Evaluasi Program Jamban Sehat

54
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Hendrik L Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu lingkungan 45%, perilaku 30%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%. 1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana jamban yang merupakan sanitasi dasar. 1,2 Berdasarkan hasil studi WHO 2007, intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi lingkungan tersebut termasuk cuci tangan pakai sabun menurunkan risiko sebesar 45%, pengolahan air minum tingkat rumah tangga menurunkan risiko sebesar 39%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko 32%, dan penyediaan air bersih yang menurunkan risiko 25%. 3 H asil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP ) 2006 menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku dari buang air di sembarang tempat (BABS) ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Data angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 1

description

IKM

Transcript of Evaluasi Program Jamban Sehat

Page 1: Evaluasi Program Jamban Sehat

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Menurut Hendrik L Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi

oleh empat faktor, yaitu lingkungan 45%, perilaku 30%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan

5%.1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut secara bersama-sama

mempunyai kondisi yang optimal. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap

derajat kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program

kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui cakupan

pengawasan sarana jamban yang merupakan sanitasi dasar.1,2

Berdasarkan hasil studi WHO 2007, intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat

menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi lingkungan tersebut termasuk cuci

tangan pakai sabun menurunkan risiko sebesar 45%, pengolahan air minum tingkat rumah tangga

menurunkan risiko sebesar 39%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko 32%, dan penyediaan air

bersih yang menurunkan risiko 25%.3

Hasil studi Indonesia Sanitation  Sector Development Program (ISSDP) 2006 menunjukan

47% masyarakat masih berperilaku dari buang air di sembarang tempat (BABS) ke sungai, sawah,

kolam, kebun dan tempat terbuka. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian

diare di Indonesia. Data angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu

penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan

Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.2 3-6

Menurut kriteria Joint Monitoring Programme (JMP) WHO Unicef 2006 dikatakan yang

memiliki akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) yaitu rumah tangga yang memiliki

akses terhadap fasilitas sanitasi improved yaitu rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik

sendiri, jenis tempat BAB jenis leher angsa, dan tempat pembuangan akhir tinja jenis tangki septik.6,7

Hasil data kepemilikan terhadap fasilitas tempat buang air secara nasional menurut Survei Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas) 2007 sebesar 59,86% yang terdiri 42,79% kloset leher angsa dan

29,41% yang memiliki septik tank.7,8

Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, BPS dan Susenas 2011 proporsi

rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak, perkotaan dan perdesaan sebesar

55,60% dengan target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 62,41%. Proporsi rumah

1

Page 2: Evaluasi Program Jamban Sehat

tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak 72,54% di perkotaan dan 38,97% di

perdesaan dengan target MDGs 2015 perkotaan yaitu 76,82% dan perdesaan yaitu 55,55%.9

Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses

terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS atau

Open Defecation Free (ODF).10

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 implikasi dari perilaku

BABS adalah diare ataupun penyakit berbasis lingkungan yang merupakan pembunuh nomor satu

untuk kematian bayi di Indonesia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di

Indonesia menggunakan fasilitas BAB milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%), dan fasilitas

umum (4,2%).Meskipun sebagian besar rumah tangga di Indonesia memiliki fasilitas BAB, masih

terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga melakukan BAB sembarangan,

yaitu sebesar 12,9%. Proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik sendiri di

perkotaan lebih tinggi (84,9%) dibandingkan di perdesaan (67,3%); sedangkan proporsi rumah

tangga BAB di fasilitas milik bersama dan umum maupun BAB sembarangan di perdesaan (masing-

masing 6,9%, 5,0%, dan 20,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan (6,6%, 3,5%, dan

5,1%).3,5,7

Berdasarkan data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa pembuangan akhir tinja rumah

tangga di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Masih terdapat rumah

tangga dengan pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik (SPAL, kolam/sawah, langsung ke

sungai/danau/laut, langsung ke lubang tanah, atau ke pantai/kebun). Proporsi rumah tangga dengan

pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik di perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di

perdesaan (52,4%).7

Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018

didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih melakukan BABS.

Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62% dengan rincian memiliki dan

menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC Umum dan 38% BABS.11

Pada data yang diperoleh Mei 2014 sampai April 2015, didapatkan cakupan pengawasan

jamban di wilayah kerja Puskesmas Tempuran sebesar 45,86% dari target yang ditetapkan provinsi

Jawa Barat yaitu 75%. Di wilayah kerja Puskesmas Tempuran pada tahun 2014, kunjungan sepuluh

penyakit terbanyak sebagai berikut: ISPA, tukak lambung, myalgia, hipertensi, influenza, dermatitis,

dispepsia, diare, asma, dan tifus. (lihat di tabel 1, lampiran).

2

Page 3: Evaluasi Program Jamban Sehat

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah dijalankan,

menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan mengidentifikasi faktor risiko lingkungan

berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa:

1. Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi lingkungan 45%, perilaku 30%, pelayanan

kesehatan 20% dan keturunan 5%.

2. Berdasarkan hasil studi WHO 2007, intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat

menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%, pemanfaatan jamban menurunkan

risiko 32%.

3. Berdasarkan studi ISSDP 2006 menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku BABS.

4. Menurut Susenas 2007 terdapat 59,86% kepemilikan terhadap fasilitas tempat buang air

yang terdiri 42,79% kloset leher angsa dan 29,41% yang memiliki septik tank.

5. Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak 72,54% di

perkotaan dan 38,97% di perdesaan dengan target MDGs 2015 perkotaan yaitu 76,82%

dan perdesaan yaitu 55,55%.

6. Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai

akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas

dari BABS atau Open Defecation Free (ODF).

7. Berdasarkan data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas

BAB milik sendiri di perkotaan lebih tinggi (84,9%) dibandingkan di perdesaan (67,3%).

8. Berdasarkan data Riskesdas 2013 proporsi rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja

menggunakan tangki septik di perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di perdesaan

(52,4%).

9. Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018

didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih

melakukan BABS.

10. Pada data yang diperoleh Mei 2014 sampai April 2015, didapatkan cakupan pengawasan

jamban di wilayah kerja Puskesmas Tempuran sebesar 45,86% dari target yang ditetapkan

provinsi Jawa Barat yaitu 75%.

3

Page 4: Evaluasi Program Jamban Sehat

11. Di wilayah kerja Puskesmas Tempuran tahun 2014, kunjungan sepuluh penyakit terbanyak

sebagai berikut: ISPA, tukak lambung, myalgia, hipertensi, influenza, dermatitis, dispepsia,

diare, asma, dan tifus.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui masalah yang terjadi pada program pemeriksaan jamban di UPTD

Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya jumlah sarana jamban yang ada, jumlah penduduk yang menggunakan

jamban, jenis jamban yang ada dan jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015.

2. Diketahuinya penyuluhan tentang sarana jamban/program pengawasan jamban di wilayah

kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015.

3. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan jamban di wilayah kerja

Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015.

4. Diketahuinya persentase akses fasilitas jamban yang memenuhi syarat kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Evaluator

1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.

2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program

upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban.

3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan antara lain perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan.

4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.

5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi

1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.

2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.

4

Page 5: Evaluasi Program Jamban Sehat

3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang

menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi

1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan lingkungan

terutama program pengawasan jamban di ruang lingkup kerja Puskesmas Tempuran.

Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program upaya

kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban di ruang lingkup kerja

Puskesmas Tempuran. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana

program agar dapat berjalan dengan baik.

2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar

keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal dalam

meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pengawasan jamban sehingga mutu dari

pada pelayanan Puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

1.4.4. Bagi Masyarakat

1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tempuran.

2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan prevalensi

berbagai penyakit masyarakat yang berbasis kesehatan lingkungan melalui program

pengawasan jamban.

3. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah-

daerah lain di Indonesia.

4. Masyarakat dapat memperoleh akses fasilitas jamban yang layak untuk kebutuhan sehari-

hari.

1.5. Sasaran

Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran, DesaTempuran, Kabupaten

Karawang, Jawa Barat pada periode Mei 2014 sampai April 2015.

5

Page 6: Evaluasi Program Jamban Sehat

Bab II

Materi dan Metode

2.1. Materi

Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban periode Mei 2014 sampai

April 2015 di UPTD Puskesmas Tempuran, Desa Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat,

antara lain:

1. Pendataan jumlah sarana jamban yang ada.

2. Jumlah Rumah Tangga yang menggunakan jamban.

3. Jenis jamban yang ada /yang digunakan.

4. Jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

5. Hasil inspeksi jamban keluarga yang ada di wilayah kerja UPTD Tempuran.

6. Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.

7. Penyuluhan tentang sarana jamban/program pengawasan jamban.

8. Pencatatan dan Pelaporan

2.2. Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan

pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program

pengawasan jamban di Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015 dengan cara

membandingkan cakupan hasil program terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan

penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.

6

Page 7: Evaluasi Program Jamban Sehat

Bab III

Kerangka Teoritis

3.1. Kerangka Teoritis

Bagan 1.Teori Pendekatan Sistem

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling

dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam

upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat

dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu :

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana (money),

sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi

waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).

2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan berfungsi

untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan

(controlling).

3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya

proses dalam sistem.

4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi

mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.

7

Page 8: Evaluasi Program Jamban Sehat

5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari

sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang

lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.

6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

3.2. Tolok Ukur Keberhasilan

Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan

sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses,

keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program pengawasan jamban. Digunakan sebagai

pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan jamban.

Berdasarkan jumlah keseluruhan jamban yang ada di wilayah kerja dan jumlah sarana

jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau merupakan fasilitas sanitasi yang layak. Fasilitas

pembuangan tinja (jamban) yang digunakan sendiri atau bersama,yang efektif untuk memutus mata

rantai penularan penyakit sesuai Kepmenkes no.852/Menkes/KS/IX/2008, dilengkapi dengan septik

tank/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang

tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah.

8

1

Page 9: Evaluasi Program Jamban Sehat

Bab IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data

Sumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal dari data sekunder, yaitu:

1. Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Tempuran Kecamatan Tempuran

Tahun 2014.

2. Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Tempuran.

3. Laporan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Tempuran, Kecamatan

Tempuran Periode Mei 2014 sampai April 2015.

