KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

74
HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN DISMENORE PADA SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2011/2012 Oleh : TOH CHIA THING 080100273 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Transcript of KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

Page 1: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN DISMENORE

PADA SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN

TAHUN 2011/2012

Oleh :

TOH CHIA THING

080100273

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

Page 2: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN DISMENORE

PADA SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN

TAHUN 2011/2012

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

TOH CHIA THING

080100273

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

Page 3: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

i

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore

pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012

Nama : TOH CHIA THING

NIM : 080100273

Pembimbing

................................................

(dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG)

NIP: 197712142008121001

Penguji I

................................................

(dr. Rina Amelia, M.A.R.S.)

NIP: 197604202003122002

Penguji II

................................................

(dr. Eka Roina Megawati, M. Kes)

NIP: 197812232003122002

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

................................................

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)

NIP: 19540220 198011 1 001

Page 4: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

ii

ABSTRAK

Dismenore merupakan salah satu keluhan ginekologi yang paling umum

dirasakan perempuan usia produktif dimana definisi dismenore primer adalah

sensasi nyeri selama menstruasi tetapi tidak berkaitan dengan kelainan organik.

Prevalensi dismenore primer cenderung lebih tinggi pada remaja putri

dibandingkan dengan wanita yang lebih dewasa. Secara umum, olahraga

dipercaya bermanfaat dalam mengurangi kejadian dismenore. Namun, tidak

banyak penelitian yang dapat membuktikan pendapat ini dan kepustakaan ilmiah

menunjukkan bukti yang beraneka ragam. Tujuan utama dari penelitian ini adalah

untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara dismenore dengan kebiasaan

berolahraga.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik

dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 89 orang

diambil secara acak dengan menggunakan simple random sampling dari semua

siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012. Responden diberi kuesioner

yang berisi pertanyaan tentang gejala yang dialami sebelum dan selama

menstruasi, tingkat gangguan yang dialami selama menstruasi dan kebiasaan

berolahraga.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa prevalensi dismenore dari semua

siswi SMA Santo Thomas 1 Medan adalah sebanyak 53,9% dan prevalensi

kebiasaan berolahraganya adalah sebanyak 32,6%. Dari prevalensi dismenore dan

kebiasaan olahraga ini didapatkan kejadian dismenore pada responden yang

memiliki kebiasaan berolahraga adalah 10 orang (34,5%) sedangkan kejadian

dismenore pada responden yang tidak berolahraga adalah 38 orang (63,3%). Hasil

analisa data dengan menggunakan metode uji Chi Square menunjukkan kejadian

dismenore terjadi secara signifikan pada responden yang tidak berolahraga (p =

0,01). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa prevalensi dismenore

sedang (50,0%) dan dismenore ringan (45,8%) lebih dominan terjadi pada

kejadian dismenore.

Sebagai kesimpulan didapatkan bahwa terdapat hubungan antara

kebiasaan berolahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1

Medan tahun 2011/2012 dimana kejadian dismenore lebih rendah pada responden

yang mempunyai kebiasaan berolahraga.

Kata Kunci: Dismenore, olahraga, siswi, cross sectional

Page 5: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

iii

ABSTRACT

Dysmenorrhea is one of the most common gynecologic complaints among

women during childbearing age. The primary dysmenorrhea is the pain sensation

of lower abdomen during menstruation, but it does not relate to the physical

cause. The prevalence of primary dysmenorrhea tends to be higher in young ladies

than in older women. In general, anecdotal believes that exercise is beneficial and

efficient in reducing the dysmenorrhea. However, only a few studies can prove

this fact and the scientific literature displays mixed evidence. The main objective

of this study was to determine the effects of exercise on primary dysmenorrhea.

A descriptive-analytic method with the approach to cross-sectional studies

was used to conduct the research. A total of 89 samples were taken at random by

using simple random sampling from the St. Thomas 1 Medan Senior High School

year of 2011/2012. The respondents were given a questionnaire regarding the

symptoms experienced before and during menstruation, the level of disturbance

experienced during menstruation and their exercise habits.

In this study, it was found that the prevalence of dysmenorrhea among the

student from St. Thomas 1 Medan Senior High School was 53.9% and the

prevalence of exercising habit was found to be 32.6%. Through this study, it was

found that the incidence of dysmenorrhea among the respondents who exercise

regularly were 10 people (34.5%) whereas the incidence of dysmenorrhea among

the respondents who did not exercise regularly were 38 people (63.3%). A chi-

square test was used for statistical analyses found that the incidence of

dysmenorrhea occurred significantly among the respondents who did not exercise

(p=0.01). The results also showed higher incidence of moderate dysmenorrhea

(50.0%) following by mild dysmenorrhea (45.8%) among the respondents who

experienced dysmenorrhea.

In conclusion, the analysis showed that there was a significant correlation

between exercise and dysmenorrhea where the incidence of dysmenorrhea was

found lower among the respondents who had exercising habit.

Key words: Dysmenorrhea, exercise, student, cross sectional

Page 6: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

iv

KATA PENGANTAR

Terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penelitian ini adalah mengenai Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore

pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing penulis

yaitu dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG yang telah meluangkan banyak waktu dan

pikirannya serta memberikan petunjuk dan sarannya selama proses pembuatan

karya tulis ilmiah dijalankan, dr. Rina Amelia, M.A.R.S. dan dr. Eka Roina

Megawati, M.Kes, selaku dosen penguji kepada peneliti yang telah banyak

memberi saran dan pengetahuan kepada peneliti. Ucapan terima kasih juga

ditujukan untuk dosen-dosen yang mengajar Ilmu Kesehatan Kedokteran (IKK)

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi

petunjuk dan bimbingan dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini serta pihak

SMA Santo Thomas 1 Medan yang memberi kesempatan untuk melakukan

penelitian ini. Terima kasih kepada keluarga dan segenap teman-teman yang telah

mendukung saya selama ini.

Saya menyadari bahwa penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini

masih jauh dari sempurna. Saya sangat berharap saran dan kritik dari pembaca

agar saya dapat menyempurnakan lagi penelitian ini. Kepada semua yang

membaca karya tulis ilmiah ini saya mengucapkan terima kasih karena telah

meluangkan waktu untuk membacanya. Semoga dengan adanya karya tulis ilmiah

ini dapat memberi manfaat kepada semua dan penulis sendiri.

Medan, 15 Desember 2011

……………………………

(Toh Chia Thing)

Page 7: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

v

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................................ ii

ABSTRACT ...................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... viii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ ix

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 2

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 2

1.3.1. Tujuan Umum .................................................................... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………........ 4

2.1. Dismenore .................................................................................... 4

2.1.1. Definisi Dismenore ......... ................................................. 4

2.1.2. Epidemiologi Dismenore .................................................. 4

2.1.3. Etiologi Dismenore ........................................................... 4

2.1.3.1. Etiologi Dismenore Primer .................................. 4

2.1.3.2. Etiologi Dismenore Sekunder .............................. 5

2.1.4. Patofisiologi Dismenore .................................................... 5

2.1.4.1. Patofisiologi Dismenore Primer ........................... 5

2.1.4.2. Patofisiologi Dismenore Sekunder....................... 7

2.1.5. Gejala Klinis Dismenore ................................................... 8

2.1.5.1. Gejala Klinis Dismenore Primer .......................... 8

2.1.5.2. Gejala Klinis Dismenore Sekunder ...................... 9

2.1.6. Tingkat Keparahan Dismenore ......................................... 9

2.1.7. Diagnosis Dismenore ........................................................ 10

2.1.7.1. Diagnosis Dismenore Primer ............................... 10

2.1.7.2. Diagnosis Dismenore Sekunder ........................... 10

2.1.8. Penatalaksanaan Dismenore ........................................................ 11

2.1.8.1. Penatalaksanaan Farmakologi .............................. 11

2.1.8.2. Penatalaksanaan Non-Farmakologi ..................... 11

2.2. Olahraga ....................................................................................... 12

2.2.1. Tipe Latihan Olahraga............................................. ......... 12

2.2.2. Tingkat Aktivitas Fisik ..................................................... 13

2.2.3. Dismenore dan Olahraga ................................................... 14

Page 8: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

vi

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian........................................................ 16

3.2. Definisi Operasional.................................................................... 16

3.2.1. Subjek Penelitian............................................................... 16

3.2.2. Dismenore.......................................................................... 17

3.2.3. Olahraga............................................................................. 17

3.3. Cara Ukur………………….......................................................... 17

3.4. Alat Ukur...................................................................................... 18

3.5. Skala Pengukuran………….......................................................... 18

3.6. Hipotesis........................................................................................ 18

BAB 4 METODE PENELITIAN…………………………………………… 19

4.1. Jenis Penelitian ............................................................................. 19

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 19

4.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................... 19

4.2.2. Waktu Penelitian ............................................................... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 19

4.3.1. Populasi Penelitian ............................................................ 19

4.3.1.1. Kriteria Inklusi ..................................................... 20

4.3.1.2. Kriteria Eksklusi .................................................. 20

4.3.2. Sample Penelitian .............................................................. 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 21

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.……………………. 22

5.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 22

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................. 22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ................................... 22

5.1.3. Hasil Analisa Data ............................................................ 23

5.2. Pembahasan .................................................................................. 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………………...……………………. 34

6.1. Kesimpulan ................................................................................. 34

6.2. Saran ........................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 36

LAMPIRAN

Page 9: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tingkat Keparahan Dismenore 9

3.1 Tingkat Keparahan Dismenore 17

5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan usia

23

5.2 Distribusi frekuensi dismenore 23

5.3 Distribusi frekuensi kebiasaan olahraga. 24

5.4 Distribusi frekuensi kebiasaan olahraga

berdasarkan frekuensi dismenore.

24

5.5 Distribusi frekuensi dismenore dan

kebiasaan beolahraga berdasarkan frekuensi

gejala.

25

5.6 Distribusi frekuensi dismenore dan

kebiasaan beolahraga berdasarkan distribusi

frekuensi gejala sistemik.

26

5.7 Distribusi frekuensi dismenore dan

kebiasaan beolahraga berdasarkan frekuensi

gangguan aktivitas sehari-hari.

27

5.8 Distribusi frekuensi dismenore dan

kebiasaan beolahraga berdasarkan frekuensi

gangguan kemampuan kerja.

28

5.9 Distribusi frekuensi dismenore dan

kebiasaan beolahraga berdasarkan frekuensi

keperluan obat tahan sakit (analgesik).

29

5.10 Distribusi frekuensi dismenore dan

kebiasaan beolahraga berdasarkan

berdasarkan tingkat keparahan dismenore.

30

Page 10: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Skema Patofisiologi Dismenore 7

Page 11: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

ix

DAFTAR SINGKATAN

AKDR Alat Kontrasepsi dalam Rahim

COX Cyclooxygenase

FSH Folikel Stimulating Hormone

GnRH Gonadotropin-Releasing Hormone

IUD Intrauterin Device

LH Luteinizing Hormone

LT (A4, B4, C4, D4, E4) Leukotrien (A4, B4, C4, D4, E4)

MRI Magnetic Resonance Imaging

OAINS Obat Anti-Inflamasi Non Steroid

PG 12 Prostasiklin

PGE2 Prostaglandin E2

PGF2α Prostaglansin F2α

PRP Penyakit Radang Panggul

TX A2 Tromboksan A2

Page 12: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah dimenore (dysmenorrhea) berasal dari Yunani berarti nyeri haid

yang terjadi sebelum dan selama siklus menstruasi pada wanita (Perheentupa,

2005). Dismenore, salah satu keluhan ginekologi yang paling umum, diperkirakan

mempengaruhi 60% sampai 90% perempuan pada usia produktif. Diantaranya,

59,7% dari wanita usia dewasa muda melaporkan beberapa unsur nyeri haid

(Patruno, 2006). Keluhan ini mungkin merupakan penyebab utama banyaknya

absensi baik dari sekolah maupun dari kantor di kalangan wanita muda (Havens,

2002).

Prevalensi dismenore primer cenderung lebih tinggi pada remaja putri

dibanding dengan wanita yang lebih dewasa (Proctor, 2007). Studi peninjauan

sistematis di negara-negara berkembang menemukan bahwa 25-50% wanita

dewasa dan sekitar 75% dari remaja mengalami sensasi nyeri selama menstruasi,

dengan lima hingga dua puluh persen dilaporkan mengalami dismenore berat atau

menghambat mereka dari berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari (Harlow,

2004). Prevalensi dismenore primer berkurang dengan bertambahnya usia dan

semakin menurun setelah usia 24 tahun (Dawood, 2006).

