BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/912/2/BAB...

15
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang berjudul “Sistem Pakar untuk Diagnosa Awal Gangguan Otak Demensia dan Gangguan Mental Depresi pada Lansia (Lanjut Usia) dengan Metode Fordward Chaining dan Dempster Shafer” membahas tentang sistem pakar untuk mendiagnosa awal gangguan otak demensia dan gangguan depresi pada lanjut usia, dimana metode forward chaining digunakan sebagai mesin inferensi yaitu proses inferensi yang memulai pencarian dari premis atau data masukan berupa gejala menuju pada konklusi yaitu kesimpulan. Selain itu sistem pakar ini juga menggunakan metode dempster shafer sebagai metode untuk menghitung nilai kepercayaan atas gejala yang diberikan oleh pengguna (Nusandika, 2013). Sistem pakar untuk mengetahui gangguan depresi mayor dengan menggunakan faktor kepastian merupakan sistem yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini gangguan yang terkait dengan depresi dengan menggunakan metode certainty factor untuk mementukan kepastian besarnya persentase gejala depresi yang di alami seseorang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan besarnya gangguan sehingga orang yang mengalami gangguan yang terkait dengan depresi dapat mengetahui seberapa besar gangguan yang dialami dan bagaimana terapi yang harus dilakukan (Astuti dan Kusrini, 2015). Salah satu penelitian tentang sistem pakar tingkat depresi yaitu “Sistem Pakar untuk Menentukan Tingkatan Depresi dengan Metode Fuzzy Inference System – Sugeno (FIS Sugeno)”. Sistem pakar ini akan bekerja dengan cara menerima inputan berupa gejala depresi yang diberikan oleh pengguna. Dan sistem memberikan output berupa tingkatan depresi serta terapi atau threatment dengan menggunakan FIS Sugeno untuk memecahkan masalah ketidakpastian yang dapat direpresentasikan secara linguistic. Terdapat 3 tingkatan depresi pada sistem pakar yang dirancang, antara lain : depresi ringan, depresi sedang dan depresi berat. Hasil pengujian yang dilakukan memiliki persentase tingkat kesesuaian sebesar 80% (Alfarisi, et al, 2015).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/912/2/BAB...

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berjudul “Sistem Pakar untuk Diagnosa Awal Gangguan

Otak Demensia dan Gangguan Mental Depresi pada Lansia (Lanjut Usia) dengan

Metode Fordward Chaining dan Dempster Shafer” membahas tentang sistem pakar

untuk mendiagnosa awal gangguan otak demensia dan gangguan depresi pada

lanjut usia, dimana metode forward chaining digunakan sebagai mesin inferensi

yaitu proses inferensi yang memulai pencarian dari premis atau data masukan

berupa gejala menuju pada konklusi yaitu kesimpulan. Selain itu sistem pakar ini

juga menggunakan metode dempster shafer sebagai metode untuk menghitung nilai

kepercayaan atas gejala yang diberikan oleh pengguna (Nusandika, 2013).

Sistem pakar untuk mengetahui gangguan depresi mayor dengan

menggunakan faktor kepastian merupakan sistem yang dapat digunakan untuk

mendeteksi dini gangguan yang terkait dengan depresi dengan menggunakan

metode certainty factor untuk mementukan kepastian besarnya persentase gejala

depresi yang di alami seseorang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan

besarnya gangguan sehingga orang yang mengalami gangguan yang terkait dengan

depresi dapat mengetahui seberapa besar gangguan yang dialami dan bagaimana

terapi yang harus dilakukan (Astuti dan Kusrini, 2015).

Salah satu penelitian tentang sistem pakar tingkat depresi yaitu “Sistem

Pakar untuk Menentukan Tingkatan Depresi dengan Metode Fuzzy Inference

System – Sugeno (FIS Sugeno)”. Sistem pakar ini akan bekerja dengan cara

menerima inputan berupa gejala depresi yang diberikan oleh pengguna. Dan sistem

memberikan output berupa tingkatan depresi serta terapi atau threatment dengan

menggunakan FIS Sugeno untuk memecahkan masalah ketidakpastian yang dapat

direpresentasikan secara linguistic. Terdapat 3 tingkatan depresi pada sistem pakar

yang dirancang, antara lain : depresi ringan, depresi sedang dan depresi berat. Hasil

pengujian yang dilakukan memiliki persentase tingkat kesesuaian sebesar

80% (Alfarisi, et al, 2015).