4. Laporan Bulanan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Tempuran,

Periode Mei 2014 sampai April 2015

5. Data demografi Puskesmas Tempuran Kecamatan Tempuran Tahun 2014.

4.2. Data Umum

4.2.1. Data Geografis

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas DTP Poned Tempuran mempunyai

wilayah kerja administratif seluruh wilayah Kecamatan Tempuran, yang memiliki luas area ± 581

km2 mencakup 9 desa, 38 dusun, 38 RW, 121 RT dan 13195 Kepala Keluarga dengan batas wilayah

meliputi:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Puskesmas Lemahduhur

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Jawa Ciparagejaya

Sebelah Barat : berbatasan dengan Puskesmas Kertamukti

Sebelah Timur : berbatasan dengan Puskesmas Pasirukem

Sembilan desa di wilayah kerja Puskesmas Tempuran meliputi:

Desa Sumber Jaya

Desa Tanjung Jaya

Desa Tempuran

Desa Ciparage Jaya

Desa Cikuntul

Desa Pagadungan

Desa Panca Karya

Desa Purwajaya

9

Page 10: Evaluasi Program Jamban Sehat

Desa Jayanegara

Adapun jarak Puskesmas ke Kota Kabupaten ± 35 km dengan waktu tempuh ± 60 menit

menggunakan kendaraan roda empat. Jarak terjauh dari desa ke Puskesmas yaitu desa Jayanegara

dengan jarak 14 km, dan merupakan desa dengan waktu tempuh terlama yaitu 60 menit. Desa dengan

transportasi sulit yaitu Desa Ciparage Jaya dan Jayanegara.

4.2.2. Data Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran berdasarkan proyeksi

tahun 2014 yaitu sebesar 46 650 jiwa. Sedangkan menurut laporan hasil pendataan adalah 42 596

jiwa terdiri dari 22 019 jiwa laki-laki dan 20 577 jiwa perempuan.

Klasifikasi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas

Tempuran paling banyak adalah tidak tamat SD yaitu sebesar 51,87% dan paling sedikit tamat SMA

yaitu 9,72%. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani sebesar 31,26%,

pedagang sebesar 21,22%, buruh sebesar 7,8%, nelayan sebesar 7,4%, dan PNS/ABRI 2,2%.

Sebagian besar penduduk beragama Islam (99,9 %).

4.2.3. Data Fasilitas Kesehatan

Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran antara

lain:

a. Puskesmas UPTD : 1 buah

b. Puskesmas pembantu : 1 buah

c. Puskesmas keliling : 1 buah

d. Posyandu : 42 buah

e. Praktek perorangan

Dokter Umum : 2 orang

Dokter Gigi : 1 orang

Bidan : 20 orang

Perawat : 13 orang

Perawat Gigi : 1 Orang

Juru immunisasi : 0 Orang

Petugas Gizi : 1 Orang

10

Page 11: Evaluasi Program Jamban Sehat

Petugas Laboratorium : 1 Orang

Petugas Farmasi : 1 Orang

Pengemudi : 1 Orang

Petugas Kebersihan : 3 Orang

f. Fasilitas Kesehatan

Puskesmas : 1 Buah.

Pustu : 2 Buah.

Posyandu : 42 Buah.

Balai Pengobatan Swasta : 0 Buah

Bidan Praktek : 5 Orang

Dokter Praktek Swasta : 2 Orang

Polindes : 2 Orang

4.3. Data Khusus

4.3.1. Masukan

1. Tenaga(Man)

Petugas Kesehatan Lingkungan (Sanitarian) : 1 Orang sebagai coordinator program

dan pelaksana program.

2. Dana(Money)

Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari :

- APBD : Tersedia

- BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) : Tersedia

3. Sarana

a. Sarana medis:

- Sanitarian kit : Tidak ada

b. Sarana non medis:

- Infocus : Ada, 1 buah

- Layar : Ada, 1 buah

11

Page 12: Evaluasi Program Jamban Sehat

- Leaflet : Tidak ada

- Lembar balik : Tidak ada

- Poster : Ada

- Formulir wawancara/formulir

pengawasan sarana jamban : Ada

- Buku pedoman Kesling : Ada, 1

- Alat tulis : Cukup

- Sarana transportasi : Ada

4. Metode (Method)

Pendataan dilakukan setiap awal tahun sampai akhir tahun berupa jumlah jamban yang

ada, jumlah rumah penduduk yang memakai sarana jamban, jenis jamban yang

digunakan dan jumlah akses fasilitas yang memadai. Pendataan biasanya dilakukan

bersamaan dengan kegiatan pengawasan/inspeksi. Data tentang jumlah jamban yang

ada juga didapatkan melalui data kecamatan yaitu buku potensi desa yang disesuaikan

dengan Puskesmas Tempuran.

Penyuluhan/pemicuan mengenai saran jamban yang memenuhi syarat kesehatan yang

berdasarkan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Penyuluhan

dilakukan di dalam dan di luar gedung.

Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat.

Pemetaan jamban dilakukan setahun sekali di balai desa, terutama di desa binaan.

Pemetaan dilakukan setelah pertengahan tahun atau di akhir tahun yang bertujuan

untuk mengevaluasi kegiatan program yang sudah dijalankan melalui lingkup

area/daerah. Dimana pemetaan berisikan tentang kondisi sarana jamban yang ada,

rumah yang memakai jamban, akses fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) dan

rumah dengan kasus diare/penyakit berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh sarana

jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Pengawasan/inspeksi sarana jamban.

Inspeksi dilakukan secara berkala 8 kali (1 minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan

lingkungan terlatih bersama dengan kader/perangkat desa/bidan dengan mengunjungi

satu persatu rumah di wilayah kerja Puskesmas Tempuran. Pengawasan/inspeksi

jamban diperiksa secara fisik dimana fasilitas pembuangan tinja dan menggunakan

septik tank dengan sarana air bersih dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa

yang tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah.

12

Page 13: Evaluasi Program Jamban Sehat

Jamban terdiri dari 3 bagian: rumah jamban, lubang jamban dan tempat penampungan

tinja yang disebut septic tank.

Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan

komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat

mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS.

