BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecemasanrepository.ump.ac.id/3603/3/Adi Kusuma Yudha BAB...

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Ingris anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Trismiati, 2004). Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008). Suliswati (2005) mengatakan bahwa kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf outonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik (Carpenito, 2000). Kecemasan adalah perasaaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus kecemasan. Kecemasan merupakan Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecemasanrepository.ump.ac.id/3603/3/Adi Kusuma Yudha BAB...

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Ingris anxiety berasal dari Bahasa Latin

angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Trismiati,

2004).

Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan

dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam

mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008). Suliswati (2005) mengatakan bahwa

kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara

subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan

adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan

penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu

dan tidak berdaya.

Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan

gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf outonom dalam berespon

terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik (Carpenito, 2000).

Kecemasan adalah perasaaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh

situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman atau takut atau

mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti

mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan tidak ada objek

yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus kecemasan. Kecemasan merupakan

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

13

alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu

(Videbeck, 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan pengertian dari

kecemasan adalah keadaan dimana seorang mahasiswa mengalami khawatir

dan gelisah dalam merespon ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik yang

dihubungkan dengan perasaan tidak menentu.

B. Teori Kecemasan

Menurut Stuart (2006) ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai

kecemasan. Teori tersebut antara lain:

a. Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yangterjadi

antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya

seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen

yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan

ego bahwa ada bahaya.

b. Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap

ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga

diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.

c. Teori prilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi. yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

14

yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai

suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri

untuk menghindari kepedihan.

d. Teori keluarga menunjukkan bahwa ganguan kecemasan biasanya terjadi

dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara

gangguan kecemasan dan depresi.

e. Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam

gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting dalam biologis yang

berhubungan dengan kecemasan.

C. Cemas yang dialami mahasiswa dalam menyusun skripsi

Skripsi adalah sarana karya ilmiah yang berbentuk tulisan untuk

diajukan tentang penelitian yang akan diteliti. Skripsi adalah karya ilmiah

yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis

diperguruan tinggi (Poerwadarminta, 1983). Mahasiswa yang sedang

menyusun skripsi melakukan proses belajar secara individual. Kondisi

tersebut sangat berbeda dengan kondisi dimana mahasiswa masih melakukan

kegiatan perkuliahan dan mengerjakan tugas-tugas mata kuliah biasa.

Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami cemas ketika

mahasiswa merasakan ketidakmampuan dalam menghadapi permasalahan-

permasalahan atau masalah yang ada ketika menysusun skripsi.

Cemas yang dialami mahasiswa adalah suatu tuntutan yang diterima

oleh mahasiswa dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

15

kampus dan salah satu stresor terberat ataupun sumber kecemasan terberat

bagi mahasiswa adalah menyusun skripsi, selain itu cemas yang dialami

mahasiswa bisa berupa masalah kehidupan sehari-hari sebagai anak kos yang

jauh dari orang tua, keuangan dan sebagainya yang tidak terhindar dari

kehidupan mahasiswa. Tuntutan tersebut adalah sebagai sarana untuk lebih

mandiri dan mampu mengambil keputusan sendiri, karena mahasiswa adalah

manusia dalam masa dewasa muda. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya

tenggung jawab baru yang harus dihadapi oleh mahasiswa, contohnya adalah

dalam menyusun skripsi yang sudah ditentukan batas temponya.

Skripsi merupakan tugas mahasiswa tingkat akhir yang membuat

cemas, banyak mahasiswa yang terbebani oleh skripsi demikian pula

mahasiswa keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami cemas

dalam pembuatan skripsi dan akhirnya lama dan tertunda. Hal ini disebabkan

oleh banyak faktor seperti lama dalam mencari judul skripsi, kesulitan dalam

mencari literature, sulitnya menemui dosen pembimbing, kesalahan dalam

mengetik, mengulangi revisi proposal yang akhirnya membuat mahasiswa

tersebut semakin putus asa dan malas untuk membuat skripsi. Kecemasan

yang dialami mahasiswa sendiri dapat menjadi sebuah motivasi yang

dibutuhkan oleh mahasiwa untuk bergerak dan menjadi suatu energy kuat

yang dapat digunakan secara efektif.

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

16

D. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Suliswati, 2005 ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu:

a. Faktor predisposisi yang meliputi:

1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional.

2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan

kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu

berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri

individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani

kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap

konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak

dipelajari dalam keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi

respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi

kecemasannya.

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

17

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan

yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat

menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang

mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab

menghasilkan kecemasan.

b. Faktor presipitasi meliputi:

1) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam

integritas fisik meliputi:

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi system

imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak

adekuatnya tempat tinggal.

