BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB...

35
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Hipertermi Pada manusia, suhu tubuhnya cenderung berfluktuasi tiap saat. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab fluktuasi suhu tersebut, agar suhu tubuh mampu dipertahankan secara konstan, maka diperlukan pengaturan (regulasi) suhu tubuh. Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu tubuh. Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai suhu, selain itu sistem enzim tubuh juga memiliki rentang suhu yang sempit agar berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung pada suhu badan yang relatif tetap (Sodikin, 2012). Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal yang tidak teratur, dan disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan pembatasan panas. Interkulin-1 pada keadaan ini tidak terlibat. Hipertermia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik set, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh. Hipertermi dapat disebabkan karena sengatan panas, toksisitas aspirin, kejang dan hipertiroidisme. Pada keadaan hipertermia pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam keadaan normal. Karakteristik dari hipertermi adalah kejang (konvulsi), kulit 7 Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Hipertermi

Pada manusia, suhu tubuhnya cenderung berfluktuasi tiap saat. Ada

banyak faktor yang menjadi penyebab fluktuasi suhu tersebut, agar suhu

tubuh mampu dipertahankan secara konstan, maka diperlukan pengaturan

(regulasi) suhu tubuh. Keseimbangan antara produksi panas dan

kehilangan panas akan menentukan suhu tubuh. Keseimbangan tersebut

dipengaruhi oleh karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai suhu,

selain itu sistem enzim tubuh juga memiliki rentang suhu yang sempit agar

berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung pada suhu

badan yang relatif tetap (Sodikin, 2012).

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal

yang tidak teratur, dan disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan

pembatasan panas. Interkulin-1 pada keadaan ini tidak terlibat.

Hipertermia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana suhu tubuh

melebihi titik set, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau

eksternal yang menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat

dikeluarkan oleh tubuh. Hipertermi dapat disebabkan karena sengatan

panas, toksisitas aspirin, kejang dan hipertiroidisme. Pada keadaan

hipertermia pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam keadaan

normal. Karakteristik dari hipertermi adalah kejang (konvulsi), kulit

7

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

8

memerah, kulit hangat bila disentuh, kuku kebiruan, hipertensi dan muka

pucat (Sodikin, 2012).

Deliana (2002) mengungkapkan kejang merupakan gangguan saraf

yang sering terjadi pada anak. Insiden kejang demam 2.2-5% pada anak di

bawah 5 tahun. Menurut Bahtera, Wibowo, dan Hardjojuwono (2009),

sekitar 25%-50% pasien kejang demam pertama akan mengalami

bengkitan ulang kejang demam. Terdapat hubungan antara faktor genetik

dengan bangkitan ulang kejang demam. Faktor genetik adalah riwayat

keluarga pernah menderita kejang demam pertama dengan riwayat

keluarga (first degree relative) pernah menderita kejang demam

mempunyai resiko 50%-100% terjadi bangkitan ulang kejang demam.

B. Konsep Medis

1) Pengertian

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering

ditemukan pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan

sampai 4 tahun. Para peneliti telah membuat berbagai kesimpulan,

bahwa bangkitan kejang demam berhubungan dengan usia, tingkatan

suhu serta kecepatan peningkatan suhu, termasuk faktor hereditas juga

memiliki peran terhadap bangkitan kejang demam dimana pada

anggota keluarga penderita memiliki peluang untuk mengalami kejang

lebih banyak dibandingkan dengan anak normal (Sodikin, 2012).

Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang

yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 C) yang

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

9

disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan

kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama

pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari

anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam

(Ngastiyah, 2005).

Kejang demam sering terjadi pada anak dibawah usia satu tahun

sampai awal kelompok usia 2 sampai 5 tahun, karena pada usia ini

otak anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan.

Sekitar 10% anak mengalami sekurang-kurangnya 1x kejang. Pada

usia 5 tahun sebagian besar anak telah dapat mengatasi kerentanannya

terhadap kejang demam (Hidayat, 2008).

Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak-anak yang

terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu

gangguan neurologis yang paling sering dijumpai pada masa kanak-

kanak yang menyerang sekitar 4% anak (Wong, 2008).

Jadi kejang demam dapat diartikan sebagai kejang yang diawali

oleh suhu badan yang tinggi demam dengan suhu diatas 38 C yang

disebabkan oleh gangguan neurologis proses peradangan

ekstrakranium.

2) Etiologi

Menurut Sujono (2010), penyebab penyakit kejang demam

meliputi : faktor-faktor perinatal, malformasi otak kongenital, faktor

genetika, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), demam, gangguan

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

10

metabolisme, trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi dan

penyakit degenerative susunan saraf.

Berdasarkan kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam

menurut Lumban Tobing (2005):

1. Demam itu sendiri, yang disebabkan oleh infeksi saluran

pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi

saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.

2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme respon alergik atau

keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.

3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak

diketahui atau ensefalitis toksik sepintas.

3) Tanda dan Gejala

Menurut Eveline, IBCLC, Djamaludin (2010), tanda dan gejala

anak yang mengalami kejang demam adalah sebagai berikut:

1. Demam

2. Saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang nafas dapat

berhenti beberapa saat

3. Tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai ke

belakang, disusul munculnya gerakan kejut yang kuat

4. Warna kulit berubah pucat, bahkan tampak membiru dan bola mata

naik ke atas

5. Gigi terkatup dan terkadang disertai muntah

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

11

6. Nafas dapat berhenti dalam beberpa saat (kadang-kadang)

7. Anak tidak dapat mengontrol untuk buang air kecil atau besar

Di sub bagian Anak FKUI RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone dipakai

sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu:

1. Umur anak ketika kejang demam anatara 6 bulan sampai 4 tahun

2. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang demam normal

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah

sahu normal tidak menunjukkan kelainan

7. Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat

kali.

4) Anatomi dan fisiologi

a. Anatomi

Gambar 2.1 anatomi otak

(sumber: Syaifuddin, 2006)

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

12

Menurut Setiadi (2007), otak merupakan alat tubuh yang sangat

penting karena merupakan pusat computer dari semua alat tubuh.

Bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak

(cranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Cranium

(tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya

memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal.

1. Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus,

serta hipotalamus

2. Otak tengah, otak ini menjadi tegmentum, krus serebri, korpus

kuadrigeminus.

3. Otak belakang (pons), bagian otak yang menonjol yang tersusun

dari lapisan fiber (berserat) dan termasuk sel yang terlibat dalam

pengontrolan pernafasan, dimana pons ini terdiri atas pons varoli,

Medulla oblongata dan Cerebelum. Otak dilindungi oleh kulit

kepala, rambut, tulang tengkorak dan columna vertebrata serta

Meningen (selaput otak).

Bagian-bagian otak secara garis besar terdiri dari cerebrum

(otak besar), brain stem (batang otak) dan cerebelum (otak kecil)

a) Cerebrum (otak besar)

Menurut Syaifuddin (2006), cerebrum atau otak besar

merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak,

berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga,

masing-masing disebut fosa kranialis anterior atas dan fosa

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

13

krainalis bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan

kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat

putih terdapat pada bagian dalam yang mengandung serabut

saraf.

Sedangkan menurut Setiadi (2007), permukaan cerebrum

berasal dari bagian yang menonjol (gyri) dan lekukan (sulci).

Cerebrum pada otak besar ditemukan beberapa lobus, yaitu:

1. Lobus frontalis adalah bagian dari cerebrum yang terletak

didepan sulkus sentralis

2. Lobus parientalis, terdapat didepan sulkus sentralis dan

dibelakang oleh karako-oksipitalis

3. Lobus temporalis, terdapat dibawah lateral dari fisura dan

didepan lobus oksipitalis

4. Lobus occipitalis yang mengisi bagian belakang dari

cerebrum.

b. Batang otak

Menurut Pearce (2006), batang otak terdiri atas otak tengah

(diensefalon) pons varoli dan medula oblongata. Otak tengah

(diensefalon) merupakan bagian atas batang otak. Akuaduktus serebri

yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintas melalui

otak tengah ini.

