BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat...

15
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam upaya mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan demikian, setiap keterampilan, kepribadian, dan kecerdasan individual harus dikaitkan dengan proses pendidikan terutama pada anak usia sekolah yang akan berperan sebagai agen perubahan dan generasi penerus bangsa, sehingga pendidikan yang diberikan harus dioptimalkan dengan memanfaatkan komponen-komponen belajar yang ada. Media merupakan salah satu komponen belajar yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran (Iryanto & Arthana, 2015). Kata mediaberasal dari bahasa latin “medius” dan merupakan bentuk jamak dari kata mediumyang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar” yang berarti perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan (Bekti, 2012). Pembelajaran merupakan suatu usaha pengajar untuk membantu siswa/anak didiknya agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu alat atau perantara yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna dari pesan yang

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Pembelajaran

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam

upaya mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan

demikian, setiap keterampilan, kepribadian, dan kecerdasan individual harus dikaitkan

dengan proses pendidikan terutama pada anak usia sekolah yang akan berperan sebagai

agen perubahan dan generasi penerus bangsa, sehingga pendidikan yang diberikan

harus dioptimalkan dengan memanfaatkan komponen-komponen belajar yang ada.

Media merupakan salah satu komponen belajar yang dapat menunjang kegiatan

pembelajaran (Iryanto & Arthana, 2015).

Kata “media” berasal dari bahasa latin “medius” dan merupakan bentuk jamak

dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”

yang berarti perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan (Bekti,

2012). Pembelajaran merupakan suatu usaha pengajar untuk membantu siswa/anak

didiknya agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Media

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu alat atau perantara yang dapat membantu

proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna dari pesan yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

9

disampaikan kepada peserta didik/siswa dengan menciptakan suasana yang dapat

menarik antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik (Irawan, 2015). Hal serupa juga

dikemukakan oleh Ibrahim dan Nana Syaodih (2003) dalam Dwi Rohmawati (2012)

yang menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan

untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian

dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.

Association of Education and Communication Technology (AECT) di Amerika

membatasi media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan

pesan dan informasi (Iryanto & Arthana, 2015).

Menurut Notoatmodjo (2007a), pendidikan kesehatan tidak dapat terlepas dari

media karena dengan media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan mudah

dipahami sasaran. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, media pembelajaran

sangat berperan penting didalamnya. Metode mengajar dan media pembelajaran

merupakan dua unsur yang sangat penting dan saling berkaitan dalam proses belajar

mengajar, sebab pemilihan metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media

pembelajaran yang sesuai dengan metode tersebut (Sukarno, 2009; Dwi Rohmawati,

2012). Sri Astami (2010) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa menggunakan

media pengajaran yang berbeda akan memberikan hasil dan pengalaman pembelajaran

yang berbeda pula. Pengalaman pembelajaran tersebut dapat digambarkan dalam

kerucut pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale’s Cone of Experience) yang memberikan

gambaran mengenai keterkaitan metode dan media yang digunakan dalam proses

pembelajaran (Astami, 2010).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

10

Gambar 2.1 Kerucut Edgar Dale

(Sumber : Nursulistiyo, 2014)

Dalam kerucut pengalaman Edgar Dale ini pengalaman belajar diklasifikasikan

menjadi 10 tingkatan dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Dimana

semakin keatas di puncak kerucut, semakin abstrak media penyampaian pesannya

(Astami, 2010). Melalui kerucut pengalaman tersebut dapat diketahui bahwa

siswa/peserta didik akan mencapai hasil belajar 10% dari apa yang ia baca, 20% dari

apa yang ia dengar, 30% dari apa yang ia lihat, 50% dari apa yang ia lihat dan dengar,

70% dari yang ia katakan, dan 90% dari yang ia lakukan. Usman (2005) dalam Wibawa

(2007) menyebutkan bahwa keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh strategi,

metode serta alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam proses pendidikan, maka

dari itu perlu didesain secara efektif. Belajar yang efektif harus mulai dengan

pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju pengalaman yang lebih

abstrak (Wibawa, 2007).