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan

interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap

peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat

mengancam harga diri.

b) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,

perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social

budaya

Faktor yang mempengaruhi kecemasan seorang mahasiswa yang

sedang menyusun skripsi salah satunya adalah karena mereka merasa frustasi

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

18

ketika bimbingan dengan pembimbing merasa gagal dan salah terus sehingga

mereka merasa putus asa dan tidak percaya diri untuk dapat menyusun skripsi

lebih lanjut. Hal ini juga membuat seorang mahasiswa merasa takut untuk

bimbingan dengan dosen pembimbing karena mereka merasa khawatir tidak

bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pembimbing ketika bimbingan.

E. Gejala-Gejala Kecemasan

Menurut Stuart (2006), respon/gejala kecemasan ditandai pada empat

aspek, yaitu:

a. Respon fisiologi terhadap kecemasan meliputi gangguan jantung berdebar,

tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun,

denyut nadi menurun, napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas

dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah,

reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,

rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang

janggal, kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada

abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare, tidak dapat menahan

kencing sering berkemih, wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa

panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon prilaku: Gelisah, ketegangan, tremor, gugup, bicara cepat, kurang

koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan

interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindari,

hiperventilasi.

c. Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, bidang persepsi

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

19

menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat

waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan

kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian.

d. Afektif: Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, ketakutan,

terror, gugup, gelisah.

Linayaningsih (2007) menambahkan dalam penelitianya menyatakan

bahwa gejala yang dialami oleh mahasiswa yang cemas sedang menghadapi

skripsi yaitu gejala yang bersfat psikis antara lain merasa takut, tidak bisa

memusatkan perhatian, rendah diri, hilang kepercayaan diri dll. Kecemasan pada

mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi muncul karena mereka merasa

apakah mereka mampu untuk mengerajakan skripsi dengan lancar dan tepat

waktu. Banyak dari mahasiswa yang merasa takut untuk bertemu dengan dosen

pembimbing skripsi mereka karena kurang percaya diri ketika ditanya tidak bias

menjawab sehingga menyebabkan mahasiswa terhambat dalam penyusunan

skripsi.

F. Cara Mengukur Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah

ringan, sedang, berat dan berat sekali, menggunakan alat ukur (instrument)

yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), pada

penelitian ini berbentuk kuesioner. HRSA merupakan skala kecemasan yang

sederhana, praktis, mudah, standar, dan diterima secara internasional. Pada

prinsipnya penilaian dengan HRS-A terdiri dari 14 kelompok gejala yang

masing-masing kelompok dirinci dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.

Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4, yang artinya

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

20

adalah nilai 0: tidak ada gejala, 1: gejala ringan, 2: gejala sedang, 3: gejala

berat, 4: gejala berat sekali. Masing-masing nilai angka (score) dari 14

kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat

diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu kurang dari 14 tidak ada

kecemasan, skor 14-20 kecemasan ringan, skor 21-27 kecemasan sedang, skor

28-41 kecemasan berat, dan skor 42-56 kecemasan berat sekali (Hidayat,

2008).

G. Tingkat Kecemasan

Menurut Asmadi (2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami

individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik. Tiap tingkatan kecemasan

mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain.

Manifestasi kecemasan yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi,

pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme

koping yang digunakannya.

a. Ansietas ringan : berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-

hari. Kewaspadaan meningkat. Persepsi terhadap lingkungan meningkat.

Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreativitas.

Respon fisiologi : sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir

bergetar. Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks,

konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan

terangsang untuk melakuakn tindakan. Respon perilaku dan emosi : tidak

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

21

dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang- kadang

meninggi.

b. Ansietas sedang : respon fisiologi: sering napas pendek, nadi ekstra sistol dan

tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit

kepala, sering berkemih, dan letih. Respon kognitif : memusatkan

perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang

persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima. Respon

perilaku dan emosi : gerakan tersentak- sentak, terlihat lebih tegang, bicara

banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.

c. Ansietas berat : individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan

mengabaikan hal yang lain. Respon fisiologi : napas pendek, nadi dan tekanan

darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut, serta tampak

tegang. Respon kognitif : tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan

banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit. Respon

perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi

terganggu.

d. Panik : respon fisiologi napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,

pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik. Respon kognitif :

gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan

mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi. Respon perilaku

dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak- teriak,

kehilangan kendali/kontrol diri, perasaan terancam, serta dapat berbuat

sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain.

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

22

H. Dampak Kecemasan

Yustinus Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari kecemasan

kedalam beberapa simtom, antara lain :

a. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya

hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang

tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan

dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.

b. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada

individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin

terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang

ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan

akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

c. Simtom motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang,

gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari

kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara

tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang

tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari

apa saja yang dirasanya mengancam.

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

23

I. Mekanisme Koping (Coping)

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dari perubahan, serta respon

terhadap situasi yang mengancam (Kelliat, 1999).

