BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah...

28
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Pendaftaran Tanah 1. Pengertian Pendaftaran Tanah Pendaftaran tanah diatur dalam pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, yang artinya adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang- bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. 24 Pendaftaran tanah berasal dari kata cadastre yang artinya suatu istilah teknis yang menunjukkan terkait luas, nilai dan kepemilikan kepada suatu bidang tanah. Pendaftaran tanah merupakan syarat dari upaya untuk menata dan mengatur peruntukan, penguasaan, pemilikan dan penggunaan tanah termasuk untuk mengatasi berbagai masalah pertanahan. Pendaftaran tanah digunakan untuk memberikan kepastian hak dan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah dengan pembuktian sertifikat tanah. 25 Menurut Boedi Harsono Pendaftaran Tanah adalah suatu serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data yang berada di wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam 24 Jayadi Setiabudi, 2013, Paduan Lengkap Mengurus Tanah Rumah Serta Segala Perizinannya, Yogyakarta : Buku Pintar, Hal : 63 25 Adrian Sutedi, 2012, Op.cit. Hal : 59

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Pendaftaran Tanah

1. Pengertian Pendaftaran Tanah

Pendaftaran tanah diatur dalam pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah

No. 24 tahun 1997, yang artinya adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah secara terus menerus berkesinambungan dan teratur meliputi

pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan

data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-

bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti

haknya bagi bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik satuan rumah

susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.24

Pendaftaran tanah berasal dari kata cadastre yang artinya suatu istilah

teknis yang menunjukkan terkait luas, nilai dan kepemilikan kepada suatu

bidang tanah. Pendaftaran tanah merupakan syarat dari upaya untuk menata

dan mengatur peruntukan, penguasaan, pemilikan dan penggunaan tanah

termasuk untuk mengatasi berbagai masalah pertanahan. Pendaftaran tanah

digunakan untuk memberikan kepastian hak dan perlindungan hukum bagi

pemegang hak atas tanah dengan pembuktian sertifikat tanah.25

Menurut Boedi Harsono Pendaftaran Tanah adalah suatu serangkaian

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan teratur, berupa

pengumpulan keterangan atau data yang berada di wilayah tertentu,

pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam

24 Jayadi Setiabudi, 2013, Paduan Lengkap Mengurus Tanah Rumah Serta Segala

Perizinannya, Yogyakarta : Buku Pintar, Hal : 63 25 Adrian Sutedi, 2012, Op.cit. Hal : 59

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

18

rangka memberikan jaminan kepastian hukum dalam bidang pertanahan,

termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaannya.26

Bachsan Mustafa berpendapat bahwa pendaftaran tanah akan

melahirkan sertifikat tanah yang memberikan kepastian hukum, karena

hukum dapat diketahui baik identitas pemegang haknya maupun identitas

tanahnya.27

Menurut sutedi, pendaftaran tanah merupakan prasyarat dalam upaya

menata dan mengatur peruntukan, penguasaan, pemilikan dan penggunaan

tanah termasuk dalam menyelesaikan masalah pertanahan. Pendaftaran tanah

ditujukan untuk memberikan kepastian hak dan perlindungan hukum bagi

pemegang hak atas tanah dengan pembuktian sertifikat tanah sebagai

pengendali dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah.28

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendaftaran tanah

merupakan tugas negara yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk

kepentingan rakyat dalam hal menjamin kepastian hukum dibidang

pertanahan. Dengan adanya pendaftaran tanah dapat secara mudah

memperoleh keterangan terkait dengan sebidang tanah seperti hak yang

dimiliki, luas tanah, letak tanah, apakah telah dibebani dengan hak

tanggungan atau tidak. Dengan demikian penyelenggaraan pendaftaran tanah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria dan

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.29

26 Boedi Harsono, Op.Cit. Hal : 72 27 Bachsan Mustafa, 1984, Hukum Agraria dalam Prespektif, Bandung : Remaja Karya CV,

Hal : 58 28 Adrian Sutedi, 2012, Op.Cit. Hal : 59 29 Teguh Susato, 2014, Panduan Praktis Mengurus Sertifikat Tanah & perizinannya, ctk

pertama, Yogyakarta : Buku Pintar, Hal 52

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

19

2. Sistem Pendaftaran Tanah

Terdapat dua macam sistem pedaftaran tanah menurut Boedi Harsono

yaitu sistem pendaftaran akta (registration of deeds) dan sistem pendaftaran

hak (registration of tittles). Setiap pemberian atau menciptakan hak baru serta

pemindahan dan pembebanan dengan hak lain, harus dibuktikan dengan akta

yang memuat data yuridis tanah yang bersangkutan. Dalam sistem ini tidak

dilakukan penyelidikan data yang tercantum dalam akta yang telah didaftar.

