BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori...

31
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Pengertian Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri, bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri atas otot polos dengan beberapa jaringan ikat. Kira-kira 95% berasal dari korpus uteri dan 5% dari serviks. Hanya kadang-kadang saja berasal dari tuba fallopi atau ligamentum rotundum. Mioma uteri adalah tumor pelvis yang paling sering terjadi pada kira-kira 25% wanita kulit putih dan 50% kulit hitam pada umur 50 tahun ( Benson & Pernoll, 2008 : 548). Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium dan merupakan tumor jinak tersering pada wanita di atas usia 30 tahun. Angka kejadiannya diperkirakan 3 dari 10 wanita berusia > 30 tahun menderita mioma uteri ( Endjun, 2008 : 271). Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel- sel jaringan otot polos jaringan fibroid dan kolagen (Nurarif & Hardi, 2013 : 445). Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti (Anwar, 2011 :274).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori...

  • 12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Teori Medis

    1. Pengertian

    Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri,

    bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar

    terdiri atas otot polos dengan beberapa jaringan ikat. Kira-kira 95%

    berasal dari korpus uteri dan 5% dari serviks. Hanya kadang-kadang

    saja berasal dari tuba fallopi atau ligamentum rotundum. Mioma uteri

    adalah tumor pelvis yang paling sering terjadi pada kira-kira 25%

    wanita kulit putih dan 50% kulit hitam pada umur 50 tahun ( Benson &

    Pernoll, 2008 : 548).

    Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium

    dan merupakan tumor jinak tersering pada wanita di atas usia 30 tahun.

    Angka kejadiannya diperkirakan 3 dari 10 wanita berusia > 30 tahun

    menderita mioma uteri ( Endjun, 2008 : 271).

    Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-

    sel jaringan otot polos jaringan fibroid dan kolagen (Nurarif & Hardi,

    2013 : 445).

    Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya

    adalah otot polos rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan

    di usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti

    (Anwar, 2011 :274).

  • 13

    Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot

    uterus dan jaringan ikat yang menopangnya (Unicef, 2013).

    Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot

    uterus yang disebut juga dengan mioma uteri atau uterin fibroid. Mioma

    uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun (Marmi, 2010).

    Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas,

    lebih sering muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis

    tumornya tidak hanya satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim,

    pada otot rahimnya, atau bisa juga dibagian dinding dalam rahim

    sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan. Rata-rata pada

    wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).

    2. Etiologi

    Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium,

    menurut teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi

    2 faktor yaitu insiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi

    pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari

    penelitian menggunakan glucose-6-phospatase dihydrogenase diketahui

    bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniselular. Transformasi

    neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik

    dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid

    seks dan growth factor lokal.

  • 14

    3. Klasifikasi mioma uteri

    Mioma uteri menurut letaknya dibagi menjadi 3 yaitu

    1) Mioma submukosum : dibawah endometrium dan menonjol ke

    cavum uteri

    2) Mioma intramural : berada di dinding uterus di antara serabut

    miometrium

    3) Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga

    menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa (Nurafif &

    Hardi, 2013 :445 ).

  • 15

    Menurut (Anwar, 2011) Mioma diklasifikasikan

    berdasarkan lokasinya

    1) Mioma submukosa : menempati lapisan dibawah

    endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri.

    2) Mioma intramural : mioma yang berkembang diantara

    miometrium.

    3) Mioma subrerosa : mioma yang tumbuh dibawah

    lapisan serosaa uterus dan dapat bertumbuh ke arah luar

    dan juga bertangkai.

    4. Degenerasi

    Mioma kadang-kadang mengalami proses degenerasi

    sehingga tampak menyerupai kantung gestasi (anekhoik), atau

    dapat pula mengalami proses kalsifikasi sehingga tampak lebih

    hiperekhoik dibanding miometrium normal. Mioma yang cepat

    membesar dan memiliki vaskularisasi yang baik, tampak

    hipoekhoik homogen. Mioma uteri submukosum sering

    menimbulkan menometroragia, dismenorea, atau keguguran

    berulang. Mioma serviks jarang terjadi, diperiksakan terjadi pada

    8% dari semua jenis mioma uteri, serviks tampak membesar dan

    kehilangan akhogenitas normalnya (Endjun, 2008).

  • 16

    Bila terjadi perubahan pasokan darah selama

    pertumbuhanya, maka mioma dapat mengalami perubahan

    sekunder atau degeneratif sebagai berikut.

    a. Degenerasi jinak

    1) Atrofi : ditandai dengan pengecilan tumor yang

    umumnya terjadi setelah persalinan atau menopause.