Menurut Suliswati dkk (2005) dan Stuart (1998), individu dapat

menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan sumber koping

dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber

tersebut adalah aset ekonomi, kemampuan memecahakan masalah, dukungan

sosial, dan keyakinan budaya. Dengan sumber tersebut individu dapat

mengambil strategi koping yang efektif. Apabila individu sedang mengalami

kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan

kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan,

mekanisme koping yang digunakan yaitu menangis, tidur, makan, tertawa,

berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan

orang lain, membatasi diri dengan orang lain. Mekanisme koping untuk

mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik ada dua yaitu:

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari, dan

berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan

situasi stres denagan cara perilaku menyerang, perilaku menarik diri,

perilaku kompromi.

b. Mekanisme pertahanan ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam

mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi

diri sendiri.

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

24

Menurut Kozier (2004) mekanisme koping dapat dibedakan menjadi 2

yaitu:

1. Mekanisme coping berfokus pada masalah (problem focus coping),

meliputi usaha untuk memperbaiki suatu situasi dengan membuat

perubahan atau mengambil beberapa tindakandan usaha segera untuk

mengatasi ancaman pada dirinya. Contohnya : negosiasi, konfrontasi dan

meminta nasehat.

2. Mekanisme coping berfokus pada emosi (emotional focused coping),

meliputi usaha-usaha dan gagasan untuk mengurangi distress emosional.

Mekanisme coping berfokus pada emosi tidak memperbaiki situasi tetapi

seseorang sering merasa lebih baik.

Sedangkan metode koping menurut Folkman & Lazarus; Folkman at

all, dalam afidarti (2006) adalah :

1. Planfull problem solving (problem-focused)

Individu berusaha menganalisa situasi dan memperoleh solusi dan

kemudian mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah.

2. Confrontative coping (problem-focused)

Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan kemarahan

dan mengambil resiko untuk merubah situasi.

3. Seeking social support (problem or emotion-focused)

Usaha individu untuk memperoleh dukungan emosional atau dukungan

informasional.

4. Distancing (emotion-focused)

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

25

Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi atau menciptakan

pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi.

5. Escape-Avoidanceting (emosion-focused)

Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berfikir dengan penuh

harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan untuk

menjauhi masalah yang dihadapi.

6. Self control (emotion-focused)

Usaha indvidu untuk menyesuaikan diri dengan perasaan ataupun tindakan

dalam hubunganya dengan masalah.

7. Accepting responcbility (emotion-focused)

Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk

memperbaikinya.

8. Positive reappraisal (emotion-focused)

Usaha individu untuk menciptakan diri yang positif dari situasi yang

dihadapi.

J. Penggunaan media online: Facebook sebagai koping kecemasan

Ada beberapa jenis koping yang digunakan mahasiswa dalam

mengurangi kadar kecemasan pembuatan skripsi, salah satunya yaitu coping

positif maupun coping negative, dalam hal ini coping kecemasan dengan

mengalihkan pada penggunaan media online: Facebook. Seiring dengan

berjalanya kemajuan teknologi yang berkaitan dengan Internet banyak sekali

media online yang menampilkan fitur-fitur untuk berhubungan dengan orang

lain seperti twiter, skype, google, dan yang paling banyak diminati adalah

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

26

Facebook. Facebook merupakan situs jejaring sosial yang diciptakan oleh

Mark Zuckerberg (saat itu mahasiswa semester II Harvard university) pada

tahun 2004. Facebook adalah layanan jaringan sosial dan situs web, agar

semua orang bisa membuat profil pribadi yang bertujuan mencari teman,

keluarga yang tidak pernah kita jumpai atau bertemu. Facebook juga

menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan dan

pemikiran. Pengguna dapat bergabung dengan group pengguna yang memiiki

tujuan tertentu, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi,

ataupun kerakteristik lainya Facebook berfungsi untuk menjalin komunikasi

antar individu, baik teman, kerabat, keluarga maupun orang-orang yang

sekiranya berhubungan didalamnya.

1. Penggunaan Facebook sebagai coping mengatasi masalah

Didalam Facebook terdapat bagian atau area menulis untuk

mengungkapkan perasaan pengguna atau pemilik akun Facebook tesebut

yang biasa disebut “status”. Saat pemilik akun Facebook membuat status,

itulah isi hati atau emosi yang dikeluarkan dari pemilik akun Facebook

tersebut (Marulitua, 2010). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

diungkapkan Yulaehah (2012) bahwa status Facebook biasanya berupa

ungkapan perasaan hati penggunanya, baik itu berupa ungkapan

kebahagiaan, kesedihan, kekesalan, gurauan atau berupa berita yang ingin

disampaikan dengan kerabat atau pengguna Facebok yang lain. Status

Facebook menunjukan informasi atau keadaan terakhir dari pemilik akun

yang menulis status tersebut, dengan tujuan orang lain mengetahui

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

27

keadaan pembuat status. Dengan menulis status di Facebook mahasiswa

juga berharap akan mendapatkan suatu pemecahan masalah yang sedang

dialami atau dirasakanya selama menyusun skripsi.