Apabila terjadi perubahan wajib dibuatkan akta sebagai buktinya. Sedangkan

pada sistem pendaftaran hak, bukan akta yang didaftarkan melainkan haknya

yang diciptakan dan perubahannya. Akta merupakan sumber datanya.30

Sistem pendaftaran tanah yang digunakan yaitu sistem pendaftaran hak,

sesuai dengan PP No. 10 tahun 1961. Hal tersebut terbukti dengan adanya

buku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan

data fisik yang disajikan serta diterbitkannya sertifikat sebagai surat tanda

bukti hak yang telah didaftarkan. Hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah

wakaf, dan hak milik atas satuan rumah susun didaftar dengan

membukukannya dalam buku tanah. Pembukuan dalam buku tanah serta

pencatatannya merupakan bukti bahwa yang bersangkutan beserta pemegang

haknya dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur telah terdaftar

dalam PP No. 24 Tahun 1997.31

Sebelum berlakunya UUPA, Indonesia menganut sistem pendaftaran

akta yang diatur dalam Overschrijvings Ordonnantie 1834-27. Akta atau surat

perjanjian peralihan hak atas tanah dilakukan didepan Overschrijvings

30 Boedi harsono, Op.Cit. Hal : 76-77 31 Ibid, Hal : 477

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

20

Ambteaar yang merupakan pejabat pendaftaran tanah. Setelah dilakukan

kemudian pemilik hak atas tanah tersebut diberi grosse akta sebagai bukti

terjadinya peralihan hak atas tanah. Setelah berlakunya UUPA, Indonesia

mengatur sistem pendaftaran Hak karena peralihan hak atas tanah di

Indonesia sesuai dengan hukum adat yang bersifat nyata, terang dan tunai.32

3. Sistem Publikasi Pendaftaran Tanah

Apabila melihat dari aspek jaminan yang diberikan dalam pendaftaran

tanah dengan pemberian surat tanda bukti hak atas tanah, sebagai alat

pembuktian maka dalam pendaftaran tanah mengenal dua macam sistem yaitu

sistem negatif dan sistem positif.33

Sistem publikasi positif yaitu sertifikat berlaku sebagai alat pembuktian

yang mutlak, data yang terdaftar dalam buku tanah tidak dapat diganggu

gugat. Dengan melakukan pendaftara tanah makan tercipta suatu hak yang

tidak dapat diganggu gugat dan untuk memastikan pemegang haknya cukup

melihat sertfiikat.34

Sistem publikasi yang digunakan dalam pendaftaran tanah menurut PP

No. 24 tahun 1997 yaitu sistem negatif yang megandung unsur positif karena

menghasilkan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian

yang kuat, seperti dalam pasal 1 ayat (2) huruf c, pasal 23 ayat (2), pasal 32

ayat (2), dan pasal 38 ayat (2) UUPA. Sistem publikasi yang digunakan bukan

sistem publikasi negatif yang murni, karena sistem publikasi yang murni tidak

32 Urip Santoso, 2011, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta : Kencana, Hal

: 31-32 33 Ali Achmad Chomzah, 2004, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia), Jakarta : Prestasi

Pustakarya, Hal : 15 34 Adrian Sutedi, 2006, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta : Sinar

Grafika, Hal : 121

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

21

akan menggunakan sistem pendaftaran hak juga tidak akan ada pernyataan

seperti dalam pasal-pasal UUPA tersebut, bahwa sertifikat merupakan alat

bukti yang kuat.35

Meskipun sertifikat telah dijamin untuk menjadi sistem publikasi

positif, namun jika dalam ketentuan pasal 32 ayat (2) di antaranya yang

pertama, sertifikat diterbitkan secara sah, kedua, tanah diperoleh dengan

itikad baik, ketiga, tanah dikuasai secara nyata, keempat, dalam waktu lima

tahun sejak diterbukannya sertifikat tidak ada yang mengajukan keberatan

secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan kepala kantor pertanahan.36

Ketentuan pasal 32 tersebut untuk memberikan jaminan kepastian

hukum dibidang pertanahan. Orang tidak dapat menuntut tanah yang sudah

brsertifikat atas nama seseorang atau badan hukum lain, jika selama 5 tahun

sejak dikeluarkannya sertifikat tidak ada yang mengajukan gugatan pada

pengadilan mengenai penguasaan hak atas terbitnya sertifikat tersebut. Jadi

sertifikat hak atas tanah merupakan dokumen dala bentuk data yuridis dan

data fisik suatu obyek pendaftaran yang sudah ada haknya.37

4. Asas Pendaftaran Tanah

Kegiatan pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan 5 asas, yaitu

diantarnya : asas sederhana, asas aman, asas terjangkau, asas mutakhir, dan

35 Ibid. Hal : 477-478 36 Rozi Aprian Hidayat, Analisis Yuridis Proses Pembatalan Serrtifikat Hak Atas Tanah Pada

Kawasan Hutan, Jurnal IUS, Vol IV Nomor 2 : 84-95, Hal : 91 37 Fandri Entiman Nae, Kepastian Hukum Terhadap Hak Milik Atas Tanah yang Sudah

Bersertifikat, Jurnal Lex Privatum, Vol.I No. 5 : 54-63, Hal 57

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

22

asas terbuka sebagaimaa tercatum dalam dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah

No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.38

Penjelasan pasal 2 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

yaitu :

a. Asas sederhana, yang berarti ketentuan pokok serta prosedur dalam

pelaksanaan pendaftaran tanah dapat dimengerti oleh pihak yang

berkepentingan, terutama pihak pemegang hak atas tanah;

b. Asas aman, yang berarti pendaftaran tanah dilaksanakan secara teliti dan

cermat sehingga dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai

dengan tujuan pendaftaran tanah;

c. Asas terjangkau, yang berarti terjangkau bagi pihak yang memerlukan,

khususnya bagi para pihak dengan memperhatikan kebutuhan dan

kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan diberikan dalam rangka

penyelenggaraan pendaftaran tanah harus terjangkau oleh para pihak yang

memerlukan;

d. Asas mutakhir, yang berarti kelengkapan yang memadai dalam

pelaksanaan dan kesinambungan, pemeliharaan data pendaftaran tanah.

Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir, sehingga

perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan yang terjadi

dikemudian hari;

e. Asas terbuka, yang berarti adanya tuntutan dipeliharanya data pendaftaran

tanah secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga data yang

38 SP. Florianus Sangsun, 2007, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Jakarta : Visi Media,

Hal : 17

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

23

tersimpan dalam keadaan yang nyata dilapangan dan masyarakat dapat

memperoleh keterangan mengenai data yang benar pada setiap saat.39

5. Tujuan Pendaftaran Tanah

Tujuan pendaftaran tanah diatur dalam pasal 19 ayat (1) Undang-

Undang Pokok Agraria junto Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 24 tahun

1997. Tujuan dari pendaftaran tanah yaitu untuk memberikan jaminan

kepastian hukum, yang meliputi letak batas dan luas tanah, status tanah dan

orang yang berhak atas tanah dan pemberian sertifikat. Dalam pasal 19 ayat

(1) dijelaskan bahwa :

“Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan

pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut

ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.”

Sedangkan dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah menjalaskan bahwa :

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak

lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai

pemegang hak yang bersangkutan;

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengeai bidang-bidang

tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar;

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.40

39 A.P Parlindungan, 1999, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung : Mandar Maju, Hal :

76-77 40 Boedi Harsono, Op.Cit. Hal : 472-474

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

24

Pemegang hak dalam pendaftaran tanah diberikan sertifikat sebagai

surat tanda bukti. Hal tersebut merupakan tujuan utama pendaftaran tanah

yang penyelenggaraan diperintahkan oleh pasal 19 UUPA. Maka

memperoleh sertifikat, bukan sekedar fasilitas melainkan merupakan hak

pemegang hak atas tanah, yang dijamin oleh Undang-Undang.41

Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria menyebutkan bahwa adanya

keharusan bagi pemerintah untuk mengatur terkait pendaftaran tanah. Pasal

19 UUPA ditujukan kepada pemeritah dalam rangka melaksanakan

kewajiban pokok dari pendaftaran tanah tersebut sedangkan pasal 23, 32 dan

38 UUPA serta Pasal 1 Peraturan Menteri Agraria No. 1 tahun 1996 adalah

pasal-pasal yang ditujukan kepada masing-masing pemegang hak milik, hak

guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai serta hak pengelolaan untuk

wajib mendaftarkan hak-hak atas tanah yang dipegangnya itu selaras dengan

cita-cita kepastian hukum yang dikehendaki pembuat UUPA.42

Bachtiar Effendi menjelaskan terdapat dua tujuan terkait pendaftaran

tanah yaitu :

a. Penyediaan data-data penggunaan tanah untuk pemerintah ataupun

masyarakat,

b. Jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah.43

41 Ibid. Hal : 472 42 Bachtiar Efendie, 1993, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya,

Bandung : Alumni, Hal : 19 43 Ibid. Hal : 21

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

25

6. Obyek Pendaftaran Tanah

Didalam Undang-Undang Pokok Agraria diatur terkait dengan obyek

pendaftaran tanah yang telah diatur dalam pasal 16 UUPA yang terdiri dari :

a. Hak milik;

b. Hak guna usaha;

c. Hak guna bangunan;

d. Hak sewa;

e. Hak membuka tanah;

f. Hak memungut hasil hutan;

g. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak dalam hak tersebut diatas

yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang serta hak yang sifatnya

sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53.44

Pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kementerian Agraria

dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang dibantu oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah dan pejabat lain yang ditugaskan dalam malaksanakan

kegiatan tersebut. Menurut ketentuan pasal 9 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah meliputi :

a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak

guna bangunan, dan hak pakai;

b. Tanah hak pengelolaan;

c. Tanah wakaf;

d. Hak milik atas satuan rumah susun;

e. Hak tanggungan;

44 Penjelasan pasal 16 UU No 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

26

f. Tanah negara.45

Berbeda dengan obyek pendaftaran tanah lain, tanah negara

dilaksanakan dengan membukukan tanah yang bersangkutan dalam daftar

tanah. Tanah negara tidak disediakan buku tanah dan juga tidak diterbitkan

sertifikat tanah. Sedangkan obyek pendaftaran tanah yang lain didaftar

dengan membukukannya dalam peta pendaftaran dan buku tanah serta

menerbitkan sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya. Tanah negara atau

tanah yang dikuasai langsung oleh negara adalah tanah yang tidak dipunyai

dengan sesuatu hak atas tanah.46

7. Prosedur Pendaftaran Tanah

Penyelenggaraan pendaftaran tanah dalam pasal 5 PP No. 24 Tahun

1997, instansi pemerintah yang menyelenggarakan pendaftaran tannah adalah

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Berdasarkan dari pengertian

pendaftaran tanah yang terdapat dalam pasal 1 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997

tentang Pendaftran Tanah, dapat diuraikan beberapa unsur pendaftaran tanah,

yaitu :

a. Adanya serangkaian kegiatan;

b. Dilakukan oleh Pemerintah;

c. Secara terus menerus dan berkesinambungan;

d. Secara teratur;

e. Bidang tanah dan satuan rumah susun;

f. Pemberian surat tanda bukti hak;

45 Urip Santoso, 2011, Op.Cit. Hal : 19 46 Boedi Harsono, Op.Cit. Hal : 476-477

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

27

g. Hak-hak tertentu yang membebaninya.47

Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah

pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah, pendaftaran tanah

pertama kali yaitu pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek

pendaftaran tanah yang belum didaftarakan berdasarkan PP No.10 tahun 1961

dan PP No. 24 tahun 1997. Sedangkan pemeliharaan data pendaftaran tanah

yaitu kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data

yuridis dalam peta pedaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku

tanah dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi dikemudian

hari. 48

Kegiatan pendaftaran tanah pertama kali berdasarkan pasal 12 ayat (1)

