BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti...

21
27 BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak 1. Pengertian TB Paru Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Kemenkes RI,2002). TB paru adalah TB yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) (Tim Kelompok Kerja PPOK, 2003). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun dalam jaringan tubuh, (Kemenkes RI, 2002). Penderita TB BTA positif menyebarkan kuman melalui batuk atau bersin ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Penularan juga dapat terjadi secara langsung jika dahak penderita diludahkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari, kemudian Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Transcript of BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti...

Page 1: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

27

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Tuberkolosis Paru pada Anak

1. Pengertian TB Paru

Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman

TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya

(Kemenkes RI,2002). TB paru adalah TB yang menyerang jaringan paru,

tidak termasuk pleura (selaput paru) (Tim Kelompok Kerja PPOK, 2003).

Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan

terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Bakteri

Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung,

tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.

Kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun dalam

jaringan tubuh, (Kemenkes RI, 2002).

Penderita TB BTA positif menyebarkan kuman melalui batuk atau

bersin ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Sekali batuk dapat

menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Droplet yang mengandung

kuman dapat bertahan di selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap

dan lembab. Penularan juga dapat terjadi secara langsung jika dahak

penderita diludahkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari, kemudian

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 2: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

28

mengering dan menyatu dengan debu, jika debu ini terhisap maka orang

tersebut akan terinfeksi (Crofton dkk, 2002).

2. Gejala Tuberkolosis Paru Anak

Penanganan kasus Tuberkolosis Paru (TB Paru) dibagi dalam dua

kelompok yaitu TB anak (0-14 tahun) dan dewasa (> 15 tahun).

Penanggulangan kasus TB anak lebih sulit dibandingkan TB dewasa,

khususnya dalam penemuan penderita dan diagnosis TB anak. Anak yang

mengalami gejala TB juga belum tentu terkena penyakit TB paru, sehingga

harus didukung dengan uji tuberkulin dan foto rontgen (Kemenkes RI,

2002).

Seorang anak dicurigai menderita TB jika:

a. Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB BTA

positif (+).

b. Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam waktu

3-7 hari).

c. Terdapat gejala umum TB.

Gejala umum TB pada anak menurut Kemenkes RI (2008):

a. Asymptomatis, penyakit TB anak tidak mempunyai gejala yang khas dan

sering diketahui tanpa gejala.

b. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas

dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi

yang baik, nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh

(failure to thrive).

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 3: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

29

c. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan thypoid,

malaria atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya

multipel, paling sering muncul di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha

(inguinal)

e. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari

(setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan

nyeri dada

f. Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak

sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan

tanda-tanda cairan dalam abdomen

3. Penemuan Penderita TB Paru Anak

Penemuan penderita TB pada anak merupakan hal yang sulit.

Diagnosis TB anak sebagian besar didasarkan atas gambaran klinis,

gambaran radiologis dan uji tuberkulin (Kemenkes RI, 2002).

4. Diagnosis TB Paru Anak

Diagnosis paling tepat untuk menentukan penyakit TB adalah dengan

ditemukannya kuman TB dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya

sputum, bilas lambung, biopsi, dan lain-lain. Diagnosis pada anak sangat

sulit dan jarang didapatkan hasilnya, sehingga sebagian besar diagnosis TB

anak didasarkan atas gambaran klinis, foto thorak rongent dan uji

tuberkulin. Sitem skoring untuk menentukan TB paru anak meliputi

beberapa item, yaitu: 1) Ada riwayat kontak erat dengan kasus TB baik

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 4: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

30

diketahui maupun suspek, 2) Gambaran radiologik mengarah ke TB, 3) Tes

tuberkulin posistif, 4) BTA positif, 5) Batuk > 2 minggu, 6) Kemungkinan

respon terhadap pemberian obat anti TB (berat badan naik 10% setelah

pengobatan 2 bulan, gejala menurun), 7) Reaksi cepat BCG, yaitu timbul

kemerahan di lokasi suntikan dalam 3-7 hari setelah imunisasi, dan 8)

Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang spesifik (Kemenkes RI, 2007).

5. Uji Tuberkulin

Uji tuberkulin perlu dilakukan untuk identifikasi infeksi dengan

mikobakterium tuberkulosis, menaksir hasil suatu vaksinasi BCG,

mengetahui prevalensi dan insidensi infeksi tuberkulosis. Uji tuberkulin

tidak 100% sensitif dan spesifik, tapi uji ini masih banyak digunakan karena

belum ada metode lain yang lebih baik dan dapat digunakan secara luas. Uji

kulit ini juga dapat digunakan pada bayi, anak dan dewasa.