    2) Hialin : terjadi pada mioma yang telah matang atau

    tua di mana bagian yang semula aktif tumbuh kemudian

    terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi da berubah

    warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur

    menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi

    hialin.

    3) Kistik : setengah mengalami hialinisasi, hal

    tersebut berlanjut dengan cairnya gelatin sehingga mioma

    konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekanan

    fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya

    cairan kista ke kavum uteri, kavum peritonium, atau

    retroperitoneum.

    4) Klasifikasi : disebut juga degenerasi kalkareus yang

    umumnya mengenai mioma subrerosa yang sangat rentan

    terhadap defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan

    pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.

  • 17

    5) Septik : dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis

    dibagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang

    ditandai dengan nyeri, kaku dinding perut, dan demam akut.

    6) Kaneus : degenerasi merah yang diakibatkan oleh

    trombosis yang yang diikuti dengan terjadinya bendungan

    vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan

    warna mioma.

    7) Miksomatosa : degenerasi lemak yang terjadi setelah

    proses degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat

    jarang dan umumnya asimtomati.

    b. Degenerasi ganas

    1) Transformasi ke arah keganasan : bisa menjadi miosarkoma

    terjadi pada 0,1% - 0,5% penderita mioma uteri

    ( prawirohardjo, 2011).

    5. Tanda dan Gejala mioma uteri

    Menurut (Benson & Pernoll, 2008) tanda gejala mioma uteri yaitu :

    1) perdarahan uterus abnormal

    Perdarahan uterus abnormal dijumpai pada kira-kira 30% pasien

    dengan mioma uteri.Menoragi merupakan pola perdarahan uterus

    abnormal yang paling umum dan meskipun pola apa saja

    mungkin terjadi, paling sering berupa perdarahan bercak pre

    menstruasi dan sedikit perdarahan terus menerus setelah

    menstruasi.

  • 18

    2) efek penekanan.

    3) nyeri dan infertilitas.

    Menurut (Anwar, 2011) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :

    1) Perdarahan abnormal uterus

    Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal

    ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka

    dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama

    dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan

    suplementasi zat besi.

    2) Nyeri

    Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali

    apabila kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak

    terkait dengan proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah,

    infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya

    untuk mengeluarkan mioma subrerosa dari kavum uteri.

    3) Efek tekanan

    Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan,

    tetapi tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan

    organ dengan mioma. Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan

    terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum

    (prawiroharjo 2011).

  • 19

    Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri

    yaitu :

    1) Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia.

    Disebabkan oleh :

    a) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.

    b) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.

    c) Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.

    d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya

    sarang mioma diantara serabut miometrium sehingga tidak

    dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan

    baik.

    2) Nyeri

    Dapat timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis

    setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang

    dilahirkan dapat menyempitkan canalis servikalis sehingga

    menimbulkan dismenore.

    3) Gejala penekanan

    Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada

    uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan

    hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum menyebabkan

    obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe

    menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

  • 20

    4) Disfungsi reproduksi

    Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab

    infertilitas masih belum jelas, 27- 40% wanita dengan mioma

    uteri mengalami infertilitas.

    Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, bisa menyebabkan :

    a. Infertilitas

    b. Bertambahnya resiko abortus

    c. Hambatan pada persalinan

    d. Inersia atau atonia uteri

    e. Kesulitan pelepasan plasenta dan

    f. Gangguan proses involusi masa nifas (Unicef, 2013).

    6. Diagnosis

    Menurut (Unicef, 2013) Diagnosis dari mioma uteri

    a. Adanya masa yang terlihat menonjol atau teraba seperti

    bagian janin.

    b. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan USG

    Menurut (Benson & Pernoll, 2008) Diagnosis banding

    mioma uteri yaitu Pembesaran atau ketidak peraturan uterus yang

    di sebebkan oleh mioma dapat di sebab kan oleh kehamilan,

    adenomiosis atau neoplasma uteri yang salah didiagnosis. Keadaan

    lain yang perlu di pertimbangkan adalah subinfolusi, kelainan

    kongenital, perlekapan adneksa, omentum atau usus besar,

    hipertrofi jinak dan sarkoma atau karsinoma.

