BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan Kecemasan atau yang biasanya disebut ansietas dapat terjadi pada setiap pasien dan anggota keluarga pasien yang sedang berada di rumah sakit, kecemasan pada setiap orang berbeda-beda (Morrrison & Burnard, 2009). Rasa takut dan rasa waspada yang tidak jelas juga dapat dialami oleh orang yang mengalami kecemasan, hal tersebut menyebabkan rasa yang tidak menyenangkan pada setiap orang (Pieter, Janiwarti & Marti, 2011). Faktor yang menyebabkan kecemasan yang terjadi pada pasien di ruang ICU/ICCU dapat disebabkan karena faktor predisposisi dan faktor presipitasi, faktor lainnya yang mendukung dalam mempengaruhi kecemasan pasien yang sudah dijelaskan pada penelitian yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien, yaitu salah satu faktornya penyebab kecemasan pasien adalah penanganan yang dialami oleh pasien di ICU. Tindakan penangan yang akan terjadi pada pasien, perawat perlu meminta persetujuan pasien, namun jika perawat atau tenaga kesehatan tidak memberikan komunikasi terapeutik yang baik dengan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kecemasan

Kecemasan atau yang biasanya disebut ansietas dapat terjadi pada

setiap pasien dan anggota keluarga pasien yang sedang berada di rumah

sakit, kecemasan pada setiap orang berbeda-beda (Morrrison & Burnard,

2009). Rasa takut dan rasa waspada yang tidak jelas juga dapat dialami

oleh orang yang mengalami kecemasan, hal tersebut menyebabkan rasa

yang tidak menyenangkan pada setiap orang (Pieter, Janiwarti & Marti,

2011).

Faktor yang menyebabkan kecemasan yang terjadi pada pasien di

ruang ICU/ICCU dapat disebabkan karena faktor predisposisi dan faktor

presipitasi, faktor lainnya yang mendukung dalam mempengaruhi

kecemasan pasien yang sudah dijelaskan pada penelitian yang sudah ada

sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan

komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien, yaitu salah satu

faktornya penyebab kecemasan pasien adalah penanganan yang dialami

oleh pasien di ICU. Tindakan penangan yang akan terjadi pada pasien,

perawat perlu meminta persetujuan pasien, namun jika perawat atau tenaga

kesehatan tidak memberikan komunikasi terapeutik yang baik dengan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

13

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan,

seharusnya perawat perlu menjelaskan alasan akan dilakukaknnya

penanganan, memberi tahu informasi yang valid terhadap tindakan

penanganan. Jika hal tersebut tidak berjalan dengan baik akan

memperlambatan persetujuan (inform consent) dan jika perawat

melakukan komunikasi yang baik akan menghasilkan mutu pelayanan

yang bagus. Kemudian dalam penelitian untuk mengukur kecemasan

pasien dengan menggunakan alat ukur kuesioner Hospital Anxiety and

Depression Scale (HADS) dan alat ukur yang digunakan untuk mengukur

komunikasi perawat akan menggunakan kuesioner yang telah digunakan

dalam penelitian sebelumnya dan kemudian dimodifikasi sesuai kebutuhan

dalam penelitian ini.

a. Tanda dan Gejala Kecemasan

Menurut Keliat, Wiyono, & Susanti (2011), tanda dan gejala pada

kecemasan ada 3 hal diantaranya:

1) Respon fisik (mungkin ditemukan) : nafas pendek, nadi, dan

tekanan darah naik, mulut keringat anoreksia, diare/ konstipasi,

gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur.

2) Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, tidak mampu

menerima rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi

perhatiannya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

14

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

3) Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak- sentak, bicara

berlebih dan cepat, perasaan tidak aman.

b. Penyebab Kecemasan

Penyebab ansietas menurut Keliat (2011) yaitu :

1) Perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu.

2) Pengalaman traumatis seperti perpisahan, kehilangan atau bencana.

3) Rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan.

4) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau

gangguan terhadap kebutuhan dasar.