Menurut Syaifuddin (2006), batang otak terdiri dari:

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

14

1. Diensefalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara

serebelum dengan meansefalon. Kumpulan dari sel saraf yang

terdapat dibagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna

dengan sudut menghadap ke samping.

2. Meansefalon, atap dari mensefalon terdiri dari empat bagian yang

menonjol ke atas. Dua di sebelah atas disebut korpus

kuadrigeminus inferior. Serat saraf okulomotorius berjalan ke

ventrikel bagian medial. Serat nervus troklearis berjalan ke arah

dorsal menyilang garis tengah ke sisi lain.

3. Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mensefalon

dengan ponsvarolli dengan cerebellum, terletak di depan

cerebellum diantara otak tengah dan medulla oblongata. Disini

terdapat premotoksid yang mengatur gerakan pernafasan dan

refleks.

4. Medula oblongata, merupakan bagian dari batang otak yang paling

bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis,

bagian bawah medulla oblongata merupakan persambungan

medulla spinalis ke atas, bagian atas nedulla oblongata yang

melebar disebut kanalis sentralis didaerah tengah bagian ventral

medulla oblongata.

c. Cerebellum

Menurut Syaifuddin (2006), cerebellum atau otak kecil terletak

pada bagian bawah dan bagian belakang tengkorak dipisahkan dengan

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

15

cerebellum oleh fisura transversalis oleh pons varoli dan diatas

medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut eferen

sensoris. Sedangkan menurut Setiadi (2007), cerebellum mempunyai

dua hemisfer yang dihubungkan oleh fermis, berat cerebellum lebih

kurang 150 gram (85-90%) dari berat otak seluruhnya.

Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis

dan bagian-bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer.

Cerebellum berhubungan dengan batang otak melalui pendunkulus

serebri inferior (korpus retiformi). Permukaan luar cerebellum berlipat-

lipat menyerupai cerebellum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih

teratur. Permukaan cerebellum ini mengandung zat kelabu.

Menurut Setiadi (2007), setiap pergerakan memerlukan koordinasi

dalam kegiatan sejumpal otot. Otot antagonis harus mengalami

relaksasi secara teratur dan otot diperlukan oleh bermacam pergerakan.

b. Fisiologis

Menurut Syaifuddin (2006), sisitem saraf pusat mengatur kegiatan

yubuh yang cepat seperti kontraksi otot, peristiwa fiselar yang berubah

dengan cepat menerima ribuan informasi dari berbagai organ sensoris

dan kemudian menginterpretasikannya untuk menentukkannya untuk

menentukkan reaksi yang harus dilakukan tubuh.

Membran sel bekerja sebagai suatu sekat pemisah yang amat

efektif dan selektif antara cairan ekstra seluler dan cairan intra seluler.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

16

Di dalam ruangan ekstra selelur, disekitar neuron terdapat cairan

intraseluler terdapat kalium.

Bagian-bagian otak secara garis besar terdiri dari cerebrum (otak

besar), brain stem (batang otak) dan cerebrum (otak kecil)

a. Menurut Syaifuddin (2006), fungsi cerebrum yaitu:

1) Mengingat pengalaman masa lalu

2) Pusat persyarafan yang menangani aktifitas mental, akal

intelegensi, keinginan dan memori

3) Pusat menangis, buang iar besar dan buang air kecil

b. Menurut Setiadi (2007), cerebrum pada otak besar dibagi 4 lobus

yaitu:

1) Lobus frontalis, .menstimulasi pergerakan otot yang

bertanggung jawab untuk proses berfikir

2) Lobus parientalis, fungsinya merupakan area sensoris dariotak

yang merupakan sensasi perabaan, tekanan dan sedikit

menerima perubahan temperature

3) Lobus temporalis, mengandung area auditori yang menerima

sensasi dari telinga

4) Lobus occipitalis yang mengisi bagian belakang dari cerebrum

mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata

Area khusus otak besar (cerebrum) adalah:

a. Somatic sensory area yang mengirim impuls ke otot skeletal

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

17

b. Broca’s area yang terlibat dalam kemampuan bicara

5) Patofisiologi

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal

yang tidak teratur, dan disebabkan ketidaksieimbangan antara produksi

dan pembatasan panas. Interkulin-1 pada keadaan ini tidak terlibat.

