Survei Aliran Panas Daerah Panas Bumi Sulili Kabupaten Pinrang ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah Hipertermi
Pada manusia, suhu tubuhnya cenderung berfluktuasi tiap saat. Ada
banyak faktor yang menjadi penyebab fluktuasi suhu tersebut, agar suhu
tubuh mampu dipertahankan secara konstan, maka diperlukan pengaturan
(regulasi) suhu tubuh. Keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas akan menentukan suhu tubuh. Keseimbangan tersebut
dipengaruhi oleh karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai suhu,
selain itu sistem enzim tubuh juga memiliki rentang suhu yang sempit agar
berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung pada suhu
badan yang relatif tetap (Sodikin, 2012).
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal
yang tidak teratur, dan disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan
pembatasan panas. Interkulin-1 pada keadaan ini tidak terlibat.
Hipertermia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana suhu tubuh
melebihi titik set, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau
eksternal yang menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat
dikeluarkan oleh tubuh. Hipertermi dapat disebabkan karena sengatan
panas, toksisitas aspirin, kejang dan hipertiroidisme. Pada keadaan
hipertermia pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam keadaan
normal. Karakteristik dari hipertermi adalah kejang (konvulsi), kulit
7
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
8
memerah, kulit hangat bila disentuh, kuku kebiruan, hipertensi dan muka
pucat (Sodikin, 2012).
Deliana (2002) mengungkapkan kejang merupakan gangguan saraf
yang sering terjadi pada anak. Insiden kejang demam 2.2-5% pada anak di
bawah 5 tahun. Menurut Bahtera, Wibowo, dan Hardjojuwono (2009),
sekitar 25%-50% pasien kejang demam pertama akan mengalami
bengkitan ulang kejang demam. Terdapat hubungan antara faktor genetik
dengan bangkitan ulang kejang demam. Faktor genetik adalah riwayat
keluarga pernah menderita kejang demam pertama dengan riwayat
keluarga (first degree relative) pernah menderita kejang demam
mempunyai resiko 50%-100% terjadi bangkitan ulang kejang demam.
B. Konsep Medis
1) Pengertian
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
ditemukan pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan
sampai 4 tahun. Para peneliti telah membuat berbagai kesimpulan,
bahwa bangkitan kejang demam berhubungan dengan usia, tingkatan
suhu serta kecepatan peningkatan suhu, termasuk faktor hereditas juga
memiliki peran terhadap bangkitan kejang demam dimana pada
anggota keluarga penderita memiliki peluang untuk mengalami kejang
lebih banyak dibandingkan dengan anak normal (Sodikin, 2012).
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 C) yang
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
9
disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan
kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama
pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari
anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam
(Ngastiyah, 2005).
Kejang demam sering terjadi pada anak dibawah usia satu tahun
sampai awal kelompok usia 2 sampai 5 tahun, karena pada usia ini
otak anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan.
Sekitar 10% anak mengalami sekurang-kurangnya 1x kejang. Pada
usia 5 tahun sebagian besar anak telah dapat mengatasi kerentanannya
terhadap kejang demam (Hidayat, 2008).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak-anak yang
terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu
gangguan neurologis yang paling sering dijumpai pada masa kanak-
kanak yang menyerang sekitar 4% anak (Wong, 2008).
Jadi kejang demam dapat diartikan sebagai kejang yang diawali
oleh suhu badan yang tinggi demam dengan suhu diatas 38 C yang
disebabkan oleh gangguan neurologis proses peradangan
ekstrakranium.
2) Etiologi
Menurut Sujono (2010), penyebab penyakit kejang demam
meliputi : faktor-faktor perinatal, malformasi otak kongenital, faktor
genetika, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), demam, gangguan
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
10
metabolisme, trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi dan
penyakit degenerative susunan saraf.
Berdasarkan kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam
menurut Lumban Tobing (2005):
1. Demam itu sendiri, yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi
saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme respon alergik atau
keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak
diketahui atau ensefalitis toksik sepintas.
