BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku -...
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku -...
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Perilaku
1. Definisi
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003 :
114).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003:113),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
2. Determinan Perilaku
Teori Lawrence Green (1980) mencoba menganalisis perilaku
manusia berangkat dari tingkat kesehatan.Bahwa kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan
sebagainya.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
B. Pengetahuan (knowlegde)
1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (
Soekidjo Notoatmodjo: 2007, p.121).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskriptif, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna (Wikipedia Indonesia).
Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang dimiliki
individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar. Sedangkan menurut
Indra Jaya pengetahuan didefinisikan sebagai berikut :
a. Sesuatu yang ada atau dianggap ada
b. Sesuatu hasil persesuaian subjek dan objek
c. Hasil kodrat manusia
d. Hasil persesuian antara induksi dengan deduksi
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal
1) Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
2) Rohani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.
b. Faktor eksternal
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.
2) Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik,
berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio,
majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih
banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
3) Status Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun
kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan
lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi
yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.
4) Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,
sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media.
5) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh
dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya
seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti
seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas
pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan
tersebut,informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
3. Cara memperoleh pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara
modern (ilmiah).
a. Cara tradisional (non ilmiah)
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan
sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara
sistematis dan logis.
Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain :
(1) Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan
kemungkinan yang lain.
(2) Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat
yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa
menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan
fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.
(3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman
pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk menarik kesimpulan
dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan
benar diperlukan berpikir kritis dan logis.
(4) Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia
telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.
b. Cara modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat
ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian
(Notoatmodjo, 2005).
4. Sumber pengetahuan
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya
diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat,
dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal ahli agama, pemegang
pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
5. Pengukuran pengetahuan
Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu
kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup dan
kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76 - 100 % pertanyaan dijawab
benar, cukup bila 56 - 75% pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila
pertanyaan dijawab benar < 56 % (Arikunto, 2006).
C. Sikap (attitude)
1. Definisi
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat
dilihat langsung, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap secara nyata merupakan konotasi adanya kesesuaian
reaksi itu terhadap stimulus tertentu. Newcom seorang psikologi sosial
mengatakan bahwa sikap itu merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan akan tetapi merupakan
presdiposisi tindakan atau perilaku. Sikap dapat bersifat positif dapat pula
negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakannya adalah
mendekati, menyenangi dan mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan
sikap negatif kebalikannya yaitu menjauhi, menghindar, membenci atau
tidak menyukai obyek tertentu.
a) Komponen Sikap
Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur
sikap:
1) Komponen kognitif (komponen perseptual),yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-
hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi
terhadap obyek sikap.
2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang terhadap obyek sikap. Rasa
senang merupakan hal-hal positif. Sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal-hal negatif.
3) Komponen konatif (komponen perilaku atau action component),
yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan
bertindak terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan
intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan
bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh. Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan yang penting.
b) Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai
tingkatan yakni:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Contoh: sikap ibu
terhadap pentingnya kepatuhan dalam pemberian imunisasi pada
bayinya.
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap pada
tingkat merespon.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
pada tingkat menghargai. Misalnya seorang ibu mengajak ibu yang
lain untuk menghadiri penyuluhan imunisasi di Posyandu.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Misalnya seorang ibu mau membawa anaknya ke tempat pelayanan
imunisasi,meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orangtuanya
sendiri.Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, berpikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan sangat penting. Seorang ibu
yang mempunyai bayi usia 9-12 bulan yang telah mendengarkan atau
mengerti akan pentingnya imunisasi pada bayinya maka ibu tersebut
akan memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
(1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
(2) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik
tingkat kedua.
(3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
(4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
D. Lima Imunisasi Dasar Lengkap
1. Definisi
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit
(Dep. Kes, 2000). Imunisasi Dasar Lengkap adalah Suatu kekebalan yang
harus di berikan pada bayi usia 0-12 bulan meliputi imunisasi
HB,BCG,Polio,DPT, dan campak.
Istilah kekebalan biasanya dihubungkan dengan perlindungan
terhadap suatu penyakit tertentu. Imunitas atau kekebalan terdiri atas
imunitas pasif, yaitu tubuh tidak membentuk imunitas, tetapi menerima
imunitas, sedangkan pada imunitas aktif tubuh membentuk kekebalan
sendiri (Supartini, 2004).