Penelitian yang dilakukan Haryoko (2010), mendapatkan hasil bahwa hasil

belajar dengan penggunaan media audio visual memiliki skor yang jauh lebih tinggi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

11

dibandingkan dengan hasil belajar dengan pendekatan konvensional. Handayani

(2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa penggunaan media komik (visual)

mampu meningkatkan pengetahuan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan media

leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih besar dibandingkan dengan media

leaflet. Nur Laili Siyam et al. (2015) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa

pendidikan kesehatan menggunakan alat pendidikan edukatif (APE) permainan ular

tangga memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan anak. Penelitian

Hamdalah tahun 2013 dengan menggunakan media ular tangga juga menyimpulkan

bahwa permainan ular tangga lebih efektif dalam upaya meningkatkan pengetahuan,

sikap, dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan cara menggosok

gigi yang baik dan benar (Siyam et al., 2015).

2.2 Film Edukatif

Film edukatif merupakan salah satu contoh media pembelajaran yang bersifat

audio visual. Dalam penelitian ini film edukatif yang dimaksud berupa film kartun

yang merupakan gabungan dari gambar kartun yang diproyeksikan sedemikian rupa

hingga menjadi gambar bergerak yang mempunyai cerita. Film kartun juga dapat

disebut film animasi (Karunia & Hariani, 2014).

Menurut Daryanto (2010) dalam Gustinawati (2014), film edukatif merupakan

perpaduan antara pemaparan imajinatif, faktual, dan teknis. Dikatakan imajinatif

karena pembuatan film memerlukan daya khayal. Faktual, karena imajinasi tersebut

berisi informasi-informasi materi pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta

didik. Sedangkan dikatakan teknis karena pembuatan film harus berdasarkan

karakteristik peserta didik dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Berdasarkan

Teori Kerucut Pengalaman Edgar Dale, media film ini merupakan media yang

termasuk dalam fase melibatkan penglihatan dan pendengaran pesertanya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

12

Media film sangat memiliki kemungkinan untuk memacu dan memberi

stimulant pada daya apresiasi anak didik. Kisah-kisah yang ditampilkan melalui film

dapat membantu anak memahami dan merespon kehidupan sekitarnya. Media film

disajikan sebagai media pengajaran untuk mengambil pesan dari alur cerita sesuai

dengan tema dan subyek pelajaran yang diajarkan, sehingga anak didik akan mudah

memahami dan mengambil pelajaran dari film yang di tonton (Gustinawati, 2014).

Menurut Waluyanto (2006) dalam Karunia & Hariani (2014), media film kartun

dipilih sebagai media pembelajaran karena memiliki kelebihan, antara lain : lebih

mudah diingat karena penggambaran karakter yang unik, efektif langsung pada sasaran

yang dituju, efisien sehingga memungkinkan frekuensi yang tinggi, lebih fleksibel

mewujudkan hal-hal khayal, dapat dikombinasikan dengan live action, dan kaya akan

ekspresi warna.

Berdasarkan penelitian kuasi eksperimen Rahmattullah (2011) mengenai

Pengaruh Pemanfaatan Media Film Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa pada

siswa kelas VII di SMPN 6 Banjarmasin, didapatkan hasil bahwa penggunaan media

pembelajaran film animasi memberikan pengaruh yang signifikan pada hasil belajar

siswa dibandingkan dengan yang tidak menggunakan media film animasi.

Karunia & Hariani (2014) dalam penelitiannya mengenai Penggunaan Media

Film Kartun Untuk Meningkatkan Keterapilan Menyimak Cerita Siswa Kelas VA SDN

Balasklumprik I No.434 Surabaya, didapatkan hasil bahwa penggunaan film kartun

sangat efektif sebagai media belajar Bahasa Indonesia kelas V SD, karena siswa lebih

antusias dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran, serta hasil belajar siswa pun dapat

tercapai dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata perolehan KKM (nilai di

atas KKM dan sama dengan KKM) yang mengalami kenaikan dari siklus I yaitu 80,28

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

13

menjadi 81,15 pada siklus II. Selain itu, penggunaan media film kartun juga dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak pelajaran Bahasa Indonesia yang

dapat dilihat dari presentase keberhasilan ketuntasan klasikal pada siklus I sampai

siklus II. Dimana pada siklus I rata-rata ketuntasan klasikal yaitu 74,29% meningkat

sebanyak 11,42%.

