkan kesempurnaan, kebaikan serta

kebahagiaan

3. Menuntut adanya langkah-langkah yang secara gradual harus

dilalui oleh berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran, sesuai

dengan urutan yang telah disusun secara sistematis

4. Pendidik harus mengikuti hukum-hukum penciptaan dan syari’at

yang telah ditetapkan oleh Allah. 73

Perubahan-perubahan seperti dikemukakan di atas merupakan

perkembangan baru di dunia pendidikan yang tidak dijumpai di masa

Rasulullah saw., tetapi memerlukan jawaban untuk kepentingan

pendidikan di masa sekarang. Untuk itu diperlukan ijtihad dari para

pendidik muslim. Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh-

sungguh orang muslim untuk berperilaku berdasarkan ajaran Islam.

Untuk itu manakala tidak ditemukan petunjuk yang jelas dari al-

Qur’an atau pun sunnah tentang suatu perilaku, orang muslim untuk

mengerahkan segenap kemampuannya untuk menemukannya dengan

memperhatikan prinsip-prinsip al-Qur’an ataupun Sunnah.

Dalam lingkungan pendidikan Islam, pernyataan al-Qur’an dan

Sunnah hendaknya dipilah mana yang bernilai normatif dan mana yang

bernilai teknis praktis, sehingga tidak terjadi salah perlakuan, tidak

membuktikan secara empiris apa yang seharusnya diyakini. Sementara

hasil fikiran para ulama seperti Ibnu Sina, al-Ghazali, dan ibnu

Khaldun masih terbuka untuk di kaji ulang guna di cari kemungkinan

penerapannya di masa sekarang.74

73Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (Bandung:

Diponwegoro, 1992), hlm. 32. 74Hery Noer Aly, op.cit., hlm. 48-49.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

40

c. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha

atau kegiatan selesai, maka pendidikan merupakan suatu usaha atau

kegiatan yang prosesnya melalui tahapan-tahapan dan tingkatan-

tingkatan. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk

tetap statis, dan merupakan sesuatu keseluruhan dari kepribadian

seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Melihat posisi sentral, manusia dalam proses pendidikan yang

melibatkan potensi fitrah, cita rasa ke-tuhan-an dan hakekat serta

wujud manusia menurut pandangan Islam, maka tujuan pendidikan

Islam sesungguhnya adalah aktualisasi dari potensi-potensi tersebut.

Karena potensi yang ada merupakan nilai-nilai ideal dalam

mewujudkan dan membentuk pribadi manusia secara utuh dan

mandiri. Merujuk hasil kongres sedunia tentang pendidikan Islam yang

telah merumuskan tujuan pendidikan: “pendidikan harus bertujuan

mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara

seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional,

perasaan dan indra. Karena itu pendidikan harus mencapai

pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual,

imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun secara

kolektif, dan mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan dan

mencapai kesempurnaan pada tujuan akhir pendidikan Islam yang

terletak dalam perwujudan ketertundukan yang sempurna kepada

Allah, baik secara pribadi, komunitas maupun seluruh umat manusia.75

Jalaludin dan Zakiyah Daradjat menjelaskan bahwa tujuan

akhir pendidikan Islam adalah menyerahkan diri kepada penciptanya.76

Dari beberapa rumusan tujuan akhir pendidikan Islam ini tampaknya

memiliki tujuan yang sama yaitu mengarahkan pada penghambaan diri

75Ali Asraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Terj. Suri Seregar, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1993), hlm. 107. 76Jalaluddin dan Usman Said, op.cit., hlm. 39.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

41

atau beribadah kepada Allah dalam semua aspek kehidupan. Kemudian

tujuan akhir dari proses pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari

tujuan luhur diciptakannya manusia, karena tujuan pendidikan Islam

adalah tujuan hidup diciptakannya manusia itu sendiri.77 Dan

pendidikan itu sendiri sebagai alat yang digunakan oleh manusia untuk

memelihara kelanjutan hidup agar tetap survival, baik sebagai individu

maupun sebagai masyarakat. Dengan demikian tujuan hidup manusia

di atas bumi ini merupakan pangkal dari tujuan pendidikan Islam yaitu

membentuk insan yang senantiasa berhamba kepada Allah, dalam

semua aspek kehidupannya. Perbuatan, pikiran dan perasaannya.78

Allah SWT berfirman:

) 56: الذرية(جن والإنس إلا ليعبدون وما خلقت ال

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku). (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Sedangkan menurut Omar Muhammad at-Taumy as-

Syaibany, konsep dasar tujuan pendidikan Islam adalah perubahan

yang diinginkan dan diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada

tingkah laku individu maupun tingkah laku masyarakat. Berdasarkan

konsep yang dirumuskan, at-Toumy memberikan ketegasan, bahwa

perubahan-perubahan yang diinginkan haruslah menyentuh tiga bidang

utama., yaitu tujuan-tujuan individual, sosial dan profesionalitas.79

Formulasi tujuan pendidikan Islam semua di atas akan

mengantarkan kita pada sebuah kesimpulan bahwa tujuan ideal

pendidikan Islam adalah berusaha mengantarkan manusia mencapai

keseimbangan pribadi secara menyeluruh. Dengan perkataan lain,

pendidikan Islam berusaha membentuk manusia yang shalih pribadi

77Hasan Langgulung, op.cit., hlm. 305. 78Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Rahama, Jakarta,

1995, hlm. 35. 79Jalaluddin, Teologi Pendidikan, op.cit., hlm. 90.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

42

dan shalih sosialnya, yang padanya terpahat aqlun shalih wa qalbun

salim.80

Penjelasan dari berbagai versi mengenai tujuan pendidikan

Islam memang tidak menganut prinsip pertahapan tujuan seperti,

tujuan sementara, tujuan akhir, atau tujuan umum atau khusus. Hal ini

karena prinsip pertahapan bisa disesuaikan dengan bentuk kurikulum

yang akan disajikan. Tetapi untuk mencapai tujuan-tujuan itu memang

memerlukan tahapan pada tujuan, dan keluasan program studi dalam

lembaga pendidikan Islam menjadi suatu keharusan. Sebab,

pendidikan Islam bukanlah monopoli institusi yang berformalitas

Islam saja, tetapi mencakup semua proses edukatif yang digerakkan

oleh iman dan amal shaleh.

Idealnya, di dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam yaitu

jangan sampai mengabaikan nilai-nilai moral- transcendental, sehingga

jati diri manusia tetap utuh. Dan sebaliknya tujuan pendidikan tidak

hanya terpaku pada ide-ide statis yang biasanya terdapat pada rumusan

tujuan akhir, yakni kepribadian muslim, tetapi juga menyediakan

tuntutan riil dari kondisi sosial budaya yang berkembang sebagai

acuan proses kontekstualisasi pendidikan Islam.

3. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam

Ilmu pengetahuan akan mendukung struktur kehidupan yang

seimbang dan setabil. Dengan ilmu pengetahuan, etika, tata hidup, dan

pola bermasyarakat akan terjaga. Dengan ilmu pengetahuan pula,

kebutuhan hidup terpenuhi, dengan fungsinya potensi-potensi alam

menjadi pendukung bagi langkah maju manusia.

Secara kontinyu, ilmu pengetahuan berkembang dipengaruhi oleh

aspek-aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, sosial, budaya, juga apresiasi

intelektual masyarakat. Namun proses perkembangan tersebut sangat

80Abdul Munir Mulkham, Nalar Spiritual Pendidikan Solusi Problem Filosofis

Pendidikan Islam, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 2002, hlm. 366.

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

43

bergantung pada kurikulum lembaga pendidikan, sebagai indikator

partisipasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dengan bentuk khas

sebagai proyeksi totalitas kepribadiannya. Secara mendasar sistem

pendidikan yang dipilihnya memberikan kebebasan bagi pesantren untuk

menentukan pola dinamis kebijaksanaan pendidikannya. Sehingga setiap

tawaran pengembangan, berupa transfer ilmu dari luar (non pesantren)

maupun atas prakarsa sendiri. Yaitu pertimbangan tata nilai yang berlaku

dalam pesantren.