5

Penelitian yang berjudul “Implementasi Fuzzy Tsukamoto dalam

Mendiagnosa Penyakit Diabetes Melitus” adalah penelitianyang membuat suatu

sistem penegakan penyakit diabetes mellitus menggunakan metode tsukamoto.

Variabel-variabel pendukung penegakan diagnosa penyakit tersebut digunakan

dalam pembentukan himpunan fuzzy. Himpunan fuzzy itu akan diproses dengan

metode tsukamoto sehingga menghasilkan suatu keputusan. Aplikasi yang

dirancang telah diuji dengan melibatkan rekam medik diagnosa dari dokter,

diketahui hasil dari pengujian tersebut memiliki tingkat akurasi sebesar 87%.

Dengan ini sistem pakar yang dihasilkan bisa digunakan sebagai alat bantu

sementara untuk diagnosa penyakit diabetes melitus (Maulana dan Nurhadiyono

(2015).

Selanjutnya, penelitian yang berjudul “Metode Logika Fuzzy Tsukamoto

Dalam Sistem Pengambilan Keputusan Penerimaan Beasiswa” adalah penelitian

yang merancang sistem pengambilan keputusan yang bisa digunakan oleh

mahasiswa untuk mempermudah penentuan siapa yang berhak mendapatkan

beasiswa. Sistem yang dibuat di dukung dengan metode logika fuzzy tsukamoto

yang dibuat berdasarkan data dan norma sumber daya manusia dengan kriteria-

kriteria yang telah ditentukan oleh pihak donator. Hasil dari proses ini berupa bobot

penilaian siswa yang merupakan dasar rekomendasi dalam pengambilan keputusan

penerimaan beasiswa. Software ini dibuat dengan menggunakan Microsoft Access

2007 dan Micosoft Visual Basic 6.0 sebagai tool dengan aplikasi ini dapat

membantu pihak pemberi beasiswa dalam proses penyaringan penerima beasiswa

dengan tepat dan cepat (Maryaningsih, et al, 2013).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Depresi

Depresi merupakan respon normal terhadap berbagai stress kehidupan.

Depresi dianggap abnormal bila di luar kewajaran dan berlanjut terus sampai saat-

saat dimana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali (Atkinson, 1991). Ciri-

cirinya antara lain tidak ada harapan, patah hati, mengalami ketidakberdayaan

berlebihan, selalu memikirkan kekurangan diri dan rasa tidak berarti.

6

Menurut Beck (1985), depresi merupakan suatu “primary mood disorder”

atau sebagai suatu “affective disorder”. Kemudian Beck memandang depresi dalam

komponen-komponen sebagai berikut:

a. Depresi merupakan kesedihan yang berkepanjangan dan keadaan jiwa yang

apatis (komponen afektif)

b. Depresi merupakan cara berpikir yang salah dalam memandang realitas di

luar dan di dalam diri sendiri, sehingga terbentuk konsep diri yang negatif

yang berlanjut pada perasaan rendah diri (komponen kognitif)

c. Depresi merupakan gangguan terhadap fungsi fisiologis yang antara lain

menyebabkan sukar tidur dan hilangnya nafsu makan serta seksual

(komponen fisiologis).

d. Depresi merupakan hilangnya kemampuan untuk berfungsinya secara wajar

serta hilangnya dorongan dan energi untuk bertindak (komponen perilaku)

Depresi menurut WHO (World Health Organization) merupakan suatu

gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan

kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan

atau tidur, kurang energi, dan konsentrasi yang rendah.