Macam-macam kekebalan tubuh manusia ( Depkes, RI 1992 ) yaitu:
a. Kekebalan pasif
Kekebalan pasif adalah Kekebalan yang diperoleh dari luar
setelah memperoleh zat penolak sehingga prosesnya cepat tetapi tidak
bertahan lama.
Kekebalan pasif dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Kekebalan pasif alamiah
Kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari
bayinya,kekebalan ini berlangsung lama (± 6 bulan segera setelah
bayi lahir).
Misalnya : Difteri ,Morbili dan tetanus
2) Kekebalan pasif buatan
Kekebalan yang diperoleh / diproses setelah mendapatkan
suntikan zat penolak
Misalnya : ATS (Anti Tetanus Serum )
b. Kekebalan aktif
Kekebalan aktif dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Kekebalan aktif alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah
sembuh dari suatu penyakit
Contoh: Penyakit campak setelah sembuh tidak akan terserang
campak lagi karena tubuhnya terbuat dari zat penolak terhadap
penyakit.
2) Kekebalan aktif buatan
Dimana kekebalan didapat setelah mendapatkan vaksin
(Imunisasi)
Contoh:Anak yang di imunisasi BCG,POLIO,DPT,Campak
2. Tujuan Imunisasi
a. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
b. Tujuan Khusus
1) Tercapainya target Universal Child Imunization (UCI) yaitu cakupan
imuniasi lengkap minimal 80 % secara merata pada bayi di 100%
kelurahan pada tahun 2010.
2) Tercapainya eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) yaitu
insiden dibawah 1 per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun 2008.
3. Syarat Pemberian Imunisasi
Menurut Depkes RI (1992) dalam pemberian imunisasi ada syarat
yang harus diperhatikan yaitu :
a. Diberikan pada bayi / anak yang sehat
b. Vaksin yang diberikan harus baik , disimpan di lemari es
c. Pemberian imunisasi haris denagan teknik yang benar
d. Mengetahui jadwal pemberian imunisasi denagan melihat umur dan
jenis imunisasi yang telah diterima.
e. Meneliti jenis vaksin yang di berikan
f. Memberi dosis yang akan diberikan
4. Penyimpanan Vaksin Imunisasi
a. Semua vaksin disimpan pada suhu +2˚C - +8˚C.
b. Bagian bawah lemari es di letakan kotak dingin cair (cool pack) sebagai
penahan dingin dan kesetabilan suhu.
c. Penempatan vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakan dekap
evaporator.
d. Penempatan Vaksin FS (DPT, TT, DT, Hept. B, DPT/HB) diletakan
lebih jauh dari evaporator.
e. Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau sayu jari tangan agar
terjadi sirkulasi udara yang baik.
f. Letakan satu buah termometer Muller dibagian tengah lemari es dan
letakan 1 buah freeze tag di antara vaksin B dan DPT
g. Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena sinar
ultra violet .
h. Pelarut Vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar, pelarut
tidak boleh beku.
5. Jenis Imunisasi Dasar Lengkap
Jenis imunisasi ini mencakup vaksinasi terhadap 7 penyakit utama,
yaitu vaksin BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B harus menjadi
perhatian dan kewajiban orang tua untuk memberi kesempatan kepada
anaknya mendapat imunisasi lengkap, sehingga sasaran pemerintah agar
setiap anak mendapat imunisai dasar terhadap 7 penyakit utama yang dapat
dicegah dengan imunisasi dapat dicapai.
a. Imunisasi BCG
1) Vaksinasi dan jenis vaksin
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadp penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG
mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang masih
hidup. Jenis kuman TBC ini telah dilemahkan. (Atikah,2009)
2) Cara Imunisasi
Pemberian imunisasi BCG dilakukan secara Intra Cutan
(IC) dengan dosis 0.05 cc menggunakan jarum pendek yang sangat
halus (10 mm,ukuran 26).Sebaiknya dilakukan ketika bayi baru
lahir sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0-2
bulan. Hasil yang memuaskan trlihat apabila diberikan menjelang
umur 2 bulan.BCG dilakukan dilengan kanan atas atau paha kanan
atas.(Depkes RI,2005)
3) Efek samping
Biasanya setelah suntikan BCG setelah 2 minggu akan
terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan
garis tengah 10 mm akan sembuh sendiri denagan meninggalkan
jaringan parut dengan garis tengah 3-7 mm.(Atikah,2009)
4) Kontra indikasi
a) Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau
menahun ,seperti eksim,furunkolis,dan sebagainya.