Dalam penelitian di Kanada menemukan 60% wanita mengalami

dismenore primer dengan 51% melaporkan keterbatasan kegiatan sehari-hari, 17%

melaporkan absensi dari kantor dan 36% mengadukan nyeri haid sedang atau

berat (Burnett, 2005). Penelitian lain di India menemukan 55% wanita yang

berusia 18 hingga 45 tahun mengalami dismenore dengan catatan terdapatnya

18% mengalami dismenore berat (Patel, 2006). Sepuluh persen daripada wanita

usia 24 tahun melaporkan nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari (French,

2005).

Dismenore dikelompokkan menjadi dua, yaitu dismenore primer dan

dismenore sekunder. Dismenore primer mengacu sebagai nyeri haid tanpa

Page 13: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

2

kelainan anatomi atau pelvis, diduga disebabkan oleh peningkatan sekresi

prostaglandin oleh endometrium sehingga menyebabkan kontraksi uterus

abnormal yang diikuti dengan pengurangan aliran darah rahim dan terjadinya

sensasi nyeri akibat iskemik (Dawood, 2006). Sedangkan dismenore sekunder

didefinisikan sebagai nyeri haid yang dikaitkan dengan kelainan pelvis yang

mendasarinya (Stenchever, 2001; Rapkin, 2007).

Pada wanita yang aktif secara fisik dilaporkan kurang terjadinya

dismenore. Wanita yang berolahraga sekurang-kurangnya satu kali seminggu

dapat menurunkan intensitas rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada bagian bawah

abdominal. Fenomena ini kemungkinan diinduksi oleh endorfin yang dilepaskan

di sirkulasi selama olahraga (Irwin, 2007). Tampaknya secara umum dipercayai

bahwa olahraga dapat mengurangkan gejala dismenore. Namun, hanya beberapa

studi yang telah meneliti efek latihan fisik terhadap dismenore (Carlberg, 2001).

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti akan mencoba melakukan

penelitian tentang hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi

SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012 supaya dapat mencari alternatif

terapi yang mudah dilaksanakan tanpa memerlukan obat-obatan untuk mengatasi

masalah dismenore serta meningkatkan kebiasaan berolahraga di kalangan siswi.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang permasalahan yang ada maka

pokok permasalahan adalah untuk menentukan apakah adanya hubungan

kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

tahun 2011/2012?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

kebiasaan berolahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1

Medan tahun 2011/2012.

Page 14: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

3

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kejadian dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1

Medan tahun 2011/2012.

2. Mengetahui kebiasaan olahraga siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

tahun 2011/2012.

3. Mengetahui tingkat keparahan dismenore pada siswi SMA Santo

Thomas 1 Medan tahun 2011/2012.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Memahami hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore serta

memberikan informasi kesehatan reproduksi mengenai upaya

penanganan dan pencegahan dismenore.

2. Menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan

pemberian asuhan kesehatan reproduksi wanita.

3. Menambahkan kepustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai dismenore.

4. Sebagai landasan untuk penelitian sejenis selanjutnya yang terkait

dengan dismenore.

Page 15: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dismenore

Gangguan haid dilaporkan sebagai sebahagian besar masalah yang

menyebabkan morbiditas wanita pada usia reproduktif, dan merupakan salah satu

daripada empat sebab mereka konsultansi ke dokter umum (Warner, 2001).

Antaranya, dismenore adalah salah satu masalah ginekologis yang paling umum

pada wanita usia reproduksi (Fritz, 2011).

2.1.1. Definisi Dismenore

Dismenore adalah sakit saat menstruasi hingga dapat mengganggu

aktivitas sehari-hari (Manuaba, 2001). Dismenore dibagi menjadi dua berdasarkan

penyebabnya yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer adalah

sensasi nyeri selama menstruasi, tetapi tidak berkaitan dengan penyebab fisik

yang nyata. Sedangkan dismenore sekunder adalah sensasi nyeri selama

menstruasi, dan mempunyai patologi panggul yang nyata (Morgan, 2009).

2.1.2. Epidemiologi Dismenore

Prevalensi dismenore sulit untuk ditentukan karena terdapat perbedaan

definisi dalam pelbagai kondisi dan perbedaan kelompok studi. Namun,

diperkirakan prevalensi dismenore bervariasi dari 60% hingga 90% (Dang, 2010).

2.1.3. Etiologi Dismenore

2.1.3.1. Etiologi Dismenore Primer

Penyebab utama dismenore primer tidak diketahui, diduga peningkatan

kadar prostaglandin, leukotriens, dan pelepasan vasopressin selama peluruhan

endometrium memegang peranan utama dalam simtomatologi dismenore.

Prostaglandin, khususnya PGF2α dan PGE2, diduga meningkatkan kontraksi

Page 16: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

5

miometrium sehingga terjadi iskemia uteri dan sensitivitas saraf terminalis.

Tingkat keparahan dismenore sangat berkorelasi dengan durasi mentruasi, jumlah

aliran menstruasi, dan kadar prostaglandin yang dilepaskan dalam cairan haid

(Vuong, 2006).

2.2.3.2 Etiologi Dismenore Sekunder

Penyebab dismenore sekunder bergantung pada kelainan yang terjadi pada

panggul. Dismenore sekunder dapat disebabkan oleh endometriosis, polip atau

fibroid uterus, penyakit radang panggul (PRP), perdarahan uterus disfungsional,

prolaps uterus, maladaptasi pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),

produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus terapeutik,

atau melahirkan serta kanker ovarium atau uterus (Morgan, 2009).

2.1.4. Patofisiologi Dismenore

2.1.4.1 Patofisiologi Dismenore Primer

Nyeri menstruasi yang terjadi pada dismenore primer terutama disebabkan

oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hiperkontratilitas uterin, kurangnya aliran

darah ke uterin, atau terjadi hipersensitivitas saraf tepi (Dang, 2010).

Prostaglandin dan Leukotrien

Terjadinya dismenore primer, berhubungan dengan siklus ovulasi yang

normal tanpa disertai kelainan patologi pada panggul yang jelas. Setelah ovulasi,

terjadi penumpukan asam lemak pada fosfolipid membran sel sebagai respon

terhadap progesteron. Kemudian tepat sebelum menstruasi, terjadi progesteron

withdrawal sehingga asam lemak khususnya asam arakidonat dilepaskan dan

menginisiasi kaskade prostaglandin dan leukotrien dalam uterus. Hal ini kemudian

mencetuskan suatu respon inflamasi yang menyebabkan kontraksi abnormal pada

uterus. Respon inflamasi yang dimediasi oleh prostaglandin juga menimbulkan

gejala sistemik seperti nausea, muntah, perut kembung dan sakit kepala (Dang,

2010).

Page 17: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

6

Diketahui bahwa kebanyakkan wanita dengan dismenore primer

melepaskan prostaglandin F2α (PGF2α) yang luar biasa tinggi dalam cairan

menstruasi dan jaringan endometrium. PGF2α yang dilepaskan ini akan

menyebabkan vasokonstriksi dan kontraksi miometrium sehingga terjadi kram.

Intensitas kram dan gejala lain yang terjadi saat menstruasi berbanding lurus

dengan kadar progesteron yang dilepaskan. Perbandingan PGF2α: PGE2 yang

abnormal memicu terjadinya dismenore (Dang, 2010).

Leukotrien sudah dikenal sebagai faktor yang menyebabkan

hipersensitivitas serabut nyeri pada uterus. Hal ini dikemukakan karena ditemukan

kadar leukotrien yang meninggi pada wanita dewasa yang mengalami dismenore.

Walaupun peran dan mekanisme leukotrien dalam peristiwa dismenore masih

belum jelas, tetapi substansi ini merupakan vasokonstriktor dan mediator

inflamasi yang poten. Peningkatan produksi leukotrien melalui jalur yang

melibatkan enzim 5-lipo-oksigenase dan bukannya melaui jalur siklooksigenase

(COX) meningkatkan kemungkinan bahwa tipe dismenore yang tertentu tidak

beresponsi terhadap terapi OAINS (Dang, 2010).

Vasopresin

Vasopresin merupakan suatu hormon yang dilepaskan oleh kelenjar

pituitari posterior. Akan tetapi, peranan vasopressin dalam menyebabkan

dismenore belum diketahui. Dikemukakan bahwa peningkatan kadar vasopresin

saat menstruasi menyebabkan kontraksi disritmia pada uterus diikuti dengan

penurunan aliran darah ke uterus, dan akhirnya menyebabkan hipoksia pada

uterus dan hipersensitivitas miometrium (Dang, 2010).

Page 18: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

7

Gambar 2.1 Skema patofisiologi dismenore. Respon inflamasi diperantarai oleh

PG dan LT seperti yang ditampilkan di atas. PG = prostaglandin; LT = leukotrien.

(Dang, 2010)

2.1.4.2. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder adalah rasa nyeri saat menstruasi yang disertai

dengan abnormalitas pada panggul. Dismenore sekunder biasanya ditemukan

dengan nyeri pelvik yang kronik, nyeri siklus pertengahan (nyeri yang

berlangsung terus-menerus atau intermiten), dispareunia, metroragia, atau

menoragia. Mekanisme patologi nyeri yang berhubungan dengan dismenore

sekunder khususnya disebabkan oleh etiologi yang mendasarinya (Dang, 2010).

Withdrawal

progesteron

Fosfolipid

membran sel

Asam

arakidonat

Leokotrien

(LT) A4

Fosfolipase A-

2

5-

lipoksigenase

TXA2 Tromboksan A2

PGE2

PGF2-α

PG12

(Prostasiklin)

Sikloksigenase

Siklik Endo-

peroksida

Kontraksi dan

vasokonstriksi

miometrim

Nyeri

LT-E4

LT-D4

LT-C4 LT-B4

Page 19: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

8

Endometriosis, penyebab umum dismenore sekunder, merupakan

pertumbuhan jaringan endometrium di luar rongga uterus (etopik). Pertumbuhan

jaringan endometrium terutama terjadi pada panggul dan umumnya pada ovarium.

Endometriosis merupakan kelainan yang estrogen-dependent. Peninggian kadar

estrogen mungkin berperan dalam peningkatan aktivitas COX dan diikuti dengan

peningkatan produksi prostaglandin. Akibat akumulasi estrogen dan

prostaglandin, terjadi suatu proses peradangan yang poten disertai dengan nyeri

panggul. Tingkat rasa nyeri terutama dipengaruhi oleh lokasi dan kedalaman

terjadinya implant endometriosis (Dang, 2010).

Adenomiosis adalah kondisi lain yang jinak pada uterus di mana

endometrium (membran mukosa yang melapisi bagian dalam uterus) tumbuh ke

dalam miometrium (otot uterus yang tepat pada bagian luar endometrium),

sehingga terjadinya dismenore dan menoragia. Etiologi lain seperti yang telah

dipaparkan di atas yang mengakibatkan suatu distorsi dan displacement uterus

yang normal umumnya juga berhubungan dengan nyeri panggul kronis,

dispareunia dan gangguan dalam menstruasi (Dang, 2010).

2.1.5. Gejala Klinis Dismenore

2.1.5.1. Gejala Klinis Dismenore Priner

Dismenore primer biasanya ditemukan pada remaja, kira-kira 6-12 bulan

setelah menarke, atau apabila siklus ovulasi menjadi teratur. Hal ini ditandai

dengan nyeri abdominal (daerah suprapubik) yang berfluktuasi dan kram

spasmodik yang biasanya dimulai beberapa jam sebelum atau saat terjadinya

menstruasi. Rasa nyeri yang paling hebat terjadi pada 24-48 jam pertama dari

onset menstruasi, dan gejala-gejalanya dapat berlanjutan sampai 72 jam.

Umumnya, dismenore juga disertai dengan nyeri punggung, nyeri pada paha,

nausea, muah, muntah, sakit kepala, kelelahan, pusing, gementar, gelisah,

berkeringat, pening, sinkop, tarkikardia, perut kembung, meningkatnya frekuensi

defekasi, rasa nyeri pada payudara dan perubahan suasana hati (Dang, 2010;

Patruno, 2006).

Page 20: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

9

2.1.5.2. Gejala Klinis Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder bisa terjadi kapan saja setelah menarke, umumnya

pada wanita setelah usia 25 tahun. Dismenore sekunder harus dicurigai bila nyeri

muncul pada seseorang wanita yang berusia 30-an atau 40-an dan nyeri berrsifat

unilateral (Morgan, 2009). Rasa sakit yang berhubungan dengan dismenore

sekunder biasanya dimulai beberapa hari atau 1-2 minggu sebelum timbulnya

perdarahan atau menstruasi dan dapat berlangsung sampai akhir fase menstruasi.

Dismenore sekunder juga disertai dengan gejala ginekologi yang lain seperti

dispareunia, menoragia, perdarahan intermenstrual, infertilitas, dan perdarahan

pasca-koitus, tergantung pada kondisi yang mendasarinya (Dang, 2010).