2.2.2 Jenis-jenis Depresi

Berdasarkan kriteria DSM IV-TR, terdapat dua jenis gangguan depresi yang

bersifat klinis, yaitu (American Psychiatric Association, 2000; Rosenvald, Oei &

Schmidt, 2007):

a. Gangguan Depresi Mayor

Gangguan depresi mayor merupakan gangguan depresi yang paling umum

terjadi. Individu dengan gangguan depresi mayor akan mengalami episode-

episode depresi dan normal/remisi yang terlihat cukup kontras. Diagnosis

untuk gangguan depresi mayor dapat diberikan jika individu mengalami

setidaknya lima dari delapan kriteria berikut selama setidaknya dua minggu

berturut-turut, dan hal ini menganggu keberfungsiannya sehari-hari:

1) Adanya suasana hati/mood depresif hampir sepanjang hari

2) Kehilangan minat melakukan hal-hal yang disukai

7

3) Mengalami penurunan atau kenaikan berat badan yang disertai

perubahan selera makan

4) Mengalami masalah tidur yang muncul hampir setiap hari

5) Mengalami agitasi/ kegelisahan psikomotor

6) Mengalami rasa lelah yang berlebihan

7) Merasa tidak berdaya, sulit berpikir dan konsentrasi

8) Adanya kemunculan pikiran-pikiran buruk mengenai kematian,

termasuk keinginan bunuh diri

b. Gangguan Distimik

Gangguan distimik merupakan jenis gangguan depresi yang ditandai dengan

perasaan murung dalam jangka waktu yang lama dan pengidapnya

seringkali menerima perasaan tersebut sebagai bagian dari kehidupannya

sehari-hari. Diagnosis ini diberikan jika individu mengalami simtom-

simtom depresi hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, paling tidak

selama dua tahun untuk orang dewasa dan satu tahun untuk anak-anak dan

remaja. Simtom-simtom depresi yang muncul setidaknya dua dari tujuh

simtom berikut:

1) Tidak ada selera makan atau makan berlebihan

2) Insomnia atau hipersomnia

3) Tidak ada tenaga atau lelah

4) Merasa harga diri rendah

5) Konsentrasi buruk

6) Sulit membuat keputusan

7) Merasa tidak memiliki harapan.

2.2.3 Tingkatan Depresi

Terdapat 6 tingkatan dalam depresi, diantaranya adalah :

a. Depresi normal

b. Gangguan mood

c. Depresi batas klinis

d. Depresi sedang

8

e. Depresi berat

f. Depresi ekstrim

2.2.4 Skala Pengukuran Tingkat Depresi dalam ilmu Psikologi

Untuk mengukur tingkat depresi seseorang, dalam dunia psikologi terdapat

alat ukur yang telah paten, salah satunya adalah Beck Depression Inventory (BDI).

Alat ukur ini merupakan jenis inventory yang memiliki beberapa pilihan jawaban,

dan diisi sendiri oleh masing-masing partisipan sesuai kondisi yang mereka

rasakan. Alat ukur ini dikembangkan pertama kali oleh Beck, Ward dan Mendelson

(1961) untuk mengukur tingkat depresi pada populasi yang bersifat general.

Suwantara, Lubis dan Rusli (2005) sudah mengadaptasi alat ukur ini ke dalam

Bahasa Indonesia dengan beberapa penyesuaian, misalnya jumlah pilihan jawaban

pada setiap item dan norma yang dianggap lebih sesuai untuk partisipan di

Indonesia (Arjadi, 2012).

Beck Depression Inventory yang sudah diadaptasi oleh Suwantara, Lubis

dan Rusli (2005). Dapat dilihat pada Tabel 2.1, daftar pernyataan pada BDI terdiri

dari 21 nomor kelompok pernyataan. Masing-masing nomor harus diisi dengan

memilih salah satu pilihan jawaban yang dianggap partisipan sebagai pilihan

jawaban yang paling sesuai dengan dirinya.

Selanjutnya, menurut Arjadi, (2012) alat ukur BDI diketahui memiliki 3

(tiga) dimensi dalam depresi (Shafer, 2006), yaitu dimensi ‘sikap negatif terhadap

diri sendiri’ (11 item), ‘penurunan performa’ (7 item), dan ‘gejala somatis’ (3 item).

Tabel 2. 1 Daftar Pernyataan-pernyataan pada skala BDI

No. Skor Pernyataan

1 0 Saya merasa senang

1 Saya terkadang merasa sedih

2 Saya merasa sendu atau sedih setiap waktu dan saya tidak dapat

menghilangkannya

3 Saya sangat sendu atau sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi

2 0 Saya optimis menghadapi masa depan

9

No. Skor Pernyataan

1 Saya merasa berkecil hati menghadapi masa depan

2 Saya merasa tidak memiliki pandangan terhadap masa depan

3 Saya merasa tidak ada harapan dimasa depan, dan segala

sesuatunya tidak dapat diperbaiki

3 0 Saya tidak merasa seperti orang yang gagal

1 Saya merasa lebih banyak gagal dibanding banyak orang

2 Kalau saya meninjau kembali hidup saya, yang dapat saya lihat

hanyalah banyaknya kegagalan

3 Saya merasa apapun yang saya lakukan pasti akan gagal

4 0 Saya tidak merasa tidak puas secara khusus

1 Saya merasa bosan untuk sebagian besar waktu

2 Saya tidak menikmati segala sesuatu sama seperti biasanya

3 Saya tidak lagi mendapat kepuasan dari hal apapun

5 0 Saya tidak merasa bersalah secara khusus

1 saya merasa bersalah di waktu-waktu tertentu

2 Terkadang saya merasa bersalah di sebagian besar waktu

3 Saya selalu merasa bersalah sepanjang waktu

6 0 Saya tidak merasa bahwa saya sedang dihukum

1 Saya merasa saya sedang dihukum atau akan dihukum

2 Saya merasa saya pantas dihukum

3 Saya ingin dihukum

7 0 Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri

1 Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri

2 Saya muak terhadap diri saya sendiri

3 Saya membenci diri saya sendiri

8 0 Saya tidak merasa lebih buruk dibanding orang lain

1 Saya mencela diri saya sendiri Karena kelemahan atau kesalahan

kesalahan saya

10

No. Skor Pernyataan

2 Saya menyalahkan diri saya sendiri atas kesalahan-kesalahan saya

selama ini

3 Saya menyalahkan diri saya sendiri terhadap segala keburukan

yang terjadi

9 0 Saya sama sekali tidak mempunyai pikiran untuk bunuh diri

1 Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan

melakukannya

2 Saya mempunyai rencana untuk bunuh diri

3 Saya ingin bunuh diri

10 0 Saya tidak menangis lebih sering daripada biasanya

1 Saya sekarang lebih sering menangis dibanding biasanya

2 Saya menangis sepanjang waktu, saya tidak dapat

menghentikannya

3 Saya biasanya dapat menangis, teteapi sekarang sama sekali tidak

dapat meskipun saya ingin menangis

11 0 Saya sekarang tidak lebih tersinggung dibanding biasanya

1 Saya sama sekali tidak menjadi tersinggung terhadap hal-hal yang

biasanya membuat saya tersinggung

2 Saya lebih mudah kesal atau tersinggug dibanding biasanya

3 Saya merasa tersinggung sepanjang waktu

12 0 Saya tidak kehilangan perhatian terhadap orang lain

1 Sekarang saya kurang tertarik terhadap orang lain dibanding

biasanya

2 Saya telah kehilangan sebagian besar perhatian saya terhadap

orang lain dan hanya sedikit tertarik terhadap mereka

3 Saya telah kehilangan seluruh perhatian saya terhadap orang lain

dan sama sekali tidak peduli terhadap mereka

13 0 Saya dapat membuat keputusan sebaik biasanya

1 Saya mencoba menunda-nunda dalam mengambil keputusan

11

No. Skor Pernyataan

2 Saya mengalami banyak kesulitan dalam mengambil keputusan

3 Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan lagi

14 0 Saya tidak merasa penampilan saya lebih jelek dibanding dulu

1 Saya merasa ada perubahan perubahan tetap/permanen dalam

penampilan saya

2 Saya cemas, saya kelihatan tua atau tidak menarik

