BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan...

48
6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi Kecemasan Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami, 2009). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosional ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Kecemasan adalah respon-respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart, 2006). Kecemasan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memliki arti kata tidak tenteram hati (karena khawatir, takut); gelisah (KBBI, 2012). Jadi, kecemasan adalah perasaan khawatir terhadap sesuatu yang mengakibatkan munculnya respon negatif dalam tubuh berupa aspek emosional yang ditunjukkan melalui perilaku pada individu tersebut. 2.1.4 Penyebab Kecemasan Menurut Suliswati (2005), kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kecemasan

2.1.3 Definisi Kecemasan

Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu

yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui

secara khusus penyebabnya (Dalami, 2009).

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan

emosional ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kecemasan berbeda

dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya.

Kecemasan adalah respon-respon emosional terhadap penilaian tersebut

(Stuart, 2006).

Kecemasan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memliki arti

kata tidak tenteram hati (karena khawatir, takut); gelisah (KBBI, 2012).

Jadi, kecemasan adalah perasaan khawatir terhadap sesuatu yang

mengakibatkan munculnya respon negatif dalam tubuh berupa aspek

emosional yang ditunjukkan melalui perilaku pada individu tersebut.

2.1.4 Penyebab Kecemasan

Menurut Suliswati (2005), kecemasan tidak dapat dihindarkan dari

kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

7

seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal.

Hal ini dapat menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari :

1. Ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap kebutuhan

dasar makan, minum, kehangatan, seks.

2. Ancaman terhadap keselamatan diri :

a. Tidak menemukan integritas diri

b. Tidak menemukan status dan prestise

c. Tidak memperoleh pengakuan dari orang lain

d. Ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata

2.1.5 Tanda-Tanda Kecemasan

Menurut Stuarts (2006), respon terhadap cemas dapat diketahui

dari hal-hal berikut :

a. Respon Fisiologis, ditandai dengan:

Kardiovaskular: palpitas, jantung berdebar, tekanan darah

meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun,

denyut nadi menurun

Pernafasan: nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas

dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik,

terngah-engah

Neuromoskular: refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-

kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, mondar mandir, wajah

tegang, kelemahan umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

8

Gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa

tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati,

diare

Saluran perkemihan : Tidak dapat menahan kencing, sering

berkemih

Kulit : wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan),

gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat

seluruh tubuh

b. Respon perilaku, kognitif, dan afektif terhadap kecemasan, ditandai

dengan :

Perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara

cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri

dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,

menghindar, hiperventilasi, sangat waspada

Kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah

dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang

persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun,

bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas,

takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cidera

atau kematian, kilas balik, mimpi buruk

Afektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,

ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa,

rasa bersalah, malu

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

9

2.1.6 Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan menurut Stuart and Sundeen (1995) tingkat

kecemasan dibagi menjadi :

1) Kecemasan Ringan (mild anxiety)

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya, menajamkan indera.

Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan

masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreatifitas. Contohnya: seseorang yang menghadapi ujian akhir ,

pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan,

individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi, dan individu yang tiba-iba dikerjar anjing menggongong.

2) Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini memungkinkan individu untuk berfokus pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian,

individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat

berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya. Contohnya: pasanga suami istri yang menghadapi

kelhiran bayi pertama dengan resiko tinggi, keluarga yang

menghadapi perpecahan (berantakan), individu yang mengalami

konflik dalam pekerjaan.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

10

3) Kecemasan berat

Pada tingkat ini sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik

serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan

untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan

banyak arahan umtuk berfokus pada area lain. Contohnya: individu

yang mengalami hilang harta benda dan orang yang dicintai atau

disayangi karena becana alam dan individu dalam penyandraan

4) Tingkat panik

Kecemasan ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan

teror. Hal ang rinci pecah dari proporsinya. Karena mengalami

kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Tingkat kecemasan

initidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung erus dalam

waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian. Contohnya:

individu dengan kepribadian pecah atau depresionalisasi

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

11

2.1.7 Reaksi kecemasan

Reaksi kecemasan menurut Stuart and Sundeen (1995) dibagi menjadi :

1. Konstruktif

Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama

pertumbuhan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus pada

kelangsungan hidup. Contohnya: individu yang melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena akan dipromosikan

naik jabatan.

2. Desdruktif

Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional. Contohnya:

individu menghindari kontak dengan individu lain atau mengurung

diri, tidak mau mengurus diri,dan tidak mau makan.

2.1.8 Faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart and

Sundeen (1995) diantaranya :

1. Faktor predisposisi

Teori psikoanalitik

Merupakan konflik emosional antara 2 elemen kepribadian

yaitu id, ego, super ego. Id melambangkan dorongan insting,

dan implus primitif seseorang. Super ego mencerminkan hati

nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-noerma budaya

seseorang. Ego digambarkan sebagai mediator antara id dan

super ego.

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

12

Teori interpersonal

Kecemsan timbul dari perasaan takut terhadap tidk adanya

penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan

dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orag

dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami

perkembagan kecemasan yang berat.

Teori perilaku

Merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan

sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan

dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang

pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbisa dalam

kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebih-

lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan

selanjutnya.

Keluarga

Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya

terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga

tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan

depresi.

Biologis

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

13

khusus untuk benzodiazepam, obat- obatan yang

meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-

aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam

mekanisme biologis yang berhubungan dengan

ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dari

riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata

sebagai predisposisi ansietas. Cemas mungkin disertai

dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan

kemampuan individu untuk mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan

eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan

dalam 2 kategori yaitu :

a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi

diasabilitas fisiologi yang akan terjadi atau

penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

hidup sehari- hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri, dapat

membahayakan identitas, harga diri dan fungsi

social yang terintegritas pada individu.

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

14

2.1.9 Krisis

Krisis adalah ganggaun internal yang diakibatkan oleh peristiwa

yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri individu (Iyus,

2013).

Krisis adalah kondisi dimana individu tak mampu mengatasi

masalah dengan cara (mekanisme koping) yang biasa dipakai. Hal ini

merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dengan bentuk dan

penyebab yang bermacam-macam, dan dapat disebabkan karena faktor

eksternal maupun internal (Riyadi dan Purwanto, 2009).

Krisis remaja diberi batasan sebagai suatu gejolak pada remaja

yang menimbulkan masalah yang cukup berarti di bidang perilaku, di

bidang akademik, sosial atau psikiatrik.