2.1.6. Tingkat Keparahan Dismenore

Dismenore dibagi dalam beberapa tingkat keparahan berdasarkan gejala

sistemik yang mengalami, gangguan aktivitas sehari-hari, kemampuan kerja dan

keperluan analgesik. Tingkat keparahan dismenore dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tingkat keparahan dismenore

Tingkat

Keparahan

Aktivitas

Sehari-Hari

Kemampuan

Kerja

Gejala

Sistemik

Analgesik

Ringan

(Derajat 1)

Jarang

menganggu

Jarang

terganggu

Tidak ada Jarang

diperlukan

Sedang

(Derajat 2)

Terganggu Terganggu Terdapat

beberapa

Sangat

membantu

Berat

(Derajat 3)

* Sangat

terganggu

Sangat

terganggu

#Sangat

jelas

Tidak

membantu

* Sehingga memerlukan istirahat.

# Gejala vegetative positif (sakit kepala, lelah, muntah, dan diarea)

(Tangchai, 2004; Unsal, 2010)

Page 21: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

10

2.1.7. Diagnosis Dismenore

2.1.7.1. Diagnosa Dismenore Primer

Dalam mendiagnosa dismenore primer, anamnese yang cermat dan

pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan panggul palpasi rektovaginal)

diperlukan untuk menyingkirkan keadaan patologi pada panggul (Ostrzenski,

2002). Tidak ada tes laboratorium yang khusus diperlukan. Tidak adanya

pertemuan positif dalam pemeriksaan fisik adalah kunci diagnosis pada dismenore

primer (Dang, 2010).

Terapi dengan inhibitor prostaglandin sintetase, kontrasepsi oral, atau

keduanya dapat digunakan untuk tujuan diagnostik apabila pemeriksa mencurigai

suatu kelainan yang merupakan dismenore primer. Pemeriksaan klinis ini

biasanya dilakukan selama tiga sampai empat bulan; apabila tidak ada perbaikan,

evaluasi yang lebih lanjut diperlukan untuk membedakan dismenore primer dari

dismenore sekunder (Ostrzenski, 2002).

2.1.7.2. Diagnosa Dismenore Sekunder

Penderita dismenore sekunder tidak mempunyai riwayat nyeri

sebelumnya; riwayat nyeri pertama kali terjadi setelah usia 25 tahun; perdarahan

menstruasi yang berat atau pola haid yang tidak teratur; sedikit berespon atau

langsung tidak berespon terhadap obat anti-inflamasi non steroid (OAINS),

kontraseptif oral, atau keduanya (Dang, 2010). Di samping itu, hasil pemeriksaan

fisik menunjukkan suatu kelainan organik (Ostrzenski, 2002).

Permeriksaan radiografi yang paling sering digunakan adalah

ultrasonografi panggul disertai dengan transabdominal dan transvaginal sebagai

pemeriksaan penunjang untuk diagnosis dismenore sekunder. Histeroskopi dan

laparaskopi biasanya dilakukan sebagai prosedur diagnostik untuk mengolongkan

dan mengobati kelainan yang mendasari dismenore sekunder (Rothblatt, 2004).

Page 22: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

11

2.1.8. Penatalaksanaan

2.1.8.1 Penatalaksanaan Farmakologi

Pengobatan dismenore primer bertujuan untuk menurunkan produksi

prostaglandin dan pelepasannya dari endometrium dan OAINS merupakan

pendekatan yang efektif sebagai first-line therapy. Pasien harus mulai

mengkonsumsi OAINS saat terjadinya menstruasi atau sebelum terjadinya

menstruasi. Dari penelitian menunjukkan bahwa OAINS seperti naproxen,

ibuprofen, dan asam mefenamat mempunyai hasil yang efektif terhadap

dismenore (Rothblatt, 2004).

Untuk pasien yang ingin berkontrasepsi atau intoleransi terhadap OAINS,

kombinasi kontraseptif oral sangat dianjurkan sebagai first-line therapy.

Kontraseptif oral dapat mengurangkan jumlah dan durasi aliran menstruasi serta

menurunkan frekuensi siklus menstruasi pada wanita yang mengalami haid

dengan interval yang pendek (Rothblatt, 2004).

Bila OAINS dan kontrasepsi oral tidak berhasil dalam pengurangan rasa

sakit pada pasien yang mengalami dismenore, maka diagnosis dismenore primer

harus dipertanyakan supaya evaluasi yang lebih lanjut (termasuk laparaskopi)

harus dianjurkan. Bila penderita dismenore sekunder dengan penyebab yang jelas

seperti stenosis servikal atau IUD, penatalaksanaan harus menuju terhadap

penyakit yang mendasarinya (Rothblatt, 2004).

2.1.8.2. Penatalaksanaan Non-Farmakologi

Tingkat kegagalan pegunaan OAINS sebagai kontrol bisa mencapai 20-

25%. Oleh hal yang demikian, akupuntur dan intervensi yang lain olahraga seperti

Haman’s exercises juga dipertimbangkan sebagai salah satu pilihan pengobatan

atau terapi adjuvan terhadap dismenore (Wang, 2011; Sachdeva, 2005 ). Bedah

(pelvikskopi) baik digunakan sebagai diagnostik maupun terapeutik dijamin

kualitasnya pada penanganan dismenore sekunder (Sachdeva, 2005).

Page 23: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

12

2.2. Olahraga

Olahraga mencakup pengertian yang luas bukan hanya olahraga kompetitif

yang berisi kegiatan perlombaan untuk memperagakan prestasi yang optimal,

tetapi juga kegiatan jasmani pada waktu senggang sebagai pelepas lelah untuk

tujuan pembinaan kebugaran jasmasi (Lutan, 2007).

2.2.1. Tipe Latihan Olahraga

Secara umum, program fitness/ olahraga yang lengkap untuk wanita

mencakup 3 tipe latihan yang dasar yaitu latihan fleksibilitas, latihan aerobik dan

latihan weight-bearing (Carlson, 2004).

Latihan fleksibilitas menekankan peregangan otot dan mobilisasi sendi.

Hal ini penting untuk meminimalkan resiko ketegangan dan tarikan otot baik

selama olahraga maupun selama aktivitas sehari-hari. Contohnya, yoga, tai chi,

dan qi gong semuanya bisa meningkatkan keseimbangan dan fleksibilitas

(Carlson, 2004).

Latihan aerobik, juga disebut latihan ketahanan (endurance exercise)

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan terhadap oksigen secara signifikan.

Latihan ini mengurangkan resiko penyakit jantung koroner dan tekanan darah

tinggi dengan memperkuat jantung dan paru-paru, melebarkan pembuluh darah,

meningkatkan efisiensi pengangkutan oksigen ke jaringan serta meningkatkan

kadar high-density lipoprotein (HDL). Contohnya, jogging, berjalan cepat,

bersepeda menanjak atau jarak jauh, berenang, menaik tangga dan menari

(Carlson, 2004).

Latihan weight bearing merupakan latihan yang melawan gaya gravitasi,

meningkatkan massa tulang dan ketangkasan serta keseimbangan. Bukti terkini

menunjukkan bahwa latihan ini membantu meningkatkan metabolisme saat

istirahat sehingga mempermudahkan seseorang menurunkan atau

mempertahankan berat badan secara sehat. Contohnya, berjalan, mendaki,

jogging, naik tangga, lompat tali, latihan beban, menari dan memain tenis

(Carlson, 2004).

Page 24: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

13

Walaupun terdapat berbagai tipe latihan yang dasar, diyakini pada saat ini

yang paling efektif hampir untuk semua wanita adalah melakukan latihan aerobik

intensitas sedang kira-kira 30 menit setiap hari (Carlson, 2004). American College

of Sports Medicine dan American Heart Association merekomendasikan latihan

aerobik intensitas sedang selama 5 hari (150 menit) atau latihan intensitas berat

selama 3 hari dalam satu minggu (Heyward, 2010). Hal ini lebih ideal lagi jika

dilengkapi dengan beberapa sesi latihan beban dan latihan peregangan (Carlson,

2004).

2.2.2. Tingkat Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari dapat dibagi dalam beberapa

tingkatan, yaitu aktivitas ringan (sendentary), sedang (aktif), dan berat (vigorous).

Kelompok sedentary atau gaya hidup dengan aktivitas ringan melakukan

pekerjaan yang tidak memerlukan tenaga fisik, tidak perlu berjalan jauh, dan

umumnya menggunakan kenderaan bermotor sebagai transportasi. Selain itu,

kelompok ini tidak berolahraga atau tidak berpartisipasi dalam olahraga secara

teratur, dan menghabiskan sebagian besar waktu terluang mereka dengan duduk

atau berdiri dengan pemindahan posisi tubuh yang minimal (misalnya, berbicara,

membaca, menonton televisi, mendengar radio, mengunakan komputer).

Contohnya, seseorang laki yang bekerja di kantor daerah kota yang jarang

melakukan kegiatan fisik selama atau di luar jam kerja (Food and Agriculture

Organization of the United Nations, 2004).

Kelompok aktif atau gaya hidup dengan aktivitas sedang melakukan

pekerjaan yang memerlukan kebutuhan energi yang sederhana, namun

mengkomsumsi energi yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok gaya

hidup dengan aktivitas ringan. Selain itu, kelompok ini kemungkinan terdiri dari

individu yang mempunyai pekerjaan yang beraktivitas rendah tetapi sering

berpartipasi dalam olahraga atau aktivitas fisik yang sedang hingga berat secara

teratur. Contohnya, seseorang yang berpatisipasi dalam olahraga yang sedang

hingga berat seperti jogging/ berlari, bersepeda, tarian aerobik atau berbagai

Page 25: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

14

kegiatan olahraga satu jam sehari (Food and Agriculture Organization of the

United Nations, 2004).

Kelompok vigorous atau gaya hidup dengan aktivitas berat berpartisipasi

dalam kerja yang berat secara teratur atau kegiatan rekreasi yang berat selama

beberapa jam. Contohnya, wanita yang mempunyai pekerjaan yang berat dan

berenang atau menari rata-rata dua jam setiap hari (Food and Agriculture

Organization of the United Nations, 2004).

2.2.3. Dismenore dan Olahraga

Meskipun prevalensi dismenore tinggi pada remaja dan dewasa muda,

tetapi kebanyakkan dari mereka tidak mengunjungi layanan kesehatan (Dang,

2010). Tiga puluh delapan dari seratus wanita yang mengalami dismenore sering

menggunakan terapi medikal untuk mengurangi nyeri haid mereka (Ostrzenski,

2002). Akan tetapi, berdasarkan hasil tinjauan sistematis beberapa tahun terakhir

ditemukan bahwa latihan fisik dapat menurunkan resiko dismenore (Dang, 2010).

Wanita yang berolahraga sekurang-kurangnya satu kali seminggu dapat

menurunkan intensitas rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada bagian bawah

abdominal dibandingkan dengan wanita yang berolahraga kurang dari satu kali

seminggu. Rata-ratanya, gejala dismenore berkurang atau dapat menghilang pada

perempuan yang melakukan olahraga secara teratur (Carlberg, 2001). Fenomena

ini kemungkinan diinduksi oleh endorfin atau prostaglandin yang dilepaskan di

sirkulasi selama olahraga (Irwin, 2007; Bryant, 1997).

Dalam hal ini, ditemukan bahwa kadar beta-endorfin lebih tinggi pada

wanita yang berolahraga dibandingkan dengan kontrol yang kurang beraktivitas

secara fisikal (sedentary) (Arena, 2001). Pelepasan endorfin akibat olahraga

berfungsi untuk menstimulasi asupan makanan dan melegakan rasa nyeri (Bijlani,

2004). Endorfin mempunyai fungsi yang mirip dengan opiat yang memberikan

efek analgesia. (Vad, 2010). Kadar endorfin yang tinggi menurunkan tingkat

peradangan dalam tubuh, rasa nyeri dan efek negatif akibat dari stres (Vad, 2010;

Bijlani, 2004). Di samping itu, endorfin juga berfungsi menurunkan sensitivitas

terhadap rasa nyeri (Vad, 2010).

Page 26: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

15

Wanita yang berolahraga secara teratur dapat menurunkan kadar estrogen

dan progesteron serta irregular menstruasi atau amenore (Rahl, 2010). Selain itu,

sekresi endorfin yang tinggi selama latihan olahraga juga menghambat pelepasan

gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus. Penurunan GnRH

mensupresi pulsasi luteinizing hormone (LH) dan folikel stimulating hormone

(FSH) dan seterusnya menurunnya kadar estrogen dan progesteron. Penurunan

kadar progesterone akan menurunkan insidensi terjadinya dismenore (Arena,

2001; McMurray, 2000).

Oleh karena itu, secara umum olahraga dipercaya dapat bermanfaat dalam

mengurangi gejala dismenore. Namun, tidak banyak studi yang dapat

membuktikan fakta ini. Studi prospektif menunjukkan bahwa walaupun hanya

dengan olahraga ringan, akan tetapi gejala pada wanita muda yang menderita

dismenore primer dapat berkurang. Begitu juga dengan dismenore sekunder.