5) Ancaman konsep diri (identitas diri, harga diri, dan perubahan peran).

c. Faktor Predisposisi Dan Faktor Presipitasi

1) Faktor Predisposisi

Menurut Struart (2013), pada faktor predisposisi berbagai teori telah

dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan :

a) Dalam pandangan psikoanalitisi, ansietas adalah konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan

superego. Id memiliki dorongan insting dan impuls primitive,

sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan

oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi

tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi

ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

15

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan

takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.

Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma,

seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan

kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama

rentan mengalami ansietas yang berat.

c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk

frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan

individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori

perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang

dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk

menghindari kepedihan.

d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas

biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga

tumpang tindih antara gangguan ansietas dan depresi.

e) Kajian biologis menunjukkana bahwa otak mengandung

reseptor khusus untu benzodiazepine, obat-obatan untuk

meningkat neuregulator inhibisi asam gama- aminobutirat

(GABA), yang berberperan penting dalam mekanisme biologis

yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu kesehatan umum

individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata

sebagai predisposisi ansietas. Anietas mungkin disertai dengan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

16

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan

individu untuk mengatasi stressor.

2) Faktor Presipitasi

Menurut Mariyam (2008) mengatakan faktor faktor yang

memperngaruhi tingkat kecemasan, anatara lain :

a) Faktor Internal

(1) Usia

Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan

bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan

kenyamanan, reassurance dan nasehat- nasehat.

(2) Pengalaman

Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman

menghadapi stress dan upaya cara menghadapinya akan cenderung

menganggap stress adalah masalah yang bias diselesaikan. Tiap

pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan belajar dari

pengalaman dapat meningkatkan ketrampilan menghadapi stress.

(3) Jenis Kelamin

Bahwa jenis kelamin merupakan faktor internal yang dapat

mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Bahwasanya jenis

kelamin perempuan pada umumnya lebih rentan mengalami

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

17

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

kecemasan dibandingkan jenis kelamin laki-laki, karena dirasa

perempuan lebih mempunyai perasaan yang sensitive terhadap

permasalahan, sehingga mekanisme koping perempuan lebih kurang

baik dibandingkan laki-laki.

b) Faktor Eksternal

(1) Pengetahuan

Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan

intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya

diri dalam menghadapi stress mengikuti berbagai kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu

tersebut.

(2) Pendidikan

Pendidikan pula dapat meningatkan kemampuan mengahadapi

stress. Semakin tinggi kehidupan seseorang akan mudah dan semakin

mampu menghadapi sstres yang ada.

(3) Financial / Material

Asset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan

individu tersebut mengalami stress berupa kekacauan finansial,bila hal

ini terjadi dibandingkan orang lain yang asset finansialnya terbatas.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

18

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

(4) Keluarga

Keluarga kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran

pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri

dan anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan

yang dihadapi suami akan dapat memberikan dukungan kepada

kondisi stress suaminya

(5) Sosial Budaya

Dukungan sosial dan sumber-sumber masyarakat serta

lingkungan sekitar akan sangat membantu seseorang dalam

menghadapi stressor, pemecahan masalah bersama-sama dan tuka

pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu

lebih siap menghadapi stress yang akan datang.

d. Tingkatan Kecemasan

Menurut Stuart (2013) menyatakan bahwa ada beberapa tingkatan ansietas,

terbagi menjadi beberapa yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas

berat, dan panik.

1) Kecemasan Ringan

Kecemasan (ansietas) ringan berhubungan dengan ketegangan

peristiwa kehidupan sehari-hari. Ansietas ini menyebabkan individu

menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Orang yang

mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk menghasilkan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

19

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

kreativitas. Respon-respon fisiologis orang yang mengalami ansietas

ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan

darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala

pada lambung. Respon kognitif orang yang mengalami ansietas ringan

adalah lapang persepsi melebar, dapat menerima rangsangan yang

kompleks, berkonsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan

masalah secara efektif. Respon perilaku dan emosi dari orang yang

mengalami ansietasringan adalah tidak dapat duduk tenang, tremor

halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

2) Kecemasan Sedang

Pada ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus

pada hal yang lebih penting dan mengesampingkan hal yang lain .