  • 21

    7. Komplikasi

    Menurut (Marmi, 2010) Komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3

    yaitu :

    1) Pertumbuhan leimiosarkoma

    2) Torsi (putaran tangkai)

    3) Nekrosis dan infeksi

    8. Terapi

    Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan,

    konservasi fungsi reproduksi, keadaan umum, dan gejala yang

    ditimbulkan. Bila kondisi pasien sangat buruk, lakukan upaya

    perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi, suplementasi zat

    esensial, ataupun transfusi. Pada keadaan gawat darurat akibat

    infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah gawat

    darurat untuk menyelamatkan penderita. Pilihan prosedur bedah

    terkait dengan mioma uteri adalh miomektomi atau histerektomi

    ( Anwar, 2011).

    9. Pemeriksaan Diagnostik

    Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik

    mioma uteri meliputi :

    a. Tes laboratorium

    Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat

    disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi.

  • 22

    Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukan

    adanya kehilangan darah yang kronik.

    b. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin

    Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus

    yang simetrik menyerupai kehamilan atau terdpat bersama-

    sama dengan kehamilan.

    c. Ultrasonografi

    Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat

    membantu.

    d. Pielogram intravena

    Dapat membantu dalm evaluasi diagnostik.

    1) Pap smear serviks

    Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks

    sebelum histerektomi.

    2) Histerosal pingogram

    Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian

    hari untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus dan

    kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).

    Menurut (Marmi, 2010) deteksi mioma uteri dapat dilakukan

    dengan cara :

    1) Pemeriksaan darah lengkap

    Hb : turun, Albumin : turun, Lekosit : turun atau

    meningkat, Eritrosit : turun.

  • 23

    2) USG : terlihat massa pada daerah uterus.

    3) Vaginal toucher : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba

    massa, konsistensi dan ukurannya.

    4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel

    neoplasma tersebut.

    5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang

    dapat menghambat tindakan operasi

    6) ECG : mendeteksi, kelainan yang mungkin terjadi yang dapat

    mempengaruhi tindakan operasi.

    Menurut (Setyorini, 2014) pemeriksaan fisik mioma uteri meliputi :

    1) Pemeriksan abdomen : teraba massa didaerah pubis atau

    abdomen bagian bawah dengan konsistensi kenyal, bulat,

    berbatas tegas, sering berbenjol atau bertangkai, mudah

    digerakan, tidak nyeri.

    2) Pemeriksaan bimanual : didapatkan tumor tersebut menyatu

    atau berhubungan dengan uterus, ikut bergerak pada

    pergerakan serviks.

    10. Planning

    a. Olahraga secara teratur dan konsumsi makanan yang banyak

    mengandung nutrisi terutama dari tumbuh- tumbuhan sehingga

    dapat membuat daya tahan tubuh meningkat.

    b. Jagalah kebersihan diri khususnya bagian kewanitaan sekurang-

    kurangnya sekali sehari.

  • 24

    c. Berhenti merokok dan berhenti minum minuman yang

    berakohol.

    d. Mempertahankan berat badan yang ideal dan kenali gejala tumor

    (Nurarif & Hardi, 2013).

    11. Penanganan

    Menurut (Benson & Pernoll, 2008) Penanganan mioma

    tergantung pada sejumlah variabel termasuk jumlah, ukuran,

    lokasi, gejala, degomerasi, keinginan reproduksi (umur, paritas,

    harapan untuk melahirkan), kesehatan umum, dekatnya dengan

    menopause dan kemungkinan keganasan. Untuk mioma kecil tanpa

    gejala, penatalaksanaan konservatif (yaitu pemantauan cermat

    tetapi tanpa terapi) berupa pemeriksaan (dan pencitraan

    ultrasonografi bila ada) setiap 4-6 bulan. Sebenarnya sebagian

    besar kasus dapat ditangani deangan cara ini sehingga tidak perlu

    operasi.

    Menurut (Marmi, 2010) Indikasi mioma uteri yang dapat

    diangkat adalah mioma submukosum bertangkai. Pada mioma uteri

    yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa

    menopause tidak dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap

    tiga bulan atau enam bulan. Adapun cara penanganan pada mioma

    uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif

    diantaranya yaitu histerektomi dan umumnya dilakukan

    histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi total tersebut

  • 25

    dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral

    Salpingho Ophorectomy (TAH-BSO). TAH-BSO adalah suatu

    tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus, serviks, kedua

    tuba fallopi dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding,

    perut pada malignan neoplasmatic desease, leymioma dan chronic

    endrometriosis.