Cramer et al. mendapati bahwa wanita yang mempunyai riwayat tidak berolahraga

dengan teratur, tidak berolahraga sejak usia muda dan olahraga kurang dari 2 jam

seminggu lebih rentang terhadap endometriosis (Carlberg, 2001).

Page 27: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

16

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini akan dikaji tentang hubungan kebiasaan olahraga

dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012.

Variabel independen adalah kebiasaan olahraga sedangkan variabel dependennya

pada penelitian ini adalah dismenore.

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini terdiri dari siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun

2011/2012.

3.2.2. Dismenore

Dismenore adalah nyeri haid yang terjadi sebelum (24-48 jam) dan selama

siklus menstruasi. Dismenore digolongkan sebagai negatif (-) bila subjek tidak

mengalami nyeri haid (kram perut). Dismenore digolongkan sebagai positif (+)

bila subjek mengalami nyeri haid (kram perut) dan diklasifikasikan mengikut

tingkat keparahan dismenore yaitu dismenore ringan, sedang dan berat

berdasarkan gejala sistemik yang mengalami, gangguan aktivitas sehari-hari,

Kebiasaan Olahraga

Ada

Tidak ada

Dismenore

Ada

Tidak ada

Variabel Independen Variabel Dependen

Page 28: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

17

kemampuan berkerja, dan keperluan analgesik sebelum (24-48 jam) dan selama

siklus menstruasi.

Tabel 3.1 Tingkat keparahan dismenore

Tingkat

Keparahan

Aktivitas

Sehari-Hari

Kemampuan

Kerja

Gejala

Sistemik

Analgesik

Ringan

(Derajat 1)

Jarang

menganggu

Jarang

terganggu

Tidak ada Jarang

diperlukan

Sedang

(Derajat 2)

Terganggu Terganggu Terdapat

beberapa

Sangat

membantu

Berat

(Derajat 3)

* Sangat

terganggu

Sangat

terganggu

#Sangat

jelas

Tidak

membantu

* Sehingga memerlukan istirahat.

# Gejala vegetatif positif (sakit kepala, lelah, muntah, dan diarea)

3.2.3. Olahraga

Olahraga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah olahraga aerobik

yang menggunakan pelbagai kumpulan otot (dipertahankan secara berterusan atau

secara berirama) sehingga terjadinya peningkatan denyut jantung dan frekuensi

pernafasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen oleh tubuh. Subjek digolongkan

ke dalam kelompok olahraga negatif (-) bila subjek berolahraga kurang dari 60

menit seminggu (boleh dibahgi menjadi enam sesi dengan satu sesi selama 10

menit). Subjek digolongkan ke dalam kelompok olahraga positif (+) bila subjek

berolahraga lebih dari 60 menit seminggu (boleh dibahgi menjadi enam sesi

dengan sesi satu sesi selama 10 menit).

3.3. Cara Ukur

Penelitian ini akan dilaksanakan untuk pengumpulan data dengan

penyebaran angket yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner

kepada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012. Responden akan

diberikan daftar lampiran pertanyaan yang berkaitan dengan dismenore dan

kebiasaan olahraga. Daftar pertanyaan berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan responden digunakan sebagai pedoman pengelompokan responden

Page 29: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

18

masing-masing sesuai dengan tingkat keparahan dismenore dan kebiasaan

olahraga yang berbeda.

3.4. Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan daftar lampiran pertanyaan yang berkaitan

dengan dismenore dan kebiasaan olahraga yang disediakan dalam bentuk

kuensioner sebagai alat ukur.

3.5. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala

ordinal. Skala ordinal termasuk skala statistik yang diurutkan dari jenjang yang

paling rendah sampai ke jenjang yang paling tinggi, atau sebaliknya dari jenjang

yang paling tinggi sampai yang paling rendah (Wahana, 2009). Pada skala ordinal,

subkategori masih bersifat kualitatif seperti pada skala nominal. Ciri data dengan

skala ordinal adalah adanya perbedaan antar-subkategori (Budiarto, 2002).

Pengukuran ini tidak hanya membagi objek menjadi kelompok-kelompok yang

tidak tumpang tindih, tetapi antara kelompok itu ada hubungan (rangking).

(Wahyuni, 2009)

3.6. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapatnya hubungan kebiasaan

olahraga dengan dismenore.

Page 30: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

19

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan metode

deskriptif-analitik di mana penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan

kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

tahun 2011/2012. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah

studi potong lintang (cross sectional study). Tujuan studi ini adalah meneliti

subjek-subjek populasi untuk menegaskan hubungan antara penyakit dan variable

kepentingan saat mereka berada dalam kelompok pada waktu tertentu.

4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang terpilih adalah SMA Santo Thomas 1 Medan.

Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena lokasi ini mempunyai populasi yang

ingin diteliti yaitu siswi yang terdiri daripada golongan remaja.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2011 setelah

mendapatkan Ethical Clearance dari komisi etik.

4.3. Populasi Dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

terdiri dari siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012 yang terdiri

daripada golongan remaja yang mempunyai prevalensi mengalami dismenore

primer cenderung lebih tinggi.

Page 31: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

20

4.3.1.1. Kriteria Inklusi

1. Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012.

2. Sedang atau sudah pernah mengalami menstruasi.

4.3.1.2 Kriteria Eksklusi

1. Belum mengalami menarke atau sedang hamil.

2. Penderita dismenore sekunder.

3. Tidak bersedia ikut serta dalam penelitian.

4. Tidak mengisi kuesioner secara lengkap.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian akan diambil secara acak dengan menggunakan simple

random sampling. Semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi.

Dalam menentukan minimal sampel yang akan diteliti ditentukan dengan

menggunakan rumus Lemeshow (1994) dalam Wahyuni (2009) sebagai berikut:

n = Z2 · P (1-P) · N

d2 · (N-1) + Z

2 · P (1-P)

Keterangan :

N = Besar populasi (869)

n = Besar sampel

d = Kesalahan absolute yang dapat ditolerasi (0,1)

Z = Tingkat Kepercayaan (95% = 1,96)

P = Proporsi populasi (0,5)

n = 1,96

2 · 0,5 (1-0,5) · 869

0,12 · (869-1) + 1,96

2 · 0,5 (1-0,5)

= 834, 59

9,64

= 86,57 ≈ 87

Page 32: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

21

Dengan besar populasi siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011

yang berjumlah 869 orang dan berdasarkan rumus diatas maka minimal sampel

yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 87 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini diperoleh dari data primer. Data

diperoleh langsung dari responden melalui angket yaitu pengumpulan data dengan

menyebarkan kuesioner kepada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun

2011/2012. Responden akan diberikan daftar lampiran pertanyaan kombinasi

antara pertanyaan tertutup yang berkaitan dengan dismenore dan kebiasaan

olahraga.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul dari setiap responden penelitian akan dianalisis

dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) di

mana hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore akan diuji dengan metode

uji Chi Square. Data yang diperoleh akan disusun dan disajikan dalam bentuk

tabel dan diagram batang (diagram balok).

Page 33: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

22

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik yang mengkaji

hubungan antara kebiasaan olahraga dan dismenore dengan menggunakan siswi

SMA Santo Thomas 1 tahun 2011/2012 sebagai subjek penelitian. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Juli 2011. Subjek penelitian ini diambil secara acak

dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel yang diambil

diseleksi menurut kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Semua data

yang diperoleh adalah data primer yang langsung diperoleh dari responden.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Santo Thomas 1 Medan didirikan oleh Vikariat Apolostik Medan

pada tahun 1955. SMA ini berada di pusat kota tepatnya bertempat di Jalan

Jendral S.Parman No. 109 Medan. SMA Santo Thomas 1 merupakan salah satu

SMA di Medan yang statusnya terakreditasi A (sangat baik).

Sekolah ini memiliki bangunan yang berbentuk persegi dan mempunyai

satu lapangan. Sebelah barat sekolah ini adalah kompleks perumahan, sebelah

timur adalah SMA Santo Thomas 2 Medan dan SMP Santo Thomas 4 Medan.

Bangunan sekolah ini terdiri dari 33 ruang kelas, 4 ruang laboratorium,

perpustakaan, aula serba guna, studio musik, lapangan olah raga, kantin, ruang

tata usaha, ruang guru, dan ruang kepala sekolah. Kegiatan belajar berlangsung

dari pukul 7.20 WIB hingga pukul 13.20 WIB. Setelah kegiatan belajar selesai

terdapat kegiatan ekstrakulikuler dan les tambahan bagi para siswa.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, sebanyak 89 responden dipilih dari beberapa kelas

SMA Santo Thomas 1 tahun 2011/ 2012.

Page 34: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

23

Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini diamati

berdasarkan usia responden. Data lengkap tentang distribusi frekuensi usia

responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

usia

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

15 1 1,1

16 21 23,6

17 63 70,8

18 3 3,4

19 1 1,1

Jumlah 89 100,0

Dari tabel 5.1. di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang terbanyak

adalah kelompok usia 17 tahun yang berjumlah 63 orang (70,8%) sedangkan

kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok usia 15 tahun dan 19 tahun

yang masing-masing berjumlah 1 orang (1,1%). Untuk kelompok umur 16 tahun

berjumlah 21 orang (23,6%) dan kelompok umur 18 tahun berjumlah 3 orang

(3,4%).

5.1.3. Hasil Analisa Data

Dari 89 responden, didapatkan bahwa 48 orang diantranya (53,9%)

mengalami dismenore atau nyeri kram pada bahagian bawah abdomen sedangkan

41 orang lainnya (46.1%) tidak mengalami dismenore. Data lengkap distribusi

frekuensi berdasarkan frekuensi dismenore pada responden dapat dilihat pada

tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dismenore

Dismenore Frekuensi (n) Persentase (%)

Ada 48 53,9

Tidak 41 46,1

Jumlah 89 100,0

Page 35: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

24

Data lengkap tentang distribusi frekuensi kebiasaan olahraga pada

responden dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi kebiasaan olahraga

Kebiasaan Olahraga Frekuensi (n) Persentase (%)

Ada 29 32,6

Tidak 60 67,4

Jumlah 89 100,0

Dari tabel 5.3 di atas didapatkan bahwa hanya 29 orang (32,6%) dari

seluruh responden mempunyai kebiasaan olahraga sedangkan 60 orang (67.4%)

responden yang lain tidak mempunyai kebiasaan olahraga.

Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore berdasarkan frekuensi

kebiasaan olahraga pada responden dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi kebiasaan olahraga berdasarkan

frekuensi dismenore

Dismenore

Kebiasaan Olahraga Jumlah

Ada Tidak

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Ada 10 34,5 38 63,3 48 53,9

Tidak 19 65,5 22 36,7 41 46,1

Jumlah 29 100,0 60 100,0 89 100,0

X2= 6,54 f = 1 p = 0,010

Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 29 responden yang memiliki

kebiasaan berolahraga, 10 orang (34,5%) diantaranya mengalami dismenore dan

19 orang (65,5%) lainnya tidak mengalami dismenore. Sedangkan dari 60

responden yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga, 38 orang (63,3%)

diantaranya mengalami dismenore dan 22 orang (36,7%) tidak mengalami

dismenore. Dari hasil analisa data di atas dengan menggunakan metode uji Chi

Square, kejadian dismenore terjadi secara signifikan pada responden yang tidak

berolahraga (p = 0,010).

Page 36: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

25

Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan

beolahraga berdasarkan frekuensi gejala dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga

berdasarkan frekuensi gejala

Gejala Dismenore Jumlah

Berolahraga Tidak Berolahraga

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

NP 3 30,0 12 31,6 15 31,3

Mual 0 0 7 18,4 7 14,6

SK 1 10,0 10 26,3 11 22,9

Lelah 8 80,0 22 57,9 30 62,5

Diare 1 10,0 3 7,9 4 8,3

PSH 7 70,0 34 89,5 41 85,4

NP: Nyeri Punggung; SK: Sakit Kepala; PSH: Perubahan Suasana Hati

Dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang

mengalami dismenore, 15 orang diantaranya (31,3%) mengalami nyeri punggung,

tujuh orang (14,6%) merasa mual, 11 orang (22,9%) mengalami sakit kepala, 30

orang (62,5%) merasa lelah, empat orang (8,3%) mengalami diare dan 41 orang

(85,4%) mengalami perubahan suasana hati.

Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan

beolahraga berdasarkan distribusi frekuensi gejala sistemik dapat dilihat pada

tabel 5.6.