Respon fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah

sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,

anoreksia, diare, konstipasi, dan gelisah. Respon kognitif orang yang

mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi yang menyempit,

rangsangan dari luar sulit diterima, berfokus terhadap apayang

menjadi perhatian. Respon perilaku dan emosi orang yang mengalami

ansietas sedang adalah gerakan yang tersentak-sentak, meremas

tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman.

3) Kecemasan Berat

Pada ansietas berat lapangan persepsinya menjadi sangat

sempit, individu cenderung memikirkan hal-hal yang rinci dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

20

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

spesifik serta mengabaikan hal-hal lain. Semua ditunjukan untuk

mengurangi ketegangan. Individu sulit berpikir realistis dan

membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada

area lain. Respon-respon fisiologis ansietas berat adalah napas pendek,

nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, sakit kepala,

penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan. Respon kognitif orang

yang mengalami ansietas berat adalah lapangan persepsi yang sangat

sempit dan tidak mampu untuyk menyelesaikanmasalah.Respon

perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi

yang cepat dan blocking.

4) Panik

Pada tingkatan panic berhubungan dengan terrperangah,

ketakutan, dan terror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya karena

mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik

mampu melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan.

Respon-respon fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik,

sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik yang sangat

rendah. Sementara respon-respon kognitif penderita panik adalah

lapangan persepsi yang sangat sempit sekali dan tidak mampu berpikir

secara logis. Respon perilaku dan emosinya terlihat dengan adanya

agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak, blocking,

kehilangan kontrol diri, dan memiliki persepsi yang kacau.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

21

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Sumber : Stuart (2013)

Gambar 2.1 Rentang Respon Ansietas

2. Komunikasi Terapeutik

a. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjadi antara perawat

dengan pasien secara aktif, mendengarkan dan memberi respon kepada

pasien dengan cara menunjukan sikap mau menerima dan mau memahami

sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara secara terbuka tentang

dirinya, serta memberikan informasi tentang kondisi pasien yang dirawat

di ruang ICU (Videbeck, SL. 2008). Komunikasi terapeutik adalah

komunikasi yang direncanakan secara sadar di mana kegiatan dan tujuan

dipusatkan ntuk kesembuhan pasien Uripni (dalam Taufik 2010).

Keberadaan komunikasi terapeutik memiliki peranan yang penting dalam

membantu seorang klien dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Kesimpulan dari Damaiyanti (2008) terapeutik merupakan kata sifat yang

dihubungkan dengan seni dari penyembuhan sehingga terapeutik juga

dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memfasilitasi proses

penyembuhan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

22

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Terapi atau pengobatan, adalah remediasi masalah kesehatan, biasanya

mengikuti diagnosis. Orang yang melakukan terapi disebut sebagai terapis.

Dalam bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata pengobatan. Di

antara psikolog, kata ini mengacu kepada psikoterapi. Therapy berarti

pengobatan; terapeutik. Seorang yang ahli dalam pengobatan penyakit atu

gangguan lainnya disebut therapist. Therapeutik adalah yang berkaitan

dengan terapeutik atau terapi.

Menurut Kusumawati (2011) Komunikasi terapeutik adalah

komunikasi yang direncanakan secara sadar, mempunyai tujuan, serta

kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya

komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal (antarpribadi)

yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik

tolak saling memberikan pengertian antara tenaga medis spesialis jiwa dan

pasien.

Menurut Abdolrahimi et al. (2017) komunikasi adalah fenomena yang

rumit dengan berbagai jenis yang memainkan peran penting dalam

memberikan perawatan etis. Jenis komunikasi utama, komunikasi

terapeutik antara penyedia layanan kesehatan dan pasien, merupakan

subjek penting dalam literatur keperawatan. Meskipun subjek ini adalah

yang lama, kemajuan terbaru di bidang perawatan kesehatan dan

pendekatan perawatan yang berpusat pada pasien telah meningkatkan

pentingnya komunikasi terapeutik. Periode beberapa waktu perawat

melakukakan komunikasi terpeutik dengan pasien atau keluarga untuk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

23

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

mengurangi masalah fisik. Jika komunikasi terapeutik gagal akan

mengakibatkan kecemasan, depresi depresi, harga diri rendah dan

keberhasilan menjadi menurun. Penting bahwa perawat perlu mendalami

tentang komunikasi terapeutik untuk memastikan komunikasi yang efektif

dengan pasien maupun dengan keluarga pasien.