Hipertermia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana suhu tubuh

melebihi titikset, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau

eksternal yang menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat

dikeluarkan oleh tubuh. Hipertermi dapat disebabkan karena sengatan

panas, toksisitas aspirin, kejang, dan hipertiroidisme. Pada keadaan

hipertermia pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam keadaan

normal (Sodikin, 2012)

Kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan metabolisme basal 10-

15% dan kebutuhan O2 meningkat 20%. Anak berumur 3 tahun sirkulasi

otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa

(hanya 15%), oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah

keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi

difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian

besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya

dengan bantuan bahan yang tersebut neirotransmitter yang terjadi kejang.

Anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu

38 C dan anak dengan ambang kejang demam tinggi, kejang baru terjadi

pada suhu 40 C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit)

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

18

biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi

otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung

yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya

aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan

hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema

otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otal (Ngastiyah, 2005)

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

19

(Sumber: Syaifuddin (2006),

Preace (2006), NANDA

(2009), Setiadi (2007))

Gambar 2.2 Pathway

Efek produk toksik daripada

mikroorganisme, infeksi bakteri

Rangsangan mekanik dan

biokimia, gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit

Perubahan konsentrasi ion

Kurang dari 15 menit

Kurang terpaparnya

informasi

Pengobatan, perawatan,

kondisi, prognosis dan diit

Resiko kejang berulang

Hipertermia

Proses demam

Reaksi inflamasi

Ketidakseimbangan

potensial membran pada sel

saraf otak

Kejang

Difusi natrium dan kalium

Lepasnya muatan listrik

dan neurotransmitter

Lebih dari 15 menit

apneu

Perubahan suplai darah ke

otak

Kurang pengetahuan

Tidak menimbulkan

gejala sisa

ISPA

Peningkatan

produksi sputum

Bersihan jalan

nafas tidak

efektif

Kehilangan koordinasi

otot

Resiko cedera

Resiko kerusakan

sel neuron otak

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Hipoksia dan

asidosis

Mual, muntah

Kebutuhan O2

dan energi Natrium

meningkat

Perfusi jaringan serebral

tidak efektif

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

20

6) Klasifikasi kejang

Menurut Hidayat (2006) kejang dibagi dalam dua kategori besar yakni

yang bersifat lokal atau dinamakan kejang parsial dan kejang yang bersifat

umum.

1. Kejang parsial (Fokal atau Lokal)

Kejang parsial terdiri atas dua yakni yang berifat sederhana dan

kompleks. Kejang yang sederhana memiliki ciri sebagai beriku:

kesadarannya tidak terganggu, adanya tanda seperti kedutan pada

wajah, tangan atau salah satu bagian sisi tubuh, biasanya disertai

dengan adanya muntah, berkeringat, muka merah, serta adanya dilatasi

pada pupil dan adanya tanda keseimbangan terganggu seperti mau

jatuh, adanya rasa takut.

Sedangkan gejala kejang parsial yang kompleks memiliki ciri sebagai

berikut: adanya gangguan kesadaran meskipun pada awalnya sebagai

gejala yang sederhana, gerakan, atau adanya gerakan tangan.

