Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang), dan sebagainya. Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. 8 Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin 11

description

jamban

Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya

status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan

tersebut antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),

penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah),

rumah hewan ternak (kandang), dan sebagainya.

Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau

mengoptimumkan lingkungan hidup manusia untuk terwujudnya kesehatan yang

optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.8

Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit

berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma Sehat.

Dengan paradigma ini, maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada

upaya promotif-preventif, dibanding upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui Klinik

Sanitasi ke tiga unsur pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif, dan kuratif

dilaksanakan secara integratif melalui pelayanan kesehatan program

pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di dalam gedung. 9

11

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

12

1. Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi

Standar prosedur operasional (Standard Operational Procedur / SOP)

klinik sanitasi secara umum meliputi SOP di dalam gedung (puskesmas) dan di

luar gedung (lapangan);10

a. Dalam Gedung

Di dalam gedung puskesmas, petugas klinik sanitasi malakukan langkah-

langkah kegiatan terhadap penderita/pasien dan klien.

1) Menerima kartu rujukan status dari petugas poliklinik

2) Mempelajari kartu status/rujukan tentang diagnosis oleh petugas

poliklinik

3) Manyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karakteristik

penderita yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat,

serta diagnosis penyakitnya ke dalam buku register

4) Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga,

penderita tentang kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan perilaku

yang diduga berkaitan dengan kejadian penyakit dengan mengacu pada

buku ‘Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk Puskesmas dan Panduan

Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di Puskesmas’

5) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku

yang berkaitan dengan kejadian penyakit yang diderita

6) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

13

7) Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau

keluarganya tentang jadwal kunjungan lapangan

b. Luar Gedung

Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita / klien atau

keluarganya dengan petugas, petugas klinik sanitasi melakukan kunjungan

lapangan/rumah dan diharuskan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung

(Puskesmas)

2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan

lapangan yang diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media

penyuluhan, dan alat sesuai dengan jenis penyakitnya

3) Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat

desa/kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun, atau ketua

RW/RT) dan petugas kesehatan / bidan di desa.

4) Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku

dengan mengacu pada Buku Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk

Puskesmas, sesuai dengan penyakit/masalah yang ada.

5) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.

6) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita

dan keluarga sekitar)

7) Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok

keluarga atau kampung, informasikan hasilnya kepada petugas

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

14

kesehatan di desa / kelurahan, perangkat desa/kelurahan (kepala desa /

lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT), kader kesehatan

lingkungan serta lintas sektor terkait di tingkat kecamatan untuk dapat

di tindaklanjuti secara bersama

2. Tindak Lanjut dan Penyelesaian Masalah10

a. Tindak Lanjut

Tujuan tindak lanjut adalah untuk mengetahui perkembangan

penyelesaian permasalahan kesehatan lingkungan sesuai dengan rencana dan

saran. Kegiatan tindak lanjut ini dapat dilakukan secara insidentil dan berkala.

Kegiatan tindak lanjut diarahkan untuk :

Mengetahui realisasi atau kesesuaian antara rencana tindak lanjut

penyelesaian masalah kesehatan lingkungan dengan kenyataan

Keterlibatan masyarakat, lintas program dan lintas sektor dalam

perbaikan / penyelesaian masalah kesehatan lingkungan

Perkembangan kejadian penyakit dan permasalahan kesehatan

lingkungan

b. Pencatatan dan Pelaporan

Data kegiatan klinik sanitasi dicatat ke dalam buku register untuk

kemudian diolah dan dianalisis. Selain berguna untuk bahan tindak lanjut

kunjungan lapangan serta keperluan monitoring dan evaluasi, data yang ada

dapat dibuat bahan perencanaan kegiatan selanjutnya. Seluruh kegiatan klinik

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

15

sanitasi dan hasilnya dilaporkan secara berkala kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan format laporan yang ada.

c. Penyelesaian Masalah

Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan, terutama masalah yang

menimpa sekelompok keluarga atau kampung dapat dilaksanakan secara

musyawarah dan gotong royong oleh masyarakat dengan bimbingan teknis

dari petugas sanitasi dan lintas sektor terkait.

Apabila dengan cara demikian tidak tuntas dan atau untuk perbaikannya

memerlukan pembiayaan yang cukup besar, maka penyelesaian dianjurkan

untuk mengikuti mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan di

tingkat desa, perencanaan tingkat kecamatan dan perencanaan tingkat

kabupaten/kota. Petugas sanitasi juga dapat membantu mengusulkan kegiatan

perbaikan kesehatan lingkungan tersebut kepada sektor terkait.

B. Pembuangan Tinja

Yang dimaksud tinja adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi

oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus

dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan

karbon dioksida (CO2) sebagai hasil dari proses pernapasan.

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area

pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi

kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah

pokok untuk sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia (faeces) adalah

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

16

sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang

bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara antara lain

lewat air, tangan, lalat, dan tanah. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh

tinja manusia antara lain : tifus, disentri, kolera, cacingan (cacing gelang, kremi,

pita, dan tambang) serta schistosomiasis.8

C. Pengelolaan Pembuangan Tinja

Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka

pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik yaitu harus di suatu

tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah

pedesaan apabila memenuhi persyaratan – persyaratan sebagai berikut : 11

1. Tidak mencemari air

a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang

kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan

terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan

tanah liat atau diplester.

b. Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter

c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor

dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

d. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,

empang, danau, sungai, dan laut

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

17

Gambar 2. Jarak Jamban dengan sumber air bersih

2. Tidak mencemari tanah permukaan

a. Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat

sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.

b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya,

atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

1. Bebas dari serangga

a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras

setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk

demam berdarah

b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi

sarang nyamuk.

c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang 17amb

menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya

d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.

1. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap

selesai digunakan

b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus

tertutup rapat oleh air

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

18

c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi

untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran

d. Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan

harus dilakukan secara teratur

1. Aman digunakan oleh pemakainya

Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang

kotoran dengan pasangan bata atau selongsong anyaman bambu atau bahan

penguat lain yang terdapat di daerah setempat

1. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

a. Lantai jamban rata dan miring dari saluran lubang kotoran

b. Jangan membuang sampah, rokok, atau benda lain ke saluran kotoran

karena dapat menyumbat saluran

c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena

jamban akan cepat penuh

d. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa

berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal

2:100

1. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

a. Jamban harus berdinding dan berpintu

b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya

terhindar dari kehujanan dan kepanasan

D. Bangunan Jamban (Latrine / water closet)

Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari : 12

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

19

1. Rumah kakus : Syarat – syarat rumah kakus antara lain; Sirkulasi udara

cukup, Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar,

Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas

maupun musim hujan), Kemudahan akses di malam hari, Ketersediaan

fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan.

2. Lantai kakus : Sebaiknya diplester agar mudah dibersihkan

3. Slab : Berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan

tempat berpijak. Pada jamban cemplung, slab dilengkapi dengan penutup,

sedangkan pada kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa) fungsi

penutup ini digantikan oleh keberadaan air yang secara otomatis tertinggal

di didalamnya. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang

penggunanya. Bahan-bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah

dibersihkan seperti kayu, beton, bambu dengan tanah liat, pasangan bata,

dan sebagainya.

4. Closet : Lubang tempat faeces masuk

5. Pit : Sumur penampung faeces / cubluk

6. Bidang resapan

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

20

Gambar 3. Bangunan Jamban

E. Jenis – jenis jamban keluarga 8

1. Jamban Cemplung (pit latrine)

Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan tapi kurang

sempurna, misalnya tanpa rumah jamban. Pada jamban ini, kotoran langsung

masuk ke jamban dan tidak boleh terlalu dalam sebab bila terlalu dalam akan

mengotori air tanah dibawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 – 3

meter saja. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

Gambar 4. Jamban Cemplung

2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilation Improved Pit Latrine)

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

21

Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih

lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa

ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.

3. Watersealed latrine (Angsa Trine)

Jamban ini bukanlah merupakan tipe kakus tersendiri. Pada kakus ini

closetnya berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini

sebagai sumbat sehingga bau busuk dari cubluk tidak tercium di ruangan

rumah kakus. Bila dipakai, faecesnya tertampung sebentar dan bila disiram

air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat

penampungannya (pit). Model ini dilengkapi dengan lubang atau sumur

resapan yang disebut septic tank. Kakus ini yang terbaik dan dianjurkan

dalam kesehatan lingkungan.

Keuntungan dari jamban ini antara lain :

a. Dapat menghindarkan atau mengurangi adanya gangguan lalat maupun

serangga lainnya

b. Dapat mengurangi timbulnya bau

c. Dapat dipasang di luar maupun di dalam rumah

d. Kebersihan akan mudah terjaga

e. Dapat dipakai secara aman oleh anak-anak

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

22

Gambar 5. Leher Angsa

4. Septic Tank

Latrine jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi

syarat. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, di mana tinja

dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja

akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan

mengalami dua proses,yakni :

a. Proses kimiawi

Akibat penghancuran, tinja akan direduksi dan sebagian besar (60%-70%)

zat-zat padat akan mengendap di dalam tanki sebagai sludge. Zat-zat yang

tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung

dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tanki tersebut.

Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob

dari cairan dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan

fakultatif anaerob dapat tumbuh subur yang akan berfungsi pada proses

berikutnya.

b. Proses biologis

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

23

Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan

fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum.

Hasilnya, selain terbentuknya gas dan cair lainnya, adalah juga

pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak

cepat penuh. Kemudian cairan enfluent yang tidak mengandung bagian-

bagian dari tinja yang memiliki BOD rendah akhirnya dialirkan keluar

melalui pipa dan masuk ke dalan tempat perembesan.

F. Jamban Keluarga di Pedesaan 13

Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesaan di

Indonesia pada dasarnya digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Jamban tanpa leher angsa. Terdapat 2 jenis antara lain :

a.. Jamban cubluk, bila kotoran dibuang ke tanah

b. Jamban empang, bila kotoran dialirkan ke empang atau

kolam

2. Jamban dengan leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara :

a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung

diatas lubang galian penampungan kotoran

b. Tempat jongkok dan leher angsa tidak berada langsung diatas lubang

galian penampungan kotoran atau pemasangan slab dan bowl tapi

dibangun terpisah dan dihubungkan oleh satu saluran yang miring ke

dalam lubang galian penampungan kotoran.

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka Jamban

24

G. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang

baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu : 8,13

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman

3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

5. Pembuangan tinja sebagian dari kesehatan lingkungan maka kebiasaan

masyarakat memakai jamban harus terlaksana bagi setiap keluarga (Azwar,

2000)

H. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara :13

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering. 1x seminggu

bersihkan lantai dan tempat jongkok dengan air dan sabun, sapu lidi

dan sikat ijuk.

2. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih

3. Tidak ada genangan air di sekitar jamban

4. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat dan kecoa

5. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

6. Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban

7. Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki.