Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF fileCatatan lain mengenai korosi adalah penemuan naskah...
Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF fileCatatan lain mengenai korosi adalah penemuan naskah...
4
Bab II Tinjauan Pustaka
Ciri khusus dari proses korosi adalah berlangsungnya reaksi redoks pada tempat
yang terpisah di logam. Proses korosi logam berlangsung secara elektrokimia
yang terjadi secara simultan pada daerah anoda dan katoda yang membentuk
rangkaian arus listrik tertutup. Korosi terjadi ketika elektron dari atom-atom pada
permukaan logam dipindahkan ke bagian lain yang bertindak sebagai katoda
sehingga terjadi depolarisasi. Depolarisator yang umum adalah oksigen, asam dan
kation yang kurang aktif (Lower, 2007). Korosi tidak dapat dihindari, yang bisa
dilakukan adalah memperlambat lajunya baik secara mekanis maupun
penggunaan suatu inhibitor.
II.1 Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan adanya perpindahan elektron dari
suatu zat ke zat lain. Reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung secara bersamaan,
bila suatu zat menerima elektron, maka akan ada zat yang mendonorkan elektron
tersebut. Dalam reaksi redoks, zat yang menerima elektron atau tereduksi disebut
oksidator sedangkan kebalikannya yaitu zat yang mendonorkan elektron atau
teroksidasi disebut reduktor. Contoh reaksi redoks antara lain adalah:
Mg + Cl2 Mg2+ + 2Cl-
Pada reaksi tersebut, magnesium (Mg) memberikan elektron pada klorin (Cl2)
sehingga Mg adalah reduktor, dan Cl2 yang menerima elektron dari Mg adalah
oksidator.
Umumnya, unsur elektropositif seperti logam alkali dan alkali tanah adalah
reduktor kuat sedangkan unsur elektronegatif seperti klorin adalah oksidator yang
baik. Dalam reaksi redoks jumlah elektron yang diserahkan atau diterima harus
dinyatakan dengan jelas dan untuk keperluan ini digunakan suatu parameter yaitu
bilangan oksidasi. (Takeuchi Y., 2006). Pada contoh reaksi Mg dan Cl2, ada
2elektron yang diserahterimakan dari Mg ke Cl2. Biloks Mg berubah dari 0 ke +2
atau teroksidasi sedangkan Cl2 berubah dari 0 ke -1 atau tereduksi.
5
II.2 Sel Galvani Alat untuk mendapat arus listrik dengan bantuan reaksi kimia disebut dengan sel
galvani. Dalam sel Galvani, oksidasi terjadi pada salah satu elektroda yang
disebut anoda sedangkan reduksi berlangsung di elektroda lainnya yang disebut
katoda. Sebuah sel Galvani tersusun bila dicelupkan dua logam dengan
kecenderungan ionisasi yang berbeda ke dalam larutan elektrolit dan
menghubungkan kedua elektroda tersebut dengan kawat penghantar. Logam yang
memiliki kecenderungan lebih mudah terionisasi atau potensial reduksinya lebih
rendah akan teroksidasi menghasilkan kation yang akan larut dalam larutan
elektrolit sedangkan elektron yang dihasilkan akan bermigrasi menuju logam yang
kecenderungan ionisasinya lebih rendah melalui kawat penghantar. Ilustrasi
proses perpindahan elektron tersebut dapat dilihat pada Gambar II-1.
Gambar II-1.Skema suatu sel Galvani. Logam dengan kecenderungan ionisasi
lebih tinggi disebut elektroda negatif (anoda) dan elektroda dengan
kecenderungan ionisasi rendah disebut elektroda positif (katoda)
(Takeuchi, 2006)
Pada logam dengan kecenderungan ionisasi lebih rendah, kation akan direduksi
dengan menerima elektron yang mengalir dari anoda. Arah aliran arus listrik
mempunyai arah berlawanan dengan arah aliran elektron. Elektroda tujuan arus
disebut dengan elektroda negatif dan asal arus disebut elektroda positif (Takeuchi
,2006).
6
II.3 Korosi Korosi atau corrosion diturunkan dari bahasa latin corrous yang berarti
menggerogoti. Korosi selanjutnya menurut Riggs dapat didefinisikan sebagai
suatu proses perusakan material (biasanya berupa logam atau paduan logam) yang
berlangsung secara berangsur-angsur akibat interaksi kimiawi atau elektrokimia
antara material tersebut dengan lingkungannya (Bundjali, 2005)
II.3.1 Sejarah Korosi Studi korosi sudah dikenal sejak zaman Romawi pada 23-79 SM, dengan
ditemukannya catatan seorang filsuf besar yang bernama Plinus mengenai ferrum
corrumpitur, atau besi rusak. Pada zaman tersebut besi digunakan secara luas baik
untuk persenjataan maupun perkakas. Masyarakat saat itu menggunakan teknik
pembiruan (blueing) dan penyepuhan (gilding) untuk menghindari kerusakan besi
(Trethewey, 1991).
Catatan lain mengenai korosi adalah penemuan naskah laporan armada angkatan
laut Inggris dari tahun 1761-1763 M yang berisi upaya melakukan
penanggulangan kerusakan pada kapal akibat cacing dan mikroba dengan melapisi
bagian kapal yang terendam air laut oleh tembaga. Ternyata diketahui bahwa
bagian besi tidak boleh kontak langsung dengan tembaga di lingkungan air laut
jika ingin mencegah korosi pada kapal (Trethewey, 1991).
