BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa...

83
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Olahraga Olahraga saat ini sudah menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi sebagian orang, bahkan untuk sebagian orang yang lain olahraga menjadi sebuah kebutuhan mendasar dalam hidupnya. Olahraga yang sebelumnya dipandang sebelah mata dan merupakan sebuah aktivitas rekreasi semata, seiring perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan olahraga menjelma menjadi sesuatu yang memiliki nilai vital dalam kehidupan sehari- hari umat manusia. Olahraga menjadi sangat penting karena tidak terlepas dari kebutuhan mendasar manusia itu sendiri yang pada prinsipnya selalu bergerak. Olahraga itu sendiri merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang bertujuan untuk mempertahankan hidup serta meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan seseorang berolahraga adalah untuk meningkatkan derajat sehat dinamis (sehat dalam gerak), dan sehat statis (sehat dikala diam). Prestasi melalui kegiatan olahraga pun menjadi suatu alasan sesorang menekuni olahraga. Hal tersebut sejalan dengan isi Undang-undang RI nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang menyatakan bahwa ”Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkanpotensi jasmani, rohani, dan sosial”. Olahraga bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun tanpa memandang dan jenis kelamin, suku, agama, ras, dan sebagainya.Olahraga mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan bangsa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mutohir (2005), hakekat olahraga adalah sebagai refleksi kehidupan masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga tergambar aspirasi serta nilai-nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul lewat hasrat mewujudkan diri melalui prestasi olahraga. Kita sering mendengar kata-kata bahwa kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat tercermin dari prestasi olahraganya. Harapannya adalah olahraga di Indonesia dijadikan alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia 9

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakekat Olahraga

Olahraga saat ini sudah menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi

sebagian orang, bahkan untuk sebagian orang yang lain olahraga menjadi

sebuah kebutuhan mendasar dalam hidupnya. Olahraga yang sebelumnya

dipandang sebelah mata dan merupakan sebuah aktivitas rekreasi semata,

seiring perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan olahraga

menjelma menjadi sesuatu yang memiliki nilai vital dalam kehidupan sehari-

hari umat manusia. Olahraga menjadi sangat penting karena tidak terlepas dari

kebutuhan mendasar manusia itu sendiri yang pada prinsipnya selalu bergerak.

Olahraga itu sendiri merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan

terencana untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang

bertujuan untuk mempertahankan hidup serta meningkatkan kualitas hidup

seseorang. Tujuan seseorang berolahraga adalah untuk meningkatkan derajat

sehat dinamis (sehat dalam gerak), dan sehat statis (sehat dikala diam).

Prestasi melalui kegiatan olahraga pun menjadi suatu alasan sesorang

menekuni olahraga. Hal tersebut sejalan dengan isi Undang-undang RI nomor

3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang menyatakan bahwa

”Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina,

serta mengembangkanpotensi jasmani, rohani, dan sosial”.

Olahraga bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun tanpa

memandang dan jenis kelamin, suku, agama, ras, dan sebagainya.Olahraga

mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan bangsa. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Mutohir (2005), hakekat olahraga adalah

sebagai refleksi kehidupan masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga

tergambar aspirasi serta nilai-nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul

lewat hasrat mewujudkan diri melalui prestasi olahraga. Kita sering

mendengar kata-kata bahwa kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat

tercermin dari prestasi olahraganya. Harapannya adalah olahraga di Indonesia

dijadikan alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

10

unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosialnya serta mampu

membentuk manusia seutuhnya.

Pemahaman tentang konsep olahraga dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan

dan teknologi. Menurut Engkos Kosasih (1980:20) istilah sport berasal dari

bahasa Latin ”disportare” atau ”deporate” didalam bahasa Itali menjadi

”diporte” yang artinya penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk

bergembira.Istilah olahraga dan sport itu berubah sepanjang waktu, namun

mempunyai pengertian yang sama yaitu esensi pengertiannya kebanyakan

berkaitan dengan 3 unsur pokok yaitu bermain, latihan fisik, dan kompetisi.

Sedangkan menurut Ratal Wirjasantosa (1984:21) olahraga berarti

memperkembangkan, memasak, mematangkan, menyiapkan manusia

sedemikian rupa, sehingga dapat melaksanakan gerakan – gerakan dengan

efektif dan efisien”. Nuansa usaha keras mengandung ciri permainan dan

konfrontasi melawan tantangan tercermin dalam definisi UNESCO tentang

sport yaitu : setiap aktifitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan

melawan unsur-unsur dan orang lain ataupun diri sendiri. Dari beberapa uraian

di atas dapat ditarik kesimpulan. Olahraga (sport) tidak digunakan dalam

pengertian olahraga kompetitif yang sempit, karena pengertiannya bukan

hanya sebagai himpunan aktifitas fisik yang resmi terorganisasi (formal) dan

tidak resmi (informal) yang tampak dalam kebanyakan cabang-cabang olahraga

namun juga dalam bentuk yang mendasar seperti senam,latihan kebugaran

jasmani atau aerobik.

Olahraga juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan dalam olahraga yang

dimaksud adalah adanya aturan-aturan yang harus dipatuhi, baik itu dalam

olahraga yang bersifat play (bermain), games maupun sport. Aturan dalam

olahraga yang bersifat play, tidak terlalu ketat, karena play merupakan

aktivitas fisik yang bersifat sukarela dan dilakukan secara bebas. Misalnya

ketika kita lari di sore hari/ jogging, yang kita perhatikan adalah kita harus

menggunakan pakaian dan lari di tempat yang tidak mengganggu aktivitas

orang lain. Kemudian,olahraga yang bersifat games, aturannya sudah mulai

ketat. Karena dibuat oleh pemain yang akan melakukan permainan untuk

ditaati bersama. Misalnya, pada waktu kita ingin bermain bola voli dengan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

11

teman yang lain, sebelum permainan dimulai, kita sudah menentukan

kesepakatan atas aturan yang akan kita gunakan, baik itu penentuan set, skor,

jumlah pemain dan lain sebagainya. Olahraga dalam bentuk sport, aturan yang

harus dipatuhi sudah sangat kompleks, dibuat secaraformal oleh organisasinya.

Misalnya dalam permainan sepak bola atau pun permainan lainnya. Semua

sudah ada ketentuannya. Di situ sudah ada paraturan/ pembatasan ruang, luas,

jumlah pemain dan aturan-aturan lain yang harus dipakai sesuai dengan

kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Di dalam olahraga, aturan-

aturan yang telah dibuat bukan merupakan suatu hal yang dapat menghambat

pengembangan kemampuan dalam berekspresi atau juga bukan merupakan

pengekang kebebasan, melainkan suatu bentuk tindakan untuk menjadikan

olahraga itu menjadi lebih baik, penuh dengan seni dan etika.

Di zaman modern ini manusia telah berhasil mengembangkan berbagai

macam teknologi termasuk mengembangkan beberapa teknik olahraga,

namun dengan semakin berkembangnya teknologi justru sebagian manusia

menjadi korban dari perkembangan teknologi tersebut karena dengan semakin

berkembangnya teknologi maka akan mempermudah kinerja seseorang, dengan

kata lain teknologi akan mengurangi aktifitas fisik seseorang. Dengan

berkurangnya aktifitas fisik seseorang maka akan berpengaruh terhadap

kebugaran tubuhnya dan nantinya akan berpengeruh juga terhadap aktifitas

fisik lainnya. Oleh karena hal tersebut disarankan untuk tetap menjaga

kesehatan dan kebugaran dengan cara berolahraga secara baik dan benar.

Olahraga adalah gerak. Gerak merupakan kebutuhan hakiki bagi

manusia. Kebutuhan gerak ini adalah gerak spesifik dan dilakukan secara sadar

dan mempunyai tujuan. Gerak adalah kebutuhan dasar bagi manusia, sama

halnya seperti makan dan minum. Salah satu karakteristik makhluk hidup di

dunia ini,termasuk manusia adalah melakukan gerakan. Antara manusia dan

aktivitas fisik merupakan dua hal yang sulit atau tidak dapat dipisahkan. Hal

ini dapat dilihat bahwa sejak manusia pada jaman primitif hingga jaman

moderen, aktivitas fisik atau gerak selalu melekat dalam kehidupan sehari-

harinya. Neilson (1978:3) mengemukakan bahwa manusia berubah sangat

sedikit selama 50.000 tahun yang berkaitan dengan organisasi tentang struktur

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

12

dan fungsi yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, dapat dikemukakan

bahwa perubahan utama bukan pada manusianya, melainkan pada kebutuhan

dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan besar di

dalam lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia. Manusia berusaha

memodifikasi lingkungannya dengan mencoba-coba, eksplorasi dan dengan

eksploitasi. Pada jaman primitif gerakan pada mulanya merupakan gejala

emosional murni yang dilakukan manusia untuk kesenangan dan komunikasi

dengan dewa. Selanjutnya, gerakan berkembang dari pelaksanaan gerak yang

tidak terencana ke kondisi gerak yang hingar-bingar pada pacara seremonial

dan komunikasi untuk kerja seni.

Karena aktivitas gerak sangat penting baik untuk kelangsungan hidup

maupun komunikasi dengan dewa, maka aktivitas fisik tersebut merupakan

yang terpenting untuk eksistensi manusia. Oleh karena itu, mereka mulai

menyusun struktur geraknya ke dalam bentuk-bentuk yang bermanfaat, tepat

dan sadar.Semua peristiwa penting dalam siklus kehidupan orang primitif yang

memiliki makna praktis dan religius disimbolkan dalam gerakan-gerakan tubuh

yang terstruktur. Di seluruh periode evolusinya, aktivitas fisik sangat penting

untuk kelangsungan hidup dan tetap penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan yang optimum. Harrow (1977 : 5) mengemukakan bahwa ada

tujuh pola gerak yang sangat penting untuk eksistensi orang primitif yang

merupakan dasar gerakan keterampilan. Aktivitas gerak ini adalah inheren

dalam diri manusia,yakni lari, lompat/loncat, memanjat, mengangkat,

membawa, menggantung, danmelempar. Hingga kini aktivitas fisik atau gerak,

juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena gerak dipandang

sebagai kunci untuk hidup dan untuk keberadaan dalam semua bidang

kehidupan. Jika manusia melakukan gerakan yang memiliki tujuan tertentu,

maka ia mengkoordinasikan aspek-aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

Secara internal, gerak manusia terjadi secara terus menerus, dan secara

eksternal, gerak manusia dimodifikasikan oleh pengalaman belajar,

lingkungan yang mengitari, dan situasi yang ada. Oleh karena itu, manusia

harus disiapkan untuk memahami fisiologis, psikologis dan sosiologis agar

dapat mengenali dan secara efisien menggunakan komponen-komponen gerak

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

13

secara keseluruhan.Dengan demikian, antara manusia dan aktivitas fisik tidak

dapat dipisahkan dari kehidupannya.

Olahraga merupakan kegiatan yang terbuka bagi semua orang sesuai

dengan kemampuan, kesenangan dan kesempatan, tanpa membedakan hak,

status sosial atau derajat dimasyarakat. Dengan kata lain, olahraga dilakukan

oleh berbagai unsur lapisan masyarakat. Olahraga sebagai kegiatan fisik

mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha peningkatan derajat

sehat dan mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Derajat sehat

yang tinggi dicerminkan oleh kemampuan melakukan kerja fisik yang lebih

berat.

Olahraga juga dapat berperan sebagai sarana untuk pertukaran budaya

dari berbagai negara, berbagi informasi dan mengembangkan pemahaman

budaya timbal balik. Ini berarti olahraga sering menjadi barang ekspor budaya

dari Negara maju dan menyatu dengan hidup sehari-hari orang di negara lain.

Partisipasi even olahraga internasional sering bermakna bahwa negara lemah

harus mencari negara tangguh atau yang disebut adikuasa dalam olahraga

untuk mendapat bimbingan dan sumber daya. Menurut Adolf Ogi, mantan

Presiden Swiss yang kini bertugas sebagai penasehat khusus Sekretaris

Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai olahraga untuk

pembangunan dan perdamaian menyatakan bahwa,“Nilai-nilai olahraga

identik dengan nilai-nilai PBB. Kegiatan olahraga perlu terus dipromosikan

demi keselamatan umat manusia”. Lebih lanjut Piere De Cerbertin dalam

beberapa tulisannya menyatakan bahwa, “Olympic Games bukan hanya event

atletik saja, tetapi Olympic Games merupakan inti dari gerakan sosial yang

luas. Melalui kegiatan olahraga akan meningkatkan pengembangan kualitas

sumberdaya manusia dan saling pengertian secara Internasional” (IOC,2002;

Tode,2002; Ian Seagrave,1995 dalam Maksum, 2004). Moto Olimpik “Citius,

Altius, fortius” (lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat) telah menjadi suatu filsafat

hidup, mengagungkan dan mengkombinasi suatu keseluruhan yang

seimbang,kualitas tubuh, akal dan pikiran serta mencampur olahraga dengan

kultur dan pendidikan sedangkan Olympism mencari untuk menciptakan suatu

jalan hidup berdasar pada kegembiraan, nilai bidang pendidikan dari contoh

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

14

dan rasa hormat yang baik untuk prinsip etis pokok yang universal.

Adapun prinsip dasar paham Olimpik menurut Harsuki (2012 : 32-33)

sebagai berikut:

a. Paham Olimpik (Olympism) ialah suatu falsafah hidup yang mengagungkan

dalam suatu keseluruhan keseimbangan dan kualitas badan, kemauan, dan

jiwa (pikiran). Memadukan olahraga dengan budaya dan pendidikan,

paham olimpik mencari dan menciptakan suatu cara hidup yang didasarkan

atas kegembiraan berusaha, nilai pendidikan dengan suatu contoh yang baik

dan menghormati akan prinsip etis yang fundamental serta berlaku umum.

b. Tujuaa dari paham Olimpik adalah menempatkan olahraga sebagai

pelayanan dari pengembangan manusia yang harmonis, dengan visi untuk

mempromosikan suatu masyarakat yang damai yang terkait dengan

pemeliharaan martabat manusia.

c. Gerakan Olimpik (Olympic Movement) ialah kesepakatan bersama,

diorganisasi, semesta, dan kegiatan tetap, yang dilaksanakan di bawah

otoritas tertinggi dari IOC, bagi semua individu yang diilhami oleh nilai-

nilai dari paham Olimpik, yang kejadiannya meliputi lima benua. Hal

tersebut akan mencapai puncaknya dengan membawakan secara bersama-

sama atlet dunia dalam suatu festival olahraga yang besar yaitu Olympic

Games. Simbolnya berupa lima lingkaran yang saling berkaitan.

d. Praktik melakukan olahraga merupakan hak asasi manusia. Setiap individu

harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi

apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

dengan semangat persaudaraan, solidaritas, dan fairplay. Organisasi,

administrasi, dan manajemen olahraga harus dikontrol oleh organisasi

olahraga yang independen.

e. Segala bentuk diskriminasi yang berkaitan pada perorangan yang didasarkan

atas rasial, agama, politik, gender, atau lainnya yang bertentangan dengan

kepemilikan gerakan Olimpik.

f. Kepemilikan pada Gerakan Olimpik mewajibkan kepatuhan pada Piagam

Olimpik (Olympic Charter) dan pengakuan oleh IOC.

Dewasa ini perkembangan sport entertaint menunjukkan akselerasi luar

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

15

biasa, sehingga bila diamati, adakalanya bermunculan hal-hal yang sulit

diterima akal sehat, namun menjadi nyata di dunia olahraga.Yang paling

mutakhir dan fenomenal adalah beckham ology. Beckhamology adalah bidang

kajian baru dalam industri olahraga yang mempelajari bagaimana seorang

Beckham sejak usia dini telah diformat hingga menjadi sebuah ikon dalam

dunia olahraga, industri, dan hiburan. Setiap jengkal dari bagian tubuhnya,

gaya, dan geraknya mampu mendatangkan uang. Membentuk seorang dari

bukan siapa-siapa hingga menjadi seorang yang luar biasa tentu harus dengan

pendekatan teknologi canggih. Karena itu, dibutuhkan dana dan investasi yang

tidak kecil. Parkhouse dalam buku Sport Management menyatakan olahraga

adalah bisnis besar dan industri olahraga sudah menjadi fenomena di Amerika

Serikat. Semua kebutuhan mulai dari alat-alat/perlengkapan, keperluan atlet,

sampai penyiaran acara dikelola dalam format industri. Pendapat ini

memberikan pengertian bahwa olahraga telah dikelola selayaknya sebuah

industri yang berorientasi profit. Karena itu, diperlukan manajer yang

memiliki pemahaman dan kemampuan professional dalam bidang

keolahragaan.

Perkembangan olahraga Indonesia saat ini memang belum mampu

menghasilkan suatu perubahan pada masyarakat. Selain prestasi olahraga

Indonesia yang kian menurun sebagai dampak dari adanya krisis ekonomi yang

berkepanjangan, olahraga seakan-akan tidak mendapat perhatian secara serius

dari pemerintah dan apalagi masyarakat. Pemerintah dengan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) bersama-sama telah menyepakati Undang-Undang

Republik Indonesia tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Petikan perundang-

udangan keolahragaan itu mengamanatkan bahwa masyarakat harus ikut serta

dalam mengembangkan olahraga nasional, terutama industri olahraga.

Sumber utama yang sering menjadi penghalang pembinaan prestasi

adalah ketidakmampuan organisasi dalam memperoleh dana pembinaan yang

tidak kecil jumlahnya. Mungkin sudah saatnya kita bercermin pada negara-

negara lain yang telah mampu mengelola olahraga sebagai sebuah industri.

Salah satu kunci keberhasilan adalah kemampuan mengemas olahraga menjadi

tontonan menarik dan layak jual. Atau, menjadikan olahraga sebagai suatu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

16

kebutuhan yang senantiasa dicari. Hal ini dikarenakan bahwa keberhasilan

olahraga tidak bisa diukur dari berhasil tidaknya meraih medali, tetapi lebih

kepada kemampuan untuk menggerakkan olahraga itu menjadi tontonan yang

menghibur,menggembirakan, dan yang paling puncak adalah menjadi industri

olahraga.

Semboyang yang dikumandangkan setiap tanggal 9 September

”memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” sangat baik

bila maknanya dapat diamalkan semua pihak. Bilamana olahraga benar-benar

memasyarakat dan masyarakat telah membutuhkan olahraga, institusi olahraga

dapat berharap akan memperoleh dana dari masyarakat. Dalam hal ini,

masyarakat tampaknya menjadi kata kunci keberhasilan pengelolaan olahraga

secara mandiri. Karena itu, masyarakat inilah yang harus digarap terlebih dulu.

Sebagian besar dari masyarakat kita lebih senang bila dapat menyaksikan

tontonan dengan gratis.Mereka yang biasa disebut kalangan atas gemar

dimanjakan dengan tiket gratis, sementara masyarakat bawah berupaya

menerobos pintu gerbang atau memanjat pagar agar dapat menikmati tontonan

secara gratis. Simpulannya, masyarakat kita masih sangat menikmati dan

merasa bangga apabila dapat menonton suatu pertandingan akbar dan

bergengsi secara gratis. Hal ini berbeda dengan yangterjadi di Hong Kong

sebuah negara kecil, saat klub sepakbola Real Madrid bertandang ke Hong

Kong, terlihat begitu besar antusias masyarakat Hong Konguntuk menyaksikan

langsung pertandingan tersebut meskipun harga tiket masuk relatif mahal.

Masyarakat Hong Kong benar-benar menempatkan sepakbola sebagai tontonan

menyenangkan, sehingga berapa pun biaya tiketnya, mereka tetap membeli.

Jenis masyarakat semacam inilah yang sangat potensial sebagai sumber dana.

Beberapa tahun silam masyarakat Indonesia telah memberikan andil

besar dalam penyandangan dana olahraga nasional melalui program undian.

Program ini tidak terus berjalan, karena penyimpangan kearah perbuatan yang

menurut agama dan adat kita berlawanan. Kurangnya partisipasi masyarakat

dalam menumbuhkan olahraga nasional kian terasa ketika Krisis multidimensi

menghinggapi bangsa Indonesia. Menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan industri olahraga memang bukan hal yang mudah di jaman

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

17

sekarang ini, tapi kita harus bisa berbangga hati karena potensi masyarakat

Indonesia yang begitu besar dalam menumbuhkan Industri olahraga. Sehingga

permasalahan sekarang adalah bagaimana menggerakkan masyarakat Indonesia

untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan industri olahraga

Indonesia.

Pengembangan olahraga di negeri ini harus dilaksanakan secara

berkesinambungan, terprogram, dan menuntut kerja keras agar tercapainya

prestasi dan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia

yang memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang baik. Pembinaan

olahraga dimulai sejak usia dini baik pada lembaga non formal maupun

lembaga formal, Karen telah dirasakan bahwa olahraga akan dapat memberikan

sumbangan yang berarti terhadap seluruh elemen kehidupan manusia.

Pemerintah bahkan menjadikan olahraga sebagai pendukung terwujudnya

manusia Indonesia yang sehat dengan menempatkan olahraga sebagai salah

satu arah kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam Tap MPR No.

IV/MPR/1999 (GBHN) yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna

meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan

dan kebugaran yang cukup.

Pembangunan olahraga pada dasarnya adalah upaya yang diarahakan

dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga

Sejalan dengan itu, pembangunan olahraga seyogyanya harus dilakukan sesuai

dengan kondisi serta karakteritik masyarakat dan lingkungan masyarakat yang

akan menjadi sasaran atau target pembangunan. Partisipasi masyarakat dapat

dilihat dari beberapa aspek, yaitu: tingkat dan pola partisipasi masyarakat

dalam berolahraga, tujuan dan motivasi berolahraga, dan karakteristik kegiatan

olahraga masyarakat yang meliputi jenis olahraga, jalur olahraga yang

digunakan dan frekuensi serta intensitas berolahraga.

Tujuan akhir pembinaan olahraga itu tidak lain untuk meningkatkan

kualitas hidup masyarakat, sehingga secara konsisten perlu menempatkan

olahraga sebagai bagian integral dari pembangunan. Dengan demikian,

olahraga ditempatkan bukan sekadar merespons tuntutan perubahan sosial,

ekonomi, dan budaya, tetapi ikut bertanggung jawab untuk memberikan arah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

18

perubahan yang diharapkan. Keteguhan terhadap komitmen ini didukung oleh

begitu banyak fakta dan pengalaman bahwa olahraga yang dikelola dan dibina

dengan baik akan mendatangkan banyak manfaat bagi warga masyarakat.

Seperangkat nilai dan manfaat dari aspek sosial, kesehatan, ekonomi,

psikologis dan pedagogis merupakan landasan yang kuat untuk mengklaim

bahwa olahraga merupakan instrumen yang ampuh untuk melaksanakan

pembangunan yang seimbang antara material, mental, dan spiritual.

Pengembangan bangsa Indonesia dewasa ini lebih diarahkan untuk

pencapaian hidup makmur, sejahtera, aman, tenteram dan berupaya

menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Namun hal ini sulit dikembangkan

dikarenakan oleh adanya kendala /fenomena yang ditemui di lapangan seperti

kemiskinan, kecemasan, ketidaknyamanan, keterlantaran dan konflik sosial

yang tidak kunjung reda, dan masih terjadi di beberapa daerah di Indonesia

khususnya di luar Pulau Jawa. Hal ini sesuai dengan data yang menunjukkan

bahwa, angka tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga yang

setiap tahun cenderung semakin menurun, sebagai mana yang terdapat dalam

data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bahwa, “Angka tingkat

partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga dari sebesar 35,3% pada tahun

1994 menurun tajam menjadi sebesar 22,6% pada tahun 2000”, (Badan Pusat

Statistik, 2002). Kecendrungan makin menurunnya minat dan keinginan

masyarakat untuk melakukan kegiatan olahraga merupakan hal yang sangat

memprihatinkan, dikarenakan tidak sebanding dengan upaya pemerintah yang

semakin serius dan konsisten dalam pembangunan olahraga. Sejalan dengan

hal tersebut, maka pemerintah melakukan upaya untuk mengidentifikasi

berbagai kendala dan masalah dalam masyarakat tentang latar belakang

terjadinya kondisi tersebut.

Menurut Direktorat Jendral Olahraga (2004) bahwa, ada beberapa

indikator yang menjadi dasar maju-mundurnya masyarakat untuk melakukan

kegiatan olahraga. Indikator-indikator tersebut meliputi partisipasi

(partisipation), ruang terbuka (open spece), kebugaran jasmani (physical

fitness), dan sumberdaya manusia (human resources). Keempat indikator

tersebut memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan, karena apabila salah

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

19

satu indikator ini tidak ada ataupun kurang memadai, maka akan terjadi

kepincangan dalam perkembangan olahraga di suatu daerah.

2. Olaraga Sebagai Sebuah Kebutuhan

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk

mencapai kemakmuran.Kebutuhan manusia dapat dikelompokkan menjadi 4

(empat) kelompok, yaitu antara lain sebagai berikut:

a. Jenis kebutuhan berdasarkan tingkat intensitas,dibagi dalam 3 (tiga ) jenis

kebutuhan yaitu kebutuhan primer,kebutuhan sekunder,kebutuhan tersier

b. Jenis kebutuhan berdasarkan sifat,dibagi dalam 2 (dua) jenis kebtuhan yaitu

kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani

c. Jenis kebutuhan berdasarkan subjek yang membutuhkan, dibagi dalam 2

(dua) jenis kebutuhan yaitu kebutuhan individual dan kebutuhan umum

(sosial)

d. Jenis kebutuhan berdasarkan waktu, dibagi dalam 2 (dua) jenis kebutuhan

yaitu kebutuhan sekarang dan kebutuhan masa datang

(http://id.shvoong.com/:2010, diakses pada tanggal, 8 September 2015).

Dewasa ini perkembangan sosial budaya dalam olahraga banyak

fenomena sosial yang berpengaruh terhadap dinamika interaksi sosial-budaya

masyarakat. Hal itu sejalan dengan perkembangannya olahraga akan terus

mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak

pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap

peradaban manusia. Terkait tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia

yang mempunyai kesehatan secara lahiriah maupun rohaniah. Pendidikan

sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup,

pendidikan jasmani, olahraga dan Sosiologi olahraga jika dipahami dan

dimengerti bagi masyarakat luas maka akan memiliki peranan sangat penting,

yaitu memberikan kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk terlibat

langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,

olahraga dan bersosial antar masyarakat yang satu dengan masyarkat yang

lain(http://agustsarengat.blogspot.com).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

20

Suatu prestasi olahraga yang hebat tidaklah semata-mata ditentukan oleh

suatu kondisi fisik yang sempurna tetapi bahkan sebaliknya ditentukan oleh

suatu jumlah kontrol yang merupakan sebagian dari struktur sosial yang ada

dalam suatu masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, kalau

dijabarkan maka urutan-urutan dari suatu prestasi olahraga terjadi dari

kebudayaan yang merupakan faktor yang paling menentukan ke faktor faktor

sosial, lalu ke kepribadian dan yang terakhir adalah faktor-faktor organik dari

tubuh atlet yang bersangkutan(http://agustsarengat.blogspot.com). Olahraga

dalam kehidupan manusia selalu mejamin untuk memberikan kesehatan kepada

orang sering melakukannya. Jenis-jenis olahraga sudah dijelaskan pada

sebelumnya seperti olahraga rekreasi. Pada penelitian tentang pengaruh

olahraga rekreasi pada ibu-ibu pekerja menunjukkan hal tersebut sangat

berpengaruh. hal itu dibuktikan dengan memungkinkan wanita untuk

menumbuhkan energi biologis mereka, meningkatkan kebugaran dan bentuk

tubuh. Selain itu kebutuhan mental akan tubuh yang terus-terusan bekerja akan

sangat membantu dalam menghadapi tekanan dalam pekerjaan(Parnicka.

Urszula.2008). Sudah banyak penelitian yang meneliti tentang olahraga dalam

kehidupan manusia. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai macam-

macam olahraga yang menjadi ciri khas suku bangsa tersebut. Selain itu,

Indonesia yang mempunyai banyak aneka ragam suku bangsa dan mempunyai

persepsi sendiri-sendiri tentang olahraga.

Olahraga sendiri terkadang dijadikan sebagai mata pencaharian oleh

masyarakat Indonesia, terutama di kalangan atlet Indonesia. Atlet sendiri

cenderung menjadikan olahraga sebagai pencaharian dikarenkan berbagai

banyak faktor, salah satunya adalah pendidikan yang tidak memadai untuk

medapatkan pekerjaan setelah pensiun menjadi seorang atlet. Dan apada

akhirnya ketika setelah pension para atlet tersebut menjadi tidak karuan dan

akhirnya menjadi pengangguran atau pekerjaan lain yang tidak layak padahal

meeka telah mengharumkan nama bangsa dengan medali atau juara pada

masing-masing cabang olahraga yang ditekuni. Hal ini perlu diperhatikan dan

dibuatkan sebuah rencana untuk masa depan agar para pensiunan atlet tetap

bisa hidup dengan layak sebagai bukti dari perhatian pemerintah atas semua

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

21

jasa yang telah diberikan untuk mengharumkan nama bangsa dalam bidang

olahraga. Tapi terkadang tidak semuanya atlet mengalami nasib yang kurang

beruntung setelah pension karena ada beberapa atlet yang berhasil mengolah

semua kebutuhan dengan baik dengan mengatur segala penghargaan yang telah

didapatkan selama menjadi atlet dengan baik.

Berolahraga Merupakan Bagian dan Kebutuhan Hidup Salah satu

karakteristik makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia adalah melakukan

gerakan. Antara manusia dan aktivitas fisik merupakan dua hal yang sulit atau

tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat bahwa sejak manusia pada jaman

primitif hingga jaman moderen, aktivitas fisik atau gerak selalu melekat dalam

kehidupan sehari-harinya. Berarti aktivitas fisik selalu dibutuhkan manusia.

Neilson (1978: 3) mengemukakan bahwa manusia berubah sangat sedikit

selama 50.000 tahun yang berkaitan dengan organi�sasi tentang struktur dan

fungsi yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa

perubahan utama bukan pada manusianya, melainkan pada kebutuhan dan

kemampuan untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan besar di dalam

ling�kungan alam dan lingkungan buatan manusia. Manusia berusaha

memodifikasi lingkungannya dengan mencoba-coba, eksplorasi dan dengan

eksploitasi.

3. Olahraga Pendidikan

Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang di

laksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan

untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan

kebugaran jasmani. Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian

proses pendidikan, dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun

non formal, biasanya dilakukan oleh satuan pendidikan pada setiap jenjang

pendidikan, guru pendidikan jasmani dengan dibantu oleh tenaga olahraga

membimbing terselenggaranya kegiatan keolahragaan.

Di sekolah atau satuan pendidikan, penjasorkes berperan penting, hal ini

terkait dari dua hal, yakni sisi pendidikan jasmani yang mengarah kepada aspek

edukatif dan sisi olahraga yang mengarah kepada aspek prestasi. Kedua hal ini

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

22

merupakan hal yang inheren dalam penjasorkes, karena disitulah ditempa

pribadi peserta didik agar memiliki jasmaniah dan rohaniah yang sehat, segar,

dan sekaligus memungkinkan untuk prestasi, tentu saja termasuk prestasi di

bidang olahraga. Disamping itu, masih ada dimensi terpendam pendidikan

jasmani yang bisa mengembangkan dan membentuk kemampuan serta

kepribadian setiap individu misalnya sikap, semangat, emosi, kejiwaan dan

sebagainya.

Penjasorkes merupakan pilar dalam membangun tingkat kebugaran

(kesehatan dan kesegaran), karena dimensi gerak sebagai aktivitas utamanya

memiliki implikasi nyata bagi penumbuhan kesehatan

individu/kelompok/masyarakat. Dengan demikian penjasorkes dapat

meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga tercapai manusia Indonesia

yang sehat . Sehat dalam konteks ini mengacu kepada definisi sehat dari World

Health Organization (WHO) yakni: “Holistic health extends the physical,

mental, and social aspects of the definition to include intellectual and spiritual

dimentions”. Di sisi lain, penjasorkes pada satuan pendidikan menjadi penting,

terutama jika dikaitkan dengan proses pembibitan dan pembinaan dalam

rangka peningkatan prestasi olahraga. Melalui satuan pendidikan ini, jenjang-

jenjang pembibitan dan pembinaan tersebut akan terukur, sistematis, dan

terfokus. Hal itu penting diperhatikan karena melahirkan juara dalam cabang

olahraga tersebut membutuhkan pembinaan yang berjenjang dan memerlukan

waktu yang cukup lama. Jika pembibitan dan pembinaan dilakukan sejak usia

dini, yakni sejak usia sekolah dasar secara konsisten dan terencana, bukan hal

yang mustahil dapat lahir olahragawan-olahragawan terbaik pada cabang-

cabang olahraga tersebut.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan (Penjasorkes) sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan.

eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif,

atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis

meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

23

b. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen

kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

c. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,

ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.

d. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic

serta aktivitas lainnya.

e. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan

bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

f. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,

berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

g. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan

sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap

sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman

yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang

tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS.Aspek kesehatan

merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua

aspek.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menganggap Pendidikan Jasmani dan

Olahraga penting karena dapat mendukung bagi pencapaian Millenium

Development Goals (MDGs) di bidang kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan.

Dalam hal ini penjasorkes dapat menjadi instrumen yang efektif bagi

penanggulangan dan peningkatan secara tidak langsung masalah kesehatan dan

kemiskinan. Misalnya, olahraga dapat menyumbang atau berpengaruh kepada

meningkatnya kebugaran masyarakat. Di Indonesia lebih dikenal dengan nama

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes), hal tersebut sesuai

dengan yang diamanatkan dalam Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19

Tahun 2005 pasal 7 ayat 8 dalam Sugiyanto 2012 ). Selanjutnya dijelaskan

bahwa Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan didalamnya terkandung

3 (tiga) komponen isi yang seharusnya ada, yaitu: Pendidikan Jasmani;

Pendidikan Olahraga; dan Pendidikan Kesehatan.

a. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani memiliki kajian tersendiri namun sebenarnya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

24

merupakan satu kesatuan dalam konsep Penjasorkes. Definisi Pendidikan

Jasmani menurut Charles A. Bucher 1972 dalam Sugiyanto (2012)

menyatakan “Pendidikan Jasmani, suatu bagian integral dari proses

pendidikan total , adalah suatu bidang upaya yang bertujuan

mengembangkan warga negara yang segar (fit) secara fisik, mental, emosi

dan sosial melalui medium aktivitas fisik yang dipilih sesuai sudut pandang

perealisasian tujuan tersebut.

Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat

dalam program pendidikan umum. Pendidikan jasmani merupakan suatu

proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai

kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan

ketrampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak.

Dengan demikian dapat dikatakan di sini bahwa pendidikan jasmani

sekolah, bukan semata-mata di tekankan pada pencapaian kesegaran fisik,

pengembangan ketrampilan, kemampuan motorik saja, namun menanamkan

gemar hidup sehat sejak anak-anak. Seseorang yang memiliki pemahaman

sejak usia dini tentang perencanaan program kesegaran, perilaku hidup sehat

yang pada gilirannya akan mampu berpartisipasi aktif dalam segala aktivasi,

termasuk aktivitas olahraga dalam masyarakat luas. Untuk itu pendidikan

jasmani di sekolah hendaknya mampu mengembangkan ketrampilan

motorik, fitness dan karakter secara bersamaan.

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang melibatkan

aktifitas fisik dengan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Lutan

(1998:113), ”Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan via aktivitas

jasmani, permainan dan/atau cabang olahraga yang terpilih dengan maksud

untuk mencapai tujuan pendidikan”. Tujuan yang ingin dicapai bersifat

menyeluruh, mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral.

Berkenaan dengan aspek fisik, tujuan utama pendidikan jasmani adalah

untuk memperkaya perbendaharaan gerak dasar anak-anak dengan aktivitas

fisik, sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

Sebagai alat pendidikan, pendidikan jasmani bukan hanya bertujuan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

25

untuk mengembangkan kemampuan jasmani siswa, tetapi melalui aktivitas

jasmani dikembangkan pola potensi lainnya, seperti kognitif, afektif dan

psikomotor anak. Pendidikan jasmani berperan penting terhadap pencapaian

tujuan belajar mengajar secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani

diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani

siswa, merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang

seimbang serta keterampilan gerak siswa. Menurut Depdiknas, (2003)

mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan

yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik

bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara

organik, neuromuskuler, perceptual, kognitif, dan emosional, dalam

kerangka sistem pendidikan nasional. Pendidikan jasmani lebih menekankan

proses pembelajarannya pada penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang

lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalanya

melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih

memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan

anak belajar secara efektif.

Tidak dipungkiri bahwa dalam menjalankan proses pendidikan Jasmani

di sekolah, guru mengalami banyak kendala misalnya keterbatasan sarana

dan prasarana olahraga. Dengan kondisi tersebut, guru penjasorkes dituntut

untuk lebih kreatif dan inovatif. Model-model pembelajaranpun banyak

dibuat untuk menanggulangi keterbatasan tersebut. Salah satu bentuk

pembelajaran tersebut berkonsep pada joyful learning atau belajar yang

menyenangkan. Desain atau rancangan pembelajaran tersebut kemudian

dielaborasi konsepnya menjadi konsep PAIKEM yaitu Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (Kristiyanto 2012 : 15-16)

b. Pendidikan Olahraga

Pendidikan olahraga merupakan sebuah konsep hasil pengembangan dari

Penjasorkes dimana memiliki tujuan yang lebih spesifik yaitu mengarah

kepada prestasi olahraga dari peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Daryl Siedentop dalam Sugiyanto (2012) mengatakan bahwa

model pendidikan olahraga dinilai memiliki tujuan yang lebih ambisius

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

26

dibanding dengan program olahraga didalam pendidikan jasmani.

Pendidikan olahraga berusaha mendidik murid untuk menjadi pemain

olahraga yang sebenarnya dan membantu mereka untuk menjadi

olahragawan yang kompeten, pintar dan antusias. Selanjutnya dijelaskan

bahwa olahraga yang kompeten berarti memiliki keterampilan yang

memadai untuk berpartisipasi dalam pertandingan, memahami dan dapat

melaksanakan strategi sesuai dengan kompleksitas permainan dan sebagai

pemain yang berpengetahuan.

Olahragawan yang pintar berarti memahami nilai-nilai peraturan, tatacara

dan tradisi dalam olahraga dan dapat membedakan antara praktik olahraga

yang baik dan yang buruk baik pada anak-anak atau olahragawan

profesional. Olahragawan yang antusias berarti berpartisipasi dan

berperilaku dalam cara yang memelihara, melindungi dan mempertinggi

budaya olahraga. Sebagai anggota kelompok olahraga turut

mengembangkan olahraga pada tingkat lokal, nasional dan internasional.

Jika mengevaluasi dan menganalisis dalam berbagai kejuaraan dunia

menunjukkan bahwa hanya atlet tertentu cocok untuk olahraga tertentu dan

harus juga memiliki karakteristik psikologi dan mental yang diperlukan.

Selain itu juga memiliki kondisi fisik yang handal, memiliki teknik dan

taktik yang baik serta memiliki pengalaman dalam berbagai kompetisi yang

dapat mencapai prestasi tinggi. Prestasi semacam ini akan dicapai dengan

mengembangkan aspek-aspek prasyarat pada masa anak-anak.

Pembinaan olahraga yang dilakukan secara sistematis, tekun dan

berkelanjutan pada pelajar SD, SMP dan SMA diharapkan akan

menghasilkan prestasi yang tinggi. Dengan dimulainya pembinaan olahraga

pada usia muda, akan terwujud dalam proses awal dari pembinaan olahraga

sendiri dimulai dari pembinaan pelajar yang salah satunya dengan cara

pemanduan bakat pada usia dini. Usia anak Sekolah Menegah Pertama

merupakan masa-masa yang strategis dalam upaya pembinaan olahraga,

karena pada masa ini anak-anak masih mempunyai waktu dan kesempatan

yang cukup panjang, sehingga dapat meraih prestasi yang maksimal

dikemudian hari.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

27

Dalam penerapan olahraga pendidikan seorang guru Penjasorkes di

sekolah harus diperhatikan porsi latihan atau aktivitas fisik yang diberikan

kepada peserta didik. Pada usia anak-anak, aktivitas fisik harus benar-benar

diperhitungkan dengan baik karena jika porsi yang diberikan berlebihan

maka dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri.

Program latihan atau pembelajaran yang diberikan harus disesuaikan dengan

usia dan kemampuan masing-masing anak. Rekomendasi yang diberikan

oleh Federasi Sports Medicine Australia dalam Giriwijoyo dan Sidik

(2012:76) untuk olahraga (lari) aerobik bagi anak-anak sebagai berikut:

Tabel 2.1: Rekomendasi Aktivitas Fisik Aerobic (Lari)

Usia di bawah Jarak lari tidak boleh lebih dari

12 tahun 5 km

15 tahun 10 km

15-16 tahun 20 km

16-18 tahun 30 km

18 tahun Marathon

c. Olahraga Kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap aktivitas kehidupan

dimana kesehatan harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Cara termurah

untuk menjaga kesehatan adalah dengan berolahraga.Menurut Lutan dkk

(1995:50-51) bahwa upaya pembinaan kesehatan pada dasarnya hanya

terdiri atas dua bidang garapan yaitu:(1) pembinaan kesehatan pada faktor

manusia dan (2)pembinaan kesehatan pada faktor lingkungan.

Slogan yang berbunyi “kesehatan merupakan harta yang paling berharga

” adalah benar adanya. Banyak orang yang tidak perduli akan kesehatan

bahkan tidak mementingkan kesehatan untuk dirinya sendiri. Ketidaktahuan

akan cara yang benar untuk menjaga kesehatan menjadi salah satu faktor

penyebabnya. Kehidupan sekolah yang terlalu membebankan kepada tugas-

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

28

tugas kombinasi pula dengan kehidupan di rumah dan lingkungan luar

sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga

demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, malah menjebak

anak-anak ke dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik dengan

kesenangannya seperti menonton TV atau bermain video game. Tidak

mengherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-anak semakin

menurun.

Seiring semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula

gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak) seperti kegemukan, tekanan

darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh

dari penyakit kurang gerak. Akibatnya penyakit jantung tidak lagi menjadi

monopoli orang dewasa, tetapi juga sudah menyerang pada anak-anak.

Sejalan dengan itu, pengetahuan dan kebiasaan makan yang tidak sehatpun

semakin memperburuk masalah kesehatan anak-anak. Dengan pola gizi

yang tidak seimbang, mereka menghadapkan diri mereka sendiri pada resiko

penyakit degenaratif (menurunnya fungsi organ) yang semakin besar.

Sangat penting untuk menjaga kesehatan baik jasmani maupun rohani oleh

karena itu pendidikan kesehatan menjadi sangat krusial khususnya untuk

pelajar di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Giriwijoyo dan

Sidik (2012 : 28) bahwa “Olahraga kesehatan meningkatkan derajat sehat

dinamis (sehat dalam gerak), pasti juga sehat statis (sehat dikala diam),

tetapi tidak pasti sebaliknya. Gemar berolahraga :mencegah penyakit, hidup

sehat dan nikmat. Malas berolahraga : mengundang penyakit. Tidak

berolahraga : menelantarkan diri”.

Sugiyanto (2012) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pada

dasarnya merupakan kajian yang bersifat multidisiplin. Isinya diambil dari

banyak bidang ilmu antara lain kedokteran, kesehatan masyarakat,

kejasmanian, psikologi, biologi dan sosiologi. Lingkup kajiannyapun luas

yang mencakup antara lain hakekat sehat dan penyakit, kegizian,

pencegahan cedera, pertolongan pertama pada kecelakaan, pencegahan

penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang, hakekat perilaku dan

kebiasaan hidup sehat dan pemeliharaan kesehatan. Aspek layanan yang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

29

termasuk didalamnya meliputi penanganan kehidupan sekolah yang sehat,

layanan kesehatan dan pengajaran kesehatan.

4. Olahraga Prestasi

Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan

olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui ompetisi

untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi

keolahragaan. Selain itu dalam pengembangan olahraga perlu dilakukan sebuah

pendekatan keilmuan yang menyeluruh dengan jalan pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

keolahragaan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan dan

teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah dan teori ilmu pengetahuan

yang telah terbukti kebenarannya untuk peningkatan fungsi, manfaat, dan

aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan

teknologi baru bagi kegiatan keolahragaan. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Kristiyanto (2012 : 12) yang menyatakan bahwa “Dalam lingkup

olahraga prestasi, tujuannya adalah untuk menciptakan prestasi yang setinggi-

tingginya. Artinya bahwa berbagai pihak seharusnya berupaya untuk

mensinergikan hal-hal dominan dalam menentukan prestasi gemilang”.

Sudut pandang teknologi berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip

teknik, termasuk mekanika gerak yang terbungkus dalam kajian biomekanika,

dalam bentuk analisis efisien gerak, momentum, akselerasi, dan sebagainya.

Teknologi juga berarti pemutakhiran peralatan-peralatan olahraga yang sesuai

dengan kaidah mekanika gerak tubuh manusia.Telaahan penting yang

diperlukan dalam peningkatan prestasi olahraga adalah dari bantuan teori-teori

sosiologi kedalam pengembangan olahraga. sosiologis perlu dilakukan dalam

upaya membantu men-osialisasikan olahraga kepada berbagai tingkatan usia

dan golongan.Teori struktural fungsionalisme, konflik, dan kritik perlu

dimanfaatkan untuk memantapkan posisi olahraga di masyarakat sehingga

masyarakat dapat mengakses dengan mudah segala kebutuhan untuk

berolahraga.Gerakan sosialisasi olahraga ini perlu dilakukan agar masyarakat

dapat memahami makna dan tujuan olahraga yang sebenarnya.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

30

Teori-teori psikologi juga perlu dilakukan dalam peningkatan prestasi

olahraga nasional terutama mendorong atau memicu motivasi berprestasi

dalam bidang olahraga penampilan tingkat tinggi ini. Selain itu,pembelajaran

kepribadian atau personaliti atlet juga perlu dilakukan untuk dapat memahami

para atlet, sehingga pada saat yang sama atlet dapat dikokohkan

kepribadiannya melalui kekuatan fisik, emosional, dan intelektual secara utuh.

Pedagogi dapat diperbantukan dalam peningkatan prestasi olahraga melalui

penerapan kaidah-kaidah didaktik dan metodik yang akurat pada pembinaan

olahraga usia dini dan olahraga sekolah secara proporsional, selain juga perlu

penerapannya dalam olahraga masyarakat. Karena itu, perlu diproporsikan

secara tepat kedudukan aktivitas jasmani dan olahraga yang ada di sekolah dan

di masyarakat.

Olahraga dapat menjadi salah satu alat untuk mencapai kejayaan

bangsa. Kejayaan olahraga nasional yang pernah ditorehkan Indonesia yaitu

pada Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta dengan menduduki peringkat

kedua setelah Jepang. Namun beberapa tahun belakang ini,prestasi olahraga

Indonesia mengalami keterpurukan. Bahkan di tingkat Asia Tenggara, prestasi

Indonesia kurang menggembirakan. Prestasi olahraga Indonesia bukan semakin

meningkat, tetapi justru sebaliknya semakin merosot. Merosotnya prestasi

olahraga nasional tercermin dari peringkat Indonesia di ajang SEA Games.

Terakhir kali Indonesia menjadi Juara umum SEA Games pada tahun 1997 di

Jakarta. Tahun 2011 kita kembali menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar

se-Asia Tenggara dan telah berhasil merebut kembali gelar juara umum.

Untuk mendapatkankan atlet berprestasi, disamping proses latihan yang

harus di jalankan dengan baik, perlu juga dibarengi denganmenciptakan

kompetisi-kompetisi agar proses latihan yang diterapkan dapat diuji dan

dievaluasi melalui kompetisi-kompetisi yang ada. Oleh karena itu semakin

besar volume dan frekuensi kejuaraan/kompetisi, maka semakin besar peluang

untuk menghasilkan atlet berprestasi. Olahraga prestasi adalah olahraga yang

harus dibina dan ditangani secara serius dan terpantau. Pembinaan olahraga

prestasi bertujuan untuk mengembangkanolahragawan secara terencana,

berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

31

dengan dukungan ilmu pengetahuanan teknologi keolahragaan. Keterbatasan

dana pemerintah menuntut cabang-cabang olahraga lain yang belum menjadi

prioritas pendanaan pemerintah perlu menggalang dana kolektif dari

masyarakat dan swasta.Para pemerhati olahraga Indonesia harus segera

menyatukan suara dalam membangun olahraga di Indonesia. Salah satunya

adalah menetapkan National Sport Policy yang akan menjadi acuan bersama,

tanpa melihat siapa yang menjadi penguasaannya, serta menciptakan situasi

konduksi funtuk efisiensi dan efektivitas penerapan kebijakan olahraga itu

sendiri.

Olahraga di Indonesia berpeluang untuk mengembangkan industri

olahraga, mengingat karakteristik masyarakat Indonesia yang masih

memfavoritkan televisi sebagai media informasi dan hiburan, kunci itu ada di

tangan televisi. Kita tidak bisa mengabaikan peran para wartawan yaitu media

cetak dan media elektronik lainya seperti radio dan internet yang semakin

global dan canggih sebagai kendaraan ampuh untuk memajukan aktivitas

pendidikan jasmani dan olahraga.

Model pembinaan prestasi olahraga bentuk segi tiga atau sering disebut

pola pyramid seharusnya berporos pada proses pembinaan yang bersinambung.

Dikatakan bersinambung (kontinum) karena pola itu harus didasari cara

pandang (paradigma) yang utuh dalam memaknai program pemassalan dan

pembibitan dengan program pembinaan prestasinya. Artinya, program tersebut

memandang penting arti pemassalan dan pembibitan yang bisa jadi

berlangsung dalam program pendidikan jasmani yang baik, diperkuat dengan

program pengembangannya dalam kegiatan klub olahraga sekolah,

dimatangkan dalam berbagai aktivitas kompetisi intramural dan idealnya

tergodok dalam program kompetisi interskolastik,serta dimantapkan melalui

pemuncakan prestasi dalam bentuk traininzcamp bagi para bibit atlet yang

sudah terbukti berbakat.

Corak ini dapat dipastikan agak berbeda dari yang ditempuh dalam

pembinaan olahraga di Indonesia umumnya, misalnya program PPLP dan

Ragunan, yang biasanya melupakan arti penting dari program penjas dan

program olahraga rekreasi, tetapi langsung diorientasikan kepada puncak

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

32

tertinggi dari model piramid. Yang ada bukan gambar pola piramid, tetapi lebih

berupa gambar sebuah pencil (orang lebih suka menyebutnya sebagai flag pole

model yang berarti model tiang bendera). Secara tradisional, program

pengajaran pendidikan jasmani digambarkan sebagai lantai dasardari sebuah

segitiga sama kaki, atau yang sering disebut sebagai bentuk piramid. Tepat di

atasnya terdapat program olahraga rekreasi, atau lajim pula disebut program

klub olahraga. Sedangkan di puncak segitiga terletak program olahraga

prestasi.

Membangun strategi pembinaan olahraga secara nasional memerlukan

waktu dan penataan sistem secara terpadu. Pemerintah dalam hal ini adalah

Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak dapat bekerjasendiri tanpa sinergi

dengan kelembagaan lain yang terkait dengan pembinaan sistem keolahragaan

secara nasional. Penataan olahraga prestasi harus dimulai dari permasalahan

olahraga di masyarakat yang diharapkan akan memunculkan bibit-bibit atlet

berpotensi dan ini akan didapat pada atlet yang dimulai dari usia sekolah.

Pembinaan olahraga prestasi harus berjangka waktu kehidupan atlet, dimulai

pada saat merekrut seorang anak untuk dikembangkan menjadi seorang atlet.

Dalam merekrut calon atlet, postur dan struktur tubuhnya harus dilihat apakah

tubuh (termasuk kemampuan jantung dan paru-paru) calon atlet itu bisa

dibentuk dengan latihan-latihan untuk menjadi kuat, cepat dan punya

endurance atau daya tahan.

Inteligensi juga harus diteliti pada saat merekrut calon atlet yang masih

anak-anak. Apakah anak itu cukup cerdas dalam mengambil keputusan singkat

pada saat bertanding dalam suasana menekan dan apakah aspek psikologinya

juga tangguh untuk mendukungnya mempunyai mental juara sejati, bukan

mental pecundang yang sombong dan angkuh dan hanya berorientasi uang.

Setelah aspek-aspek itu terpenuhi,pembinaan dilakukan menggunakan

teknologi olahraga untuk pembentukan fisik, psikologi dan rohani. Harus ada

keseimbangan juga antara latihan spartan dan istirahat. Oleh karena itu

penataan harus dilakukan secara terpadu dan berjenjang sehingga hasil yang

dicapai merupakan produk yang sangat optimal.

Untuk dapat menggerakkan pembinaan olahraga harus diselenggarakan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

33

dengan berbagai cara yang dapat mengikut sertakan atau memberi kesempatan

seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan

olahraga secara aktif, berkesinambungan, dan penuh kesadaran akan tujuan

olahraga yang sebenarnya. Pembinaan olahraga yang seperti ini hanya dapat

terselenggara apabila ada suatu system pengelolaan keolahragaan nasional

yang terencana, terpadu, dan berkesinambungan dalam semangat

kebersamaaan dari seluruh lapisan masyarakat. Pembinaan atlet usia pelajar

sering kali tidak terjadi kesinambungan dengan pembinaan cabang olahraga

prioritas. Hal ini bisa dilihat dari berbagai cabang olahraga yang merupakan

andalan untuk meraih medali emas tidak dibina secara berjenjang. Untuk itu

perlu dilakukan penyusunan program pembibitan atlet dari usia dini dengan

cabang olahraga yang menjadi prioritas. Sebagai langkah berikutnya perlu

melakukan kerja sama antara Menteri Pemuda dan Olahraga dengan Komite

Olahraga Nasional Indonesia Pusat serta Induk Organisasi Cabang Olahraga

untuk membicarakan cabang-cabang olahraga yang menjadi prioritas utama

baik di daerah, nasional, maupun Internasional.kebugaran, dan kegembiraan.

Pada pasal 19 Bab VI UU nomor 3 tahun 2005 dinyatakan bahwa “olahraga

rekreasi bertujuan untuk memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani dan

kegembiraan, membangun hubungan sosial dan atau melestarikan dan

meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional”. Selanjutnya dinyatakan

bahwa Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat berkewajiban

menggali, mengembangkan dan memajukan olahraga rekreasi.Kristiyanto

(2012 : 6) menyatakan bahwa “olahraga rekreasi terkait erat dengan aktivitas

waktu luang dimana orang bebas dari pekerjaan rutin.Waktu luang merupakan

waktu yang tidak diwajibkan dan terbebas dari berbagai keperluan psikis dan

sosial yang telah menjadi komitmennya”.Sedangkan Menurut Aip Syaifuddin

(1990) olahraga rekreasi adalah jenis kegiatan olahraga yang dilakukan pada

waktu senggang atau waktu-waktu luang. Kegiatan yang umum dilakukan

untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, permainan, dan hobi dan kegiatan

rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. kegiatan rekreasi merupakan

salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Kegiatan tersebut

ada yang diawali dengan mengadakan perjalanan ke suatu tempat dan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

34

sebagainya. Secara psikologi banyak orang di lapangan yang merasa jenuh

dengan adanya beberapa kesibukan dan masalah, sehingga mereka

membutuhkan istirahat dari bekerja, tidur dengan nyaman, bersantai sehabis

latihan, keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan, mempunyai teman

bekerja yang baik, kebutuhan untuk hidup bebas, dan merasa aman dari resiko

buruk. Melihat beberapa pernyataan di atas, maka rekreasi dapat disimpulkan

sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sebagai pengisi waktu luang untuk satu

atau beberapa tujuan, diantaranya untuk kesenangan, kepuasan, penyegaran

sikap dan mental yang dapat memulihkan kekuatan baik fisik maupun mental.

Beragam jenis olahraga rekreasi, yang merupakan kekayaan asli dan jati diri

bangsa Indonesia perlu dilestarikan, dipelihara dan diperkenalkan kepada

generasi muda penerus, serta didokumentasikan dengan serius dan cermat,

sehingga asset budaya dan jati diri bangsa Indonesia tidak hilang atau diakui

oleh bangsa lain. Disamping itu, gerakan “Sport forAll” yang menjadikan

olahraga sebagai bagian dari upaya mendukung pembangunan kualitas sumber

daya manusia, pendidikan, kesehatan dan kebugaran masyarakat, serta aspek

lain yang dibutuhkan oleh pembentukan karakter dan jati diri suatu bangsa,

menjadikannya sebagai kekuatan yang ampuh dalam upaya

mempersatukan bangsa Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Sejalan dengan itu, “Sport for All” di dunia internasional telah

semakin maju dan berkembang menjadi suatu gerakan global, yang

dampaknya secara langsung dan tidak langsung telah mempengaruhi

perkembangan olahraga di Indonesia, yang terbukti dengan semakin subur dan

meningkatnya partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan dan bentuk

olahraga, baik yang asli berakar dari budaya bangsa dan dalam negeri

Indonesia, maupun yang berasal dari budaya bangsa lain dari manca Negara.

Atas dasar pemikiran bahwa potensi, manfaat dan kekayaan dari olahraga

rekreasi dan gerakan "Sport for All", tidak hanya dari aspek olahraga,

kesehatan dan budaya, akan tetapi juga dari aspek terkait yang lain dalam

kehidupan bangsa Indonesia, maka pengembangan olahraga ekreasi dan

gerakan “Sport for All” di Indonesia, harus ditangani dengan serius, baik oleh

pemerintah di pusat dan daerah, maupun oleh organisasi olahraga dan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

35

masyarakat sendiri, melalui penetapan Visi "Indonesia Bugar 2020". Guna

mendukung upaya dan semangat kebangkitan bangsa Indonesia yang dimulai

sejak peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional tahun 2008, maka

Kebangkitan Olahraga Nasional melalui upaya pemberdayaan dan

pengembangan olahraga rekreasi dan gerakan “Sport for All” di Indonesia,

menjadi salah satu solusi dan cara yang tepat untuk mendorong percepatan

Kebangkitan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sehat, bugar, produktif,

kuat, mandiri, demokratis, berjati diri dan berdaya saing di era globalisasi. Atas

dasar pemikiran tersebut, Visi “Indonesia Bugar 2020” harus dapat dijabarkan

melalui penyelenggaraan event berskala nasional yaitu Kongres Nasional

Pengembangan Olahraga Rekreasi dan “Sport for All” di Indonesia dan

sekaligus didukung oleh seluruh jajran dan jejaring Olahraga Rekreasi di

Indonesia yang berhimpun dalam Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat

Indonesia (FORMI), yang akan mengindentifikasi dan menginventarisasi

segenap potensi yang terkait, serta menentukan peran, arah dan sasaran

pengembangan olahraga rekreasi dan “Sport for All” di Indonesia dalam

sepuluh tahun kedepan.

5. Olahraga Rekreasi

Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat

dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai

dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan,

kebugaran, dan kegembiraan. Pada pasal 19 Bab VI UU nomor 3 tahun 2005

dinyatakan bahwa “olahraga rekreasi bertujuan untuk memperoleh kesehatan,

kebugaran jasmani dan kegembiraan, membangun hubungan social dan atau

melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional”.

Selanjutnya dinyatakan bahwa Pemerintah, pemerinta daerah dan masyarakat

berkewajiban menggali, mengembangkan dan memajukan olahraga rekreasi.

Kristiyanto (2012 : 6) menyatakan bahwa “olahraga rekreasi terkait erat

dengan aktivitas waktu luang dimana orang bebas dari pekerjaan rutin.Waktu

luang merupakan waktu yang tidak diwajibkan dan terbebas dari berbagai

keperluan psikis dan sosial yang telah menjadi komitmennya”.Sedangkan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

36

Menurut Aip Syaifuddin (1990) olahraga rekreasi adalah jenis kegiatan

olahraga yang dilakukan pada waktu senggang atau waktu-waktu luang.

Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga,

permainan, dan hobi dan kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir

pekan. kegiatan rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh

setiap manusia. Kegiatan tersebut ada yang diawali dengan mengadakan

perjalanan ke suatu tempat dan sebagainya. Secara psikologi banyak orang di

lapangan yang merasa jenuh dengan adanya beberapa kesibukan dan masalah,

sehingga mereka membutuhkan istirahat dari bekerja, tidur dengan nyaman,

bersantai sehabis latihan, keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan,

mempunyai teman bekerja yang baik, kebutuhan untuk hidup bebas, dan

merasa aman dari resiko buruk. Melihat beberapa pernyataan di atas, maka

rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sebagai

pengisi waktu luang untuk satu atau beberapa tujuan, diantaranya untuk

kesenangan, kepuasan, penyegaran sikap dan mental yang dapat memulihkan

kekuatan baik fisik maupun mental.

Beragam jenis olahraga rekreasi, yang merupakan kekayaan asli dan jati

diri bangsa Indonesia perlu dilestarikan, dipelihara dan diperkenalkan kepada

generasi muda penerus, serta didokumentasikan dengan serius dan cermat,

sehingga asset budaya dan jati diri bangsa Indonesia tidak hilang atau diakui

oleh bangsa lain. Disamping itu, gerakan “Sport for All” yang menjadikan

olahraga sebagai bagian dari upaya mendukung pembangunan kualitas sumber

daya manusia, pendidikan, kesehatan dan kebugaran masyarakat, serta aspek

lain yang dibutuhkan oleh pembentukan karakter dan jati diri suatu bangsa,

menjadikannya sebagai kekuatan yang ampuh dalam upaya

mempersatukan bangsa Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Sejalan dengan itu, “Sport for All” di dunia internasional telah semakin

maju dan berkembang menjadi suatu gerakan global, yang dampaknya secara

langsung dan tidak langsung telah mempengaruhi perkembangan olahraga di

Indonesia, yang terbukti dengan semakin subur dan meningkatnya partisipasi

masyarakat dalam berbagai kegiatan dan bentuk olahraga, baik yang asli

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

37

berakar dari budaya bangsa dan dalam negeri Indonesia, maupun yang berasal

dari budaya bangsa lain dari manca Negara. Atas dasar pemikiran bahwa

potensi, manfaat dan kekayaan dari olahraga rekreasi dan gerakan "Sport for

All", tidak hanya dari aspek olahraga, kesehatan dan budaya, akan tetapi juga

dari aspek terkait yang lain dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka

pengembangan olahraga rekreasi dan gerakan “Sport for All” di Indonesia,

harus ditangani dengan serius, baik oleh pemerintah di pusat dan daerah,

maupun oleh organisasi olahraga dan masyarakat sendiri, melalui penetapan

Visi "Indonesia Bugar 2020".

Guna mendukung upaya dan semangat kebangkitan bangsa Indonesia

yang dimulai sejak peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional tahun 2008,

maka Kebangkitan Olahraga Nasional melalui upaya pemberdayaan dan

pengembangan olahraga rekreasi dan gerakan “Sport for All” di Indonesia,

menjadi salah satu solusi dan cara yang tepat untuk mendorong percepatan

Kebangkitan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sehat, bugar, produktif,

kuat, mandiri, demokratis, berjati diri dan berdaya saing di era globalisasi.

Atas dasar pemikiran tersebut, Visi “Indonesia Bugar 2020” harus dapat

dijabarkan melalui penyelenggaraan event berskala nasional yaitu Kongres

Nasional Pengembangan Olahraga Rekreasi dan “Sport for All” di Indonesia

dan sekaligus didukung oleh seluruh jajran dan jejaring Olahraga Rekreasi di

Indonesia yang berhimpun dalam Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat

Indonesia (FORMI), yang akan mengindentifikasi dan menginventarisasi

segenap potensi yang terkait, serta menentukan peran, arah dan sasaran

pengembangan olahraga rekreasi dan “Sport for All” di Indonesia dalam

sepuluh tahun kedepan.

6. Sarana dan Prasarana Olaraga

Olahraga telah dijadikan sebagai gerakan nasional dan merupakan

implementasi dari pembangunan olahraga di Indonesia. Sejalan dengan

itu,makadicetuskanlah slogan “Tiada Hari Tanpa Olahraga” dengan harapan

olahraga dapat tumbuh dan mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

disegala lapisan, mulai dari perkotaan sampai ke pedesaan. Ketika olahraga

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

38

telah menjadi sebuah kebutuhan setiap orang dalam hidupnya maka timbulah

sebuah permasalahan yaitu kebutuhan akan sarana dan prasarana yang bisa

menunjang aktivitas olahraga. Demi kenyamanan dan kelancaran dalam

melakukan aktivitas olahraga tersebut maka diperlukan pula sarana dan

prasarana yang baik dan memenuhi standar keolahragaan. Dalam hal ini

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan mempunyai kewajiban dan

tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana tersebut

sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan

Nasional Nomor 3 Tahun 2005. Wirjasantosa (1984 : 157) mengungkapkan

bahwa, “Sarana dan prasarana olahraga adalah suatu bentuk yang permanen,

baik untuk ruangan didalam maupun di luar. Misalnya: gymnasium (ruang

senam), kolam renang,lapangan-lapangan permainan, dan sebagainya”.

Sarana dan prasarana olahraga didalamnya terdiri dari sarana dan

prasarana penunjang aktivitas olahraga. Sarana sendiri merupakan salah satu

unsur penting yang harus tersedia dalam olahraga. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2001 : 999) dijelaskan bahwa Sarana adalah segala sesuatu

yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan”. Dalam

olahraga sendiri terdapat banyak alat yang digunakan baik untuk bermain,

berlatih maupun bertanding dalam event olahraga. Sedangkan Soepartono

(1999/2000 : 6) menyatakan bahwa : “Istilah sarana olahraga adalah

terjemahan dari facilitie yaitu sesuatu yang dapat digunakan atau dimanfaatkan

dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani”. Sarana olahraga dapat

dibedakan menjadi dua kelompok: a. Peralatan (apparatus) Peralatan ialah

sesuatu yang digunakan contoh: peti lompat, palang tunggal, gelang-gelang dan

sebagainya. b. Perlengkapan (device) ialah: 1) Semua yang melengkapi

kebutuhan prasarana misalnya: net,bendera untuk tanda, garis batas 2) Sesuatu

yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki misalnya:

bola, raket, pemukul.

Prasarana olahraga pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat

permanen. Tanpa didukung dengan prasarana yang baik maka sulit untuk

melakukan aktivitas olahraga yang berkualitas dan bahkan sulit memperoleh

prestasi olahraga yang tinggi. Menurut Soepartono (1999/2000 : 5) bahwa

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

39

“Prasarana olahraga adalah sesuatu yang merupakan penunjang terlaksananya

suatu proses pembelajaran pendidikan jasmani. Sedangkan Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2001 : 893) menjelaskan bahwa “Prasarana adalah segala

sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses

usaha, pembangunan proyek dan lain sebagainya”. Berdasarkan penjelasan

diatas maka penulis menyimpulkan bahwa prasarana olahraga adalah gedung

olahraga, ruang serbaguna, lapangan dan kolam renang yang digunakan

sebagai tempat pelaksanaan kegiatan olahraga. Sarana olahraga adalah alat

yang digunakan untuk mempraktekkan setiap cabang olahraga guna mencapai

ketrampilan tertentu atau prestasi. Kemudian sarana dan prasarana olahraga

adalah suatu alat dan bangunan yang dirancang sesuai dengan persyaratan

tertentu yang digunakan sebagai alat bantu dan tempat melaksanakan kegiatan

olahraga.

Dengan budaya berolahraga yang tinggi di lingkungan masyarakat maka

sarana dan prasarana olahraga merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat untuk melakukan aktivitas

olahraga. Beranja dari banyaknya sarana dan prasarana olahraga yang tersedia

disuatu wilayah, maka masyarakat semakin mudah untuk menggunakan dan

memanfaatkan dalam melakukan berbagai kegiatan olahraga sesuai dengan

hobi, kebutuhan dan keinginan mereka masing-masing dengan sarana dan

prasarana olahraga yang tersedia tersebut. Namun jika sarana dan prasarana

olahraga yang tersedia di daerah-daerah terbatas maka semakin terbatas pula

kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan atau menggunakan sarana dan

prasarana olahraga, yang berdampak pada menurunnya minat dan partisipasi

mereka untuk melakukan kegiatan olahraga.

Peningkatan minat masyarakat terhadap olahraga sering tidak diimbangi

dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana olahraga

bahkan terjadinya kecenderungan menurunnya kualitas sarana dan prasarana

olahraga karena kurangnya perawatan. Bahkan saat ini banyak klub-klub atau

kelompok-kelompok olahraga yang tidak tertampung kegiatannya, sehingga

mereka berlatih dengan sarana dan prasarana seadanya atau berlatih di tempat-

tempat yang kurang representatif. Hal tersebut dapat menghambat

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

40

perkembangan olahraga di Kota Kupang, baik dari segi kualitas maupun

kuantitasnya. Menghadapi fenomena tersebut, atlit, klub maupun penggemar

olahraga memerlukan wadah yang representatif dimana mereka dapat

melakukan aktifitas-aktifitasnya seperti berlatih untuk meningkatkan prestasi,

meningkatkan kebugaran fisiknya sekaligus berekreasi.Karenanya muncul

suatu pemikiran untuk menyediakan sebuah sarana dan prasarana yang mampu

mewadahi kegiatan-kegiatan tersebut dalam satu lokasi yang terpadu misalnya

dengan dibangun Sport Center.

Sarana dan prasarana olahraga di Indonesia secara umum sangat lemah

baik dari sisi jumlah maupun mutu, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat

dikembangkan standar pelatihan bermutu tinggi. Indonesia telah merintis

pendirian sentra olahraga seperti pendirian Pusat Pendidikan dan Latihan

Pelajar (PPLP), Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM), yang

tersebar di seluruh Indonesia. Pusat pelatihan daerah yang idealnya ada di

setiap provinsi, memerlukan pembenahan. Tujuannya adalah untuk

menyediakan, mengadakan,dan membangun sarana dan prasarana olahraga

untuk mendukung kegiatan pembinaan dan pengembangan olahraga, serta

pencapaian prestasi olahraga.

Pembangunan maupun pengembangan sarana dan prasarana olahraga

harus melalui kajian yang seksama agar kelak sarana dan prasarana tersebut

dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Berhubungan dengan fungsi

bangunan yaitu bangunan olahraga. Sarana dan prasarana Olahraga

memerlukan suatu ruang yang luas dan mengharuskan menggunakan system

struktur bentang Iebar agar kegiatan yang berlangsung,baik kegiatan fisik

maupun kegiatan visual tidak terganggu. Selain berfungsi untuk meningkatkan

minat masyarakat terhadap olahraga, Gedung Olahraga tertutup juga harus

dapat memberikan citra dan daya tarik visual bagi pengamatnya. Memberikan

keindahan (estetika) pada penampilan bangunannya, dengan menonjolkan

strukturnya tanpa ditutup-tutupi. Sistem struktur dan rangkaian elemen-

elemen yang sating terkait satu dengan yang lain harus mewujudkan kestabilan,

kekakuan dan kekuatan banguan serta menyalurkan gaya- gaya yang bekerja

dengan baik ke tanah, sehingga bangunan tersebut dapat berdiri dengan kokoh.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

41

Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan

sebuah sarana dan prasarana olahraga di suatu tempat yaitu: (a) Tinjauan

Terhadap Iklim, (b) Tinjauan Terhadap Lokasi Tapak dan (c) Studi Banding.

Hal yang paling pokok dan dipahami oleh arsitek adalah iklim

setempat.Karena arsitektur yang baik adalah arsitektur yang dapat

memanfaatkan dampak positif dan mengatasi masalah iklim. Lokasi tapak

berada di daerah dengan iklim tropis, yang pada umumnya memiliki perbedaan

musim panas dan musim hujan yang kecil. Untuk daerah yang beriklim tropis

lembab hal yang perlu diperhatikan adalah curah hujan, penghindaran terhadap

radiasi matahari dan pemanfaatan angin untuk ventilasi. Bagaimana

menyesuaikan iklim terhadap bangunan,yaitu dengan cara Lay out

bangunan harus memperhatikan lintasan matahari, perlindungan panas

matahari dengan sistem bayangan, contoh diberikan kisi-kisi (sunscreen).

Keadaan alam disekitar tapak tidak menunjukkan adanya potensial alam

berupa pohon-pohon, dan sebagainya.

7. Jenis Sarana dan Prasarana Olaraga

Sarana dan prasarana olahraga secara keseluruhan meliputi sarana dan

prasarana fisik dan sarana dan prasarana nonfisik. Sarana dan prasarana

olahraga secara fisik mencakup sarana dan prasarana fisik antara lain berupa

stadion, gelanggang dan lapangan olahraga. Sedangkan sarana dan prasarana

olahraga nonfisik mencakup sarana dan prasarana seperti sasana/perkumpulan

olahraga, tenaga pelatih dan guru pendidikan jasmani/olahraga. Ketersediaan

kedua jenis sarana dan prasarana olahraga tersebut dalam jumlah yang cukup

memadai selain akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat untuk

berolahraga, pada gilirannya juga akan mampu menggeser persepsi masyarakat

tentang berolahraga dari hanya sekedar kegiatan untuk berekreasi dan menjaga

kesehatan semata, menjadi kegiatan untuk ajang memperoleh prestasi.

Sarana dan prasarana olahraga merupakan salah satu item dalam sebuah

penjaminan mutu keberhasilan pembangunan olahraga. Keberadaan, jenis,

jumlah dan kualitas dari Sarana dan prasarana olahraga ini tergantung dari

kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah serta arah kebijakan Pemerintah

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

42

Daerah tersebut. Tidak semua sarana dan prasarana olahraga mampu

disediakan oleh suatu daerah, oleh karena itu perlu kecermatan dan kejelian

Pemerintah dalam menentukan kebijakan penyediaan sarana dan prasarana

olahraga disuatu daerah agar kebijakan yang ditetapkan dapat benar-benar tepat

sasaran sehingga dapat digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat yang

membutuhkan. Menurut Harsuki (2012 : 183) Sarana dan prasarana olahraga

dapat dibagi kedalam beberapa macam atau tipe, yaitu : 1) Sarana dan

prasarana tunggal, artinya sarana dan prasarana itu umumnya hanya digunakan

untuk satu cabang olahraga saja, misalnya stadion baseball, bowling

valley,kolam renang, lapangan golf, sirkuit motor dan rnobil, trek lapangan

balap kuda, dan lain-lain. 2) Sarana dan prasarana serba guna. Dapat dalam

kategori indoors maupun outdoors.Yang termasuk indoors, misalnya istana

olahraga (Istora) di Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, dapat

dikategorikan serba guna,karena dapat untuk bermain dan bertanding, bola

basket, bola voli, bulu tangkis, sepak takraw, olahraga bela diri, dan lain-lain.

Untuk lapangan terbuka, misalkan dapat digunakan untuk motor cross, show

untuk kendaraan, rekreasi, konser, dan lain-lain. Termasuk dalam serba guna

ini juga antara lain Gedung Fitness Centre, yang dapat digunakan untuk senam,

tenis, renang, joging, dan lain-lain. 3) Sarana dan prasarana pada rumah klab

(club house), seperti yang banyak kita dapati di negara-negara Eropa,

diperlengkapi dengan sarana dan prasarana terbuka maupun tertutup, dan

diperlengkapi dengan kotak penyimpanan barang(locker), toilet, shower,

restoran, dan toko alat peralatan olahraga.4) Sarana dan prasarana olahraga

yang besar, tidak hanya menyediakan ruangan untuk berpraktik olahraga saja,

tetapi juga menyediakan ruangan untuk para penonton. Misalnya Stadion

Utama Gelora Bung Karno mempunyai kapasitas tempat duduk untuk 100.000

orang, sedangkan Istana Olahraga memiliki tempat duduk 10.000 orang,

Sedangkan Hall Basket di Senayan berkapasitas tempat duduk 3.000 orang.

Khusus untuk gedung olahraga, IAKS (Internationaler Arbeitskreis

Sport-und Freizeiteinrichtungen, Koln, 1990 dalam Harsuki, 2012 :

184),memperkenalkan tiga tipe gedung olahraga sebagai berikut: 1) Gedung

olahraga untuk Penggunaan Multifungsi (Sport Hall for Multi-Fungsional

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

43

Use), yaitu suatu gedung olahraga yang melayani berbagai macam

penggunaan.2) Gedung olahraga untuk penggunaan berbagai penggunaan

olahraga (Sport Hall for Games Use, atau Games Half), yaitu suatu gedung

olahraga yang dipergunakan terutama untuk olahraga seperti senam,latihan

fisik yang menggunakan perlengkapan kecil (seperti bangku Swedia, kotak

lompatan, parallel bar, uneven bar, ring, dan sebagainya), dan permainan guna

pengisian waktu luang. 3) Gedung olahraga yang serbaguna (Sport Hall with

Multi-Purpose Use, atau Multi Purpose Hall), yang adalah suatu gedung

multifungsi atau gedung permainan (games hall), khususnya untuk

masyarakat kecil, dengan sarana dan prasarana tambahan yang memadai dapat

digunakan dari waktu kewaktu untuk sosial dan artistik even serta even

kebudayaan lainnya.

Sarana dan prasarana penunjang gedung olahraga harus memenuhi

ketentuan sebagai berikut.: 1) Ruang Ganti Atlet:Penempatannya harus dapat

langsung menuju lapangan melalui koridor yang berada dibawah tempat duduk.

Kelengkapan ruang ganti atlet antara lain berupa toilet, ruang bilas dan ruang

ganti pakaian. 2) Ruang Ganti Pelatih & Wasit : Lokasinya harus dapat

langsung menuju lapangan melalui koridor yang ada dibawah tempat duduk

penonton. Kelengkapan ruang sama dengan kelengkapan ruang ganti atlet 3)

Lokasi ruang P3K : Harus berada dekat dengan ruang ganti atau ruang bilas

dan direncanakan untuk tipe A, B dan C minimal 1 unit dapat melayani 2000

penonton dengan luasan minimal 15 m2 4) Ruang pemanasan: Direncanakan

untuk tipe A minimal 150 m2, tipe B minimal 81 m2 dan maksimal 196 m2

sedangkan tipe C minimal 81 m2.5) Toilet penonton: Direncanakan untuk tipe

A, B dan C dengan perbandingan penonton wanita dan pria adalah 1:4. 6)

Ruang mesin: Dengan luas ruangan sesuai dengan kapasitas mesin yang

dibutuhkan dan lokasi mesin tidak menimbulkan suara bising yang

mengganggu ruang arena dan penonton. 7) Ruang kantin: Direncanakan

hanya untuk tipe A8) Ruang pers:Harus disediakan kabin untuk awak TV dan

film. Perlu disediakan ruang telepon dan ruang telex 9) Tempat parker: Jarak

maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat pemberhentian kendaraan

umum menuju pintu masuk gedung olahraga adalah 15 m.1 ruang parkir mobil

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

44

dibutuhkan minimal untuk 4 orang pengunjung pada saat jam sibuk.10) Toilet

penyandang cacat: Toilet untuk pria dipisahkan dengan toilet wanita. Toilet

harus dilengkapi dengan pegangan untuk perpindahan dari kursi roda ke kakus

duduk yang diletakkan didepan dan disamping kakus dudu setinggi 80 cm 11)

Jalur sirkulasi untuk penyandang cacat: Tanjakan harus mempunyai

kemiringan 8% dengan panjang maksimal 10 m. Permukaan lantai selasar

tidak boleh licin, harus terbuat dari bahan-bahan yang keras dan tidak boleh

ada genangan air. Pada ujung tanjakan harus disediakan bagian datar minimal

180 cm. Selasar harus cukup lebar untuk melakukan perputaran kursi roda

180o. 12) Kompartemensi penonton : Daerah penonton harus dibagi dalam

kompartemen masing-masing mampu menampung minimal 1000 orang

maksimal 3000 orang.Antara dua kompartemen yang bersebelahan harus

dipisahkan dengan pagar permanent transparan minimal setinggi 1,2 m

maksimal 2 m 13) Tata cahaya: Tingkat penerangan horizontal pada orang 1

m diatas permukaan untuk ketiga tipe. Untuk latihan dibutuhkan minimal 200

lux.Untuk pertandingan dibutuhin minimal 300 lux. Untuk pengambilan video

dokumen dibutuhkan minimal 300 lux. Sumber cahaya lampu atau bukaan

harus diletakkan dalam satu area pada langit-langit yang menghubungkan

sumber cahaya tersebut dengan titik yang terjauh dari arena setinggi 1,5 m

garis horisontalnya minimal 30o. Apabila menggunakan tata cahaya buatan,

harus disediakan generator set yang kapasitas dayanya minimum 10% dari

daya terpasang generator harus dapat bekerja maksimal 10 detik pada saat

aliran PLN padam.14) Tata Udara: Tata udara dapat mempergunakan ventilasi

alami atau mekanis dengan memenuhi ketentuan: apabila menggunakan

ventilasi alami harus diatur mengikuti pergerakan udara siang Luas bukan

minimum adalah 6% dari luas lantai efektif (http://27maret.blogspot.com).

8. Ruang Terbuka Olaraga

Ketika berbicara masalah sarana dan prasarana olahraga, maka yang ada

di benak kita adalah “sarana dan prasarana olahraga yang tersedia minim

kualitas dan kuantitas”. Hal tersebut sangat memprihatinkan mengingat misi

yang selalu diusung oleh Pemerintah yaitu Pembangunan Olahraga di

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

45

Indonesia. Namun kemudian muncul pertanyaan, seberapa jauh keberhasilan

pembangunan olahraga yang telah dilaksanakan. Melihat kenyataan

dilapangan, nampaknya sulit untuk mencapai tujuan tersebut dimana

kurangnya perhatian Pemerintah akan hal-hal yang mendukung terlaksananya

program bahkan yang kita rasakan yaitu semakin merosotnya dunia olahraga di

Indonesia jika kita lihat dari sudut pandang perkembangan prestasi olahraga

dan pola management keolahragaan yang ada saat ini. Menanggulangi hal

tersebut, para pelaku olahraga dan ahli olahraga di Indonesia telah melakukan

kajian mengenai Pembangunan Olahraga versi Sport Development Index

(SDI). Salah satu dimensi inti kajian dalam SDI yaitu Ruang Terbuka yang

dapat mengukur seberapa jauh keberhasilan pembangunan olahraga disuatu

wilayah.

Untuk melakukan aktivitas fisik maka dibutuhkan sebuah ruang terbuka

yang bisa diakses oleh masyarakat. Menurut Mutohir dan Maksum (2007 : 37)

bahwa : “Ruang terbuka merujuk pada suatu tempat yang diperuntukkan bagi

kegiatan olahraga oleh sejumlah orang (masyarakat) dalam bentuk bangunan

dan/atau lahan. Bangunan dan/atau lahan tersebut dapat berupa lapangan

olahraga yang standar atau tidak, yang tertutup (in-door) maupun terbuka (out-

door) atau berupa lahan yang memang diperuntukkan untuk kegiatan

berolahraga masyarakat. Angka ruang terbuka diukur berdasarkan rasio luas

rung terbuka dengan jumlah penduduk usia 7 tahun keatas di suatu wilayah”.

Sebagai bahan perbandingan, UNESCO juga telah merekomendasikan bahwa

“Ruang gerak statis yang ideal adalah lebih kurang 2m2 per orang. Jika

olahraga membutuhkan ruang gerak yangbukan statis melainkan dinamis,

maka dapat dianalogikan ruang gerak yang diperlukan adalah dua kali ruang

gerak statis yaitu lebih kurang 4m2.” Sementara itu, Clerici (1976) berpendapat

bahwa angka standar ruang terbuka adalah 3,5 m2 per orang (Kristiyanto, 2012

: 193). Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa kelompok penduduk yang

terdiri dari 3500 orang dapat menggunakan sekurang-kurangnya 12.000m2

ruang terbuka untuk kegiatan olahraga. Tampaknya pendapat Clerici inilah

yang kemudian diadopsi oleh Komite Olimpiade sebagai standar Internasional.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

46

Seiring perkembangan jaman, keberadaan ruang terbuka saat ini semakin

terkikis sebagai dampak dari pembangunan gedung atau perumahan warga.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka semakin bertambah pula

kebutuhan wilayah atau tempat untuk dijadikan daerah pemukiman. Disisi lain,

semakin berkurang pula wilayah terbuka atau lapangan-lapangan yang bisa

digunakan untuk aktivitas olahraga.Badan usaha yang bergerak dalam bidang

pembangunan perumahan dan permukiman berkewajiban menyediakan

prasarana olahraga sebagai sarana dan prasarana umum dengan standar dan

kebutuhan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Setiap orang dilarang

meniadakan atau mengalihfungsikan prasarana olahraga yang telah disediakan

tanpa rekomendasi dan persetujuan dari yang berwenang sesuai dengan

peraturan yang berlaku.Oleh karenanya penting untuk meyediakan ruang

terbuka untuk aktivitas olahraga. Menurut Mutohir dan Maksum (2007 : 38)

bahwa : “Untuk dapat dikatakan sebagai ruang terbuka olahraga harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Didesain untuk olahraga Syarat

ini merujuk pada pengertian bahwa prasarana yang ada memang sengaja

dirancang untuk kegiatan olahraga. Banyak tmpat yang digunakan masyarakat

untuk melakukan aktivitas olahraga, tetapi sebenarnya tempat itu bukan

didesain untuk kegiatan olahraga. Misalnya, taman-taman di perkotaan, badan

jalan, lahan kosong di sekitar pemukiman dan sebagainya.Aktivitas olahraga

dilakukan bukan pada tempatnya, selain dapat merusak fungsi sebenarnya dari

tempat tersebut, juga bisa jadi berbahaya bagi pelaku olahraga sendiri 2)

Digunakan untuk olahraga Syarat ini sangat jelas bahwa tempat yang disebut

ruang terbuka tersebut digunakan untuk kegiatan olahraga.Pertanyaannya,

apakah ada tempat yang didesain untuk olahraga? Jawabannya ada, yaitu

tempat olahraga yang telah beralih fungsi. Meskipun secara fisik tidak berubah,

tetapi tempat tersebut lebih banyak digunakan untuk kegiatan selain olahraga.

Misalnya untuk kegiatan jual-beli atau pasar, tempat parkir dan lain-lain. 3)

Bisa diakses olah masyarakat luas Syarat ini pada hakikatnya melekat pada

makna dari ruang terbuka itu sendiri. Artinya tempat tersebut harus dapat

digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial,

ekonomi, budaya serta dapat diakses oleh berbagai kondisi fisik manusia.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

47

Dengan syarat ini, tempat-tempat olahraga seperti lapangan golf, kolam renang

pribadi dan jogging track pribadi yang tidak dapat diakses oleh masyarakat luas

tidak termasuk dalam definisi ruang terbuka.

9. Penyediaan Sarana Dan Prasarana Olaraga

Mengkaji tentang pelayanan publik, maka tidak terlepas dari pembahasan

tentang teori-teori kebijakan secara umum maupun implementasi kebijakan

publik itu sendiri. Penyediaan sarana dan prasarana olahraga merupakan salah

satu bentuk kebijakan publik yang mana telah diatur dalam Undang-Undang

Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005. Kualitas pelayanan

publik yang semakin baik dapat diartikan bahwa implementasi kebijakan telah

dilakukan sesuai aturan dan sesuai dengan daya dukung atau sumber daya

yang disediakan dari apartur pemerintah yang meliputi prasarana-sarana

pelayanan yang memadai maupun transparansi pelayanan. Kebijakan publik

yang baik tidak terlepas juga dari proses perumusan kebijakan yang

mencerminkan kebutuhan masyarakat.Pemerintah sebagai pelaksana program-

program kegiatan pemerintahan berkewajiban untuk mampu meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat maupun kepada publik. Era otonomi

memberikan kesempatan bagi pemerintahan kabupaten/kota untuk lebih

mampu memberikan kualitas pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat

di wilayahnya. Disamping itu, pemeritah kabupaten/ kota juga mempunyai

tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam membuat suatu kebijakan yang

mengatur tentang penyediaan sarana dan prasarana olahraga.

Hal ini sejalan dengan isi Undang-Undang Sistem Keolahragaan

Nasional (UUSKN) Nomor 3 Tahun 2005, Pasal 12 ayat 1dan 2 menyatakan:

1) Pemerintah mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan

serta standardisasi bidang keolahragaan secara nasional 2) Pemerintah daerah

mempunyai tugas untuk melaksanakanke bijakan dan mengordinasikan

pembinaan dan pengembangan keolahragaan serta melaksanakan standardisasi

bidang keolahragaan di daerah.UUSKN Nomor 3 Tahun 2005 juga

menjelaskan mengenai kewajiban pemerintah untuk menyediakan prasarana

olahraga. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 67 ayat 2 yang berbunyi

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

48

“Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan prasarana olahraga

sesuai dengan standar dan kebutuhan pemerintah dan pemerintah daerah”. Hal-

hal yang diatur dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor

3 Tahun 2005 ini memperhatikan asas desentralisasi, otonomi, peran serta

masyarakat, keprofesionalan, kemitraan, transparansi, dan akuntabilitas.

Sistem pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan keolahragaan nasional

diatur dengan semangat kebijakan otonomi daerah guna mewujudkan

kemampuan daerah dan masyarakat yang mampu secara mandiri

mengembangkan kegiatan keolahragaan. Dengan demikian merupakan sebuah

keharusan bagi pemerintah Kabupaten Ketapang untuk menyusun suatu

kebijakan dalam upaya penyediaan sarana dan prasarana olahraga Pendidikan

di Kota Kupang sesuai dengan UUSKN Nomor 3 Tahun 2005.

a. Perencanaan Sarana dan Prasarana

Perencanaan merupakan proses awal untuk memutuskan tujuan dan cara

pencapaiannya. Perencanaan merupakan hal yang sangat esensial karena

dalam kenyataanya perencanaan memegang peranan lebih bila dibanding

dengan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya,seperti pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan. Penyusunan sebuah rencana hendaknya

didasarkan pada latar belakang yang jelas misalnya menyangkut kebutuhan

dan tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai oleh pembuat rencana.

Menurut Siagian (1994:108) dalam (http://id.shvoong.com), perencanaan

dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan

secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan

datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan

menurut Terry 1986 (dalam Harsuki 2012 : 85) bahwa: “Perencanaan yang

pada dasarnya adalah penyusunan sebuah pola tentang aktivitas-aktivitas

masa yang akan datang yang terintegrasi dan dipredeterminasi. Hal tersebut

mengharuskan adanya kemampuan untuk meramalkan, memvisualisasikan

dan melihat ke depan yang dilandasi dengan tujuan-tujuan tertentu”.

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun sebuah perencanaan.

Salah satu dimensi yang tidak terpisahkan dari perencanaan itu sendiri yaitu

dimensi waktu. Menurut Harsuki (2012:87-88) bahwa rencana yang

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

49

dikaitkan dengan waktu dapat dibagi sebagai berikut:a) Perencanaan jangka

pendek (SR = Short Range) biasanya mencakup waktu kurang dari 1 tahun

b) Perencanaan jangka menengah (IR = Intermediate Range) yang meliputi

waktu 1 tahun lebih, namun kurang dari 5 tahun.c) Perencanaan jangka

panjang (LR = Long Range) yang meliputi waktu lebih dari 5

tahun.Perencanaan jangka panjang dalam hal ini tentang penyediaan sarana

dan prasarana olahraga, hendaknya mengacu pada sebuah Grand Desain di

suatu daerah/wilayah yang didalamnya juga mencakup rencana

pengembangan wilayah atau perkotaan sehingga akan terjadi sinkronisasi

antara penyediaan sarana dan prasarana olahraga dan pengelolaan kota yang

baik. Perencanaan tipe ini biasanya lebih bersifat administratif dan

berkenaan dengan perencanaan strategik. Perencanaan jangka menengah

lebih bersifat penunjang yang diarahkan untuk mencapai tujuan utama yaitu

terlaksananya perencanaan jangka panjang.Sedangkan perencanaan jangka

pendek, didalamnya memuat tentang butir-butir operatif mengenai hal-hal

penting yang harus segera dilaksanakan/dilakukan sebagai langkah awal

mensukseskan rencana jangka menengah. Adapun tingkatan-tingkatan

perencanaan menurut Bangun, (2008 : 77) sebagai berikut: Menurut

Internasional Olympic Committee dalam Harsuki (2012 : 90)

Pengembangan sebuah perencanaan menggunakan terminologi/tipe-tipe

perencanaan sebagai berikut:a) Strategic Plan yang memberikan

pengertian misi (mission), maksud (goals) dan tujuan (objective) serta

tujuan taktis (tactical end) dengan apa mereka mencapai tujuannya dan

memberikan evaluasi. b) Business Plan yang menjabarkan suatu strategic

plan dengan cara menerangkan bagaimana melangkah ke depan,

memperhitungkan resiko, tantangan, aktivitas yang spesifik dan program,

biaya dari berbagai kegiatan, ketepatan waktu, tanggung jawab siapa

berbagai bagian yang harus melaksanakan perencanaan dan unsur lainnya

lagi. Rencana strategik atau yang biasa disebut renstra merupakan sebuah

rencana yang dibuat sebagai acuan dalam menentukan tujuan jangka

panjang dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki, oleh

karena itu para pembuat kebijakan harus menyiapkan berbagai rencana

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

50

strategik yang akan dilaksanakan. Pendekatan yang digunakan dalam proses

perencanaan tentunya harus melalui beberapa tahapan agar perencanaan

tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan. Menurut Bangun,

(2008 : 78-79) tahapan-tahapan perencanaan sebagai berikut:a) Menetapkan

tujuan b) Merumuskan keadaan sekarang c) Mengidentifikasi kemudahan-

kemudahan dan hambatan-hambatan d) Mengembangkan rencana Unsur-

unsur dalam sebuah perencanaan menurut Harsuki Kompleksitas dan

dinamika perencanaan penyediaan sarana dan prasarana (2012 : 91-93)

sebagai berikut: a) Pernyataan deskriptif (Deskriptive Statement) b)

Pernyataan visi (Vision Statement) c) Pernyataan misi (Mission Statement)

d) Filsafat yang jadi pedoman e) Prinsip-prinsip pengoperasian (Operating

Principles) f) Tujuan (Objectives) g) Tanda-tanda keberhasilan h)

Program olahraga semakin mengemuka pada era otonomi daerah yang

dewasa ini ditandai dengan pelimpahan kewenangan yang besar kepada

daerah Kabupaten /Kota. Dengan kata lain, kewenangan yang luas dan nyata

telah menimbulkan tantangan tersendiri yang perlu mendapatkan perhatian

dalam perencanaan penyediaan sarana dan prasarana olahraga. Sarana dan

prasarana yang bermutu didukung dengan program berkualitas yang dimulai

dengan perencanaan yang seksama. Ada kriteria umum yang harus dipatuhi

dalam perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan. Kriteria umum untuk

perencanaan sarana dan prasarana olahraga menurut Handoko,(1999:32)

adalah:a) Melayani kebutuhan yang telah teridentifikasi b) Konstruksi yang

bermutu dan mempertimbangkan keselamatan. c) Multiguna d) Lokasi yang

strategis e) Mudah dijangkau f) Harga yang efektif g) Mudah disupervisi h)

Pemeliharaan/penjagaan yang efisien i)Bisa diperluas j) Memperhatikan

segi keindahan Perencanaan sarana dan prasarana olahraga yang dibuat oleh

Pemerintah suatu Kabupaten/Kota juga harus memperhatikan beberapa hal

diantaranya idasarkan pada potensi dan kemampuan yang dimiliki daerah

tersebut. Potensi setiap daerah berbeda-beda, karena secara khusus

Perencanaan sarana dan prasarana olahraga yang dibuat oleh Pemerintah

suatu Kabupaten/Kota juga harus memperhatikan beberapa hal diantaranya

didasarkan pada potensi dan kemampuan yang dimiliki daerah tersebut.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

51

Potensi setiap daerah berbeda-beda, karena secara khusus karakteristik

daerahnya juga berbeda mulai dari letak geografis,kebudayaan masyarakat

sampai pola hidup masyarakat, sehingga menuntut pemerintah untuk jeli

melihat potensi-potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Dari

aspek kemampuan daerah juga perlu diperhatikan karena tidak mungkin

sebuah daerah mampu menyediakan semua jenis sarana dan prasarana yang

diperlukan oleh masyarakat.Oleh sebab itu perlu adanya suatu prioritas

pada cabang-cabang olahraga unggulan yang memang harus dipenuhi sarana

dan prasarananya dengan baik. Hal tersebut bisa berdasarkan pada minat

masyarakat maupuncabang olahraga yang diunggulkan. Prinsip dan garis

besar menejemen untuk perencanaan sarana dan prasarana yang akan

diaplikasikan dalam semua level pendidikan sertorganisasi menurut Bruce

dan Krotee, 2002 (dalam Harsuki, 2012 : 200-201) sebagai berikut: a)

Sarana dan prasarana harus dirancang terutama bagi peserta dan kelompok

pengguna.b)Sarana dan prasarana harus dirancang untuk penggunaan secara

bersama dengan mempertimbangkan pola dan arah secara potensial.c)

Semua perencanaan harus didasarkan pada tujuan bahwa pengenalan

lingkungan baik fisik maupun non fisik haruslah aman, terjamin, menarik,

nyaman, bersih, praktis, dapat dijangkau, dapat menyesuaikan dengan

kebutuhan individu. d) Sarana dan prasarana haruslah ekonomis dan

mudah dioperasikan, dikontrol dan dipelihara.Banyak hal yang perlu

diperhatikan dalam menyusun sebuah perencanaan. Salah satu dimensi

yang tidak terpisahkan dari perencanaan itu sendiri yaitu dimensi waktu.

Menurut Harsuki (2012:87-88) bahwa rencana yang dikaitkan dengan waktu

dapat dibagi sebagai berikut:a) Perencanaan jangka pendek (SR = Short

Range) yang biasanya mencakup waktu kurang dari 1 tahun b) Perencanaan

jangka menengah (IR = Intermediate Range) yang meliputi waktu 1 tahun

lebih, namun kurang dari 5tahun. c) Perencanaan jangka panjang (LR =

Long Range) yang meliputi waktu lebih dari 5 tahun.

Perencanaan jangka panjang dalam hal ini tentang penyediaan sarana dan

prasarana olahraga, hendaknya mengacu pada sebuah Grand Desain di suatu

daerah/wilayah yang didalamnya juga mencakup rencana pengembangan

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

52

wilayah atau perkotaan sehingga akan terjadi sinkronisasi antara penyediaan

sarana dan prasarana olahraga dan pengelolaan kota yang baik. Perencanaan

tipe ini biasanya lebih bersifat administratif dan berkenaan dengan

perencanaan strategik. Perencanaan jangka menengah lebih bersifat

penunjang yang diarahkan untuk mencapai tujuan utama yaitu terlaksananya

perencanaan jangka panjang.Sedangkan perencanaan jangka pendek,

didalamnya memuat tentang butir-butir operatif mengenai hal-hal penting

yang harus segera dilaksanakan/dilakukan sebagai langkah awal

mensukseskan rencana jangka menengah. Adapun tingkatan-tingkatan

perencanaan menurut Bangun (2008:77) sebagai berikut; pengembangan

sebuah perencanaan menggunakanterminologi/tipe-tipe perencanaan sebagai

berikut:a) Strategic Plan yang memberikan pengertian misi (mission),

maksud (goals) dan tujuan (objective) serta tujuan taktis (tactical end)

dengan apa mereka mencapai ujuannya dan memberikan evaluasi. b)

Business Plan yang menjabarkan suatu strategic plan dengan cara

menerangkan bagaimana melangkah ke depan, memperhitungkan resiko,

tantangan, aktivitas yang spesifik dan program, biaya dari berbagai kegiatan,

ketepatan waktu, tanggung jawab siapa berbagai bagiayang harus

melaksanakan perencanaan dan unsur lainnya lagi.

Rencana strategik atau yang biasa disebut renstra merupakan sebuah

rencana yang dibuat sebagai acuan dalam menentukan tujuan jangka

panjang dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki, oleh

karena itu para pembuat kebijakan harus menyiapkan berbagai rencana

strategik yang akan dilaksanakan. Pendekatan yang digunakan dalam proses

perencanaan tentunya harus melalui beberapa tahapan agar perencanaan

tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan. Menurut Bangun,

(2008 : 78-79) tahapan-tahapan perencanaan sebagai berikut:a)Menetapkan

tujuan b) Merumuskan keadaan sekarang c) Mengidentifikasi kemudahan-

kemudahan dan hambatan-hambatan d) Mengembangkan rencana Unsur-

unsur dalam sebuah perencanaan menurut Harsuki (2012 : 91-93) sebagai

berikut: a)Pernyataan deskriptif (Deskriptive Statement) b) Pernyataan visi

(Vision Statement) c)Pernyataan misi (Mission Statement) d)Filsafat yang

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

53

jadi pedoman Prinsip-prinsip pengoperasian (Operating Principles) f)

Tujuan (Objectives) g) (Tanda-tanda keberhasilan).

Program Kompleksitas dan dinamika perencanaan penyediaan sarana

dan prasarana olahraga semakin mengemuka pada era otonomi daerah yang

dewasa ini ditandai dengan pelimpahan kewenangan yang besar kepada

daerah Kabupaten atau Kota. Dengan kata lain, kewenangan yang luas dan

nyata telah menimbulkan tantangan tersendiri yang perlu mendapatkan

perhatian dalam perencanaan penyediaan sarana dan prasarana olahraga.

Sarana dan prasarana yang bermutu didukung dengan program berkualitas

yang dimulai dengan perencanaan yang seksama. Ada kriteria umum yang

harus dipatuhi dalam perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan.

Kriteria umum untuk perencanaan sarana dan prasarana olahraga menurut

Handoko, (1999 : 32) adalah: a) Melayani kebutuhan yang telah

teridentifikasi b) Konstruksi yang bermutu dan mempertimbangkan

keselamatan. c) Multiguna d)Lokasi yang strategis e)Mudah dijangkau f)

Harga yang efektif g) Mudah disupervisi h) Pemeliharaan/penjagaan yang

efisien i) Bisa diperluas j)Memperhatikan segi keindahan Perencanaan

sarana dan prasarana olahraga yang dibuat oleh Pemerintah suatu

Kabupaten/Kota juga harus memperhatikan beberapa hal diantaranya

didasarkan pada potensi dan kemampuan yang dimiliki daerah tersebut.

Potensi setiap daerah berbeda-beda, karena secara khusus karakteristik

daerahnya juga berbeda mulai dari letak geografis,kebudayaan masyarakat

sampai pola hidup masyarakat, sehingga menuntut pemerintah untuk jeli

melihat potensi-potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Dari

aspek kemampuan daerah juga perlu diperhatikan karena tidak mungkin

sebuah daerah mampu menyediakan semua jenis sarana dan prasarana yang

diperlukan oleh masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya suatu prioritas

pada cabang-cabang unggulan yang memang harus dipenuhi sarana dan

prasarananya dengan baik. Hal tersebut bisa berdasarkan pada minat

masyarakat maupun cabang olahraga yang diunggulkan.

Prinsip dan garis besar menejemen untuk perencanaan sarana dan

prasarana yang akan diaplikasikan dalam semua level pendidikan serta

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

54

organisasi menurut Bruce dan Krotee, 2002 (dalam Harsuki, 2012 : 200-

201) sebagai berikut: (a) Sarana dan prasarana harus dirancang terutama

bagi peserta dan kelompok pengguna; (b) Sarana dan prasarana harus

dirancang untuk penggunaan secara bersama dengan mempertimbangkan

pola dan arah secara potensial; (c) Semua perencanaan harus didasarkan

pada tujuan bahwa pengenalan lingkungan baik fisik maupun non fisik

haruslah aman, terjamin, menarik, nyaman, bersih, praktis, dapat dijangkau,

dapat menyesuaikan dengan kebutuhan individu; (d) Sarana dan prasarana

haruslah ekonomis dan mudah dioperasikan, dikontrol dan dipelihara; (e)

Perencanaan harus memasukkan pertimbangan sarana dan prasarana

pendidikan jasmani dan olahraga bagi masyarakat secara terpadu. Program

dan sarana dan prasarana dari beberapa area bergabung secara berdekatan

dan perencanaan harus dikoordinasikan dan erat kaintannya, yaitu yang

berdasarkan pada kebutuhan dari masyarakat secara keseluruhan; (f)

Perencanaan sarana dan prasarana harus mempertimbangkan perlindungan

bagi masyarakat misalnya lalu lintas,pengeras suara dan lampu

penerangan. Sarana dan prasarana harus dapat dijangkau bagi kelompok

pengguna meskipun terisolasi sehingga aktivitas tidak terganggu oleh

program yang lain (g) Sarana dan prasarana harus dapat menggerakkan

kesehatan, keamanan dan serta kode standar legal yang sangat penting

dalam melindungi kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan para kelompok

pengguna dan juga lingkungan; (h) Sarana dan prasarana harus

direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat diakses dengan mudah dan

aman bagi semua individu termasuk para penyandang cacat; (i) Perencanaan

sarana dan prasarana harus berjangka panjang penggunanya dan termasuk

kesanggupan untuk penyesuaian, mudah diubah, dan diperluas guna

memenuhi kebutuhan masyarakat yang berubah; (j) Sarana dan prasarana

memainkan satu bagian dalam lingkungan yang sehat. Yang perluasannya

organisasi menyediakan ruang bermain yang cukup aman, dilengkapi

dengan situasi dan ventilasi yang memadai, serta kebersihan yang pada

gilirannya akan menentukan sebesar keefektifankesehatan dan kesejahteraan

dipromosikan.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

55

a. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Pada umumnya masyarakat cenderung lebih mementingkan

membangun prasarana perekonomian dari pada prasarana umum untuk

olahraga. Disisi lain masyarakat juga belum menjadikan kegiatan

olahraga sebagai kebutuhan hidup sehari-hari, apa lagi untuk berprestasi,

sehingga partisipasi masyarakat dalam keolahragaan masih terbilang

kurang. Tidak tersedianya prasarana umum untuk olahraga, belum

membudayanya olahraga, dan pasifnya masyarakat untuk berolahraga

mengakibatkan kebugaran penduduk yang rendah. Kegiatan positif

seperti olahraga merupakan salah satu upaya untuk melindungi generasi

muda dari aktifitas yang bersifat destruktif. Olahraga yang terarah dan

terbina memerlukan waktu dan keseriusan dari pihak-pihak yang

berkompeten di bidang olahraga baik pemerintah, praktisi olahraga

maupun pelaku olahraga, sehingga waktu luang pemuda dapat dialihkan

kepada kegiatan olahraga dengan didukung pengembangan sarana dan

prasarana olahraga.

Usaha untuk menyediakan sarana dan prasarana olahraga Pendidikan

oleh pemerintah hendaknya memperhatikan rasio penduduk dan konsep

ruang terbuka, dimana jumlah penduduk di suatu wilayah harus

diimbangi dengan ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai

tempat untuk beraktifitas olahraga bagi siswa. Setelah tersedianya ruang

terbuka maka pemerintah bisa melengkapi segala sarana dan prasarana

yang dibutuhkan dalam aktivitas olahraga. Satu hal yang juga harus

menjadi pertimbangan pemerintah dalam menyediakan sarana dan

prasarana Pendidikan untuk siswa yaitu bagaimana caranya agar

keberadaan sarana dan prasarana tersebut dapat mendongkrak animo

siswa untuk berperan secara aktif serta terlibat dalam aktifitas olahraga

misalnya dengan sosialisasi dan bukan sebaliknya membatasi siswa

untuk beraktifitas olahraga.

Dalam upaya penyediaan sarana dan prasarana olahraga untuk siswa

dibutuhkan suatu perangkat yang disebut dengan evaluasi

kebutuhan.Menurut Harsuki (2012 : 188) bahwa“ secara ringkas

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

56

dijelaskan bahwa evaluasi kebutuhan ialah perangkat yang digunakan

untuk menentukan apakah sarana dan prasarana baru sudah diperlukan,

jika sudah diperlukan, bagaimana tipe dan spesifikasi sarana dan

prasarana tersebut”. Selanjutnya dijelaskan bahwa fokus dari evaluasi

kebutuhan adalah: a)Harapan siswa(1) Sejarah olahraga setempat (2)

Harapan dan kebutuhan siswa b) Akses dan kesempatan (1) Agar dikaji

bagaimana siswa dapat mengakses sarana dan prasarana (2) Memastikan

seluruh komponen masyarakat mempunyai kesempatan menggunakan

sarana dan prasarana.c) Demografi Mempertimbangkan angka

pertumbuhan penduduk yang dapat mempengaruhi penggunaan sarana

dan prasarana, misalnya : (1) Dalam 10 tahun mendatang bagaimana

perbandingan antara usia muda dan usia lanjut (2) Bagaimana

kecenderungan perpindahan pendudukdari desa ke ko d) Keberlanjutan

(1) Apakah dapat diperoleh pemasukan yang memadai untuk biaya

operasional (2) Memastikan bahwa peralatan yang rusak maupun

kadaluwarsa dapat diganti, sehingga sarana dan prasarana selalu dapat

digunakan sesuai desain yang telah dirancang.e) Mempertimbangkan

lingkungan lokal (1)Jika iklimnya panas, pertimbangkan pembangunan

sarana dan prasarana untuk aquatics.(2) Jika iklimnya berangin,

pertimbangkan sarana dan prasarana parasailing, layang-layang dan lain-

lain f) Perubahan iklim Selalu pertimbangkan pola cuaca, seperti banjir

tahunan,angin kencang dan lain-lain.Menurut Harsuki, (2003 : 384)

penyiapan prasarana olahraga selalu dikaitkan dengan kegiatan olahraga

yang mempunyai sifat: a)Horisontal, dalam arti bersifat menyebar atau

meluas yang sesuai dengan konsep “Sport For All” atau dengan

semboyan yang kita miliki “Memasyarakatkan Olahraga dan

Mengolahragakan Masyarakat” yang tujuannya untuk kebugaran dan

kesehatan b) Vertikal, dalam arti bersifat mengarah keatas dengan

tujuan mencapai prestasi tertinggi dalam cabang olahraga tertentu, baik

untuk tingkat daerah, nasional maupun internasional.Selanjutnya

dijelaskan pula bahwa guna memenuhi dua arah kegiatan tersebut,

kebutuhan prasarana olahraga perlu memperhatikan tiga faktor, yaitu: a)

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

57

Kuantitas Guna menampung kegiatan pemassalan olahraga perlu

prasarana olahraga yang jumlahnya mencukupi sesuai dengan kebutuhan

seperti yang ditentukan didalam pedoman penyiapan prasarana. Tersebar

secara merata diseluruh wilayah.b) Kualitas. Guna menampung kegiatan

olahraga prestasi, prasarana olahraga yang disiapkan perlu memenuhi

kualitas sesuai dengan syarat dan ketentuan masing-masing cabang

olahraga: (1). Memenuhi standar ukuran internasional (2). Kualitas

bahan/material yang dipakai harus memenuhi syarat internasional c)

Dana. Untuk menunjang kedua faktor diatas, diperlukan dana yang cukup

sehingga dapat disiapkan prasarana yang mencukupi jumlahnya serta

kualitasnya memenuhi syarat.

Membangun sarana dan prasarana olahraga hendaknya disesuaikan

dengan perkembangan jaman. Selain kuantitas sarana dan prasarana

olahraga yang diperbanyak, kualitas juga harus ditingkatkan agar adanya

keselarasan antara kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana olahraga.

Kemudian pendanaan juga harus dirancang sedemikian rupa agar

rencana pembangunan sarana dan prasarana olahraga dapat terlaksana

secara terarah dan terprogram dengan maksimal. Oleh karena itu perlu

dikembangkang ketiga faktor diatas agar sarana dan prasarana olahraga

di Indonesia mampu mengikuti perkembangan jaman. Berdasarkan data

Podes 2008 dalam data kementerian Pemuda dan Olahraga (2008: 39-

42), untuk ketersediaan sarana dan prasarana lapangan olahraga,

lapangan sepakbola banyak terdapat didesa/kelurahan diwilayah Propinsi

Bangka Belitung (93,02%), Riau (85,72%),Kalimantan Barat (83,75%)

dan Kepulauan Riau (83,44%). Lapangan bola voli relatif lebih banyak

dibanding lapangan sepakbola. Terdapat 5 propinsi yang memiliki

persentase desa/kelurahan yang memiliki lapangan bola voli lebih dari

95 persen, yaitu Riau (97,92%), D.I. Yogyakarta (97,72%), Bangka

Belitung (96,57%) dan Kalimantan Barat (95,25%). Sedangkan

ketersediaan lapangan bulu tangkis paling banyak ditemui di

desa/kelurahan wilayah Propinsi DKI Jakarta. Sebanyak 96,25 persen

desa/kelurahan di DKI Jakarta terdapat lapangan bulu tangkis.

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

58

Terbanyak kedua adalah DKI Yogyakarta (94,52%), kemudian diikuti

Jawa Barat (82,52%). Sedangkan ketersediaan untuk lapangan bola

basket hanya menonjol di beberapa Provinsi. Persentase yang tinggi

untuk lapangan bola basket terdapat di DKI Jakarta (65,17%), DKI

Yogyakarta (24,66%) dan Sumatera Barat (21,75%).

Demikian pula untuk lapangan tenis dan renang yang tampak

menonjol di DKI Jakarta dan D.I. Yogyakarta. Berdasarkan data Podes

2008 bahwa lapangan yang banyak tersedia sampai ke tingkat

desa/kelurahan berturut-turut bola voli, sepakbola dan bulu tangkis.Pada

tahun 2008 sebanyak 78,10 persen, sedikit menurun dibandingkan

dibandingkan tahun 2005 yang sebesar 79,35 persen desa/kelurahan

memiliki lapangan bola voli; 56,11 persen desa/kelurahan memiliki

lapangan sepak bola sama banyak dengan tahun 2005 dan 49,36 persen

desa/kelurahan memiliki lapangan bulu tangkis sedikit meningkat dari

tahun 2005 yang sebesar 47,3 persen.

Hal ini merupakan sinyalemen bahwa ketiga jenis olahraga tersebut

merupakan olahraga rakyat yang digemari dan dilakukan banyak orang.

Sementara lapangan/gelanggang untuk bola basket,tenis lapangan dan

kolam renang masih sangat terbatas. Ketiga jenis olahraga yang terakhir

ini pada umumnya dilakukan oleh masyarakat perkotaan sehingga wajar

apabila ketersediaan lapangan untuk olahraga tersebut sangat terbatas

hanya disebagian kecil desa/kelurahan. Keberadaan kelompok kegiatan

olahraga pada umumnya seiring dengan ketersediaan sarana dan

prasarana lapangan olahraga yang ada. Berdasarkan data Podes 2008,

untuk keberadaan kelompok kegiatan olahraga sepak bola banyak

terdapat di desa/kelurahan diwilayah Propinsi Bangka Belitung (96,22%)

hampir sama dengan tahun 2005 yang sebesar 96,57 persen, Jawa Barat

(91,23%), Banten (89,69%), Kepulauan Riau (88,65%), dan DKI

Yogyakarta (88,58%). Kelompok kegiatan bola voli relatif lebih banyak

disbanding kelompok kegiatan sepak bola. Hanya satu propinsi yang

memiliki persentase desa/kelurahan yang memiliki lapangan voli lebih

dari 95 persen, yaitu Kepulauan Riau (98,16%). Sedangkan kelompok

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

59

kegiatan bulu tangkis paling banyak ditemui di desa/kelurahan wilayah

Propinsi DKI Yogyakarta. Sebanyak 94,75 persen desa/kelurahan di DKI

Yogyakarta terdapat kelompok kegiatan bulu tangkis. Terbanyak kedua

adalah DKI Jakarta (89,51%), kemudiandiikuti Jawa Barat (83,43%).

Sedangkan ketersediaan untuk kelompok kegiatan bola basket hanya

menonjol di beberapa propinsi. Persentase yang tinggi untuk kelompok

kegiatan bola basket terdapat di DKI Jakarta (50,56%), DKI Yogyakarta

(19,63%) dan Kepulauan Bangka Belitung (18,02%). Demikian pula

untuk kelompok kegiatan tenis lapangan, renang, tenis meja dan bela diri

tampak menonjol di DKI Jakarta dan DKI Yogyakarta.

Adapun standar sarana dan prasarana atau sarana dan prasarana

olahraga menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 pasal 89

tentang penyelenggaraan keolahragaan sebagai berikut : (1) Standar

prasarana dan sarana olahraga terdiri atas standar prasarana olahraga dan

standar sarana olahraga. (2) Standar prasarana olahraga sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) mencakup persyaratan : a. Ruang dan tempat

berolahraga yang sesuai persyaratan teknis cabang olahraga b.

Lingkungan yang terbebas dari polusi air, udara, dan suara c.

Keselamatan yang sesuai dengan persyaratan keselamatan bangunan d.

Keamanan yang dinyatakan dengan terpenuhinya persyaratan sistem

pengamanan e. Kesehatan yang dinyatakan dengan tersedianya

perlengkapan medik dan kebersihan (3) Standar Sarana Olahraga

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup persyaratan: a.

Perlengkapan dan peralatan yang sesuai persyaratan teknis cabang

olahraga b. Keselamatan yang sesuai dengan persyaratan keselamatan

perlengkapan dan peralatan c. Kesehatan yang dinyatakan dengan

dipenuhinya persyaratan kebersihan dan higienis d. Pemenuhan syarat

produk yang ramah lingkungan. Klasifikasi dan penggunaan bangunan

gedung olahraga sebagai sberikut: a) Type A, menyediakan minimal: 1

lapangan bola basket 1 lapangan bola voli 5 lapangan buku tangkis 1

lapangan tennis Ukuran minimal hall : 50 x 30 dengan tinggi 12,5 m

Kapasitas penonton : diatas 3.000 orang b) Type B, menyediakan

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

60

minimal: 1 lapangan bola basket 1 lapangan bola voli 3 lapangan buku

tangkis Ukuran minimal hall : 32 x 22 dengan tinggi 12,5 m Kapasitas

penonton : 1000 - 3.000 orang c) Type C, menyediakan minimal: 1

lapangan bola basket 1 lapangan bola voli Ukuran minimal hall :24 x16

dengan tinggi 9 m Kapasitas penonton : 000 orang. (http://

rinarchilicious.blogspot.com/2012/12/gedung-olah-raga.html)Selanjutnya

dijelaskan bahwa, berdasarkan skala pelayanannya, gedung olahraga

dibagi atas : a) Skala Nasional Sarana dan prasarana olahraga ini

menampung atau melayani kegiatan-kegiatan di antaranya kompetisi

utama, pertandingan, latihan dan mengajar dengan standar internasional

seperti PON, Sea Games, dan sejenisnya. Contoh : Gedung Istora

Senayan Jakarta b) Skala Regional Sarana dan prasarana olahraga yang

melayani satu atau beberapa daerah denga populasi sebesar 200.000

sampai dengan 350.000 penduduk dan merupakan sarana dan prasarana

pelengkap di suatu daerah atau wilayah. Contoh: Gelanggang Olahraga

Penjaringan, Gelanggang Olahraga Grogol. c) Skala Lingkungan Sarana

dan prasarana olahraga yang melayani satu lingkungan, dalam hal ini

lingkungan pemukiman dengan populasi 2.000 sampai dengan 10.000

orang, dan biasannya disediakan dalam suatu kompleks perumahan

sebagai satu pelengkap sarana. Contoh: Kelapa Gading Sport Club di

kompeks perumahan Kelapa Gading. Bimantara Sport Club di kompleks

perumahan Green Village. Persada Sport Centre di kompleks AURI

Halim d) Skala Sekolahan Sarana dan prasarana olahraga ini melayani

olah raga di suatu sekolahan, biasanya berbentuk aula, serbaguna dan

dapat berbentuk lapangan terbuka serta digunakan hanya untuk latihan

olahraga standar saja. e) Skala Khusus Sarana dan prasarana olahraga

yang menangani olahraga jenis tertentu yang sifatnya komersial atau

yang diperuntukkan khusus bagi penyandang cacat, biasanya dibentuk

oleh pihak swasta. (http://rinarchilicious.blogspot.com/2012/12/gedung-

olah-raga.html).

b. Penanfaatan Sarana dan Prasarana olaraga

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

61

Pembangunan sarana dan prasarana olahraga merupakan sebuah

keharusan agar dapat mendukung proses pemassalan olahraga bagi siswa.

Adanya sebuah perencanaan yang baik serta sistem penyediaan yang

maksimal harus diiringi pula dengan pola pemanfaatan yang tepat,karena

jika salah dalam pola pemanfaatannya maka akan berdampak negatif bagi

perkembangan olahraga itu sendiri. Kesalahan dalam pemanfaatan

sarana dan prasarana olahraga misalnya dengan mengeluarkan kebijakan

untuk memberikan ijin penggunaan sarana dan prasarana olahraga seperti

stadion sepakbola untuk kegiatan di luar olahraga misalnya untuk

kampanye atau hiburan. Kebijakan seperti ini tidak baik bagi

kelangsungan sarana dan prasarana olahraga karena sarana dan prasarana

yang digunakan tersebut bisa rusak bahkan beralih fungsi. Hal ini harus

disadari oleh pembuat kebijakan di suatu wilayah Daerah dalam Olaraga

Pendidikan.

Salah satu tujuan disediakannya sarana dan prasarana olahraga

yaitu agar dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan sehingga menunjang

perkembangan olahraga di suatu wilayah namun harus tetap

memperhatikan prosedur-prosedur dalam pemanfaatannya. Konsumen

sarana dan prasarana olahraga adalah pelaku olahraga itu sendiri, mulai

dari pelaku olahraga prestasi, olahraga rekreasi sampai olahraga

pendidikan. Pola pemanfaatan setiap ruang lingkup olahraga berbeda

tergantung dari hakekat dan tujuan masing-masing namun dengan satu

harapan bahwa olahraga dapat memasyarakat dan menjadi pola hidup

bagi setiap orang. a) Pemanfaatan Sarana dan prasarana Olahraga

Prestasi Olahraga prestasi yang cenderung menitik beratkan pada

pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya membutuhkan sarana dan

prasarana dengan kualitas yang baik pada setiap cabang olahraga yang

ada sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi cabang olahraga

tersebut. Sarana dan prasarana olahraga prestasi lebih dikhususkan

untuk prestasi, dalam artian bukan untuk sarana dan prasarana yang bisa

diakses secara umum karena jika sarana dan prasarana tersebut salah

dalam penggunaannya maka sarana dan prasarana tersebut akan menjadi

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

62

rusak, sehingga tidak semua orang bisa mengakses sarana dan prasarana

olahraga prestasi kecuali mereka yang berkecimpung di olahraga

prestasi.b) Pemanfaatan Sarana dan prasarana Olahraga Rekreasi

Pemanfaatan sarana dan prasarana olahraga rekreasi memiliki keunikan

sendiri dimana sarana dan prasarana tersebut dirancang sedemikian rupa

dengan tujuan agar mampu menarik minat masyarakat sebanyak-

banyaknya sehingga mau melakukan olahraga yang aktifitasnya dikemas

dalam sebuah permainan atau bersifat rekreasi. Untuk sarana dan

prasarana olahraga rekreasi, semua orang memiliki kesempatan yang

besar untuk mengaksesnya dan semakin banyak masyarakat yang

memanfaatkannya maka semakin baik.c)Pemanfaatan Sarana dan

prasarana Olahraga Pendidikan Pemanfaatan sarana dan prasarana

olahraga pendidikan di sekolah disesuaikan dengan tujuan dari

pembelajaran. Dalam pemanfaatannya, sarana dan prasarana tersebut bisa

dimanfaatkan oleh siswa dan guru untuk mendukung proses belajar

mengajar.d) Pemanfaatan Sarana dan prasarana Olahraga bagi

Masyarakat Umum Untuk mendukung program memasyarakatkan

olahragadan mengolahragakan masyarakat maka hal yang harus menjadi

perhatian adalah tingkat kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses

dan memanfaatkan sarana dan prasarana olahraga yang ada. Tujuan yang

ingin dicapai adalah untuk menciptakan sebanyak-banyaknya sarana dan

prasarana olahraga dan dapat memsarana dan prasaranai masyarakat

dalam berolahraga. Pola pemanfaatannya harus mengedepankan

kemudahan untuk mengakses tanpa harus dipersulit dengan prosedur

tertentu dan akan lebih baik lagi jika sarana dan prasarana tersebut bisa

diakses secara grati oleh masyarakat. Contohnya yaitu sebuah lapangan

terbuka, alun-alun dan Car Free Dayyang dapat menampung banyak

orang untuk beraktifitas olahraga.

Berbagai kemajuan pembangunan di bidang keolahragaan

bermuara pada meningkatnya budaya dan prestasi olahraga. Hal ini

antara lain ditunjukkan oleh tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam

melakukan kegiatan olahraga terutama dalam lingkup satuan pendidikan

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

63

mengalami peningkatan sebagaimana ditunjukkan oleh data Susenas

2003 dan 2006 bahwa persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas

yang melakukan olahraga di sekolah meningkat dari 54,1% pada tahun

2003 menjadi 58,2% pada tahun 2006. Partisipasi masyarakat dalam

melakukan kegiatan olahraga semakin meningkat yang ditunjukkan

dengan peningkatan partisipasi masyarakat pada Indeks Pembangunan

Olahraga (SDI) dari 0,345 pada tahun 2005 menjadi 0,422 pada tahun

2006, dimana pengukuran SDI sesungguhnya meliputi perkembangan

banyaknya anggota masyarakat suatu wilayah yang melakukan kegiatan

olahraga, luasnya tempat yang diperuntukkan untuk kegiatan berolahraga

bagi masyarakat dalam bentuk lahan, bangunan, atau ruang terbuka

yang digunakan untuk kegiatan berolahraga dan dapat diakses oleh

masyarakat luas,kebugaran jasmani yang merujuk pada kesanggupan

tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang

berarti, serta jumlah pelatih olahraga, guru Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan (Penjaskes), dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah

tertentu. Hal ini tercermin dari tingkat kemajuan pembangunan olahraga

Indonesia yang hanya mencapai 34 persen (Sports Development Index

/SDI) pada tahun 2004. Indeks ini dihitung berdasarkan angka indeks

partisipasi, ruang terbuka, sumber daya manusia, dan kebugaran.

Dalam rangka menumbuhkan budaya olahraga untuk

meningkatkan kemajuan pembangunan olahraga, beberapa permasalahan

yang harus diatasi adalah belum terwujudnya peraturan perundang-

undangan tentang keolahragaan, rendahnya kesempatan untuk

beraktivitas olahraga karena semakin berkurangnya lapangan dan sarana

dan prasarana untuk berolahraga, dan lemahnya koordinasi lintas

lembaga dalam hal penyediaan ruang publik untuk lapangan dan sarana

dan prasarana olahraga bagi masyarakat umum dan tempat permukiman.

Kegiatan fisik (physical activity) yang dilakukan secara teratur dan

berkesinambungan merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk

menjaga dan meningkatkan kesehatan. Dari sekian banyak jenis dan

bentuk kegiatan fisik, kegiatan olahraga merupakan bentuk kegiatan

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

64

fisik yang paling banyak memiliki kelebihan. Selain berfungsi untuk

menjaga dan meningkatkan kesehatan, olahraga juga berolahraga (Dirjen

Olahraga 2004). Penelitian lainnya memperlihatkan bahwa ketersediaan

prasarana mempengaruhi motivasi mereka melakukan olahraga. hal ini

sekaligus menunjukkan bahwa partisipasi aktif olahraga tidak cukup

hanya menyerahkan sepenuhnya kepada kemauan orang per orang,

tetapi perlu didorong dengan menciptakan situasi yang memungkinkan

masyarakat melakukan olahraga, misalnya dengan memberikan sarana

dan prasarana yang memadai (Dirjen Olahraga 2004).

Badan Pusat Statistik dalam penelitiannya menemukan bahwa

struktur demografis masyarakat, pengetahuan masyarakat tentang

manfaat olahraga, selera atau preferensi, ketersediaan sarana dan

prasarana olahraga dan lingkungan tempat tinggal merupakan faktor-

faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

olahraga. Prestasi atlet terutama pada event internsional, motivasi

guru/pelatih,dan intervensi pemerintah juga diyakini sebagai faktor

eksternal yang dapat merangsang tumbuhnya partisipasi masyarakat

untuk berolahraga (Dirjen Olahraga 2004). Penelitian lainnya

memperlihatkan bahwa ketersediaan prasarana mempengaruhi motivasi

mereka melakukan olahraga. hal ini sekaligus menunjukkan bahwa

partisipasi aktif olahraga tidak cukup hanya menyerahkan sepenuhnya

kepada kemauan orang per orang, tetapi perlu didorong dengan

menciptakan situasi yang memungkinkan masyarakat melakukan

olahraga, misalnya dengan memberikan sarana dan prasarana yang

memadai (Dirjen Olahraga 2004).

c. Pengelolaan sarana dan Prasarana Olaraga

Sarana dan prasarana olahraga adalah daya pendukung yang terdiri

dari segala bentuk jenis peralatan dan tempat berbentuk bangunan yang

di gunakan dalam memenuhi persyaratan yang di tetapkan untuk

pelaksanaan program olahraga. Pengelolaan olahraga dapat menjadi

lahan bisnis dan menghasilkan keuntungan akan tetapi keuntunganyang

dapat diraih tergantung pada mutu sarana dan prasarana, produk,

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

65

pertandinganatau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan

pada saat yang tepat dan di tempat strategis. Menurut Harsoyo

(1977:121) dalam (http://id.shvoong.com. pengertian-pengelolaan),

pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola”

mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan

memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien

guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.

Pengelolaan sarana dan prasarana olahraga erat kaitannya dengan

bagaimana konsep managemen dalam pengelolaan itu sendiri.

Pengelolaan sarana dan prasarana olahraga sebagaimana terdapat

dalam managemen pada umumnya. Menurut Harsuki, (2012 : 206-207)

bahwa “Managemen olahraga pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua

bagian besar yaitu managemen olahraga pemerintah dan managemen

olahraga swasta”. Kemudian Terry 1977 (dalam Harsuki 2012 : 79)

menerangkan bahwa fungsi managemen diklasifikasikan dalam empat

bagian yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),

Penggerakan (Actuating), Pengawasan (Controlling).

Menurut Parks, Quarterman dan Thibault (dalam Harsuki, 2012 :

197-198) bahwa secara umum, tiga posisi yang terdapat dalam

manajemen sarana dan prasarana terdiri dari: a) Direktur Sarana dan

prasarana Direktur sarana dan prasarana seringkali disebut sebagai

manager sarana dan prasarana atau CEO (Chief executive Officer),

mempunyai tanggung jawab menyeluruh atas semua fasilitas. Pejabat ini

terutama bertanggung jawab atas pengadministrasian yang tepat dan

pembuatan prosedur operasi yang baku akan sarana dan prasarana

(fasility’s standard operating procedurs, SOPs) b) Manager Operasi

Manager operasi melapor langsung kepada direktur sarana dan

prasarana dan bertanggung jawab akan semua karyawan, prosedur dan

kegiatan yang terkait dengan fasilitas. Tugasnya yaitu merumuskan

peranan, tanggung jawab dan wewenang dari staf fasilitas. c)

Koordinator Event Koordinator even juga melapor kepada direktur

fasilitas, bertanggung jawab kepada pengelolaan even individual yang

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

66

dilaksanakan di dalam fasilitas. Tanggung jawabnya meliputi

transportasi, memasang, mendirikan dan menyimpan alat-alat;

menciptakan sistem kontrol untuk venue dan logistik peralatan;

perekrutan, pelatihan dan memberikan supervisi pada karyawan khusus,

memberikan bantuan dalam memelihara venue dan peralatannya selama

berlangsungnya even; memfasilitasi penjualan karcis dan pendistribusian

karcis di dalam venue; serta mengevaluasi pengoperasian venue dan

peralatannya.Sarana dan prasarana yang dipelihara dan diatur dengan

baik merupakan faktor yang menentukan untuk menarik kedatangan

pengguna atau konsumen. Beberapa hal yang juga harus diperhatikan

dalam pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yaitu:a) Pedoman

Kebijakan. Sebuah pedoman kebijakan tertulis dalam dokumen

merupakan sesuatu yang perlu untuk menjalankan fasilitas. Persyaratan-

persyaratan yang mengatur hal-hal sebagai berikut perlu ditetapkan. (1)

kebijakan umum, (2) prosedur penjadwalan dan waktu penggunaan

fasilitas, (3) ketersediaan sarana dan prasarana dan peralatan, dan (4)

pengaturan penyewaan dan persetujuan kontrak. b) Supervisi dan

Keamanan Fasilitas. Untuk menjamin layanan yang efektif bagi setiap

pengguna perorangan dan kelompok besar, beberapa hal perlu

diperhatikan. Perangkat aturan tertulis yang mengatur pemanfaatan dan

keamanan fasilitas. Perangkat aturan terpampang di semua pintu masuk

dan tempat strategis. Tim supervisor dan keamanan mudah dikenali.

Sikap yang ramah dan membantu harus ditampilkan oleh anggota tim

supervisor dan keamanan. c) Pemeliharaan Fasilitas.Untuk

memperpanjang keawetan sarana dan prasarana dan menurunkan

keharusan perbaikan, pemeliharan yang tetap perlu dikerjakan. Agar

pekerjaan pemeliharaan berjalan dengan baik perlu dipilih koordinator

pemeliharaan yang tepat. d) Pengontrolan (inventory control). Melakukan

pengawasan yang cermat terhadap segala sarana dan prasarana dan

peralatan yang dimiliki oleh organisasi. e) Penjadwalan Fasilitas.

Jadwal pemakaian harus ditata dengan baik sehingga memberi

kenyamanan bagi pengguna. Contoh daftar prioritas penggunaan sarana

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

67

dan prasarana olehraga yang dimiliki oleh sekolah: (a) pelajaran

pendidikan jasmani terjadwal, (b) kegiatan latihan dan

perlombaan/pertandingan olahraga,(c) kegiatan olahraga rekreasi dan

intramural, (d) kelompok akademik dalam sekolah, (e) kelompok

nonakademik dalam kampus, (f) kelompok luar kampus. Undang –

undang Nomor 3 tahun 2005 tentang system keolahragaan Nasional Pasal

38 ayat 1, menyatakan bahwa “Pengelolaan olahraga pada tingkat

kabupaten/kota dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan

dibantu oleh komite olahraga kabupaten atau kota”. Dengan demikian,

pengelolaan sarana dan prasarana olahragayang dibangun dengan

menggunakan APBN perlu dikelola dengan baik karena sarana dan

prasarana olahraga merupakan aset yang dapat mendorong

perkembangan olahraga di suatu daerah dan sebagai cerminan seberapa

besar perhatian pemerintah daerah terhadap olahraga didaerahnya

masing-masing. Oleh karenanya sarana dan prasarana olahraga perlu

didokumentasikan dengan baik, dipelihara dan dimanfaatkan secara

efektif, efisien dan terintegrasi melalui sebuah sistem pengelolaan yang

jelas. Adapun ciri-ciri sarana dan prasarana yang dikelola dengan baik

menurut Harsuki, (2012 : 187) yaitu: a) Beroperasi pada jam yang

ditentukan setiap harinya denganmemberikan pelayanan yang ramah b)

Pelanggan baru diterima secara baik dan mereka mendapat petunjuk

sehingga dapat menggunakan sarana dan prasarana sebaik baiknya.c)

Karyawan yang terlatih dengan baik, peran dan tanggung jawabnya dapat

dikenali oleh setiap pengguna.d) Prosedur keselamatan, PPPK,

pertolongan darurat dan lain-lain telah didokumentasikan dan siap untuk

beroperasi.e) Melalui pengoperasiannya, sarana dan prasarana dapat

menghasilkan manfaat ekonomi.

Sarana dan prasarana olahraga perlu didayagunakan dan dikelola

untuk berbagai kepentingan olahraga. Pengelolaan tersebut bertujuan

memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan penggunaan

sarana dan prasarana olahraga agar dapat berjalan lancar, efektif dan

efisien dalam waktu yang lama. Adapun Administrasi atau pengelolaan

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

68

sarana dan prasarana olahraga meliputi:a) Pemeliharaan Sarana dan

prasarana Olahraga Menurut Hisyam, (1991 : 31-32) bahwa “Tujuan

pemeliharaan atau peralatan dalam kegiatan olahraga adalah untuk

menentukan dan meyakinkan bahwa alat-alat dalam keadaan aman dan

memuaskan untuk digunakan kegiatan-kegiatan tersebut”.Selanjutnya

dijelaskan bahwa prinsip-prinsip dalam pemeliharaan sarana dan

prasarana olahraga yaitu:(1) Kebijaksanaan dan tata cara memelihara

sarana olahraga harus direncanakan untuk memperpanjang umur

peralatan sedemikian rupa sehingga mungkin akan menghasilkan modal

lagi yang maksimal. (2) Pemeliharaan hendaknya direncanakan untuk

menjamin keselamatan bagi semua orang yang menggunakan alat-alat.

(3) Hanya orang-orang yang berhak hendaknya diberi kedudukan

sebagai pemimpin, kepala tata usaha. (4) Alat-alat seharusnya diawasi

secara periodik untuk memperoleh dan mencapai keselamatan dan

kondisi alat-alat. (5) Perbaikan dan pemulihan kembali kondisi

peralatan dibenarkan apabila alat alat atau bahan yang diperbaiki atau

dibangun dengan biaya yang murah. (6) Menutupi dan melindungi

peralatan yang layak akan menolong dan menjamin pemeliharaan secara

ekonomis dan aman. b) Inventarisasi Sarana dan prasarana Olahraga

Inventarisasi adalah upaya untuk mencatat dan membuat pembukuan

keberadaan sarana prasarana olahraga. Inventarisasi akan memudahkan

pengelolaan sarana prasarana olahraga dan mencegah hilang serta

rusaknya sarana prasarana olahraga. Langkah-langkah melakukan

inventarisasi sebagai berikut: (1) Siapkan buku inventarisasi (2)

Inventarisasi dilakukan seorang yang ahli dan teliti. (3) Lakukan

pelabelan dan tanda register semua sarana prasarana dengan teliti dan

Benar (4) Buat papan data keadaan sarana prasarana yang bisa diketahui

semua orang. (5) Pemeliharaan barang Pemeliharaan merupakankegiatan

penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu sarana prasarana

olahraga, sehingga sarana prasarana tersebut dalam kondisi baik dan siap

pakai.Pemeliharaan dilakukan secara kontinyu terhadap semua

barangbarang-barang inventaris. (http://didik02. blogspot.com/2011/10/

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

69

pengelolaan-sarana-prasarana olahraga.html) c) Perawatan Sarana dan

prasarana Olahraga Menurut Bucher (1997 : 187), petunjuk perawatan

seragam olahraga adalah sebagai berikut: (1) Bersihkan pakaiandengan

segera setiap habis digunakan, jika tidak mungkin gantungkan pada

ruangan yang cukup ventilasi. (2) Jika pakaian penuh dengan lumpur

dan pembersihanharus segera di lakukan, pisahkan baju yang banyak

dengan lumpurnya (3) Hindarkan terlalu banyak panas dalam mencuci

dan mengeringkan karena ini akan menyebabkan penyusutan. (4) Air

hangat sangat dianjurkan. Pakaian yang berwarna harus dipisahkan. (5)

Gunakan pemutih pada baju yang berwarna putih. (6) Cucilah baju

sebelum mengering untuk menghindari noda yang mengeplek. (7)

Lindungi baju dari kelembapan, dan keringkan secepatnya untuk

menghindari jamur. (8) Biasanya kain woll tidak disikat pada saat

mencucinya. (9) Lipat baju yang bersih dan pak di tempat penyimpanan

yang dingin, kering dan cukupventilasi. (10) Simpan baju berwarna

ditempat terpisah dengan lapisan neftalin atau kapur baru.

Dewasa ini, perkembangan olahraga cukup pesat dan sudah mulai

merambah ke dunia bisnis, hal ini dikarenakan olahraga sudah

merupakan konsumsi bagi masyarakat umum dan dengan sendirinya

bermunculan bisnis-bisnis baru dalam dunia olahraga untuk memenuhi

kebutuhan olahraga dalam berbagai jenis sehingga perlusebuah system

pemasaran yang baik akan produk-produk dan jasa yang dikomersilkan.

Begitu pula halnya dengan pengelolaan sarana dan prasarana olahraga,

demi menjaga kelangsungan dan keawetan sarana dan prasarana olahraga

yang sudah tersedia maka diperlukan sebuah sistem managemen

pemasaran olahraga yang baik. Di Indonesia istilah pemasaran olahraga

mulai dikembangkan khususnya pada cabang-cabang olahraga yang

popular di masyarakat. Mullin 1985 (dalam Harsuki,2012 : 210)

memberikan pengertian pemasaran olahraga sebagai berikut: “Pemasaran

olahraga terdiri dari semua aktivitas yang terencana untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan pelanggan pada partisipasi pertama, kedua dan

ketiga dan penonton pertama, kedua dan ketiga melalui proses

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

70

pertukaran. Oleh karena itu, pemasaran olahraga telah berkembang

dengan dua arah yaitu: a. Pemasaran produk dan service olahraga kepada

pelanggan olahraga, dan b. Pemasaran yang menggunakan olahraga

sebagai suatu wahana promosi untuk pelanggan dan service serta produk

industri”.

Menurut Kotler & Armstrong (2008:62), (dalam http : //

husnuahmad. blogspot.com.) Bauran pemasaran (marketing mix) adalah

kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan

untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran. Bauran

pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk

mempengaruhi permintaan produknya.Berbagai kemungkinan ini dapat

dikelompokkan menjadi empat kelompok variabel yang disebut “4P”

(Product, Price, Place,Promotion).

Proses pemasaran olahraga didalamnya memerlukan beberapa

komponen penting, diantaranya yaitu: strategi pemasaran, taktik olahraga

ada enam konsep yang pemasaran dan value pemasaran yang harus

disusun secara seksama dan baik. Strategi pemasaran olahraga adalah

cara untuk mencapai tujuan jangka panjang, dalam ruang lingkup

strategi pemasaran olahraga ada tiga konsep yang harus diperhatikan

diantaranya communitization, confirmation dan clarification. Taktik

pemasaran olahraga adalah rentetan dari pelaksanaan pekerjaan dari

suatu strategi, agar mencapai tujuan, dalam ruang lingkup taktik

pemasaran harus diperhatikan diantaranya codification, co-creation

,currency, communual activation, conversation and commercialization.

Value pemasaran olahraga adalah kemapuan yang dapat diberikan

produsen kepada konsumen untuk memuaskan konsumen itu sendiri.

Dalam ruanglingkup value yang harus diperhatikan antara lain

character, care and collaboration. Bila kita lihat dari sudut pandang

produk industri olahraga, maka yang menjadi ruang lingkup pemasaran

olahragaantara lain: sarana dan prasarana yang diproduksi,

diperjualbelikan dan/atau disewakan, barang-barang olahraga seperti

peralatan dan perlengkapan olahraga, dan Jasa penjualan kegiatan

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

71

olahraga. (Sumber: http://poernomojoko.blogspot.com)

d. Perencanaan professional Arsitektur Saraba dan Prasarana Olaraga

Perencana Profesional Arsitektur Sarana dan prasarana Olahraga

adalah perencana yang memenuhi kriteria dan aturan organisasi profesi.

Lingkup tugas pengembangan profesi perencana menjadi perencana

profesional sarana dan prasarana olahraga dimulai dari pengembangan

sebelum menjadi profesi, mulai mendapatkan pengakuan sebagai

profesional dan mengembangkan profesional lebih tinggi kelasnya,

antara lain sebagai berikut: (1) lingkup keanggotaan organisasi profesi,

dimana mendapatkan rekomendasi minmal 2 orang anggota profesional

kelas A untuk menjadi anggota IAI DKI Jakarta (belum profesional), (2)

lingkup pengembangan kemampuan profesional, dimana untuk

mengembangkan diri menjadi profesi dan profesional dibidangnya

mengikuti persyaratan yang diberlakukan organisasi profesi yaitu IAI

DKI Jakarta dan Pemerintah Provinsi setempat, dan (3) lingkup

profesional dibidang perencana arsitektur sarana dan prasarana olahraga.

Pengembangan perencana profesional sarana dan prasarana

olahraga menjadi suatu perencana yang profesional berdasarkan

perkembangannya ternyata melaui proses yang panjang. Salah satu tahap

yang harus dilalui adalah mendaftarkan diri terlebih dahulu sebagai

anggota organisasi profesi yang diminati (IAI DKI Jakarta, 1986).

Misalnya sebagai perencana profesional di bidang arsitektur, Ikatan

Arsitek Indonesia (IAI), Perencana Konstruksi, Himpunan Ahli

Konstruksi Indonesia (HAKI) atau Perencana Mekanikal dan Elektrikal

(PME), Himpunan Mekanikal dan Elektrikal (HME). Karena dalam

pokok bahasan ini dibatasi sebagai perencana arsitektur sarana dan

prasarana olahraga, berarti peminat harus mendaftarkan dirinya kepada

organisasi IAI. Tahap berikutnya perencana sesuai peminatannya harus

mengikuti penataran sesuai kelasnya, yakni pemula masuk strata

1,apabila telah berpengalaman minimal 2 kali merencanakan sarana dan

prasarana olahraga dapat mendaftarkan kembali untuk mengikuti strata 2

dan berhak mendapatkan Sertifikat Ijin Bekerja Perencana Arsitektur

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

72

(SIBP) C, yang dikeluarkan untuk wilayah DKI Jakarta oleh Kepala

Dinas Pengawas dan Penataan Bangunan (P2B). Di sini perencana

arsitektur sarana dan prasarana olahragasudah dapat dikatakan

profesional. Selanjutnya setelah minimal dua kali lagi berhasil

merencanakan Sarana dan prasarana olahraga yang telah dinilai oleh

Majelis IAI dan Tim Penasehat Arsitektur (TPAK) DKI Jakarta, boleh

mengajukan lagi untuk menempuh strata 3. Setelah lulus dari Tim

Majelis IAI, maka perencana berhak mendapatkan SIBP B dengan

melunasi kewajiban iuran anggota profesional dan kewajiban yang

diberlakukan P2B, maka SIBP B dapat dimiliki. Selanjutnya setelah

setiap criteria menjadi arsitek yang profesional di bidang perencana

sarana dan prasarana olahraga dilalui semakin tinggi strata yang

diperoleh semakin berat tanggung jawabnya dan sudah tentu makin besar

imbalan yang didapat sesuai aturan organisasi profesi atau IRTA

(perhitungan imbalan jasa perencanaan bangunan-bangunan gedung)

yang telah diberlakukan (IAI DKI Jakarta, 1986). Selanjutnya apabila

perencana sudah benar-benar profesional dan minimal pernah menangani

proyek-proyek skala besar/nasional, 1 kali saja dan lolos dari penilaian

Tim TPAK dan Tim Majelis IAI, maka perencana berhak mendapatkan

sertifikat SIBP A dari P2B, merupakan SIBP yang paling tinggi.

Dikatakan perencana arsitektur yang profesional dibidang sarana

dan prasarana olahraga harus sudah memiliki kemampuan mendiagnosis

tugas-tugas yang di bebankan. Persyaratan-persyaratan perencanaan

sarana dan prasarana olahraga yang ditugaskan sudah harus menjadi

bahan pertimbangnya, dan tidak menjadi masalah dan hambatan setelah

pekerjaan dimulai, antara lain sebagai berikut: Legal aspek sudah tidak

bermasalah: (a) Surat-surat tanah bersertifikat, PBB lunas dibayar sesuai

tahun yang sudah berjalan dan tidak dalam keadaan sengketa; (b) Lokasi

sesuai dengan peruntukkan tata ruang, aksesbilitas tingkat kemudahan

tinggi, tidak dalam lokasi yang rawan bencana, aman, kondisi tanah tidak

mudah longsor, konus (daya tahan tanah) rendah tanah yang labil sulit

untuk dibangun, tidak banjir bukan pantai yang rawan tsunami dan

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

73

keamanan iklim serta pengaruh kondisi alam lainnya; (c) Terukur dengan

luas yang memadai, dan diukur oleh stakholder atau pihak terkait (Tata

Kota dan BPN), serta diikuti keterangan rencana kota yang berlaku jelas

perutukannya, besaran lebar jalanya, garis sempadan, intensitas

bangunannya, ada rencana site dan rencana blok (block plan).

Secara teknik teknologis, rencana sarana dan prasarana olaharaga

secara profesional dipersiapkan: (a) Desain perencanaan arsitektur

fasilitasolahraga harus direncanakan secara profesional, artinya telah

mempertimbangkan aspek wawasan identitas arsitektur, aspek

penampilan sebagai bangunan sarana dan prasarana olahraga memenuhi

persyaratan pemanfaatan sebagai kecabangan olahraga tertentu, aspek

lingkungan dan kondisi alam sekitarnya serta dampak multliplier efek

pembangunan maupun aspek ketahanan untuk pemeliharaan & aspek

keamanan bangunan ; (b) Perhitungan konstruksi bagungan sarana dan

prasarana olahraga harus dapat dipertanggung jawabkan dengan

mempertimbangkan bahan bangunan yang dipergunakan serta keamanan

teknik pelaksanan pembangunannya ; (c) Dokumen kontrak harus

dipersiapakan secara profesional. Artinya secara keseluruhan

terkoordinasi sejak kapan kegiatan perencanaan dilakukan, kapan

pelaksanaan dan pasca pembangunan bagaimana operasionalisasi.

Pemanfaatan bangunan sarana dan prasarana olahraga di kelola

juga secara profesional. Pengembangan Perencana Profesional Arsitektur

Sarana dan prasarana Olahraga ternyata satu disiplin keilmuan saja tidak

cukup untuk menangani perencanaan sarana dan prasarana olahraga

secara nasional. Pengalaman penulis membuktikan, ternyata ilmu yang

berkaitan dengan perencananaan arsitektur sarana dan prasarana olahraga

secara nasional begitu luas dan menarik untuk dipelajari, ditekuni dan di

terapkan serta dapat bermanfaat bagi bangsa dan umat manusia.

Ternyata, menurut pernyataan Sekjen PBB Kofianan dipembukaan

konferensi pendidikan jasmani sedunia di Thailand, bahwa olahraga

sudah menjadi kebutuhan hidup manusia, bahkan sebagai instrumen

kesejahteraan paripurna.

Page 66: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

74

Perencanaan arsitektur sarana dan prasarana olahraga yang ada saat

ini secara nasional dan profesional memang sudah baik dan professional

pengembangannya, namun masih secara incremental (sporadis).

Nampaknya secara konfrehensif selama Republik ini berdiri belum

pernah disiapkanya secara holistik dan konfrehensif (Ditjora Depdiknas,

2004). Oleh karena itu untuk pengembangan perencanaan sarana dan

prasarana olahraga secara nasional masih diperlukan pula pengembangan

perencana profesional arsitektur sarana dan prasarana olahraga. Adapun

secara runtun dapat ditampilkan sebagai berikut : (1) Dari sisi disiplin

keilmuan teknik arsitektur, memerlukan teknik pengembangan

pengelolaan mekanisme perencanaan, maka diperlukan disiplin

manajemen konstruksi supaya perencanaan; (2) dapat terkelola dengan

lancar, hambatan dapat diminimalisir, penyelesaian dapat efektif dan

efisien mengingat cakupan perencanaan secara nasional memerlukan

sinkronisasi dan tehnis administrasi dan menejerial yangholistik, terpadu

dengan stakholder (pihak terkait); (3) Merencanakan sarana dan

prasarana olahraga secara nasional dengan dua disiplin: teknik arsitektur,

teknik sipil dan manejemen saja masih belum cukup, perencana harus

mengembangkan profesionalisme kemampuan dirinya dengan

mempelajari ilmu keolahragaan dan pendidikan jasmani. Berkaitan

dengan ilmu olahraga, sehingga dapat digabungkan dengan ilmu yang

dimiliki penulis yaitu tenical architechture dan spatial planning serta

manajemen, hingga lengkap menjadi suatu disiplin olahraga dan teknik

arsitekur serta tata ruang (Sports Engineering); (4) Sebagai profesional

yang handal secara disiplin keilmuan dapat diasumsikan cukup, namun

teknik dilapangan masih memerlukan pengembangan wawasan bagi

perencana secara internasional, baru ada input ( masukkan ) untuk

merencanakan lebih profesional betul. Untuk menyiapkan perencanaan

sarana dan prasarana olahraga nasional yang konprehensif atau holistik

membutuhkan proses pengembangan perencana dengan waktu yang

cukup memadai. Disamping itu memerlukan pengalaman yang panjang

tidak dapat didadak, baik teori dan praktek bertahun-tahun dalam

Page 67: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

75

penanganan pembangunan sarana dan prasarana olahraga nasional.

Perencana sarana dan prasarana olahraga yang profesional harus

memperhatikan mekanisme prosedur perencanaan sarana dan prasarana

olahraga nasional (Ditjora Depdiknas, 2004): (a) Aspek perencanaan

macro spatial planning harus memahami wawasan nusantara dan rencana

tata ruang nasional; (b) Aspek perencanaan meso arsitektur tata kawasan

kota dan lingkungan perencana harus memahami desain bangunan

sarana dan prasarana olahraga, mengingat ciri dari bangunan

fasilitasolahraga dengan bentangan panjang dan pemanfaatannya spesifik

menurut kecabangan olahraganya; (c) Aspek perencanaan mikro yaitu

perencanaan teknik konstruksi harus memahami perhitungan konstruksi

beton, baja kayu dan batu; (d) Aspek pelaksanaan pembangunan harus

memahami administrasi bangunan dan perijinan; (e) Aspek pembiayaan

harus memahami analisa rencana biaya dan alokasi pendanaan yang tepat

guna serta berhasil guna, dengan memperhatikan iptek olahraga dan

material/bahan bangunan yang dipergunakan; (f) Aspek pengawasan dan

pengendalian harus mehami menejemen konstruksi supaya pelaksanaan

sesuai dengan perencanaan dan desain arsitektur yang estetis konstruksi

yang kokoh kuat dapat dipertangung jawabkan serta terjangkau.

Ketersediaan perencana profesional sarana dan prasarana olahraga

kunci untuk mewujudkan pembangunan yang berkualitas dan profesional

diperlukan profesionalitas sumberdaya manusia perencana arsitektur

sarana dan prasarana olahraga sangat menetukan keberhasilan kualitas

kerja yang profesional berpegangpada kode etik profesi yang telah

ditetapkan oleh organisasi profesi. Untuk menunjang peningktan kualitas

kinerja perencana profesional arsitektur sarana dan prasarana olahraga,

maka disarankan untuk: memiliki dan mengembangkan selalu keilmuan

bidang teknik, olahraga dan manajemen, serta tekun dan sabar. Untuk

pengembangan profesionalitas perlu mempersiapkan kemampuan dengan

menambah pendidikan pengembangan profesional, baik penjenjangan

strata yang diselenggarakan organisasi profesi maupun dengan

pendidikan secara formal. Pendidikan formal, member kesempatan

Page 68: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

76

seluas-luasnya bagi para perencana arsitektur sarana dan prasarana

olahraga yang berstatus pejabat, swasta dan masyarakat seperti: strata

pendidikan S1, S2 dan S3

10. Kebijakan Pemerintah

a. Kebijakan

Setiap saat Pemerintah selalu dihadapkan pada berbagai macam

masalah mulai dari yang sederhana sampai permasalahan yang rumit.

Dibutuhkan sebuah kebijakan untuk mengatasi setiap masalah yang ada.

Syarat untuk memecahkan masalah yang rumit adalah tidak sama dengan

syarat untuk memecahkan masalah yang sederhana. Masalah yang

sederhana memungkinkan analisis menggunakan metode-metode

konvensional, sementara masalah yang rumit menuntut analisis untuk

mengambil bagian aktif dalam mendefenisikan hakekat dari masalah itu

sendiri. Gambaran tentang pemecahan masalah bertolak dari pandangan

bahwa kerja kebijakan bermula dari masalah-masalah yang sudah

terartikulasi dan ada dengan sendirinya. Semestinya, kebijakan bermula

ketika masalah-masalah yang telah diketahui kemudian membuat hipotesis

tentang serangkaian tindakan yang mugkin untuk dilakukan melalui kajian

yang cermat tentang masalah-masalah tersebut agar dapat merumuskan

kebijakan yang harus ditetapkan dan mengimplementasikan kebijakan

tersebut dalam sebuah tindakan nyata. Kebijakan dipelajari dalam ilmu

kebijakan (policy science), yaitu ilmu yang berorientasi kepada masalah

kontekstual, multi disiplin, dan bersifat normatif, serta dirancang untuk

menyoroti masalah fundamental yang sering diabaikan, yang muncul ketika

warga negara dan penentu kebijakan menyesuaikan keputusannya dengan

perubahan-perubahan sosial dan transformasi politik untuk melayani tujuan-

tujuan demokrasi (Lasswell dalam Kartodiharjo, 2009).

Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William Dunn,

Charles Jones, Lee Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah public

policy dan public policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda.

Istilah kebijaksanaan atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy

Page 69: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

77

memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena

pemerintahlah yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk

mengarahkan masyarakat, dan bertanggung jawab melayani kepentingan

umum. Ini sejalan dengan pengertian public itu sendiri dalam bahasa

Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat atau umum. Kebijakan

(policy) adalah solusi atas suatu masalah. Kebijakan seringkali tidak efektif

akibat tidak cermat dalam merumuskan masalah. Dengan kata lain,

kebijakan sebagai obat seringkali tidak manjur bahkan mematikan, akibat

diagnosa masalah atau penyakitnya keliru (Dunn, 2000).

Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan (dalam Islamy, 2002 : 17)

memberi arti kebijakan sebagai “a projected program of goals, value and

practice” (suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek

yang terarah). Sedangkan Carl Friedrich (dalam Wahab, 2001 : 3)

menyatakan bahwa “kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada

tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu

seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan

sasaran yang diinginkan”.

Kajian tentang ilmu kebijakan menjadi penting untuk dipahami karena

ilmu kebijakan salah satunya diimplementasikan untuk kepentingan publik.

James E. Anderson (dalam Bambang S, 1994 : 23) mengatakan bahwa

“publik policies are those policies developed by govermental bodies and

officials” (kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan

oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah). Selanjutnya Anderson

menjelaskan implikasi dari pengertian kebijakan publik adalah: 1) Bahwa

kebijakan publik itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan

tindakan yang berorientasi pada tujuan. 2) Bahwa kebijakan itu berisi

tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.3)

Bahwa kebijakan itu adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang pemerintah bermaksud akan

melakukan sesuatu atau menyatakan akan melakukan sesuatu.4) Bahwa

kebijakan publik itu bisa bersifat positif dalam arti merupakanbeberapa

Page 70: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

78

bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat

negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak

melakukan sesuatu.5) Bahwa kebijakan pemerintah dalam arti yang positif

didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undangan

yang bersifat memaksa (otoritif).

b. Bentuk-bentuk Kebijakan

Seorang pimpinan dalam hal ini Pemerintah haruslah mampu

membuat sebuah kebijakan yang baik dan bermanfaat bagi semua. Pada

prinsipnya Pemerintah ialah perwujudan rakyat yang mempunyai tugas

menjalankan pemerintahan atas dasar kehendak dan kebutuhan rakyat dalam

sebuah negara.Oleh karena itu, semua tindakan dan keputusan harus

dilatarbelakangi oleh kepentingan rakyat itu sendiri. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia arti Kebijakan adalah “kepandaian dan kemahiran.

Kebijakan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan

dasar rencana pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpian, dan cara

bertindak (Pemerintah/Organisasi), pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip,

atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha

mencapai sasaran atau garis haluan”. Easton (dalam Santosa, 2008 : 27)

menjelaskan bahwa kebijakan adalah “pengalokasian nilai-nilai kepada

seluruh masyarakat secara keseluruhan”. Pendapat ini memperkuat definisi

kebijakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karena mengisyaratkan

adanya sifat otoritatif yang dimiliki pemerintah. Kebijakan pemerintah pada

dasarnya tidak hanya berupa sebuah tindakan yang diambil dalam sebuah

kasus namun bisa bermakna lebih luas lagi. Kebijakan tersebut bisa berupa

ucapan dari seorang pimpinan, dukungan, perhatian dan lain sebagainya.

Setiap respon atau tindakan yang dilakukan oleh seorang pimpinan bisa

diartikan sebagai kebijakan yang dia tetapkan bahkan meskipun pemerintah

tidak melakukan sesuatu terkait sebuah kasus namun hal itu akan tetap

menjadi sebuah kebijakan dimana akan sangat mempengaruhi atau memberi

dampak terhadap masyarakat. Hogwood dan Gunn1986 (dalam Wahab 2011

: 16), mengelompokkan kebijakan ke dalam sepuluh macam yaitu: 1) Policy

as a Label for a Feld of Activity (Kebijakan sebagai Sebuah Label atau

Page 71: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

79

Merk bagi Suatu Bidang Kegiatan Pemerintah). 2) Policy as an Expression

of General Purpose or Desired State of (Kebijakan sebagai Suatu

Pernyataan Mengenai Tujuan Umum atau Keadaan Tertentu yang

Dikehendaki).3) Policy as Spesific Proposals (Kebijakan sebagai Usulan-

Usulan Khusus). 4) Policy as Decision of Government (Kebijakan sebagai

Keputusan-Keputusan Pemerintah ).5) Policy as Formal Authorization

(Kebijakan sebagai Bentuk Otorisasi atau Pengesahan Formal). 6) Policy

as Programme (Kebijakan sebagai Program). 7) Policy as Output

(Kebijakan sebagai Keluaran). 8) Policy as Outcome (Kebijakan sebagai

Hasil Akhir).9) Policy as a Theory or Model (Kebijakan sebagai Teori atau

Model).10) Policy as Process (Kebijakan sebagai Proses) Weimer &

Vining (1999 dalam Kartodiharjo, 2009) menjelaskan mengenai lingkup

kebijakan, yang terdiri dari: Riset Kebijakan dan Analisis Kebijakan. Riset

Kebijakan merupakan prediksi dampak perubahan beberapa variabel akibat

perubahan kebijakan, untuk aktor dalam arena kebijakan yang relevan

melalui metodologi yang formal. Sedangkan analisis kebijakan merupakan

perbandingan dan evaluasi dari solusi yang tersedia untuk memecahkan

masalah, untuk orang atau lembaga tertentu melalui sintesis, riset-riset dan

teori. Sutton (1999) menunjukkan bahwa dengan kajian kebijakan akan

dihasilkan pengetahuan mengenai baik atau buruknya kinerja kebijakan

yang dihasilkan saat ini melalui identifikasi arena kebijakan dengan

menggunakan metoda yang valid. Kebijakan pemerintah yang telah

disahkan, tidak akan bermanfaat apabila tidak diimplimentasikan. Hal ini

disebabkan karena implimentasi kebijakan pemerintah berusaha untuk

mewujudkan kebijakan yang masih bersifat abstrak ke dalam realita nyata.

Suatu kebijakan pemerintah akan berhasil apabila dilaksanakan dan

menghasilkan dampak positif bagi masyarakat banyak. Kebijakan sendiri

secara umum dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu : 1) Kebijakan

Umum Kebijakan umum adalah kebijakan yang menjadi pedoman atau

petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun bersifat negatif

yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan. Suatu

hal yang perlu diingat adalah pengertian umum di sini bersifat relatif.

Page 72: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

80

Maksudnya, untuk wilayah negara, kebijakan umum mengambil bentuk

undang-undang atau keputusan presiden dan ebagainya. Sementara untuk

suatu provinsi, selain dari peraturan dan kebijakan yang di ambil pada

tingkat pusat juga ada keputusan gubernur atau peraturan daerah yang

diputuskan oleh DPRD. Agar suatu kebijakan umum dapat menjadi

pedoman bagi tingkatan kebijakan di bawahnya, ada beberapa kriteria yang

harus dipenuhi. Pertama, cakupan kebijakan itu meliputi keseluruhan

wawasannya. Artinya, kebijakan itu tidak hanya meliputi dan ditujukan pada

aspek tertentu atau sektor tertentu. Kedua, tidak berjangka pendek. Masa

berlakunya atau tujuan yang ingin dicapai dengan kebijakan tersebut berada

dalam jangka panjang ataupun tidak mempunyai batas waktu tertentu.

Karena itu tujuan yang digambarkan sebagai kebijakan sering kali dianggap

orang tidak jelas. Istilah “tidak jelas” ini tidak tepat. Tujuan jangka panjang

lebih dapat disebut “samar-samar” karena gambarannya yang bersifat

umum. Keadaan ini hampir dapat disamakan dengan penglihatan kita bila

melihat seorang wanita cantik dari jarak dua kilometer. Sosoknya tidak

akan terlihat dengan jelas. Kecantikannya hanya tergambar secara umum

dalam bentuk keseluruhan. Gambarannya jelas berada dari penglihatan

dalam jarak lima puluh meter. Bahkan dapat dikatakan aneh kalau dalam

jarak dua kilometer dia terlihat dengan jelas. Dengan kata lain, dalam suatu

kebijakan umum tidak tepat untuk menetapkan sasarannya secara sangat

jelas dan rumusanya secara teknis. Rumusan yang demikian akan

menghadapi kekakuan dalam perubahan waktu jangka panjang dan akan

mengalami kesulitan untuk diberlakukan dalam wilayah-wilayah kecil yang

berbeda.Ketiga, strategi kebijakan umum tidak bersifat operasional. Seperti

halnya pada pengertian umum, pengertian operasional atau teknis juga

bersifat relatif. Sesuatu yang dianggap umum untuk tingkat kabupaten

mungkin dianggap teknis atau operasional untuk tingkat provinsi dan sangat

operasional dalam pandangan tingkat nasional. Namun, sekalipun suatu

kebijakan bersifat umum, tidak berarti kebijakan tersebut bersifat sederhana.

Makin umum suatu kebijakan,makin kompleks dan dinamis kebijakan

tersebut. Hal ini disebabkan karena pada tingkat kebijakan umum banyak

Page 73: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

81

aspek yang terlibat,banyak dimensi ilmu yang diperlukan untuk

menganalisisnya dan banyak pihak yang terkait. Sebaliknya semakin teknis

suatu kebijakan,semakin tidak kompleks kebijakan itu. 2) Kebijakan

Pelaksanaan Kebijaka pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan

kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang

pelaksanaan suatu undang-undang, atau keputusan menteri yang

menjabarkan pelaksanaan keputusan presiden adalah contoh dari kebijakan

pelaksanaan. Untuk tingkat provinsi, keputusan bupati atau keputusan

seorang kepala dinas yang menjabarkan keputusan gubernur atau peraturan

daerah bisa jadi suatu kebijakan pelaksanaan.3) Kebijakan Teknis

Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang berada di bawah

kebijakan pelaksanaan itu. Secara umum dapat disebutkan bahwa kebijakan

umum adalah kebijakan tingkat pertama, kebijakan pelaksanaan adalah

kebijakan tingkat ke dua, dan kebijakan teknis adalah kebijakan tingkat ke

tiga atau yang terbawah.