b. Sikap Terapeutik

Menurut Taufik (2010) sikap terapeutik dibagi menjadi beberapa yaitu

berhadapan dengan lawan bicara, memepertahankan kontak mata,

membungkuk ke arah lawan biacara, memperlihatkan sikap terbuka dan

rileks.

c. Karakteristik Komunikasi Terapeutik

1) Menurut (Taufik, 2010) komunikasi terapeutik dibagi menjadi

beberapa yaitu :

a) Keikhlasan

Dalam upaya memberikan bantuan pada klien, seorang tenaga

kesehatan harus dapat menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan

yang dimiliki pasien, sehingga dapat mengkomunikasikan dengan

tepat.

b) Empati (emphaty), berbagai aspek empati :

(1) Aspek mental

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

24

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Kemampuan melihat dunia orang lain dengan menggunkan

paradigm orang lain tersebut. Aspek mental juga berarti

memahami orang tersebut secara emosional dan intelektual.

(2) Aspek verbal

Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman

terhadap perasan dan alasan reaksi emosional klien. Aspek verbal

dalam menunjukkan empati memerlukan hal-hal sebagai berikut :

keakuratan, kejelasan, kealamiahan, dan mengecek.

(3) Aspek nonverbal

Aspek nonverbal yang diperlukan adalah kemampuan

menunjukkan empati dengan kejahatan dan kesejatian.

2) Menurut Potter and Perry (2013) Teknik komunikasi terapeutik ada

beberapa yaitu:

a) Mendengarkan Aktif (Active Listening) - Memperhatikan apa

yang dikatakan klien, secara verbal dan non-verbal. Duduk

menghadap klien, buka postur, condong ke arah klien, kontak

mata, dan rileks.

b) Berbagi Pengamatan (Sharing Observations) - Membuat

pengamatan dengan berkomentar tentang bagaimana orang lain

terlihat, terdengar, atau bertindak.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

25

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

c) Berbagi Empati (Sharing Empathy) - Kemampuan untuk

memahami dan menerima realitas orang lain, untuk merasakan

perasaan secara akurat, dan untuk mengkomunikasikan

pemahaman

d) Berbagi Harapan (Sharing Hope) - Mengomunikasikan “rasa

kemungkinan” kepada orang lain. Dorongan saat umpan balik

yang tepat dan positif.

e) Berbagi Humor (Sharing Humor) - Memberikan kontribusi pada

perasaan kebersamaan, kedekatan dan keramahan.

Mempromosikan komunikasi positif dengan cara-cara berikut;

pencegahan, persepsi, perspektif.

f) Berbagi Perasaan (Sharing Feelings) – Perawat dapat membantu

klien mengekspresikan emosi dengan melakukan pengamatan,

mengakui perasaan, dan mendorong komunikasi, memberikan

izin untuk mengekspresikan perasaan "negatif" dan memodelkan

kemarahasn yang sehat.

g) Menggunakan Sentuhan (Using Touch) - Bentuk komunikasi

paling kuat. Sentuhan kenyamanan seperti memegang tangan,

sangat penting untuk klien yang rentan yang mengalami

penyakit berat.

h) Diam (silence) - Waktu bagi perawat dan klien untuk mengamati

satu sama lain, memilah perasaan, memikirkan bagaimana

mengatakan sesuatu, dan mempertimbangkan apa yang telah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

26

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

dikomunikasikan secara verbal. Perawat harus memungkinkan

klien untuk memecah keheningan.

i) Memberikan Informasi (Providing Information) - Informasi

yang relevan penting untuk membuat keputusan, mengalami

lebih sedikit kecemasan, dan merasa aman dan aman.

j) Klarifikasi (Clarifying)- Untuk memeriksa apakah pemahaman

itu akurat, atau untuk lebih memahami, perawat mengulangi

pesan yang tidak jelas atau ambigu untuk memperjelas arti

pengirim.

k) Fokus (Focusing) - Memperhatikan satu ide yang diekspresikan

atau bahkan satu kata.