Pencatatan

Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam format

pencatatan pengawasan sarana jamban (register dan formulir lain yang diperlukan)

seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk grafik atau tabel yang

diperbaharui secara periodik (bulanan dan tahunan).

Pelaporan

Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada dan diberikan secara periodik (bulanan

dan tahunan).

4.3.2. Proses

1. Perencanaan

Pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana jamban dan jumlah rumah yang

menggunakan jamban.

Perencanaan kegiatan di buat 1 bulan sebelumnya, setahun sebelumnya.

Perencanaan untuk pembuatan jadwal pengawasan/inspeksi dari jamban sehat

maupun rumah sehat.

Pelaksanaan kegiatan pendataan dan inspeksi sarana jamban 8 kali (1 minggu 2

kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 09.00 –

11.00 WIB.

Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 tahun sekali) yang berada di

kantor kepala desa, desa binaan yaitu Desa Panca Karya.

Kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh petugas

kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor. Bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan

dan sosialisi program STBM.

Pencatatan dan pelaporan :

13

Page 14: Evaluasi Program Jamban Sehat

- Pencatatan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul

11.00 - 13.00 WIB).

- Pelaporan dilakukan setiap awal bulan.

2. Pengorganisasian

Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggung jawab program,

melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian programmer

melakukan koordinasi dengan pelaksana program. Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas

yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:

Bagan 2. Struktur organisasi bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tempuran

Pengorganisasian dalam program pengawasan jamban dibagi berdasarkan jabatan:

a. Kepala Puskesmas (H. Surisno, SKM)

Sebagai penanggung jawab program.

Monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan

Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lingkungan di

wilayah kerja.

b. Koordinator Kesehatan Lingkungan (Amirin)

Koordinator program.

Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari wilayah

setempat.

14

Kepala Puskesmas

H. Surisno, SKM

Koordinator Kesehatan LingkunganAmirin, AMK

Lintas Program (Bidan, Dokter, dsb)Lintas Sektoral (Ketua RW, RT)

Staff Promkes

Page 15: Evaluasi Program Jamban Sehat

Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil

pencatatan kepada Kepala Puskesmas Tempuran dalam waktu tiap bulan.

3. Pelaksanaan

Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara

berkala:

- Pengumpulan data 1x/tahun

- Kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh petugas

kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor.

- Pengawasan jamban dilakukan setiap bulan, namun tidak sesuai dengan rencana

yaitu 8x/bulan

- Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.

4. Pengawasan

1. Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan pelaporan secara berkala tentang

kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.

2. Adanya rapat bulanan di Puskesmas Tempuran tentang hasil pencapaian program

pengawasan jamban.

4.3.3. Keluaran

1. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban

3222**

Cakupan : -------------------X 100 % = 45,86%

7026*

15

Cakupan

Pengawasan

Jamban

=

Jumlah jamban diperiksa di wilayah kerja

Puskesmas dalam kurun waktu Mei 2014 – April

2015

x 100%Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah kerja

Puskesmas dalam kurun waktu Mei 2014 - April

2015

Page 16: Evaluasi Program Jamban Sehat

Target Mei 2014 hingga bulan April 2015 = 75%

Kesimpulan : cakupan belum mencapai target sebesar 75 % jadi besarnya masalah adalah

75 % - 45,86 % = 29,14%.

2. Persentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat

Persentase Jumlah Penduduk dengan akses terhadap

Penduduk fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) di suatu

dengan wilayah pada periode tertentu

akses terhadap = x 100%

fasilitas sanitasi Jumlah penduduk di wilayah dan pada periode

yang layak/ yang sama

jamban sehat

14890

Presentase : -------------------X 100 % = 40,05%

42596

Target Mei 2014 hingga bulan April 2015 = 75%

Kesimpulan : akses tehadap sanitasi yang layak/jamban sehat belum mencapai target sebesar 75 %

jadi besarnya masalah adalah

75 % - 40,05 % = 34,95%.

Ket :

(*) diambil dari hasil data dasar penyehatan lingkungan Mei 2014 sampai April 2015.

(**) diambil dari hasi rekapitulasi laporan bulanan penyehatan lingkungan Mei 2014 sampai April

2015

3. Pencatatan dan pelaporan

Laporan yang disajikan merupakan laporan cakupan hasil inspeksi pengawasan

jamban yang terdiri dari jumlah jamban yang ada serta jumlah jamban yang

memenuhi syarat.

16

Page 17: Evaluasi Program Jamban Sehat

Tidak ada laporan tentang jenis jamban yang digunakan oleh penduduk di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Tempuran.

Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.

4.3.4. Lingkungan

1. Lingkungan Fisik

- Lokasi :

Semua lokasi sarana jamban dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada

(sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor. Walaupun

sebagian jalan masih berlubang-lubang dan masih banyak jalan yang belum diaspal

tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan.

- Iklim :

Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Tetapi bila musim hujan beberapa

tempat becek dan sering banjir.

- Kondisi Geografis :

Kondisi geografi tidak mempengaruhi program pengawasan jamban. Berdasarkan

keterangan petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran tidak mempengaruhi.

2. Lingkungan Non Fisik

- Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yaitu sebagian besar tidak tamat SD.

- Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan seperti di sungai, selokan, sawah,

dan kebun yang mempengaruhi keberhasilan program.

- Adanya kebiasaan di masyarakat bahwa jika tidak BAB di sungai maka tidak akan

keluar.

4.3.5. Umpan Balik

1. Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang

membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.

2. Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukan

akan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program pengawasan jamban

selanjutnya.

Bab V

Pembahasan Masalah

17

Page 18: Evaluasi Program Jamban Sehat

Tabel 1.Variabel-Variabel dari Masalah

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Keluaran

- Cakupan hasil

pengawasan/

inspeksi jamban

- Persentase rumah

penduduk dengan

akses fasilitas

sanitasi yang

layak/jamban

sehat

Target total provinsi Jawa

Barat

75%

75%

Puskesmas

Tempuran

45,86%

34,95%

Puskesmas

Tempuran

(+) 29,14%.

(+) 40,05%

2. Masukan

- Tenaga (Man)

- Dana (Money)

- Sarana (Material)

Tersedianya petugas sebagai

koordinator dan pelaksana

program pengawasan jamban

yang terampil di bidangnya.

Tersedianya dana yang berasal

APBD untuk petugas

- Sanitarian kit

- Infocus

- Layar

- Leaflet

- Lembar balik

1 orang tenaga yang

merangkap sebagai

koordinator dan

pelaksana program

pengawasan jamban

yang

terampil/kompeten di

bidangnya, namun tidak

mencukupi karena

wilayah kerja yang luas.

Tidak ada laporan

penggunaan dana secara

terperinci.

- Tidak Ada

- Ada, 1 buah

- Ada

- Tidak Ada

- Tidak Ada

(+)

(+)

(+)

18

Page 19: Evaluasi Program Jamban Sehat

- Metode (Method)

- Poster

- Formulir

wawancara/formulir

pengawasan jamban

- Buku pedoman Kesling

- Alat tulis, sarana

Transportasi

1. Pendataan

2. Penyuluhan tentang sarana

jamban yang memenuhi syarat

kesehatan di dalam dan di luar

gedung.

3. Pengawasan/inspeksi sarana

jamban.

4. Pemetaan sarana jamban yang

memenuhi syarat

- Ada

- Ada

- Ada

- Cukup

1. Pendataan

dilakukan tetapi

terbatas pada jumlah

jamban yang ada

dan jumlah jamban

yang memenuhi

syarat. Tidak ada

pendataan jenis

jamban tersebut.

2. Penyuluhan lebih

terfokus di dalam

gedung dan

posyandu.

Penyuluhan di luar

gedung kurang.

3. Pengawasan/

inspeksi jamban

dinilai secara fisik

saja, dan

dilakukannya tidak

menentu

4. Tidak dilakukan

pemetaan sarana

jamban yang

(+)

19

Page 20: Evaluasi Program Jamban Sehat

5. Pencatatan dan pelaporan

memadai

5. Pencatatan dan

pelaporan sesuai

3. Proses

- Pengorganisasi

an

- Pelaksanaan

Dibentuk struktur organisasi,

kepala puskesmas sebagai

penanggungjawab program,

melimpahkan kekuasaan kepada

Koordinator program

(programmer), kemudian

melakukan koordinasi dengan

pelaksana program.

Sesuai dengan rencana dan

metode yang telah ditetapkan,

dilaksanakan secara berkala :

pengumpulan data 1x/tahun,

Pengawasan jamban 8x/sebulan,

Penyuluhan 12 kali (1 bulan

sekali) yang dilaksanakan oleh

petugas kesehatan lingkungan

melalui lintas program dan lintas

sektor.

Struktur organisasi

sudah jelas, namun

koordinasi belum

optimal koordinasi di

lintas program dan

lintas sektoral

- Dilakukan pendataan

hanya saja tidak ada

data jenis jamban

yang digunakan.

- Dilakukan

perencanaan.

- Pengawasan sarana

jamban belum

dilakukan sesuai

jadwal.

- Penyuluhan hanya

terbatas di posyandu

saja serta kurangnya

sarana dan prasarana

penunjang

penyuluhan

kesehatan kepada

masyarakat.

- Tidak dilakukan

(+)

(+)

20

Page 21: Evaluasi Program Jamban Sehat

- Pengawasan 1. Pencatatan setiap

bulan/tahunan dan pelaporan

secara berkala tentang kegiatan

pengawasan jamban ke tingkat

Kabupaten minimal 1 bulan

sekali.

2. Rapat bulanan di Puskesmas

pemetaan sarana

jamban yang

memenuhi syarat.

- Adanya pencatatan

setiap bulan dan

tahunan dan

pelaporan secara

berkala tentang

kegiatan pengawasan

jamban ke tingkat

Kabupaten minimal 1

bulan sekali.

- Adanya rapat

bulanan.

(-)

4.

5.

Umpan Balik

Lingkungan

- Fisik

- Adanya rapat kerja bulanan

dengan Dinas satu bulan satu

kali yang membahas laporan

kegiatan evaluasi program

yang telah dilaksanakan.

- Lokasi

- Dilakukan rapat kerja

bulanan

- Dilakukan

pencatatan dan

pelaporan yang

lengkap sesuai

dengan waktu yang

ditentukan.

Berdasarkan keterangan

petugas antara lain :

- Terdapat banyak

saluran irigasi di

sekitar tempat tinggal

penduduk, terdapat

area persawahan di

(-)

(-)

21

Page 22: Evaluasi Program Jamban Sehat

- Non-Fisik - Keadaan sosial ekonomi

masyarakat dapat

mempengaruhi keberhasilan

program.

- Tingkat pendidikan dapat

mempengaruhi keberhasilan

program

- Perilaku masyarakat terhadap

penggunaan sarana jamban

dapat mempengaruhi

keberhasilan program.

semua wilayah kerja,

dan masih banyak

bilik-bilik

disekitarnya yang

digunakan penduduk

sebagai tempat BAB.

