BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan Sekolahlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00962-DI...
Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan Sekolahlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00962-DI...
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Tinjauan Sekolah
2.1.1 Pengertian Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran
siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara
memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem
ini, siswa mendapatkan kemajuan melalui serangkaian sekolah. Nama-
nama untuk sekolah-sekolah ini bervariasi menurut negara tetapi umumnya
termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah
untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau
skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana
ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di
tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan
waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam
waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf
dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk
mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli
dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan
yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya
melalui berbagai pelajaran di atas. Saat ini, kata sekolah berubah arti
menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar
serta tempat menerima dan memberi pelajaran.Sekolah dipimpin oleh
seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala
sekolah.Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung
dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk
memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang
lain. Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peran penting
dalam terlaksananya proses pendidikan.
Salah satu instansi manusia terpenting, tempat proses belajar-
mengajar berlangsung. Sekolah menambah pengetahuan anak didik
tentang dunia, melatih dia suatu pekerjaan atau karir, serta membantunya
menyesuaikan diri dengan derap kemajuan dan perubahan-perubahancepta
yang terjadi dalam kehidupan modern. Sekolah juga membantu manusia
dalam menikmati seni dan mengembangkan minat serta bakat lain, yang
membuta waktu senggang terasa lebih berharga. (Ensiklopedi Nasional
Indonesia Jilid 14. 1990:471)
2.1.2 Sarana dan Prasarana Sekolah
Ukuran dan jenis sekolah bervariasi tergantung dari sumber daya dan
tujuan penyelenggara pendidikan. Sebuah sekolah mungkin sangat
sederhana di mana sebuah lokasi tempat bertemu seorang pengajar dan
beberapa peserta didik, atau mungkin, sebuah kompleks bangunan besar
dengan ratusan ruang dengan puluhan ribu tenaga kependidikan dan
peserta didiknya. Berikut ini adalah sarana prasarana yang sering ditemui
pada institusi yang ada di Indonesia, berdasarkan kegunaannya :
a. Ruang Belajar
Ruang belajar adalah suatu ruangan tempat kegiatan belajar
mengajar dilangsungkan. Ruang belajar terdiri dari beberapa jenis
sesuai fungsinya yaitu:
- Ruang kelas atau ruang Tatap Muka, ruang ini berfungsi
sebagai ruangan tempat siswa menerima pelajaran melalui
proses interaktif antara peserta didik dengan pendidik, ruang
belajar terdiri dari berbagai ukuran, dan fungsi.
- Ruang Praktik/Laboratorium ruang yang berfungsi sebagai
ruang tempat peserta didik menggali ilmu pengetahuan dan
meningkatkan keahlian melalui praktik, latihan, penelitian,
percobaan.
b. Ruang Kantor
Ruang kantor adalah suatu tempat dimana tenaga kependidikan
melakukan proses administrasi sekolah tersebut.
c. Perpustakaan
Sebagai sarana penyedia berbagai jenis buku yang dapat
menunjang proses pembagian ilmu. Untuk meminjam buku, murid
terlebih dahulu harus mempunyai kartu peminjaman agar dapat
meminjam sebuah buku.
d. Halaman/Lapangan
Merupakan area umum yang mempunyai berbagai fungsi
diantaranya:
- Tempat upacara
- Tempat olahraga
- Tempat kegiatan luar ruangan
- Tempat latihan
- Tempat bermain/beristirahat
e. Ruang lain :
- Kantin/cafeteria
- Ruang organisasi peserta didik (OSIS, Pramuka, Senat
Mahasiswa, dll)
- Ruang Komite
- Ruang keamanan
- Ruang produksi, penyiaran dll.
- Ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
2.1.3 Status Sekolah:
Sekolah terbagi atas statusnya, yaitu :
a. Sekolah negeri, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi.
b. Sekolah swasta, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh non-
pemerintah/swasta, penyelenggara berupa badan berupa yayasan
pendidikan yang sampai saat ini badan hukum penyelenggara
pendidikan masih berupa rancangan peraturan pemerintah.
2.1.4 Sekolah Nonformal
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV pasal 13 dengan tegas menyatakan bahwa jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya. Di bawah ini akan disebutkan
beberapa persamaan dan perbedaan antara pendidikan formal dan
pendidikan nonformal.