b) Imunisasi tidak boleh di berikan pada orang atau anak yang
sedang menderita TBC.(Atikah,2009)
b. Imunisasi DPT ( Difteri, Pertusis dan Tetanus)
1) Vaksin dan jenis vaksin
Vaksin ini mengandung kuman difteri dan tetanus yang
dilemahkan serta kuman Bordetella Pertusi yang dimatikan. Vaksin ini
dapat mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT
dilakukan pada usia 3 bulan dan diulang pada usia 1,5 tahun dan 5 tahun.
Setelah disuntik bayi kan demam, nyeri dan bekas suntikan akan
bengkak selama 1-2 hari.(Atikah,2009)
2) Cara Imunisasi
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi
Intramuskular. Suntikan diberikan di paha tengah luar atau subkutan
dalam dengan dosis 0,5 cc. Pemberian vaksin DPT diberikan tiga kali
mulai bayi berumur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4
minggu.(Depkes RI,2005)
3) Efek samping
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2
hari.(Atikah,2009).
4) Kontra indikasi
Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah
dan menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh
diberikan pada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang
menderita batuk rejan dalam tahap awal pada penyakit gangguan
kekebalan. Bila suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berta maka
sebaiknya suntukan berikut jangan diberikan DPT lagi melainkan DT
saja. Sakit batuk, filek dan demam atau diare yang sifatnya ringan,
bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak.(Atikah,2009)
c. Imunisasi Polio
1) Vaksin dan jenis Vaksin
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah poliomyelitis.
Pemberian vaksin volio dapat di kombinasikan dengan vaksin DPT.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
a) Inactivated Polio Vaccine (IPV=Vaksin Salk), mengandung virus
polio yang sudah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
b) Oral Polio Vaccine (OPV= Vaksin Sabin), mengandung vaksin
hidup yang telah dilemahkan dan di berikan dalam bentuk pil atau
cairan.( Atikah,2009)
2) Cara Imunisasi
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa
hari, dan selanjutnya setiap 4-6 minggu. Vaksin ini diberikan sebanyak 2
tetes ( 0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan sendok yang
menggunakan larutan gula.Setiap membuka vial baru harus menggunakan
penetes( dopper) yang baru.(Depkes RI,2005)
3) Efek samping
Pada imunisasi polio hampir tidak ada efek samping. Bila ada,
mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak seperti pada penyakit polio
sebenarnya.(Atikah,2009)
4) Kontra Indikasi
Pada anak-anak dengan diare berat (kemungkinan terjadi
diare lebih parah) atau yang sedang sakit parah, imunisasi polio
sebaiknya ditangguhkan. Demikian pula pada anak yang mengalami
gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio.(Atikah,2009)
d. Imunisasi Campak ( Morbilli )
1) Vaksin dan jenis vaksin
Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah
dilemahkan. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat
diperoleh dalam bentuk kemasan kering dikombinasikan dengan
vaksin gondong/bengok (mumps) dan rubella (campak Jerman ). Di
Amerika Serikat kemasan terakhir terkenal dengan nama vaksin
MMR (Measles Mumps Rubella vaccine) (Atikah,2009).
2) Cara Imunisasi
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat
dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 cc. Sebelum di
suntikan vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan
pelarut.Kemudian disuntikan lengan kiri atas secara subkutan (Depkes
RI,2005).
3) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi (Atikah,2009).
4) Kontra Indikasi
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang
mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukimia,dan limfoma (Atikah,2009).
e. Imunisasi Vaksin Hepatitis B
1) Vaksin dan jenis vaksin
Jenis vaksin ini baru dikembangkan setelah diteliti bahwa
virus hepatitis B mempunyai kaitan erat dengan terjadinya penyakit
lever. Vaksin terbuat dari bagian virus hepatitis B yang dinamakan
HBsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak
menimbulkan penyakit (Atikah,2009).
2) Cara Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan
dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan
1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang
diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. Cara pemberian imunisasi
dasar disesuaikan dengan rekomendasi pabrik pembuatnya. Khusus
bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis B,
harus dilakukan imunisasi pasif memakai imunoglobulin khusus
anti hepatitis B dalam waktu 24 jam setelah kelahiran
(Atikah,2009).