- Sebagian besar

penduduk bermata

pencaharian petani

31,26%

- Tingkat pendidikan

masih rendah yaitu

tidak tamat SD

51,87% .

- Perilaku masyarakat

yang masih BAB

sembrangan seperti

selokan, sawah,

kebun

mempengaruhi

keberhasilan

program.

(+)

(+)

Bab VI

Perumusan Masalah

22

Page 23: Evaluasi Program Jamban Sehat

6.1. Masalah Sebenarnya (menurut keluaran)

1. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 45,86% dari target 75%, besar masalah

29,14%.

2. Presentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 40,05%

dari target 75%, besar masalah 34,95%.

6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab)

6.2.1. Masukan

1. Tenaga (Man)

Adanya 1 orang petugas sebagai koordinator program dan pelaksana program, namun hal

ini tidak mencukupi karena wilayah kerja yang luas.

2. Dana (Money )

Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima secara rinci khususnya di bagian

kesehatan lingkungan.

3. Sarana (Material)

Tidak ada leafet dan lembar balik yang mengenai sarana jamban atau perilaku stop BABS.

4. Metode (Method)

Tidak ada pendataan tentang jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, dan tidak ada

pemetaan tentang sarana jamban yang memenuhi syarat.

6.2.2. Proses

1. Pengorganisasian

Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas

program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban.

2. Pelaksanaan

Pendataan jenis jamban yang digunakan belum dilakukan, pengawasan jamban belum

dilakukan sesuai dengan jadwal, dan penyuluhan hanya terbatas di posyandu dan dalam

gedung saja serta kurangnya sarana dan prasarana penunjang penyuluhan kesehatan

tentang penting sarana jamban yang memenuhi syarat kepada masyarakat. Tidak

dilakukannya pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.

3. Pengawasan dan Pelaporan

Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan secara berkala tentang kegiatan

pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali sudah dilakukan.

23

Page 24: Evaluasi Program Jamban Sehat

6.2.3. Lingkungan

1. Fisik

Terdapat banyak saluran irigasi di sekitar tempat tinggal penduduk, terdapat area

persawahan di semua wilayah kerja, dan masih banyak bilik-bilik disekitarnya yang

digunakan penduduk sebagai tempat BAB.

2. Non-Fisik

Perilaku masyarakat yang masih BABS seperti di sungai, selokan, sawah, kebun

mempengaruhi keberhasilan program.

Bab VII

Penyelesaian Masalah

7.1. Masalah I

24

Page 25: Evaluasi Program Jamban Sehat

Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 45,86% dari target 75%.

Penyebab antara lain :

Tenaga

Kurangnya tenaga yang terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas Tempuran.

Dana

Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima secara rinci.

Pengorganisasian

Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas

program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban.

Pelaksanaan

Tidak ada pendataan tentang jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, dan tidak ada

pemetaan tentang sarana jamban yang memenuhi syarat.

Pengawasan dan pelaporan

Dilakukan pendataan hanya saja tidak ada data jenis jamban yang digunakan, pengawasan

sarana jamban belum dilakukan sesuai jadwal. Data yang dilaporkan dari hasil pencatatan

berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan tentang pengawasan jamban sehat di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Tempuran

Penyelesaian antara lain :

Tenaga

1. Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas.

2. Penyehatan tenaga kesehatan diluar Puskesmas (tenaga kontrak)

Dana

Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada Puskesmas,

mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas.

Pengorganisasian

Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab (kepala Puskesmas) dengan koordinator

program dan koordinator dengan pelaksana, serta meningkatkan koordinasi lintas program

dengan staf Puskesmas yang lain.

Pelaksanaan

Hal ini sebenarnya disebabkan keterbatasan dari tenaga dan kurangnya kerjasama lintas

program, dan jadwal pengawasan jamban yang dilakukan tidak sesuai jadwal. Sehingga

perlu meningkatkan kerjasama lintas program dan meningkatkan kedisiplinan dalam

kegiatan pengawasan jamban agar sesuai dengan jadwal.

25

Page 26: Evaluasi Program Jamban Sehat

Pengawasan dan pelaporan

Perlu ditingkatkan ketelitian dalam pencatatan dan pelaporan data.

7.2. Masalah II

Persentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 40,05%

dari target 75%.

Penyebab antara lain :

Pengorganisasian

Belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana

program pengawasan jamban.

Metode

Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat padahal sudah ada data

pencatatan setiap bulan tentang jumlah jamban yang memenuhi syarat.

Pelaksanaan

Penyuluhan hanya terbatas di posyandu dan dalam gedung saja serta kurangnya sarana dan

prasarana penunjang penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sehingga sasaran target

penyuluhan kurang.

Lingkungan

- Fisik

Terdapat banyak saluran irigasi di sekitar tempat tinggal penduduk, terdapat area

persawahan di semua wilayah kerja, dan masih banyak bilik-bilik disekitarnya yang

digunakan penduduk sebagai tempat BAB.

- Non-Fisik

Perilaku masyarakat yang masih BABS menjadi suatu tradisi atau kebiasaan hidup.

Penyelesaian antara lain :

Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator program,

koordinator dengan pelaksana serta mengoptimalkan koordinasi lintas program dan lintas

sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan bekerja sama dengan

promosi kesehatan, bidan desa dan sebagainya.

Melakukan pemetaan jamban yang memenuhi syarat sesuai dengan pencatatan bulan yang

ada.