Secara filosofis, perkembangan pendidikan pesantren tidak

mungkin datang dengan sendirinya, tetapi secara mutlak harus di

upayakan. Secara filosofis fenomena perkembangan ini bila di

konsultasikan dengan al-Qur’an relevan dengan firman Allah SWT dalam

surat ar-Ra’du: 11

فسهما بأنوا مريغى يتم حا بقوم ريغلا ي 11: الرعد(إن الله(

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (ar-Ra’du: 11).81

Ada beberapa alasan mendasar mengapa pengembangan

pendidikan Islam terus urgen dan mendesak untuk dilakukan. Dalam

kaitan ini Sudirman Tabba, seorang peneliti pesantren mengemukakan

alasannya:

a. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan sosial

dirasakan oleh banyak pihak oleh banyak pihak memiliki potensi yang

besar untuk memberikan sumbangan pemikiran ke dalam bidang

pendidikan dan pengembangan masyarakat.

b. Jumlah pesantren potensial terbukti telah melaksanakan usaha kreatif

yang bersifat rintisan.

81Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.

Bumi Restu, 1978), hlm. 370.

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

44

c. Usaha ini perlu dikembangkan sambil terus melakukan upaya

pembenahan terhadap masalah utama yang dihadapi pesantren, baik

yang bersifat internal maupun eksternal.82

Sedangkan menurut Steenbrink ada empat faktor yang mendorong

munculnya pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia:

1. Sejak tahun 1900 telah banyak pemikiran untuk kembali ke al-Qur’an

dan Sunnah yang dijadikan titik tolak menilai kebiasaan agama dan

budaya yang ada.

2. Sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda.

3. Adanya usaha-usaha dari umat Islam untuk memperkuat organisasinya

dalam bidang sosial dan ekonomi.

4. Banyak orang dan organisasi Islam tidak puas dengan metode

pendidikan tradisional di dalam mempelajari al-Qur’an dan studi

agama.83

Ada empat pokok yang diperbaharui, Pertama, materi pelajaran

dalam hal ini kurikulumnya tidak hanya sekedar pendalaman ilmu-ilmu

agama yang tetapi juga di ajarkan ilmu pengetahuan umum, seperti al-

Jabar, ilmu ukur, ilmu alam, bahasa Inggris, dan sebagainya. Kedua,

pembaharuan metode tidak hanya tertumpu pada metode sorogan,

wetonan dan mudzakarah, tetapi telah dikembangkan kepada metode

pembelajaran lain. Ketiga, sistemnya klasikal, peserta didik telah dibagi

kepada kelas-kelas berdasarkan urutan tahun masuknya dan lamanya

belajar. Keempat, manajemen pendidikan, harus sesuai dengan prinsip-

prinsip dasar manajemen pendidikan.84

Mulanya falsafah pendidikan pesantren bertujuan pada

pendalaman ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan

keagamaan. Dalam perkembangan selanjutnya untuk mencetak santri

menjadi tenaga-tenaga trampil yang mampu terjun ke bidang

82Ismail SM, op.cit., hlm. 61. 83Karel A. Streenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta: LP3ES, 1974), hlm. 24. 84Azyumadi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekontruksi dan Demokrasi,

(Jakarta: Kompas: 2002), hlm. 84.

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM PONDOK MODERN GONTOR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas ... abangan,

45

kemasyarakatan dengan baik, harus dibekali dengan pengetahuan yang

luas. Kebutuhan masyarakat akan pengetahuan yang luas. Kebutuhan

masyarakat akan pengetahuan semakin berkembang, sehingga apresiasi

terhadap ilmu menjadi lebih tinggi. Ini mendorong pesantren secara

bertahap, mengubah struktur dan sistem pendidikan.

Transformasi ini tidak secara radikal mengubah dan menghapus

sistem dan struktur pendidikan yang telah menjadi dinamika pesantren,

namun lebih menekankan pemeliharaan cara lama yang masih relevan dan

mengembangkan sesuai dengan cara baru yang lebih baik “al-

Muhafadzatu ‘ala al-Qadim al-Shalih wa al-Akhdzu bi al-Jadidi al-

Ashlah” karena sesuai dengan fungsi pesantren yaitu; sebagai lembaga

pendidikan dan lembaga penyiaran agama. Kendatipun kini telah banyak

perubahan yang terjadi, namun inti fungsi utama itu masih melekat pada

pesantren.85 Lambat laun misi kepesantrenan terhadap pengetahuan

menjadi semakin mantap. Dan sebagai lembaga pendidikan Agama,

pondok modern pun tidak hanya berorientasi pada pengetahuan

keagamaan, melainkan lebih luas pada bidang-bidang pengetahuan

umum.86

85Muhammad Daud Ali, Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1995), hlm. 146. 86Sahal Mahfudh, KH., Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: LKIS, 1994, hlm. 289-291.