    Menurut (Yatim, 2008) obat-obatan yang biasa diberikan

    kepada penderita mioma uteri yang mengalami perdarahan melalui

    vagina yang tidak normal antara lain :

    1. Obat anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid

    Antiinflamation = NSAID)

    2. Vitamin

    3. Dikerok (kuretase)

    4. Obat-obat hormonal (misalnya pil KB)

    5. Operasi penyayatan jaringan myom ataupun mengangkat rahim

    keseluruhan (Histerektomi)

    6. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan,

    tidak memerlukan pengobatan khusus.

  • 26

    12. Patofiologi Uterus

    Uterus

    Bagan 2. 1 patofisiologi uterus

    Sumber : (Prawirohardjo, 2011), (Benson & Pernoll, 2008), (Nurafif & Hardhi, 2013)

    Uterus

    Abnormal

    Normal

    Tidak ada benjolan 1. Terdapat benjolan

    2. Perdarahan uterus

    abnormal

    3. Efek tekanan

    4. Penekanan ureter,

    kandung kemih dan

    rektum.

    5. Nyeri dan infertilitas

    Pemeriksaan Diagnostik

    1. Tes laboratorium

    2. Ultrasonografi

    3. Pap smear

    4. Histerosal pingogram

    Submukosum

    Intramural

    Subrerosum

    Mioma Uteri

  • 27

    B. Manajemen Kebidanan

    1. Pengertian Manajemen Kebidanan

    Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

    bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,

    mulai dan pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasi (Mufdilah 2012:110).

    2. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan

    a. Secara sistematis mengumpulkan dan pemperbaharui data yang

    lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang

    komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk

    mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.

    b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan

    interpretasi data dasar.

    c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam

    menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan

    bersama klien.

    d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat

    keputusan dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

    e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

    f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi secara

    individu.

  • 28

    g. Melakukan konsultasi, prencanaan dan melaksanakan manajemen

    dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan

    selanjutnya.

    h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu,

    dalamsituasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan

    normal.

    i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan

    kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

    (Mufdilah, 2012:111)

    3. Sasaran Manajemen Kebidanan

    Bidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki

    kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari

    gangguan kesehatan.Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan

    metode pendekatan yang disebut manajemen kebidanan.Metode dan

    pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami

    oleh pasien atau klien dan kemudian merumuskan permasalahan

    tersebut, serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya.

    Permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh bidan

    mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen

    kebidanan.Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka

    sasaran manajemen kebidanan ditujukan baik kepada individu ibu dan

    anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.Manajemen kebidanan

    dapat digunakan oleh bidan didalam melaksanakan kegiatan

  • 29

    pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

    penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan

    tanggung jawab.

    Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan dalam

    melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan. Manajemen kebidanan

    tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu,

    akan tetapi dapat juga diterapkan didalam pelaksanaan pelayanan

    kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan masyarakat. Manajemen

    kebidanan mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan

    rasional, sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam

    memecahkan masalah pasien dan kliennya. Dan kemudian akhirnya

    tujuan mewujudkan kondisi ibu atau anak yang sehat, dapat dicapai

    (Mufdilah, 2012:122).

    4. Menurut Hellen Varney Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

    1) langkah 1 (Pertama) Pengumpulan Data Dasar

    Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan

    langkah berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpau

    informasi tentang klien atau orang yang meminta asuhan.Memilih

    informasi data yang tepat diperlukan analisa situasi yang

    menyangkut manusia yang rumit karena sifat manusia yang

    komplek. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan

    dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan

    berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai

  • 30

    sumber.Sumber yang dapat memberikan informasi paling akurat

    yang dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil

    mungkin.Pasien dalam sumber informasi yang akurat dan

    ekonomis, disebut sumber data primer, sumber data alternative atau

    sumber data sekunder adalah data yang yang sudah ada praktikan

    kesehatan lainnya, anggota keluarga.

    Pengumpulan data dasar yaitu meliputi identitas pasien

    misalnya pada Ny. N umur 51 tahun dengan keluhan utamanya ibu

    merasakan ada benjolan saat diraba di perut bagian bawah,

    dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, benjolan tumbuh

    membesar dan dirasakan makin besar 4 hari terakhir, riwayat

    kesehatan keluarga : tidak ada riwayat penyakit menular, penyakit

    keturunan dan tidak ada yang menderita tumor.

    Data secara garis besar, diklasifikasikan menjadi data subyektif

    dan data obyektif. Pada waktu mengumpulkan data subyektif bidan

    harus : mengembangkan hubungan antar pesonal yang efektif

    dengan pasien/ klien/ yang diwawancarai, lebih memperhatikan

    hal- hal yang menjadi keluhan utama pasien dan yang

    mencemaskan, berupaya mendapatkan data/ fakta yang sangat

    bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien.