PP No. 24 tahun 1997, yang meliputi :

a. Pengumpulan dan pengelolaan data fisik;

b. Pengumpulan dan pengelolaan data yuridis serta pembukuan haknya;

c. Penerbitan sertifikat;

d. Penyajian data fisik dan data yuridis;

e. Penyimpanan daftar umum dan dokumen.49

Untuk keperluan pengumpulan dan pengelolaan data fisik pertama-

tama dilakukan dengan kegiatan pengukuran dan pemetaan, yang meliputi :

a. Pembuatan peta dasar pendaftaran;

b. Penetapan batas-batas bidang tanah;

47 Urip Santoso, Op.Cit. Hal : 14-16 48 Boedi Harsono, Op.Cit. Hal : 474-475 49 Urip Satoso, Op.Cit. Hal 487

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

28

c. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta

pendaftaran

d. Pembuatan daftar tanah;

e. Pembuatan surat ukur.50

Terkait jenis pelayanan pedaftaran tanah pertama kali adalah sebagai

berikut :

a. Konversi, Pengakuan dan Penegasan Hak;

b. Pemberian Hak;

c. Wakaf;

d. P3MB/PRK.5;

e. Pedaftaran Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun;

f. Pemberian Hak Guna Usaha;

g. Pelayanan Prona.51

Kegiatan pendaftaran tanah pertama kali dilaksanakan melalui dua cara,

yaitu :

a. Pendaftaran tanah secara sistematik

Adalah kegiatan pendaftaran tanah pertama kali yang dilakukan

secara serentak yang meliputi semua obyek yang belum didaftar dalam

wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah secara sistematik

diselenggarakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan pada suatu rencana

kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah

50 Ibid. Hal : 488 51 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Jenis Pelayanan Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia, site.bpn.go.id, diakses 23 April 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

29

yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional.52

b. Pendaftaran tanah secara sporadik

Adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu

atau beberapa obyek pedaftaran tanah dalam suatu desa/kelurahan secara

idividual atau masal.53

Terkait dengan Pemeliharaan data Pendaftaran Tanah terdapat jenis

pemeliharaan data pendaftaran tanah yaitu :

a. Peralihan hak atas tanah dan satuan rumah susun;

b. Ganti nama sertifikat hak atas tanah dan hak milik atas rumah susun;

c. Perpanjangan jangka waktu;

d. Perpajangan hak milik atas satuan rumah susun;

e. Pembaruan Hak Gua Bangunan/Hak Pengelolaan dan pemberian Hak

Guna Bangunan/Hak Pengelolaan diatas Hak Pegelolaan;

f. Pembaruan Hak Guna Usaha;

g. Wakaf dari tanah yang sudah bersertifikat;

h. Perubahan hak atas tanah;

i. Pemecahan/penggabungan/pemisahan hak;

j. Sertifikat pengganti hak atas tanah, hak milik atas rumah susun, dan hak

tanggungan;

k. Hak tanggungan.54

52 Adrian Sutedi, 2006, Op.Cit. Hal : 29 53 Ibid. Hal : 29 54 Badan Pertanahan Nasioal Republik Indonesia. Op.Cit.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

30

Kegiatan dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi :

a. Pendaftaran peralihan hak dan pembebanan hak;

b. Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.55

Dalam menjamin kepastian hukum tersebut, pasal 19 ayat 2 UUPA

menjelaskan bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah dengan mengadakan :

a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah;

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihannya;

c. Pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai pembuktian yang

kuat.56

B. Tinjauan Tentang Sertifikat Hak Atas Tanah

1. Pengertian Sertifikat

Sertifikat tanah adalah suatu tanda bukti yang dimiliki oleh seseorang

yang digunakan untuk bukti kepemilikan atas tanah. Didalam sertifikat

tersebut tertulis nama dari kepemilikan tanah, keberadaan lokasi tanah,

tercantum juga terkait batas, luas, dan gambar ukur. Sertifikat dikeluarkan

oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.57

Dalam pasal 1 angka 20 PP No. 24 tahun 1997, sertifikat adalah surat

tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA

untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan

rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan

dalam buku tanah yang bersangkutan.58

55 Urip Santoso, Op.Cit. Hal : 487 56 Bachtiar Efendie, Op.Cit. Hal : 14 57 Yulyanti M. Rampengan, 2016, Kedudukan Hukum Registrasi Desa (Letter C ) Dalam

Pembuktian Hak Milik Atas Tanah Menurut UUPA No.5 Tahun 1960, Lex Admiistratum, Vol. IV

No. 4 : 170 -177, Hal : 5 58 Penjelasan pasal 1 angka 20 PP No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

31

Secara etimologi sertifikat berasal dari bahasa Belanda “certificat” yang

artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu.

