BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF fileinterior agregat. Bila solvennya adalah hidrokarbon, maka...

download BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF fileinterior agregat. Bila solvennya adalah hidrokarbon, maka yang akan terjadi adalah ... Bentuk dari micelle pada solven air dipandang sebagai kompromi

If you can't read please download the document

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF fileinterior agregat. Bila solvennya adalah hidrokarbon, maka...

  • B.56.3.21 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Surfaktan

    Penelitian ini bertujuan untuk membuat surfaktan MES yang dapat digunakan pada

    proses EOR (Enhanced Oil Recovery). Pada bagian ini akan dibahas hal yang berkaitan

    dengan surfaktan, misalnya pengertian surfaktan dan jenis-jenis dari surfaktan

    2.1.1. Surfaktan secara umum

    Beberapa senyawa seperti asam lemak berantai pendek adalah tergolong ampifilik atau

    ampifatik. Mereka mempunyai satu bagian yang memiliki afinitas tinggi untuk media

    yang nonpolar dan bagian yang lain yang memiliki afinitas tinggi untuk media yang

    polar. Molekul-molekul ini membentuk suatu lapisan pada batas interface dan

    menunjukkan aktivitas pada permukaan (surface activity), seperti menurunkan tegangan

    interface atau permukaan. Pada umumnya, senyawa-senyawa ini disebut dengan

    surfaktan, atau istilah lainnya adalah ampifilik, surface active agents, tensides, dan

    paraffin-chain salts. Bahan-bahan seperti sabun dan deterjen termasuk ke dalam

    surfaktan, atau sering juga merupakan campuran dari surfaktan, dan mempunyai

    kemampuan untuk membersihkan. Ini dikarenakan deterjen mempunyai kemampuan

    untuk mengubah properti dari interface yang menyebabkan kotoran lepas dari

    permukaan benda.

    Surfaktan mempunyai bentuk senyawa yang unik. Bagian kepalanya (head) adalah grup

    yang hidrofilik, sedangkan bagian rantainya (tail) adalah grup yang hidrofob. Bagian

    hidrofilik atau bagian yang polar biasanya berinteraksi kuat dengan air, seperti interaksi

    dipol-dipol, atau interaksi ion-dipol. Bagian hidrofilik head ini menentukan jenis-jenis

    surfaktan yang mana akan dibahas di subbab berikutnya..

  • B.56.3.21 6

    Dalam larutan, surfaktan akan berlaku seperti senyawa elektrolit pada umumnya. Akan

    tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi, surfaktan akan menunjukkan perilaku yang

    berbeda. Perilaku ini ditunjukkan dengan terbentuknya suatu formasi dari sekumpulan

    banyak (agregat) molekul secara teratur yang disebut micelle. Bila solvennya adalah air,

    bagian hidrofilik akan meninggalkan bagian interior agregat dan menghadapi air.

    Sedangkan bagian hidrofob dengan sendirinya akan menjauhi air dan berkumpul di

    interior agregat. Bila solvennya adalah hidrokarbon, maka yang akan terjadi adalah

    sebaliknya. Bentuk dari micelle pada solven air dipandang sebagai kompromi dari

    kecenderungan bagi rantai alkil untuk menghindari kontak yang tak diinginkan dengan

    air dan bagian polar dari senyawa yang ingin mempertahankan kontak dengan

    lingkungan air. Strukter umum dari suatu micelle terlihat pada gambar 2.1. Konsentrasi

    pada saat sekumpulan banyak molekul surfaktan membentuk micelle dinamakan

    Critical Micelle Concentration (CMC). Surfaktan akan mempunyai sifat-sifat aktif

    permukaan (surface activity) bila konsentrasinya sudah mencapai CMC.