II.3.2 Logam Korosi tidak dapat dilepaskan dari logam, karena sebagian besar korosi terjadi
pada logam. Hampir empat perlima dari unsur-unsur adalah logam. Gaya ikatan
pada logam disebabkan adanya elektron-elektron yang terdelokalisasi. Pada
dasarnya, korosi adalah kebalikan proses ekstraksi logam dari bijihnya,
contohnya: logam Fe di alam bebas berada dalam bentuk senyawa besi oksida
atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah akan dihasilkan besi yang
digunakan untuk membuat baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja
tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi dan kembali
menjadi senyawa besi oksida. Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat dijumpai
7
pada bangunan dan peralatan yang menggunakan komponen logam seperti: seng,
tembaga, besi baja dan sebagainya.
Logam dapat mengkristal dalam bentuk heksagonal terjejal (hcp), kubus terjejal
(bcc) dan kubus berpusat muka (fcc). Ketika logam membeku membentuk
struktur kisi kristal yang teratur sebenarnya ada cacat dalam susunan
tumpukannya. Beberapa cacat yang bersangkutan dengan atom-atom secara
individu yaitu: (Trethewey, 1991)
(1) Kekosongan (vacancy) berupa hilangnya sebuah atom dari kedudukannya
pada kisi, cacat atom tunggal atau cacat titik ini menyebabkan beberapa
mekanisme korosi misalnya perapuhan hidrogen, serangan selektif, korosi
oksidasi dan korosi panas
(2) Cacat substitusi (subtitutional defect) yakni adanya atom asing yang
menempati suatu kedudukan bidang pada kisi yang semestinya ditempati
atom tuan rumah atau adanya dislokasi. Dua tipe dislokasi yang penting
adalah: dislokasi tepi (edge dislocation) yakni adanya sebuah bidang atom
tidak sempurna di antara dua bidang lainnya dan dislokasi ulir (screw
dislocation) yakni adanya bidang yang menyerong sedikit sehingga tidak
searah lagi dengan bidang terdekatnya,
(3) Cacat interstisi (interstitial defect) yakni bila sebuah atom menempati
suatu kedudukan yang tidak normal sehingga terdesak ke antara atom-atom
pada kisi tuan rumah. Atom interstisi bisa berupa atom tuan rumah atau
atom asing,
(4) Cacat volume yakni sebagian besar dari volume logam tidak berkesesuaian
dengan struktur keseluruhan bahan sejenis yang terbentuk sempurna.
II.3.3 Tembaga Tembaga adalah logam yang tidak bereaksi dengan air (H2O). Di udara terbuka,
tembaga membentuk produk korosi berwarna hijau yang disebut patina yang
dalam keadaan stabilnya berupa tembaga sulfat basa, CuSO4.3Cu(OH)2. Lapisan
yang terbentuk dari reaksi udara dengan tembaga mempunyai efek proteksi untuk
korosi selanjutnya. Korosi yang dialami tembaga dalam sistem air dapat berupa
8
korosi aerasi diferensial, korosi erosi, korosi tegangan atau peluruhan logam. Pada
umumnya, tembaga tahan terhadap serangan basa kecuali amonium hidroksida
dan larutan-larutan yang mengandung ion-ion amonium dan sianida. Ion amonium
akan merangsang peretakan korosi tegangan, karena baik ion amonium maupun
sianida membentuk ion-ion kompleks seperti Cu[NH3]42+ dan Cu[CN]42- yang
tidak memungkinkan berkembangnya lapisan ganda untuk mempolarisasikan sel
korosi sehingga laju korosi tetap tinggi. Dalam senyawa belerang tembaga dapat
menderita korosi umum yang menyebabkan penipisan (Trethewey, 1991).
II.3.4 Faktor Lingkungan Lingkungan adalah semua unsur di sekitar logam terkorosi pada saat reaksi
berlangsung. Reaksi korosi suatu logam L pada lingkungan bersuasana asam,
dapat dituliskan sebagai berikut:
Reaksi tanpa adanya oksigen,
L + 2H+ M2+ + H2
Reaksi dengan adanya oksigen,
L + O2 + 2H+ M2+ + H2O
Pada penelitian ini digunakan aqua regia sebagai media atau lingkungan yang
akan mengkorosi logam tembaga dengan adanya oksigen yang terlarut dalam
larutan. Aqua regia merupakan pelarut yang sangat korosif dan mampu
melarutkan logam mulia sekalipun, seperti emas dan platina.
Aqua regia dibuat dari campuran HNO3 dan HCl pekat dengan perbandingan 1:3.
Kedua campuran asam tersebut mempunyai peran yang berbeda, asam nitrat
adalah oksidator yang sangat kuat yang akan melarutkan logam menjadi ionnya
(M+n) sedangkan asam klorida menghasilkan ion klorida yang akan bereaksi
dengan ion logam membentuk senyawa kompleks. Reaksi dengan asam klorida
berlangsung secara berkesetimbangan dengan pembentukan senyawa
kompleksnya. Reaksi yang terjadi adalah:
L (s) + 3NO3- (aq) + 6H+ (aq) L+n (aq) + 3NO2 (g) + 3H2O (l)
L+n (aq) + 4Cl- (aq) LCl4- (aq) atau
L (s) + NO3- (aq) + 4H+ (aq) L+n (aq) + NO (g) + 2H2O (l)
9
Pro