2.3 Permainan Edukatif

Permainan edukatif adalah semua bentuk permainan yang dapat memberikan

pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada para pemainnya

(Christianna, 2013). Permainan edukatif merupakan permainan yang mampu

meningkatkan perkembangan fisik, perilaku, dan kecerdasan otak. Dimana melalui

permainan, anak dapat mengekpresikan ide-ide dan imajinasinya untuk

mengembangkan kreativitasnya (Rahma, 2009). Menurut Rahmawati (2014),

permainan edukatif merupakan alat bantu yang dapat digunakan dalam pembelajaran

agar materi pembelajaran dapat mudah diterima oleh siswa.

Penggunaan permainan edukatif dapat membantu anak dalam memahami materi

pembelajaran karena permainan ini memiliki fungsi, diantaranya yaitu : membantu dan

mendukung proses pembelajaran anak didik agar lebih baik, menarik, dan jelas;

mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak; memberi kesempatan kepada

anak didik memperoleh pengetahuan baru dan memperkaya pengalamanya dengan

berbagai alat permainan; memberi kesempatan kepada anak didik untuk mengenal

lingkungannya dan mengetahui kekuatan dirinya; memperjelas materi yang diberikan

pada anak; dan memberikan motivasi serta merangsang anak untuk melakukan

eksplorasi dan bereksperimen dalam pertumbuhan dan mengembangkan bahasa,

kecerdasan, fisik, sosial, dan emosional anak (Christianna, 2013).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

14

Dalam hal ini, adapun indikator keberhasilan penggunaan media permainan

edukatif Badan POM khususnya permainan ular tangga yaitu adanya peningkatan baik

dari segi pengetahuan, sikap, dan perilaku sasaran setelah diberikan perlakuan.

2.3.1 Permainan Ular Tangga

Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap anak terhadap

permasalahan kesehatan, dapat diberikan stimulus berupa permainan. Jenis permainan

yang dapat digunakan salah satunya yaitu permainan ular tangga. Permainan ular

tangga merupakan salah satu permainan yang sejalan dengan perkembangan kognitif

anak usia 8-11 tahun. Dimana pada usia ini, anak dapat menerima suatu permainan

yang banyak diwarnai dengan nalar dan logika yang bersifat obyektif serta kegiatan

anak dalam bermain lebih banyak dikendalikan oleh aturan yang ada dalam permainan

(Siyam et al., 2015). Permainan ular tangga ini melibatkan hampir seluruh indera

pesertanya, baik dengan melihat, mendengar, meraba, dan terlibat langsung dalam

permainan. Pada umumnya, permainan ini dapat dilengkapi dengan gambar yang

menarik dan berhubungan dengan pesan atau tulisan singkat yang berhubungan

dengan isi penyuluhan (Labibah, Nurhapsari, & Mujayanto, 2015). Menurut

Astrianingsih, Kristiawati, & Krisnana (2014), permainan ular tangga dapat

mengembangkan kemampuan kognitif, moral, mental emosional dan sosial, serta

psikomotor seseorang.

Agar pengembangan media permainan ular tangga sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, maka sangat penting untuk memperhatikan prinsip-prinsip penilaian

media pembelajaran. Dimana pengembangan media pembelajaran permainan ular

tangga harus mengacu pada prinsip-prinsip evaluasi media pembelajaran, yaikni:

media pengajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, kosakata, kesesuaian

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

15

dengan isi materi, kesesuaian dengan karakteristik siswa, dan kualitas gambar atau

visual (Afandi, 2015).