3 Saya merasa bahwa penampilan saya jelek atau tampak

menjijikkan

15 0 Saya dapat bekerja sebaik sebelumnya

1 Saya memerlukan usaha tambahan untuk memulai suatu pekerjaan

2 Saya harus mendorong diri saya dengan kerja keras untuk

melakukan sesuatu

3 Saya sama sekali tidak dapat mengerjakan pekerjaan apapun

16 0 Saya bisa tidur sebaik biasanya

1 Saya bangun pagi dengan rasa lebih lelah dari pada biasanya

2 Saya bangun 1 – 2 jam lebih awal daripada biasanya dan

menyadari akan sulit tidur kembali

3 Saya bangun pagi-pagi sekali setiap hari dan tidak dapat tidur lebih

dari 5 jam

17 0 Saya tidak merasa lebih lelah daripada biasanya

1 Saya lebih mudah menjadi lelah dibanding biasanya

2 Saya menjadi lelah jika mengerjakan apapun

3 Saya terlalu lelah untuk mengerjakan apapun

18 0 Selera makan saya tidak lebih buruk daripada biasanya

1 Selera makan saya tidak sebaik sebagaimana biasanya

2 Selera makan saya jauh lebih buruk sekarang

3 Saya sama sekali tidak mempunyai selera makan lagi

19 0 Kalaupun ada saya tidak banyak kehilangan berat badan

1 Saya telah kehilangan berat badan lebih dari 2.5 kg

12

No. Skor Pernyataan

2 Saya telah kehilangan berat badan lebih dari 5 kg

3 Saya telah kehilangan berat badan lebih dari 7.5 kg

20 0

Saya tidak menghawatirkan kesehatan saya lebih daripada

biasanya

1 Saya khawatir akan rasa sakit atau sakit perut atau sembelit (sulit

buang air besar)

2 Saya begitu khawatir akan kesehatan badan saya sehingga sulit

untuk memikirkan hal-hal lain

3 Seluruh perhatian saya tersita oleh apa yang saya rasakan

21 0

Saya tidak merasakan adanya perubahan apapun dalam minat saya

terhadap seks

1 Saya kurang tertarik terhadap seks dibanding biasanya

2 Minat saya terhadap seks jauh berkurang sekarang

3 Saya sama sekali telah kehilangan minat terhadap seks

Keterangan:

Dimensi sikap negatif pada diri sendiri

Dimensi penurunan performa

Dimensi gejala somatis

Setelah semua nomor diisi oleh partisipan, skor dapat diberikan dan

dijumlahkan hingga diperoleh skor total. Dari skor total yang telah didapatkan dapat

diputuskan tingkat depresi yang dialami oleh lansia. Tabel 2.2 merupakan rincian

tingkatan depresi pada skala BDI.

Tabel 2. 2 Tingkatan Depresi (Beck, 1961)

Tingkat depresi Skala

Normal 0 – 10

Gangguan mood 11 – 16

Batas klinis depresi 17 – 20

Depresi sedang 21 – 30

Depresi berat 31 – 40

13

Tingkat depresi Skala

Depresi ekstrim > 40

Lebih lanjut, skala pengukuran BDI dapat dilihat pada lampiran C.

2.2.5 Lanjut Usia

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk

berusia 60 tahun ke atas (Irawan, 2013).

Sementara itu, Quadagno (2002) menggolongkan kelompok Lanjut Usia

menjadi tiga berdasarkan usia kronologisnya, yaitu 65-74 tahun (young-old), 75- 84

tahun (old-old), dan 85 tahun ke atas (oldest-old). Kriteria yang sedikit berbeda

diungkapkan oleh Black (1994) yang menjelaskan usia young-old berada pada

rentang pertengahan usia 50 tahunan sampai pertengahan usia 70 tahunan, tanpa

menyebutkan angka yang pasti. Dari berbagai kategori yang berbeda ini, dapat

diperkirakan bahwa masa lansia dimulai sekitar usia pertengahan 50 tahun sampai

60 tahun, dan berakhir pada akhir hayat masing-masing individu. Di dalam

penelitian ini sendiri, kriteria usia yang digunakan sebagai subyek adalah lansia

yang berada pada kategori usia young-old dan old-old, yaitu dari pertengahan usia

50 tahun sampai 84 tahun (Arjadi, 2012).

2.2.6 Penyebab Depresi pada Lanjut Usia

Terdapat beberapa faktor penyebab depresi pada lansia, yaitu faktor

biologis, psikologis dan sosial (Arjadi, 2012).

a. Faktor Biologis Terkait dengan Kesehatan Fisik

Depresi pada lansia biasanya berhubungan dengan kondisi fisik dan

kejiwaan. Sebagai contoh, depresi biasanya berkaitan dengan diabetes,

gangguan pernapasan, gangguan ginjal, alzheimer, dan masalah-masalah

kesehatan lainnya. Kemunculan depresi sendiri dapat disebabkan oleh

adanya masalah kesehatan tersebut. Hal ini dapat berlaku sebaliknya, yaitu

depresi berkepanjangan dapat pula mencetuskan munculnya masalah

14

kesehatan pada lansia, misalnya karena depresi, mereka tidak makan dengan

baik hingga kesehatannya terganggu.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat menyebabkan depresi pada lansia salah

satunya adalah pikiran negatif yang mereka miliki ketika menghadapi suatu

masalah dalam hidupnya. Lansia yang mempersepsikan masalah secara

negatif akan memiliki tendensi mengembangkan depresi yang levelnya

lebih tinggi daripada yang tidak mempersepsikan masalah secara negatif.

Kemampuan coping dengan masalah juga menentukan daya tahan yang

dimiliki lansia untuk tidak mengalami depresi berkelanjutan. Kemampuan

coping yang buruk akan membuat lansia sulit menghadapi masalahnya,

hingga berpotensi memunculkan depresi.

c. Faktor Sosial

Faktor ini khususnya bicara mengenai keberadaan dukungan sosial (social

support). Ketika memasuki usia lansia, individu akan meninggalkan

lingkungan pekerjaan, tidak lagi aktif seperti dahulu, hingga mengalami

perubahan dalam sistem sosialnya. Ketika sudah tidak aktif berhubungan

dengan orang lain, lansia dapat merasa kesepian, dan hal ini memiliki

potensi untuk berkembang menjadi depresi, terlebih jika mereka tidak

memiliki kegiatan apapun dan teman beraktivitas sehari-hari

2.2.7 Sistem Pakar

Sistem pakar adalah cabang kecerdasan buatan yang menggunakan

pengetahuan/knowledge khusus untuk memecahkan masalah pada level human

expert/pakar. Sistem pakar banyak dikembangkan dalam berbagai ilmu, salah satu

diantaranya dalam bidang kedokteran untuk melakukan diagnosa penyakit. Sistem

pakar digunakan untuk menentukan diagnosa penyakit akan membantu

mengkonfirmasi diagnosa dan menentukan saran dan terapinya.

Menurut Turban (1995), untuk membangun sebuah sistem pakar maka

komponen-komponen dasar yang harus dimiliki paling sedikit adalah sebagai

berikut :

15

a. Antar muka pemakai (User Interface)

b. Basis pengetahuan (Knowledge Base)

c. Mesin inferensi desain sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah

desain model Turban yang dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2. 1 Desain Mesin Inferensi (Turban, 1995)

2.2.8 Logika Fuzzy

2.2.8.1 Definisi Logika Fuzzy

Kata fuzzy merupakan kata sifat yang berarti kabur, tidak jelas. Fuzziness

atau kekaburan atau ketidakjelasan atau ketidakpastian selalu meliputi keseharian

manusia. Orang yang belum pernah mengenal fuzzy logic pasti akan mengira bahwa

fuzzy logic adalah sesuatu yang rumit dan tidak menyenangkan. Namun, sekali

seseorang mulai mengenalnya, pasti akan tertarik untuk ikut mempelajari fuzzy

logic. Fuzzy logic dikatakan sebagai logika baru yang lama, sebab ilmu tentang

fuzzy logic modern dan metodis baru ditemukan beberapa tahun yang lalu, padahal

sebenarnya konsep tentang fuzzy logic itu sendiri sudah ada sejak lama

(Kusumadewi, 2013).