3) Tanda dan Gejala
Menurut Eveline, IBCLC, Djamaludin (2010), tanda dan gejala
anak yang mengalami kejang demam adalah sebagai berikut:
1. Demam
2. Saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang nafas dapat
berhenti beberapa saat
3. Tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai ke
belakang, disusul munculnya gerakan kejut yang kuat
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan tampak membiru dan bola mata
naik ke atas
5. Gigi terkatup dan terkadang disertai muntah
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
11
6. Nafas dapat berhenti dalam beberpa saat (kadang-kadang)
7. Anak tidak dapat mengontrol untuk buang air kecil atau besar
Di sub bagian Anak FKUI RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone dipakai
sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu:
1. Umur anak ketika kejang demam anatara 6 bulan sampai 4 tahun
2. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang demam normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah
sahu normal tidak menunjukkan kelainan
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat
kali.
4) Anatomi dan fisiologi
a. Anatomi
Gambar 2.1 anatomi otak
(sumber: Syaifuddin, 2006)
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
12
Menurut Setiadi (2007), otak merupakan alat tubuh yang sangat
penting karena merupakan pusat computer dari semua alat tubuh.
Bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak
(cranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Cranium
(tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal.
1. Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus,
serta hipotalamus
2. Otak tengah, otak ini menjadi tegmentum, krus serebri, korpus
kuadrigeminus.
3. Otak belakang (pons), bagian otak yang menonjol yang tersusun
dari lapisan fiber (berserat) dan termasuk sel yang terlibat dalam
pengontrolan pernafasan, dimana pons ini terdiri atas pons varoli,
Medulla oblongata dan Cerebelum. Otak dilindungi oleh kulit
kepala, rambut, tulang tengkorak dan columna vertebrata serta
Meningen (selaput otak).
Bagian-bagian otak secara garis besar terdiri dari cerebrum
(otak besar), brain stem (batang otak) dan cerebelum (otak kecil)
a) Cerebrum (otak besar)
Menurut Syaifuddin (2006), cerebrum atau otak besar
merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak,
berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga,
masing-masing disebut fosa kranialis anterior atas dan fosa
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
13
krainalis bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan
kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat
putih terdapat pada bagian dalam yang mengandung serabut
saraf.
Sedangkan menurut Setiadi (2007), permukaan cerebrum
berasal dari bagian yang menonjol (gyri) dan lekukan (sulci).
Cerebrum pada otak besar ditemukan beberapa lobus, yaitu:
1. Lobus frontalis adalah bagian dari cerebrum yang terletak
didepan sulkus sentralis
2. Lobus parientalis, terdapat didepan sulkus sentralis dan
dibelakang oleh karako-oksipitalis
3. Lobus temporalis, terdapat dibawah lateral dari fisura dan
didepan lobus oksipitalis
4. Lobus occipitalis yang mengisi bagian belakang dari
cerebrum.
b. Batang otak
Menurut Pearce (2006), batang otak terdiri atas otak tengah
(diensefalon) pons varoli dan medula oblongata. Otak tengah
(diensefalon) merupakan bagian atas batang otak. Akuaduktus serebri
yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintas melalui
otak tengah ini.
Menurut Syaifuddin (2006), batang otak terdiri dari:
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
14
1. Diensefalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara
serebelum dengan meansefalon. Kumpulan dari sel saraf yang
terdapat dibagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna
dengan sudut menghadap ke samping.
2. Meansefalon, atap dari mensefalon terdiri dari empat bagian yang
menonjol ke atas. Dua di sebelah atas disebut korpus
kuadrigeminus inferior. Serat saraf okulomotorius berjalan ke
ventrikel bagian medial. Serat nervus troklearis berjalan ke arah
dorsal menyilang garis tengah ke sisi lain.
3. Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mensefalon
dengan ponsvarolli dengan cerebellum, terletak di depan
cerebellum diantara otak tengah dan medulla oblongata. Disini
terdapat premotoksid yang mengatur gerakan pernafasan dan
refleks.
4. Medula oblongata, merupakan bagian dari batang otak yang paling
bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis,
bagian bawah medulla oblongata merupakan persambungan
medulla spinalis ke atas, bagian atas nedulla oblongata yang
melebar disebut kanalis sentralis didaerah tengah bagian ventral
medulla oblongata.
c. Cerebellum
Menurut Syaifuddin (2006), cerebellum atau otak kecil terletak
pada bagian bawah dan bagian belakang tengkorak dipisahkan dengan
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
15
cerebellum oleh fisura transversalis oleh pons varoli dan diatas
medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut eferen
sensoris. Sedangkan menurut Setiadi (2007), cerebellum mempunyai
dua hemisfer yang dihubungkan oleh fermis, berat cerebellum lebih
kurang 150 gram (85-90%) dari berat otak seluruhnya.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis
dan bagian-bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer.