Penelitian deskriptif dengan desain pre dan post-test yang dilakukan oleh Laili

Siyam et al. (2015) mengenai pengaruh stimulasi ular tangga tentang gingivitis

terhadap pengetahuan anak usia 8-11 tahun menyebutkan bahwa alat pendidikan

edukatif (APE) seperti ular tangga memiliki pengaruh terhadap pengetahuan anak.

Dimana hal tersebut ditunjukkan melalui hasil signifikan dari perhitungan uji

Wilcoxon Signed Rank yaitu 0,00 (p < 0,05).

Selain itu, penelitian Laili Siyam et al. (2015) juga sejalan dengan penelitian

kuasi eksperimen Hamdalah (2013) dengan menggunakan media permainan ular

tangga yang menyimpulkan bahwa media permainan ular tangga lebih efektif dalam

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut. Hal

tersebut dibuktikan dengan uji statistik menggunakan Uji Kruskal wallis yang

menunjukkan nilai Asym. Sig (2-tailed) sebesar 0,0001 ( p < α (0,05)) sehingga Ho

ditolak.

2.4 Keamanan Pangan

Keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan

untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain

yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia

(Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan).

Makanan yang sehat, aman, dan bergizi adalah makanan yang mengandung zat

gizi yang diperlukan seorang anak untuk hidup sehat dan produktif. Makanan tersebut

harus bersih, tidak kadaluarsa, dan tidak mengandung bahan kimia maupun mikroba

berbahaya bagi kesehatan. Gizi yang baik dan cukup akan membantu pertumbuhan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

16

dan perkembangan anak secara optimal dan akan meningkatkan kecerdasan seorang

anak (Nasution, 2009).

Ketidakamanan pangan dapat berasal dari berbagai cemaran, baik cemaran

biologis (Salmonella, E. Coli, Clostridium, dan Listeria monocytogenes), cemaran

kimia (formalin, rhodamin B, boraks, dan methanil yellow) , maupun cemaran fisik

(pecahan gelas, kawat stepler, potongan kayu, kerikil, rambut, dan kuku). Selain

berbagai cemaran tersebut, pangan juga dapat menjadi tidak aman karena kondisi

bahan baku, bahan tambahan, dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan

pangan. Selain itu, lingkungan dan penjamah yang terlibat dalam proses pengelolaan

pangan juga dapat turut berperan dalam menentukan kondisi keamanan pangan

tersebut (Kemenkes RI, 2011).

2.5 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang

setelah ia melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan yang

dimaksud yaitu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman,

melalui proses belajar terhadap suatu informasi yang diperoleh seseorang, dan proses

pendidikan atau edukasi (Nurjanatun N, 2012).

Notoatmodjo (2007a) berpendapat bahwa pengetahuan seseorang terhadap

obyek memiliki intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, hal ini tercakup dalam

domain kognitif yang dibagi menjadi enam tingkatan, antara lain : (1) Tahu (Know)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

17

yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau dapat dikatakan

mengingat kembali suatu materi yang spesifik dari seluruh materi yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima. Maka dari itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah; (2) Memahami (Comprehension), diartikan bahwa seseorang harus

dapat menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar suatu objek atau materi

yang diketahuinya. Seseorang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan objek yang

dipelajari tersebut; (3) Aplikasi (Application), dapat diartikan sebagai kemampuan

seseorang menggunakan atau mengimplementasikan materi yang telah dipelajarinya

pada kondisi yang riil (sebenarnya); (4) Analisis (Analysis) yaitu suatu kemampuan

dalam menjabarkan suatu materi atau objek kedalam beberapa komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain; (5) Sintesis

(Synthesis) dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk menghubungkan atau

meletakkan beberapa bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada; (6)

Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memberikan

penilaian terhadap suatu objek. Penilaian yang diberikan didasari terhadap suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