Pemilik akun Facebook dapat memperbaharui atau mengupdate

status tanpa dibatasi waktu dan ada pula yang menarik adalah dengan

adanya status tersebut akan menciptakan komunikasi yang

menghubungkan anatar para penggunanya. Dalam hal ini yang

berkomunikasi dengan pemilik status adalah pengomentar status. Adapun

yang dinamakan pengomentar yaitu seseorang yang mengomentari status

Facebook seseorang, sehingga akan memunculkan umpan balik dari

pengguna Facebook kepada status milik penulis status. Dengan kata lain

pada penggunaan media online: Facebook ini manghasilkan komunikasi

antar pengguna Facebook yang terdiri dari keluarga, dosen teman, sahabat

jauh maupun kerabat yang sama-sama menggunakan Facebook.

Seperti halnya pernyataan dari Kozier (2004) mekanisme koping

terdiri dari dua macam yaitu mekanisme coping berfokus pada masalah

(problem focus coping) yaitu usaha memperbaiki situasi dengan membuat

perubahan dengan contoh meminta nasehat. Berhubungan dengan

penggunaan media sosial: Facebook adalah didalam Facebook kita bisa

membuat status dan meminta nasehat maupun masukan kepada pengguna

Facebook yang lain, seperti keluarga, dosen, teman dan yang lainya untuk

berkomentar dan memberikan nasehat maupun masukan untuk membantu

mengurangi kendala saat membuat skripsi. Didalam Facebook juga bisa

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

28

berkomunikasi dengan pengguna lain bercerita masalah dalam penyusunan

skripsi, meminta alamat webset untuk penambahan literatur (seperti alamat

jurnal, data-data statistis mengenai permasalahan terkait dalam

penyusunan statustik, perputakaan online dll.), bersenda gurau, dan yang

lainya. Hal ini menunjukan bahwa Facebook dapat dijadikan sebagai

mekanisme koping untuk mengatasi masalah yang meliputi usaha-usaha

untuk mengurangi disstres emosional, walaupun koping ini tidak

memperbaiki situasi, tetapi koping ini efektif untuk membuat individu bisa

merasa lebih baik. Berikut ini adalah salah satu fasilitas ada di Facebook

yang dapat dijadikan sebagai suatu pemecahan masalah yang sedang

dihadapi mahasiswa ketika menyusun skripsi, yaitu:

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

29

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

30

Gambar 2.1 Fasilitas Facebook

K. Kerangka Teori

Menurut Sekaran (2003) yang dimaksud dengan kerangka kerja

teoritis adalah model konseptual yang menggambarkan hubungan bebagai

macam faktor yang telah diidentifikasi sebagai suatu hal yang penting dari

suatu masalah. Melalui pengembangan kerja konseptual, memungkinkan kita

untuk menguji hubungan antar variable, sehingga kita dapat mempunyai

pemahaman yang komprehensif atas masalah yang sedang kita teliti.

Dalam kesempatan kali ini, peneliti membuat kerangka teori

berdasarkan beberapa literature yang pernah dibaca penulis, yaitu sebagai

berikut:

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

31

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber: Hardjana (1994), Koizer (2004), Shenoy (2001), Coper & Straw (1995), Sarafino (1994), Andri (2010), Suliswati dkk (2005) dan Stuart dan Sundeen

(1997),

Mekanisme Koping cemas pada mahasiswa :

- Melakukan Hobi - Makan - Mendengarkan music - Melakukan hal

negative ( minum minuman keras, merokok, mengamuk dll)

- Melakukan komunikasi dengan orang lain

- Penggunaan media online : facebook, twitter, google+, dll.

- Dan banyak lagi sesuai karakteristik individu

Cemas menghadapi skripsi

Cara mengatasi cemas :

menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan

interpersonal

Mekanisme Koping :

- Problem focus coping

- Emotional focus coping

Tingkatan cemas: - Tidak ada cemas - Cemas ringan - Cemas sedang - Cemas berat

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104

32

L. Kerangka Konsep

Kerangka konsep peneliian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka

teori yang telah dijlaskan sebelumnya, maka disusunlah kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kerangka konsep

M. Hipotesa

Hipotesa atau hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu

yang diduga atau hubungan yang diharapkan dari dua variabel atau lebih yang

dapat diuji secara empiris. Hipotesis penelitian adalah jawaban semantara

penelitian yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian kali ini, peneliti ingin menarik sebuah hipotesa atau

dugaan sementara, yaitu :

Ha = Ada hubungan antara kecemasan mahasiswa menghadapi skripsi dengan

penggunaan media online: Facebook.

Faktor independen Faktor dependen

Kecemasan menghadapi skripsi

Penggunaan media online: Facebook

K h d i

Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104