2.1.10 Teori Kecemasan HARS

a. Tujuan HARS

HARS adalah metode penelitian klinis dari parahnya gejala

kecemasan, skala tersebut dirancang untuk digunakan oleh pasien yang

sudah terdiagnosa cemas, bukan untuk menditeksi kecemasan pada

pasien dengan diagnosis lain.

b. Dasar Konspetual

Hamilton mengembangkan HARS dalam tradisi diagnostig yang

membedakan antara kecemasan sebagai reaksi normal terhadap

bahaya, kecemasan berhubungan dengan stres, dan kecemasan sebagai

sindrom yang luas yang disebut dengan “kecemasan neurosis”.

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

15

Walaupun digunakan untuk tingkat keparahan, Hamilton juga

menggunakan sklala untuk membedakan secara empiris antara

kecemasan yang patologis, dibandingkan kecemasan yang neurosis.

c. Deskripi

Dalam versi asli HARS, seorang dokter atau perawat

mewawancara pasien dan diberi nilai kehadiran dan tingkat keparahan

dari 14 kategori kecemasan kemudian menilai perilaku pasien yang

diwawancarai. Isi skala yang terpilih atas dasar pengalaman klinis,

kurang lebih sama dengan gejala yang timbul yakni gejala psikis dan

somatik. Hamilton kemudian membagi kategori gejala somatik umum

menjadi kelas otot dan sensori, membuat 14 kategori (2 tingkatan yang

diukur secara bersama).

Urutan wawancara dan ungkapan pertanyaan yang tepat diberikan

kepada dokter atau perawat. Setiap kelas gejala diukur atau diperingkat

pada skala 5 poin dimulai dari :

- 0 : tidak ada gejala sama sekali

- 1 : satu gejala dari pilihan yang ada

- 2 : separuh dari gejala yang ada

- 3 : lebih dari separuh gejala yang ada

- 4 : semua gejala ada

Empat belas skor dijumlahkan untuk menghasilkan skor

keseluruhan berkisar 0->27, dengan skor yang lebih tinggi dari

kecemasan

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

16

Menurut Hamilton sendiri, skala dihitung dimulai pada angka 0

(not present) sampai 4 (severe), dengan rata-rata total skor 0->27

dimana:

- Skor 0-6 = tidak ada kecemasan antisipatif

- Skor 7-14 = kecemasan ringan

- Skor 15-27 = kecemasan sedang

- Skor >27 = kecemasan berat

d. Gejala Gejala Kecemasan

1. Cemas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran saya sendiri,

mudah tersinggung

2. Ketegangan: perasaan tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan

tenang, muda terkejut, mudah menangis, gemetar,gelisah

3. Ketakutan: takut akan gelap, orang asing, takut ditinggalkan

sendiri, takt terhadap lalu lintas , dan keramaian (orang banyak)

4. Gangguan tidur: sulit tidur, sering terbangun dimalam hari, tidur

tidak memuaskan, bangun tidur lesu, mimpi buruk, mimpi yang

menakutkan

5. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, sulit berkonsentrasi

6. Depresi atau tekanan: kehilangan minat, sedih, kurangnya minat

dalam hobi, perasaan berubah ubah sepanjang hari.

7. Gejala somatik (otot): nyeri otot kaki dan tulang, kedutan otot, gigi

gemertak, suara tidak stabil.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

17

8. Gejala sensorik: penglihatan kabur, perasaan ditusuk-tusuk, merasa

lemas, muka merah dan pucat.

9. Gejala kardiovaskular: nyeri dada, berdebar-debar, rasa lemas mau

pingsan, denyut nadi mengeras.

10. Gejala pernafasan: merasa tertekan dada, perasaan tercekik, merasa

nafas pendek dan sesak, sering menarik nafas panjang

11. Gejala gastroinstestinal: kesulitan menenlan, mual muntah,

konstipasi, nyeri sebelum dan sesudah makan, merasa panas

diperut, berat badan menurun, kembung, sering bersendawa

12. Gejala urinal: sering kencing, tidak dapat menahan kencing , haid

tidak teratur, darah haid terlalu sedikit atau terlalu banyak

13. Gejala otonom: mudah berkeringat, pusing dan sakit kepala,

merinding, muka atau mulut terlihat kering

14. Perilaku saat diobservasi: gelisah, tidak tenang, jari gemetar,

mengerutkan dahi, muka tegang, tampakotot tegang, nafas cepat

dan pendek, muka memerah.

2.2 Konsep Penyesuaian Diri

2.2.1 Definisi Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri adalah salah satu aspek penting dalam usaha

manusia untuk menguasai perasaan yang tidak menyenangkan atau

tekanan akibat dorongan kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan

antara pemenuhan kebutuhan dan tuntutan lingkungan, dan usaha

menyelaraskan hubungan individu dengan realitas. (Risnawita, 2017)

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

18

Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respons

mental dan tingkah laku, dengan mana individu berusaha untuk dapat

berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-

ketegangan, konflik-konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga

terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri

dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal. (Desmita,

2017)

2.2.2 Indikator Penyesuaian Diri

Seseorang dikatakan mempunyai penyesuaian diri yang berhasil

apabila ia dapat mencapai kepuasan dalam usahanya memenuhi

kebutuhan, mengatasi ketegangan, bebas dari berbagai symtom yang

mengganggu (seperti kecemasan kronis, kemurungan, depresi, obsesi, atau

gangguan psikomatis yang dapat menghambat tugas seseorang), frustasi,

dan konflik.

Sebaliknya gangguan penyesuaian diri terjadi apabila seseorang tidak

mampu mengatasi masalah yang dihadapi dan menimbulkan respon dan

reaksi yang tidak efektif, situasi emosional tidak terkendali, dan keadaan

tidak memuaskan. (Risnawita, 2017)

2.2.3 Unsur-unsur Penyesuaian Diri

Menurut Rini Risnawati (2017), penyesuaian diri memiliki 4 unsur :

1. Adaptation : penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan

beradaptasi. Dalam hal ini diartikan dalam konotasi fisik, misalnya

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

19

untuk menghindari ketidaknyamanan akibat cuaca yang tidak

diharapkan, maka orang membuat sesuatu untuk bernaung.

2. Conformity : seseorang dikatakan mempunyai penyesuaian diri baik

bila memenuhi kriteria sosial dan hati nuraninya.

3. Mastery : orang yang mempunyai penyesuaian diri baik mempunyai

kemampuan membuat rencana dan mengorganisasikan suatu masalah

dengan efisien.