l) Parafrase (Paraphrasing) – Mengulangi pesan orang lain lebih

singkat dengan menggunakan kata-kata sendiri. Ini terdiri dari

pengulangan dalam kata-kata yang lebih sedikit dan lebih segar

ide-ide penting dari klien.

m) Mengajukan Pertanyaan yang Relevan (Asking Relevan

Questions)– Untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk

pengambilan keputusan. Hanya mengajukan satu pertanyaan

pada satu waktu dan sepenuhnya mengeksplorasi satu topik

sebelum pindah ke area lain. Pertanyaan-pertanyaan terbuka

memungkinkan untuk mengambil pokok pembicaraan dan

memperkenalkan informasi terkait tentang suatu topik.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

27

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

n) Meringkas (Summarizing) - Menyatukan informasi untuk

dokumentasi. Memberi klien rasa yang Anda pahami. Ini adalah

tinjauan singkat dari aspek-aspek kunci dari suatu interaksi.

Meringkas membawa rasa penutupan.

o) Pengungkapan Diri (Self Disclosure) - Pengalaman pribadi

yang benar-benar nyata tentang diri, secara sengaja diungkapkan

kepada orang lain untuk tujuan menekankan baik persamaan dan

perbedaan pengalaman. Pertukaran ini ditawarkan sebagai

ekspresi keaslian dan jujur oleh perawat dan pengungkapan

harus relevan dan tepat.

p) Konfrontasi (Cofrontation) - Membantu klien menjadi lebih

sadar akan ketidakkonsistenan dalam perasaan, sikap,

keyakinan, dan perilakunya. Hanya untuk digunakan setelah

kepercayaan telah ditetapkan, & harus dilakukan dengan lembut,

dengan kepekaan.

3. Ruang Intenive Coronary Care Unit

a. Sejarah dan Definisi Intensive Coronary Care Unit

Sebelum Intensive Coronary Care Unit (ICCU) ada, pengobatan

penyakit Infark miokard akut dan penyakit kardiovaskuler yang lainnya di

lakukakn di bangsal medis umum dan diarahkan pada penyembuhan infark

dan pencegahan rupture jantung. Ini biasanya melibatkan periode bedrest

yang lama dan dukungan tenaga keperawatan intensif yang sedikit

jumlahnya. Unit perawatan koroner/ jantung pertama kali dibangun pada

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

28

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

tanggal 20 Mei 1962 oleh Hughes di kota Kansas, dan dengan cepat diikuti

di Toronto, Sydney, New York, Philadelphia pada tahun 1972 (Thompson,

2011).

Dengan adanya permintan masyarakat medis yang meminta untuk

penegmbangan unit serupa, sehingga pada awal 1970an banyak rumah

sakit besar memiliki fasilitas untuk memeantau pasien koroner akut, baik

sebagai dari bangsal umum atau unit perawatan intensif terpisah. Setelah

pembentukan unit perawatan coroner, angka kematian pasien semakin

menurun jumlah angka kematiannya.

ICU/ICCU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana, serta

peralatan khusus untuk menunjang fungsi- fungsi vital dengan

menggunakan keterampilan staff medik, perawat, dan staff lain yang

berpengalaman dalam peneglolaan keadaan- keadaan tersebut. Fungsi

utama ICU/ ICCU adalah untuk pasien kritis yang membutuhkan perhatian

medis dan alat-alat khusus, sehingga memudahkan pengamatn dan

perawatan oleh perawat yang sudah terlatih (WHO, 1992).

ICU/ICCU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan

staff yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditunjukan untuk

observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit

akut, cedera atau penyulit- penyulit yang mmengancam nyawa atau

potensial mengancam nyawa dengan prognosis yang diharapkan masih

reversible (Kemenkes, 2011).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

29

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Intensive care unit/ intensive caardiac care unit (ICU/ICCU) adalah

layanan rumah sakit yang memberikan asuhan keperawatan secara

terkonsentrasi dan lengkap. Unit ini memiliki tenaga perawat yang terlatih

khusus dan berisi perlatan pemantauan dan dukungan khusus untuk pasien

yang membutuhkan perawatan dan observasi intensif dan komprehensif,

karena syok, trauma, atau kondisi yang mengancam jiwa

(http://kamuskesehatan.com).

b. Staff ICU/ ICCU

Dasar pengelolaan pasien ICU/ICCU adalah pendekatan

multidisiplin dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan

kontribusinya sesuai dengan bidang dan keahliannya serta bekerjasama

dalam satu tim yang dipimpin oleh seorang Dokter intensive/ spesialis

anestesiologi. Berdasarkan ketetapan KEMENKES tim Intensive Care

terdiri dari:

1) Intensive/ spesialis anestesiologi atau dokter spesialis yang

berkompeten dalam ilmu kedokteran intensive care sesuai ICU/ ICCU.