Cerebellum berhubungan dengan batang otak melalui pendunkulus
serebri inferior (korpus retiformi). Permukaan luar cerebellum berlipat-
lipat menyerupai cerebellum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih
teratur. Permukaan cerebellum ini mengandung zat kelabu.
Menurut Setiadi (2007), setiap pergerakan memerlukan koordinasi
dalam kegiatan sejumpal otot. Otot antagonis harus mengalami
relaksasi secara teratur dan otot diperlukan oleh bermacam pergerakan.
b. Fisiologis
Menurut Syaifuddin (2006), sisitem saraf pusat mengatur kegiatan
yubuh yang cepat seperti kontraksi otot, peristiwa fiselar yang berubah
dengan cepat menerima ribuan informasi dari berbagai organ sensoris
dan kemudian menginterpretasikannya untuk menentukkannya untuk
menentukkan reaksi yang harus dilakukan tubuh.
Membran sel bekerja sebagai suatu sekat pemisah yang amat
efektif dan selektif antara cairan ekstra seluler dan cairan intra seluler.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
16
Di dalam ruangan ekstra selelur, disekitar neuron terdapat cairan
intraseluler terdapat kalium.
Bagian-bagian otak secara garis besar terdiri dari cerebrum (otak
besar), brain stem (batang otak) dan cerebrum (otak kecil)
a. Menurut Syaifuddin (2006), fungsi cerebrum yaitu:
1) Mengingat pengalaman masa lalu
2) Pusat persyarafan yang menangani aktifitas mental, akal
intelegensi, keinginan dan memori
3) Pusat menangis, buang iar besar dan buang air kecil
b. Menurut Setiadi (2007), cerebrum pada otak besar dibagi 4 lobus
yaitu:
1) Lobus frontalis, .menstimulasi pergerakan otot yang
bertanggung jawab untuk proses berfikir
2) Lobus parientalis, fungsinya merupakan area sensoris dariotak
yang merupakan sensasi perabaan, tekanan dan sedikit
menerima perubahan temperature
3) Lobus temporalis, mengandung area auditori yang menerima
sensasi dari telinga
4) Lobus occipitalis yang mengisi bagian belakang dari cerebrum
mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata
Area khusus otak besar (cerebrum) adalah:
a. Somatic sensory area yang mengirim impuls ke otot skeletal
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
17
b. Broca’s area yang terlibat dalam kemampuan bicara
5) Patofisiologi
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
yang tidak teratur, dan disebabkan ketidaksieimbangan antara produksi
dan pembatasan panas. Interkulin-1 pada keadaan ini tidak terlibat.
Hipertermia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana suhu tubuh
melebihi titikset, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau
eksternal yang menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat
dikeluarkan oleh tubuh. Hipertermi dapat disebabkan karena sengatan
panas, toksisitas aspirin, kejang, dan hipertiroidisme. Pada keadaan
hipertermia pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam keadaan
normal (Sodikin, 2012)
Kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan metabolisme basal 10-
15% dan kebutuhan O2 meningkat 20%. Anak berumur 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa
(hanya 15%), oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi
difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian
besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya
dengan bantuan bahan yang tersebut neirotransmitter yang terjadi kejang.
Anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu
38 C dan anak dengan ambang kejang demam tinggi, kejang baru terjadi
pada suhu 40 C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit)
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
18
biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung
yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya
aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema
otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otal (Ngastiyah, 2005)
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
19
(Sumber: Syaifuddin (2006),
Preace (2006), NANDA
(2009), Setiadi (2007))
Gambar 2.2 Pathway
Efek produk toksik daripada
mikroorganisme, infeksi bakteri
Rangsangan mekanik dan
biokimia, gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Perubahan konsentrasi ion
Kurang dari 15 menit
Kurang terpaparnya
informasi
Pengobatan, perawatan,
kondisi, prognosis dan diit
Resiko kejang berulang
Hipertermia
Proses demam
Reaksi inflamasi
Ketidakseimbangan
potensial membran pada sel
saraf otak
Kejang
Difusi natrium dan kalium
Lepasnya muatan listrik
dan neurotransmitter
Lebih dari 15 menit
apneu
Perubahan suplai darah ke
otak
Kurang pengetahuan
Tidak menimbulkan
gejala sisa
ISPA
Peningkatan
produksi sputum
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Kehilangan koordinasi
otot
Resiko cedera
Resiko kerusakan
sel neuron otak
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Hipoksia dan
asidosis
Mual, muntah
Kebutuhan O2
dan energi Natrium
meningkat
Perfusi jaringan serebral
tidak efektif
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
20
6) Klasifikasi kejang
Menurut Hidayat (2006) kejang dibagi dalam dua kategori besar yakni
yang bersifat lokal atau dinamakan kejang parsial dan kejang yang bersifat
umum.
1. Kejang parsial (Fokal atau Lokal)
Kejang parsial terdiri atas dua yakni yang berifat sederhana dan
kompleks. Kejang yang sederhana memiliki ciri sebagai beriku:
kesadarannya tidak terganggu, adanya tanda seperti kedutan pada
wajah, tangan atau salah satu bagian sisi tubuh, biasanya disertai
dengan adanya muntah, berkeringat, muka merah, serta adanya dilatasi
pada pupil dan adanya tanda keseimbangan terganggu seperti mau
jatuh, adanya rasa takut.
Sedangkan gejala kejang parsial yang kompleks memiliki ciri sebagai
berikut: adanya gangguan kesadaran meskipun pada awalnya sebagai
gejala yang sederhana, gerakan, atau adanya gerakan tangan.
2. Kejang Umum (Konvulsif dan Nonkonvulsif)
Kejang umum dapat terdiri atas kejang absens, kejang mioklonik,
kejang tonik-klonik, kejang atonik, status epileptikus. Kejang tersebut
memiliki ciri yang berbeda-beda seperti berikut.
a. Kejang mioklonik memiliki ciri adanya kedutan pada daerah otot
yang dapat terjadi secara mendadak; sedangkan kejang mioklonik
lenjutan dapat terjadi pada orang sehat selama tidur dan bila
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
21
kondisi patologis dapat bersifat kedutan dan berlangsung kurang
dari 5 detik serta kehilangan kesadaran hanya sesaat.
b. Kejang tonik-klonik dapat ditandai dengan hilangnya kesadaran,
kaku pada otot ekstremitas, batang tulang dan wajah yang dapat
terjadi kurang dari satu menit. Kemudian disertai hilangnya kontrol
pada kandung kemih dan usus, adanya gerakan klonik pada
ekstremitas atasdan bawah, serta adanya tanda letargi.
c. Pada kejang atonik dapat terjadi kehlangan tonus secara mendadak
sehingga dapat menyebabkan kelopak mata menurun, kepala
menunduk, dan dapat terjatuh ke tanah yang terjadi secara singkat
tanpa adanya peringatan.
d. Status epileptikus dapat didahului dengan kejang tonik-klonik
umum secara berulang, tidak sadar, dapat terjadi depresi
pernafasan, hipotensi dan hipoksia.
Menurut Ngastiyah (2005) dan Standar Pelayanan Medis RS. Dr.
Sardjito buku 2 (2005), klasifikasi kejang demam adalah:
1. Kejang demam sederhana
Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana
dapat diketahui melalui kriteria Livingstone, yaitu:
a. Usia anak ketika demam pertama antara 6 bulan sampai 4
tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
22
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah
suhu normal tidak menunjukkan kelainan
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4
kali
2. Kejang demam kompleks
Menurut Mansjoer, A. Dkk. (2000) biasanya dari kejang
kompleks ditandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15
menit, fokal atau multipel (lebih dari 1 kali dalam 24 jam). Disini
untuk anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau
riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.