Dilakukan penyuluhan secara intensif dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tidak

hanya 1x dalam 1 bulan, bervariasi dengan memberikan contoh sarana jamban yang

26

Page 27: Evaluasi Program Jamban Sehat

memadai dan yang tidak memenuhi syarat di lapangan. Penyuluhan tentang pentingnya

sarana jamban sehat dengan kesehatan. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan

masyarakat sehingga mengubah sikap dan perilaku dalam hal BABS. Mulai

mensosialisasikan dan menerapkan sistem program STBM yang salah satu pilarnya adalah

ODF atau stop BABS.

Bab VIII

Penutup

8.1. Kesimpulan

Dari hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan Program

Pengawasan Jamban di UPTD Puskesmas Tempuran periode Januari hingga Desember 2014

27

Page 28: Evaluasi Program Jamban Sehat

dikatakan belum berhasil sebab tidak sesuai dengan Tolokukur yang sudah ditentukan. Dari hasil

kegiatan program, didapatkan :

1. Jumlah sarana jamban yang ada sebanyak 7026 dan jumlah jamban yang memenuhi

syarat kesehatan sebanyak 6024.

2. Tidak ada pendataan jenis jamban yang digunakan.

3. Tidak ada pemetaan sarana jamban yang memandai.

4. Tidak ada data tertulis tentang penyuluhan sarana jamban sehat.

5. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 45,86% dari target 75%.

6. Persentase rumah penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu

40,05%.

8.2. Saran

8.2.1 Saran bagi kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program:

Memantau (supervise) kegiatan pengawasan jamban keluarga dengan cara membandingkan

dengan hasil tahun sebelumnya, juga bertanya kepada pemegang dan pelaksana program

mengenai kendala apa saja yang ditemui.

Memotivasi petugas kesehatan lingkungan untuk memberdayakan masyarakat dalam

inspeksi jamban keluarga.

Menggalakkan promosi kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang intensif kepada

masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang layak/jamban sehat.

8.2.2 Saran bagi pemegang program pengawasan jamban sehat

Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas program dengan program PHBS (Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat), bidan desa dan sebagainya. Mengoptimalkan kerjasama lintas

sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan, melakukan pelatihan dan

memotivasi untuk memberdayakan kader masyarakat dalam pengawasan jamban sehat dan

kegiatan BABS pada daerah tersebut (lintas sektoral).

Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan untuk

pengawasan jamban sehat.

Meningkatkan partisipasi dari masyarakat setempat dalam usaha pembuatan jamban sehat

dengan salah satu cara dibentuk kelompok arisan jamban yang dilakukan oleh setiap 10

rumah dengan membayar iuran sebesar Rp 10.000 – Rp 20.000 per bulan. Setelah uang

28

Page 29: Evaluasi Program Jamban Sehat

tersebut terkumpul dapat digunakan untuk biaya pembuatan jamban di masing-masing

peserta.

Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program

pengawasan jambanpada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai tingkat keberhasilan

sesuai target yang diharapkan.

29

Page 30: Evaluasi Program Jamban Sehat

Daftar Pustaka

1. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta: Rineka

Cipta. 2011

2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis

Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2004

3. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 132 tahun 2013. Tentang Pelaksanaan Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM), 2013. Diunduh

darihttp://new.pamsimas.org/data/2013/sur at edara n 20Menke2013.pdf . 22 September 2014.

4. Saatnya Memilih yang Lebih Baik Bukan Sekedar Membangun Jamban. Pronpinsi Jawa

Barat, 2010. Diunduh dari http://www.diskes.jabarprov.go.id, 22 September 2014.

5. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh

http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf. 22 September 3014

6. UNICEF. Air, Lingkungan, Sanitasi dan Kebersihan. Jakarta : UNICEF.2012.

7. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh dari:

http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf, 22 September 2014

8. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2009.

9. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2011. Memastikan

Kelestarian Hidup. Jakarta : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan

Perencanaan Pembanguan Nasional (BAPPENAS);2012.h.86-9.

10. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis

Kesehatan Lingkungan. Karawang : Kegiatan Pengembangan dan Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan APBD II; 2014.

11. Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang tahun 2014 – 2018.Diunduh

dari

https://www.google.com/url.ppsp.nawasis.dokumenperencanaansanitaspokjakab.karawang .

22 September 2014.

30

Page 31: Evaluasi Program Jamban Sehat

Lampiran

31

Page 32: Evaluasi Program Jamban Sehat

Tabel 1. Kunjungan Sepuluh Besar Penyakit Terbanyak UPTD Puskesmas Tempuran 2014

No. Nama Penyakit Presentase

1. ISPA 22.32%

2. Tukak lambung 13,04%

3. Myalgia 7,58%

4. Hipertensi 6,95%

5. Influenza 5,79%

6. Dermatitis 4,55%

7. Dyspepsia 3,77%

8. Diare 3,51%

9. Asma 2,98%

10. Tifus 2,48%

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tempuran, 2014

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

No Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 Sumber Jaya 3049 2846 5895