3) Efek Imunisasi
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada
tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa
panas atau pembengkakan. Reaksi ini kan menghilang dalam waktu
2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan
(Atikah,2009).
4) Kontra Indikasi
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita
penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan
tidak akan membahayakan janin. Bahkan akan memberikan
perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu maupun
kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir (Atikah,2009).
6. Cara Pemberian Imunisasi, Waktu Pemberian Imunisasi, Cara Penyimpanan
Imunisasi
a. Cara Pemberian Imunisasi
Tabel 2.1 Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan
Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000 ).
Vaksin Dosis Cara pemberian
BCG
DPT
Polio
Campak
0,5 cc
0,5 cc
2 tetes
0,5 cc
Intrakutan tepat di insersio
muskulus deltoideus kanan
Intramuskular
Diteteskan ke mulut
Subkutan, biasanya di lengan
kiri atas
Hepatitis B
0,5 cc
Intramuskular pada paha
bagian luar
b. Jadwal Pemberian Imunisasi
Tabel 2.2 Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar (Petunjuk
Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000)
Vaksin Pemberian
Imunisasi
Selang
waktu
Pemberian
Umur
Pemberian
Keterangan
BCG
DPT
Polio
1 kali
3 kali
4 kali
4minggu
4 minggu
0-11 bulan
2-11 bulan
0-11 bulan
Campak
Hepatitis
B
1 kali 4 minggu
4 minggu
9-11 bulan
0-11 bulan
Untuk bayi
yang lahir
di
RS/Puskes
mas
Hepatitis B,
BCG dan
Polio dapat
diberikan
segera
c. Kerusakan Vaksin
Tabel 2.3 Kerusakan Vaksin
Vaksin Sensitif Beku
Vaksin Pada Suhu Dapat bertahan selama
Hepatitis B, DPT-HB 0-0,5˚C Max jam
DPT, DT, TT -5˚C- -10˚C Max 1,5-2 jam
DPT,DPT-HB, DT Beberapa ˚C
diatas suhu
14 hari
udara
luar(ambient
temperature
<34˚C
Hepatits B & TT Beberapa ˚C
diatas suhu
udara luar (
ambient
temperature
<34˚C)
30 hari
Vaksin Sensitif Panas
Vaksin Pada suhu Dapat Bertahn selama
Polio beberapa˚C
diatas suhu
udara
luar(ambient
temperature <
34˚ C)
2 hari
Campak & BCG beberapa˚C
diatas suhu
udara luar (
ambient
7 hari
temperature <
34˚ C)
6. Tempat mendapatkan pelayanan imunisasi :
a. Puskesmas
1) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
2) UKS (Usaha Kesehatan Masyarakat)
3) Posyandu
4) Balai Pengobatan
b. Non Puskesmas, meliputi :
1) Rumah Sakit
2) Rumah Sakit Bersalin
3) Rumah Bersalin
4) Dokter Praktek Anak
5) Dokter Umum Praktek
6) Dokter Spesialis Kebidanan
7) Bidan Praktek
8) Balai Kesehatan Masyarakat
E. KERANGKA TEORI
Sumber: Modifikasi Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003)
Keterangan:
: yang diteliti
: tidak diteliti
Pemberian Lima
Imunisasi Dasar
Lengkap
Predisposing Factor
(Faktor Predisposisi):
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Nilai
d. Keyakinan
e. Kepercayaan
Enabling Factor
(Faktor Kemungkinan) :
Fasilitas kesehatan
Reinforcing Factor
(Faktor Penguat):
a. Tokoh agama
b. Tokoh masyarakat
c. Sikap dan perilaku
petugas kesehatan
F. KERANGKA KONSEP
Hubungan Pengetahuan dan sikap ibu dalam Pemberian Lima Imunisasi Dasar
Lengkap pada bayi umur 9-12 bulan.
Gambar Kerangka Konsep Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam
pemberian Lima imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 9-12 bulan di Desa
Grobogan Kecamatan Grobogan.
Hipotesis :
Ada hubungan antara pengetahuan dan Sikap ibu dalam pemberian lima
imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 9-12 bulan .
Pengetahuan
Sikap Pada Pemberian Lima
Imunisasi Dasar Lengkap