Logika fuzzy adalah sebuah metodologi berhitung dengan variabel kata –

kata (linguistic variable) sebagai pengganti berhitung dengan bilangan. Kata – kata

yang digunakan dalam logika fuzzy bukan sepresisi bilangan namun dekat dengan

intuisi manusia. Tidak semua kondisi memiliki nilai kebenaran salah dan benar atau

16

bernilai 0 dan 1. Ada suatu kondisi yang berada di antara 0 dan 1 yang dinamakan

kesamaran (fuzzy). Alasan digunakannya logika fuzzy adalah (Kusumadewi, 2003):

a. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti dengan konsep matematis sebagai

dasar dari penalaran fuzzy yang sangat sederhana dan mudah dimengerti.

b. Logika fuzzy sangat fleksibel, artinya mampu beradaptasi dengan perubahan

– perubahan, dan ketidakpastian yang menyertai permasalahan.

c. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data – data yang tidak tepat. Jika

diberikan sekelompok data yang cukup homogeny, dan kemudian ada

beberapa data yang “eksklusif”, maka logika fuzzy memiliki kemampuan

untuk menanganinya.

d. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi – fungsi nonlinear yang sangat

kompleks.

e. Logika fuzzy dapat mengaplikasikan pengalaman – pengalaman para ahli

secara langsung tanpa memulai proses pelatihan. Dalam hal ini sering

disebut dengan nama Fuzzy Expert System menjadi bagian terpenting.

f. Logika fuzzy dapat bekerja sama dengan teknik – teknik kendali secara

konvensional. Hal ini umumnya terjadi pada aplikasi di bidang mesin

ataupun teknik elektro.

g. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami. Logika fuzzy menggunakan

bahasa sehari – hari sehingga mudah untuk dimengerti.

2.2.8.2 Himpunan Fuzzy

Himpunan tegas (crisp) A didefinisikan oleh item-item yang ada pada

himpunan itu. Jika a.A, maka nilai yang berhubungan dengan a adalah 1. namun

jika a.A, maka nilai yang berhubungan dengan a adalah 0. notasi A = {x|P(x)}

menunjukkan bahwa A berisi item x dengan p(x) benar. Jika XA merupakan fungsi

karakteristik A dan properti P, maka dapat dikatakan bahwa P(x) benar, jika dan

hanya jika XA(x)=1 (Kusumadewi, 2003).

Himpunan fuzzy didasarkan pada gagasan untuk memperluas jangkauan

fungsi karakteristik sedemikian hingga fungsi tersebut akan mencakup bilangan

real pada interval [0,1]. Nilai keanggotaannya menunjukkan bahwa suatu item

17

dalam semesta pembicaraan tidak hanya berada pada 0 atau 1, namun juga nilai

yang terletak diantaranya. Dengan kata lain, nilai kebenaran suatu item tidak hanya

benar atau salah. Nilai 0 menunjukkan salah, nilai 1 menunjukkan benar, dan masih

ada nilai-nilai yang terletak antara benar dan salah. Himpunan fuzzy memiliki 2

atribut, yaitu (Kusumadewi, 2003):

a. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau

kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami.

b. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu

variabel.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy,

yaitu sebagai berikut (Kusumadewi, 2003):

a. Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem

fuzzy.

b. Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau

keadaan tertentu dalam suatu variabel.

c. Semesta Pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk

dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraan merupakan

himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton

dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa bilangan positif

maupun negatif. Adakalanya nilai semesta pembicaraan ini tidak dibatasi

batas atasnya.

d. Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam

semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy.

Seperti halnya semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan

bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke

kanan. Nilai domain dapat berupa bilangan positif maupun negatif.

2.2.9 Fuzzy Tsukamoto

2.2.9.1 Pengertian

Metode tsukamoto merupakan perluasan dari penalaran monoton, pada

metode tsukamoto setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-Then harus

18

direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang

monoton. Sebagai hasilnya, output hasil inferensi dari tiap tiap aturan diberikan

secara tegas (crisp) berdasarkan α-predikat (fire strength). Hasil akhirnya diperoleh

dengan menggunakan rata-rata terbobot (Kusumadewi, 2013). Flowchart fuzzy

Tsukamoto dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Flowchat Fuzzy Tsukamoto

2.2.9.2 Fungsi Keanggotaan

Dalam himpunan fuzzy terdapat beberapa representasi dari fungsi

keanggotaan, salah satunya yaitu representasi linear. Pada representasi linear,

pemetaan input ke derajat keanggotaannya digambarkan sebagai suatu garis lurus.

• Representasi linear NAIK