Standarisasi teknik uji tuberkulin adalah menggunakan uji Mantoux

yang disuntikkan intradermal di permukaan volar lengan bawah. Manifestasi

yang ditunjukkan pada 6-12 jam sesudah penyuntikan adalah mulainya

terjadi delayed hypersensitivity yang klasik yaitu reaksi lokal berupa eritema

karena vasodilatasi primer, edema karena reaksi antara antigen yang

disuntikkan dengan antibodi dan indurasi yang dibentuk oleh sel-sel

mononukleus sering disertai rasa gatal, dan bisa pula nyeri saat disentuh.

Hasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

dilatasi pembuluh darah kapiler, hiperemi dan infiltrasi sel lekosit netrofil.

Sel lekosit netrofil terus menurun setelah 12–72 jam, sebaliknya monosit

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 5: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

31

akan meningkat mulai 6–12 jam sampai dengan 72 jam. Sel monosit terdiri

dari 80-90% limfosit dan 10–20% sel makrofag.

Uji Mantoux yang dipakai ada 2 jenis yaitu Old tuberkulin (OT) dan

Purified Protein Derivative (PPD). PPD yang sering dipakai yaitu PPD–S

(Seibert) dan PPD-RT 23 (Renset 23). Kekuatan uji tuberkulin dinyatakan

dalam International Tuberculin Unit atau TU, 1 TU = 0,01 mg OT atau

0,00002 mg PPD. Dosis baku uji Mantoux adalah 0,1 ml PPD dengan

kekuatan intermediate yaitu 5 TU, disuntikkan secara intradermal di bagian

volar lengan depan dengan menggunakan satu syringe plastik dan 1 jarum

pendek berukuran 26 atau 27G yang dimiringkan kearah atas. Benjolan

berwarna putih berdiameter 6–10 mmakan muncul pada saat suntikan.

Reaksi terhadap tuberkulin sudah terjadi 5-6 jam sesudah penyuntikan,

tetapi maksimal indurasi terjadi 48-72 jam sehingga pembacaan dilakukan

pada 48–72 jam. Bisa saja terjadi reaksi hipersensitivitas cepat terhadap

tuberkulin atau pengencernya, dan untuk membedakannya dengan reaksi

hipersensitivitas tipe lambat reaksi ini akan hilang dalam 24 jam.

Hasil uji tuberkulin dinyatakan dengan mengukur diameter

transversalindurasi dalam mm, yaitu:

Indurasi 0-4 mm berarti uji tuberkulin negatif. Arti klinisnya menunjukkan

bahwa tidak ada infeksi dengan Mycobacterium tuberculosis.

Indurasi 5-9 mm berarti uji tuberkulin meragukan. Hal ini dapat terjadi

karena kesalahan teknis, reaksi silang dengan atipik mikobakterium atau

setelah vaksinasi BCG.

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 6: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

32

Indurasi ≥ 10 mm berarti uji tuberkulin positif. Arti klinisnya

menunjukkan bahwa sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium

tuberculosis. Pada anak yang telah mendapat imunisasi BCG diameter

indurasi 15 mm keatas baru dinyatakan positif, sedangkan pada anak

kontak erat dengan penderita tuberkulosis aktif indurasi 5 mm keatas

harus dinyatakan positif.

6. Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) Penyakit TB Paru Anak

Semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak

eratdengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan

pemeriksaanmenggunakan sistem skoring. Hasil evaluasi dengan skoring

sistem menunjukkan hasil skor < 5, maka anak tersebut diberikan Isoniazid

(INH) dengandosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Anak yang belum

pernahmendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dapat dilakukan setelah

pengobatanpencegahan selesai (Kemenkes RI, 2007).

7. Pengobatan Penyakit TB Paru Anak

Sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan

cukupadekuat. Setelah pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) 6 bulan,

lakukan evaluasi baik klinismaupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis

pada TB anak merupakanparameter terbaik untuk menilai keberhasilan

pengobatan. Perbaikan klinis yang nyata akan dijumpai walaupun gambaran

radiologik tidakmenunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap

dihentikan.

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 7: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

33

Tujuan pengobatan TB paru adalah :

a. Menyembuhkan penderita

b. Mencegah kematian

c. Mencegah kekambuhan

d. Menurunkan tingkat penularan

Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan

diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik

pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan

dengan berat badan anak.