Jadi kalau dikatakan sertifikat tanah adalah surat keterangan yang

membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah, atau dengan kata lain

keadaan tersebut menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-

bidang tanah tertentu dan pemilik itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat

yang dibuat oleh instansi yang berwenang inilah yang disebut sertifikat

tanah.59

Menurut Ali Chomzah, yang dimaksud sertifikat adalah surat tanda

bukti hak yang terdiri salinan buku tanah dan surat ukur, diberi sampul, dijilid

menjadi satu dan ditetapkan oleh Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional.60

Dengan diterbitkannya sertifikat maka terciptalah tertib hukum dalam

sistem pertanahan Indonesia. Sehingga menandakan telah ada pendaftaran

tanah yang dilakukan. Pendaftaran tanah akan menimbulkan keuntungan

akibat pelaksanaan administrasi pertanahan yang sah. Dengan demikian dapat

memunculkan konsekuensi, diantaranya adalah :

a. Memberikan jaminan keamanan penggunaan bagi pemiliknya;

b. Mendorong atau meningkatkan penarikan pajak oleh Negara;

c. Meningkatkan fungsi tanah sebagai jaminan kredit;

d. Meningkatkan pengawasan pasar tanah;

e. Mengurangi sengketa tanah;

59 Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, 2010, Hukum Pendaftaran Tanah, Bandung,

Mandar Maju, Hal : 204 60 Ali Achmad Chomzah, 2002, Op.Cit. Hal 122

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

32

f. Memfasilitasi kegiatan rual land reform;

g. Meningkatkan urban planning dan memajukan infrasruktur;

h. Mendorong pengelolaan lingkungan hidup yang berkualitas;

i. Dapat menyediakan data statistik tanah yang baik. 61

2. Fungsi Sertifikat Tanah

Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang kuat, data fisik dan data

yuridis yang tercantum dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang

benar. Data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam buku tanah dan surat

ukur yang bersangkutan, karena data tersebut diambil dari buku tanah dan

surat ukur. Data yang dimuat dalam surat ukur dan buku tanah mempunyai

sifat terbuka untuk umum, sehingga pihak yang berkepentingan wajib

mencocokkan data dalam sertifikat dengan surat ukur dan buku tanah yang

ada di Kantor Pertanahan.62

Mengenai kekuatan berlakunya sertifikat yaitu yang pertama, sertifikat

memberikan kepastian hukum bagi kepemilikan tanah yang namanya

tercantum dalam sertifikat. Dengan begitu dapat mencegah adanya sengketa.

Kedua, dengan pemberian sertifikat dapat mencegah sengketa kepemilikan

tanah. Ketiga, pemilik tanah dapat melakukan perbuatan hukum selagi tidak

bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.63

Sebagai surat tanda bukti hak, maka fungsi sertifikat terletak pada

bidang pembuktian. Apabila kepada hakim ditunjukan sertifikat hak atas

tanah, maka hakim harus menerima keterangan dalam sertifikat sebagai

61 Mhd. Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, Op.Cit. Hal : 206 62 Haryati, Fungsi Sertifikat Hak Atas Tanah Dalam Menjamin Kepastian Hukum, Jurnal

Hukum dan Dinamika Masyarakat, Vol. 5 No. 1, Hal : 69 63Adrian Sutedi, 2012, Op.Cit. Hal : 2

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

33

benar, bila tidak dapat dibuktikan dengan alat bukti lain bahwa keterangan

dalam sertifikat itu salah atau palsu. Sertifikat hak milik atas tanah sebagai

alat bukti yang kuat, hal tersebut berkaitan dengan sistem publikasi yang

dianut yaitu sistem negatif yang mengandung unsur positif karena

menghasilakn sertifikat yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.64

Fungsi sertifikat hak atas tanah yaitu :

1. Sertifikat hak atas tanah berfungsi sebagai alat pembuktian yang kuat;

2. Sertifikat hak atas tanah memberikan kepercayaan pihak bank/kreditur

untuk pinjaman uang kepada pemiliknya;

3. Bagi pemerintah sertifikat hak atas tanah juga sangat menguntungkan,

dengan adanya sertifikat hak atas tanah membuktikan bahwa tanah yang

bersangkutan telah terdaftar di kantor agraria.65

3. Sertifikat Cacat Hukum

Sertifikat cacat hukum adalah penerbitan sertifikat yang salah pada saat

penerbitannya. Salah pada saat penerbitannya terjadi karena cacat hukum

administratif dan cacat kepemilikan. Cacat hukum administratif berkaitan

dengan data fisik dan data yuridis sebagaimana yang dituliskan oleh pemohon

dalam formulir permohonan hak atas tanah pada saat pertama kali

pendaftaran. Sedangkan cacat kepemilikan apabila sertifikat yang diterbitkan

berdasarkan kepada bukti kepemilikan yang tidak sah. Cacat kepemilikan

64 Effendi Perangin, 1986, Praktek Pengurusan Sertifikat Hak Atas Tanah, Jakarta : Rajawali,

Hal : 2 65 Adrian Sutedi, 2006, Op.Cit. Hal : 27-28

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

34

terjadi apabila bukti hak peralihan atas tanah tersebut diperoleh dengan cara

melawan hukum66

Sertifikat hak atas tanah yang mengalami cacat hukum administratif

menurut pasal 107 Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan

Hak Atas Tanah dan Hak Pengelolaan adalah sertifikat Hak Atas Tanah yang

mengandung kesalahan antara lain sebagai berikut :

a. Kesalahan prosedur;

b. Kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan;

c. Kesalahan subyek hak;

d. Kesalahan obyek hak;

e. Kesalahan jenis hak;

f. Kesalahan perhitungan luas;

g. Terdapat tumpang tindih hak atas tanah;

h. Data yuridis atau data data fisik tidak benar;

i. Kesalahan lainnya yang bersifat administratif.67

4. Bentuk-Bentuk Sertifikat Cacat Hukum

Sertifikat cacat hukum terjadi karena cacat hukum administratif dan

cacat kepemilikan. Sertifikat hak atas tanah dikatakan cacat administratif

apabila melanggar ketentuan sesuai yang diatur dalam pasal 107

PMNA/KBPN No. 9/1999, sedangkan dikatakan cacat kepemilikan apabila

66 Siti Rahma Mary Herawati dan Dody Setiadi, 2005, Memahami Hak Atas Tanah dalam

Praktek Advkasi, Surakarta : Cakraboks, Hal : 152 67 Penjelasan pasal 107 Peratura Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9

Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah dan Hak Pengelolaan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

35

sertifikat yang diterbitkan berdasarkan kepada bukti kepemilikan yang tidak

sah. Bentuk-bentuk sertifikat cacat hukum :

a. Sertifikat Palsu

Disebut sertifikat palsu, apabila :

1). Data pembuatan sertifikat adalah palsu atau dipalsukan;

2). Tanda tangan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya

dipalsukan;

3). Blanko yang digunakan membuat sertifikat adalah blanko palsu atau

bukan blanko yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional.68

Sertifikat yang palsu atau tidak dapat diketahui dari buku tanah yang

ada pada kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat bahwa data

yang ada pada sertifikat tidak sesuai dengan data yang ada dibuku tanah.

Sertifikat tanah dibuat terhadap tanah yang masih kosong dan mempunyai

nilai yang cukup tinggi, serta terhadap tanah yang sertifikatnya masih

menggunakan blanko lama. 69

Upaya dalam hal mencegah terjadinya sertifikat palsu adalah sebagai

berikut :

1). Blanko sertifikat dicetak sedemikian rupa dengan teknik pencetakkan

mutakhir sehingga sulit dipalsukan dan ditunjang dengan pengelolaan

yang baik;

2). Meningkatkan tertib administrasi pertanahan;

3). Upaya-upaya lain untuk mencegah dan mendeteksi sertifikat palsu.70

68 Ali Achmad Chomzah, 2002, Op.Cit. Hal : 136 69 Ibid. Hal : 137 70 Eddy Ruchiyat, 1995, Politik Pertanahan Sebelu Dan Sesudah Berlakunya UUPA UU No.

5 Tahun 1960, Bandung : Alumni, Hal : 185

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

36

b. Sertifikat Asli Tapi Palsu

Sertifikat asli tapi palsu adalah sertifikat yang diterbitkan oleh

Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya tetapi surat bukti kepemilikan

atau surat lain yang digunakan sebagai dasar pembuatan dan penerbitan

sertifikat tersebut adalah palsu. Sertifikat asli tapi palsu seharusnya tidak

berlaku serta ditarik dari peredaran setelah dibuktikan melalui proses di

Pengadilan Negeri. Bahwa surat yang merupakan dokumen untuk

penerbitan sertifikat adalah palsu. Upaya untuk mencegah terjadinya

sertifikat asli tapi palsu yaitu dengan meningkatkan kecepatan dan

ketelitian aparat yang memproses pembuatan dan penerbitan sertifikat.71

c. Sertifikat Ganda

Sertifikat adalah surat atau keterangan berupa pernyataan tertulis

atau tercetak dari orang atau instansi yang berwenang sebagai bukti suatu

kejadian secara otentik.72 Sedangkan Ganda adalah menurut kamus bahasa

Indonesia berarti lipat atau rangkap (tentang hitungan).73

Sertifikat ganda yaitu sebidang tanah yang mempuyai lebih dari satu

sertifikat. Hal tersebut dapat megakibatkan ketidakpastian hukum bagi

pemegang hak atas tanah yang sangat tidak diharapkan dalam pendaftaran

tanah di Indonesia. Sertifikat ganda merupakan sertifikat yang

menguraikan satu bidang tanah yang sama dengan dua sertifikat yang

berlainan datanya. Sertifikat ganda tersebut dimana muncul dua sertifikat

dengan objek yang sama. Dan untuk membuktikan kebenaran kedua

71 Ibid. Hal : 131 72 Sudarsono, 2010, Kamus Hukum Terbaru, Jakarta, Rineka Cipta, Hal : 483 73 Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, 2009, Kamus Lengakap Bahasa Indonesia, Jakarta :

Difa Publisher, Hal : 304

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

37

sertifikat tersebut dilakukan pembuktian di Pengadilan, dalam hal ini

adalah Pengadilan Tata Usaha Negara.74

Sertifikat ganda dapat terjadi jika obyeknya sama tetapi alas haknya

berbeda atau obyeknya sama tetapi namanya, nomornya, alas haknya

berbeda, bisa juga obyeknya sama lokasi sama. Sertifikat dapat dikatakan

sertifikat ganda apabila obyek tanah yang mempunyai dua alas hak yang

berbeda tetapi yang satu sertifikat sedangkan yang lain girik. Selain itu

apabila batas yang ditunjukkan oleh pemohon secara sengaja atau tidak

sengaja keliru sehingga surat ukur atau gambar situasinya menggambarkan

keadaan batas-batas yang bukan sebenarnya atau sebagian, karena

sebelumnya di lokasi yang sama telah diterbitkan sertifikat.75

Sertifikat ganda adalah sertifikat yang dalam satu bidang tanah

mempunyai dua sertifikat dengan kepemilikan yang berbeda. Sertifikat

ganda sering terjadi di wilayah-wilayah yang masih kosong, belum

dibangun dan didaerah perbatasan kota dimana untuk lokasi tersebut

belum ada peta-peta pendaftaran tanah. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan munculnya sertifikat ganda.76 Berikut adalah yang tidak

termasuk dalam kategori sertifikat ganda, adalah :

1). Sertifikat yang diterbitkan sebagai pengganti sertifikat yang hilang;

2). Sertifikat yang diterbitkan sebagai pengganti sertifikat yang rusak;

74 Soni Harsono, 1992, Kegunaan Sertifikat Dan Permasalahannya, Yogyakarta : Seminar

Nasional, Hal : 6 75 Margaretha Dewi Kirana, Sertifikat Ganda Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah

Agung Republik Indonesia No. 156/K/TUN/2005, Hal : 56-57, Magister Kenotariatan, Universitas

Indonesia 76 Ali Achmad Chomzah, 2002, Op.Cit. Hal : 139

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

38

3). Sertifikat yang diterbitkan sebagai pengganti sertifikat yang

dibatalkan. Disebabkan karena sertifikat tersebut telah dinyatakan

tidak berlaku sebagai tanda bukti;

4). Sertifikat hak guna bangunan diatas Hak Milik maupun diatas Hak

Pengelolaan, karena menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku, hal yang dimaksud memang dimungkinkan.77

C. Tinjauan Umum Tentang Penyelesaian Sengketa Pertanahan

1. Penyelesaian Sengketa Pertanahan didalam Pengadilan (Litigasi)

Litigasi merupakan proses penyelesaian sengketa di Pengadilan,

dimana semua pihak yang bersengketa saling berhadapan satu sama lain

untuk mempertahankan hak-haknya dimuka pengadilan. Hasil akhir dari

penyelesaian sengketa melalui litigasi adalah putusan yang menyatakan win-

lose solution Dalam hal penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan

dapat juga disebut sebagai hukum acara perdata formal (formal civic law)

karena mengatur tentang proses penyelesaian perkara melalui pengadilan

yang secara formal diakui sah menurut Undang-Undang. Hukum acara

perdata mempertahankan berlakunya hukum perdata agar hak dan kewajiban

pihak-pihak diperoleh dan dipenuhi sebagaimana mestinya.78

Penyelesaian sengketa secara litigasi adalah suatu penyelesaian

sengketa yang dilakuka melalui lembaga pengadilan. Dalam hal ini proses

litigasi sebagian besar berfungsi untuk menyelesaikan sengketa dengan

77 Ibid. Hal : 139-140 78 Nurmaningsih Amriani, 2012, Alternatif penyelesaian sengketa Perdata di Pengadilan,

Jakarta : Raja Grafindo Persada, Hal : 35

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

39

menjatuhkan putusan pengadilan dan sebagian kecil untuk pencegahan

sengketa dengan menjatuhkan penetapan pengadilan (declatoir).79

Prosedur litigasi sifatnya lebih formal dan teknis, yang menghasilkan

kesepakatan bersifat menang kalah, cenderung memunculkan masalah baru,

lambat peyelesaiannya, biaya yang mahal, tidak responsif dan menimbulkan

permusuhan pihak yang bersengketa. Kondisi tersebut menimbulkan

masyarakat mencari alternatif lain yaitu penyelesaian sengketa diluar proses

peradilan formal. Penyelesaian sengketa diluar proses peradillan disebut

dengan Alternatif Dispute Resolution atau ADR.80

2. Penyelesaian Sengketa Pertanahan Diluar Pengadilan (Non Litigasi)

Penyelesaian sengketa tanah melalui lembaga diluar pengadilan atau

non litigasi adalah penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang

dilaksanakan berdasarkan kehendak dan itikad baik dari para pihak untuk

menyelesaikan sengketa. Proses non litigasi sebagian besar fungsinya adalah

untuk penyelesaian sengketa diluar pengadilan melalui cara-cara perdamaian,

dan sebagian kecil untuk pencegahan sengketa dengan perancangan kontrak

yang baik.81

Penyelesaian sengketa diluar pengadilan bersifat tertutup untuk umum

(closed door session) dan kerahasiaan para pihak terjamin, proses lebih cepat

dan efisien. Proses non litigasi menghindari kelambatan yang diakibatkan

79 Jimmy Joses Sembiring, 2011, Cara Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

(Negoisasi, Mediasi, Kosiliasi, & Arbitrase), Jakarta : Transmedia Pustaka, Hal : 8 80 M. Yahya Haraha, 2008, Hukum Acara Perdata, Cet. 8, Jakarta : Sinar Grafika, Hal : 234 81 I Wayan Wiryawan, 2010, Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan : Keterampilan

Nonlitigasi Aparat Hukum, Denpasar : Udayana University Press, Hal : 4

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

40

prosedural dan administratif sebagaimana beracara di Pengadilan umum dan

memiliki win win solution.82

Bentuk penyelesaian non litigasi babas memilih bentuk penyelesaian

yang disepakati berdasarkan kehendak dan itikad baik para pihak. Sifat

putusan tergantug kehendak dan itikad baik para pihak. Namun, dapat bersifat

eksekutorial apabila didaftarkan ke Pengadilan Negeri. Waktu penyelesaian

Non litigasi lebih cepat daripada litigasi. Biaya perkara yang dikeluarkan

relatif murah karena proses penyelesaiannya yang cepat.83

Dr. Frans Hendra Winarta, S.H., M.H. dalam bukunya Hukum

Penyelesaian Sengketa mengatakan bahwa secara konvensional, penyelesaian

sengketa dalam dunia bisnis, seperti dalam perdagangan, perbankan, proyek

pertambangan, minyak dan gas, energi, infrastruktur, dan sebagainya

dilakukan melalui proses litigasi. Dalam proses litigasi menempatkan para

pihak saling berlawanan satu sama lain, selain itu penyelesaian sengketa

secara litigasi merupakan sarana akhir (ultimum remidium) setelah alternatif

penyelesaian sengketa lain tidak membuahkan hasil.84

Penyelesaian segketa non litigasi mempunyai bentuk dalam hal

penyelesaian sengketa, yaitu :

a. Arbitrase, yaitu penyelesaian suatu sengketa di luar pengadilan umum

didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para

pihak yang bersengketa;85

82 Frans Hendra Winarta, 2012, Hukum Penyelesaian Sengketa, Jakarta : Sinar Grafika, Hal

: 9 83 Jimmy Joses Sembiring, Op.Cit. Hal : 10 84 Frans Hendra Winarta, Op. Cit. Hal : 1-2 85 Nurnaningsih, Op.Cit. Hal : 17