C. Konsep Keperawatan
Pasien yang mempunyai ibu dengan riwayat kejang demam
mempunyai risiko tiga kali untuk terjadi serangan kejang demam berulang,
sedangkan pasien yang mempunyai keluarga (first degree relative) dengan
riwayat kejang yang mempunyai risiko 2-3 kalki terjadi bangkitan kejang
demam berulang ayah dan saudara kandung dengan riwayat kejang demam
tidak bermakna sebagai faktor risiko untuk timbul bangkitan kejang
berulang (Bahtera, Widiwo, & Hardjojuwono, 2009)
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
23
1. Pengkajian
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan
kejang demam adalah:
a. Biodata/ Identitas pasien
Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Sedangkan
biodata orang tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial
anak meliiputi nama, umur, agama, suku/ bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
b. Keluhan utama
Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang
ditanyakan, apakah betul ada kejang. Diharapkan ibu atau
keluarga yang mengantar memperagakan kejang yang dialami
oleh anak.
2) Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai
kejang, maka diketahui apakah terdapat infeksi. Infeksi
mempengaruhi penting dalam terjadinya bangkitan kejang pada
anak.
3) Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu
berlangsung lama. Dari lama bangkitan kejang dapat kita
ketahui respon terhadap prognosa dan pengobatan.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
24
4) Pola serangan
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai
pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik atau klonik.
Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
5) Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa
kejang terjadi untuk pertama kali dan berapa frekuensi kejang
per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila timbul kejang
pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering
terjadi.
6) Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau
rangsangantertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya
lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang
dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudahnya kejang perlu
ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran
menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya.
7) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, trauma kepala, gagap bicara (khususnya
pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF,
ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
25
d. Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan
apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur
berapa saat kejang terjadi untuk pertama kalinya. Apakah ada
riwayat trauma kepala, radang selaput otak, OMA dan lain-lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang memiliki penyakit kejang demam seperti
pasien ( 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor
turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit saraf
atau lainnya. Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit
seperti ISPA, diare atau oenyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan terjadinya kejang demam.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kelainan ibu sewaktu hamil per trisemester, apakah ibu pernah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma
perdarahan pervagina sewaktu hamil, penggunakan obat-obatan
maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah
sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/ vakum), perdarahan
ante partum, asfiksia dan lain-lain. Keadaan selama neonatal
apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau netek dan kejang-
kejang.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
26
g. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belumditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada
umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya
adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
h. Riwayat perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi:
Personal sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial): berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
Motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,
memegang suatu benda dan lain-lain.
Motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
i. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu
dikaji siapakah yang mengasuh anak. Abgaimana hubungan
dengan anggota keluarga dan teman sebayanya.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
27
j. Pola fungsional
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit.
1. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan denga kesehatan, pengetahuan
tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap
perawatan dan tindakan medis.
Bagaimana pandangan tehadap penyakit yang diderita,
pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila anggota
keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan
pertama.
2. Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak, ditanyakan
bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang
dikonsumsi oleh anak, makanan apa saja yang disukai dan yang
tidak, bagaimana selera makan anak, berapa kali minum, jenis
dan jumlahnya per hari.
3. Pola eliminasi
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara
makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, adan akaha
terdapat darah, serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak
kencing.
BAB : ditanyakan kapan wkatu BAB, teratur atau tidak,
bagaimana konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
28
4. Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman
sebayanya, berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam,
aktivitas apa yang disukai.
5. Pola tidur/ istirahat
Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa. Bangun
tidur jam berapa, kebiasaan sebelum tidur, serta bagaimana
dengan tidur siang.
Data obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat
kesadaran, tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu. Pada
kejang demam sederhana akan didapatkansuhu tinggi
sedang kesadaran setelah kejang akan kembali normal
seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali, adakah
dispersi bentuk kepala, apakah tanda-tanda kenaikan
tekanan intrakranial, yaitu ubun-ubun besar cembung,
bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau
belum.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
29
b. Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta
karakteristiklain rambut. Pasien dengan malnutrisi
energi protein mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut
tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien
c. Muka/ Wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang
paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa,
sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda
rhisus sardonicus, opistotonus, trimus, apakah ada
gangguan nervus cranial.
d. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu
periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Bagaimana
keadaan sklera, konjungtiva.
e. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-
tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di
daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
30
f. Hidung
Adakah ada pernafasan cuping hidung, polip yang
menyumbat jalan nafas, apakah keluar sekret,
bagaimana konsistennsinya, jumlahnya.
g. Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus, bagaimana keadaan
lidah, adakah stomatitis, berapa jumlah gigi yang
tumbah, apakah ada carries gigi.
h. Tanggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil, adakah tanda-
tanda infeksi faring.
i. Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar
tyroid, adakah pembesaran vena jugularis.
j. Thorax
Pada infeksi amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernafasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah
retraksi dada. Pada auskultasi adakah suara nafas
tambahan.
k. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta
iramanya, adakah bunyi tambahan, adakah bradicardi
atau tachycardia.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
31
l. Abdomen
Adakah distensi abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen, bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus,
adakah tanda meteorismus, adakah pembesaran lien dan
hepar.
m. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
warnanya, apakah terdapat oedema, hemangioma,
bagaimana keadaan turgor kulit.
n. Ekstremitas
Apakah terdapat kulit baik kebersihan maupun
warnanya, apakah terdapat oedema, hemangioma,
bagaimana keadaan turgor kulit.
o. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar
dari vagina, tanda-tanda infeksi.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut NANDA (NIC & NOC) (2009) masalah keperawatan yang
mungkin ditegakkan pada kasus kejang demam, yaitu:
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan
reduksi aliran darah ke otak
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
32
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
produksi sekret berlebih
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
e. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan aktivitas kejang
f. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada
status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan atau
pola interaksi.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan yang dilakukan menurut NANDA (NOC & NIC)
(2009) dan Wilkinson (2007), antara lain:
a. Hipertermi berhubungan dengan efek langgsung dari sirkulasi
endotoksin pada hipotalamus
1) Batasan karakteristik
Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal, serangan atau
konvulsi (kejang), kulit memerah, pertambahan respirasi,
takikardia, saat di sentuh tangan terasa hangat.
2) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam
rentang normal
3) NOC : Termoregulation
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
33
Kriteria hasil:
a) Suhu tubuh dalam rentang normal
b) Nadi dan respirasi dalam rentang normal
c) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing
4) NIC: terperatur Regulation
Intervensi:
a) Monitor suhu minimal tiap 2 jam
b) Rencanakan monitor suhu secara kontinyu
c) Monitor tanda-tanda hipertermi
d) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
e) Monitor nadi dan respirasi
b. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan reduksi
aliran darah ke otak NANDA (NOC & NIC) (2009) Batasan
karakteristik
Abonormalistas bicara, kelemahan ektremitas atau paralis,
perubahan status mental, perubahan pada respon motorik,
perubahan reaksi pupil, kesulitan untuk menelan, perubahan
kebiasaan.
c. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali
normal.
d. NOC: status sirkulasi
Kriteria hasil:
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
34
a) Tekanan darah sistolik dalam batas normal
b) Tekanan darah diastolle dalam batas normal
c) Kekuatan nadi dalam batas normal
d) Tekanan vena sentral dalam batas normal
e) Rata-rata tekanan darah dalam batas normal
e. NIC I: monitor tanda-tanda vital
a) Monitor tekanan darah, nadi, suhu, respirasi rate
b) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c) Monitor jumlah dan irama jantung
d) Monitor bunyi jantung
e) Monitor TD pada saat klien berbaring, duduk, berdiri
NIC II: status Neurologis
a) Monitor tingkat kesadaran
b) Monitor tingkat orientasi
c) Monitor status tanda-tanda vital
d) Monitor Gaslow Coma Scale
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
produksi sekret berlebih, menurut NANDA (NOC & NIC)
(2009) dan Wilkinson (2007)
1) Batasan karakteristik
Dispneu, penurunan suara nafas, ortopneu,sianosis,
kelainan suara nafas (ronchi, rales, whezing), kesulitan
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
35
berbicara, batuk, mata melebar, produksi sputum, gelisah,
perubahan frekuensi dan irama nafas.
2) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
bersihan jalan nafas kembali fektif.
3) NOC: respiratory status: Airway patency
Kriteria hasil:
a) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih
b) Menunjukkan jalan nafas yang paten
c) Mampu mengeluarkan sputum
d) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor
penghambat jalan nafas.