Page 37: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

26

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga

berdasarkan distribusi frekuensi gejala sistemik

Gejala

Sistemik

Dismenore Jumlah

Berolahraga Tidak Berolahraga

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Tidak

Ada

0 0 2 5,3 2 4,2

Terdapat

Beberapa

10 100 34 89,5 44 91,7

Sangat

Jelas

0 0 2 5,3 2 4,2

Jumlah 10 100 38 100 48 100

Dari tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 10 orang (100%) yang

mempunyai kebiasaan berolahraga mengalami dismenore yang disertai dengan

beberapa gejala sistemik, sedangkan responden yang tidak mempunyai kebiasaan

berolahraga dan mengalami dismenore dua orang (5,3%) diantaranya tidak ada

gejala yang lain, 34 orang (89,4%) disertai dengan beberapa gejala sistemik dan

dua orang (5,3%) yang lain mengalami gejala sistemik yang sangat jelas dengan

gejala vegetatif yaitu muntah, sakit kepala, lelah dan diare.

Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan

beolahraga berdasarkan frekuensi gangguan aktivitas sehari-hari dapat dilihat

pada tabel 5.7.

Page 38: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

27

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga

berdasarkan frekuensi gangguan aktivitas sehari-hari

Gangguan

Aktivitas

Sehari-

hari

Dismenore Jumlah

Berolahraga Tidak Berolahraga

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Jarang

Terganggu

5 50,0 20 52,6 25 52,1

Terganggu 5 50,0 14 36,9 19 39,6

Sangat

Terganggu

0 0,0 4 10,5 4 8,3

Jumlah 10 100 38 100 48 100

Dari tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai

kebiasaan berolahraga tetapi mengalami dismenore yang jarang terganggu

aktivitas sehari-harinya ada sebanyak lima orang (50%) dan lima orang (50%)

yang lain merasa terganggu aktivitas sehari-harinya waktu mengalami menstruasi.

Sedangkan pada responden yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga dan

mengalami dismenore terdapat 20 orang (52,6%) yang jarang terganggu aktivitas

sehari-hari, 14 orang (36,9%) merasa terganggu aktivitas sehari-hari dan empat

orang (10,5%) merasa sangat terganggu aktivitas sehari-hari sehingga

memerlukan istirahat waktu menstruasi.

Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan

beolahraga berdasarkan frekuensi gangguan kemampuan dapat dilihat pada tabel

5.8.

Page 39: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

28

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga

berdasarkan frekuensi gangguan kemampuan kerja

Gangguan

Kemampuan

Kerja

Dismenore Jumlah

Berolahraga Tidak Berolahraga

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Jarang

Terganggu

4 40,0 24 63,2 28 58,3

Terganggu

6 60,0 13 34,2 19 39,6

Sangat

Terganggu

0 0 1 2,6 1 2,1

Jumlah 10 100 38 100 48 100

Dari tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa dari 10 responden yang

mengalami dismenore dan memiliki kebiasaan olahraga, empat orang (40%)

diantaranya jarang terganggu kemampuan kerjanya dan enam orang (60%) merasa

terganggu kemampuan kerjanya sewaktu menstruasi. Sedangkan dari 38 orang

responden yang mengalami dismenore dan tidak memiliki kebiasaan olahraga, 24

orang (63,2%) diantaranya jarang terganggu kemampuan kerjanya, 13 orang

(34,2%) merasa terganggu kemampuan kerjanya sewaktu menstruasi dan satu

orang (2,6%) merasa sangat terganggu saat bekerja.

Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan

beolahraga berdasarkan frekuensi keperluan obat tahan sakit (analgesik) dapat

dilihat pada tabel 5.9.

Page 40: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

29

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga

berdasarkan frekuensi keperluan obat tahan sakit (analgesik)

Keperluan

Obat

Tahan

Sakit

Dismenore Jumlah

Berolahraga Tidak Berolahraga

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Jarang

Diperlukan

9 90,0 29 76,3 38 79,1

Sangat

Membantu

1 10,0 8 21,1 9 18,8

Tidak

Membantu

0 0,0 1 2,6 1 2,1

Jumlah 10 100 38 100 48 100

Dari tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa, dari 10 responden yang

mengalami dismenore dan memiliki kebiasaan olahraga, sembilan orang (90%)

diantaranya tidak memerlukan analgesik untuk dismenorenya dan satu orang

(10%) merasa analgesik sangat membantu saat dismenore. Sedangkan dari 38

responden yang mengalami dismenore dan tidak memiliki kebiasaan olahraga, 29

(76,3%) orang tidak memerlukan analgesik untuk dismenore, delapan orang

(21,1%) merasa analgesik sangat membantu sewaktu dismenore dan satu orang

(2,6%) merasa analgesik tidak dapat membantu sewaktu dismenore.

Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan

beolahraga berdasarkan berdasarkan tingkat keparahan dismenore dapat dilihat

pada tabel 5.10.

Page 41: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

30

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga

berdasarkan berdasarkan tingkat keparahan dismenore

Tingkat

Keparahan

Dismenore

Dismenore Jumlah

Berolahraga Tidak Berolahraga

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Ringan 4 40,0 18 47,4 22 45,8

Sedang 6 60,0 18 47,4 24 50,0

Berat 0 0,0 2 5,3 2 4,2

Jumlah 10 100 38 100 48 100

Dari tabel 5.10 di atas didapatkan bahwa jumlah responden yang

mempunyai kebiasaan olahraga tetapi mengalami dismenore sebanyak 10 orang.

Empat orang (40%) responden mengalami dismenore ringan dan enam responden

(60%) yang lain mengalami dismenore sedang, sedangkan jumlah responden yang

tidak mempunyai kebiasaan olahraga dan mengalami dismenore ada sebanyak 38

orang. Kelompok dengan tingkat keparahan dismenore ringan dan sedang masing-

masing berjumlah 18 orang (47,4%), sedangkan dua orang (5,2%) yang lain

mengalami dismenore berat.

5.2. Pembahasan

Dismenore primer adalah nyeri spasmodik pada panggul yang terjadi

secara siklik dan kronis selama menstruasi tanpa penyebab patologik yang

mendasarinya, biasanya dikenal sebagai kram menstruasi atau nyeri mense.

Dismenore merupakan gangguan ginekologi yang paling sering pada dialami

wanita selama menstruasi (Mir Heidari, 2011). Hal ini dapat dilihat dari penelitian

ini di mana sebanyak 48 orang (53.9%) dari 89 responden mengalami dismenore

atau nyeri kram pada bagian bawah abdomen. Penelitian yang dilakukan oleh

Liliwati (2007) menunjukkan bahwa prevalensi dismenore di kalangan remaja

perempuan di sekolah menengah sebesar 62,3%. Penelitian oleh Agarwal (2010)

mendapatkan mayoritas remaja perempuan yaitu sebanyak 71,96% mengalami

Page 42: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

31

dismenore. Perbedaan hasil ini mungkin karena terdapat perbedaan persepsi dalam

kebudayaan, pelaporan gejala dan secara keseluruhannya status kesehatan yang

lebih baik.

Dalam penelitian ini, beberapa gejala yang dianalisis adalah sakit

punggung, mual, sakit kepala, lelah, diare dan perubahan suasana hati. Gejala

yang paling banyak dirasakan bersamaan dengan dismenore pada responden baik

yang mempunyai kebiasaaan berolahraga maupun tidak adalah perubahan suasana

hati sebanyak 41 orang (85,4%) dan rasa lelah sebanyak 30 orang (62,5%). Hal ini

mirip dengan penelitian Al-Kindi (2011) yang melaporkan 68% responden

mengalami perubahan suasana hati dan 51,1% responden merasa lelah. Dari

penelitian Agarwal (2010), didapatkan tiga gejala yang paling umum dirasakan

pada hari sebelum dan hari pertama mulanya siklus menstruasi yaitu lesu dan

kelelahan, depresi dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi pada pekerjaan.

Kelelahan dan perubahan suasana hati adalah masalah persisten pada anak

perempuan yang mengalami dismenore. Hal ini penting untuk menghindari

ketidakhadiran gadis-gadis remaja dari sekolah dengan memberikan konseling dan

manajemen yang tepat. Di samping itu, hal ini juga penting sebagai indikasi untuk

mendalami status psikososial yang mendasari responden yang mengeluh

dismenore.

Selain dismenore, penelitian ini juga menganalisis prevalensi kebiasaan

olahraga pada anak remaja perempuan. Total waktu olaharaga minimal yang

dibutuhkan untuk menjaga kebugaran fisik adalah 60 sampai 90 menit dalam

seminggu (Lemura, 2004). Dari penelitian Warburton (2006) didapatkan bahwa

wanita yang tidak aktif secara fisik (olahraga kurang dari satu jam seminggu)

mengalami peningkatan mortalitas secara umum sebanyak 52%, peningkatan dua

kali lipat mortalitas akibat sistem kardiovaskuler dan peningkatan mortalitas

sebanyak 29% akibat kanker jika dibanding dengan wanita yang aktif. Saat ini,

jenis kelamin masih sangat menentukan partisipasi remaja dalam olahraga

(Hasbrook, 2001).

Dari hasil penelitian didapati hanya 29 orang (32,6%) yang responden

mempunyai kebiasaan olahraga minimum 1 jam setiap minggu. Didapatkan

Page 43: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

32

bahwa kebanyakan siswi tidak mempunyai kebiasaan olahraga sekurang-

kurangnya 60 menit seminggu. Angka ini menunjukkan bahwa masih kurangnya

kebiasaan olahraga di kalangan remaja perempuan walaupun pikiran bahwa

olahraga bermanfaat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit sudah bertahun-

tahun lamanya. Dalam penelitian Yamamoto (2009) melaporkan bahwa hanya

27,8% yang mempunyai kebiasaan berolahraga satu hari atau lebih dalam satu

minggu dengan 30 menit sehari. Sedangkan pada penelitian Singh (2008),

didapatkan bahwa terdapat 46,7% responden mempunyai kebiasaan olahraga 30

menit atau lebih dan 53,3% yang lain tidak ada kebiasaan olahraga. Perbedaan

hasil ini mungkin karena terdapat perbedaan definisi operasional penelitian.

Berdasarkan hasil analisa terhadap tingkat keparahan dismenore pada

responden didapatkan bahwa 22 orang (45,8%) responden mengalami dismenore

ringan dan 24 orang (50,0%) responden yang lain mengalami dismenore sedang

dan dua orang (4,2%) responden yang lain mengalami dismenore berat pada

seluruh responden yang mengalami dismenore. Dalam penelitian Tariq (2009)

melaporkan bahwa 38% responden mengalami dismenore ringan, 42% responden

mengalami dismenore sedang dan 20% yang lain mengalami dismenore berat.

Singh (2008) melaporkan 63,29%, 30,37% dan 6,23% peserta masing-masing

menderita dismenore dari tingkat keparahan ringan, sedang dan berat. Hal ini

dianggap bahwa lebih banyak responden mengalami dismenore ringan dan sedang

daripada dismenore berat.

Perilaku intervensi seperti olahraga tidak hanya mengurangi dismenore,

tetapi juga menghilangkan atau mengurangi kebutuhan terhadap obat dalam

pengendalian nyeri kram dan gelaja-gejala lain yang dialami sewaktu menstruasi.

Gadis yang menjalani latihan olahraga menunjukkan kurangnya gejala manifestasi

ketegangan saraf pusat, khususnya sakit kepala. Dismenore lebih jarang dialami

atlet dibandingkan dengan kelompok kontrol (Mir Heidari et. al., 2011). Dalam

penelitian ini, didapatkan bahwa responden yang mempunyai kebiasaan olahraga

dan mengalami dismenore ada sebanyak 10 orang (34,5%) sedangkan responden

yang mempunyai kebiasaan olahraga dan tidak mengalami dismenore ada

sebanyak 19 orang (65,5%). Sedangkan, responden yang tidak mempunyai

Page 44: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

33

kebiasaan olahraga dan mengalami dismenore sebanyak 38 orang (63,3%)

sedangkan responden yang tidak mempunyai kebiasaan olahraga dan tidak

mengalami dismenore ada sebanyak 22 orang (36,7%).

Dari hasil analisa data di atas dengan menggunakan metode uji Chi

Square, kejadian dismenore terjadi secara signifikan pada responden yang tidak

berolahraga (p=0,01). Penelitian Jahromi (2008) menekan bahwa melakukan

olahraga yang menitikberatkan latihan sistem kardiovaskular dan otot sebanyak

dua kali seminggu yang berlangsung selama 12 minggu dapat menurunkan

dismenore secara signifikan (p < 0,01). Hal ini juga sejalan dengan penelitian

oleh Abbaspour (2006) dimana keparahan dan durasi dismenore juga berkurang

dengan adanya kebiasaan berolahraga (p < 0,01). Akan tetapi, analisa Blakey

(2009) dan Singh (2008) menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan

antara partisipasi dalam olahraga dan dismenore primer.

Page 45: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

34

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Prevalensi dismenore siswi SMA Santo Thomas 1 Medan 2011/2012

adalah 48 orang (53,9%) dari 89 orang.