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

41

b. Negoisasi, yaitu proses tawar menawar untuk mencapai kesepakatan

dengan pihak yang bersengketa;86

c. Mediasi, yaitu negoisasi yang melibatkan pihak ketiga yang memiliki

keahlian prosedur mediasi sehingga dapat membantu dalam situasi konflik

agar dapat lebih efektif dalam proses tawar menawar;87

d. Konsiliasi, yaitu lanjutanndari mediasi, mediator berubah menjadi

konsiliator yang berfungsi mencari bentuk penyelesaian sengketa dan

menawarkan kepada para pihak; 88

e. Penilaian ahli, yaitu cara penyelesaian sengketa oleh para pihak dengan

meminta pendapat para ahli;89

f. Pencari fakta, yaitu penyelesaian sengketa oleh para pihak dengan

meminta bantuan tim dengan jumlah ganjil untuk menjalankan fungsi

penyelidikan fakta yang dapat mengakhiri sengketa.90

D. Peran atau wewenang BPN dalam Penyelesaian Sengketa Pertanahan

1. Pengertian Badan Pertanahan Nasional

Badan pertanahan Nasional yang disebut sebagai BPN yaitu lembaga

Pemerintah Non Kementerian yang berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Presiden. Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas pemerintahan

dibidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

86 Susanti Adi Nugroho, 2009, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta :

Telaga Ilmu Indonesia, Hal : 21 87 Ibid. Hal : 21

88 Nurnaningsih, Op.Cit. Hal : 34 89 Takdir Rahmadi, 2011, Mediasi, Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,

Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada, Hal : 19 90 Ibid. Hal : 17

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

42

Tugas pokok BPN adalah membantu presiden dalam mengelola dan

mengembangkan Administrasi Pertanahan baik berdasarkan undang-undang

Pokok Agraria maupun Peraturan Perundang-undangan lain yang meliputi

pengaturan, penggunaan, penguasaan dan kepemilikan tanah dan lain-lain

yang berkaitan dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijaksanaan yang

ditetapkan oleh Presiden.91

2. Fungsi Badan Pertanahan Nasional.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Pertanahan

Nasional menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan dan penetapan kebijakan dibidang pertanahan;

b. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang survey, pengukuran dan

pemetaan;

c. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang penetapan hak tanah,

pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;

d. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pengaturan, penataan, dan

pengendalian kebijakan pertanahan;

e. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pengadaan tanah;

f. Perumusan dan Pelaksanaan kebijakan dibidang Pengendalian dan

penanganan sengketa dan perkara pertanahan;

g. Pengawasan atas pelaksanaan tugas dilingkungan BPN;

h. Pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;

91 Ali Achmad Chomzah, 2002, Op.Cit. Hal : 145

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

43

i. Pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan

berkelanjutan dan informasi dibidang pertanahan;

j. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dibidang pertanahan; dan

k. Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia dibidang pertanahan.92

3. Peran BPN dalam Penyelesaian Sengketa Pertanahan

Dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 38 Tahun 2016 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan

Kantor Pertanahan tertera bahwa fungsi BPN dalam rangka menangani

sengketa, konflik dan perkara pertanahan adalah untuk mewujudkan

kebijakan pertanahan bagi keadilan dan kesejahteraan masyarakan. Badan

Pertanahan Nasional berperan untuk menangani dan menyelesaikan perkara,

masalah, sengketa dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara

sistematis.

Untuk meminimalkan dalam hal sengketa pertanahan, maka dalam hal

ini peran BPN yaitu :

a. Menelaah dan mengolah data utuk menyelesaikan perkara dibidang

pertanahan;

b. Menampung gugatan-gugatan, menyiapkan bahan memori banding,

kasasi, peninjauan kasasi atas perkara yang diajukan melalui peradilan

terhadap perorangan dan badan hukum yang merugikan negara;

c. Mengumpulkan data masalah dan sengketa pertanahan

92 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Op.Cit.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang ...eprints.umm.ac.id/38862/4/BAB II.pdfbuku tanah yang digunakan sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang disajikan

44

d. Menelaah dan menyiapkan konsep keputusan mengenai penyelesaian

sengketa atas tanah;

e. Menelaah dan menyiapkan konsep keputusan pembatalan hak atas tanah

yang cacat administrasi dan berdasarkan kekuatan putusan peradilan;

f. Mendokumentasi.93

Dalam prakteknya, penyelesaian terhadap sengketa pertanahan bukan

hanya dilakukan oleh BPN tetapi juga diselesaikan oleh lembaga Peradilan

Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara. Jika diperadilan Umum lebih

menitikberatkan kepada hal-hal mengenai perdata dan pidana dalam sengketa

pertanahan, lain halnya jika dengan Peradilan Tata Usaha Negara yang

meyelesaikan sengketa pertanahan berkaitan dengan surat keputusan yang

dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional atau pejabat daerah lainnya

yang berkaitan dengan taah.94

93 Angga B CH Eman, Penyelesaian Terhadap Sertifikat Ganda Oleh Badan Pertanahan

Nasional, Jurnal Lex Ex Sosiatis, Vol I No. 5 : 28-40, Hal : 37 94 Ibid. Hal 37-38