Persamaan Pendidikan Formal dan Nonformal :
1. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya disebut
LPMP adalah unit pelaksana teknis Departemen yang
berkedudukan di provinsi dan bertugas untuk membantu
Pemerintah Daerah dalam bentuk supervise, bimbingan, arahan,
saran dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan nonformal dalam berbagai upaya
penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar
nasional pendidikan.
2. Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain
yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan
kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta
kemampuan berkomunikasi
3. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada
SD/MI/SDLB./Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,
estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan.
4. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
pada SD/MI/SDLB./Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya dan
pendidikan jasmani.
5. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SD/MI/SDLB./Paket A, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan/kejuruan dan muatan lokal yang relevan.
6. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan/kejuruan dan/atau teknologi informasi dan
komunikasi serta muatan lokal yang relevan.
7. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada,
SMA/MA/SMALB/Paket C, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan/kejuruan dan/atau teknologi informasi dan
komunikasi serta muatan lokal yang relevan.
8. Kelompok mata pelajaran estetika pada SD/MI/SDLB/Paket A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C,
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya,
keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.
9. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan pada
SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan
pendidikan jasmani , olah raga, pendidikan kesehatan, ilmu
pengetahuan alam dan muatan lokal yang relevan.
10. Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah
dan pendidikan nonformal dikembangkan oleh BNSP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
11. Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan
sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta
didik.
12. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah
nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal dan nonformal.
13. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur
pendidikan formal, nonformal dan informal.
14. Jalur, jenjang dan jenis pendidikan dapat dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
15. Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan
lain yang setara.
16. Standar Kompetensi Lulusan mengacu pada Permendikans No.
23 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006.
17. Rasio pendidik terhadap peserta didik ditetapkan oleh peraturan
menteri berdasarkan usulan BNSP.
18. Setiap satuan pendidikan formal, nonformal dan informal wajib
melakukan penjaminan mutu pendidikan.
19. Khusus di Provinsi DKI Jakarta, di tingkat Kota Adminstrasi
terdapat 2 (dua) Suku Dinas Pendidikan yaitu Suku Dinas
Pendidikan Dasar yang membidangi TK, SD dan SMP . Sedang
Suku Dinas Pendidikan Menengah membidangi SMA, SMK dan
Pendidikan Nonformal dan Infomal (termasuk PAUD
nonformal).
Perbedaan Pendidikan Formal dengan Nonformal :
1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi . Pendidikan Nonformal
adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
2. Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan
tinggi. Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan Nonformal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
mengembangkan sikap dan kepribadian professional.
Pendidikan Nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri
atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis.
3. Hasil pendidikan formal tidak perlu melalui proses penilaian
penyetaraan dari lembaga manapun karena telah mengacu
kepada standar nasional pendidikan. Hasil pendidikan
nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan
oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah
daerah dengan mengacu kepada standar nasional pendidikan.
4. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah yang selanjutnya
disebut BAN-S/M adalah badan evaluasi mandiri yang
menetapkan kelayakan program dan/atau evaluasi mandiri yang
menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan. Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut BAN-PT
adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan
program dan/atau satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
tinggi dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Badan Akreditasi Nasional Pendidikan NonFormal yang
selanjutnya disebut BAN-PNF adalah badan evaluasi mandiri
yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan
pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan.
5. Satuan pendidikan formal menggunakan kurikulum ditetapkan
oleh pemerintah Satuan pendidikan nonformal dalam bentuk
kursus dan lembaga pelatihan menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup dan
keterampilan.
6. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
pada, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan,
kejuruan teknologi informasi dan komunikasi serta muatan
lokal yang relevan.
Tahun 2010 baru dicanangkan Program Paket C Kejuruan.
7. Beban belajar untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat menggunakan jam pembelajaran setiap minggu setiap
semester dengan system tatap muka, penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur sesuai kebutuhan dan ciri
khas masing-masing.
Beban belajar pada pendidikan kesetaraan disampaikan dalam
bentuk tatap muka, praktek keterampilan, dan kegiatan mandiri
yang terstruktur sesuai kebutuhan.
8. Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK atau
bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah/karekteristik daerah, sosial budaya
masyarakat setempat dan peserta didik.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya untuk
program paket A, B dan C ditetapkan oleh dinas kabupaten/kota
yang bertanggung jawab di bidang pendidikan berdasarkan
kerangka dasar kurikulum sesuai dengan peraturan pemerintah
ini dan standar kompetensi kelulusan.