2. Tingkat keparahan dismenore yang dominan pada siswi SMA Santo

Thomas 1 Medan 2011/2012 adalah dismenore sedang (50,0%) diikuti

dismenore ringan (45,8%).

3. Prevalensi kebiasaan berolahraga siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

2011/2012 adalah 29 orang (32,6%) dari 89 responden.

4. Kejadian dismenore lebih rendah pada responden yang mempunyai

kebiasaan berolahraga, yaitu sebanyak 10 orang (34,5%). Sedangkan

kejadian dismenore pada responden yang tidak berolahraga ada

sebanyak 38 orang (63,3%).

5. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan

kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas

1 Medan tahun 2011/2012.

6.2. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis maka

peneliti disarankan untuk memasukkan variabel lain seperti usia

menarke, keaturan siklus menstruasi, durasi menstruasi, jumlah

perdarahan mense, status sosio-ekonomi, pola makan dan diet,

kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, status psikologi

Page 46: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

35

dan status sosioekonomi serta variabel lain yang mungkin memberi

efek pada kejadian dismenore.

2. Selain itu, peneliti juga disarankan untuk memaksimalkan sampel

penelitian supaya sampel lebih mewakili populasi yang diteliti.

3. Jenis penelitian ini merupakan studi retrospektif yang berarti “melihat

kembali, kilas balik” kejadian dismenore dan kebiasaan berolahraga

pada responden. Pada penelitian yang berikutnya disarankan supaya

melakukan studi prospektif untuk meningkatkan akurasi hasil

penelitian.

4. Bagi pihak SMA Santo Thomas 1 Medan disarankan supaya

meningkatkan kegiatan olahraga khususnya untuk siswi sebagai

penanganan dan pencegahan dismenore.

Page 47: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

36

DAFTAR PUSTAKA

Abbaspour, Z., Rostami, M. Najjar, Sh., 2006. The effect of exercise on primary

dysmenorrheal. J Res Health Sci, Vol 6, No 1. 27-28

Agarwal, A.K., Agarwal, A., 2010. A study of dysmenorrheal during menstruation

in adolescent girls. Indian J Community Med; 35. 159-164.

Al-Kindi, R., Al-Bulushi, A., 2011. Prevalence and Impact of Dysmenorrhoea

among Omani High School Students. SQU Med J, Vol. 11, Iss.4. 487-490

Arena, B., Maffulli, N., 2001. Section 2 Women Athlets; 13. Endocrinological

Changes in Exercising Women. In: Matffulli, N., Chan, K.M., Macdonald,

R., Malina, R.M., Parker, A.W., ed. Sports Medicine for Specific Ages and

Abilities. UK. Churchill Livingstone. 135.

Bijlani, RL, 2004. Section 11 Nerve, Muscle and Work Physiology; Chapter 11.8

Physiology of Exercise. In: Bijlani ed. Understanding Medical Physiology A

Textbook for Medical Students 3rd

Edition. India. Jaypee Brother Publishers.

643.

Blakey, H., Chisholm, C., Dear, F., Harris, B., Hartwell, R., Daley, A.J., Jolly, K.,

2009. Is exercise associated with primary dysmenorrhoea in young women.

BJOG. 117.

Bryant, G., Mak, C., Foo, K., 1997. Part II 17. The Female Athlete. In: Sherry, E.,

Bokor, D., ed. Sport Medicine: Problems and Practical Management.

London. Greenwich Medical Media. 250.

Budiarto, E., 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 6.

Burnett, M.A., Antao V., Black, A., Feldman, K., Grenville, A., Lea, R., et al.,

2005. Prevalence of primary dysmenorrhoea in Canada. Canada. Journal of

Obstestics and Gynecology Canada Vol. 27. 768.

Page 48: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

37

Carlberg, K.A., 2001. Chapter 10 Reproductive Cycles: Effects of Exercise

Training on Dysmenorrhea. In: Sweden, N., ed. Women’s Sports Medicine

and Rehabilitation. USA. An Aspen Publication. 152-153.

Carlson, K.J., Eisenstat, S.a., Ziporyn, T.D., 2004. The New Harvard Guide to

Women’s Health. USA. Harvard University Press. 229-230.

Dang, D.K., Wang, F., Calis, K.A., 2010. Chapter 12: Dysmenorrhea. In: Borgelt,

L.M., O’connell, M.B., Smith, J.A., Calis, K.A., ed. Women’s Health Across

the Lifespan: A Pharmacotherapeutic Approach. USA. American Society of

Health-System Pharmacists. 181-182.

Dawood, M.Y., 2006. Primary Dysmenorrhea. Advances in Pathogenesis and

Management. American College of Obstetricians and Gynecologists. Vol.

108, No 2. 428.

Food and Agriculture Organization of the United Nations, World Health

Organization, United Nations University, 2004. Human Energy

Requirements: FAO Food and Nutrition Technical Report Series 1: 5. Energy

Requirements of Adults: Report of a Joint FAO/ WHO/ UNU Expert

Consultation. Rome. Food and Agriculture Organization of the United

Nations. 39.

French, L., 2005. Dysmenorrhea. American Academy of Family Physicians. Vol

71, Number 2. 285.

Fritz, M.A., Speroff, L., 2011. Chapter 14 Menstrual Disorder; Dysmenorrhea. In:

Fritz, M.A., Speroff, L., ed. Clinical Gynecologic Endocrinology and

Infertility. USA. Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Business.

579.

Harlow, S.D., Campbell, O.M., 2004. Epidermiology of Menstrual Disorders in

Developing Countries: A Systemic Review. BJOG. Vol 111. 8.

Page 49: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

38

Hasbrook CA. Gender: its relevance to sports medicine. In: Garrett Jr WE,

Kirkendall DT, Squire DL, editors. Principles and practice of primary care

sports medicine. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p. 215–

20.

Havens, C.S., Nancy D., 2002. Sullivan, Manual of Outpatient Gynaecology 4th

Edition: 14. Dysmenorrhea. USA. Lippincott Williams & Wilkins Publishers.

21.

Heyward, V.H., 2010. Chapter 3 Principles of Assessment, Prescription, and

Exercise Program Adherence; Basic Principles for Exercise Program Design.

In: Heyward, ed. Advanced Fitness Assessment and Exercise Prescription 6th

edition; USA. Human Kinetics. 49.

Irwin, A.A., Baumgardner, K.D., Gambina, V.M., Hood, K., 2007. Chapter 19

The Female Athlete. In: Hyde, T.E., Gengenbach, M.S., ed. Conservative

Management of Sports Injuries 2nd

Edition: USA. Jones and Bartlett

Publisher. 845.

Jahromi, M.K., Gaeini, A., Rahimi, Z., 2008. Influence of a physical fitness

course on menstrual cycle characteristics. Gynecol Endocrinol. 24(11). 659-

62.

LeMura, L.M., von Duvillard, S.P., 2004. Clinical Exercise Physiology

Application and Physiological Principles. USA. Lippincott Williams &

Wilkins. 173.

Liliwati, I.,Verna, L.K.M., Khairani, O., 2007. Dysmenorrhoea and its Effects on

School Activities Among Adolescent Girls in a Rural School in Selangor,

Malaysia. Med & Health. 2(1). 42-47

Lutan, R., 2007. 19. Pedagogik Olahraga. In: Tim Pengembang Ilmu Pendidikan

FIP-UPI ed. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 3 Pendidikan Displin Ilmu;

Terbitan pertama, Cetakan kedua. Jakarta. PT Imperial Bhakti Utama. 445.

Page 50: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

39

Manuaba, I.B.G., 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri

Ginekologi dan KB; Cetakan I. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran ECG.

518-524.

McMurray, R.G., Hackney, A.C., 2000. 10 Endocrine Responses to Exercise and

Training. In: Garrett Jr., W.E., Kirkendall, D.T., ed. Exercise and Sport

Science. USA. Lippincott Williams & Wilkins. 153.

Mir Heidari, L., Jourkesh, M., Ostojic, S.M., 2011. Compared incidence

dysmenorrheal between A and B behavior types of University Female student

athletes and non-athletes. Annals of Biological Research, 2 (2). Scholars

Research Library. 452-453

Morgan, G., Hamilton, C., 2009. Obstetri & Ginekologi Panduan Praktik; Edisi 2;

Cetakan I. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. ECG. 180-186.

Ostrzenski, A., 2002. Gynecology; Integrating Conventional, Complementary,

and Natural Alternative Therapy; 5 Dysmernorrhea. USA. Lippincott

Williams & Wilkins. 42-43.

Patel, V., Tanksale, V., Sahasrabhojanee, M., Gupte, S., Nevrekar, P., 2006. The

Burden and Determinants of Dysmenorrhoea: A Population-Based Survey of

2262 Women in Goa, India. BJOG. Vol 111. BlackWell. 456.

Patruno, J.E., 2006. Menstrual Disorder: 5. Dysmenorrhea. USA. American

College of Physicians. 97-98.

Perheentupa, A., Erkkola, R., 2005. 3. Painful Menstruation: Primary

Dysmenorrhea. In: Rees, M., Hope, S., Ravnikar, V., ed. The Abnormal

Menstrual Cycle: UK. Taylor & Francis Group. 27-28.

Proctor, M.L., Farquhar, C.M., 2007. Clinical Evidence: Dysmenorrhoea. BMJ

Publishing Group Ltd. 2.

Page 51: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

40

Rahl, R.L., 2010. Physical Activity and Health Guidelines: Recommendations for

Various Ages, Firness Levels, and Conditons from Authoritative Sources;

How Exercise Reduces the Risk of Cancer. USA. Human Kinetics. 146.

Rapkin, A.J., Howe, C.N., 2007. Chapter 15 Pelvic Pain and Dysmenorrhea. In:

Berek, J.S., ed. Berek and Novak's gynecology 14th

Edition. USA. Lippincott

Williams & Wilkins. 516.

Rothblatt, A.B., 2004. Section XVI Gynecologic Disorders Chapter 45

Dysmenorrhea, Endometriosis, & Pelvic Pain. In: Lemcke, D., Pattison, J.,

Marshall, L.A., Cowley, D.S., ed. Current Care of Women Diagnosis &

Treatment. USA. The McGraw Hill Lange. 469-470.

Sachdeva, J., Mahajan, A.S., 2005. 6 Dysmenorrhea and Premenstrual Syndrome:

Hormonal Management In: Zutshi, V., Rathore, A.M., Sharma, K., ed.

Hormones in Obstetrics and Gynaecology 2nd

edition. India. Jaypee Brothers

Medical Publishers. 53.

Singh, A., Kiran, D., Singh, H., Nel, B., Singh, P., Tiwari, P., 2008. Prevalence

and severity of dysmenorrheal: a problem related to menstruation, among

first and second year female medical students. Indian J Physiol Pharmacol.

52 (4). 394.

Stenchever, M.A., Droegemueller, W., Herbst, A.L., Mishell Jr ., D.R., 2001. Part

5 Reproductive Endocrinology and Infertility: Chapter 36 Primary and

Secondary Dysmenorrhea and Premenstrual Syndrome Etiology, Diagnosis,

Management. In: Stenchever, M.A., ed. Comprehensive Gynecology 4th

Edition: USA. Elsevier Science. 1065-1066.

Tangchai, K., Titapant, V., Boriboonhirunsarn, D., 2004. Dysmenorrhea in Thai

Adolescents: Prevalence, Impact and Knowledge of Treatment: J Med Assoc

Thai Vol. 87 Suppl. 3. The Royal Thai College of Obstericians and

Gynaecologists. S70.

Page 52: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

41

Tariq, N., Hashim, M.J., Jaffery, T., Ijaz, S., Sami, S.A., Badar, S., Ara, Z., 2009.

Impact and healthcare-seeking behavior of premenstrual symptoms and

dysmenorrhoea. British Journal of Medical Pratitioners. Volume 2, Number

4. 41.

Unsal, A., Ayranci, U., Tozun, M., Arslan, G., & Calik, E., 2010. Prevalence of

Dysmenorrhea and Its Effect on Quality of Life among A Group of Female

University Students. Upsala Jornal of Medical Sciences. Vol 115. Informa

Healthcare. 140.

Vad, V., 2010. Part II: Self-Care; Chapter Five: Exercise. In: Vad, V., ed. Stop

Pain: Inflammation Relief for an Active Life. USA. Hay House. 80.

Vuong. L.K., 2006. Section V Ob/Gyn Disorder; 17 Gynecologic Disorder;

Dysmenorrhea. In: Helms, R.A., Quan, D.J., Herfindal, E.T., Gourley, D.R.,

Zeind, C.S., Hudson, J.Q., et. al. ed. Textbook of Therapeutics; Drug and

Disease Management; 8th

edition. USA. Lippincott Williams & Wilkins. 374.

Wahana Komputer, 2009. Solusi Mudah dan Cepat Menguasai SPSS 17.0 untuk

Pengolahan Data Statistik. Jakarta. PT Elex Media Komputindo. 11.