    Gambar 2.1. Struktur micelle pada lingkungan air terdapat dalam beberapa

    kemungkinan: (a) Ekor yang overlapping pada bagian tengah, (b) Air menembus ke

    bagian tengah, (c) Rantai-rantai yang saling membengkok dan menonjol

    Sumber: (Schramm, 2000)

  • B.56.3.21 7

    2.1.2. Jenis-jenis Surfaktan

    Surfaktan memiliki beberapa jenis yang dibagi berdasarkan jenis dari headnya, yaitu

    surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonionik, dan surfaktan amfoterik.

    Penelitian ini mengkhususkan pada pembuatan MES yang termasuk ke dalam surfaktan

    anionik. Kelompok surfaktan pertama, anionik, adalah surfaktan yang bagian headnya

    bermuatan negatif. Mengikuti namanya masing-masing, surfaktan kationik adalah

    surfaktan dengan head bermuatan positif, surfaktan nonionik mempunyai head yang

    tidak bermuatan, dan surfaktan amfoterik bagian headnya bermuatan positif dan negatif.

    Tabel 2.1 menunjukkan klasifikasi dari surfaktan beserta contohnya.

    Tabel 2.1. Klasifikasi Surfaktan

    Jenis Surfaktan Klasifikasi Contoh Anionik - alkil sulfat dan

    sulfonat - petroleum dan

    lignin sulfonat - fosfat ester - sulfosuksinat ester

    karboksilat

    Linier Alkilbenzen Sulfonat (LAS) Alkohol Sulfat (AS) Alkohol Eter Sulfat (AES) Methyl Ester Sulfonat (MES) Sulfated alcohol ethoxylate Petroleum sulfonat (aril sulfonat dan

    alkaril sulfonat) Alkil sulfonat Alkilaril sulfonat : alkilxylene

    sulfonat (ket : xylene dapat diganti dengan benzene, naftelene atau toluene)

    (Di)alkilbenzen sulfonat Alkoxylated alkyl substituted phenol

    sulfonate Alkoxylated sulfonated Dodesilbenzenhexaetoksietil sulfonat Na Stearat Na dodesil Na dodesil benzene sulfonat

    Kationik - garam amonium kuarterner

    Fatty amine oksida Ethoxylated tertiary amine Dimetil alkil amina Fatty amine Amidoamina

  • B.56.3.21 8

    Diamina Amina oksida Amina kuartener Amina etoksilat Laurilamina hidroklorida Trimetil dodesilammonium klorida Cecyl trimethylammonium bromide

    Nonionik - alkohol - ethoxylated acid - alkanolamida - ethoxylated amine - amina oksida

    Sorbitan monostearat Fatty alcohol polyglycol ether Gliserol monostearat Propilen glikol monostearat Dietanolamida (DEA) Sukrosa ester Sorbitol dan sorbitan ester Ethoxylated alcohol Ethoxylated alkanol Polyethoxylated alkylphenol Polyoxyethylene alcohol Alkilfenol etoksilat Polisorbat 80 Propylene oxide-modified

    (polymethylsiloxane) Amfoterik - karboksibetain

    - sulfobetain Phosphatidylcholine Phosphatidylethanol-amine Lecithin Aminocarboxylic acid Alkil betain Dodecyl betaine Lauramidopropil betain Cocoamido-2-hydroxy-propyl

    sulfobetaine Sumber: (Schramm, 2000)

    2.1.2.1. Surfaktan Anionik

    Grup hidrofilik pada surfaktan anionik adalah gugus polar yang terdispersi menjadi ion

    negatif di dalam larutan. Dalam produk-produk komersial, grup hidrofilik tersebut dapat

    berupa gugus karboksilat, sulfonat, sulfat atau fosfat. Pada larutan alkali dalam air,

    keempat gugus hidrofil tersebut akan membentuk garam yang kelarutannya setara

    dengan hidrokarbon dengan 12 atom karbon. Produksi dari surfaktan anionik di

    Amerika Serikat mencapai 2.050.915.000 lb (sekitar 930279.4 ton) pada tahun 1966,

  • B.56.3.21 9

    yang merupakan 70 % dari total produksi kesemua jenis surfaktan (Othmer, 1965).