Menurut Notoatmodjo yang dikutip dalam Nurjanatun N (2012), beberapa

faktor yang mempengaruhi pengetahuan individu, diantaranya yaitu : (1) Usia, dimana

semakin cukup usia seseorang, maka tingkat kematangannya akan lebih tinggi pada

saat berfikir dan bekerja. Hal ini merupakan akibat dari pengalaman dan kematangan

jiwa; (2) Pendidikan, yang merupakan proses belajar, dimana terjadinya proses

pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah lebih dewasa, lebih baik dan lebih

matang pada diri individu, keluarga, dan masyarakat. Semakin tinggi tingkat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

18

pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya; (3)

Persepsi, dapat dikatakan mengenal dan memilih obyek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil; (4) Motivasi, yaitu dorongan keinginan dan tenaga penggerak yang

berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi muncul apabila

terdapat rangsangan dari dalam dan luar diri individu; (5) Sumber Informasi, seseorang

yang sering terpapar informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Paparan

informasi dapat diperoleh melalui buku, media massa seperti koran, majalah, televisi,

serta saling bertukar informasi.

2.6 Sikap

Sikap merupakan predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu

perilaku tertentu, dan merupakan suatu proses kesadaran yang bersifat individual

(Nurjanatun N, 2012). Sedangkan Newcomb salah seorang ahli psikologi dalam

Notoatmodjo (2007a), menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Selain itu, beberapa

ahli menyimpulkan bahwa sikap merupakan hasil dari proses sosialisasi dan interaksi

seseorang dengan lingkungannya, yang merupakan perwujudan dari pikiran, perasaan

seseorang serta penilaian terhadap suatu objek yang didasarkan pada pengetahuan,

pemahaman, pendapat, dan keyakinan serta gagasan-gagasan terhadap suatu objek

sehingga menghasilkan suatu kecenderungan untuk bertindak pada suatu objek

Suharyat (2009).

Secara umum, sikap memiliki tiga komponen, yaitu : kognitif, afektif, dan

kecenderungan bertindak. Komponen kognitif merupakan aspek sikap yang

berhubungan dengan penilaian individu terhadap suatu subyek atau obyek. Informasi

yang masuk ke dalam otak akan menghasilkan nilai baru yang akan disinkronkan

dengan pengetahuan yang sudah ada di dalam otak melalui proses analisis, sintesis,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

19

dan evaluasi. Pada akhirnya, nilai-nilai yang diyakini baik, benar, dan indah akan

mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu. Oleh karena itu,

komponen afektif dapat dikatakan sebagai perasaan (emosi) individu terhadap obyek

atau subyek yang sejalan dengan hasil penilaiannya. Sedangkan kecenderungan

bertindak berkaitan dengan keinginan individu melakukan perbuatan sesuai dengan

keyakinan dan keinginannya (Suharyat, 2009).

Ketiga komponen sikap tersebut saling berkaitan satu sama lain, dimana ketiga

komponen tersebut dapat menumbuhkan sikap individu. Sikap individu sangat

berkaitan dengan perilaku mereka. Jika faktor sikap telah mempengaruhi sikap

seseorang, maka antara sikap dan perilaku adalah konsisten. Apabila sikap dengan

perilaku tidak konsisten, maka mungkin ada faktor luar yang mempengaruhi sikap dan

perilaku individu tersebut. Faktor tersebut merupakan faktor eksternal yang ada dalam

masyarakat, seperti norma, politik, dan budaya (Suharyat, 2009).

Sikap seseorang terhadap suatu obyek atau subyek dapat bersifat positif

maupun negatif. Dimana sikap positif memiliki kecenderungan tindakan untuk

menyenangi, mendekati, dan mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan sikap negatif

memiliki kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak

menyukai obyek tertentu (Purwoko, 2011).

2.7 Perilaku

Notoatmodjo dalam Widiari (2014) menyatakan pada hakikatnya perilaku

manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang memiliki

bentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, dan

membaca, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan

atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Skiner mengatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

20

seseorang terhadap stimulus dari luar (Notoatmodjo, 2014). Sedangkan menurut Kurt

Lewin yang dikutip dalam Suharyat (2009), perilaku adalah fungsi karakteristik

individu (motif, nilai-nilai, sifat kepribadian) dan lingkungan. Faktor lingkungan

memiliki kekuatan besar dalam menentukan lebih besar daripada karakteristik individu

sehingga menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks. Jadi, perilaku manusia adalah

suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan-

kekuatan penahan (Suharyat, 2009).