Tabel 2.1. Dosis OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT) pada anak

Berat badan (kg) 2 bulan tiap hari

RHZ (75/50/150)

4 bulan tiap hari

RH (75/50)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-19 2 tablet 2 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet

Sumber: Kemenkes, 2007

Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket terdiri dari kombinasi 2

atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat

badan pasien. Pasien yang mengalami efek samping OAT KDT, disediakan

program pengobatan pengganti, yaitu OAT kombipak.

Tabel 2.2. Dosis OAT Kombipak pada anak

Jenis Obat BB < 10 kg BB 10-19 kg BB 20-32 kg

Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampicin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirasinamid 150 mg 300 mg 600 mg

Sumber: Kemenkes, 2007

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 8: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

34

Keterangan

R : Rifampicin

H : Isoniazid

Z : Pyrazinamide

Dosis yang diberikan untuk anak:

a.2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama,

kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7

bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

b. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan

pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu

selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi

terhadap INH). Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin

diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan

rifampisin 15 mg/kgbb.

Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk

kasus(Kemenkes, 2007):

TB tidakberat

INH : 5 mg/kgbb/hari

Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari

TB berat (milierdan meningitis TBC)

INH : 10 mg/kgbb/hari

Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 9: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

35

Dosis

prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

B. Konsep Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Menurut Sari dan Irdawati (2009), kecemasan berbeda dengan rasa

takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap suatu yang berbahaya,

kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian

tersebut.Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi ini

dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal.

Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab

yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan khawatir, tidak

nyaman dan merasa terancam (Mariyam, 2010). Stress psikososial

merupakan keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan terhadap

diri seseorang, sehingga individu tersebut terpaksa mengadakan adaptasi

untuk menanggulanginya. Dari kondisi tersebut maka dapat timbul

kecemasan bahkan hingga mengalami depresi (Hawari, 2002).

Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa kecemasan adalah

suatu bentuk perasaan yang timbul karena adanya suatu hal yang

dipersepsikan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan bersifat

mengancam.

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 10: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

36

2. Klasifikasi Kecemasan

Berdasarkan Stuart (2001), kecemasan terbagi menjadi empat tingkat,

yaitu:

a. Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini persepsi individu akan menyebar

dan menjdikan individu tersebut lebih berhati-hati dan waspada..

Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan

serta kreativitas. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan

akan peristiwa dalam peristiwa kehidupan sehari-hari.

b. Kecemasan sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada

sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi,

sehingga memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting

dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini mempersempit

lapang persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tindak

pehatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika

diarahkan untuk melakukannya.

c. Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta

tidak berfikir tentang hal lain. Kecemasan berat dialami ketika individu

yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman sehingga

individu memperlihatkan respon takut dan distress. Semua perilaku

ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 11: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

37

d. Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah,

ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena

mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas

motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus

dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

Berdasarkan Kemenkes (2007), kecemasan individu terbagi menjadi dua,

Gambar. 2.1. Rentang Respons Kecemasan

3. Gejala- GejalaKecemasan

Gejala kecemasan menurut Atwater (1983, dalam Nadia, 2007) adalah

sebagai berikut:

a. Gejala emosi

Gejala-gejala emosi yang dapat timbul dari dalam adalah suasana

hati yang muram, perasaan sedih yang mendadak, kehilangan minat

terhadap aktifitas sosial yang biasa dilakukan, merasa tegang, lekas

marah.

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 12: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

38

b. Gejala fisiologis

Kecemasan yang diasosiasikan dengan perubahan-perubahan pada

organ dan system tubuh seperti pada system denyut jantung, aliran darah,

keadaantegang, pusing, sesak napas, dada berdebar, sakit sekitar dada

dan perut dengan atau tanpa simtom yang lainnya seperti, sakit

punggung, sakit kepala, mual, iritasi pada kulit seperti jerawat.

c. Gejala kognitif

Berfikir mengenai hal-hal yang negative sehingga akan

menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan, cemas atau

gugup, sukar berkosentrasi, menjadi susah tidur (insomnia) dan sulit

mengambil keputusan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Berdasarkan Ohio Developmental Disabilities Council (ODDC)

(2010), kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor

sosial ekonomi, yang meliputi pekerjaan, pendapatan/status ekonomi,

jaminan kesehatan anak, komposisi kepala keluarga;dimana faktor sosial

ekonomi dipengaruhi olah faktor demografi, yang terdiri dari usia, jenis

kelamin, budaya, status kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan; dan faktor

lainnya yang mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan, seperti

ketersediaan fasilitas kesehatan, dan dukungan sosial.

Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, individu

dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat

(Stuart & Laria, 2001). Teori perilaku meyebutkan kecemasan merupakan

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 13: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

39

produk frustasi yaitu segala sesuatu karena mengganggu kemampuan

individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori pembelajaran

meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil dihadapkan suatu ketakutan

berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan

selanjutnya (Purba dkk, 2009).

Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang biasa

ditemui dalam suatu keluarga. Kecemasan juga terkait dengan tugas

perkembangan individu dalam keluarga (Stuart & Laria, 2001).

Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neuroregulator inhibisi

asam gama aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam

mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu,

kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki

efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai

oleh gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu

untuk mengatasi stressor (Stuart& Laria, 2001).

C. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat

kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak

sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan

terhadap suatu obyek tertentu (Mubarak, 2007).

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 14: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

40

Notoadmodjo (2007), menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah individu melakukan penginderaan

terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Lebih lanjut

Notoadmodjo mengemukakan sebelum seseorang berperilaku, individu

tersebut harus mengerti terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku

tersebut bagi dirinya atau keluarganya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan pengetahuan

tentang TB Paru merupakan hasil dari tahu setelah individu melakukan

penginderaan/pengalaman tentang TB Paru, baik dari pengertian, hingga

prosedur pengobatan TB Paru pada anak.

2. Tahap Pengetahuan

Notoadmodjo (2007), menyatakan bahwa pengetahuan dapat terjadi

oleh seseorang dengan melalui beberapa tahap:

a. Awarnes (kesadaran)

Kesadaran adalah suatu interaksi seseorang yang disadari ditempat

dan waktu tertentu serta pada lingkungan social tertentu guna tercapainya

suatu tujuan.

b. Interest (tertarik)

Interest adalah keinginan seseorang untuk melakuakan sesuatu

dengan melakukan aksi atau perlakuan apapun agar keinginanya dapat

terpenuhi.

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 15: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

41

c. Evaluation (menimbang-nimbang)

Menimbang-nimbang adalah suatu proses berfikir tentang baik-

buruknya suatu kreativitas yang mengantarkan seseorang mencapai cita-

cita.

d. Trial (mencoba)

Mencoba adalah sebuah proses usaha secara terus pada sesuatu

yang telah diamati atau diteliti seseorang.

e. Adoption (adaptasi)

Adaptasi adalah hubungan social antara sesame manusia baik dari

kebudayaan, dan lingkungannya.

3. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dalam masyarakat

dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan lebih mudah menerima hal–

halbaru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal baru seperti pada orang

tua anak penderia TB paru.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak

akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

c. Budaya

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 16: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

42

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan

seseorang karena informasi–informasi baru akan disaring kira - kira

sesuai atau tidak dengan budaya yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

maksudnya pendidikan yang lebih tinggi pengalamannya akan lebih luas.

Semakin tinggi pengalaman/pengetahuan orang tua dalam merawat anak

TB Parudapat membentuk rasa percaya diri sehingga mempengaruhi

pikiran dan perawatan orang tuapada anaknya sebagai penderita TB Paru.

e. Sosial ekonomi

Merupakan tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

dan bersosialisasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

orang tua anak penderita TB Paru.

4. Tingkatan Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan

responden yang ingin diukur atau diketahui, dapat disesuaikan dengan

tingkat pengetahuan dari responden (Notoadmodjo, 2003).

Nadia (2007), menjelaskan jika kecemasan dipengaruhi oleh tingkat

pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh individu pada saat

mengalami kondisi krisis. Pendapat ini dipertegas oleh Notoadmodjo

(2003), pengetahuan merupakan faktor yang penting dalam proses adaptasi

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 17: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

43

terhadap kondisi yang baru. Wong et al (2007), melaporkan level

kecemasan pasien trauma muskuloskeletal menurun setelah diberikan

intervensi tambahan pengetahuan selama 3 bulan.

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori menurut Arikunto

(2004), yaitu :

a. baik, apabila skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi.

b. sedang, apabila skor jawaban responden 60%-75% dari nilai tertinggi

c. kurang, apabila skor jawaban responden < 60% dari nilai tertinggi.

D. Status Ekonomi

Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat

berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari

pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).

Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup

keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang

anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer

maupun sekunder (Soetjiningsih, 2004). Sedangkan Badan Koordinasi

Keluarga Berencana (BKKBN) (2013) menjelaskan jika status ekonomi

merupakan keseimbangan antara pemasukan/penghasilan keluarga dan

pengeluaran keluarga dalam setiap bulan.