    2.1.2.2. Surfaktan Kationik

    Surfaktan kationik digunakan secara luas sebagai dispersant, emulsifier, wetting agents,

    sanitizer, dye fixing agents, pelumas tekstil, pelembut tekstil, foam stabilizer, dan

    inhibitor korosi. Surfaktan kationik teradsorbsi lebih kuat dibanding surfaktan anionik

    dan surfaktan nonionik pada berbagai substrat, seperti logam, gelas, serat tekstil, plastik,

    dan mineral. Hal ini menyebabkan surfaktan kationik justru efektif pada beberapa

    aplikasi. Sebagai contoh, surfaktan kationik digunakan untuk mendeposit minyak

    emulsi ke atas padatan dan menahannya di sana. Beberapa surfaktan kationik kuartener

    bila digabung bersama surfaktan nonionik akan membentuk membentuk pembersih

    deterjen. Produksi surfaktan kationik di Amerika Serikat hanya 5 % dari total produksi

    semua surfaktan (Othmer, 1965).

    2.1.2.3. Surfaktan Nonionik

    Surfaktan nonionik, sesuai dengan namanya, tidak memiliki sifat penghantar ketika

    terdispersi dalam larutan. Kecenderungan sifat hidrofilik pada surfaktan nonionik

    terutama dikarenakan adanya molekul oksigen yang terhidrasi dari ikatan hidrogen

    dalam molekul air. Hampir semua surfaktan nonionik yang tidak dimodifikasi bersifat

    lipofilik (fat liking) dan senyawa tersebut sering digunakan sebagai coemulsifiers bila

    digabung dengan surfaktan hidrofilik lainnya. Salah satu keuntungan dari surfaktan

    nonionik adalah cocok jika digabung dengan surfaktan ionik maupun surfaktan

    amfoterik dalam kebanyakan aplikasinya.

    2.1.2.4. Surfaktan Amfoterik

    Surfaktan amfoter merupakan gabungan dari anionik dan kationik dalam strukturnya.

    Beberapa surfaktan amfoter juga mengandung gugus eter atau gugus hidroksil yang

    dapat memperkuat kecenderungan hidrofiliknya. Beberapa contoh surfaktan amfoterik

    yang digunakan luas adalah N-coco-3-aminopropionic acid dan mixed alicyclic amine

  • B.56.3.21 10

    sodium salts. Penggunaan surfaktan amfoterik tidaklah sebanyak surfaktan jenis lainnya

    (Othmer, 1965).

    2.2. Bahan Baku

    2.2.1. Crude Palm Oil (CPO)

    Minyak kelapa sawit merupakan salah satu minyak-lemak nabati yang dapat digunakan

    sebagai bahan baku pengembangan surfaktan. Minyak kelapa sawit adalah komoditas

    politik dan ekonomik yang penting di Indonesia, karena terdapat sekitar 3.4 juta

    keluarga yang bekerja dalam penanaman kelapa sawit (KMSI, 2005). Selain itu, kelapa

    sawit sebagai sumber minyak-lemak nabati mempunyai kapasitas produksi yang

    terbesar jika dibanding sumber minyak-lemak nabati lainnya yang terdapat di Indonesia.

    Oleh sebab itu, ketersediaan kelapa sawit sebagai bahan baku minyak-lemak nabati

    sangat berlimpah. Berikut data produktivitas berbagai sumber minyak-lemak nabati :

    Tabel 2.2. Produktivitas berbagai sumber minyak-lemak nabati

    Nama Indonesia Nama Inggris Nama Latin kg-/ha/thn

    Sawit Oil palm Elaeis guineensis 5000

    Kelapa Coconut Cocos nucifera 2260

    Alpokat Avocado Persea americana 2217

    K. Brazil Brazil nut Bertholletia excelsa 2010

    K. macadam Macadamia nut Macadamia ternif. 1887

    Jarak pagar Physic nut Jatropha curcas 1590

    Jojoba Jojoba Simmondsia califor. 1528

    K. pecan Pecan nu