4. Individual variation : ada perbedaan individual pada perilaku dan

responnya dalam menanggapi masalah.

2.2.4 Macam-Macam Penyesuaian Diri

Menurut Schneiders (1964) dalam Rini Risnawati (2017) macam-macam

penyesuaian diri terdiri dari :

1. Penyesuaian diri personal

Penyesuaian diri yang diarahkan kepada diri sendiri.

a. Penyesuaian diri fisik dan emosi

Penyesuaian diri ini melibatkan respon-respon fisik dan emosional

sehingga dalam penyesuaian diri ini ada hal penting berupa adekuasi

emosi, kematangan emosi, dan kontrol emosi.

b. Penyesuaian diri seksual

Kapasitas bereaksi terhadap realitas seksual (impuls-impuls, nafsu,

pikiran, konflik-konflik, frustasi, perasaan salah, dan perbedaan

seks).

c. Penyesuaian diri moral dan religius

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

20

Kapasitas untuk memenuhi moral kehidupan secara efektif dan

bermanfaat yang dapat memberikan kontribusi ke dalam kehidupan

yang baik dari individu.

2. Penyesuaian diri sosial

Rumah, sekolah, dan masyarakat merupakan aspek khusus dari

kelompok sosial dan melibatkan pola-pola hubungan diantara kelompok

tersebut dan saling berhubungan secara integral diantara ketiganya.

a. Penyesuaian diri terhadap rumah dan keluarga

Penyesuaian diri ini menekankan hubungan yang sehat antar anggota

keluarga, otoritas orang tua, kapasitas tanggung jawab berupa

pembatasan, dan larangan.

b. Penyesuaian diri terhadap sekolah

Berupa perhatian dan penerimaan murid atau antar murid beserta

partisipasinya terhadap fungsi dan aktivitas sekolah, manfaat

hubungan dengan teman sekolah, guru, konselor, penerimaan

keterbatasan dan tanggung jawab, dan membantu sekolah untuk

merealisasikan tujuan intrinsik dan ekstrinsik.

c. Penyesuaian diri terhadap masyarakat

Kehidupan di masyarakat menandakan kapasitas untuk bereaksi

secara efektif dan sehat terhadap realitas.

3. Penyesuaian diri marital atau perkawinan

Penyesuaian diri ini pada dasarnya adalah seni kehidupan yang efektif

dan bermanfaat dalam kerangka tanggung jawab. Hubungan dan harapan

yang terdapat dalam kerangka perkawinan.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

21

4. Penyesuaian diri jabatan dan vokasional

Penyesuaian diri ini berhubungan erat dengan penyesuaian diri

akademis.

2.2.5 Aspek-aspek Penyesuaian Diri yang Sehat

Menurut Rini Risnawati (2017) secara garis besarnya penyesuaian diri

yang sehat dapat dilihat dari empat aspek kepribadian, yaitu :

1. Kematangan emosional mencakup aspek-aspek

a. Kemantapan suasana kehidupan emosional

b. Kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain

c. Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan

d. Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri

2. Kematangan intelektual mencakup aspek-aspek

a. Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri

b. Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya

c. Kemampuan mengambil keputusan

d. Keterbukaan dalam mengenal lingkungan

3. Kematangan sosial mencakup aspek-aspek

a. Keterlibatan dalam partisipasi sosial

b. Kesediaan kerja sama

c. Kemampuan kepemimpinan

d. Sikap toleransi

e. Keakraban dalam pergaulan

4. Tanggung Jawab mencakup aspek-aspek

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

22

a. Sikap produktif dalam mengembangkan diri

b. Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel

c. Sikap altruisme, empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal

d. Kesadaran akan etika dan hidup jujur

e. Melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai

f. Kemampuan bertindak independen

2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Menurut Rini Risnawati (2017) faktor-faktor yang mempengaruhi

penyesuaian diri dilihat dari konsep psikogenik dan sosiopsikogenik.

Psikogenik memandang bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh riwayat

kehidupan sosial individu, terutama pengalaman khusus yang membentuk

perembangan psikologis. Pengalaman khusus ini lebih banyak berkaitan

dengan latar belakang kehidupan keluarga, terutama menyangkut aspek-

aspek :

1. Hubungan orangtua-anak, yang merujuk pada iklim hubungan sosial

dalam keluarga, apakah hubungan tersebut bersifat demoratis taua

otoriteryang mencakup:

a. Penerimaan penolakan orangtua terhadap anak

b. Perlindungan dan kebebasan yang diberikan kepada anak

c. Sikap dominatif-integratif (permisif atau sharing)

d. Pengembangan sikap mandiri-ketergangtungan

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

23

2. Iklim intelektual keluarga, yang merujuk pada sejauhmana iklim

keluarga memberikan kemudahan bagi perkembangan intelektual anak,

perkembangan berpikir logis atau irasional, yang mencakup :

a. Kesempatan untuk berdialog logis, tukar pendapat dan gagasan

b. Kegemaran membaca dan minat kultural

c. Pengembangan kemampuan memecahkan masalah

d. Pengembangan hobi

e. Perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anak

3. Iklim emosional keluarga, yang merajuk pada sejauhmana stabilitas

hubungan dan komunikasi di dalam keluarga terjadi, yang mencakup:

a. Intensitas kehadiran orangtua dalam keluarga

b. Hubungan persaudaraan dalam keluarga

c. Kehangatan hubungan ayah-ibu

Sementara itu dilihat dari konsep sosiopsikogenik, penyesuaian diri

dipengaruhi oleh faktor iklim lembaga sosial dimana individu terlibat

didalamnya. Bagi peserta didik, faktor sosiopsikogenik yang dominan

mempengaruhi penyesuaian dirinya adalah sekolah yang mencakup:

1. Hubungan guru-siswa, yang merujuk pada iklim hubungan sosial dalam

sekolah, apakah hubungan tersebut bersifat demokratis atau otoriter, yang

mencakup:

a. Penerimaan-penolakan guru terhadap siswa

b. Sikap dominatif (otoriter, kaku, banyak tuntutan) atau integratif

(permisif, sharing, menghargai, mengenal perbedaan individu)

c. Hubungan yang bebas ketegangan atau penuh ketegangan

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

24

2. Iklim intelektual sekolah, yang merajuk pada sejauh mana perlakuan guru

terhadap siswa dalam memberikan kemudahan bagi perkembangan

intelektual siswa sehingga tumbuh perasaan kompeten, yang mencakup:

a. Perhatian terhadap perbedaan individual siswa

b. Intensitas tugas-tugas belajar

c. Kecenderungan untuk mandiri atau berkonformitas pada siswa

d. Sistem penilaian

e. Kegiatan ekstrakulikuler

f. Pengembangan inisiatif siswa

2.3 Konsep Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja bila

anak telah mencapai umur 10-20 tahun dan lebih bersifat konseptual, ada

tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi. Masa remaja

dibagi menjadi 3 tahapan yaitu : masa remaja awal (10-14 tahun),

menengah (15-16 tahun), dan akhir (17-20 tahun). (Cahyaningsih:2011)

Pada masa ini sering terjadi konflik, karena remaja sudah mulai

ingin bebas mengikuti teman sebaya. Yang erat kaitannya dengan

pencarian identitas, di pihak lain mereka masih tergantung dengan orang

tua. (Cahyaningsih:2011)

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

25

2.3.2 Tugas Perkembangan Remaja

Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja berfokus pada

bagaimana melalui sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan

mempersiapkan sikap dan perilaku orang dewasa. Berikut rincian

tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Sumiati (2009):

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman

sebaya baik pria maupun wanita

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya

f. Mempersiapkan karier ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dari sistem etis untuk mengarahkan

perilaku

2.3.3 Perkembangan Psikososial Remaja

Menurut Depkes RI (2001) dan Santrock (1993) dalam Sumiati (2009)

menyatakan bahwa perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi

tiga bagian :

a. Perkembangan psikososial remaja awal

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

26

Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa

krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku

menyimpang. Pada saat ini umumnya remaja sudah tidak tertarik

lagi dengan aktifitas bersama orang tua, tidak mau mendengar

nasihat dan kritik dari orang tua. Menurut Soetjiningsih (2010),

bila remaja tidak mempunyai kelompok yang suportif maka

keadaan ini dapat menimbulkan kekosongan perasaan yang

diakibatkan perasaan terpisah dari orang tua sehingga

memungkinkan timbulnya masalah-masalah perilaku.

b. Perkembangan psikososial remaja pertengahan

Remaja pada tahap ini lebih mudah untuk diajak kerjasama.

c. Perkembangan psikososial remaja akhir

Pada saat ini, remaja memasuki era yang lebih ideal dari tahap

sebelumnya.

2.3.4 Perspektif Sosiologis dan Antropologis

Menurut pendapat beberapa para ahli dalam buku Syamsu (2008)

perspektif ini menekankan studinya terhadap pengaruh norma moral,

harapan-harapan budaya dan sosial, ritual, tekanan kelompok , dan

dampa teknologi terhadap perilaku remaja. Tokoh-tokohnya

diantaranya :

1) Kingsley Davis

Konflik orang tua dengan remaja merupakan ilustrasi klasik dari

teori besar perspektif sosiologis. Karena setiap generasi

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

27

mempunyai pengalaman budaya yang berbeda (differental cultural

content), orang tua mengalami kesulitan untuk membimbing anak-

anaknya, sehingga menimbulkan konflik diantara mereka.

Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk menyosialisasikan

anak, dia cenderung menerapkan cara-cara lama yang isinya tidak

tepat lagi bagi anak. Orangtua sulit atau tidak dapat

memperbaharui pandangannya sebab dia merupakan produk

pengalamannya.

Davis menyatakan bahwa terjadinya konflik antara orangtua

dengan anak disebabkan oleh beberpa hal, yakni:

a) Anak sedang mencapai puncak pertumbuhan fisik dan energi

b) Sistem sosial orang tua kurang memberi peluang kepada anak

untuk mengembangkan diri

c) Remaja bersifat ideal, sementara orang tua bersifat pragmatis

2) Ruth Benedict

Sebagai seorang antropologis dia mengkaji implikasi diskontinuitas

antara anak-remaja, dan remaja-dewasa terhadap konflik dan

penyesuaian. Gejala diskontinuitas itu menyangkut sikap dan

perlakuan orang tuaa yang kurnag memberikan peluang kepada

anak atau remaja untuk mengembangkan dirinya searah dengan

peran-peran sosial yang akan diembannya di masa depan.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

28

2.3.5 Perspektif Psikologis

Teori-teori pskilogis dan psikososial mengkaji hubungan anatar

mekanisme penyesuaian psikologis dengan kondisi-kondisi sosial yang

memfasilitasinya (mempengaruhinya). Stress dan krisis di pandang

sebagai elemen-elemen pokok dalam perspektif ini.

Masa remaja berkaitan erat dengan perkembangan “sense of

identity vs role confusion”, yaitu perasaan atau kesadaran akan jati

dirinya. Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya,

dan makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati dirinya

dalam arti dia akan memiliki kepribadian yang sehat. Sebaliknya

apabila gagal , maka dia akan mengalami kebingungan atau kekacauan

(confusion) yang akan berdapak pada kurang dapatnya menyesuaikan

dirinya, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

2.3.6 Perspektif Belajar Sosial

Perspektif ini memberikan pandangan pandangan tentang

pentingnya prinsip-prinsip belajar yang dapat digunakan untuk

memahami tingkah laku remaja dalam berbagai status sosial. Tokoh-

tokohnya diantaranya:

1) Boyd McCandless

Dalam menjelaskan makna kepribadian, dia menggunakan

konsep “habit hierarchy” dengan teori “drive” remaja. Dia

berpendapat bahwa rangsangan yang memicu atau mendorong

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

29

respon-respon kebiasaan mungkin berasal dari dalam atau luar

individu.

2) Talcot Parson

Dia mencatat suatu perkembangan yang menonjol dalam

sikap ketergantungan anak, terutama kepada ibunya. Ibu sebagai

pelindung anak, memiliki kekuatan yang besar (dalam mendisiplin

dan memberikan “reward” kepada anak), sehingga anak

bergantung kepadanya. Namun pada usia remaja, pengaruh

keluarga mulai berkurang, karena remaja sudah masuk teman

sebaya yang dipandang dapat menawarkan reward sosial yang

lebih menarik dibandingkan dengan keluarga.

3) Albert Bandura

Bandura berpendapat bahwa proses kognitif yang mengantarai

perubahan tingkah laku dipengaruhi oleh pengalaman yang

mengarahkan untuk menuntaskan keterampilan-ketermplan atau

tugas-tugas. Bandura telah merancang tiga dampak utama dari

pengamatan terhadap tingkah laku individu yang dijadikan model,

yaitu:

a) Remaja memperoleh pola-pola respon baru, ketika dia

berfungsi sebagai pengamat

b) Pengamatan terhadap tingkah laku model dapat memperkuat

atau memperlemah respon-respon yang tidak diharapkan

(ditolak)

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

30

c) Mengamati tingkah laku yang lain dapat mendorong

remaja/anak untuk melakukan kegiatan yang sama.

Jadi interaksi sosial remaja dalam kelompok sebaya dapat

merangsang/menstimulasi pola-pola respon baru melalui belajar

dengan cara mengamati (observational learning).

2.4 Konsep Mekanisme Koping

2.4.1 Pengetian Mekanisme Koping

Mekanisme Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon

terhadap situasi yang mengancam (Keliat,1998).

Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan

mental. Koping berasal dari kata coping yang bermakna harafiah

pengatasan/penanggulangan. Mekanisme Koping itu sendiri dimaknai

sebagai apa yang dilakukan individu untuk menguasai situasi yang dinilai

sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan/ancaman. Dengan kata lain

Koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres/tekanan

(Siswanto, 2007).

Mekanisme koping menurut Nursalam (2007) adalah mekanisme

yang digunakan untuk menghadapi perubahan yang diterima.

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

31

2.4.2 Jenis-jenis Koping

Lazarus, 1976 dalam buku (Siswanto, 2007) membagi

koping menjadi dua jenis, yaitu:

1. Tindakan Langsung (Direct Action)

Koping jenis ini merupakan setiap usaha tingkah laku yang

dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka,

ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang

bermasalah dengan lingkungan.

Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung:

a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka

Pada koping ini idividu melakukan langkah aktif dan

antisipatif (beraksi) untuk menghilangkan atau mengurangi

bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada

keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai

dengan bahaya tersebut.

b. Agresi

Tindakan yang menyerang agen yang dinilai

mengancam atau akan melukai. Agresi ini dilakukan bila

individu merasa/menilai dirinya lebih kuat/berkuasa

terhadap agen yang mengancam.

a) Penghindaran (Avoidance)

Tindakan ini dilakukan apabila agen yang mengancam

dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu

memilih menghidar atau melarikan diri dari situasi

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

32

tersebut.

b) Apati

Jenis koping ini merupakan orang yang putus asa. Jenis

ini dilakukan dengan cara individu memilih diam dengan

situasi yang dialami.

c. Peredaan atau Peringanan (Palliation)

Jenis koping ini mencakup pada mengurangi/

menghilangkan/ menoleransi tekanan-tekanan

kebutuhan/fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan

yang disebabkan oleh lingkungan yang bermasalah.

Ada 2 macam koping jenis peredaan:

a) Diarahkan pada Gejala (Symptom Directed Modes)

Koping ini digunakan bila gejala gangguan muncul dari

diri indivdu, lalu individu melakukan tindakan dengan

cara mengurangi gangguan yang disebabkan oleh

tekanan tersebut.

b) Cara Intrapsikis (Intrapsychic Modes)

Koping pada jenis ini adalah cara yang menggunakan

perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan

istilah mekanisme pertahanan diri.

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

33

Harber & Runyon 1984 (dalam buku Siswanto, 2007)

menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif, yaitu:

1) Penalaran

Penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi

berbagai macam alternatif untuk memecahkan masalah

dan kemudian memilih satu alternatif yang dianggap

paling menguntungkan.

2) Objektifitas

Adalah cara untuk membedakan antara komponen-

komponen emosional dan logis dalam pemikiran,

penalaran maupun tingkah laku.

3) Konsentrasi

Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara

penuh pada persoalan yang sedang dihadapi.

4) Humor

Kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari

persoalan yang sedang dihadapi.

5) Supresi

Kemampuan untuk menekan reaksi yang

mendadak terhadap situasi yang ada.

6) Toleransi terhadap kedwiartian atau ambiguitas

Kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam

kehidupan yang bersifat tidak jelas, oleh karena itu

perlu memberikan ruang untuk ketidakjelasan tersebut.

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

34

7) Empati, adalah cara untuk melihat sesuatu dari

pandangan orang lain.

Stuart dan Sundeen, 1995 dikutip (Suparyanto, 2013)

mengatakan mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi

menjadi 2, yaitu:

1. Mekanisme Koping Adaptif

Mekanisme yang mendukung fungsi integrasi,

pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Dikatakan

mekanisme koping adaptif jika memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a) Masih mengontrol emosi pada dirinya

dengan cara berbicara pada orang lain

b) Memiliki persepsi yang luas

c) Dapat memecahkan masalah secara efektif

d) Melakukan aktifitas yang kontruktif

e) Dapat menerima dukungan dari orang lain

2. Mekanisme Koping Maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsi

integrasi, memecahkan pertumbuhan, menurunkan

otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Dikatakan

mekanisme koping maladaptif jika menunjukkan perilaku

sebagai berikut:

a) Perilaku cenderung merusak

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

35

b) Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi

c) Tidak mampu menyelesaikan masalah

d) Melakukan aktifitas yang kurang sehat seperti obat-

obatan dan alkohol.

e) Perilaku cenderung menghindar atau menarik diri.

Menrut APA 1994 dikutip oleh (Siswanto,

2007)

menyebutkan sejumlah koping yang sehat yang

merupakan bentuk penyesuaian diri, yaitu:

1. Antisipasi

Hal ini berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk

menerima suatu perangsang.

2. Afiliasi

Berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan

atau bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan

mereka. Individu mampu mencari sumber-sumber dari

orang lain untuk mendapat dukungan atau pertolongan.

3. Altruisme

Merupakan salah satu koping yang mementingkan

kepentingan orang lain. Disini individu mengalihkan

diri dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan

orang lain.

4. Penegasan diri

Individu mengekspresikan perasaan-perasaan dan

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

36

pikiran- pikirannya secara langsung tetapi dengan cara

yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.

5. Pengamatan diri

Ini sama halnya dengan intropeksi diri, yaitu individu

melakukan pengujian secara objektif proses-proses

kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan

terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri dll.

2.4.3 Faktor yang mempengaruhi koping

Menurut Ahyarwahyudi, 2010 dikutip oleh (Suparyanto,

2013) cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan

ditentukan oleh sumber daya individu, yaitu:

1. Kesehatan fisik

Merupakan hal yang penting karena dalam hal mengatasi stress

individu dituntut menggunakan energy yang lebih besar.

2. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting

yang akan mengarahkan individu pada ketidak berdayaan yang

akan menurunkan kemampuan strategi koping.

3. Keterampilan memecahkan masalah

Ketrampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,

menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah, dengan tujuan

untuk alternative tindakan.

4. Keterampilan sosial

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

37

Keterampilan ini meliputi kemampuan berkomunikasi dan

bertingkah laku sesuai norma sosial di masyarakat

5. Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan

emosional serta pengaruh dari orang lain (teman, keluarga, guru,

petugas kesehatan, dll)

6. Materi atau Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan sesorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun

tidak langsung.

7. Umur

Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh

semakin membaik

8. Jenis kelamin

Bahwa jenis kelamin adalah factor penting dalam perkembangan

koping seseorang.

9. Pendidikan

Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi.

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

38

2.5 Konsep Konseling

2.5.1 Pengertian Konseling

Konseling adalah sesuatu proses yang terjadi dalam hubungan

pribadi antara seseorang yang mengalami kesulitan dengan seseorang

yang profesional yang latihan dan pengalamannya dapat dipergunaka

untuk membantu orang lain agar mampu memecahkan persoalan

pribadinya (Sumiati,2009).

Definisi lain menurut Depkes (2007) dalam Sumiati (2009)

mengemukakan bahwa, konseling merupakan proses membantu

seseorang untuk belajar menyelesikan masalah interpersonal,

emosional dan memutuskan hal tertentu.

2.5.2 Tujuan Konseling

Menurut Sumiati (2009), konseling yang difokuskan pada

kesehatan remaja bertujuan untuk :

1. Memberikan dukungan sosial dan psikologik bagi mereka yang

bermasalah, misalnya :

a. Masalah perilaku / kenakalan remaja

b. Kesulitan belajar, masalah reproduksi remaja

c. Masalah ketergantungan Napza

d. Masalah hubungan dengan orang tua, teman sebaya atau guru

e. Masalah penyakit kronis atau PMS

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

39

2. Mencegah permasalahan pada remaja dengan membantu remaja

untuk merubah perilakunya dan hidup sehat menerima tanggung

jawab untuk mereka sendiri dan orang lain

3. Membantu remaja dalam menghadapi permasalahan ang

mempengaruhi merek dan atau orang lain

2.5.3 Tipe Konseling

Menurut Mappiare (2011) dalam tipe konseling dapat dibedakan :

a. Konseling krisis

Krisis dapat diartikan sebagai suatu keadaan disorganisasi dimana

orang mengalami frustasi dalam upaya mencapai tujuan penting

hidupnya atau mengalami gangguan perjalanan hidup dan hal itu

ditanggapinya stress. Situasi-situasi yang demikian itu sering

memerlukan respon-respon khusus dari konselor guna membantu

pasien tidak berdaya

b. Konseling fasilitatif

Proses membantu klien menjadikan jelas permasalahannya,

selanjutnya bantuan dalam pemahaman dan penerimaan diri,

penemuan rencana tindakan dalam mengatasi masalah dan

akhirnya melaksanakana semua itu atas tanggung jawab sendiri.

Konseling tipe ini kerap diistilahkan remedial, seakan-akan

seseorang disembuhkan akibat mempunyai tingkah laku salah atau

yang tak dikehendaki. Konseling remedial ini sering ditafsirkan

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

40

sebagai usaha membantu individu agar maju dari satu tahap yang

kurang sempurna ke suatu tahap yang bermanfaat atau sempurna.

c. Konseling preventif

Konseling preventif berbeda dari tipe lainnya, dalam hal ini

terutama bersifat programatis bagaimana program yang

diperuntukkan bagi konselor khusus. Konseling demikian meliputi,

misalnya program pendidkkan seks pada anak sekolah dasar

dengan niat menceah kecemasan masa yang akan datang mengenai

seksualitas dan hubungan antar dua jenis kelamin.

d. Konseling development

Konseling development merupakan suatu proses yang

berkelanjutan yang dijalankan dalam seluruh jangka kehidupan

individu. Tipe konseling ini memfokus pada klien untuk mencapai

pertumbuhan pribadi yang positif dalam berbagai tahap kehidupan

mereka.

2.5.4 Waktu Konseling

Menurut Sumiati (2009), konseling dapat diberikan pada waktu :

1. Ketika seseorang remaja/siswa/mahasiswa memperoleh/

membutuhkan penjelasan/jalan keluar mengenai permasalahan

kesehatan baik fisik maupun mental

2. Ketika remaja/siswa/mahasiswa memerlukan dukungan dan

bantuan masalah fisik, mental maupun sosial

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

41

3. Ketika remaja/siswa/mahasiswa menderita penyakit kronis atau

mengalami waktu-waktu kritis atau sulit

4. Ketika remaja/siswa/mahasiswa mencari informasi dan atau

pemeriksaan tentang masalah kesehatan, mialnya kesehatan

reproduksi

2.5.5 Prosedur Pelaksanaan Konseling Individu

Menurut Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani (1991), secara umum

proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu:

1. Tahap Awal

Tahap ini terjadi dimulai sejak siswa menemui konselor hingga

konselor dan siswa menemukan masalah siswa. Pada tahap ini

beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:

a) Membangun Hubungan dengan Siswa (rapport)

Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada

terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling terutama

azas kesukarelaan, keterbukaan, kerahasiaan dan kegiatan.

b) Mengidentifikasi Masalah Siswa

Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan

klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat

membantu memperjelas masalah klien.

c) Membuat Diagnosa

Konselor berusaha mendiagnosis kemungkinan masalah

dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu

Page 37: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

42

dengan membangkitkan semua potensi siswa, dan

menentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi

antisipasi masalah.

d) Menegosiasikan Kontrak

Konselor membangun perjanjian antara dengan siswa,

berisi:

(1) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu

pertemuan yang diinginkan oleh siswa dan

konselor.

(2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara

siswa dan konselor.

(3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling,

yaitu terbinanya peran dan tanggung jawab

bersama siswa dan konselor dalam seluruh

rangkaian kegiatan konseling.

2) Inti (Tahap Kerja)

Setelah tahap awal dilaksanakan dengan baik, proses

konseling selanjutnya adalah memasuki tahap inti atau tahap

kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus

dilakukan, yaitu:

a) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah siswa lebih dalam.

Penjelajahan masalah dimaksudkan agar siswa mempunyai

perspektif dan alternatif baru terhadap masalah yang sedang

dialaminya.