Littik (2007) memaparkan jika status ekonomi menggambarkan

penghasilan rata-rata keluarga tiap bulan. Tingkat pendapatan dapat menjadi

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 18: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

44

tolok ukur status ekonomi keluarga. Rendahnya tingkat pendapatan dapat

mengakibatkan daya beli keluarga menurun.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, disimpulkan jika status ekonomi

merupakan gambaran tingkat kesejahteraan berdasarkan keseimbangan antara

tingkat pendapatan keluarga dan pengeluaran keluarga setiap bulan.

Berdasarkan Suparyanto (2009) tingkat pendapatan terbagi menjadi tiga

tipe yaitu:

1. Tipe Kelas Atas (> Rp 2.000.000).

2. Tipe Kelas Menengah (Rp 1.000.000 -2.000.000).

3. Tipe Kelas Bawah (< Rp 1.000.000)

Status ekonomi berdasarkan BKKBN (2013), terbagi menjadi tiga

kategori yaitu, kategori pertama adalah status ekonomi yang adekuat/tinggi jika

pendapatan per bulan lebih besar dari pengeluaran sehingga cukup untuk

memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kategori ke-dua adalah

status ekonomi cukup, jika jumlah pendapatan per bulan sama besar dengan

jumlah pengeluaran per bulan, sehingga pendapatan hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. kategori terakhir adalah status

ekonomi rendah yaitu jika penghasilan keluarga per bulan belum dapat

mencukupi pengeluaran/kebutuhan keluarga per bulan.

Kompleksnya permasalahan yang dihadapi orang tua anak penderita TB

Paru, tidak terkecuali yang berkaitan dengan masalah ekonomi. Keberadaan

anggota keluarga dengan gangguan kesehatan kronis, seperti TB Paru

menyebabkan meningkatnya penggunaan fasilitas kesehatan, obat, dan alat

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 19: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

45

bantu kesehatan secara berkelanjutan, sehingga mempengaruhi kondisi status

ekonomi keluarga (ODDC, 2010). ODDC melanjutkan permasalahan status

ekonomi merupakan tekanan bagi keluarga khususnya orang tua sehingga

mempengaruhi kondisi emosi orang tua. Nadia (2007) dalam penelitiannya

menyimpulkan keberadaan anggota keluarga yang sakit kronis menimbulkan

beragam permasalahan keluarga yang baru seperti permasalahan sosial dan

keuangan terkait pengobatan pasien. Pendapat lainnya disampaikan oleh

Siringoringo (2011) yang menerangkan jika permasalahan keluarga dan

permasalahan ekonomi merupakan faktor utama penyebab kecemasan kerja

sehingga cenderung lebih sering merasakan kelelahan fisik.

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 20: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

46

E. KerangkaTeori

Berdasarkan landasan teori-teori di atas, maka dapat digambarkan

kerangka teori dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Gambar Skema 2.2. Kerangka Teori Faktor-Faktor Kecemasan

ODDC(2010)ModifikasiStuart & Laria (2001) .

*Keterangan : yang bergaris tebal merupakan variabel penelitian.

Kecemasan Orang Tua

Anak Penderita TB

Paru

Faktor Sosial Ekonomi :

Pekerjaan,

Konflik

pendapatan/status

ekonomi,

jaminan kesehatan anak,

komposisi kepala

keluarga

Faktor Lingkungan :

ketersediaan fasilitas

kesehatan, dan

dukungan sosial

Demografi:

Usia

jenis kelamin,

budaya,

kesehatan/konsumsi obat

pendidikan, dan

pengetahuan

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 21: BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkolosis Paru pada Anak …repository.ump.ac.id/2726/3/Eka Purwanti BAB II.pdfHasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan

47

F. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan kerangka teori di atas, maka dapat

digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel BebasVariabelTerikat

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari suatu permasalahan

yang harus dibuktikan kebenarannya dikemudian hari (Sugiyono, 2008).Dalam

penelitian ini rumusan hipotesis yang akan di uji kebenarannya adalah

hubungan pengetahuan dan status ekonomi dengan kecemasan orang tua

terhadap proses pengobatan anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto,

sehingga hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan pengetahuan dan status

ekonomi dengan kecemasan orang tua terhadap proses pengobatan TB paru di

BP4 Purwokerto.

Kecemasan Orang Tua

Pengetahuan:

Pengertian

Penyebab

Karakteristik

Proses Pengobatan

Pencegahan TB Paru

Status Ekonomi

Status ekonomi tinggi

Status ekonomi cukup

Status ekonomi rendah

Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015