4) NIC: Airway Management
Intervensi:
a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Lakukan fisioterapi dada bila perlu
c) Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction
d) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas
tambahan
e) Monitor respirasi dan status O2
f) Berikan bronkodilator bila perlu
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
36
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, menurut NANDA (NOC &
NIC) (2009) dan Wilkinson (2007)
1) Batasan karakteristik
Berat badan 20% atau lebih dibawah ideal, membran mukosa
dan konjungtiva pucat, tonus otot jelek, kelemahan otot yang
digunakan untuk menelan atau mengunyah, dilaporkan atau
fakta adanya kekurangan makanan, kram pada abdomen, nyeri
abdominal dengan atau tanpa patologi, luka, inflamasi pada
rongga mulut.
2) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan tentang terapi
nutrisi diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
3) NOC: Status nutrisi
Kriteria hasil:
a) Lsporksn nutrisi adekuat
b) Masukan makanan dan cairan adekuat
c) Energi adekuat
d) Massa tubuh normal
e) Ukuran biokimia normal
4) NIC: Terapi Nutrisi
Intervensi:
a) Monitor msksnsn/ cairan yang dicerna dan hitung masukan
kalori tiap hari.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
37
b) Tentukan makanan kesukaan dengan mempertimbangkan
budaya dan keyakinannya
c) Tentukan kebutuhan pemberian makan melalui NGT
d) Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak
e) Dorong masukan makanan tinggi kalsium
e. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan aktivitas kejang,
menurut NANDA (NOC & NIC) (2009) dan Wilkinson (2007)
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan resiko cedera dapat dihindari
2) NOC: Pengendalian Resiko
Krtiteria hasil:
a) Pengetahuan tentang resiko
b) Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko
c) Kembangkan strategi efektif pengendalian resiko
d) Penggunaan sumber daya masyarakat untuk pengendalian
resiko
3) NIC: Mencegah Jatuh
Intervensi:
a) Identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang
dapat menjadikan potensial jatuh dalam setiap keadaan
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
38
b) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat
menjadikan potensial jatuh
c) Monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan
dengan ambulasi
d) Instruksikan pada pasien untuk memanggil asisten jika akan
bergerak
f. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, menurut NANDA (NOC & NIC)
(2009) dan Wilkinson (2007)
1) Batasan karakteristik
Keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang
salah,kurangnya keinginan mencari informasi, tidak
mengetahui sumber informasi
2) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga
mengerti tentang kondisi pasien.
3) NOC: Knowledge: diease process
Kriteria hasil:
a) Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi
prognosis dan program pengobatan.
b) Keluarga mampu melaksanakan prosedure yang dijelaskan
secara benar.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
39
c) Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/ tim kesehatan lainnya.
4) NIC: Mengajarkan Proses Penyakit
Intervensi:
a) Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik.
b) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang
tepat.
c) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat.
d) Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat.
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada
status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan atau
pola interaksi.
1) Batasan karakteristik
Gelisah, insomnia, resah, ketakutan, sedih, fokus pada diri,
kekhawatiran, cemas.
2) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
cemas teratasi.
3) NOC: Anxiety control
Kriteria hasil:
a) Monitor intensitas cemas
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
40
b) Menyingkirkan tanda kecemasan
c) Monitor kecemasan personal
d) Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan
e) Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan
kecemasan
4) NIC: Pengurangan cemas
Intervensi:
a) Gunakan pendekatan yang menenangkan
b) Pada saat ansietas berat, damping pasien, bicara dengan
tenang, dan berikan ketenangan serta rasa nyaman
c) Jelaskan semua prosedure dan apa yang dirasakan selama
prosedure
d) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara
verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalkan
ansietas
e) Dampingi pasien (misalnya, selama prosedure) untuk
meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut
f) Sediakan pengalihan melalui telivisi, radio, permainan,
serta terapi okupasi untuk menurunkan ansietas dan
memperluas focus
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
41
g) Berikan penguatan positif ketika pasien mampu
meneruskan aktifitas sehari-hari dan aktifitas kainnya
meskipun mengalami ansietas
h) Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap
empatik secara verbal dan non verbal secara bergantian
i) Singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
j) Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan
k) Berusaha memahami keadaan pasien dan keluarga
l) Temani pasien untuk mendukung keamanan dan
menurunkan rasa takut.
Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014