2) Perawat intensive care

3) Dokter ahli mikrobiologi klinik

4) Ahli farmasi klinik

5) Ahli nutrisi klinik, dietisen

6) Fisioterapi

7) Tenaga lain yang sesuai dengan klasifiksi ruang ICU/ ICCU

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

30

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Dalam unit perawatan intensive semua staff multidisiplin

mempunyai lima karakter berdasarkan pada ketetapan Kementrian

Kesehatan RI antara lain:

1) Staff medik dan keperawatan yang purna waktu sebagai keoala

dengan otoritas dan tanggung jawab penuh terhadap managemen

ruangan

2) Staff medic, keperawatan, farmasi klinik, farmakologi klinik, gizi

klinik dan mikrobiologi klinik yang berkolaborasi dengan

pendektan multisiplin.

3) Mempergunakan standart, protocol guidline untuk emmastikan

pelayanan yang konsisten baik dokter, perawat ataupun staff yang

lainnya.

4) Memiliki dedikasi untuk melakukan koordinasi dan komunikasi

bagi managemen ruang intensive care

5) Menekankan pada pelayanan yang sudah terseertifikaso,

pendidikan, pelatihan, masalah etik dan pengutamaan pasien.

Seorang perawat yang bertugas di ruang ICU/ICCU melaksanakan

tiga tugas utama yaitu life support, memonitor keadaan pasien, dan

perubahan keadaan pasien akibat pengobatamm fan mencegah komplikasi

yang mungkin terjadi pada pasien

Standar minimum untuk semua staff harus merupakan kemampuan

untuk menilai pasien akut, kemampuan untuk menerapkan, mendukung

kehidupan langsung dan pemahaman tentang obat jantung modern dan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

31

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

prosedur pemberiannya. Rasio staff keperawatan tergantung pada kondisi

local dan pada ketajaman pasien, yang ditentukan oleh kebijakan masuk.

Tingkat dan arah tenaga keperawatan berdasarkan pada keahlian yang

bervariasi dengan masing-masing model perawatan coroner. Keterampilan

minimum untuk staff termasuk penilaian klinis pasien jantung, life support

jantung dasar dan lanjutan, pengetahuan saat ini, obat jantung, dan

prosedur.

c. Perlatan Di Ruang ICU/ ICCU

Peralatan memadai baik kualitas dan kuantitas akan mendukung

dan membantu lancarnya pelayanan di ruang ICU/ICCU. Peralatan dasar

yang digunkan di ICU/ICCU menurut KEMENKES Derektorat Jendral

Bina Upaya Kesehatan (2011) sebagai berikut :

1) Ventilasi mekanik

2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas

3) Alat hisap

4) Peralatan akses vaskuler

5) Peralatan monitor invasive dan non invasive.

Perlatan monitor invasive antara lain:

1) Monitor tekanan darah invasive

2) Tekanan vana sentral

3) Tekanan bagian pulmonalis (Swan Ganz)

Sementara perlatan monitor non invasive anatara lain:

1) Tekanan darah

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

32

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

2) EKG dan laju jantung

3) Saturasi oksigen (pulse oximetry)

4) Kapnograf

5) Defiblilator dan alat pacu jantung

6) Alat pengukur suhu pasien

7) Perlatan drain thorax

8) Pompa infuse dan pompa syiringe

9) Peralatan portable untuk trasnportasi (ventilator dan monitor)

10) Tepat tidur khusus

11) Lampu untuk tindakan

12) Continous Renal Rplacement Therapy

d. Manajemen Mutu Di Ruang ICCU

Prinsip dalam pengingkatan mutu berkelanjutan dan manajemen

kualitas total telah digariskan dalam literature yang cukup besar pada

peningkatan kualitas dan kesehatan. Prinsip-prinsip terus menerus

dikembangkan untuk peluang perbaikan, yang siap untuk diterapkan dalam

perawatan janyung adalah persepsi pasien sebagai konsumen yang layak,

tidak hanya keunggulan dalam perawatan medis , tetapi juga dalam semua

aspke perawatan mereka sebagai pribadi.