    Pada waktu mengumpulkan data obyektif bidan harus :

    mengamati ekspresi dan perilaku pasien, mengamati perubahan/

    kelainan fisik, memperhatikan aspek sosial budaya pasien,

  • 31

    menggunakan teknik pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan

    pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan keluhan pasien.

    Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrumen atau alat

    pengukur. Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka,

    irama, kuantitas. Misalnya : tinggi badan dengan meteran, berat

    badan dengan timbangan, tekanan darah dengan tensimeter.

    2) Langkah II (Kedua) Interprestasi Data Dasar

    Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

    diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

    interprestasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data

    dasar yang sudah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

    dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau

    diagnosa yang spesifik.

    Langkah awal dari perumusan masalah atau diagnosa

    kebidanan adalah pengelolaan atau analisa data yaitu

    menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan lainnya

    sehingga tergambar fakta.

    Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh

    bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

    nomenklatur diagnosa kebidanan.

    Standar nomenklatur diagnosa kebidanan :

    1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

    2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.

  • 32

    3. Memilki ciri khas kebidanan.

    4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik

    kebidanan.

    5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen

    kebidanan.

    DS :

    a. ibu mengatakan nyeri saat menstruasi

    b. Ibu mengatakan menstruasi banyak.

    DO :

    a. TFU 1 jari bawah pusat dan teraba massa dengan

    ukuran 15x 15 cm dibagian abdomen bawah

    b. VT : Portio : lunak, OUE/ OUI : tertutup

    c. USG : uterus antifleksi ukuran 15x15 cm

    3) Langkah III (Ketiga) Mengidentifikasi Diagnose atau

    Masalah Potensial

    Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau

    diagnose potensial lain berdasarkan rangkaian masalah

    dan diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian

    masalah dan diagnose yang sudah diindentifikasi. Langkah

    ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

    dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan

  • 33

    diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah

    potensial ini benar-benar terjadi.

    Diagnosa potensial : infertilitas.

    4) Langkah IV (Keempat) Mengidentifikasi dan Menetapkan

    Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

    Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana

    bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu,

    beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan

    tindakan segera sementara menunggu intruksi lain. Bidan

    mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan

    asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini

    mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

    kebidanan.

    Kolaborasi dengan dokter dan menentukan rencana

    operasi.

    5) Langkah V (Kelima) Merencanakan Asuhan yang

    Komprehensif atau Menyeluruh

    Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

    ditentukan oleh langkah sebelumnnya. Langkah ini

    merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau

    masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada

    langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap

    di lengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-sama

  • 34

    disetujui oleh bidan maupun wanita itu agar efektif, karena

    pada akhirnya wanita itulah yang akan melaksankan

    rencana itu atau tidak. Oleh karena itu tugas dalam

    langkah ini termasuk membuat dan mendiskusikan

    rencanan dengan wanita itu begitu juga termasuk

    penegasan akan persetujuannya.

    Jelaskan pada ibu tentang penyakit dan kondisi yang

    dialaminya dan tindakan yang akan dilakukan, kolaborasi

    dengan dokter tentang rencana operasi, informed consent

    dan informed choice pada ibu dan keluarga tentang

    rencana operasi, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi

    makanan yang banyak mengandung zat besi, vitamin dan

    gizi seimbang seperti sayuran, buah-buahan serta

    mengkonsumsi susu, beri kesempatan untuk

    mengungkapkan perasaanya, beri KIE tentang personal

    hygiene, penatalaksanaan pemberian obat.

    6) Langkah VI (keenam) Melaksanakan Perencanaan dan

    Penatalaksanaan

    Pada langkah keenam ini rencana menyeluruh seperti yang

    telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara

    efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan

    selurunya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan

    dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan

  • 35

    lainnya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan

    dokter dan keterlibatannya dalam manajemenasuhan bagi

    pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga

    bertanggung jawab terhadap terlaksanakannya rencana

    asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen

    yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan

    meningkatkan mutu asuhan.

    Kaji ulang apakah tindakan antisipasi untuk mengatasi

    masalah atau diagnosa potensial yang diidentifikasi sudah

    tepat.

    Menjelaskan pada ibu tentang penyakit mioma uteri,

    melakukan kolaborasi dengan dokter tentang rencana

    operasi pengangkatan mioma, memberikan inform consent

    dan inform choice pada ibu dan keluarga, memberi KIE

    tentang personal hygiene.