2 Tanjung Jaya 2701 2518 5219

3 Tempuran 2449 2284 4733

4 Ciparage Jaya 2925 2748 5673

5 Cikuntul 2756 2570 5326

6 Pagadungan 2550 2385 4935

7 Panca Karya 2162 2019 4181

8 Purwa Jaya 2030 1903 3933

9 Jaya Negara 1397 1304 2701

Jumlah 22019 20577 42596

32

Page 33: Evaluasi Program Jamban Sehat

Tabel 3. Mata Pencaharian atau Pekerjaan Penduduk Kecamatan Tempuran Tahun 2014

No Nama Desa Mata Pencaharian/Pekerjaan

Petani Pedagang Buruh Nelayan PNS/ABRI Lain-lain

1 Sumber Jaya 576 375 145 65 33 512

2 Tanjung Jaya 678 232 135 - 23 458

3 Tempuran 406 394 283 - 20 473

4 Ciparage Jaya 534 320 80 117 75 482

5 Cikuntul 138 80 - 762 8 424

6 Pagadungan 460 432 170 - 31 468

7 Panca Karya 408 318 76 - 19 352

8 Purwa Jaya 451 256 47 - 43 341

9 Jaya Negara 300 275 50 - 32 281

Jumlah 3951 2682 986 944 284 3791

33

Page 34: Evaluasi Program Jamban Sehat

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014

No Nama Desa Tingkat Pendidikan

Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

1 Sumber Jaya 737 426 380 116

2 Tanjung Jaya 609 330 207 95

3 Tempuran 678 211 121 157

4 Ciparage Jaya 726 325 242 63

5 Cikuntul 936 176 108 33

6 Pagadungan 497 317 236 218

7 Panca Karya 545 184 137 233

8 Purwa Jaya 551 216 211 49

9 Jaya Negara 317 211 105 84

Jumlah 5596 2396 1747 1048

Tabel 5. Data Umum Jenis Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas Tempuran meliputi :

• Puskesmas Pembantu (PUSTU) : 2

• Polindes : 2

• Puskesmas Keliling (PUSLING) : 1

• Balai Pengobatan Swasta : 0

• Praktek Dokter Swasta : 2

• Praktek Bidan Swasta : 5

• Klinik 24 jam : 2

• Posyandu : 42

• Posbindu : 9

• Kader Posyandu : 210

• Paraji : 21

34

Page 35: Evaluasi Program Jamban Sehat

Tenaga kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas Tempuran, yaitu :

• Dokter Umum : 3

• Dokter Gigi : 1

• Bidan Puskesmas : 1

• Bidan PONED : 6

• Bidan Desa : 11

• Perawat : 2

• Perawat Gigi : 1

• Analisis Kesehatan : 1

• Tenaga non medis / administrasi : 3

• Pesuruh (OB) : 3

• Sopir : 1

35

Page 36: Evaluasi Program Jamban Sehat

Tabel 6. Data Dasar Penyehatan Lingkungan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tempuran

Periode Mei 2014 – April 2015

No Kelurahan /

Desa

Jumlah

Pendudu

k

Jumlah

KK yang

Ada

Jumlah Rumah Jumlah Jamban

Keluarga (Jaga)

Yang Ada MS

1. Sumber Jaya 5.895 1.938 1.570 733 670

2. Tanjung Jaya 5.219 1.428 1.201 1.423 1.048

3. Tempuran 4.733 1.575 1.180 1.048 950

4. Ciparage Jaya 5.673 1.549 1.269 883 800

5. Cikuntul 5.326 1.551 1.182 661 547

6. Pagadungan 4.935 1.677 1.160 925 843

7. Panca Karya 4.181 1.272 1.210 942 850

8. Purwa Jaya 3.933 1.279 1.120 199 150

9. Jaya Negara 2.701 926 640 212 166

Jumlah 42.596 13.195 10.532 7.026 6.024

36

Page 37: Evaluasi Program Jamban Sehat

Tabel 7. Laporan Tahunan Pemeriksaan Jamban Sehat UPTD Puskesmas Tempuran Periode

Mei 2014 – April 2015

No Kelurahan /

Desa

Jumlah Jamban Keluarga (Jaga)

Yang Diperiksa MS

1. Sumber Jaya 489 476

2. Tanjung Jaya 446 442

3. Tempuran 338 376

4. Ciparage Jaya 368 344

5. Cikuntul 373 371

6. Pagadungan 359 331

7. Panca Karya 353 333

8. Purwa Jaya 258 147

9. Jaya Negara 188 158

Jumlah 3.222 2.978

37

Page 38: Evaluasi Program Jamban Sehat

Struktur Organisasi Program Pengawasan Jamban

di UPTD Puskesmas Tempuran Kecamatan Tempuran

38

Kepala Puskesmas

H. Surisno, SKM

Koordinator Kesehatan LingkunganAmirin, AMK

Lintas Program (Bidan, Dokter, dsb)Lintas Sektoral (Kepala desa, ketua RW, RT)

Staff Promkes

Ucu, Am. Keb

Kader-kader& Sanitarian setempat

Page 39: Evaluasi Program Jamban Sehat

Form Penilaian Jamban Sehat

Nama :

Alamat :

JenisJambanYang Dimiliki:

Cemplung Tanpa Tutup Leher Angsa

Cemplung Dengan Tutup Sharing

Tidak Ada

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apakah jamban anda memiliki atap? YA TIDAK

2 Apakah jamban anda memiliki rangka dan dinding? YA TIDAK

3 Apakah slab/dudukan jamban yang ada sudah aman? YA TIDAK

4Apakah jamban yang ada menimbulkan bau yang tidak

sedap? YA TIDAK

5 Apakah ada penutup lubang di lubang jamban yang ada? YA TIDAK

6Adakah fasilitas penampungan air dan sabun untuk cuci

tangan? YA TIDAK

7Apakah jarak jamban/sumur tinja dengan sumber air lebih

dari 10 M? YA TIDAK

39