Wahyuni, A.S., 2009. Statistika Kedokteran (Diserati Statistika Dengan SPSS).

Jakarta Timur: Bamboedoea Communication.

Wang, S.M., 2011. Section V Non-pharmacologic Management of Pain; 16

Acupuncture In: Vadivelu, N., Urman, R.D., Hines, R.L., ed. Essentials of

Pain Management. New York. Springer Science+Business Media, LLC. 353-

354.

Warburton, D.E.R., Nicol, C.W., Bredin, S.S.D., 2006. Review Health Benefits of

Physical Activity: The Evidence. CMAJ. 174 (6). 801.

Page 53: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

42

Warner, P., Gritchley, H.OD, Lumsden, M.A., Campbell-brown, M., Douglas, A.,

Murray, G., 2001. Referral For Menstrual Problems: Cross Sectional Survey

of Symptoms, Reasons for Referral, and Management; Vol 323. UK. British

Medical Journal. 24.

Yamamoto, K., Okazaki, A., Sakamoto, Y., Funatsu, M., 2009. The Relationship

between memenstrual Symptoms, Menstrual Pain, Irregular Menstrual

Cycles, and Psychosocial Stress among Japanese College Students. Journal of

Physiological Anthropology. 28. 131.

Page 54: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Toh Chia Thing

Tempat/ Tanggal

Lahir

: Penang/ 19 November 1988

Agama : Buddha

Alamat : Jl. Labu II, No. 3M, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Union Primary School

2. Union Secondary School

3. Chung Ling High School

Riwayat Organisasi : 1. Persatuan Mahasiswa Malaysia USU (PM-USU)

2. Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia se-

Indonesia-Cawangan Medan (PKPMI-CM)

Page 55: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya yang bernama Toh Chia Thing, NIM 080100273 mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada

Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012”. Penelitian ini dilakukan

sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada

semester ketujuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan kebiasaan olahraga

dengan dismenore pada siswi. Data diperoleh langsung dari siswi melalui

kuesioner titipan formulir survei. Kuesioner ditinggalkan pada siswi dan peneliti

akan kembali mengambilnya pada tanggal dan waktu yang ditetapkan.

Siswi akan diberikan daftar lampiran pertanyaan kombinasi antara

pertanyaan tertutup yang ditanyakan tentang pola haid, gejala yang mengalami

sebelum (24-48 jam) dan saat menstruasi dan tingkat gangguan yang mengalami

saat menstruasi serta kebiasaan olahraga sehari-hari. Atas perhatian dan kesediaan

Saudari berpatisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 9 Juli 2011

Peneliti,

.……….……………………………….

(Toh Chia Thing)

Page 56: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Judul Penelitian: Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada

Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012

Saya telah diminta untuk berpartisipasi dalam studi tentang Hubungan

Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

tahun 2011/2012. Dalam tahap ini, saya paham bahwa saya akan mengisi

kuesioner ini dengan jujur. Hasil kuesioner ini akan dianalisa dengan tujuan untuk

mendapatkan hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA

Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012. Hasilnya akan diintegrasikan untuk

mencari alternatif terapi yang mudah dilaksanakan tanpa memerlukan obat-obatan

untuk mengatasi masalah dismenore di kalangan mahasiswi dengan meningkatkan

kebiasaan berolahraga.

Saya menyadari bahwa partisipasi dalam penelitian ini tidak

membahayakan saya secara fisik maupun psikologis. Saya menyadari bahwa

partisipasi ini bersifat sukarela dan bisa mundur setiap saat serta tidak berdampak

pada penilaian dalam ujian saya. Saya paham bahwa semua data akan dirahsiakan.

Publikasi yang berhubungan dengan penelitian ini tidak akan disertai nama

sehingga kerahsiaan tetap akan terjamin.

Saya telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini. Saya telah

membaca dan memahami formulir persetujuan. Semua pertanyaan saya telah

dijawab dan saya setuju untuk berpartisipasi. Jika saya membutuhkan informasi

lebih lanjut, saya dapat menghubungi peneliti.

Keputusan saya,

Nama : Kelas : Tanggal lahir : …………………………………………………………..

Tanggal dan tanda tangan partisipan

Page 57: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

LAMPIRAN 4

KUESIONER UNTUK HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN DISMENORE

PADA SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2011/2012

Petunjuk: Bulatkan jawaban yang anda anggap paling benar sesuai dengan pengatuhan anda. Tuliskan jawaban anda pada garis yang disediakan sesuai dengan pertanyaan.

Soal dari 1 – 3 menanyakan tentang POLA HAID ANDA. 1. Apakah siklus haid anda teratur? Ya Tidak 2. Seberapa sering anda mengganti pembalut sehari

saat menstruasi? ≤ 4 > 4

3. Seberapa lamanya perdarahan menstruasi anda? ≤ 7 hari > 7 hari Soal dari 4 – 17 menanyakan tentang GEJALA YANG ANDA MENGALAMI SEBELUM (24-48 JAM) dan SAAT MENSTRUASI.

4. Apakah anda mengalami sensasi kram disertai dengan rasa nyeri pada bagian bawah perut?

Tidak Ya

5. Apakah anda mengalami sakit punggung? Tidak Ya 6. Apakah anda rasa pening/ pusing? Tidak Ya 7. Apakah anda rasa mual/ muntah? Tidak Ya 8. Apakah anda rasa sakit kepala? Tidak Ya 9. Apakah anda rasa gelisah/ gementar? Tidak Ya 10. Apakah anda rasa lelah? Tidak Ya 11. Apakah anda rasa jantung berdebar-debar? Tidak Ya 12. Apakah anda berkeringat banyak? Tidak Ya 13. Apakah anda mengalami perut kembung? Tidak Ya 14. Apakah anda mengalami diare? Tidak Ya 15. Apakah anda mengalami perubahan suasana

hati? Tidak Ya

16. Apakah anda rasa nyeri pada payudara? Tidak Ya 17. Apakah anda mempuyai gejala-gejala yang lain

selain yang disebutkan di atas? Tidak

Ya. Sebutkan: ………………. ……………….

Page 58: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

Soal 18 – 20 menanyakan tentang TINGKAT GANGGUAN YANG ANDA MENGALAMI SAAT MENSTRUASI. 18. Apakah aktivitas sehari-hari anda terganggu?

* memerlukan istirahat Tidak

terganggu Jarang

terganggu Terganggu *Sangat

terganggu 19. Apakah kemampuan kerja anda terganggu? Tidak

terganggu Jarang

terganggu Terganggu Sangat

terganggu 20. Apakah anda memerlukan obat tahan sakit

(analgesik) saat nyeri haid? Tidak perlu

Jarang diperlukan

Sangat membantu

Tidak membantu

Soal 21 – 22 menanyakan tentang KEBIASAAN OLAHRAGA ANDA. 21. Apakah anda sering melakukan olahraga yang

menggunakan pelbagai kumpulan otot (dipertahankan secara berterusan atau secara berirama) sehingga terjadinya peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan?

Tidak

Ya

22. Apakah anda berolahraga seperti yang dinyatakan pada soal 21 lebih dari 60 menit seminggu (boleh dibahgi menjadi enam sesi dengan satu sesi selama 10 menit)?

Tidak

Ya

Soal selidik tamat.

Terima kasih atas penyertaan anda.

Page 59: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

LAMPIRAN 5

HASIL OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 Total

p1 Pearson

Correlation

1 .612** -.250 .105 .101 -.204 .101 .204 -.204 .101 .000 -.408 .101 .204 .105 -.200 -.229 .260 .115 -.254 .204 .101 .170

Sig. (2-tailed) .004 .288 .660 .673 .388 .673 .388 .388 .673 1.000 .074 .673 .388 .660 .398 .331 .269 .628 .279 .388 .673 .474

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p2 Pearson

Correlation

.612** 1 -.153 -.043 .123 -.458

* .123 .167 .042 .123 .000 -.250 .082 .167 -.043 .000 -.187 .233 .236 -.104 .167 .123 .232

Sig. (2-tailed) .004 .519 .858 .605 .042 .605 .482 .862 .605 1.000 .288 .731 .482 .858 1.000 .429 .323 .317 .663 .482 .605 .324

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p3 Pearson

Correlation

-.250 -.153 1 -.419 -.050 -.153 -.050 -.153 .153 -.050 .000 -.153 .050 -.153 -.419 .000 .459* .078 .144 -.276 -.153 -.050 -.120

Sig. (2-tailed) .288 .519 .066 .833 .519 .833 .519 .519 .833 1.000 .519 .833 .519 .066 1.000 .042 .744 .544 .239 .519 .833 .615

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p4 Pearson

Correlation

.105 -.043 -.419 1 .179 .171 .179 .385 .257 .179 -.314 .171 -.179 .385 1.000** .105 -.313 .158 .182 .293 .385 .179 .485

*

Sig. (2-tailed) .660 .858 .066 .450 .471 .450 .094 .274 .450 .177 .471 .450 .094 .000 .660 .180 .506 .444 .209 .094 .450 .030

Page 60: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p5 Pearson

Correlation

.101 .123 -.050 .179 1 -.082 1.000** .328 .082 1.000

** -.101 .328 -.192 .328 .179 .101 .208 .224 .058 .350 .328 1.000

** .704

**

Sig. (2-tailed) .673 .605 .833 .450 .731 .000 .158 .731 .000 .673 .158 .418 .158 .450 .673 .380 .342 .808 .131 .158 .000 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p6 Pearson

Correlation

-.204 -.458* -.153 .171 -.082 1 -.082 .167 .250 -.082 .204 .167 -.328 .167 .171 .000 -.187 .021 .000 .069 .167 -.082 .110

Sig. (2-tailed) .388 .042 .519 .471 .731 .731 .482 .288 .731 .388 .482 .158 .482 .471 1.000 .429 .929 1.000 .772 .482 .731 .644

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p7 Pearson

Correlation

.101 .123 -.050 .179 1.000** -.082 1 .328 .082 1.000

** -.101 .328 -.192 .328 .179 .101 .208 .224 .058 .350 .328 1.000

** .704

**

Sig. (2-tailed) .673 .605 .833 .450 .000 .731 .158 .731 .000 .673 .158 .418 .158 .450 .673 .380 .342 .808 .131 .158 .000 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p8 Pearson

Correlation

.204 .167 -.153 .385 .328 .167 .328 1 .042 .328 -.204 .167 -.533* 1.000

** .385 .000 -.187 .657

** .354 .502

* 1.000

** .328 .783

**

Sig. (2-tailed) .388 .482 .519 .094 .158 .482 .158 .862 .158 .388 .482 .015 .000 .094 1.000 .429 .002 .126 .024 .000 .158 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p9 Pearson

Correlation

-.204 .042 .153 .257 .082 .250 .082 .042 1 .082 .000 .250 -.082 .042 .257 .408 .187 -.233 .236 -.069 .042 .082 .257

Sig. (2-tailed) .388 .862 .519 .274 .731 .288 .731 .862 .731 1.000 .288 .731 .862 .274 .074 .429 .323 .317 .772 .862 .731 .274

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Page 61: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

p10 Pearson

Correlation

.101 .123 -.050 .179 1.000** -.082 1.000

** .328 .082 1 -.101 .328 -.192 .328 .179 .101 .208 .224 .058 .350 .328 1.000

** .704

**

Sig. (2-tailed) .673 .605 .833 .450 .000 .731 .000 .158 .731 .673 .158 .418 .158 .450 .673 .380 .342 .808 .131 .158 .000 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p11 Pearson

Correlation

.000 .000 .000 -.314 -.101 .204 -.101 -.204 .000 -.101 1 -.204 .101 -.204 -.314 .000 .229 -.363 -.462* -.424 -.204 -.101 -.290

Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 1.000 .177 .673 .388 .673 .388 1.000 .673 .388 .673 .388 .177 1.000 .331 .115 .040 .062 .388 .673 .215

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p12 Pearson

Correlation

-.408 -.250 -.153 .171 .328 .167 .328 .167 .250 .328 -.204 1 .082 .167 .171 .204 .281 -.085 .118 .156 .167 .328 .334

Sig. (2-tailed) .074 .288 .519 .471 .158 .482 .158 .482 .288 .158 .388 .731 .482 .471 .388 .230 .722 .621 .512 .482 .158 .150

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p13 Pearson

Correlation

.101 .082 .050 -.179 -.192 -.328 -.192 -.533* -.082 -.192 .101 .082 1 -.533

* -.179 -.101 .254 -.537

* -.290 -.520

* -.533

* -.192 -.443

Sig. (2-tailed) .673 .731 .833 .450 .418 .158 .418 .015 .731 .418 .673 .731 .015 .450 .673 .281 .015 .215 .019 .015 .418 .051