Page 38: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

43

b) Konselor melakukan penilalian kembali (re assessment)

bersama-sama siswa meninjau kembali permasalahan yang

dihadapi siswa

c) Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.

Hal ini bisa terjadi jika:

1) Siswa merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau

wawancara konseling, serta menampakkan kebutuhan

untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah

yang dihadapinya.

2) Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-

teknik konseling yang bervariasi dan dapat menunjukkan

pribadi yang jujur, ikhlas dan benar- benar peduli

terhadap siswa.

3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.

Kesepakatan yang telah dibangun pada saat kontrak tetap

dijaga, baik oleh pihak konselor maupun siswa.

3) Tahap Akhir (Tahap Tindakan)

Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:

a) Konselor bersama siswa membuat kesimpulan mengenai

hasil proses konseling.

b) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan

berdasarkan kesepakatan yang telah terbangun dari proses

konseling sebelumnya.

c) Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian

Page 39: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

44

segera).

d) Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu:

a) Menurunnya kecemasan siswa.

b) Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat

dan dinamis.

c) Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang

dihadapinya.

d) Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan

program yang jelas.

Metode konseling individu dilakukan dengan cara

pemberian bantuan secara face to face relationship (hubungan muka

dengan muka, atau hubungan empat mata), antara konselor dengan

klien. Dalam prakteknya, konselor berusaha mengarahkan klien

sesuai dengan masalahnya. Selain itu konselor juga memberikan

saran, anjuran, dan nasehat atau motivasi kepada siswa. Sehingga

dalam hal ini kegiatan layanan konseling individu dapat dilakukan

secara lebih mendalam dan bermakna.

2.5.6 Teknik dalam Konseling

Pengembangan konseling individu oleh konselor dilandasi

oleh dan sangat dipengaruhi oleh suasana penerimaan, posisi duduk,

dan hasil penstrukturan. Konselor menggunakan berbagai teknik

untuk mengembangkan proses konseling individu yang efektif

Page 40: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

45

dalam mencapai tujuan layanan.

Menurut Namora Lumongga Lubis (2011), ragam teknik-

teknik konseling antara lain:

1. Melayani (Attending)

Melayani klien secara pribadi merupakan upaya

yang dilakukan konselor dalam memberikan perhatian

secara total kepada klien.

2. Empati

Empati sangat erat kaitannya dengan attending.

Secara umum empati dapat diartikan sebagai.

kemampuan konselor untuk dapat merasakan dan

menempatkan dirinya ke posisi klien. Inti dari empati ini

adalah konselor harus dapat memeahami perasaan yang

diekspresikan oleh klien.

3. Menjernihkan (Clarifying)

Ketika klien menyampaikna perasaannya dengan

kurang jelas atau samar-samar bahkan dengan

keraguan, maka tugas konselor adalah melakukan

klarifikasi untuk memperjelas apa sebenarnya yang

ingin disampaikan oleh klien. Konselor harus

melakukan dengan bahasa dan alasan yang rasional

sehingga mudah dipahami oleh klien.

4. Memberi Nasehat

Nasehat bertujuan untuk pengembangan potensi

Page 41: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

46

klien dan membantu dia agar mempu mengatasi

masalah sendiri. Oleh karena itu sebaiknya nasehat

diberikan jika klien memintanya.

5. Memberikan Informasi

Dalam informasi yang diminta klien, sama halny

dengan pemberian nasehat. Jika konselor tidak

memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan

bahwa konselor tidak mengetahui hal itu. Akan tetapi,

jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya

upayakan klien tetap mengusahakannya.

6. Merencanakan

Tahap merencanakan disini maksutnya adalah

membicarakan kepada klien hal-hal apa yang akan

menjadi program atau aksi nyata dari hasil konseling.

Tujuannya adalah menjadikan klien produktif setelah

mengikuti konseling.

7. Menyimpulkan

Bersamaan dengan berakhirnya sesi konseling,

maka sebaiknya konselor menyimpulkan hasil

pembicaraan secara keseluruhan yang menyangkut

tentang pikiran, perasaaan klien sebelum dan setelah

mengikuti proses konseling. Setelah itu konselor

membantu klien untuk memeantapkan rencana-rencana

yang telah disusunnya.

Page 42: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

47

Teknik konseling individu yang dilakukan oleh

konselor dialaksanakan sesuai dengan teknik konseling

pada umumnya. Adapun teknik-teknik konseling individu

yang dilakukan oleh konselor menurut Akhmad Sudrajat

(2011), meliputi:

1) Kontak mata

2) Kontak psikologis

3) Ajakan untuk berbicara

4) Tiga M (mendengar dengan cermat,

memahami secara tepat, merespon secara

tepat dan positif)

5) Pertanyaan terbuka

6) Refleksi (isi dan perasaan)

7) Penyimpulan

8) Penafsiran

9) Konfrontasi

10) Ajakan untuk memikirkan sesuatu yang lain

11) Peneguhan hasrat

12) Penfrustrasian klien

13) Suasana diam

14) Interprestasi pengalaman masa lampau

15) Sentuhan jasmaniah

16) Penilaian

17) Pelaporan

Page 43: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

48

Proses layanan konseling individu diakhiri

dengan kegiatan penilaian dan pelaporan. Kegiatan ini

dilaksanakan pada setiap kali sesi layanan konseling

individu, khususnya untuk kegiatan penilaian segera.

2.5.7 Boleh dan Tidak Boleh dalam Konseling

Menurut Sumiati (2009), hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan

dalam konseling sebagai berikut:

Tabel 2.1 Yang boleh dan tidak boleh dalam konseling

Boleh Tidak boleh

Memberi saran sebagai alternatif

dari beberapa pemecahan masalah

yang bisa dipertimbangkan oleh

klien

Membuatkan keputusan

Meminta penjelasan Menilai, menegur, mencemooh,

memarahi, menertawakan,

memojokkan, melecehkan

Menjelaskan dengan bahasa yang

mudah dipahami klien

Menggunakan kata, kalimat dan

istilah yang tidak dimengerti klien

Merumuskan pembicaraan sesuai

keaadaan dan keperluannya,

untuk itu bersedia meluangkan

waktu

Tidak punya cukup waktu

sehingga konseling dengan

tergesa-gesa

Menjaga kerahasiaan pribadi yang

dipercayakan

Mengungkapkan rahasia pribadi

yang dipercaykan oleh klien

Membicarakan dengan pihak lain

sepengetahuan klien

Membicarakan dengan pihak lain

tanpa persetujuan klien

Menempatkan diri pada posisi

klien supaya bisa berempati

Memaksakan pendapatnya sendiri

terhadap klien

Page 44: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

49

2.6 Konsep Pondok Pesantren

2.6.1 Pengertian Pondok Pesantren

Kata pondok berasal dari Bahasa Arab “Funduk” yang

artinya tempat menginap atau asrama. Sedangkan pesantren berasal

dari kata santri, dengan awalan pe- dan akhiran an, berarti tempat

tinggal santri. Soegarda poebakawatja yang dikutip oleh haidar

putra dauly (2005), mengatakan pesantren berasal dari kata santri

yaitu “seorang yang belajar agama islam, sehingga dengan

demikian mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar

agama islam. Di jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya

digunakan istilah pondok dan pesantren, sedangkan di Aceh

dikenal dengan istilah dayah atau rangkang atau menuansa,

sedangkan di Minangkabau disebut surau.

Menurut Lanny Octavia, dkk (2014) pesantren merupakan

lembaga non formal yang masih eksis hingga sekarang.

Eksistensinya juga sudah teruji oleh zaman, sehingga sampai saat

ini masih survive dengan berbagai dinamikanya. Ciri khas yang

paling menonjol yang membedakan pesantren dengan lembaga

pendidikan lainnya adalah sistem pendidikan dua puluh empat jam,

dengan mengkondisikan para santri dalam satu lokasi asrama yang

dibagi dalam bilik-bilik atau kamar-kamar sehingga mempermudah

mengaplikasikan sistem pendidikan yang total.

Menurut Sudjoko Prasodo dalam Samsul Nizar (2009)

pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama,

Page 45: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

50

umumnya dengan cara nonklasikal, dimana seorang kyai

mengajarkan ilmu agama islam kepada para santrinya berdasarkan

kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh para Ulama , dan

para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam

pesantren tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pondok

pesantren adalah suatu lembaga pendidikan islam dengan sistem

asrama dimana para santri menerima pendidikan agama islam

melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di

bawah kedaulatan seorang kyai, dan tetap mempertahankan unsur

tradisional yaitu pondok (asrama) , masjid , pengajaran kitab-kitab

islam klasik, santri dan kyai.

2.6.2 Bentuk – bentuk Pondok Pesantren

Dalam pelaksanaannya sekarang ini sekian benyak sistem

atau tipe pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren,

secara garis besar dapat digolongkan kedala dua bentuk, yakni :

1. Pondok Pesantren Salafiyah

Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran Al-

Qur‟an dan ilmu-ilmu agama islam yang kegiatan pendidikan

dan pengajarannya berlangsung sejak awal pertumbuhannya.

2. Pondok Pesantren Khalafiyah („Ashriyah)

Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang

selain menyelenggarakan kegiatan pesantrenan, juga

menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal (jalur sekolah),

Page 46: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

51

baik itu jalur sekolah umum (SD, SMP,SMA atau Perguruan

tinggi), maupun jalur sekolah berciri khas agama islam (MI,

MTs, MA, atau MAK)

2.6.3 Nilai Karakter Pendidikan Pesantren

Suthon masyud (2005) menjelaskan ada delapan ciri nilai

karakter dalam pendidikan pesantren sebagai berikut:

a. Adanya hubungan akrab antar santri dengan kyainya. Kyai

sangat meperhatikan para santrinya. Hal ini dimungkinkan

karena mereka sama-sama tinggal dalam satu kompleks dan

sering bertemu, baik dalam belajar maupun dalam pergaulan

sehari-hari.

b. Kepatuhan santri kepada kyai. Para santri menganggap bahwa

menentang kyai selain tidak sopan juga dilarang agama,

mereka beranggapan bahea tidak akan mendapat berkah karena

durhaka terhadap kyai.

c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam

lingkungan pesantren. Hidup mewah hampir tidak pernah

dialami bahkan tidak sedikit santri yang hidupnya terlalu

sederhana atau hemat sehingga kurang memperhatikan

kesehatannya.

d. Kemandiriaan sangat terasa di pesantren. Para santri mencuci

pakaian sendiri, membersihkan kamar sendiri dan terkadang

memasak sendiri.

Page 47: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

52

e. Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat

mewarnai pergaulan di pesantren. Ini disebabkan selain standar

dan pola kehidupan yang merata di kalangan santri, juga

karena mereka harus mengerjakan pekerjaan yang sama seperti

sholat berjamaah, mengaji, bersih-bersih dll.

f. Disiplin sangat dianjurkan di pesantren. Pagi hari antara pukul

03.00 kyai sudah membangunkan para santri untuk

melaksanakan sholat tahajud dan pukul 04.00 dilanjutkan

dengan sholat subuh berjamaah. Hal ini dimaksudkan untuk

membina kedisiplinan karena disiplin sejak masa belajar di

pesantren akan memberikan pengaruh yang besar pada diri

santri terutama pembentukan kepribadian dan moral

keagamaan.

g. Keprihatinan untuk mencapai tujuan merupakan salah satu segi

pendidikan yang diperoleh para santri di pesantren. Ini

merupakan pengaruh dari kebiasaan puasa sunnah, dzikir,

i‟tikaf, sholat dimalam hari dan latihan spiritual lainnya.

h. Pemberian ijazah, yaitu pencantuman nama dalam satu daftar

rantai pengalihan pengetahuan yang diberikan kepada santri-

santri yang berprestasi. Ini menandakan bahwa restu kyai

kepada santri mengajarkan sebuah teks kitab setelah dikuasai

penuh.

Page 48: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/... · 2020. 12. 14. · 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.3 Definisi

53

2.6.4 Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren

Metode pembelajaran yang ada di pondok pesantren

biasanya adalah proses pembelajaran yang integral melalui metode

belajar mengajar ( dirasah wa ta‟lim), pembiasaan berperilaku

luhur (ta‟dib), aktivitas spiritual (riyadhah) serta teladan yang baik

( uswah hasanah) yang dipraktekkan atau dicontohkan langsung

oleh kyai, para ustadz dan ustadzah. Selain itu kegiatan santri juga

dikontrol melalui ketetapan dalam peraturan atau tata tertib. Semua

ini mendukung terwujudnya proses pendidikan yang dapat

membentuk karakter mulia para santri, dimana dalam

kesehariaannya mereka dituntut untuk hidup mandiri dalam

berbagai hal.