Lawrence Green dalam menyebutkan bahwa faktor penyebab masalah kesehatan

disebabkan oleh faktor perilaku dan faktor non perilaku (Geswaty, 2010). Faktor

perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni : faktor

predisposing, enabling, dan reinforcing. (1) Faktor Predisposing (faktor predisposisi)

adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan variasi

demografi, seperti : status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor

ini lebih bersifat dari dalam diri individu; (2) Faktor Enabling (faktor pemungkin)

merupakan faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di

dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, seperti : dana, transportasi,

fasilitas, kebijakan pemerintah; dan (3) Faktor Reinforcing (faktor pendukung) yang

meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku

petugas termasuk petugas kesehatan, undang-undang dan peraturan-peraturan baik

dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan (Geswaty, 2010).

2.8 Teori Perubahan Perilaku

Notoatmodjo (2007b) dalam bukunya menerangkan berbagai teori perubahan

perilaku, diantaranya yaitu Teori Kurt Lewin, Teori Fungsi, dan Teori SOR.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

21

Dalam teorinya, Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia

merupakan suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan

kekuatan-kekuatan penahan. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua

kekuatan tersebut dalam diri seseorang, maka perilaku seseorang akan dapat berubah.

Terjadinya perubahan perilaku terhadap diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa

kemungkinan, diantaranya : kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, kekuatan-

kekuatan penahan menurun, kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penahan

menurun. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat terjadi karena adanya stimulus-

stimulus yang mendorong terjadinya perubahan perilaku. Stimulus-stimulus ini dapat

berupa penyuluhan atau informasi yang berhubungan dengan perilaku yang

bersangkutan. Berlawanan dengan hal diatas, kekuatan-kekuatan penahan menurun

terjadi karena adanya stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.

Sedangkan perubahan perilaku juga jelas dapat terjadi ketika kekuatan pendorong

meningkat dan kekuatan penahan menurun.

Berbeda dengan Teori Kurt Lewin, Teori Fungsi beranggapan bahwa perubahan

perilaku seseorang didasari karena kebutuhan. Jadi, stimulus yang dapat mengubah

perilaku seseorang ini adalah stimulus yang dapat mengerti akan kebutuhan seseorang

tersebut. Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku memiliki fungsi untuk menghadapi

dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut

kebutuhannya. Oleh karena itu, perilaku di dalam kehidupan manusia tampak terus-

menerus dan dapat berubah secara relatif.

Sedangkan Teori Stimulus Organisme Respon (SOR) diasumsikan bahwa

perubahan perilaku itu terjadi tergantung dari kualitas rangsangan (stimulus) yang

berkomunikasi dengan organisme. Ini artinya bahwa kualitas dari sumber komunikasi,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id. Bab II.pdf · leaflet, dan meningkatkan sikap empat kali lebih ... dan praktik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta penerapan ... gizi

22

seperti kredibilitas, kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukan

keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Selain itu,

teori ini juga menyatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus yang

diberikan benar-benar melebihi stimulus semula. Stimulus yang dapat melebih

stimulus semula berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.

Dalam meyakinkan organisme, faktor reinforcement memegang peranan penting.

2.9 Kuasi Eksperimen

Penelitian kuasi eksperimen menurut (Creswell, J, 2003) diartikan sebagai

eksperimen semu atau penelitian yang mendekati eksperimen. Penelitian ini sering

digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subyek penelitiannya

adalah manusia. Dimana subyek tidak boleh dibedakan dalam memberikan perlakuan

karena berstatus sebagai grup kontrol. Pada penelitian kuasi eksperimen ini, peneliti

dapat membagi grup yang ada, tanpa membedakan antara grup dan kontrol secara

nyata dengan tetap mengacu pada bentuk alami yang sudah ada.