9. Kegiatan pendidikan formal berbentuk kegiatan belajar
mengajar yang terstruktur dan berjenjang. Kegiatan pendidikan
informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
10. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudlatul Athfal (RA),
atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan Anak Usia Dini
pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain
(KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang
sederajat. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
11. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi
dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama
kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah.
12. Ujian Nasional diadakan sekali dalam satu tahun pelajaran. Bila
peserta gagal UN dapat mengikuti UN susulan.
Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan di adakan dua kali
dalam satu tahun pelajaran
13. Memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional dan Nomor Induk
Siswa Nasional Tidak ada Nomor Pokok Sekolah dan Nomor
Induk Siswa Nasional, hingga saat ini hanya terdapat Nomor
Induk siswa saja. Bagi lembaga kursus baru tahun 2009
diadakan Nomor Induk Lembaga Kursus (NILEK).
14. Dalam satuan pendidikan formal dikenal Sekolah Standar
Nasional dan Internasional Pendidikan Kesetaraan terbagi atas
tiga pola yakni, Pendidikan Kesetaraan Murni Akademik,
Kesetaraan Integrasi Keterampilan dan Kesetaraan Murni
Keterampilan.
15. Memiliki Kalender Akademik yang jelas Kalender akademik
disesuaikan dengan masing-masing satuan pendidikan
16. Pendidik pada SD/MI terdiri atas guru mata pelajaran dan guru
kelas :
- Pendidik pada SMP/MTs dan SMA/MA terdiri atas guru mata
pelajaran
- Pendidik pada SMK/MAK terdiri atas guru mata pelajaran
dan instruktur bidang kejuruan
- Pendidik pada SDLB, SMPLB dan SMALB terdiri atas guru
mata pelajaran dan guru pembimbing
- Pendidik pada satuan pendidikan Paket A, B dan C terdiri atas
tutor penangung jawab kelas, tutor penanggung jawab mata
pelajaran dan nara sumber teknis.
- Pendidikan pada satuan lembaga kursus dan pelatihan
keterampilan terdiri atas pengajar, pembimbing, pelatih atau
instruktur dan penguji.
17. Tenaga Kependidikan pada :
- TK/RA sekurang-kurangnya terdiri atas kepala TK/RA dan
tenaga kebersihan TK/RA
- SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas kepala
sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan
dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah
- SMP/MTs dan SMA/MA sekurang-kurangnya terdiri atas
kepala sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratoriium dan tenaga kebersihan
sekolah/madrasah
- SMK/MAK sekurang-kurangnya terdiri atas kepala
sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah
- SDLB, SMPLB dan SMALB sekurang-kurangnya terdiri atas
kepala sekolah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga
laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber
belajar, psikolog, pekerja sosial dan terapis
Tenaga kependidikan pada :
- Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-kurangnya terdiri atas
pengelola kelompok belajar, tenaga adminsitrasi dan tenaga
perpustakaan
- Lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan
sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau penyelenggara,
teknisi, sumber belajar, pustakawan dan laboran.
18. Kriteria untuk menjadi Kepala TK/RA, SD/MI,
SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK meliputi :
a. berstatus sebagai guru TK/RA, SD/MI,
SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK
b. memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
c. memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun
(TK/RA), 5 tahun (SD/MI, SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK)
d. memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di
bidang pendidikan
Untuk Kepala SDLB/SMPLB/SMALB meliputi :
a. berstatus guru pada satuan pendidikan khusus
b. memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
c. memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun
d. memiliki kemampuan kepemimpinan, pengelolaan dan
kewirausahaan di bidang pendidikan khusus
19. Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas
satuan pendidikan Pengawasan pada pendidikan nonformal
dilakukan oleh penilik satuan pendidikan.
20. Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan
meliputi :
a. berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun
atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada
jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang
diawasi.
b. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas
satuan pendidikan
c. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan Kriteria
minimal untuk menjadi penilik adalah :
a. berstatus sebagai pamong belajar/pamong atau jabatan
sejenis di lingkungan pendidikan luar sekolah dan pemuda
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun atau pernah menjadi
pengawas satuan pendidikan formal
b. memiliki kualifikasi akadmeik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
c. memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai penilik
d. lulus seleksi sebagai penilik.
21. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang
ditujukan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan dan akuntabilitas sedangkan pada jenjang
pendidikan tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi untuk
mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik,
operasional, personalia, keuangan dan area fungsional
kepengelolaan lainnya yang diatur oleh masing-masing
perguruan tinggi
Pengelolaan satuan pendidikan pada satuan pendidikan
nonformal dan informal menerapkan manajemen berbasis
masyarakat dan kondisional lembaga.
22. Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang kepala satuan
sebagai penanggung jawab pengelolaan pendidikan. Kepala
satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB dibantu minimal oleh
satu orang wakil kepala satuan kependidikan. Pada satuan
pendidikan SMA/MA/SMALB, SMK/MAK kepala satuan
pendidikan dibantu minimal oleh tiga wakil kepala satuan
pendidikan yang masing-masing secara berturut –turut
membidangi akademik, sarana dan prasarana dan kesiswaan.
Satuan pendidikan Nonformal dan Informal minimal dikelola
oleh pengelola satuan pendidikan yang terdiri atas ketua,
sekretais dan bendahara
23. Memiliki Komite Sekolah
Tidak ada Komite sekolah tetapi menyertakan partisipasi
masyarakat sebagai nara sumber teknis.
24. Memiliki Musyawarah Guru Mata Pelajaran dan Musyawarah
Kepala Sekolah memiliki Forum Tutor dan Forum Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat
25. Peserta didik pada satuan pendidikan formal berusia pada usia
sekolah. Peserta didik pada satuan pendidikan nonformal dan
informal berusia minimal 3 tahun di atas usia sekolah, khusus
untuk peserta didik PAUD berusia 0 – 6 tahun.
Berdasarkan persamaan dan perbedaan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sekolah nonformal memiliki ciri sebagain berikut :
a. Sekolah nonfromal merupakan salah satu jalur pendidikan keluarga
dan lingkungan.
b. Sekolah nonformal memiliki fungsi pendidikan sebagai pengembang
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan fungsional serta mengembangkan sikap dan
kepribadian professional.
c. Sekolah nonformal yang berbentuk lembaga kursus dan lembaga
pelatihan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat
pendidikan kecakapan hidup dan keterampilan.
d. Sekolah nonformal memiliki beban belajar yang disampaikan dalam
bentuk tatap muka, praktek keterampilan, dan kegiatan mandiri yang
terstruktur sesuai kebutuhan.
e. Sekolah nonformal yang berbentuk lembaga kursus memiliki Nomor
Induk Lembaga Kursus (NILEK) sejak tahun 2009.
f. Sekolah nonformal yang berbentuk lembaga kursus dan lembaga
pelatihan keterampilan sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau
penyelenggara, teknisi, sumber belajar, pustakawan dan laboran.
g. Peserta didik pada sekolah nonformal berusia minimal 3 tahun di atas
usia sekolah, khusus untuk peserta didik PAUD berusia 0 – 6 tahun.
2.2 Fotografi
2.2.1 Pengertian Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata
Yunani yaitu "photos" yang berarti cahaya, dan "Grafo" yang berarti
melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan
media cahaya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fotografi adalah seni
menghasilkan gambar dan cahaya pada film atau permukaan yg dipekakan.
Fotografi juga diartikan sebagai proses pembuatan gambar dengan
lensa atau film, atau alat peka cahaya. (Ensiklopedi Nasional Indonesia
Jilid 5. 1989:371)
Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk
menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam
pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka
cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
2.2.2 Prinsip Fotografi
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan
pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya.
Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan
menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium
pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan
gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat
ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas
cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO
Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara
ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure). Di era
fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang
semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
2.2.3 Sejarah Fotografi
Sejarah Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu
bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan
kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang
dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis
dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi.
Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat
permanen. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 14. 1990:471)
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Pada abad ke-5
Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati
sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang
kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan
pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah
orang pertama yang menyadari fenomena kamera obscura. (The History of
Photography, Alma Davenport. 1991)
Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta
mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad
ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad
ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta
mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun
1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera
obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan
gambar.
Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama
Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya
akan berubah menjadi hitam. Demikian pula professor anatomi
berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan
percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak
yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah
fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal
lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya
matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; sayang
ia gagal mempertahankan gambar secara permanen.
Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama
Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari
citra pada kamera obscura berlensa (pada masa itu kamera obscura
lazimnya hanya menggunakan lubang kecil sebagai sumber masuknya
cahaya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi
sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang
dikenal dengan istilah fotogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau
kertas putih yang telah disaputi komponen perak.
Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih
lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya
dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil menangkap
imaji melalui kamera obscura tanpa lensa.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis,
Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed
pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya
Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang
dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil
pula mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian ia pun mencoba
menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure”
pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang
sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di
Austin, AS.
Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung
opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851)
untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce
dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa fotografi akan
menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.
Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal
dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai
orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar
permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin
yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas
mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar
permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan air sulingan.
Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama
kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan
teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang
dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis
dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi.
Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat
permanen.
Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia
pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin
mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan
dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya
dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli
Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah
hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Arsitek utama
dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman.
Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman
mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan
kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia
fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan
pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang
mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun
1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land.
Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses
pengembangan dan pencetakan film.
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau
dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak
terlalu tajam, kini kamera digital dengan bentuk dan ukuran yang lebih
praktis mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran yang lebih
kecil.
2.2.4 Masuknya Fotografi ke Indonesia
Pada tahun 1841, Pemerintahan Kolonial Belanda mendatangkan Dr.
Juriaan Munich untuk membuat macam-macam dokumentasi tentang
Hindia-Belanda. Sayangnya gambar dokumentasi tersebut tidak tersimpan
dengan baik, sehingga sulit untuk mengamati foto-foto pertama tentang
Indonesia. Baru pada 1857, datanglah dua orang tukang potret (sebutan yang
diberikan oleh penduduk Indonesia masa itu untuk juru foto) berkebangsaan
Inggris. Dengan tujuan komersial, Walter Woodbury dan James Page hadir.
Artinya, kedua orang ini melayani jasa pembuatan foto pesanan dari
kalangan tertentu. Saat itu, memang gambar-gambar foto merupakan barang
yang mewah. Sekali pengambilan gambar akan dikenai biaya 20 gulden atau
kira-kira Rp 500.000 jika dihitung dengan rupiah sekarang.
Meskipun demikian, bukan berarti mereka hanya membuat foto pesanan
belaka. Banyak dokumentasi tentang kehidupan masyarakat pribumi
maupun asing karya mereka yang masih tersimpan rapi. Dokumentasinya
pun cukup lengkap, bukan berasal dari Pulau Jawa saja, rumah tradisional di
Pulau Timor pun terekam dengan baik. Ini merupakan harta yang tidak
ternilai, sebab dokumentasi ini cukup banyak memberikan informasi tentang
kehidupan leluhur bangsa ini.
Sebagai ”tukang potret pribumi pertama”, tercatat nama Kassian
Cephas. Namanya memang agak asing bagi telinga kita karena Cephas
adalah seorang Jawa tulen yang diangkat anak oleh keluarga asing yang
tinggal di Yogyakarta. Fotonya yang tertua dibuat 1875, ketika dia bekerja
sebagai juru foto Karaton dan Kasultanan. Bakatnya di bidang fotografi
menjadikannya cukup terkenal, bahkan pemerintah Hindia-Belanda sering
menggunakan jasanya. Selain sebagai juru foto pribumi yang pertama,
Kassian Cephas juga berjasa dalam bidang arkeologi. Beliau yang membuat
dokumentasi 467 relief Karmawibhangga (relief pada dasar Candi
Borobudur yang sekarang tertutup tanah). Sampai sekarang, karya besarya
ini masih digunakan sebagai bahan penelitian tentang Candi Borobudur.
Beliau meninggal pada tahun 1912, tetapi sayangnya tidak ada yang
mengetahui letak makam pahlawan arkeologi Indonesia ini.
Hingga sekarang, fotografi sering disebut-sebut sebagai salah satu hobi
berbiaya tinggi. Apalagi dahulu, dasar dari fotografi merupakan bidang yang
sangat langka di kalangan penduduk negeri ini. Baru pada 1960-an, seiring
dengan dengan peningkatan kemampuan ekonomi penduduk dan juga
semakin terjangkaunya harga perlengkapan dasar fotografi, sehingga
perkembangan fotografi Indonesia mulai merangkak lebih cepat.