2. Kejang Umum (Konvulsif dan Nonkonvulsif)

Kejang umum dapat terdiri atas kejang absens, kejang mioklonik,

kejang tonik-klonik, kejang atonik, status epileptikus. Kejang tersebut

memiliki ciri yang berbeda-beda seperti berikut.

a. Kejang mioklonik memiliki ciri adanya kedutan pada daerah otot

yang dapat terjadi secara mendadak; sedangkan kejang mioklonik

lenjutan dapat terjadi pada orang sehat selama tidur dan bila

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

21

kondisi patologis dapat bersifat kedutan dan berlangsung kurang

dari 5 detik serta kehilangan kesadaran hanya sesaat.

b. Kejang tonik-klonik dapat ditandai dengan hilangnya kesadaran,

kaku pada otot ekstremitas, batang tulang dan wajah yang dapat

terjadi kurang dari satu menit. Kemudian disertai hilangnya kontrol

pada kandung kemih dan usus, adanya gerakan klonik pada

ekstremitas atasdan bawah, serta adanya tanda letargi.

c. Pada kejang atonik dapat terjadi kehlangan tonus secara mendadak

sehingga dapat menyebabkan kelopak mata menurun, kepala

menunduk, dan dapat terjatuh ke tanah yang terjadi secara singkat

tanpa adanya peringatan.

d. Status epileptikus dapat didahului dengan kejang tonik-klonik

umum secara berulang, tidak sadar, dapat terjadi depresi

pernafasan, hipotensi dan hipoksia.

Menurut Ngastiyah (2005) dan Standar Pelayanan Medis RS. Dr.

Sardjito buku 2 (2005), klasifikasi kejang demam adalah:

1. Kejang demam sederhana

Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana

dapat diketahui melalui kriteria Livingstone, yaitu:

a. Usia anak ketika demam pertama antara 6 bulan sampai 4

tahun

b. Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

22

c. Kejang bersifat umum

d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam

e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah

suhu normal tidak menunjukkan kelainan

g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4

kali

2. Kejang demam kompleks

Menurut Mansjoer, A. Dkk. (2000) biasanya dari kejang

kompleks ditandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15

menit, fokal atau multipel (lebih dari 1 kali dalam 24 jam). Disini

untuk anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau

riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

C. Konsep Keperawatan

Pasien yang mempunyai ibu dengan riwayat kejang demam

mempunyai risiko tiga kali untuk terjadi serangan kejang demam berulang,

sedangkan pasien yang mempunyai keluarga (first degree relative) dengan

riwayat kejang yang mempunyai risiko 2-3 kalki terjadi bangkitan kejang

demam berulang ayah dan saudara kandung dengan riwayat kejang demam

tidak bermakna sebagai faktor risiko untuk timbul bangkitan kejang

berulang (Bahtera, Widiwo, & Hardjojuwono, 2009)

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

23

1. Pengkajian

Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan

kejang demam adalah:

a. Biodata/ Identitas pasien

Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Sedangkan

biodata orang tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial

anak meliiputi nama, umur, agama, suku/ bangsa, pendidikan,

pekerjaan, alamat.

b. Keluhan utama

Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien

c. Riwayat penyakit sekarang

1) Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang

ditanyakan, apakah betul ada kejang. Diharapkan ibu atau

keluarga yang mengantar memperagakan kejang yang dialami

oleh anak.

2) Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai

kejang, maka diketahui apakah terdapat infeksi. Infeksi

mempengaruhi penting dalam terjadinya bangkitan kejang pada

anak.

3) Lama serangan

Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu

berlangsung lama. Dari lama bangkitan kejang dapat kita

ketahui respon terhadap prognosa dan pengobatan.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

24

4) Pola serangan

Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai

pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik atau klonik.

Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.

5) Frekuensi serangan

Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa

kejang terjadi untuk pertama kali dan berapa frekuensi kejang

per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila timbul kejang

pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering

terjadi.

6) Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan

Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau

rangsangantertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya

lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang

dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudahnya kejang perlu

ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran

menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya.

7) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai

Apakah muntah, diare, trauma kepala, gagap bicara (khususnya

pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF,

ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

25

d. Riwayat penyakit dahulu

Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan

apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur

berapa saat kejang terjadi untuk pertama kalinya. Apakah ada

riwayat trauma kepala, radang selaput otak, OMA dan lain-lain.

e. Riwayat penyakit keluarga

Adakah keluarga yang memiliki penyakit kejang demam seperti

pasien ( 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor

turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit saraf

atau lainnya. Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit

seperti ISPA, diare atau oenyakit infeksi menular yang dapat

mencetuskan terjadinya kejang demam.

f. Riwayat kehamilan dan persalinan

Kelainan ibu sewaktu hamil per trisemester, apakah ibu pernah

mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma

perdarahan pervagina sewaktu hamil, penggunakan obat-obatan

maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah

sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/ vakum), perdarahan

ante partum, asfiksia dan lain-lain. Keadaan selama neonatal

apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau netek dan kejang-

kejang.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

26

g. Riwayat imunisasi

Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belumditanyakan

serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada

umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya

adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.

h. Riwayat perkembangan

Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi:

Personal sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial): berhubungan

dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi

dengan lingkungannya.

Motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-

bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan

memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,

memegang suatu benda dan lain-lain.

Motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan.

i. Riwayat sosial

Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu

dikaji siapakah yang mengasuh anak. Abgaimana hubungan

dengan anggota keluarga dan teman sebayanya.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

27

j. Pola fungsional

Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit.

1. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat

Gaya hidup yang berkaitan denga kesehatan, pengetahuan

tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap

perawatan dan tindakan medis.

Bagaimana pandangan tehadap penyakit yang diderita,

pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila anggota

keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan

pertama.

2. Pola nutrisi

Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak, ditanyakan

bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang

dikonsumsi oleh anak, makanan apa saja yang disukai dan yang

tidak, bagaimana selera makan anak, berapa kali minum, jenis

dan jumlahnya per hari.

3. Pola eliminasi

BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara

makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, adan akaha

terdapat darah, serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak

kencing.

BAB : ditanyakan kapan wkatu BAB, teratur atau tidak,

bagaimana konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

28

4. Pola aktivitas dan latihan

Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman

sebayanya, berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam,

aktivitas apa yang disukai.

5. Pola tidur/ istirahat

Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa. Bangun

tidur jam berapa, kebiasaan sebelum tidur, serta bagaimana

dengan tidur siang.

Data obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat

kesadaran, tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu. Pada

kejang demam sederhana akan didapatkansuhu tinggi

sedang kesadaran setelah kejang akan kembali normal

seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali, adakah

dispersi bentuk kepala, apakah tanda-tanda kenaikan

tekanan intrakranial, yaitu ubun-ubun besar cembung,

bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau

belum.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

29

b. Rambut

Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta

karakteristiklain rambut. Pasien dengan malnutrisi

energi protein mempunyai rambut yang jarang,

kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut

tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien

c. Muka/ Wajah

Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang

paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa,

sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda

rhisus sardonicus, opistotonus, trimus, apakah ada

gangguan nervus cranial.

d. Mata

Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu

periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Bagaimana

keadaan sklera, konjungtiva.

e. Telinga

Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-

tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di

daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,

berkurangnya pendengaran.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

30

f. Hidung

Adakah ada pernafasan cuping hidung, polip yang

menyumbat jalan nafas, apakah keluar sekret,

bagaimana konsistennsinya, jumlahnya.

g. Mulut

Adakah tanda-tanda sardonicus, bagaimana keadaan

lidah, adakah stomatitis, berapa jumlah gigi yang

tumbah, apakah ada carries gigi.

h. Tanggorokan

Adakah tanda-tanda peradangan tonsil, adakah tanda-

tanda infeksi faring.

i. Leher

Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar

tyroid, adakah pembesaran vena jugularis.

j. Thorax

Pada infeksi amati bentuk dada klien, bagaimana gerak

pernafasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah

retraksi dada. Pada auskultasi adakah suara nafas

tambahan.

k. Jantung

Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta

iramanya, adakah bunyi tambahan, adakah bradicardi

atau tachycardia.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

31

l. Abdomen

Adakah distensi abdomen serta kekakuan otot pada

abdomen, bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus,

adakah tanda meteorismus, adakah pembesaran lien dan

hepar.

m. Kulit

Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun

warnanya, apakah terdapat oedema, hemangioma,

bagaimana keadaan turgor kulit.