Ini merupakan tantangan yang mulai jauh lebih luas dari pada proses

tradisional jaminan kualitas atau perbaikan. Sementara jaminan kualitas

sangat penting dan membuntuhkan sumber daya yang dialokasikan untuk

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

33

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

itu, itu hanya mewakili bagian yang sempit dari spectrum managemen

kualitas total dalalm managemen perawatan jantung modern.

Unit perawatan koroner perlu memiliki focus pada managemen

kualitas total yang mencakup arah yang jelas dari unit ini, tim yang

bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan jaminan kualitas serta

pengumpulan data terus menerus ulang tujuan dan sasaran

Yang penting dalam kegiatan unit perawatan jantung adalah jaminan

kualitas yang mendefinisikan masalah, pemantauan hasilnya, mereview

hasil, membuat rencana untuk perbaikan, melaksanakan, dam memanatau

hasil dengan maksud untuk perbaikan terus- menerus dan menjadi bagian

dari filosofi semua anggota perawatan koroner (Thompson, 2011).

Unit perawatan koroner modern yang merupakan bagian dari system

secara keseluruhan, dengan mecakup hubungan dekat dengan masyarkat,

pelayanan medis darurat EMS (Electronic Medical Systems), area

perawatan kritis rumah sakit lain (ICU, ED), Cath Lab (Catheterization

Laboratory) dan daerah procedural CABG (Coronary Artery Bypass

Graffing) dan PCI. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai pengaruh eksternal,

pendektan system akan menyebabkan hasil yang lebih baik.

e. Indikasi Paien Masuk ICU/ ICCU

Pada dasarnya pasien yang dirawat di ruang ICU/ICCU adalah pasien

dengan gangguan akut yang masih diharapkan reversible (pulih kembali)

mengingat ICU adalah ruang perawatan yang membutuhkan biaya tinggi

dan peralatan serta tenaga yang khusus. Pasien yang layak dirawat di

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

34

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

ICU/ICCU menurut KEMENKES RI Direktorat Jendral Bina Upaya

Kesehatan (2011) adalah :

a. Pasien yang memerlukan perawatan intensive medis oleh tim intensive

care.

b. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi organ tubuh secara

terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan

kosntan, terus menerus dan metode titrasi.

c. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan

tindakan segera untuk mencegah dampak dekompensasai fisiologis,

yang termasuk ke dalam sakit kritia yaiitu penyakit janyung koroner.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

35

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

B. Kerangka Teori

Sumber :Kemenkes RI (2011), Mariyam (2008), Marliyn (2010), Stuart (2013),

Potter and Perry (2013), Taufik (2010)

Gambar : 2.3 Kerangka Teori

Faktor yang

mempengaruhi

kecemasan:

Faktor

Predisposisi

Faktor

Presipitasi

- Internal

- Ekternal

Pelaksanaan

Komunikasi

Terapeutik

Tingkat kecemasan:

Pasien diruang

ICCU :

-Kristis (tidak

stabil)

-Pasien yang

terancam jiwa

dan nyawanya

Teknik Komunikasi

Terapeutik

1. Tidak Ada

Kecemasan

2. KecemasanRingan

3. Kecemasan Sedang

4. Kecemasan Berat

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan

36

Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

C. Kerangka Konsep

Gambar : 2.4 Kerangka konsep

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini :

Ha : Ada Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Dengan

Tingkat Kecemasan Pasien Di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo

Tingkat kecemasan

pasien di ICCU:

1. Tidak Ada

Kecemasan

2. Kecemasan

Ringan

3. Kecemasan

Sedang

4. Kecemasan

Berat

Pelaksanaan komunikasi

terapeutik