2.2.5 Cabang Fotografi
a. Fotografi bentang alam ( Nature / Landscape)
Dalam fotografi bentang alam obyek yang di foto adalah biasanya
merupakan bentang alam, yang memiliki keindahan tersendiri atau
digunakan untuk menjelaskan keadaan profil alam pada suatu daerah,
dalam dunia industri foto landscape juga digunakan untuk dokumentasi
pembangunan profil area ( lansekap ) dan laporan penelitian, biasanya
fotografer bentang alam memiliki kemampuan dan hobi traveling dan
menjelajah alam.
b. Fotografi Satwa dan flora
Fotografi ini memiliki obyek khusus satwa dan flora, dan menurut saya
merupakan object yang sulit dan terkadang menantang bahaya anda bisa
bayangkan anda me motret komodo atau buaya dalam komunitasnya,
fotografi satwa biasanya digunakan untuk menggali keindahan satwa dan
flora dan juga mengklasifikasi satwa dan flora.
c. Fotografi Dokumentasi
Fotografi ini untuk mendokumentasikan suatau event atau peristiwa,
biasanya setidaknya pada jaman dahulu fotografi ini tidak di tuntut dalam
keindahan foto komposisi warna ataupun seni, tapi hanaya untuk
melengkapi dan lebih menjelaskan suatu berita acara, akan tetapi dalam
perkembangan fotografi modern, fotografi dokumentasi, komposisi
gambar dan sentuhan seni sudah menjadi tuntutan, dan dikarenakan pada
event modern time linenya pendek maka fotografer dituntut untuk tidak
ketinggalan moment moment penting dalam acara tersebut
d. Fotografi Jurnalistik
Foto jurnalistik adalah foto yang merekam suatu berita, dan menjelaskan
suatu keadaan dan peristiwa yang biasanya besar, kekuatan foto berasal
dari kemapuan foto dalam menjelaskan suatu peristiwa biasanya foto
jenis ini digunakan sebagai penunjang berita teks di mediai koran atau
majalah.
e. Fotografi Seni (Fine Art)
Sebuah karya foto yang mampu mendapatkan perhatian orang untuk
melihatnya. Tanpa proses ini, sebuah pesan dari karya foto juga karya
seni lainnya akan berhenti disitu saja. Kemudian setelah mampu
mendapat perhatian orang maka karya foto harus mampu menimbulkan
ketertarikan terhadap pesan yang akan disampaikan. Setelah tertarik pada
karya foto yang dibuat, maka dari situ proses tetap berlangsung dengan
timbulnya keinginan untuk mengetahui lebih jauh dari pesan yang
disampaikan. Proses terakhir adalah dengan timbulnya tindakan seperti
yang diharapkan oleh seniman/fotografer sesuai pesan yang disampaikan.
Jika proses terakhir ini berhasil, maka berhasil pulalah penyampaian
pesan mengenai pengalaman yang dimiliki seniman/fotografer pada
orang lain dengan adanya tindakan nyata yang dilakukan. Tindakan-
tindakan itu bias beraneka macam tergantung pesan apa yang
disampaikan. Bias menimbulkan perasaan tertentu ( sedih, gembira
marah, takut, terharu dan lain lain ).
f. Fotografi Studio
Fotografi studio adalah jenis fotografi yang pada awalnya banyak
dilakukan di dalam ruangan untuk menciptakan gambar sesuai keinginan
fotografer. Fotografi jenis ini memerlukan banyak campur tangan teknis
agar gambar yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan yang
direncanakan.
g. Fotografi Udara (Aerial)
Foto udara adalah salah satu produk dari bidang ilmu geografi dalam
mengambil obyek, daerah atau fenomena yang ada di permukaan bumi
ini menggunakan alat berupa kamera dengan proses perekaman secara
fotografik dengan bantuan detector atau alat pendeteksi berupa film. Film
hasil perekaman ini kemudian dicetak secara kimiawi dalam ruang gelap
agar mendapatkan hasil gambar yang sempurna.
h. Fotografi Komersial
Kategori fotografi dimana foto dihasilkan bertujuan untuk menjual suatu
produk secara komersil. Yang termasuk dalam kategori ini adalah
fotografi beauty shot, fotografi still life, fotografi wedding, fotografi food
and beverages, fotografi architechtural, dan advertisement.
i. Fotografi Interior
Kategori fotografi dimana foto dihasilkan bertujuan untuk memberikan
informasi jelas tentang interior sebuah bangunan.
j. Fotografi Fashion
Fotografi fashion adalah salah satu kategori dalam dunia fotografi yang
lebih diarahkan pada benda-benda fashion dan pakaian. Dalam
perkembangannya, fotografi fashion tidak lagi hanya sebagai media
dokumentasi benda-benda fashion yang bersifat statis melainkan telah
berkembang secara modern dan dinamis sebagai media komunikasi yang
lebih estetis dan sebagai karya seni dengan berbagai konsep-konsep yang
digunakan.