n. Ekstremitas

Apakah terdapat kulit baik kebersihan maupun

warnanya, apakah terdapat oedema, hemangioma,

bagaimana keadaan turgor kulit.

o. Genetalia

Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar

dari vagina, tanda-tanda infeksi.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut NANDA (NIC & NOC) (2009) masalah keperawatan yang

mungkin ditegakkan pada kasus kejang demam, yaitu:

a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

b. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan

reduksi aliran darah ke otak

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

32

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

produksi sekret berlebih

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia

e. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan aktivitas kejang

f. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,

penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi.

g. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada

status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan atau

pola interaksi.

3. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan yang dilakukan menurut NANDA (NOC & NIC)

(2009) dan Wilkinson (2007), antara lain:

a. Hipertermi berhubungan dengan efek langgsung dari sirkulasi

endotoksin pada hipotalamus

1) Batasan karakteristik

Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal, serangan atau

konvulsi (kejang), kulit memerah, pertambahan respirasi,

takikardia, saat di sentuh tangan terasa hangat.

2) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam

rentang normal

3) NOC : Termoregulation

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

33

Kriteria hasil:

a) Suhu tubuh dalam rentang normal

b) Nadi dan respirasi dalam rentang normal

c) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing

4) NIC: terperatur Regulation

Intervensi:

a) Monitor suhu minimal tiap 2 jam

b) Rencanakan monitor suhu secara kontinyu

c) Monitor tanda-tanda hipertermi

d) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

e) Monitor nadi dan respirasi

b. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan reduksi

aliran darah ke otak NANDA (NOC & NIC) (2009) Batasan

karakteristik

Abonormalistas bicara, kelemahan ektremitas atau paralis,

perubahan status mental, perubahan pada respon motorik,

perubahan reaksi pupil, kesulitan untuk menelan, perubahan

kebiasaan.

c. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses

keperawatan diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali

normal.

d. NOC: status sirkulasi

Kriteria hasil:

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

34

a) Tekanan darah sistolik dalam batas normal

b) Tekanan darah diastolle dalam batas normal

c) Kekuatan nadi dalam batas normal

d) Tekanan vena sentral dalam batas normal

e) Rata-rata tekanan darah dalam batas normal

e. NIC I: monitor tanda-tanda vital

a) Monitor tekanan darah, nadi, suhu, respirasi rate

b) Catat adanya fluktuasi tekanan darah

c) Monitor jumlah dan irama jantung

d) Monitor bunyi jantung

e) Monitor TD pada saat klien berbaring, duduk, berdiri

NIC II: status Neurologis

a) Monitor tingkat kesadaran

b) Monitor tingkat orientasi

c) Monitor status tanda-tanda vital

d) Monitor Gaslow Coma Scale

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

produksi sekret berlebih, menurut NANDA (NOC & NIC)

(2009) dan Wilkinson (2007)

1) Batasan karakteristik

Dispneu, penurunan suara nafas, ortopneu,sianosis,

kelainan suara nafas (ronchi, rales, whezing), kesulitan

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

35

berbicara, batuk, mata melebar, produksi sputum, gelisah,

perubahan frekuensi dan irama nafas.

2) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

bersihan jalan nafas kembali fektif.

3) NOC: respiratory status: Airway patency

Kriteria hasil:

a) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang

bersih

b) Menunjukkan jalan nafas yang paten

c) Mampu mengeluarkan sputum

d) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor

penghambat jalan nafas.

4) NIC: Airway Management

Intervensi:

a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

b) Lakukan fisioterapi dada bila perlu

c) Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction

d) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas

tambahan

e) Monitor respirasi dan status O2

f) Berikan bronkodilator bila perlu

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

36

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, menurut NANDA (NOC &

NIC) (2009) dan Wilkinson (2007)

1) Batasan karakteristik

Berat badan 20% atau lebih dibawah ideal, membran mukosa

dan konjungtiva pucat, tonus otot jelek, kelemahan otot yang

digunakan untuk menelan atau mengunyah, dilaporkan atau

fakta adanya kekurangan makanan, kram pada abdomen, nyeri

abdominal dengan atau tanpa patologi, luka, inflamasi pada

rongga mulut.

2) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan tentang terapi

nutrisi diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi

3) NOC: Status nutrisi

Kriteria hasil:

a) Lsporksn nutrisi adekuat

b) Masukan makanan dan cairan adekuat

c) Energi adekuat

d) Massa tubuh normal

e) Ukuran biokimia normal

4) NIC: Terapi Nutrisi

Intervensi:

a) Monitor msksnsn/ cairan yang dicerna dan hitung masukan

kalori tiap hari.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

37

b) Tentukan makanan kesukaan dengan mempertimbangkan

budaya dan keyakinannya

c) Tentukan kebutuhan pemberian makan melalui NGT

d) Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak

e) Dorong masukan makanan tinggi kalsium

e. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan aktivitas kejang,

menurut NANDA (NOC & NIC) (2009) dan Wilkinson (2007)

1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses

keperawatan diharapkan resiko cedera dapat dihindari

2) NOC: Pengendalian Resiko

Krtiteria hasil:

a) Pengetahuan tentang resiko

b) Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko

c) Kembangkan strategi efektif pengendalian resiko

d) Penggunaan sumber daya masyarakat untuk pengendalian

resiko

3) NIC: Mencegah Jatuh

Intervensi:

a) Identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang

dapat menjadikan potensial jatuh dalam setiap keadaan

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

38

b) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat

menjadikan potensial jatuh

c) Monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan

dengan ambulasi

d) Instruksikan pada pasien untuk memanggil asisten jika akan

bergerak

f. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,

penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi, menurut NANDA (NOC & NIC)

(2009) dan Wilkinson (2007)

1) Batasan karakteristik

Keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang

salah,kurangnya keinginan mencari informasi, tidak

mengetahui sumber informasi

2) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga

mengerti tentang kondisi pasien.

3) NOC: Knowledge: diease process

Kriteria hasil:

a) Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi

prognosis dan program pengobatan.

b) Keluarga mampu melaksanakan prosedure yang dijelaskan

secara benar.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

39

c) Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

perawat/ tim kesehatan lainnya.

4) NIC: Mengajarkan Proses Penyakit

Intervensi:

a) Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien

tentang proses penyakit yang spesifik.

b) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang

tepat.

c) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada

penyakit, dengan cara yang tepat.

d) Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat.

g. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada

status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan atau

pola interaksi.

1) Batasan karakteristik

Gelisah, insomnia, resah, ketakutan, sedih, fokus pada diri,

kekhawatiran, cemas.

2) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

cemas teratasi.

3) NOC: Anxiety control

Kriteria hasil:

a) Monitor intensitas cemas

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

40

b) Menyingkirkan tanda kecemasan

c) Monitor kecemasan personal

d) Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan

e) Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan

kecemasan

4) NIC: Pengurangan cemas

Intervensi:

a) Gunakan pendekatan yang menenangkan

b) Pada saat ansietas berat, damping pasien, bicara dengan

tenang, dan berikan ketenangan serta rasa nyaman

c) Jelaskan semua prosedure dan apa yang dirasakan selama

prosedure

d) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara

verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalkan

ansietas

e) Dampingi pasien (misalnya, selama prosedure) untuk

meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut

f) Sediakan pengalihan melalui telivisi, radio, permainan,

serta terapi okupasi untuk menurunkan ansietas dan

memperluas focus

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2382/3/FANY WIDIYANA BAB II.pdf · Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu

41

g) Berikan penguatan positif ketika pasien mampu

meneruskan aktifitas sehari-hari dan aktifitas kainnya

meskipun mengalami ansietas

h) Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap

empatik secara verbal dan non verbal secara bergantian

i) Singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan

j) Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan

k) Berusaha memahami keadaan pasien dan keluarga

l) Temani pasien untuk mendukung keamanan dan

menurunkan rasa takut.

Hipertermi Pada An. A Dengan..., FANY WIDIYANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014