Wewenang membuat kebijakan hanya ada pada jabatan-jabatan yang

tinggi. Ini bisa dimengerti karena pada jabatan-jabatan tersebut terdapat

fungsi mengatur (regulasi) masyarakat. Pada jabatan-jabatan yang lebih

rendah terdapat fungsi pelaksanaan atau teknis. Meskipun birokrasi harus

bersikap netral atau bebas dari politik, namun mereka yang menduduki

jabatan tinggi tidak boleh melepaskan diri dari pengaruh politik. Tanpa

pertimbangan politik dapat timbul kelemahan dalam memperoleh

dukungan masyarakat bagi kebijakan yang dibuatnya. Seorang birokrat

tidak boleh mewakili kepentingan sesuatu partai, namun dia harus dapat

memahami orientasi politik partai-partai yang ada,sehingga dapat

mengambil keputusan yang mewakili semua aspirasi dalam masyarakat.

Sikap netral seorang pejabat tidak boleh diartikan bahwa keputusan yang

diambil harus lepas dari semua kepentingan partai, karena ini akan berakibat

ruang gerak untuk mengidentifikasi alternatif kebijakan menjadi sempit,

bahkan mungkin menjadi tidak ada. Misalnya, jika dalam masyarakat ada

perbedaan pendapat antara dua atau tiga partai, supaya netral, maka dia

mengambil kebijakan di luar dari ketiga pendirian itu. Jika demikian halnya,

Page 74: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

82

keadaan tentu saja akan menjadi semakin parah, karena dalam sistem multi

partai yang ada, variasi perbedaan pendapat makin banyak. Dalam keadaan

demikian, seorang pejabat harus mempunyai pertimbangan atas alasan

sendiri, terserah apakah alasan itu dekat dengan salah satu dari pendapat

partai tertentu. Dekat dengan salah satu partai tidak mesti bertentangan

dengan kepentingan rakyat. Dalam keadaan normal, partai-partai politik

juga cenderung mengambil keputusan yang merakyat (populer), sekurang-

kurangnya untuk menarik simpati dari masyarakat banyak.

c. Analisis Formulasi Kebijakan

Analisis kebijakan dapat dipandang sebagai ilmu yang menggunakan

berbagai metode pengkajian multiple dalam konteks argumentasi dan debat

politik untuk menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan

pengetahuan yang relevan dengan kebijakan. Dalam analisis kebijakan, kata

analisis digunakan dalam pengertian yang paling umum, termasuk

penggunaan intuisi dan mengungkapkan pendapat dan tidak hanya menguji

kebijakan dalam memilah-milah kedalam sejumlah komponen-komponen

tetapi juga perancangan dansintesis alternatif-alternatif baru. Menurut

Sabatier (dalam Wahab, 2012:34)bahwa:“Agar dapat menilai

perkembangan sebuah kebijakan dengan baik,seseorang harus mencermati

kebijakan itu setidaknya selama satu decade atau lebih. Dalam penelitian

seperti itu, unit analisisnya ialah subsistem kebijakan yang terdiri atas

koalisi advokasi yang saling bersaing atau interaksi antar aktor dari

beragam lembaga dan tingkatan pemerintahan yang tertarik terhadap bidang

kebijakan tersebut”.

Analisis kebijakan publik bertujuan memberikan rekomendasi untuk

membantu para pembuat kebijakan dalam upaya memecahkan masalah-

masalah publik. Di dalam analisis kebijakan publik terdapat informasi-

informasi berkaitan dengan masalah-masalah publik serta argumen-argumen

tentang berbagai alternatif kebijakan, sebagai bahan pertimbangan atau

masukan kepada pihak pembuat kebijakan(dalam

http://Bagusspurnama.blog.ub.ac.id). Hal tersebut sejalan dengan pendapat

Wahab (2012 : 34-35) bahwa “Tujuan pokok melakukan analisis kebijakan

Page 75: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

83

publik (public policy analysis) adalah untuk meramu secara sistematik

beragam gagasan yang berasal dari berbagai macam disiplin misalnya

sosiologi, politik, ekonomi, administrasi publik, psikologi sosial dan

antropologi,kemudian digunakan untuk menginterprestasikan sebab-sebab

dan akibat-akibat dari tindakan pemerintah”.

Adapun dimensi-dimensi Kebijakan Publik diantaranya adalah

pertama: proses kebijakan, mengkaji proses penyusunan kebijakan, mulai

dari indentifikasi dan perumusan masalah, implementasi kebijakan,

monitoring kebijakan serta evaluasi kebijakan. Dimensi kedua analisis

kebijakan meliputi: penerapan metodedan teknik analisis yang bersifat

multidisiplin dalam proses kebijakan. Evaluasi kebijakan mengkaji akibat-

akibat suatu kebijakan atau mencari jawaban atas pertanyaan “apa yang

terjadi sebagai akibat dari implementasi suatu kebijakan”. Analisis evaluasi

kebijakan sering juga disebut analisis dampak kebijakan, yang mengkaji

akibat-akibat implementasi suatu kebijkan membahas hubungan di antara

cara yang digunakan dan hasil yang dicapai. Analisis kebijakan publik

berdasarkan kajian kebijakannya dapat dibedakan antara analisis kebijakan

sebelum adanya kebijakan publik tertentu dansesudah adanya kebijakan

publik tertentu.

Analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik berpijak pada

permasalahan publik semata sehingga hasilnya benar-benar sebuah

rekomendasi kebijakan publik yang baru. Keduanya baik analisis kebijakan

sebelum maupun sesudah adanya kebijakan mempunyai tujuan yang sama

yakni memberikan rekomendasi kebijakan kepada penentu kebijakan agar

didapat kebijakan yang lebih berkualitas. Dunn 2000:117 (dalam Baguss

purnama.blog.ub.ac.id) membedakan tiga bentuk utama analisis

kebijakanpublik : 1) Analisis Kebijakan Prospektif Analisis Kebijakan

Prospektif yang berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi

kebijakan dimulai dan diimplementasikan.Analisis kebijakan disini

merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam

merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara

komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai

Page 76: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

84

landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.2) Analisis

Kebijakan Retrospektif Analisis Kebijakan Retrospektif adalah sebagai

penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan.

Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh

kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang

berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi.Tentu

saja ketiga tipe analisis retrospektif ini terdapat kelebihan dan kelemahan.3)

Analisis Kebijakan yang Terintegrasi Analisis Kebijakan yang terintegrasi

merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para

praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi

sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang

terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap

penyelidikan retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis

untuk terus menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap

saat.

d. Kebijakan Pemerintah dalam Olaraga

Kebijakan bidang keolahragaan diposisikan pada upaya-upaya

memotivasi dan memfasilitasi agar masyarakat dari berbagai lapisan usia

gemar berolahraga dan menjadikan olahraga sebagai gaya hidup. Dalam

rangka meningkatkan budaya olahraga sebagai bagian dari proses dan

pencapaian tujuan pembangunan nasional,keberadaan dan peran olahraga

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus

mendapatkan kedudukan yang sejajar dengan sektor pembangunan lainnya

terutama untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, pergaulan sosial, dan

kesejahteraan individu, kelompok, atau masyarakat pada Dalam

pembangunan olahraga, hasil utama yang telah dicapai adalah

terumuskannya konsep kebijakan yang mendukung perkembangan olahraga

nasional dan pedoman mekanisme pembinaan olahraga dan kesegaran

jasmani ; dan tersusunnya Rancangan Undang-Undang Olahraga untuk

mendukung perkembangan olahraga nasional, dan tersusunnya Sport

Development Index (SDI). Selain itu, untuk meningkatkan upaya

pemanduan bakat dan pembibitan olahraga telah dilaksanakan pembinaan

Page 77: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

85

olahraga di kalangan pelajar termasuk pelajar penyandang cacat, organisasi

olahraga dan masyarakat dan meningkatnya jumlah pelatih, peneliti,

praktisi, dan teknisi olahraga yang mengikuti pendidikan dan pelatihan

sesuai dengan standar kompetensi serta meningkatnya jumlah dan mutu

bibit olahragawan. Selanjutnya, untuk meningkatkan prestasi olahraga

termasuk olahraga bagi penyandang cacat telah berhasil ditingkatkan

pembinaan peserta didik dalam cabang olahraga prestasi, dan meningkatnya

penyelenggaraan kompetisi olahraga secara berjenjang dan

berkesinambungan.

Sedangkan dalam pembangunan pemuda, hasil-hasil yang telah

dicapai adalah tersusunnya data dan informasi kepemudaan, meningkatnya

kemampuan manajerial usaha muda,meningkatnya jumlah wirausahawan

muda yang mengikuti pelatihan keterampilan dan manajemen, terlaksananya

upaya untuk meningkatkan peran aktif pemuda dalam penanggulangan

narkoba, HIV/AIDS, kriminalitas termasuk tawuran dikalangan pelajar dan

pemuda dan terlaksananya upaya untuk meningkatkan pemahaman dan

penghormatan terhadap supremasi hukum dan HAM.

Permasalahan dan tantangan program pembangunan pemuda dan

olahraga adalah lemahnya sumber daya manusia di bidang pemanduan

bakat, lemahnya manajemen olahraga, kurang intensifnya upaya-upaya

pembibitan, menurunnya pembinaan dan kurangnya penerapan dan

pemanfaatan iptek secara tepat dan benar dalam olahraga, minimnya sarana

dan prasarana umum untuk berolahraga sehingga masyarakat enggan

berolahraga, kurangnya kompetisi olahraga baik dalam skala nasional

maupun regional,masih rendahnya tingkat pendidikan dikalangan pemuda

dan minimnya ruang-ruang publik bagi kalangan pemuda untuk

mengekspresikan dirinya.

Tindak lanjut yang diperlukan dalam pembangunan pemuda dan

olahraga adalah: melaksanakan peningkatan kapasitas (capacity building) di

bidang pembangunan olahraga, mengembangkan olahraga rekreasi, olahraga

lanjut usia,olahraga penyandang cacat, dan olahraga tradisional, melakukan

pembinaan olahraga usia dini, kelas olahraga, klub olahraga pelajar dan

Page 78: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

86

mahasiswa, dan kelompok berlatih olahraga, melakukan bimbingan dan

kompetisi olahraga pelajar secara berjenjang dan teratur dalam rangka

menanamkan disiplin, nilai-nilai sportivitas, dan menggali bakat olahraga,

meningkatkan kepedulian masyarakat dan dunia usaha mengenai

pentingnya dukungan pendanaan olahraga terutama olahraga prestasi,

meningkatkan keterampilan dan keahlian tenaga

kerjanpemuda,mengembangkan kewirausahaan pemuda, meningkatkan

partisipasi lembaga kepemudaan dalam pembangunan ekonomi,

memperluas kesempatan pemuda terdidik untuk berpartisipasi dalam

pembangunan di pedesaan, mengembangkan jaringan kerjasama pemuda

antardaerah, antarpropinsi dan antarbangsa,meningkatkan peran aktif

pemuda dalam penanggulangan masalah penyalahgunaan narkoba,

minuman keras (miras), penyebaran penyakit HIV/AIDS serta penyakit

menular seksual, dan kriminalitas di kalangan pemuda.

e. Peraturan Daerah

Otonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos dan nomos. Autos

artinya sendiri, sedangkan nomos berarti hukum atau aturan. Sebagai istilah,

pengertianotonomi autos nomos atau autonomous dalam bahasa Inggris

kata sifat yang berarti: (1) keberadaan atau keberfungsian secara bebas atau

independen (functioning or existing independently); dan (2) memiliki

pemerintahan sendiri, sebagai negara atau kelompok dan sebagainya (of or

having self-government, as astate, group, etc.). Sedangkan pengertian

otonomi (autonomy) sebagai kata benda(noun) adalah (1) keadaan atau

kualitas yang bersifat independen, khususnya kekuasaan atau hak memiliki

pemerintahan sendiri (the power or right of havin self-government); dan

atau (2) negara, masyarakat, atau kelompok yang memiliki pemerintahan

sendiri yang independen (a self-governing state, community orgroup).

Beranjak dari rumusan pengertian otonomi tersebut dapat disimpulkan

bahwa otonomi daerah secara ringkas adalah daerah yang

menyelenggarakan pemerintahan sendiri, atau daerah yang memiliki

pemerintahan sendiri yang berdaulat atau independen.

Indonesia pada dasarnya menganut pemahaman otonomi daerah

Page 79: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

87

yang bersifat administratif, yaitu kebebasan untuk menyelenggarakan

administrasi pemerintahan sendiri yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia

(SANKRI). Dengan demikian dalam konteks Indonesia, pengertian Otonomi

Daerah menunjukkan hubungan keterikatan antara daerah yang memiliki

hak untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan kesatuan yang

lebih besar yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bukan

berarti daerah otonom yang merdeka dan berdiri sendiri bebas dari ikatan

dengan NKRI. Dengan berlakunya otonomi daerah maka Pemerintah daerah

berhak untuk mengatur daerahnya sendiri dan membuat kebijakan local

dengan tujuan pengembangan dan pembangunan daerah.Salah satunya yaitu

dengan menerbitkan Peraturan Daerah (PERDA). Peraturan Daerah

merupakan bentuk nyata implementasi kebijakan yang dibuat oleh

Pemerintah Daerah dalam mengatasi permasalahan yang ada maupun untuk

mengembangkan potensi daerahnya.

Sejak disahkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah (yang kemudian direvisi pada tahun) yang

diimplementasikan sejak januari 2001, maka beberapa kewenangan daerah

dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah daerah (PEMDA). Mulai saat itulah

Pemda mempunyai kewenangan yang luar biasa untuk merencanakan,

merumuskan, melaksanakan, serta mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang

sesuai dengan keperluan dan tuntutan masyarakat setempat (Agustino, 2011

: 69). Sejak masa itu pemerintah daerah (Pemda) tidak lagi sekedar sebagai

pelaksana operasional kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan

ditentukan oleh pusat seperti pada zaman Orde Baru yang bersifat top-down

policy, tetapi telah menjadi agen penggerak pembangunan. Sekarang,

melalui otonomi daerah apapun yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah

dapat dengan mudah dinilai bahkan dikritisi oleh masyarakat sendiri. Dalam

konteks kebijakan publik, misalnya, dapat ditanyakan apakah kebijakan

yang diformulasi dan diimplementasi mampu mengatasi persoalan-

persoalan yang dihadapi oleh daerah atau justru sebaliknya memutarbalikan

keadaan masyarakat ke arah yang lebih buruk. Berbicara kebijakan publik

Page 80: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

88

di daerah tentu saja dituangkan dalam bentuk peraturan daerah.

Peraturan daerah merupakan bentuk legitimasi Pemda untuk

mencapai tujuan-tujuan pembangunan daerah secara sah terhadap

masyarakat lokal. Tujuan-tujuan pembangunan daerah yang dilakukan salah

satunya ialah mengatasi persoalan masyarakat yang dianggap penting salah

satunya yaitu penyediaan sarana dan prasarana olahraga di Kota Kupang.

Dalam Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

setidaknya ada 3 (tiga) jenis produk hukum daerah otonom. Dua produk

hukum hasil pengaturan dan sebuah produk hasil pengurusan. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh pakar Otonomi Daerah Hoessein (2009:151-

156), bahwa: “Produk hukum hasil pengaturan adalah peraturan daerah

(Perda) dan peraturan kepala daerah, sedangkan sebuah produk hukum hasil

pengurusan adalah keputusan kepala daerah. Perda adalah keputusan kepala

daerah dengan persetujuan DPRD, sedangkan peraturan kepala daerah

adalah keputusan kepala daerah tanpa persetujuan DPRD. Kedua produk

hukum tersebut sebagai norma hukum umum dan abstrak. Keputusan

kepala daerah sebagai produk hukum pengurusan adalah keputusan yang

bersifat penetapan”.

Dalam hukum positif di Indonesia dibedakan beberapa produk

hukumdaerah otonom, namun baik jenis maupun hierarkinya diatur secara

berbeda dalam peraturan perundang undangan. Jenis dan kedudukan Perda

dalam hierarki perundang-undangan diatur dalam Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-undangan. Dalam ayat (1)

Pasal 7 mengatur jenis hierarki Peraturan Perundang-undangan sebagai

berikut:1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

1945) 2) Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang 3) Peraturan Pemerintah (PP)4) Peraturan Presiden (Perpres) 5)

Peraturan Daerah (Perda).

Kelima produk diatas merupakan bentuk pertama kebijakan publik,

yaitu peraturan perundangan yang terkodifikasi secara formal dan legal.

Setiap peraturan dari tingkat “Pusat” atau “Nasional” hingga tingkat “lokal”

desa atau kelurahan adalah kebijakan publik karena mereka adalah aparat

publik atau administrator yang dibayar oleh uang publik melalui pajak dan

Page 81: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

89

penerimaan negara lainnya (Penerimaan Negara Bukan Pajak), dan

karenanya secara hukum formalbertanggung jawab kepada publik (Nugroho,

2008: 62). Pada hakekatnya peraturan daerah dan kebijakan publik itu

memiliki pengertian yang hampir sama. Dimana keduanya merupakan suatu

alat intervensi pemerintah (lokal) yang bertujuan untuk mengubah kondisi

yang ada atau mempengaruhi arah dan kecepatan dari perubahan yang

sedang berlangsung dalam masyarakat guna mewujudkan kondisi yang

dicita-citakan. Intervensi itu dilakukan melalui suatu atau serangkaian

strategi kebijakan dengan menggunakan berbagai peralatan atau instrumen

kebijakan. Dalam hal ini, kondisi yang ada dan perubahan yang

berlangsung yang ingin dipengaruhiserta kemungkinan perubahan dari

kecenderungan perubahan yang ada itu, sangat bersifat spesifiik.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Perda adalah

produk hukum daerah otonom yang bersifat pengaturan. Dalam hal ini perda

dibuat untuk mengatur orang atau sekelompok orang untuk mencapai ke

keadaan yang dinginkan. Secara prosedural, pembentukan perda di dahului

dengan penyampaian rancangan peraturan daerah (Raperda) atas prakarsa

kepala daerah atau prakasa DPRD.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penitian yang dilaksanakan oleh peneliti

mengenai Kebijakan Pemerintah tentang Ketersediaan Sarana dan prasarana

Olahraga adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Nama : Agus Kristiyanto

Judul : Kajian Sarana dan prasarana Olahraga Prestasi “Warisan”

Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII Tahun 2008 Di

Kalimantan Timur Tahun : 2010 Sumber : Buku Pembangunan Olahraga Untuk

Kesejahteraan Rakyat Dan Kejayaan Bangsa Penelitian tersebut bertujuan

untuk menyusun sebuah kebijakan manejemen berbasis keunggulan lokal.

Dalam pembahasannya penelitian tersebut mengulas tentang Dasar Yuridis

Pengembangan Sarana dan prasarana Olahraga dan Survey Kelayakan Sarana

dan prasarana Olahraga Prestasi “Warisan” Penyelenggaraan Pekan Olahraga

Nasional (PON) XVII Tahun 2008 Di Kalimantan Timur. Dari hasil penelitian

Page 82: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

90

tersebut, terungkap bahwa tersedianya sarana dan prasarana olahraga

merupakan prasyarat aksi dalam mendorong terlaksananya aktivitas olahraga

dikalangan masyarakat dan merupakan sebuah keharusan terutama terkait

dengan penyelenggaraan Event Olahraga Nasional seperti Pekan Olahraga

Pelajar Nasional (POPNAS), Pekan Olahraga Nasional (PON), bahkan jika

memungkinkan Sea Games dan Asian Games. Dari hasil kajian yang

dilakukan, terbukti adanya beberapa bentuk Kebijakan Pemerintah yang

mendukung dalam usaha penyediaan sarana dan prasarana olahraga di setiap

daerah. Selain itu, berdasarkan hasil analisis kelayakan pada 5 (lima ) sarana

dan prasarana olahraga di Balikpapan, terungkap dimana sarana dan prasarana

yang tersedia bisa dibilang representatif dan memenuhi kriteria Standar

Keolahragaan Nasional. Kemudian dari data yang ada, dapat diartikan bahwa

tingkat pendapatan lebih besar dari biaya perawatan yang dikeluarkan dalam

pengelolaan sarana dan prasarana tersebut.

2. Nama : Arnold Meka

Judul : Kebijakan Koni Dalam Bidang Olahraga (Studi tentang usaha KONI

Surakarta dalam pencapaian prestasi bidang olahraga) Tahun : 2011

Sumber : Skripsi (Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta) Penelitian tersebut bertujuan

untuk mengetahui implementasi kebijakan yang dilakukan KONI dan hal-hal

yang mempengaruhi kebijakan tersebut dalam pembinaan olahraga di

Surakarta. Dari hasil kajian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa

Pemerintah Kota Surakarta melalui KONI telah mengimplementasikan UU

No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional kedalam berbagai

upaya untuk pembinaan olahraga di kota Surakarta. Dalam penelitian ini juga

dijelaskan bahwa implementasi dari UU No.3 Tahun 2005 belum berjalan

secara maksimal dimana masih terdapat kelemahan dalam pembinaan dan

pengawasan KONI kepada pengurus cabang olahraga. Pendanaan bidang

olahraga masih tertinggal dibanding daerah-daerah disekitarnya padahal Kota

Surakarta memiliki kondisi ekonomi yang cukup mendukung.

C. Kerangka Berpikir

Page 83: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.uns.ac.id · harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang mensyaratkan saling pengertian

91

Kebijakan Pemerintah tentang Olahraga diwujudkan dalam bentuk

Perundang-Undangan atau Peraturan Daerah (PERDA) yang ditetapkan oleh

pemerintah daerah yang bersangkutan yang mengatur salah satunya tentang

penyediaan Sarana dan Prasarana Olahraga sebagaimana yang tercantum dalam

Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 tahun 2005. Di dalam

Perda tersebut diantaranya memuat tentang Perencanaan Sarana dan Prasarana

Olahraga, AnalisisTentang Prosedur, Pemerataan, Ketersediaan, Ketercukupan

Sarana dan Prasarana Olaraga.

Proses implementasi kebijakan pemerintah dimulai dari adanya suatu

kebijakan yang telah siap dilaksanakan. Outcomes yang dihasilkan melalui proses

implementasi terdiri atas hasil segera kebijakan (policyeffect) dan hasil akhir

(policy impact). Hasil segera dan dampak yang ditimbulkan suatu program sangat

berguna untuk menilai kinerja implementasi suatu program. Policyeffect

merupakan pengaruh jangka pendek yang dihasilkan dari pelaksanaan Kebijakan

Pemerintah Tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendidikan se Kota

Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dengan perencanaan yang baik maka diharapkan implementasinya juga

akan baik dimana akan terwujudnya penyediaan sarana dan prasarana pendidikan

di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Kota Kupang. Dengan tersedianya

sarana dan prasarana olaraga pendidikan maka siswa semakin terfasilitasi dalam

berolaraga. Gambaran dalam Bagan alur berpikir penelitian adalah sebagai berikut

:

Gambar: 2.2: Skema Kerangka Pikir.

Kebijakan Pemerintah tentang olahraga pendidikan

Perkembangan Olahraga pendidikan

di kota Kupang

Pemerataan sarana dan prasarana olahraga

pendidikan

Ketercukupan sarana dan prasarana olahraga

pendidikan

Perundang-undangan tentang

sarana dan prasarana olahraga

pendidikanKetersediaan sarana dan prasarana olahraga

pendidikan

Prosedur sarana dan prasarana

olahraga pendidikan