    7) Langkah VII ( Ketujuh) Evaluasi

    Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifm dari

    asuahan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

    kebutuhan akan bantuan apakah bener-benar telah

    terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

    diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana

    tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

    dalam penatalaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa

  • 36

    sebagaiamana rencana tersebut telah efektif sedang

    sebagaimana belum efektif. Manajemen kebidanan ini

    merupakan suatu kontinen, maka perlu mengulangi

    kembali dari awal setiap asuhan mengidentifikasi mengapa

    proses manajemen tidak efektif serta melakukan

    penyesuaian pada rencana asuhan berikutnya.

  • 37

    C. Teori Hukum Kewenangan Bidan

    Lingkup praktik kebidanan adalah terkait erat dengan fungsi,

    tanggung jawab dan aktivitas bidan yang telah mendapatkan pendidikan,

    kompeten dan memiliki kewenangan untuk melaksanakanya. Bidan dalam

    melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan

    dan kewenangan yang diberikan.Kewenangan tersebut diatur melalui

    Peraturan Mentri Kesehatan (Permenkes) Nomor

    1464/Menkes/Per/X/2010. Tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik

    Bidan, kewenangan Bidan adalah :

    1. Kewenangan Bidan

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

    1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik

    Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

    a) Pasal 9

    Bidan dalam penyelenggaraan praktik, berwenang untuk

    memberikan pelayanan meliputi :

    1) Pelayanan kesehatan ibu

    2) Pelayanan kesehatan anak

    3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

    berencana.

  • 38

    b) Pasal 12

    Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

    perempuan dan keluarga berencana sebagaimana diamksud dalam

    pasal 9 nomor 3, berwenang untuk :

    1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

    perempuan dan keluarga berencana dan

    2. Memberi alat kontrasepsi oral dan kondom

    Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009

    c) Pasal 71

    1) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara

    fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mat bebas

    dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,

    fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan.

    2) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    meliputi :

    a. Saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah

    melahirkan

    b. Pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan

    seaksual dan

    c. Kesehatan sistem reproduksi

    3) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    dilaksanankan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif,

    dan rehabilitatif.

  • 39

    Dalam menjalankan tuganya, bidan melakukan

    kolaborasi konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi

    pasien, kewenangan dan kemampuanya. Dalam keadaan

    darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan

    yaitu yang ditunjukan untuk menyelamatkan jiwa.

    Lingkup praktik bidan adalah pada BBL, bayi,

    balita, anak, perempuan, remaja putri, wanita pranikah,

    wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas, wanita pada

    masa interval dan wanita menoupose (Mufdilah, 2012.104).

  • 40

    D. Kewenangan Bidan dalam Menangani Mioma Uteri

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

    1464/Menkes/Per/X/2010 Kompetensi bidan di Indonesia dalam

    melaksanakan Asuhan Kebidanan pada wanita/ ibu dengan gangguan

    reproduksi terdapat pada kompetensi 9 yaitu :

    1. Pengetahuan dasar

    a. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit

    menular seksual (PMS), HIV/AIDS.

    b. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang

    lazim.

    c. Tanda, gejala dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi

    meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

    2. Ketrampilan dasar

    a. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem

    reproduksi.

    b. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus

    spontan (bila belum sempurna).

    c. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada

    wanita/ ibu dengan gangguan sistem reproduksi.

    d. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan

    pada gangguan reproduksi meliputi : keputihan, perdarahan tidak

    teratur dan penundaan haid.

  • 41

    e. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang

    dilakukan.

    3. Ketrampilan tambahan

    a. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.

    b. Mengambil dan pengiriman sediaan pap smear

  • 42

    13. Pathway Mioma Uteri

    Bagan 2.2 Pathway mioma uteri

    Sumber : (Nurafif& Hardhi, 2013), (Anwar, dkk, 2011), (Benson & Pernoll, 2008)

    Mioma Uteri

    Tumbuh keluar dinding uterus

    sehingga menonjol pada

    permukaan uterus, diliputi oleh

    serosa.

    Berada di dinding

    uterus diantara serabut

    miometrium.

    Dibawah endometrium

    dan menonjol ke cavum

    uteri.

    Mioma Subrerosum Mioma Intramural Mioma

    Submukosum

    Tanda dan Gejala

    1. Perdarahan abnormal (hipermenorea, menoragia, metroragia)

    2. Nyeri pada uterus

    3. Efek penekanan ureter, kandung kemih dan rektum

    Penatalaksanaan

    1. Miomektomi

    2. histerektomi