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p14 Pearson

Correlation

.204 .167 -.153 .385 .328 .167 .328 1.000** .042 .328 -.204 .167 -.533

* 1 .385 .000 -.187 .657

** .354 .502

* 1.000

** .328 .783

**

Sig. (2-tailed) .388 .482 .519 .094 .158 .482 .158 .000 .862 .158 .388 .482 .015 .094 1.000 .429 .002 .126 .024 .000 .158 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Page 62: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

p15 Pearson

Correlation

.105 -.043 -.419 1.000** .179 .171 .179 .385 .257 .179 -.314 .171 -.179 .385 1 .105 -.313 .158 .182 .293 .385 .179 .485

*

Sig. (2-tailed) .660 .858 .066 .000 .450 .471 .450 .094 .274 .450 .177 .471 .450 .094 .660 .180 .506 .444 .209 .094 .450 .030

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p16 Pearson

Correlation

-.200 .000 .000 .105 .101 .000 .101 .000 .408 .101 .000 .204 -.101 .000 .105 1 .229 -.260 .000 -.085 .000 .101 .130

Sig. (2-tailed) .398 1.000 1.000 .660 .673 1.000 .673 1.000 .074 .673 1.000 .388 .673 1.000 .660 .331 .269 1.000 .722 1.000 .673 .585

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p17 Pearson

Correlation

-.229 -.187 .459* -.313 .208 -.187 .208 -.187 .187 .208 .229 .281 .254 -.187 -.313 .229 1 -.322 .132 -.175 -.187 .208 .025

Sig. (2-tailed) .331 .429 .042 .180 .380 .429 .380 .429 .429 .380 .331 .230 .281 .429 .180 .331 .167 .578 .460 .429 .380 .916

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p18 Pearson

Correlation

.260 .233 .078 .158 .224 .021 .224 .657** -.233 .224 -.363 -.085 -.537

* .657

** .158 -.260 -.322 1 .570

** .559

* .657

** .224 .631

**

Sig. (2-tailed) .269 .323 .744 .506 .342 .929 .342 .002 .323 .342 .115 .722 .015 .002 .506 .269 .167 .009 .010 .002 .342 .003

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p19 Pearson

Correlation

.115 .236 .144 .182 .058 .000 .058 .354 .236 .058 -.462* .118 -.290 .354 .182 .000 .132 .570

** 1 .392 .354 .058 .548

*

Sig. (2-tailed) .628 .317 .544 .444 .808 1.000 .808 .126 .317 .808 .040 .621 .215 .126 .444 1.000 .578 .009 .088 .126 .808 .012

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Page 63: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

p20 Pearson

Correlation

-.254 -.104 -.276 .293 .350 .069 .350 .502* -.069 .350 -.424 .156 -.520

* .502

* .293 -.085 -.175 .559

* .392 1 .502

* .350 .601

**

Sig. (2-tailed) .279 .663 .239 .209 .131 .772 .131 .024 .772 .131 .062 .512 .019 .024 .209 .722 .460 .010 .088 .024 .131 .005

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p21 Pearson

Correlation

.204 .167 -.153 .385 .328 .167 .328 1.000** .042 .328 -.204 .167 -.533

* 1.000

** .385 .000 -.187 .657

** .354 .502

* 1 .328 .783

**

Sig. (2-tailed) .388 .482 .519 .094 .158 .482 .158 .000 .862 .158 .388 .482 .015 .000 .094 1.000 .429 .002 .126 .024 .158 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p22 Pearson

Correlation

.101 .123 -.050 .179 1.000** -.082 1.000

** .328 .082 1.000

** -.101 .328 -.192 .328 .179 .101 .208 .224 .058 .350 .328 1 .704

**

Sig. (2-tailed) .673 .605 .833 .450 .000 .731 .000 .158 .731 .000 .673 .158 .418 .158 .450 .673 .380 .342 .808 .131 .158 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Total Pearson

Correlation

.170 .232 -.120 .485* .704

** .110 .704

** .783

** .257 .704

** -.290 .334 -.443 .783

** .485

* .130 .025 .631

** .548

* .601

** .783

** .704

** 1

Sig. (2-tailed) .474 .324 .615 .030 .001 .644 .001 .000 .274 .001 .215 .150 .051 .000 .030 .585 .916 .003 .012 .005 .000 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.865 12

Page 64: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

LAMPIRAN 6

DATA INDUK

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012

No Usia Dismen NyPun Mual SaKep Lelah Diare PSH GgnAktivitas GgnKemampKerja KeperluanObat Oraga Durasi

1. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Sangat Terganggu Sangat Terganggu Jarang Diperlukan Ya Tidak

2. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya

3. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya

4. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

5. 17 Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Jarang terganggu Terganggu Tidak perlu Ya Ya

6. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

7. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya

8. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Sangat terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

9. 17 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Terganggu Jarang Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak

10. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya

11. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya

12. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

13. 19 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Jarang Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak

14. 17 Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

15. 17 Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

16. 17 Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya

17. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya

18. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Tidak

19. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

20. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

Page 65: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

No Usia Dismen NyPun Mual SaKep Lelah Diare PSH GgnAktivitas GgnKemampKerja KeperluanObat Oraga Durasi

21. 17 Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

22. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

23. 17 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

24. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya

25. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Terganggu Sangat Membantu Ya Ya

26. 18 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya

27. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya

28. 18 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya

29. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya

30. 16 Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya

31. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya

32. 16 Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

33. 17 Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

34. 16 Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak

35. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak

36. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

37. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya

38. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

39. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya

40. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Jarang diperlukan Ya Ya

41. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

42. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya

43. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

44. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

45. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

46. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

Page 66: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

No Usia Dismen NyPun Mual SaKep Lelah Diare PSH GgnAktivitas GgnKemampKerja KeperluanObat Oraga Durasi

47. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya

48. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya

49. 15 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya

50. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya

51. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak

52. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak

53. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

54. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Terganggu Jarang diperlukan Tidak Tidak

55. 17 Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

56. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

57. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

58. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

59. 17 Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

60. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya

61. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

62. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Sangat Terganggu Jarang Terganggu Tidak Membantu Tidak Tidak

63. 16 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

64. 17 Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Terganggu Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak

65. 17 Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Sangat Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

66. 17 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

67. 17 Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

68. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya

69. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

70. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak membantu Tidak Tidak

71. 16 Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

72. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Sangat Terganggu Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak

Page 67: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

No Usia Dismen NyPun Mual SaKep Lelah Diare PSH GgnAktivitas GgnKemampKerja KeperluanObat Oraga Durasi

73. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya

74. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya

75. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang terganggu Tidak terganggu Jarang diperlukan Tidak Tidak

76. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

77. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

78. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

79. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

80. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

81. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

82. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

83. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

84. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

85. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

86. 18 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya

87. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak

88. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

89. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak

Page 68: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

LAMPIRAN 7

HASIL OUTPUT

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada

Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012

Usia

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 15 1 1.1 1.1 1.1

16 21 23.6 23.6 24.7

17 63 70.8 70.8 95.5

18 3 3.4 3.4 98.9

19 1 1.1 1.1 100.0

Total 89 100.0 100.0

Dismenore

Dismenore

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 41 46.1 46.1 46.1

Ya 48 53.9 53.9 100.0

Total 89 100.0 100.0

Kebiasaan Olahraga

Kebiasaan Olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 29 32.6 32.6 32.6

Tidak 60 67.4 67.4 100.0

Total 89 100.0 100.0

Page 69: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

Dismenore * Kebiasaan Olahraga Crosstabulation

Kebiasaan Olahraga

Total Ya Tidak

Dismenore Tidak Count 19 22 41

% within Kebiasaan Olahraga 65.5% 36.7% 46.1%

Ya Count 10 38 48

% within Kebiasaan Olahraga 34.5% 63.3% 53.9%

Total Count 29 60 89

% within Kebiasaan Olahraga 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.550a 1 .010

Continuity Correctionb 5.440 1 .020

Likelihood Ratio 6.607 1 .010

Fisher's Exact Test .013 .010

Linear-by-Linear

Association

6.476 1 .011

N of Valid Cases 89

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.36.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 70: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

NyeriPunggung * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

Nyeri

Punggung

Tidak Count 7 26 33

% within DismenXBerolahraga 70.0% 68.4% 68.8%

Ya Count 3 12 15

% within DismenXBerolahraga 30.0% 31.6% 31.3%

Total Count 10 38 48

% within DismenXBerolahraga 100.0% 100.0% 100.0%

Mual * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

Mual Tidak Count 10 31 41

% within DismenXBerolahraga 100.0% 81.6% 85.4%

Ya Count 0 7 7

% within DismenXBerolahraga .0% 18.4% 14.6%

Total Count 10 38 48

% within DismenXBerolahraga 100.0% 100.0% 100.0%

SakitKepala * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

Sakit

Kepala

Tidak Count 9 28 37

% within DismenXBerolahraga 90.0% 73.7% 77.1%

Ya Count 1 10 11

% within DismenXBerolahraga 10.0% 26.3% 22.9%

Total Count 10 38 48

% within DismenXBerolahraga 100.0% 100.0% 100.0%

Page 71: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

Lelah * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

Lelah Tidak Count 2 16 18

% within DismenXBerolahraga 20.0% 42.1% 37.5%

Ya Count 8 22 30

% within DismenXBerolahraga 80.0% 57.9% 62.5%

Total Count 10 38 48

% within DismenXBerolahraga 100.0% 100.0% 100.0%

Diare * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

Diare Tidak Count 9 35 44

% within DismenXBerolahraga 90.0% 92.1% 91.7%

Ya Count 1 3 4

% within DismenXBerolahraga 10.0% 7.9% 8.3%

Total Count 10 38 48

% within DismenXBerolahraga 100.0% 100.0% 100.0%

PerubahanSuasanaHati * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

Perubahan

Suasana

Hati

Tidak Count 3 4 7

% within DismenXBerolahraga 30.0% 10.5% 14.6%

Ya Count 7 34 41

% within DismenXBerolahraga 70.0% 89.5% 85.4%

Total Count 10 38 48

Page 72: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

PerubahanSuasanaHati * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

Perubahan

Suasana

Hati

Tidak Count 3 4 7

% within DismenXBerolahraga 30.0% 10.5% 14.6%

Ya Count 7 34 41

% within DismenXBerolahraga 70.0% 89.5% 85.4%

Total Count 10 38 48

% within

DismenoreXBerolahraga

100.0% 100.0% 100.0%

GejalaSistemik* DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

Gejala

Sistemik

Tidak Ada Count 0 2 2

% within DismenXolahraga .0% 5.3% 4.2%

Terdapat

Beberapa

Count 10 34 44

% within DismenXolahraga 100.0% 89.5% 91.7%

Sangat

Jelas

dengan

Vegatatif

Simptom

Count 0 2 2

% within DismenXolahraga .0% 5.3% 4.2%

Total Count 10 38 48

% within DismenXolahraga 100.0% 100.0% 100.0%

Page 73: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

GgnAktivitas * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

GgnAktivitas Jarang

Terganggu

Count 5 20 25

% within

DismenXolahraga

50.0% 52.6% 52.1%

Terganggu Count 5 14 19

% within

DismenXolahraga

50.0% 36.8% 39.6%

Sangat

Terganggu

Count 0 4 4

% within

DismenXolahraga

.0% 10.5% 8.3%

Total Count 10 38 48

% within

DismenXolahraga

100.0% 100.0% 100.0%

GgnKemampuanKerja * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

GgnKemampuan

Kerja

Jarang

Terganggu

Count 4 24 28

% within DismenXolahraga 40.0% 63.2% 58.3%

Terganggu Count 6 13 19

% within DismenXolahraga 60.0% 34.2% 39.6%

Sangat

Terganggu

Count 0 1 1

% within DismenXolahraga .0% 2.6% 2.1%

Total Count 10 38 48

% within DismenXolahraga 100.0% 100.0% 100.0%

Page 74: KTI - Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Dismenore Pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

KeperluanObat * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

KeperluanObat Jarang

Diperlukan

Count 9 29 38

% within DismenXolahraga 90.0% 76.3% 79.2%

Sangat

Membantu

Count 1 8 9

% within DismenXolahraga 10.0% 21.1% 18.8%

Tidak

Membantu

Count 0 1 1

% within DismenXolahraga .0% 2.6% 2.1%

Total Count 10 38 48

% within DismenXolahraga 100.0% 100.0% 100.0%

TingkatKeparahanDismenore * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation

Dismenore

Total

Berolahraga

Tidak

Berolahraga

Tingkat

Keparahan

Dismenore

Ringan Count 4 18 22

% within DismenXolahraga 40.0% 47.4% 45.8%

Sedang Count 6 18 24

% within DismenXolahraga 60.0% 47.4% 50.0%

Berat Count 0 2 2

% within DismenXolahraga .0% 5.3% 4.2%

Total Count 10 38 48

% within DismenXolahraga 100.0% 100.0% 100.0%